Anda di halaman 1dari 99

SKRIPSI

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA


(STUDI OBJEK WISATA MALINO DI DINAS PARIWISATA
DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN GOWA)

Nur Islamiyah S.

Nomor Stambuk : 105611123818

PROGRAM STUDI ILMU ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022
SKRIPSI

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA


(STUDI OBJEK WISATA MALINO DI DINAS PARIWISATA
DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN GOWA)

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh

Gelar Sarjana Administrasi Publik (S. AP)

Disusun dan Diajukan Oleh :

NUR ISLAMIYAH. S

Nomor Induk Mahasiswa : 105611123818

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022

ii
HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN AKHIR

Judul Skripsi : Analisis Strategi Pengembangan Pariwisata (Studi

objek wisata Malino di Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kabupaten Gowa)

Nama Mahasiswa : Nur Islamiyah. S

Nomor Induk Mahasiswa : 105611123818

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Lukman Hakim, M.Si Muh Yusuf, S.Sos, M.Si

Menyetujui

Dekan Ketua Program Studi

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si Dr. Nur Wahid, S.Sos., M.Si
NBM.730727 NBM. 991742

iii
HALAMAN PENERIMAAN TIM

Telah diterima oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan Surat Keputusan Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar

Nomor: 0295/FSP/A.5-VI/III/1443/2022 sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi dan memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam

Program Studi Ilmu Administrasi Negara yang dilaksanakan di Makassar pada

hari Sabtu Tanggal 27 Agustus 2022.

TIM PENILAI

Ketua Sekretaris

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si Andi Luhur Prianto, S.IP., M.Si
NBM: 730727 NBM: 992797

PENGUJI:

1. Dr. Mappamiring, M.Si (Ketua) ( )

2. Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si ( )

3. Sitti Rahmawati Arfah, S.Sos, M.Si ( )

iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Nur Islamiyah. S

Nomor Induk Mahasiswa : 105611123818

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar proposal penelitian ini adalah karya saya sendiri

dan bukan hasil plagiat dari sumber lain. Pernyataan ini saya buat dengan

sesungguhnya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini saya buat dengan

sesungguhnya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka

saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku di

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 20 Agustus 2022

Yang menyatakan,

Nur Islamiyah. S

v
ABSTRAK

Nur Islamiyah, Lukman Hakim, Muh. Yusuf, Analisis Strategi


Pengembangan Pariwisata (Studi objek wisata Malino di Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Kabupaten Gowa).

Pengembangan ekonomi lokal di suatu daerah mendorong tercapainya


peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat yang dapat diukur dengan
pengurangan kemiskinan di daerah tersebut. Kebijakan pemerintah yang tepat
sektor wisata mampu meningkatkan kesejahteraan daerah wisata serta memajukan
dan mensejahterakan ekonomi penduduk. Wisata Malino merupakan penghasil
PAD terbesar untuk sektor pariwisata di Kabupaten Gowa. Jenis penelitian yang
digunakan yaitu kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Dimana terdapat 7
informan yang terdiri dari dinas pariwisata, pengelola objek wisata dan
wisatawan. Pendekatan penelitian melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian terkait Analisis Strategi Pengembangan
Pariwisata (Study objek wisata Malino di Kabupaten Gowa) di peroleh hasil
sebagai berikut: Petama, strength (kekuatan)lokasi Pariwisata yang Strategis,
pemanfaatan media social sebagai tempat promosi. Keuda, weakness (kelemahan)
manajemen keuangan yang kurang baik, perlu adanya pemesanan kunjungan
wisata terlebih dahulu. Ketiga opportunity (peluang) Trend back to nature, jumlah
wisatawan yang berkunjung semakin meningkat. Keempat, threat (ancaman).
Persaingan wisata antara perusahaan dan masyarakat, kondisi cuaca yang tidak
menentu.

Kata Kunci : Strategi, Pengembangan Pariwisata dan Pemerintah Daerah

vi
KATA PENGANTAR

“ Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”

Puji dan syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunianya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan dan mempersembahakan skripsi ini, bukti perjuangan yang

panjang dan jawaban atas doa yang senantiasa mengalir dari orang orang terkasih.

Sholawat serta salam juga peneliti sampaikan kepada junjungan Nabiullah

Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam yang biadab menuju alam

yang beradab yang telah menggulung tikar-tikar kebodohan dan membentangkan

tikar-tikar kebenaran.

Skripsi dengan judul “ Analisis Strategi Pengembangan Pariwisata (Studi

Objek Wisata Malino di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gowa)

sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara di

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada orang tua tercinta Ayahanda Suhardi, Ibunda Siti Ramlah Mansyur dan

Nenek Rosdiana yang telah berjuang demi kesuksesan anaknya, yang telah

melahirkan, membesarkan dan mendidik dengan sepenuh hati dalam buaian kasih

sayang kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

vii
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Bapak Dr. H. Lukman Hakim, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak

Muhammad Yusuf, S. Sos., M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa

meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Ibu Dr. Ihyani Malik, S. Sos., M. Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Dr. Nur Wahid, S.Sos.,M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Makassar.

4. Seluruh Dosen Ilmu Administrasi Negara yang telah memberikan segala

ilmu yang dimiliki selama proses pembelajaran di kampus sehingga dapat

menjadi pengetahuan yang sangat berharga bagi penulis ke depan.

5. Ibu Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Gowa Andi Tenriwati

Tahri, S.STP atas bantuan yang di berikan berupa izin melaksanakan

penelitian.

6. Bapak Kasubag Umum dan Kepegawaian dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kab. Gowa Muhammad Akbal Bakri, ST atas bantuan yang diberikan

berupa informasi untuk penelitian

7. Ibu Kepala Bidang Destinasi Kepariwisataan Yuniati Yusuf, S.Sos M.AP

atas bantuan yang diberikan berupa informasi untuk penelitian

viii
8. Bapak Kasubag umum dan kepegawaian Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kab. Gowa Muhammad Akbal Bakri, ST atas bantuan berupa informasi

untuk peneletian

9. Ibu Analis Pengembangan destinasi wisata dan kebudayaan Juarni Samdi,

SE. atas bantuan berupa informasi untuk penelitian.

10. Bapak Pengelola Air Terjun Takapala Rahman atas bantuan yang berupa

informasi penelitian

11. Ibu Pengelola Hutan Pinus Malino atas bantuan yang berupa informasi

penelitian

12. Sahabat penulis Nabila Fitrianita, S.Sos, Siti Nurhalizah Indar, S.Pd,

Hasriani S.AP, Windy Sukma, Hesti Sebitaria, Siti Nur halimah, Andi

Umrah Basri, Miftakhurrahmi, Madianatul Janna, Nurul Magfirah Kadir,

Dian Hardianti, Indira Kartika Putri, Erna, Nurazizah Iskandar, Nurlathifah

Raqibah, Fiqri Nugraha Syukur, Fajar Ramadhan, Ferdian Pratama Makmur

dan teman- teman di kelas IAN E yang sudah seperti keluarga yang selalu

membantu, memberikan kebahagiaan kepada penulis menyusun skripsi serta

memotivasi dengan tulus dan ikhlas terima kasih atas segala bantuan dan

dukungannya.

13. Kaka terbaik Muhammad Fakih yang selalu membantu penulis dalam

menjalani perkuliahan memberikan kebahagiaan dan menemani penulis

dalam mengerjakan skripsi.

ix
14. Semua keluarga, sahabat, teman-teman, serta berbagai pihak yang tidak bisa

saya sebutkan satu-satu yang telah membantu penulisan dengan ikhlas

dalam penyelesaian studi penulis.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun

sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat

memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 20 Agustus 2022

Yang menyatakan

Nur Islamiyah S

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i


HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .............. iii
ABSTRAK ................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah.............................................................................. 7
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 8
D. Manfaat Penulisan ............................................................................. 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pariwisata .............................................................................. 9


B. Konsep Pengembangan Wisata ........................................................ 14
C. Konsep Strategi ................................................................................ 24
D. Kerangka Pikir ................................................................................. 28
E. Deskripsi Fokus Penelitian ............................................................... 29

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian. .......................................................... 30


B. Jenis dan Tipe Penelitian.................................................................. 30
C. Sumber Data .................................................................................... 31
D. Informan Penelitian .......................................................................... 32
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 32
F. Teknik Analisa Data ......................................................................... 33
G. Keabsahan Data ................................................................................ 35

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian ............................................................... 37


1. Profil Kabupaten Gowa ............................................................. 37
2. Profil Dinas Pariwisata Kabupaten Gowa ................................ 40
B. Analisis Strategi Pengembangan Pariwisata (Study objek wisata Malino di
Kabupaten Gowa)............................................................................. 47
1. Kekuatan (Strenght) .................................................................. 48
2. Kelemahan (Weakness) ............................................................. 52

xi
3. Peluang (Opportunity) ............................................................... 56
4. Ancaman (Threat) ..................................................................... 60

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 69
B. Saran ................................................................................................. 69

DAFTAR PUSTAKA. ................................................................................ 71

LAMPIRAN ................................................................................................ 74

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang secara langsung

menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai

dampak terhadap masyarakat setempat. Pembangunan sektor pariwisata

dapat memberikan berbagai manfaat, baik bagi masyarakat maupun

terhadap pemerintah dan daerah tersebut. Sektor ini memberikan manfaat

bagi masyarakat sekaligus bagi daerah dimana sektor ini dikembangkan

karena dapat mendorong pengembangan ekonomi lokal seperti adanya

peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan kesempatan kerja, serta

adanya peluang berusaha.

Pengembangan ekonomi lokal di suatu daerah mendorong tercapainya

peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat yang dapat diukur dengan

pengurangan kemiskinan di daerah tersebut. Sektor pariwisata berbasis

masyarakat dapat menjadi salah satu alternatif pengentasan kemiskinan

karena sektor tersebut memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan

kesejahteraan rakyat kecil sampai di perdesaan. Pariwisata diyakini dapat

berfungsi sebagai katalisator dalam pembangunan atau sebagai agent of

development sekaligus menjadi penggerak dalam mempercepat

pembangunan itu sendiri (Kaikara, 2020).

Pariwisata sebagai salah satu pendorong peningkatan perekonomian

dapat dikatakan memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia

1
2

baik sebagai salah satu sumber pencipta lapangan kerja maupun penghasil

devisa. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pengembangan

pariwisata haruslah senantiasa tercipta inovatif yang berkelanjutan dan

ditingkatkan baik dalam hal publikasi serta memaksimalkan pemanfaatan

sumber daya dan potensi kepariwisataan, sehingga nantinya mampu

mendorong dan menggerakkan sektor-sektor perekonomian lainnya.

Kebijakan pemerintah yang tepat sektor wisata mampu meningkatkan

kesejahteraan daerah wisata serta memajukan dan mensejahterakan ekonomi

penduduk. Disebabkan dengan peningkatan sektor wisata dapat membuka

banyak lapangan pekerjaan sehingga sektor pariwisata diharapkan mampu

memberikan dampak yang baik bagi masayarakat itu sendiri. Semakin

banyak jumlah wisatawan yang datang maka berbanding lurus dengan

pendapatan yang diperoleh sehingga pembangunan fasilitas ataupun

infrastruktur dalam suatu kawasan daerah pariwisata dapat diharapkan

berkembang dan mampu memanfaatkan kekayaan alamnya dengan

semaksimal mungkin untuk kesejahteraan (Goranczewski & Puciato, 2011).

Pembangunan sebuah lokasi wisata yang tidak disertai dengan

kemampuan dalam merencanakan, mengelola serta mengoperasikan dengan

baik akan sulit bagi pihak pengelola untuk mencapai tujuan dari didirikanya

wisata tersebut, seperti minimnya kunjungan wisatawan karena obyek

wisata dan atraks wisata yang dikembangkan kurang menarik, hal ini dapat

mempengaruhi laba yang diperoleh pihak pengelola wisata. Untuk itu

strategi pengembangan untuk membuat konsep wisata sangatlah penting


3

dalam mengembangkan tempat wisata agar selalu diminati oleh wisatawan

dan tertarik dengan obyek wisata tersebut serta mau membeli/mencoba

produk yang dimiliki.

Semua pihak tidak boleh terus menerus terpuruk, sesegera mungkin

saatnya bangkit meneruskan pembangunan dengan menyusun strategi.

Skema tatanan kenormalan baru dianggap sangat penting dalam menghadapi

sektor pariwisata ke depan. Pertama, modifikasi cara kerja, kemudian

implementasi perilaku meminimalisir sentuhan lalu sanitasi yang harus

diperbaiki dengan menyesuaikan protokol kesehatan.

Dalam era reformasi dan otonomi perlu kondisi dimana pemerintah,

swasta dan masyarakat dapat melakukan suatu kegiatan yang aman, tertib

sesuai dengan aturan. Pemerintah perlu melibatan swasta oleh untuk

menjamin proses desentralisasi secara baik dan tanggung jawab, karena

sebagia stakeholders yang menentukan suksesnya otonomi daerah, serta

untu dapat mendukung terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik

(Good Governance).

Good Governance terdiri dari 3 pilar yaitu state, private dan civil

society sangat berperan penting dalam merealisasikan pengembangan sektor

pariwisata. Salah satu model kemitraan hubungan pemerintah, swasta dan

masyarakat dikemukakan oleh Savas. Berdasarkan jenis dan sifat barang,

membedakan penyediaan barang publik dapat dilakukan melalui privatisasi

dimana pemerintah melibatkan pihak swasta dan masyarakat. Savas

menunjukan bahwa kemitraan tersebut terjalin karena masing-masing pihak


4

akan mendapat keuntungan. Demikian juga, secara keseluruhan relasi ketiga

pihak akan memberikan manfaat bagi pembangunan ekonomi daerah

(Keping, 2018).

Pariwisata dipandang sebagai potensi yang besar untuk

dikembangkan. Disisi lain, potensi pariwisata ini juga dapat menimbulkan

dampak positif lainnya, contohnya semakin meningkatnya jumlah

wisatawan, otomatis akan membuka lapangan pekerjaan di daerah tersebut.

Oleh karena itu, hampir seluruh provinsi di Indonesia beramai-ramai

memperkuat sektor pariwisatanya demi memajukan daerahnya masing-

masing. Termasuk Kabupaten Gowa yang dinilai memiliki potensi objek

pariwisata yang sangat melimpah, yang dikembangkan di kawasan

peruntukan pariwisata berupa wisata alam ataupun wisata sejarah dan

konservasi budaya.

Terkait kebijakan yang dalam sektor pariwisata dan kebudayaan maka

Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gowa Tahun 2016-2021 mempunyai

fungsi sebagai pedoman perencanaan dan kebijakan Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Gowa dalam menjalankan Tugas Pokok dan

fungsinya selama lima tahun yang mengaju kepada RPJMD Kabupaten

Gowa dan Rentsra Kementerian serta Provinsi, dalam Pembangunan

Kebudayaan dan Pariwisata merupakan bagian dari proses Pembangunan

Nasional dalam rangka mencapai cita-cita bangsa Indonesia sebagai bangsa

yang mandiri, maju, adil dan makmur. Pembangunan Kebudayaan dan


5

Pariwisata merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

berkesinambungan meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa

dan negara, untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional

sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

Secara umum dalam Rencana Strategis yang dituangkan dalam

Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Gowa:

556.1/ /IX/BUDPAR/2016 Tentang Rencana Strategis Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kabupaten Gowa Tahun 2016-2021 bertujuan meningkatkan

pertumbuhan perekonomian, kesempatan kerja serta keadilan sosial. Usaha

tersebut tentunya berarti menciptakan pemerataan, pertumbuhan dalam

segala aspek, untuk lebih mengkonkritkan keinginan tersebut seiring dengan

adanya perubahan sistem pemerintahan sentratistik ke sistim desentralisasi

sesuai undang-undang 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah, maka

telah menimbulkan konsekwensi logis tentang perluasan kewenangan secara

signifikan yang mempengaruhi praktek penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan di daerah. Salah satu penyerahan kewenangan pemerintah

pusat kepada daerah adalah dalam bidang kepariwisataan.

Di kawasan wisata Malino itu sendiri, terdapat hutan wisata berupa

pohon-pohon pinus yang tinggi dan rindang yang berjejer di antara bukit-

bukit dan lembah. Kawasan wisata tersebut sudah terkenal sebagai kawasan

reakreasi sejak masa penjajahan Belanda.Selain memiliki gunung-gunung

dan berbagai macam tanaman tropis, Malino juga terkenal sebagai penghasil
6

sayur dan buah-buahan khas yang tumbuh di lereng kaki gunung

Bawakaraeng. Wisata air terjun juga merupakan tempat khas Malino,

diantaranya air terjun Tangga Seribu, air terjun Takapala, kebun The Nittoh,

Lembah Biru, Bungker peninggalan Jepang, dan gunung Bawakaraeng

sebagai cirri khas kota Malino. Sebagian masyarakat masih mengulturkan

gunung Bawakaraeng sebagai gunung yang suci.

Wisata Malino merupakan penghasil PAD terbesar untuk sektor

pariwisata di Kabupaten Gowa. Setiap tahun perhelatan event tersebut

mengalami peningkatan pendapatan, pada tahun 2018 pihak penyelenggara

mencatat total transaksi mencapai Rp 24 miliar (sulsel idntimes, 2019).

Sehingga potensi pengembangan sektor pariwisata di Malino memiliki

prospek yang cukup potensial untuk dikembangkan. Namum sebagai salah

satu tujuan pariwisata di bagian utara Sulawesi Selatan, pemerintah perlu

memperhatikan dan menindaklanjuti permasalahan yang sering ditemui.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan penulis di daerah Malino,

masih banyak di temukan permasalahan yang berkaitan dengan pengelolaan

pariwisata di kawasan Malino sehingga mengurangi aspek keindahan,

kebersihan dan ketertiban. Permasalahan yang paling sering terjadi adalah

kemacetan yang bukan hanya di perngaruhi oleh satu faktor saja tapi

dipengaruhi oleh berbagai faktor sehingga kemacetan yang terjadi semakin

parah seiring berjalan waktu. Akses jalan yang masih sempit menjadi faktor

yang paling berpengaruh terutama untuk di kawasan pasar dan kawasan

pinus, akses jalan yang kurang mendukung juga dapat di lihat saat menuju
7

kawasan air terjun takapala. Selain akses jalan yang sempit, kemacetan juga

di pengaruhi oleh terbatasnya kawasan parkir di kawasan pinus yang

berimbas kepada kurang tertibnya pengunjung dalam memarkirkan

kendaraannya. Hal ini bisa bertambah parah pada saat memasuki puncak

liburan dimana peningkatan jumlah wisatawan yang sangat besar membuat

kawasan pasar dan kawasan pinus mengalami kemacetan yang sangat parah

bahkan dapat mencapai 1 kilometer.

Selain masalah kemacetan, masalah lain yaitu belum tersedia jalur

khusus pejalan kaki yang mengakibatkan para pengunjung menggunakan

sebagian jalan raya sebagai jalur untuk berjalan kaki. Sarana dan prasarana

penunjang pariwisata masih terbatas terutama untuk tempat sampah umum.

Kurangnya tempat sampah mengakibatkan masih banyaknya sampah yang

berserakan di kawasan tersebut terutama di kawasan pinus yang dapat

membuat kurangnya aspek keindahan dan kebersihan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka penulis

tertarik melakukan penelitian dengan judul Analisis Strategi Pengembangan

Pariwisata (Study objek wisata Malino di Kabupaten Gowa).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah dipaparkan maka yang

menjadi rumusan permasalahan adalah sebagai berikut: Bagaimana Analisis

Strategi Pengembangan kepariwisataan di Malino yang dilakukan oleh

pemerintah daerah?
8

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan

untuk: Untuk mengetahui Strategi Pengembangan kepariwisataan di Malino

yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitin ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Secara Teoritis

Penelitian yang akan dilakukan ini dapat dijadikan suatu bahan studi

perbandingan selanjutnya dan akan menjadi sumbansi pemikiran ilmiah

dalam melengkapi kajian-kajian yang mengarah pada pengembangan ilmu

pengetahuan hususnya pada pengembangan wisata melalui pelaksanaan

strategi organisasi pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan

pengembangan kegiatan pariwisata.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumbangan

pemikiran dan bahan masukan untuk pelaksanaan kegiatan pengembangan

pariwisata.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pariwisata

Menurut etimologi kata, Pariwisata berasal dari dua suku kata bahasa

Sansekerta, pari yang berarti banyak atau berkali-kali dan wisata yang

berarti perjalanan atau bepergian. Jadi, pari-wisata diartikan sebagai suatu

perjalanan yang dilakukan berkali-kali (Marpaung, 2000).

Pariwisata adalah semua tentang kenyamanan dan kesenangan, orang

suka mengunjungi tempat-tempat dan peristiwa yang mampu membuat

mereka berkesempatan untuk bersantai dan bersenang-senangan. Tempat-

tempat dan acara menarik bisa seperti; alam, budaya atau buatan (situasi dan

peristiwa buatan manusia). Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan

rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau

mencari suasana lain (Primadany, 2013).

Undang – Undang Nomor. 9 Tahun 1990 dalam (Al-Bakry, 2013)

tentang kepariwisataan disebutkan bahwa usaha pariwisata adalah suatu

perusahaan dibidang pariwisata yang menghasilkan produk tertentu. Produk

wisata sebenarnya bukan saja merupakan produk yang nyata (tangible),

akan tetapi merupakan rangkaian produk (barang dan jasa) yang tidak hanya

mempunyai segi – segi yang bersifat ekonomis, namun juga bersifat social,

psikologis, dan alam. Produk wisata merupakan berbagai jasa dimana satu

dengan yang lainnya saling terkait dan dihasilkan oleh berbagai perusahaan

pariwisata, misalnya akomodasi, angkutan wisata, biro perjalanan, restoran,

9
10

daya tarik wisata, dan perusahaan lain yang terkait. Sebagai suatu produk

yang kompleks, produk wisata berbeda dari jenis produk dan jasa yang

dihasilkan oleh industri lainnya. Kekhasan inilah yang menjadikan produk

wisata suatu jenis barang dan jasa yang unik, dan memerlukan penanganan.

Pariwisata ialah suatu aktifitas manusia yang dilakukan secara

bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri di luar

negeri untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka

ragam dan berbeda beda dengan apa yang dialaminya di mana ia

memperoleh pekerjaan tetap, (Wahab, 2003).

Pariwisata didefinisikan sebagai bentuk. suatu proses kepergian

sementara dari seorang, lebih menuju ketempat lain diluar tempat

tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan

baik karena kepentingan ekonomi, sosial, budaya, politik, agama, kesehatan

maupun kepentingan lain (Trisnoasih, 2019).

Menurut Undang-undang RI No 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan,Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki

keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan

alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau

tujuan kunjungan wisatawan. Pariwisata dapat dimanfaatkan untuk

mendorong perubahan hidup dan menghidupkan melalui peluang kerja

yang tersedia, meningkatkan pendapatan, dan membaiknya kualitas hidup

masyarakat (Wahyuhana & Sukmawati, 2019).


11

Kegiatan pariwisata terdiri dari tiga unsur, diantaranya (Yoeti,

1996):

1. Manusia (man) yang merupakan orang yang melakukan perjalanan

dengan maksud menikmati keindahan dari suatu tempat (alam).

2. Ruang (space) yang merupakan daerah atau ruang lingkup tempat

melakukan perjalanan.

3. Waktu (time) yang merupakan waktu yang digunakan selama dalam

perjalanan dan tinggal di daerah tujuan wisata.

Berdasarkan klasifikasi sistem pariwisata terdiri dari tujuh (7)

komponen besar, dimana komponen tersebut merupakan sektor utama

dalam kepariwisatan yang memerlukan keterkaitan, ketergantungan, dan

keterpaduan, yaitu (Primadany, 2013):

1. Sektor pemasaran (the marketing sector)

Mencakup semua unit pemasaran dalam industri pariwisata,

misalnya, kantor biro perjalanan dengan jaringan cabangnya, kantor

pemasaran maskapai penerbangan (air lines), kantor promosi daerah

tujuan wisata tertentu, dan sebagainya.

2. Sektor perhubungan (the carrier sector)

Mencakup semua bentuk dan macam transportasi publik, khususnya

yang beroperasi sepanjang jalur transit yang menghubungkan tempat

asal wisatawan (traveller generating region) dengan tempat tujuan

wisatawan (tourist destination region). Misalnya, perusahaan


12

penerbangan (airlines), bus (coachline), penyewaan mobil, kereta api, dan

sebagainya.

3. Sektor akomodasi (the accommodation sector)

Sebagai penyedia tempat tinggal sementara (penginapan) dan

pelayanan yang berhubungan dengan hal itu, seperti penyediaan

makanan dan minuman (food and beverage). Sektor ini umumnya

berada di daerah tujuan wisata dan tempat transit.

4. Sektor daya tarik/ atraksi wisata (the attraction sector)

Sektor ini terfokus pada penyediaan daya tarik atau atraksi

wisata bagi wisatawan. Lokasi utamanya terutama pada daerah tujuan

wisata tetapi dalam beberapa kasus juga terletak pada daerah transit.

Misalnya, taman budaya, hiburan (entertainment), even olah raga dan

budaya, tempat dan daya tarik wisata alam, peninggalan budaya, dan

sebagainya. Jika suatu daerah tujuan wisata tidak memiliki sumber daya

atau daya tarik wisata alam yang menarik, biasanya akan dikompensasi

dengan memaksimalkan daya tarik atraksi wisata lain.

5. Sektor tour operator (the tour operator sector)

Mencakup perusahaan penyelenggara dan penyedia paket wisata.

Perusahaan ini membuat dan mendesain paket perjalanan dengan

memilih dua atau lebih komponen (baik tempat, paket, atraksi wisata)

dan memasarkannya sebagai sebuah unit dalam tingkat harga tertentu

yang menyembunyikan harga dan biaya masing-masing komponen dalam

paketnya.
13

6. Sektor pendukung/ rupa-rupa (the miscellaneous sector)

Sektor ini mencakup pendukung terselenggaranya kegiatan wisata

baik di negara/ tempat asal wisatawan, sepanjang rute transit, maupun di

negara/tempat tujuan wisata. Misalnya, toko oleh-oleh (souvenir) atau

took bebas bea (duty free shops), restoran, asuransi perjalanan wisata,

travel cek (traveller cheque), bank dengan kartu kredit, dan sebagainya.

7. Sektor pengkoordinasi/ regulator (the coordinating sector)

Mencakup peran pemerintah selaku regulator dan asosiasi di

bidang pariwisata selaku penyelenggara pariwisata, baik di tingkat

lokal, regional, maupun internasional. Sektor ini biasanya menangani

perencanaan dan fungsi manajerial untuk membuat sistem koordinasi

antara seluruh sektor dalam industri pariwisata.

Produk wisata yang dijual dilengkapi dengan unsur manfaat dan

kepuasan. Manfaat dan kepuasan itu ditentukan oleh dua faktor, yaitu

tourism resources dan tourism services. Tourism resources yang disebut

juga dengan istilah atrrativ spontnee atau tourist attraction. Attraksi atau

daya tarik merupakan salah satu komponen penting dalam periwisata.

Atraksi merupakan salah satu faktor inti tarikan pergerakan wisatawan

menuju daerah tujuan wisata, terdapat dua (2) fungsi dari atraksi yaitu

sebagai stimulant dan umpan pariwisata serta sebagai salah satu produk

utama pariwisata dan faktor tujuan utama kedatangan pengunjung.

Atraksi/daya tarik yang tersedia di daerah tujuan wisata dimaksudkan untuk

kepuasan, dan kesenangan pengunjung (Suwantoro, 2004).


14

Sementara Smart tourism merupakan metode dalam meningkatkan

pendapatan dari sektor pariwisata. Istilah ini sudah mulai banyak diadopsi

oleh pelaku industri pariwisata global dengan harapan bisa mendongkrak

angka kunjungan wisatawan. Seperti di bidang lain, penggunaan

terma smart di depan tourism tidak lepas dari integrasi teknologi informasi

dan komunikasi (ICT). Berkatnya, akan tersedia data pendukung pariwisata

dalam jumlah yang masif dan bisa diubah menjadi perencanaan hebat.

B. Konsep Pengembangan Wisata

Keberadaan sektor pariwisata dalam suatu wilayah dapat memberikan

dampak positif maupun negatif. Pencapaian tujuan dan misi pembangunan

kepariwisataan yang baik, berkelanjutan (sustainable tourism) dan

berwawasan lingkungan hanya dapat terlaksana manakala dalam proses

pencapaiannya dapat dilakukan melalui tata kelola kepariwisataan yang baik

(good tourism governance). Prinsip dari penyelenggaraan tatakelola

kepariwisataan yang baik yaitu dengan melakukan koordinasi dan

sinkronisasi program antar stakeholder, serta dengan pelibatan partisipasi

aktif yang bersinergi antara pihak pemerintah, swasta, dan masyarakat yang

terkait (Suardana, 2016).

Wisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang yang dilakukan secara sukarela dengan tujuan berlibur,

atau tujuan lain selain mencari nafkah, bersifat sementara, mengunjungi

tempat tertentu untuk keperluan pribadinya (keluarga, belanja, kesehatan,


15

atau tempat hiburan dan tempat untuk bersantai lainnya) (Pribadi & Zaenuri,

2017).

Konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan berawal dari konsep

pembangunan berkelanjutan. Secara umum, konsep pembangunan

mencakup usaha untuk mempertahankan integritas dan diversifikasi

ekologis, memenuhi kebutuhan dasar manusia, terbukanya pilihan bagi

generasi yang akan datang, pengurangan ketidakadilan, dan peningkatan

penentuan nasib sendiri bagi masyarakat setempat (Kurniawati, 2013).

Pariwisata dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan,

industri pariwisata, dan kebutuhan masyarakat lokal saat ini tanpa

mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi

kebutuhannya sendiri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

pembangunan berkelanjutan dalam tujuannya harus menganut tiga prinsip

dasar, yaitu (Trisnawati, 2018):

a. Kelangsungan ekologi

b. Kelangsungan sosial budaya

c. Kelangsungan ekonomi dimana pembangunannya mampu memenuhi

kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi

mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.

Kata pemerintah memiliki makna sebagai proses pembuatan

keputusan dan bagaimana mengimplementasikan keputusan tersebut. Tata

kelola good governance di artikan sebagai kompetensi manajemen sumber

daya wilayah dalam etika yang terbuka, akuntabel, adil dan responsive
16

terhadap kebutuhan masyarakat. Pemerintah masyarakat dan pihak swasta

merupakan orang-orang yang memiliki legitimasi minat terhadap pariwisata

sehingga merekapun akan memainkan peran yang saling bersinergi dalam

memajukan pariwisata yang ada di daerah (Ningrum, 2016).

Pemerintah wajib menyediakan sarana dan prasarana serta

memberikan bimbingan dan material dalam pelaksanaan pembangunan,

sedangkan masyarakat berkewajiban untuk menunjang dan berperan secara

aktif dalam rangka pembangunan dan kualitas administrasi dari pemerintah.

Sementara pihak swasta juga memiliki kewajiban dalam proses

pembangunan daerah melalui kerjasama dengan pemerintah dalam

mengelola sumber daya yang ada termasuk industry pariwisata (Fachruddin,

2017).

Prinsip pengelolaan pariwisata yang baik oleh (Maulia, 2015)

dijelaskan sebagai berikut.

a. Pembangunan dan pengembangan pariwisata harus didasarkan pada

kearifan lokal dan special local sense yang merefleksikan keunikan

peninggalan budaya dan keunikan lingkungan.

b. Preservasi (pemeliharaan), proteksi (perlindungan), dan peningkatan

kualitas sumber daya yang menjadi basis pengembangan kawasan

pariwisata.

c. Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada

kekhasan budaya lokal.


17

d. Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan budaya dan

lingkungan lokal.

e. Pemberian dukungan dan legitimasi pada pembangunan dan

pengembangan pariwisata jika terbukti memberikan manfaat positif

tetapi sebaliknya mengendalikan dan/atau menghentikan aktivitas

pariwisata tersebut jika melampaui ambang batas (carrying capacity)

lingkungan alam atau akseptabilitas sosial walaupun di sisi lain

mampu meningkatkan pendapatan masyarakat.

Good tourism governance atau tata kelola kepariwisataan yang baik

merupakan sebuah konsep yang diadaptasi dari konsep good governance

untuk melakukan pengelolaan di sektor pariwisata. Pengelolaan pariwisata

berdasarkan konsep tersebut melibatkan tiga aktor penting, yaitu

pemerintah, masyarakat dan swasta. Ketiganya memiliki peran yang strategi

dalam pengelolaan suatu tempat wisata.

Terdapat banyak pemahaman tentang tata kelola kepariwisataan

yang baik atau good tourism governance menurut (Hutagalung, 2019). ada

tiga konsep penting yang perlu di ketahui mengenai tata kelola

kepariwisataan yang baik yaitu:

1. Konsep manajemen

Manajemen menurut mary parker follet manajemen adalah seni

menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Defenisi ini mengemukakan

bahwa seorang manager bertugas untuk mengatur dan mengarahka orang

lain untuk mencapai tujuan organisasi.


18

Strategi pengelolaan tidak terlepas dari manajemen maka dari itu

untuk mengetahui stategi manajemen pengelolaan menggunakan POACE (

Planning, Organizing, Actuating, Controlling, Evaluating ).

2. Konsep organisasi

Organisi adalah setiap bentuk perserikatan antara dua orang atau lebih

yang bekerjasama untuk tujuan bersama dan terkait dalam persekutuan yang

selalu ada hubungan antarorang atau kelompok yang disebut pimpinan dan

seorang atau orang lain yang disebut bawahan.

Organisasi adalah adanya dua orang atau lebih yang melakukan

kerjasama. Adanya system kerjasama dan tujuan bersama yang hendak

dicapai.

3. Konsep destinasi

Pemaknaan atau penjelasan atas konsep-konsep diatas diperlukan

untuk mencegah penyalah artian dari kata-kata tersebut. Jadi tata kelola

kepariwisataan yang baikatau good tourism governancedalam pemahaman

ini adalah sebuah gabungan dari konsep manajemen, konsep organisasi, dan

konsep destinasi.

Pemaknaan atau penjelasan atas konsep-konsep diatas diperlukan

untuk mencegah penyalah artian dari kata-kata tersebut. Jadi tata kelola

kepariwisataan yang baikatau good tourism governancedalam pemahaman

ini adalah sebuah gabungan dari konsep manajemen, konsep organisasi, dan

konsep destinasi.
19

Cox dalam (Wulandari, 2018) pengelolaan kepariwisaataan yang baik

harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut:

1. Pembangunan dan pengembangan pariwisata haruslah didasarkan

pada kearifan lokal dan spesial lokal yang merefleksikan keunikan

keunikan peninggalan budaya dan keunikan lingkungan.

2. Preservasi, proteksi dan peningkatan kualitas sumber daya yang

menjadi basis pengembangan kawasan pariwisata,

3. Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada

khasanah budaya lokal.

4. Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan budaya dan

lingkungan lokal.

5. Memberikan dukungan dan legitimasi pada pembangunan dan

pengembangan pariwisata jika terbukti memberikan manfaat positif,

tetapi sebaliknya mengendalikan dan/atau menghentikan aktivitas

pariwisata tersebut jika melampaui ambang batas carrying capacity

lingkungan alam atau akseptabilitas sosial walaupun di sisi lain

mampu meningkatkan pendapatan masyarakat.

Indikator penting dalam keberhasilan suatu objek dan daya tarik wisata

ada lah pengunjung yang banyak serta kepuasan dan tumbuhnya gambaran

mengesankan dari wisatawan setelah berkunjung ke tempat wisata.Pengelola

menurut kamus besar Indonesia bearti orang yang mengelola.Pengelola

dalam hal ini adalah yang mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan

jalannya usaha wisata.


20

Disinilah Organisasi Pariwisata Daerah dalam hal ini Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan dapat memainkan peran penting, terutama melakukan

koordinasi terhadap semua potensi dan sumber-sumber daya yang terdapat

di daerah itu, sehingga harapan terhadap pariwisata sebagai katalisator bagi

pembangunan daerah dapat menjadi kenyataan dan dapat meningkatkan

kesejahteraan bagi masyarakat di daerah itu. Pemerintah daerah memiliki

peran untuk mengembangkan potensi pariwisata daerahnya sebagai Pitana

dan Gayatri dalam (Hamzah, 2013):

a. Motivator, dalam pengembangan pariwisata, peran pemerintah daerah

sebagai motivator diperlukan agar geliat usaha pariwisata terus

berjalan. Investor, masyarakat, serta pengusaha di bidang pariwisata

merupakan sasaran utama yang perlu untuk terus diberikan motivasi

agar perkembangan pariwisata dapat berjalan dengan baik.

b. Fasilitator, sebagai fasilitator pengembangan potensi pariwisata peran

pemerintah adalah menyediakan segala fasilitas yang mendukung

segala program yang diadakan oleh Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan. Adapun pada prakteknnya pemerintah bisa mengadakan

kerja sama dengan berbagai pihak, baik itu swasta maupun

masyarakat.

c. Dinamisator, dalam pilar good governance, agar dapat berlangsung

pembangunan yang ideal, maka pemerintah, swasta dan masyarakat

harus dapat bersinergi dengan baik. Pemerintah daerah sebagai salah

satu stakeholder pembangunan pariwisata memiliki peran untuk


21

mensinergiskan ketiga pihak tersebut, agar diantaranya tercipta suatu

simbiosis mutualisme demi perkembangan pariwisata.

Pada dasarnya, konsep tata kelola wisata dirancang khusus untuk

diterapkan pada daerahdaerah atau pedesaan (rural area) yang kurang

berkembang, Target sasaran adalah daerah atau wilayah yang menunjukkan

tanda-tanda tidak atau kurang berkembang (underdeveloped) tetapi

mempunyai potensi dan daya tarik untuk dikembangkan menjadi Daerah

Tujuan Wisata (DTW). Tanda-tanda tidak atau kurang berkembang itu

antara lain: daerah dengan pendapatan per kapita rendah (miskin), terpencil

atau terpinggirkan, infrastruktur buruk sehingga agak terisolasi,

pertumbuhan ekonomi tertekan, kelompok etnis minoritas, komunitas adat

(indigenous), dan sebagainya (Pratama & Bhaskara, 2019).

Strategi peneglolaan pariwisata ditinjau dari fasilitas dan sistem

pelayanan meliputi elemen-elemen sebagai berikut (Farania, 2017):

1. Pelaku wisata Pelaku wisata yang dimaksud adalah individu ataupun

organisasi yang bergerak di bidang pariwisata yang dapat berupa

institusi atau lembaga pemerintah, kelompok sadar wisata, akademisi

di bidang wisata dan swasta dibidang pariwisata. Variabel pelaku

wisata pada konteks pariwisata cerdas lebih menekankan adanya

integrasi antara pelaku wisata dan didukung oleh TIK seperti software

komputer yang digunakan yaitu untuk memudahkan dalam kegiatan

koordinasi.
22

2. Atraksi Atraksi merupakan sesuatu yang menarik dan menjadi tujuan

wisatawan seperti objek wisata baik objek wisata dan event, namun

event tidak termasuk karena terdapat kesulitan dalam mengukur event

yang pengunjung wisatanya hanya ada saat berlangsung event serta

lokasi event berubah setiap tahunnya. Fasilitas dan sistem pelayanan

pada atraksi dilihat dari ketersediaan TIK seperti software komputer

dan RFID serta kualitas pelayanan yang baik dalam atraksi.

3. Transportasi Transportasi wisata merupakan sarana dan prasarana

perjalanan yang menuju objek dan event wisata. Transportasi wisata

ini didukung dengan pilihan moda transportasi umum yang merupakan

fasilitas publik yang disediakan oleh pemerintah. Elemen transportasi

ini, dikaji berdasarkan ketersediaan TIK dan kualitas pelayanan yang

baik dalam transportasi.

4. Fasilitas penunjang wisata Fasilitas penunjang wisata merupakan

fasilitas yang mampu membantu wisatawan memenuhi kebutuhan

pelayanan dasar maupun khusus saat berwisata. Fasilitas tersebut

meliputi fasilitas keamanan, perbankan, akomodasi, rumah makan,

perbelanjaan, kesehatan, sanitasi dan kebersihan, lahan parkir, ibadah

dan pusat informasi pelayanan pariwisata. Elemen fasilitas penunjang

wisata ini juga dikaji mengenai ketersediaan TIK dan kualitas

pelayanan yang baik dalam fasilitas penunjang wisata.


23

Distribusi peran dan tanggung jawab pemangku kepentingan

(stakeholder) dalam pengembangan dan pengelolaan wisata yang baik

dapat dijabarkan sebagai berikut (Ansell & Gash, 2008):

a. Pemerintah yatiu pemimpin visioner, pembuat kebijakan, koordinator,

fasilitator, pengarah, pemberi anggaran, pengetahuan, pengalaman,

pendidikan & pelatihan, pemberdayaan lokal, pengambil keputusan,

kepemilikan dan pendistribusian biaya/manfaat.

b. Swasta merupakan pendukung selaku mitra kerja,

pengembang,investor, fasilitator, pengarah, penerima manfaat,

pemberi anggaran, pengetahuan, pengalaman, know how, pendidikan

& pelatihan, pemberi kerja.

c. Komunitas lokal adalah bagian dari produk, produsen,pemasok,

pekerja, pengguna, pemilik, investor, penerima manfaat – pemberi

informasi, pengetahuan, pengalaman dan upaya untuk

mengembangkan wisata.

Partisipasi masyarakat berjalan dalam format kelembagaan, hukum

dan politik yang ditetapkan oleh pemerintah sehingga yang terjadi adalah

partisipasi semu (false participation) atau bahkan tidak ada partisipasi.

Menyikapi hal itu, muncul gagasan mengembangkan model pendekatan

bottom up sebagai upaya untuk mewujudkan partisipasi masyarakat yang

sebenarnya di semua level pembangunan, termasuk pada sektor pariwisata.

Partisipasi benar-benar diupayakan berawal dari bawah yang diukur dari


24

seberapa jauh masyarakat dilibatkan di dalam proses pengambilan

keputusan (Sidiq & Resnawaty, 2017).

Dalam penyelenggaraan tata kelola kepariwisataan yang baik, maka di

butuhkan dari sektor publik dengan perubahan yang baik pula dalam cara

berpikir maupun bertindak. Negara-negara yang telah mengelola sektor

kepariwisataannya secara intensif khususnya adalah negara yang potensi

wisatanya tidak begitu menonjol, namun karena ditangani secara profesional

menjadi industri. Tidak hanya dengan lembaga pemerintahan saja yang

terkait akan tetapi keseluruhan dari stakeholders ikut terlibat dengan

menjadikannya suatu good governance.

Berdasarkan beberapa definisi diatas yang dimaksud dengan

perkembangan adalah suatu proses menuju keadaan yang lebih baik dengan

memperhatikan tujuan yang jelas. Perkembangan obyek dan daya tarik

wisata dilakukan dengan maksud untuk menambah, memperbaiki bahkan

merubah unsur-unsur yang terkandung didalamnya seperti wisatawan,

atraksi, fasilitas dan organisasi wisata dengan arah perkembangan potensi

yang lebih baik dan kreatif sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat

sekitar dan pemangku kepentingan serta keinginan wisatawan.

C. Konsep Strategi

Strategi secara etimologis berasal dari kata Strategos dalam bahasa

yunani yang terbentuk dari kata stratos atau tentara dan kata ego atau

pemimpin. Dalam Oxford Learner’s Pocket Dictionaries Strategy (noun) : a

plan of action designed to achieve a long-term or overall aim. Jika diartikan


25

kedalam bahasa Indonesia berarti rencana aksi yang dirancang untuk

mencapai jangka panjang atau tujuan secara keseluruhan (Zamzami, &

Sahana, 2021).

Strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang

mengaitkan keunggulan perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang

dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahan dapat dicapai

melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan. Strategi merupakan alat

untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka

panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya

(Prasetyo, 2017).

Istilah strategi dari manajer diartikan sebagai rencana skala besar yang

beroriantasi jangka panjang sebagai sarana berinteraksi dengan lingkungan

yang kompetitif untuk mencapai suatu tujuan perusahaan. Sebuah strategi

sendiri merupakan rencana permainan yang akan dilakukan oleh

perusahaan. Suatu strategi mencerminkan kesadaran perusahaan tentang

bagaimana, kapan, dan dimana perusahaan tersebut berkompetisi melawan

siapa dalam kompetisi tersebut dan apa tujuan suatu perusahaan

berkompetisi (Nugraha, 2014).

Menurut Jhonson dan Scholes strategi merupakan arah cakupan

organisasi yang secara ideal untuk jangka yang lebih panjang, yang

menyesuaikan sumber dayanya dengan lingkungan yang berubah dan secara

khusus dalam pasarnya dengan pelanggan dengan dan kliennya untuk

memenuhi harapan stakeholder (Nugraha, 2014).


26

Fomulasi strategi adalah hal yang paling penting, dimana tahap ini

akan menentukan keberhasilan strategi organisasi. Tujuan utama dalam

formulasi strategi adalah agar organisasi mampu melihat secara objektif

kondisi-kondisi internal dan eksternal organisasi. Penggunaan dimensi

analisa SWOT (Strenght, Weaknesses, Opportunities, Threats) dalam

pengambilan keputusan , yang didasari dengan analisa lingkungan internal

dan eksternal akan meningkatkan strategi organisasi termasuk dalam

organisasi, namun juga melihat peluang yang selama ini belum

dimanfaatkan oleh organisasi Albert Humprey dalam (Asiyah, 2017).

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematif

untuk merumuskan strategi organisasi. Analisis ini didasarkan pada

hubungan atau interaksi antar unsur internal, yaitu kekuatan dan kelemahan,

terhadap unsur-unsur eksternal, yaitu peluang dan ancaman. Analisis

SWOT terdiri atas empat komponen dasar yaitu Albert Humprey dalam

(Firdausi, 2019):

a. Strenght (S), yaitu situasi atau kondisi kekuatan dari organisasi atau

program anda saat ini.

b. Weakness (W), yaitu situasi atau kondisi kelemahan dari organisasi

atau program pada saat ini.

c. Opportunity (O), yaitu situasi atau kondisi peluang di luar organsasi

dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi masa depan.

d. Threat (T), yaitu situasi ancaman bagi organisasi yang datang dari luar

organisasi dan dapat mengancam eksiteni organisasi pada masa depan.


27

Strategi organisasi berperan untuk mengidentifikasi berbagai

pendekatan umum yang dipakai organisasi untuk mencapai tujuan. Sehingga

organisasi dalam mencapai tujuannya ada dua cara yaitu melalui

pengelolaan yang lebih baik atas apa yang sedang dikerjakan sekarang dan

melalui penemuan hal-hal yang baru. Konsep lain menjelaskan bahwa

strategi organisasi merupakan suatu seni menggunakan kecakapan dan

sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungan

yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan

(Priharto, 2020).

Salah satu sumberdaya yang sangat penting dalam organisasi adalah

manusia. Ilmu manajemen merupakan seni untuk menyelesaikan pekerjaan

melalui orang lain yang mencakup fungsi-fungsi antara lain perencanaan,

pengorganisasian, penyusunan personalia, pengarahan dan pengawasan.

Manajemen sumberdaya manusia adalah penarikan, seleksi, pengembangan,

pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai baik

tujuan-tujuan individu maupun organisasi (Sabang, 2016).

Sebagai kesimpulan maka strategi dapat diartikan sebagai suatu

rencana jangka panjang yang bertujuan untuk mencapai tujuan yang

diinginkan dan untuk mencapai keunggulan bersaing dengan cara

meningkatkan kekuatan internal dan eksternalnya. Rencana ini meliputi :

tujuan, kebijakan, dan tindakan yang harus dilakukan oleh suatu organisasi

atau dalam mempertahankan eksistensi dan memenangkan persaingan.


28

D. Kerangka Pikir

Pemerintah Kabupaten Gowa tengah membuat beberapa program

untuk mengembangkan daya tarik wisatanya. Hal ini bertujuan untuk lebih

meningkatkan kunjungan wistawan ke Kabupaten Gowa, baik itu wisatawan

nusantara maupun mancanegara. Salah satu program pemerintah Kabupaten

Gowa yang tengah dijalankan adalah “Beautiful Malino” yang merupakan

program pemerintah dalam rangka memperkenalkan daya tarik wisata alam

yang ada di Malino. Program ini berjalan dengan melibatkan peran

pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pengembangan wisata.

Berdasarkan teori Albert Humprey dalam (Firdausi, 2019) yang di bangun

maka yang menjadi gambaran kerangka pikir dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Bagan Kerangka Pikir

Analisis Strategi Pengembangan Wisata

Indikator:
Albert Humphrey dalam
(Firdausi, 2019)
1. Strenght
2. Weakness
3. Opportunity
4. Threat

Objek Wisata Malino Di Kabupaten Gowa


29

E. Deskripsi Fokus Penelitian

Adapun gambaran terkait hasil yang ingin dicapai penulis dari fokus

penelitian yang di bangun adalah sebagai berikut:

1. Strenght merupakan kekuatan internal yang dimiliki dinas pariwisata

Kabupaten Gowa dalam upaya melakukan pengembangan kegiatan

pariwisata. Kekuatan dalam hal ini meliputi kesiapan aparatur,

ketersediaan sarana dan prasarana serta standar pelaksanaan prosedur

pengembangan wisata.

2. Weakness merupakan kelemahan dinas pariwisata Kabupaten Gowa

dalam upaya pengembangan pariwisata. Dimana kelemahan ini harus

dievaluasi sehingga tidak menghambat proses pengembangan kegiatan

pariwisata di Kabupaten Gowa.

3. Opportunity merupakan potensi yang bisa dimanfaatkan oleh dinas

pariwisata Kabupaten Gowa dalam rangka meningkatkan relasi pada

aspek pengembangan pariwisata.

4. Threat merupakan kondisi yang berasal dari luar organisasi dinas

pariwisata Kabupaten Gowa sehingga menghambat proses

pelaksanaan pengembangan pariwisata.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Adapun waktu dalam penelitian ini adalah dilakukan setelah seminar

proposal dan lokasi penelitian bertempat di kantor pemerintahan Dinas

Pariwisata Kabupaten Gowa tentang Analisis Strategi Pengembangan

Pariwisata (Study objek wisata Malino di Kabupaten Gowa). Adapun alasan

memilih obyek lokasi penelitian tersebut adalah menjadi instansi yang

berperan dalam membentuk strategi untuk tujuan pengembangan wisata.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Jenis dan tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian tentang

Analisis Strategi Pengembangan Pariwisata (Study objek wisata Malino di

Kabupaten Gowa) adalah :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, adalah penelitian untuk

menjawab sebuah permasalahan secara mendalam dalam konteks waktu dan

situasi yang bersangkutan, dilakukan secara wajar dan alami sesuai dengan

kondisi objektif dilapangan. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu

agar fokus penelitian sesuai dengan fakta dilapangan (Sugiyono, 2016).

Proses penelitian yang dimaksud antara lain melakukan pengamatan

terhadap narasumber, berinteraksi dengan mereka dan berupaya dalam

memahami bahasa dan tafsiran mereka. Untuk itu peneliti harus terjun

dalam lapangan dalam waktu yang cukup lama.

30
31

2. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe pendekatan studi kasus dimana data

dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, baik melalui

wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari berbagai

cara itu hakikatnya untuk saling melengkapi. Ada kalanya data yang

diperoleh dari wawancara belum lengkap, sehingga harus dicari lewat cara

lain, seperti observasi, dan dokumentasi.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dijaring dari sumber data primer dan

sekunder sesuai dengan tujuan penelitian ini.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan berupa

hasil wawancara dengan beberapa pihak atau informan yang benar-benar

berkompeten dan bersedia memberikan data dan informasi yang dibutuhkan

dengan kebutuhan penelitian. Salah satunya kepala bagian atau instansi yang

terkait dalam penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bacaan ataupun kajian

pustaka, buku-buku atau literatur yang terkait dengan permasalahan yang

sedang diteliti, internet, dokumen dan laporan yang bersumber dari lembaga

terkait dengan kebutuhan data dalam penelitian.


32

D. Informan Penelitian

Informan penelitian adalah narasumber atau orang yang dimintai

keterangan berkaitan dengan penelitian yang dilaksanakan. Informan

penelitian ini dipilih dari orang-orang yang mengetahui pokok permasalahan

penelitian. Dimana informan ini diharapkan memberikan data secara

obyektif, netral dan dapat dipertanggungjawabkan. Adapun informan dari

penelitian terkait Analisis Strategi Pengembangan Pariwisata (Study objek

wisata Malino di Kabupaten Gowa) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Informan Penelitian


No Jabatan Jumlah

1 Yuniati Yusuf, S.Sos, Kepala Bidang 1


M.AP Destinasi
Kepariwisataan
2 1) Rahman 1) Pengeloa Air 1
Terjun Takapala
2) Herlina 2) Pengelola Hutan 1
Pinus Mlino
4 Wisatawan Pengunjung Objek 4
Wisata

Total 7

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dapat

digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, serta instrumen

pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
33

peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut

menjadi sistematis dan lebih mudah. Teknik pengumpulan data yang dipakai

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau

perilaku obyek sasaran. Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan

langsung yang berkaitan dengan Pengembangan Pariwisata (Study objek

wisata Malino di Kabupaten Gowa).

2. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara

bertanya langsung (berkomunikasi langsung) dengan informan sesuai

dengan jenis data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Dalam berwawancara terdapat proses interaksi antara pewawancara dengan

responden. Materi wawancara antar lain:

a. Kekuatan internal dinas pariwisata dalam rangka melaksanakan

program pengembangan pariwisata.

b. Kelemahan yang dapat menjadi kendala sehingga lambannya kegiatan

pengembangan pariwisata.

c. Peluang merupakan potensi yang dapat digunakan oleh dinas

pariwisata pada kegiatan pengembangan wisata.

d. Ancaman merupakan hambatan diluar ruang lingkup dinas pariwisata

yang dapat mempengaruhi kegiatan pengembangan wisata.


34

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi ini dipergunakan untuk melengkapi teknik

observasi dan wawancara sekaligus menambah keakuratan, kebenaran data

atau informasi yang dikumpulkan dari bahan-bahan dokumentasi yang ada

dilapangan serta dapat dijadikan bahan dalam pengecekan keabsahan data.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi. Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan

mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar

sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja

seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2012). Teknik analisis ini

pada dasarnya terdiri dari tiga komponen : 1). Reduksi data (data

reduction), 2). Penyajian data (data display), 3). Penarikan serta

pengujian kesimpulan (drawing and verifying conclusions).

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Tahap pertama,

melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokan, dan meringkas data.

Pada tahap kedua, peneliti menyususn kode-kode dan catatan-catatan

mengenai berbagai hal, termasuk yang berkenaan dengan aktifitas serta

proses-proses sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompok-

kelompok, dan pola-pola data.


35

2. Penyajian Data (Data Display)

Komponen kedua yakni penyajian data (data display) melibatkan

langkah-langkah mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok) data

yang satu dengan (kelompok) data yang lain sehingga seluruh data yang

dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan, karena dalam

penelitian kualitatif data biasanya beraneka ragam perspektif dan terasa

bertumpuk, maka penyajian data (data display) pada umumnya sangat

diyakini sangat membantu proses analisis.

3. Penarikan serta Pengujian Kesimpulan (Drawing and Verifying

Conclusions)

Pada komponen terakhir, yakni penarikan dan pengujian

kesimpulan (drawing dan verifying conclusions), peneliti pada dasarnya

mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-

pola data yang ada dan atau kecenderungan dari penyajian data yang telah

dibuat.

G. Keabsahan Data

Menurut (Sugiyono, 2016), Triangulansi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dengan demikian

triangulansi sumber, triangulansi teknik pengumpulan data dan triangulansi

waktu yakni sebagai berikut:

1. Triangulasi sumber
36

Triangulansi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah

diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam hal ini penelitian melakukan

pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh melalui hasil

pengamatan, wawancara dan dokumen-dokumen yang ada, kemudian

peneliti membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara dan

membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.

2. Triangulasi teknik

Triangulansi teknik dilakukan dengan cara menggunakan teknik

pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber

yang sama. Dalam hal yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan

observasi dan dokumen. Apabila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas

data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda maka penelitian

melakukan diskusi lebih lanjut kepada informan yang bersangkutan atau

yang lain untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau mungkin

semuanya benar karena sudut pandangnya berbeda-beda.

3. Triangulansi waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang

dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber

masih segar, belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid

sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kerdibilitas data

dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara,

observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil
37

uji menghasilkan data yang berbeda maka dilakukan secara berulang-ulang

sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Profil Kabupaten Gowa

Kabupaten Gowa adalah salah satu Daerah Tingkat

II di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak

di Kota Sungguminasa. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.883,32 km²

atau sama dengan 3,01% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dan

berpenduduk sebanyak ± 652.941 jiwa, dimana bahasa yang digunakan di

kabupaten ini adalah bahasa Makassar dengan suku Konjo Pegunungan

yang mendiami hampir seluruh Kabupaten Gowa. Penduduk di kabupaten

ini mayoritas beragama Islam. Kabupaten ini berada pada 12°38.16' Bujur

Timur dari Jakarta dan 5°33.6' Bujur Timur dari Kutub Utara. Sedangkan

letak wilayah administrasinya antara 12°33.19' hingga 13°15.17' Bujur

Timur dan 5°5' hingga 5°34.7' Lintang Selatan dari Jakarta.

Kabupaten yang berada pada bagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan

ini berbatasan dengan 7 kabupaten/kota lain, yaitu di sebelah Utara

berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Maros. Di sebelah Timur

berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, Bulukumba, dan Bantaeng. Di sebelah

Selatan berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan Jeneponto sedangkan di

bagian Barat berbatasan dengan Kota Makassar dan Takalar.

Wilayah Kabupaten Gowa terbagi dalam 18 Kecamatan dengan

jumlah Desa/Kelurahan definitif sebanyak 169 dan 726 Dusun/Lingkungan.

37
38

Wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar berupa dataran tinggi berbukit-

bukit, yaitu sekitar 72,26% yang meliputi 9 kecamatan yakni Kecamatan

Parangloe, Manuju, Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi, Bungaya,

Bontolempangan, Tompobulu dan Biringbulu. Selebihnya 27,74% berupa

dataran rendah dengan topografi tanah yang datar meliputi 9 Kecamatan

yakni Kecamatan Somba Opu, Bontomarannu, Pattallassang, Pallangga,

Barombong, Bajeng, Bajeng Barat, Bontonompo dan Bontonompo Selatan.

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Gowa

Dari total luas Kabupaten Gowa, 35,30% mempunyai kemiringan

tanah di atas 40 derajat, yaitu pada wilayah Kecamatan Parangloe,

Tinggimoncong, Bungaya, Bontolempangan dan Tompobulu. Dengan

bentuk topografi wilayah yang sebahagian besar berupa dataran tinggi.

Wilayah Kabupaten Gowa dilalui oleh 15 sungai besar dan kecil yang

sangat potensial sebagai sumber tenaga listrik dan untuk pengairan. Salah
39

satu diantaranya sungai terbesar di Sulawesi Selatan adalah sungai

Jeneberang dengan luas 881 Km2 dan panjang 90 Km.

Di atas aliran sungai Jeneberang oleh Pemerintah Kabupaten Gowa

yang bekerja sama dengan Pemerintah Jepang, telah membangun proyek

multifungsi DAM Bili-Bili dengan luas + 2.415 Km2 yang dapat

menyediakan air irigasi seluas + 24.600 Ha, konsumsi air bersih (PAM)

untuk masyarakat Kabupaten Gowa dan Makassar sebanyak 35.000.000 m3

dan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air yang berkekuatan 16,30 Mega

Watt.

Jumlah penduduk di Kabupaten Gowa termasuk terbesar ketiga dari

kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan. Jumlah penduduk dengan urutan

pertama adalah Kota Makassar sebanyak 1.545.373 jiwa , urutan kedua

Kabupaten Gowa sebanyak 765.836 jiwa dan urutan ketiga adalah

Kabupaten Bone sebanyak 762.073 jiwa.

Berdasarkan Gowa Dalam Angka jumlah penduduk Kabupaten Gowa

secara keseluruhan yaitu :

1) Tahun 2018 sebanyak 760.607 jiwa.

2) Tahun 2019 sebanyak 772.684 jiwa.

3) Tahun 2020 sebanyak 765.836 jiwa

Seperti halnya dengan daerah lain di Indonesia, di Kabupaten Gowa

hanya dikenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan.

Biasanya musim kemarau dimulai pada Bulan Juni hingga September,

sedangkan musim hujan dimulai pada Bulan Desember hingga Maret.


40

Keadaan seperti itu berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa

peralihan, yaitu Bulan April-Mei dan Oktober-November.

Curah hujan di Kabupaten Gowa yaitu 237,75 mm dengan suhu

27,125°C. Curah hujan tertinggi yang dipantau oleh beberapa stasiun/pos

pengamatan terjadi pada Bulan Desember yang mencapai rata-rata 676 mm,

sedangkan curah hujan terendah pada Bulan Juli - September yang bisa

dikatakan hampir tidak ada hujan.

2. Profil Dinas Pariwisata Kabupaten Gowa

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gowa terletak di Kantor

Bupati Gedung C lantai 2 Sungguminasa. Keberadaan Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kabupaten Gowa diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten

Gowa Nomor 11 Tahun 2016 Mengenai Pembentukan dan Susunan

Perangkat Daerah, selain itu Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan adalah

Satuan Kerjaperangkat Daerah (SKPD) yang tugas dan fungsinya adalah

membantu bupati dalam membina, mengkoordinasikan dan melaksanakan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang pariwisata dan

kebudayaan serta pelaksanaan dinas sesuai dengan kewenangan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, diatur dalam peraturan Bupati Gowa

Nomor 5 tahun 2016.

Secara khusus penelitian ini berada di Kecamatan Tinggimoncong

Kabupaten Gowa tepatnya di Malino. Alasan peneliti memilih lokasi

penelitian ini karena Malino adalah daerah unggulan pariwisata di

Kabupaten Gowa dan menjadi salah satu tempat destinasi wisata yang
41

terkenal dan diminati di Sulawesi Selatan. Malino terkenal dengan kekayaan

daya tarik alamnya yang sangat luar biasa sehingga dapat menarik

pengunjung untuk berwisata di Malino. Program Beautiful Malino yang

hanya dilaksanakan satu tahun sekali menjadi program unggulan Dinas

Pariwasata Kabupaten Gowa karena mampu menarik pengunjung yang

drastis dari setiap tahun dilaksanakannya.

Kecamatan Tinggimoncog adalah salah satu kecamatan yang

tergabung dalam wilayah administrasi Kabupaten Gowa. Kecamatan ini

adalah salah satu daerah yang istimewa dibanding dengan daerah lain.

Industri Holtikultura, Industri Perkebunan Dan Industri Agrowisata sudah

merabah ke daerah ini, khususnya di daerah Malino, Ibu kota Kecamatan

Tinggimoncong adalah Malino yang merupakan primadona perpariwisataan

di Sulawesi Selatan.

Secara geografis Malino berada pada 1.700 meter diatas permukaan

laut dengan jarak tempuh hanya sekitar 90 kilometer dari Kota Makassar

dengan perjalanan selama 2 jam. Dikawasan wisata Malino terdapat hutan

pinus yang sangat terkenal yang berjejer di atas bukit-bukit dan lembah.

Malino memiliki gunung-gunung yang sangat kaya dengan pemandangan

batu gamping dan pinus. Daerah ini juga terkenal dengan tempat yang sejuk

dan dingin dengan suhu mulai dari 10 °C sampai 26 °C.

Beautiful Malino masuk dalam agenda wisata tahunan Kabupaten

Gowa. Pada edisi pertama dilaksanakannya even ini, beautiful Malino

langsung masuk dalam kalender event tahunan Provinsi Sulawesi


42

Selatan.EventBeautiful Malino secara langsung memperkenalkan sejarah,

budaya, dan keindahan dari kota Malino.Kawasan wisata alam Malino

merupakan penyumbang PAD terbesar untuk sektor pariwisata di

Kabupaten Gowa. Pemasukan terbesar untuk sektor pariwisata di Malino

adalah hotel dan penginapan.Sementara obyek wisata lainnya hanya sebagai

penopang saja.Potensi pengembangan sektor pariwisata di Malino

mempunyai prospek yang cukup potensial karena mempunyai berbagai jenis

obyek wisata seperti wisata alam, wisata tirta, wisata kebun dan ciri khas

cendera mata.

Agenda tahunan ini juga diyakini mampu memberdayakan para

pelaku usaha kecil di sekitar kawasan wisata itu. Misalnya saja bagi

pengelola homestay ataupun UMKM kuliner.Tahun lalu, perputaran

transaksi yang berhasil dicatatakan pihak penyelenggara yakni sebesar Rp24

miliar. Pengembangan destinasi pariwisata juga didukung dengan adanya

kerjasama antara pemerintah dan pihak swasta.

Beberapa pihak swasta yang bekerja sama dengan pemerintah

Kabupaten Gowa adalah Malino Highlands yang dilengkapi dengan hotel

dan restoran, Kebun Teh, dan Kebun Strawberryyang dikelolah oleh pihak

swasta. Agar dapat mengembangkan wisata alam Malino maka pemerintah

dipandang perlu memperhatikan sarana dan prasarana pada setiap obyek

wisata yang ada di Malino, perbaikan jalan menuju ke lokasi wisata juga

perlu menyiapkan berbagai kuliner dan cinderamata khas daerah Malino

yang tidak akan didapatkan di daerah manapun. Malino memang dikenal


43

sebagai salah satu destinasi pariwisata di Sulawesi Selatan dengan

eksotisme alam dataran tinggi serta beraneka ragam flora terdapat disini.

Malino juga memiliki air terjun, hutan pinus dan salah satu pusat pelatihan

dan pendidikan calon anggota TNI di Sulawesi Selatan (Atrianingsi, 2019).

Program Beautiful Malino ini bertujuan untuk mempromosikan

Kabupaten Gowa khususnya Malino sebagai icon wisata dan dikenal di

masyarakat luas hingga kemancanegara. Sehingga Peran pemerintah sangat

dibutuhkan dalam pengelolaan wisata di Malino, agar terwujudnya tata

kelola pariwisata yang baik dan berdaya guna baik untuk masyarakat

ataupun pengunjung wisata itu sendiri.

Beautiful Malino pertama kali dikeluarkan oleh pemerintah Kabupaten

Gowa melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan pada awal tahun 2017.

Program Beautiful Malino ini digagas oleh pemerintah Kabupaten Gowa

sebagai usaha untuk memajukan potensi pariwisata. Program ini dikelola

langsung oleh Dinas Pariwisata dan pemerintah Kabuapten Gowa

1) Visi da Misi

Adapun visi dan misi dari dinas pariwisata dan kebudayaan kabupaten

gowa adalah sebagai beriku:

Visi : “Mewujudkan Kabupaten Gowa Sebagai Daerah Tujuan Wisata

Yang Handal dan Berdaya Saing di Sulawesi Selatan”.

Misi :

a. Meningkatkan pelaksanaan tugas kesekretarian dalam rangka

mendukung kelancaran pelaksanaan tugas kedinasan.


44

b. Meningkatkan usaha kepariwisataan yang unggul berbasisi

potensi lokal dan ekonomi kerakyatan.

c. Meningkatkan pengembangan seni dan budaya daerah serta

pelestarian suaka peninggalan sejarah dan purbakala.

d. Meingkatkan pengembangan kawasan wisata dan hiburan.

e. Menigkatkan kualitas manajemen pemasarah dan pro,osi wisata.

2) Tugas Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabudayaan

Tugas Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabudayaan sudah di atur

dalam Peraturan Daerah Kabupaten Gowa nomor 11 Tahun 2016 yaitu :

a. Dinas pariwisata dan kebudayaan mempunyai tugas membantu

bupati dalam melaksanakan urusan pemerintahan bidang

pariwisata dan kebudayaan yang menjadi kewenangan daerah

dan tugas pembantu yang ditugaskan kepada daerah.

b. Dinas pariwisata dan kwbudayaan dalam melaksanakan tugas

dan menyelenggarakan fungsi sebagai :

a) Perumusan kebijakan penyelenggaraan urusan

pemerintahan bidang pariwisata dan kebudayaan

b) Pelaksana kebijakan urusan pemerintahan bidang

pariwisata dan kebudaayaan.

c) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan urusan pemerintah

bidang pariwisatadan kebudayaan.

d) Pelaksaaan administrasi dias urusan pemerintahan bidang

pariwisat dan kebudayaan


45

Gambar 4.2 Struktur Organisasi


Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Gowa
KEPALA DINAS

Andi Tenriawati Tahri, S.STP


SEKERTARIS DINAS
Pangkat :PEMBINA Nasrun B, S.sos
NIP : 19780926199612001
Pangkat : PEMBINA TINGKAT I
NIP : 19690801992021002

KABID PEMASARAN KABID KEBUDAYAAN KABID. DESTINASI KABID. SUMBER DAYA


Andi Ian marimba, T., Sip Ikbal, S.Sos, M.Si KEPARIWISATAAN MANUSIA

Pangkat : PENATA TK I Jabatan : PEMBINA Yuniati yusuf, S.Sos, M.AP Hj. Syamsiar Rahmi, S.Sos, MM
Pangkat : PEMBINA
NIP : 19781142006041015 NIP : 1969118199003100 Pangkat : PEMBINA
NIP : 196411201986112006
NIP : 196606011986032016

KASIE PROMOSI KASIE KEBUDAYAAN KASIE PEMBINAAN DAN KASIE DIKLAT TENAGA
Nurdianti, SE DAERAH PERIZINAN PARIWISATA KERJA
Safaruddin, SE Drs. Yusrang Iring, MM Andi Baso Gazali, S.Sos., M.Si
Pangkat : PENATA MUDA
TK I Pangkat : PEMBINA
Pangkat : PEMBINA Pangkat : PEMBINA
NIP : 198303182010012034 NIP : 19740520200801013
NIP : 196509061992091001 NIP : 19608251993011001

KASIE ANALISIS PASAR, KASIE CAGAR BUDAYA KASIE PENGEMBSNGSN KASIE BIMBINGAN
DATA DAN INFORMASI DAN PERMUSEUMAN DSYS TSRIK WISATA DAN MASYARAKAT
PARIWISATA SARAA PRASARANA
Yusuf, SE Rishky, SS
Erniyanti Syam. AR,
Pangkat : PENATA TK I Juliaty Tandi Siapi,SE., MM Pangkat : PENATA TK I
S.Sos.,MM
Pangkat ; PENATA TK I NIP : 198302062006021000 Pangkat : PEMBINA NIP : 19760224200604100
NIP : 197308051998032006 NIP : 196707031987092001

KASIE KESENIAN
KASIE EKONOMI
KREATIF Ratnawati, S.STP., M.Si
Pangkat : PEMBINA KASUBAG
Hj Dasriany, S.S., M.Pd PERENCANAAN
Pangkat : PENATA TK I NIP : 1977040319982001
Muh. Lukman. S.STP
NIP : Pangkat : PENATA TK I
107404042009012003
NIP : 1980044199912002

KASUBAG
KEUANGAN
Dra. Nursapa
Pangkat : PENATA TK I
NIP :
196706142007012014

KASUBAG UMUM
Muhammad Akbal
Bakri, S.T
Pangkat : PENATA
MUDA TK I
NIP :
46

Penerimaan daerah dari sektor pariwisata merupakan salah satu tujuan

dari kegiatan pengembangan objek wisata. Adapun bentuk realisasi dari

enam (6) kawasan objek wisata di Kabupaten Gowa yaitu:

Tabel 4.1 Realisasi Penerimaan PAD Desember 2020


Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
No Objek Pajak Target Realisasi Keterangan
Retribusi Bulan Lalu Bulan Ini Jumlah
1 Ret. Air 25.000 11.700 5.400.000 38.118.000
Terjun
Takapala

2 Ret. Hutan 50.000 32.718.000 5.400.000 38.118.000


Wisata
Malino

Tabel 4.2 Realisasi Penerimaan PAD Juni-Desember 2021


No. Obyek Pajak Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Target
1. Penginapan 17.050.000 13.000.000 500.000 20.000.000 5.600.000 11.500.000 56.250.000 235.000.000
2. Air Terjun 5.400.000 2.100.000 1.200.000 4.200.000 3.900.000 1.500.000 3.200.000 25.000.000
Takapala
3. Hutan Wisata 12.500.000 3.312.000 900.000 5.400.000 5.400.000 7.200.000 3.500.000 50.000.000
4. Bili-bili 7.200.000 4.200.000 2.400.000 4.200.000 5.100.000 4.500.000 3.900.000 50.000.000
5. Museum Balla 400.000 - 534.000 - 500.000 600.000 660.000 15.000.000
Lompoa
6. Makam Syech 600.000 1.000.000 400.000 1.200.000 - 1.500.000 1.000.000 10.000.000
Yusuf
Jumlah 43.250.000 23.512.000 5.034.000 35.000.000 23.500.000 26.900.000 66.710.000 365.000.000
(Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gowa 2021)

Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dalam kurun waktu bulan Juni

sampai dengan Bulan Desember 2021 realisasi retribusi dari sektor

pariwisata di Kabupaten Gowa. Berdasarkan hasil pemaparan dari informan

di lokasi penelitian bahwa retribusi dari penginapan tidak mencapai target


47

yang telah ditentukan, Wisata air terjun Takapala mencapai target, hutan

wisata mencapai target, wisata Bili-bili tidak mencapai target, Museum

Balla Lompoa tidak mencapai target dan makam Syech Yusuf tidak

mencapai target.

Pengembangan pariwisata dapat dilihat dari tingkat kunjungan

wisatawan di lokasi objek wisata tersebut. Sebagai fokus penelitian penulis

yang dilakukan terhadap objek wisata yaitu hutan pinus dan air terjun

Takapala maka dapat dilihat jumlah kunjungan wisatawan dalam tabel

sebagai berikut:

Tabel 4.3 Kunjungan Wisatawan Kabupaten Gowa

Tahun Kunjungan 2019 2020 2021


CAPAIAN
Total jumlah kunjungan wisata nusantara 284225 42797 230.281
Total jumlah kunjungan wisata mancanegara 3462 170 225
Total jumlah kunjungan wisatawan 287687 42967 230.506

Tabel 4.4 Jumlah Kunjungan Wisatawan

No. Objek WIsata Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1. Hutan Pinus 7471 1793 553 3157 4728 4628 2375
Malino
2. Air Terjun 2354 950 679 2159 1950 684 966
Takapala
(Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gowa 2021)

Pada tabel 4.4 dapat dilihat jumlah kunjungan wisatawan di dua objek

wisata yang menjadi lokus penelitian penulis dalam kurun waktu enam

bulan selama tahun 2021. Dimana hutan pinus Malino kunjungan wisatawan
48

pada bulan Juni sebesar 7471 wisatawan, bulan juli 1793 wisatawan, pada

bulan agustus sebanyak 553 wisatawan, bulan september 3157 wisatawan,

bulan oktober 4728 wisatawan, bulan November 4628 wisatawan dan bulan

desember 2375 wisatawan. Sementara pengunjung air terjun Takapala bulan

juni sebanyak 2354 wisatawan, bulan juli 950 wisatawan bulan agustus

sebanyak 679 wisatawan, bulan september 2159 wisatawan, bulan oktober

1950 wisatawan, bulan November 684 wisatawan dan bulan desember 966

wisatawan. Sementara itu dari hasil wawancara dengan informan bahwa

tidak terdapat target jumlah wisatawan yang ditetapkan oleh dinas

pariwisata Kabupaten Gowa.

B. Analisis Strategi Pengembangan Pariwisata (Study objek wisata Malino

di Kabupaten Gowa)

Pariwisata dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan,

industri pariwisata, dan kebutuhan masyarakat lokal saat ini tanpa

mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi

kebutuhannya sendiri. Konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan

berawal dari konsep pembangunan berkelanjutan. Secara umum, konsep

pembangunan mencakup usaha untuk mempertahankan integritas dan

diversifikasi ekologis, memenuhi kebutuhan dasar manusia, terbukanya

pilihan bagi generasi yang akan datang, pengurangan ketidakadilan, dan

peningkatan penentuan nasib sendiri bagi masyarakat setempat.

Wisata Malino merupakan penghasil PAD terbesar untuk sektor

pariwisata di Kabupaten Gowa. Setiap tahun perhelatan event tersebut


49

mengalami peningkatan pendapatan, pada tahun 2018 pihak penyelenggara

mencatat total transaksi mencapai Rp 24 miliar (sulsel idntimes, 2019).

Sehingga potensi pengembangan sektor pariwisata di Malino memiliki

prospek yang cukup potensial untuk dikembangkan. Namum sebagai salah

satu tujuan pariwisata di bagian utara Sulawesi Selatan, pemerintah perlu

memperhatikan dan menindaklanjuti permasalahan yang sering ditemui.

Berdasarkan hasil penelitian penulis terkait Analisis Strategi

Pengembangan Pariwisata (Study objek wisata Malino di Kabupaten Gowa)

dengan menggunakan pendekatan indikator kekuatan, kelemahan, peluang

dan ancaman diuraikan penulis dari hasil penelitian yang dibahas sebagai

berikut:

1. Kekuatan (strength)

Pengembangan suatu organisasi pemerintahan memerlukan aset pokok

yang disebut sumber daya, karena tanpa aparatur, faktor-faktor produksi

tidak akan beroperasi. Dalam rangka memajukan tujuan suatu organisasi

haruslah memiliki sumber daya manusia yang baik dan berkualitas,

sehingga menjadi suatu organisasi yang kompetitif dan produktif di masa

yang akan datang. Meskipun telah ditemukan teknologi yang baru dan

canggih, suatu institusi tidak akan mampu menghasilkan suatu output yang

diharapkan tanpa di dukung oleh aparatur sebagai pelayan operasionalnya.

Proses pengembangan pariwisata di Kabupaten Gowa menitikberatkan

kepada kapasitas aparatur birokrasi dalam kegiatan pengembangan baik dari

segi administrative dan infrastruktur. Kegiatan pengembangan pariwisata


50

melalui pemberdayaan apratur melalui pelatihan-pelatihan yang dilakukan

dari tingkat Kabupaten sampai pusat.

“Pola pembinaan pegawai merupakan salah satu perhatian kami dalam


upaya peningkatan industry pariwisata di Kabupaten Gowa. Setiap
tahun proses pengelolaan pariwisata selalu berubah sehingga
menuntut aparatur lebih sigap dalam memahami perubahan tersebut
termasuk kegiatan wisata pasca pandemi. Setiap aparatur tentunya
sudah dibagi kedalam beberapa struktur kerja yang mempunyai
tanggung jawab di bidangnya masing-masing. Dalam rangka
meningkatkan kapasitas aparatur kami selalu mengadakan pelatihan
atau study banding kedaerah-daerah lain untuk melihat pola
pengembangan pariwisatanya. Pelatihan itu selalu diadakan baik oleh
kementrian atau pemerintah profinsi. Setiap aparatur juga memiliki
petunjuk teknis sesuai dengan bidang masing-masing sehingga
memang pola kerja selalu relevan dengan kebijakan pemerintah.”
(Wawancara dengan DP 12 Juli 2022).

Hasil wawancara dengan informan dapat dilihat pola pengembangan

wisata dilakukan dengan terlebih dahulu meningkatkan kapasitas sumber

daya manusia sebagai fungsi manajemen dalam pengembangan pariwisata.

Sehingga setiap tahunnya selalu ada program yang dilakukan dinas

pariwisata yang mengarah kepada peningkatan pengelolaan pariwisata di

Kabupaten Gowa.

Pendidikan merupakan tugas untuk meningkatkan pengetahuan atau

sikap para tenaga kerja sehingga mereka dapat lebih menyesuaikan dengan

lingkungan kerja mereka. Pendidikan berhubungan dengan teori tentang

pekerjaan dan suatu usaha untuk mrengembangkan kemampuan berfikir dari

seorang tenaga kerja. Sedangkan, pelatihan merupakan pendidikan dalam

arti yang agak sempit, terutama dengan intruksi, tugas khusus, dan disiplin.

Pelatihan merupakan suatu proses peningkatan kecakapan. Karena itu, perlu

dipelajari bagaimana caranya melaksanakan tugas dan pekerjaan tertentu.


51

Salah satu objek wisata di Malino yang selalu dikunjungi oleh

wisatawan yaitu hutan pinus. Dalam rangka meningkatkan pengembangan

wisata tersebut pengelola telah dibekali dengan pendidikan dan pelatihan

tentang tata cara perawatan objek wisata alam. Melalui kegiatan tersebut

para pengelola dapat memahami pola-pola kerja pemeliharaan objek wisata.

“Oleh dinas pariwisata Kabupaten Gowa itu sudah memberikan


semacam pelatihan kepada pengelola dalam rangka memelihara objek
wisata. Terkhusus hutan pinus ini sendiri kita memiliki struktur kerja
dimana rata-rata pengelola merupakan masyarakat sekitar wilayah
sini. Untuk kegiatan pemeliharaannya sendiri saya fikir sama dengan
tempat-tempat yang lain hanya saja karena kami berkonsep wisata
alam tentu memiliki bentuk pengelolaan sendiri. Untuk menjaga
keasrian lingkungan sendiri tentu menjaga agar tetap bersih,
menghimbau pengunjung agar membuang sampah ditempat yang telah
disediakan, menghimbau wisatawan agar tidak melakukan
pengrusakan, dan penyediaan spot-spot foto agar semakin menarik
kunjungan wisatawan dan yang terpenting semua struktur kerja
memahami fungsinya masing-masing dan bekerja secara bersama-
sama dalam rangka meningkatkan daya tarik hutan pinus ini.”
(Wawancara dengan PL 14 Juli 2022).

Hasil wawancara dengan informan dapat dilihat bahwa pola

pengembangan objek wisata hutan pinus dilakukan oleh pihak pengelola

yang dibentuk dinas pariwisata Kabupaten Gowa, yang mempunyai fungsi

melakukan kegiatan pengembangan dan pemeliharaan objek wisata

sehingga keasrian dan keindahan objek wisata tetap terjaga.

Peran masyarakat sebagai sebuah kelompok yang saling berinteraksi

dapat di manfaatkan oleh pemrintah dalam rangka pemberdayaan pada

pengembangan wisata. Pemberdayaan suatu destinasi memanfaatkan

penduduk lokal dalam pengembangannya. Secara sederhana dapat diartikan

suatu pariwisata berkelanjutan yang dikelola oleh, dari dan untuk


52

masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas

hidup penduduk lokal serta menjaga kelestarian budaya, diantaranya dalam

tahap perencanaan, pengelolaan dan pemberian masukan dalam

mengembangkan suatu destinasi wisata.

Pemberdayaan komunitas masyarakat dalam mendukung program

dinas pariwisata Kbaupaten Gowa menjadi salah satu aspek penting dalam

mengembangkan Malino sebagai wisata nasional. Salah satunya komunitas

peduli Gowa, komunitas ini senantiasa membantu pemerintah untuk

senantiasa mensosialisasikan pengembangan wisata di Malino.

“Saya sebagai masyarakat yang tergabung dalam komunitas peduli


Gowa senantiasa berkoordinasi dengan camat ataupun dinas
pariwisata dalam rangka menjadikan Malino sebagai wisata nasional
dengan mendukung segala bentuk program yang di buat. Sebagai
sebuah kelompok tujuan kami membangun kesadaran wisatawan agar
senantiasa menjaga kebersihan objek wisata, langkah itu sebagai
wujud kecintaan kami terhadap alam yang ada di Kabupaten Gowa.”
(Wawancara dengan MC 15 Juli 2022).

Hasil wawancara dengan informan masyarakat bahwa di dalam

masyarakat terdapat sebuah komunitas atau perkumpulan yang mendukung

program pemerintah terkait pengembangan Malino menjadi wisata nasional.

Salah satu kegiatan kelompok tersebut memberikan kesadaran terhadap

masyarakat dan wisatawan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

Berdasarkan hasil observasi penulis dilapangan pada indikator

strength (Kekuatan) dalam Analisis Strategi Pengembangan Pariwisata

(Study objek wisata Malino di Kabupaten Gowa) dimana pola

pengembangan pariwisata selalu sejalan dengan peningkatan manajemen

aparatur kerja melalui kegiatan-kegiatan pelatihan dan pengembangan


53

sumber daya aparatur. Setiap struktur kerja yang dibentuk memiliki tugas

dan fungsinya masing-masing, melalui petunjuk teknis yang telah dibuat

menjadi pedoman bagi aparatur pelaksana dalam melakukan pekerjaannya.

Sehingga kegiatan pengembangan pariwisata selalu sejalan dengan

kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Sumber daya

manusia menjadi hal yang sangat sentral dalam pengembangan program hal

tersebut menjadi sebuah kekuatan bagi dinas pariwisata Kabupaten Gowa

dalam meingkatkan destinasi wisata yang ada di Malino Kabupaten Gowa.

2. Weakness (Kelemahan)

Setiap institusi pemerintahan dalam melakukan aktivitasnya pasti

memiliki tujuan yang hendak dicapai, untuk mencapai atau mewujudkan

tujuan tersebut setiap institusi pemerintah harus pandai dalam memilih

strategi, terutama adalah perencanaan anggaran yang pada intinya adalah

terfokus pada langkah-langkah tertentu yang diambil oleh manajemen.

Pengembangan objek wisata di Kabupaten Gowa terkendala dari

proses manajemen anggaran dimana dalam kegiatan pengelolaannya tidak

mendapatkan anggaran pembangunan oleh pemerintah daerah. Hal tersebut

menjadi sebuah kelemahan dalam proses pelaksanaan program organisasi

sehingga proses manajemen keuangan selalu diperhatikan dengan

menyinkronkan terhadap kebutuhan dinas pariwisata.

“Lemahnya kita disini dalam rangka proses pengambangan pariwisata


terletak tidak adanya anggaran bagi dinas pariwisata untuk kegiatan
pembangunan pariwisata yang dianggarkan oleh daerah. Karena
daerah tentu punya skala prioritas dalam melakukan manajemen
kepemerintahan. Anggaran kita hanya berasal dari dana alokasi
khusus itupun hanya untuk kegiatan pemeliharaan yang terbilang
54

belum cukup untuk menampung semua pariwisata yang ada. Oleh


karena itu dinas pariwisata dalam melaksanakan setiap program
pengembangan objek wisata selalu menggandeng sektor swasta untuk
menjadi sponsor dalam event-event wisata.” (Wawancara dengan DP
12 Juli 2022).

Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan kegiatan

pengembangan objek wisata di Kabupaten Gowa terkendala oleh proses

manajemen anggaran. Dimana dalam kegiatan pengembangan objek wisata

dinas pariwisata sama sekali tidak memiliki anggaran tetap dari pemerintah

Kabupaten Gowa.

Setiap organisasi memerlukan anggaran dalam proses pelaksanaan

program. Pada kegiatan pengembangan wisata fungsi anggaran berguna

untuk peningkatan daya tarik objek wisata, pemeliharaan objek wisata, dan

pemberian upah kerja bagi pengelola. Sehingga ketersediaan anggaran

dalam pelaksanaan pengembangan pariwisata menjadi hal yang sangat

penting untuk diperhatikan oleh pemangku kebijakan.

Minimnya anggaran dalam proses pengembangan objek wisata di

Malino Kabupaten Gowa juga dirasakan oleh pengelola air terjun Takapala

yang merupakan salah satu objek wisata alam di Malino. Setiap gagasan dan

inovasi yang dirumuskan oleh pengelola senantiasa tidak terlaksana akibat

minimnya anggaran untuk pelaksanaan program tersebut.

“Terkadang ada masukan dari teman-teman pengelola untuk membuat


seperti spot foto baru, gazebo, atau destinasi tambahan di air terjun
namun selalu terkendala anggaran. Setiap masukan dan hasil
pemikiran teman-teman disini itu selalu kami koordinasikan dengan
dinas pariwisata, namun selalu dibilang nanti akan diusulkan dalam
proses penganggaran, tapi hal tersebut tidak kunjung teralisasi sampai
sekarang. Adapun anggaran yang tersedia hanya upah bagi pengelola
55

saja sebagai upaya menjaga objek wisata agar tetap bersih.”


(Wawancara dengan PL 14 Juli 2022).

Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan kegiatan

pengembangan wisata air terjun Takapala yang berada di kawasan Malino

Kabupaten Gowa juga terkendala minimnya anggaran dari pemerintah

daerah dalam peningkatan objek wisata melalui penambahan destinasi

dikawasan objek wisata tersebut. Ketersediaan anggaran dari pemerintah

hanya mencukupi untuk upah pengelola sebagai tenaga kerja yang menjaga

lingkungan objek wisata.

Penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah

senantiasa menjadi bahan evaluasi dari masyarakat sebagai target dan

sasaran dari program-program yang dibuat oleh pemerintah. Setiap

masyarakat dituntut untuk senantiasa berpartisipasi dalam proses

pembangunan daerah. Bukan hanya pada wilayah perencanaan tetapi ikut

memantau pola pelaksanaan program yang dilakukan pemerintah.

Wisatawan yang berkunjung di objek wisata Malino Kabupaten Gowa

melihat adanya perbedaan pengelolaan yang dilakukan oleh sektor swasta

dan yang dikelola oleh pemerintah sendiri. Para wisatawan menilai masih

ada beberapa kelemahan dalam proses pembangunan pariwisata di

Kabupaten Gowa, mulai dari ketersediaan infrastruktur sampai kepada

ketersediaan akses bagi wisatawan.

“Kalau berbicara masalah kelemahan tentu masih banyak pekerjaan


rumah bagi pemda Kabupaten Gowa dalam rangka pengembangan
objek wisata. Kabupaten Gowa inikan pariwisatanya sudah dikenal di
Indonesia tentu pemerintah perlu keseriusan dalam pengembangan
objek wisata. Termasuk penyediaan infrastuktur yang memadai, kita
56

melihat tentu akses menuju Malino ini cukup jauh dari kota mana lagi
jalannya banyak yang rusak disitu sudah sangat terlihat bahwa itu
yang akan menjadi kendala dalam pengembangan wisata. Di Malino
sendiri itu terlihat perbedaan yang cukup signifikan dari objek wisata
yang dikelola pemerintah yang cenderung daya tariknya hanya itu-itu
saja sementara objek wisata yang dikelola sektor swasta senantiasa
memliki destinasi wisata baru yang tentunya ini akan menarik
kunjungan wisatawan karena merasa penasaran. Sehingga saya fikir
pemerintah dalam hal ini dinas pariwisata perlu meningkatkan
pengembangan objek wisata termasuk ketersediaan akses pokonya
sarana dan prasarananya perlu untuk diperhatikan agar benar-benar
dapat memberikan kesan yang nyaman bagi wisatawan ketika
berkunjung.” (Wawancara dengan MC 15 Juli 2022).

Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan masih

banyaknya wisatawan yang melihat beberapa kelemahan dari pemerintah

Kabupaten Gowa dalam rangka pengembangan objek wisata termasuk

ketersediaan sarana dan prasarana yang sangat di kritisi oleh wisatawan.

Sehingga pemerintah Kabupaten Gowa dalam rangka pengembangan objek

wisata yang lebih berkemajuan perlu melakukan penganggaran untuk

beberapa sektor yang menjadi permintaan dari wisatawan.

Berdasarkan hasil observasi penulis dilapangan terkait indikator

weakness (Kelemahan) dalam Analisis Strategi Pengembangan Pariwisata

(Study objek wisata Malino di Kabupaten Gowa) dapat dilihat tidak

tersedianya anggaran yang memadai dari pemerintah Kabupaten Gowa

dalam proses pengembangan objek wisata menjadi kelemahan bagi dinas

pariwisata dalam merealisasikan program-program peningkatan destinasi

pariwisata. Dinas pariwisata terkadang hanya mendapatkan anggaran

pembangunan destinasi dari dana alokasi khusus yang merupakan

pemberian dari pemerintah pusat. Minimnya anggaran dalam proses


57

pengembangan objek wisata di Malino Kabupaten Gowa karena pemerintah

daerah mengalokasikan anggaran untuk program-program skala prioritas

dan mengenyampingkan anggaran untuk proses pengembangan pariwisata.

Setiap masukan dan trobosan yang diterima dinas pariwisata senantiasa

diusulkan dalam proses perencanaan anggaran namun karena keterbatasan

anggaran di daerah membuat dinas pariwisata hanya mampu melakukan

proses pemeliharaan kawasan objek wisata. Kondisi tersebut juga

menjadikan dinas pariwisata Kabupaten Gowa lebih inovatif dan kreatif

dalam membangun kerjasama dengan sektor swasta untuk kegiatan event-

event tertentu dalam rangka mendukung kegiatan pengembangan pariwisata

di Kabupaten Gowa.

3. Opportunity (Peluang)

Kemajuan industry pariwisata di Indonesia didukung oleh daya tarik

objek wisata yang kebanyakan memiliki panorama alam yang indah sebagai

tawaran destinasi setiap objek wisata. Sehingga hal tersebut menjadi

peluang yang senantiasa dimanfaatkan oleh pemerintah sebagai sebuah

proses pengembangan destinasi yang menjadi tawaran bagi para wisatawan

untuk berkunjung di kawasan objek wisata.

Beautiful Malino masuk dalam agenda wisata tahunan Kabupaten

Gowa. Pada edisi pertama dilaksanakannya even ini, beautiful Malino

langsung masuk dalam kalender event tahunan Provinsi Sulawesi

Selatan.EventBeautiful Malino secara langsung memperkenalkan sejarah,

budaya, dan keindahan dari kota Malino.Kawasan wisata alam Malino


58

merupakan penyumbang PAD terbesar untuk sektor pariwisata di

Kabupaten Gowa. Pemasukan terbesar untuk sektor pariwisata di Malino

adalah hotel dan penginapan.Sementara obyek wisata lainnya hanya sebagai

penopang saja. Potensi pengembangan sektor pariwisata di Malino

mempunyai prospek yang cukup potensial karena mempunyai berbagai jenis

obyek wisata seperti wisata alam, wisata tirta, wisata kebun dan ciri khas

cendera mata.

“Salah satu strategi dinas pariwisata Kabupaten Gowa dalam


meningkatkan pemasukan bagi daerah dari sektor pariwisata melalui
program seperti Beautifull Malino. Program ini menjadi agenda
tahunan bagi pemerintah untuk diadakan. Program ini merupakan
peluang bagi peningkatan pariwisata kita. Selain itu dengan adanya
program semacam ini juga ikut memberikan peningkatan
perekonomian bagi masyarakat termasuk sektor UMKM. Agenda-
agenda tahunan seperti ini perlu untuk terus ditingkatkan untuk
kemajuan sektor pariwisata di Kabupaten Gowa.” (Wawancara dengan
DP 12 Juli 2022).

Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan

penyelenggaraan event beautifull Malino merupakan salah satu peluang

dalam upaya pemerintah Kabupaten Gowa dalam pengembangan objek

wisata Malino. Kegiatan tersebut memberikan sumbangan PAD terbesar

bagi Kabupaten Gowa serta dapat memajukan kegiatan pariwisata di

Kabupaten Gowa.

Sektor pariwisata menjadi salah satu sumber pendapatan bagi Negara,

sehingga kegiatan pengelolaan pariwisata harus sejalan dengan tuntutan dari

wisatawan. Melalui pembangunan destinasi termasuk perbaikan kualitas

sarana dan prasarana menjadi kewajiban dari pemerintah dalam rangka

meningkatkan industy pariwisata tersebut. Pemerintah juga harus senantiasa


59

memanfaatkan peluang melalui kerjasama dengan sektor swasta untuk

kemajuan pariwisata.

Kegiatan pengelolaan pariwisata di Malino, Kabupaten Gowa

memberikan peluang dan kesempatan kerja bagi masyarakat untuk ikut

terlibat dalam kegiatan pembangunan industry pariwisata. Selain itu dalam

upaya meningkatkan destinasi dan daya tarik objek wisata dinas pariwisata

senantiasa membangun hubungan kerjasama dengan sektor swasta dalam

rangka memberikan pelatihan pengembangan destinasi bagi setiap

pengelola.

“Keberadaan pariwisata air tejun Takapala ini membuka lapangan


kerja bagi masyarakat untuk masuk sebagai pengelola yang mengurusi
segala bentuk kebutuhan dari objek wisata. Rata-rata pengelola disini
itu merupakan masyarakat yang bermukim di Malino. Untuk
meningkatkan pengetahuan pengelola pada tahun 2018 itu kami
diberikan pelatihan oleh sebuah perusahaan tentang bagaimana
melakukan pemeliharaan dalam upaya menjaga destinasi dan
bagaimana mengembangkan sebuah objek wisata agar dapat terus
melakukan pembaharuan serta menarik minat wisatawan.”
(Wawancara dengan PL 14 Juli 2022).

Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan bahwa kegiatan

pengembangan pariwisata di Kabupaten Gowa membuka peluang kerja bagi

masyarakat. Selain itu kegiatan pembangunan pariwisata juga dilakukan

oleh pemerintah melalui kerja sama dengan sektor swasta yang bergerak

sebagai penyedia jasa konsultasi pengembangan objek wisata.

Pariwisata menjadi sebuah peluang bisnis yang jika dikelola dengan

baik dapat memberikan keuntungan bagi pengelola. Di daerah-daerah

memiliki berbagai macam potensi wisata baik yang dikelola pemerintah atau

masyarakat. Ketidakpemahaman pemerintah dalam mengelola suatu objek


60

wisata kadang memerlukan kerjasama dengan sektor swasta atau membuka

peluang investasi bagi investor untuk mengelola kawasan objek wisata.

Kawasan Malino merupakan suatu wialayah yang berada di dataran

tinggi Kabupaten Gowa sehingga menyediakan panorama alam yang indah

serta kesejukan khas dataran tinggi. Berbagai objek wisata yang tersedia

menjadikan Malino menjadi tujuan bagi wisatawan pada saat akhir pekan

atau liburan. Kondisi tersebut membuka peluang bagi pemerintah untuk

membuka investasi untuk percepatan pembangunan pariwisata.

“Kita ketahui bersama bahwa di Malino itu terdapat beberapa sektor


private yang mengelolanya. Untuk percepatan pembangunan memang
hal seperti itu harus dilakukan karena kalau berharap anggaran dari
pemerintah sangat sulit untuk melakukan percepatan pembangunan
sektor pariwisata. Kesejukan alam dan kawasan Malino yang sangat
estetik merupakan peluang yang harus dimanfaatkan pemerintah agar
membuka peluang investasi bagi swasta dalam menanamkan modal
untuk kemajuan pariwisata.” (Wawancara dengan MC 15 Juli 2022).

Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan bahwa kegiatan

pengembangan destinasi pariwisata di Malino memberikan peluang

investasi bagi pemilik modal untuk ikut berkontribusi dalam melakukan

percepatan pembangunan sektor pariwisata sehingga dengan demikian

pemerintah dapat menarik pajak dan retribusi dari sektor pariwisata tersebut.

Berdasarkan hasil observasi penulis dilapangan terkait indikator

Opportunity (Peluang) dalam Analisis Strategi Pengembangan Pariwisata

(Study objek wisata Malino di Kabupaten Gowa) melalui pelaksanaan

program yang bertemakan beautifull Malino menjadi peluang

pengembangan objek wisata di Kabupaten Gowa. Pembangunan pariwisata

yang pada dasarnya sebagai industry untuk memberikan pemasukan bagi


61

daerah melalui retribusi dan pajak. Sehingga pola pengembangan pariwisata

melalui pelaksanaan event-event pariwisata dapat menarik wisatawan untuk

berkunjung yang secara tidak langsung memberikan kontribusi terhadap

pemasukan objek wisata. Kawasan Malino Kabupaten Gowa juga yang

terletak di daerah dataran tinggi memberikan tawaran bagi sektor private

yang bergerak dalam jasa pengelolaan pariwisata untuk menanamkan modal

dalam menciptakan objek wisata yang dapat membuka kesempatan kerja

bagi masyarakat dan memberikan peningkatan bagi kas daerah melalui

pajak usaha.

4. Threat (Ancaman)

Pengembangan objek wisata harus senantiasa sejalan dengan

perbaikan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pariwisata. Oleh

karena itu pemerintah perlu memiliki standar dalam pengembangan objek

pariwisata sebagai sebuah sumber pemasukan bagi kegiatan pembangunan

pemerintah. Pengelolaan pariwisata yang tidak baik akan menjadi ancaman

dari keberlanjutan pembangunan pariwisata yang berujung pada

menurunnya daya tarik dari wisatawan untuk berkunjung.

Akses menuju objek lokasi wisata di Malino Kabupaten Gowa

menjadi masalah yang sering dikeluhkan oleh wisatawan. Hal tersebut

memberikan kesan kurangnya perhatian pemerintah daerah dalam

membangun sarana dan prasarana untuk mendukung pengembangan

pariwisata.

“Kami menyadari betul bahwa kondisi jalanan yang rusak dan sering
terjadi longsor menjadi ancaman bagi wisatawan. Banyaknya
62

kecelakaan yang terjadi menuju kawasan Malino menjadi problem


yang sampai hari ini belum terpecahkan. Pemerintah kabupaten Gowa
senantiasa melakukan perbaikan namun hanya bertahan beberapa saat
kemudian rusak lagi. Hal tersebut bukan karena pemerintah tidak
serius tapi memang struktur tanah disana ikut mempengaruhi apalagi
kendaraan besar selalu melalui jalan tersebut. Sehingga permasalahan
tersebut menjadi salah satu pembahasan rutin yang dilakukan oleh
kami sebagai pihak yang bertangung jawab dalam kegiatan
pengelolaan pariwisata.” (Wawancara dengan DP 12 Juli 2022).

Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan akses menuju

objek wisata Malino sangat sulit untuk dilalui karena banyaknya jalanan

yang rusak dan sering terjadi longsor yang berakibat kepada ancaman bagi

wisatawan yang berkunjung. Pemerintah Kabupaten Gowa senantiasa

melakukan upaya perbaikan dan memikirkan solusi dalam mengatasi

permasalahan tersebut.

Sektor pariwisata di tahun 2020 sampai sekarang ini mengalami

penurunan pengunjung akibat dari wabah covid-19 sehingga kebijakan

pemerintah dalam menutup kegiatan pariwisata berdampak kepada turunya

jumlah wisatawan yang berkunjung kesuatu objek wisata. Tidak adanya

kegiatan pariwisata juga berdampak kepada sektor lain seperti UMKM dan

bisnis penginapan sehingga perlu pembaharuan dalam proses

pengembangan wisata di tengah pandemic Covid-19.

Pengelola hutan pinus Malino sangat merasakan dampak dari wabah

covid-19 di Kabupaten Gowa. Dimana dengan banyaknya masyarakat yang

terkonfirmasi terkena covid-19 memberikan ancaman bagi kesehatan yang

juga berdampak kepada penutupan kawasan objek wisata sehingga kegiatan

pengelolaan pariwisata juga menjadi terhenti.


63

“Bisa dikatakan tidak ada aktivitas wisata sama sekali selama


pandemi, semua objek wisata ditutup sementara oleh pemerintah. Itu
karena meminimalisir dampak dari menyebarnya itu virus. Hal
tersebut juga berdampak pada pengelolaan dan pendapatan kami
pengelola, karena tidak ada wisatawan yang berkunjung jadi upah
yang kami terima juga sedikit. Begitupun UMKM disini banyak yang
tutup takut semua sama covid.” (Wawancara dengan PL 14 Juli 2022).
Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan wabah covid-19

yang menyerang dunia termasuk Indonesia berdampak pada kegiatan

pariwisata di Malino Kabupaten Gowa. Adanya kebijakan penutupan

sementara kawasan objek wisata oleh pemerintah daerah menjadi turunnya

pendapatan yang diterima pengelola objek wisata.

Perbaikan sarana dan prasarana dalam kegiatan pengembangan objek

wisata untuk memberikan kesan nyaman bagi wisawatan dalam melakukan

kegiatan wisata. Kondisi sarana dan prasarana yang tidak memadai menjadi

ancaman bagi kenyamanan wisatawan, karena salah satu indikator penting

sebuah objek wisata menjadi daya tarik dapat dilihat dari ketersediaan

infrastruktur yang mendukung perjalanan wisata.

Banyaknya kecelakaan lalu lintas yang terjadi disetiap musim liburan

di Malino akibat dari kondisi infrastruktur jalan yang rusak sehingga

memberikan ancaman bagi wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata.

Keluhan tersebut dirasakan oleh seluruh wisatawan yang berkunjung di

kawasan Objek wisata Malino sehingga menuntut pemerintah untuk

melakukan perbaikan infrastruktur jalan sebagai akses bagi wisatawan untuk

melakukan perjalanan.

“Kalau ancamannya sendiri itu jalanan yang rusak, banyak sekali


pengunjung kecelakaan terutama yang menggunakan motor. Ini tentu
menjadi ancaman apalagi saat musim liburan, sehingga biasa dilihat
64

ada posko yang didirikan untuk mengatasi masalah lakalantas


tersebut. Oleh karena itu pemerintah perlu memperhatikan
permasalahan ini terlebih akses jalan itu menjadi penentu sebuah
kawasan objek wisata ramai dikunjungi oleh wisatawan.” (Wawancara
dengan MC 15 Juli 2022).

Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan kondisi jalanan

yang rusak menuju kawasan objek wisata Malino Kabupaten Gowa

menjadikan ancaman bagi wisatawan ketika melakukan kegiatan perjalanan

wisata. Banyaknya kecelakaan lalu lintas sebagai akibat dari kualitas

infrastruktur jalan yang tidak memadai memerlukan perhatian dari

pemerintah dalam rangka meningkatkan pengembangan pariwisata di

Kabupaten Gowa.

Berdasarkan hasil observasi penulis dilapangan terkait indikator threat

(ancaman) dalam Analisis Strategi Pengembangan Pariwisata (Study objek

wisata Malino di Kabupaten Gowa) dapat dilihat kualitas sarana dan

prasarana terkhusus infrastktur jalanan yang rusak merupakan ancaman bagi

wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata. Kondisi infrastruktur

jalanan yang rusak mengakibatkan banyaknya kecelakaan lalu lintas yang

terjadi sehingga menjadi penting untuk diperhatikan oleh pemerintah

sebagai upaya meminimalisir ancaman bagi wisatawan ketika berkunjung di

kawasan objek wisata Malino serta meningkatkan pengembangan wisata

Malino sebagai kawasan objek wisata nasional.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, maka hasil penelitian diatas

akan di bahas lebih lanjut dalam bentuk uraian.


65

Pertama, kekuatan (Strengths) yang dimiliki kawasan wisata Malino

keindahan alam yang sangat alami seperti pemohonan hijau yang

mengelilingi. Agar pengelolaannya dapat berjalan sesuai dengan tujuan

yang telah di tetapkan dalam rangka pengembangan pariwiata dimana

pemerintah terkait memfokuskan kepada peningkatan kapasitas SDM

sebagai pengelola yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan program.

Hal ini sesuai dengan pendapat soekadijo (2000) dalam Anjela (2014)

syarat-syarat atraksi wisata yang baik yang di penuhi harus: (1) Penyajianya

(Presentasinya) harus tepat, atraksi wisata itu boleh di katakan berhasil

kalau menimbulkan kesan kepada wisatawan, sehingga wisatawan merasa

puas. Kepuasaan itu tidak hanya tergantung pada atraksi wisata itu sendiri,

akan tetapi kepada caranya penyuguhkan atau mempresentasikan ke pada

wisatawan. Untuk mencapai presentasi yang baik (2) meninggalkan kesan

yang baik, makin lama wisatawn makin menikmati suatu objek wisata

semakin baik. Maka di usahakan agar kesan yang di peroleh wisatawan dari

objek wisata itu agar dapat bertahan selama mungkin. Usaha yang dapat di

lakukan minsalnya, dengan meningkatkan kesan itu kepada objek-objek

yang tidak cepat rusak dan dapat di bawa pulang, sehingga setiap kali dia

melihat benda itu, ia akan teringat kembali kepada apa yang pernah di

saksikanya.

Kekuatan (Strengths) Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat

dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada, kekutan yang di

analisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek


66

konsep bisnis situ sendiri, yaitu kekuatan apa saja yang dimiliki pariwisata,

dengan mengetahui kekuatan, pariwisata dapat di kembangkan menjadi

lebih tangguh hingga mampu bertahan dalam pasar dan mampu bersain

untuk perkembangan selanjunya yang menyangkut pariwisata (Freddy,

2014).

Kedua, Kelemahan (Weakness) dari kawasan objek wisata yang ada di

Malino kurangnya pemeliharaan dari pengelolah sepeti yang terlihat tidak

ada fasilitas mendukung untuk suatu objek wisata, dalam keindahan objek

wisata ini tingkat aksesibilitas yang kurang mendukung seperti telah rusak

nya jembatan dan jalan yang berbatu jika pengunjung tidak hati-hati dalam

membawa kendaraan maka akan terjatuh di tambah lokasi wisata yang jauh

dari keramaian. Minimnya anggaran pengelolaan objek wisata di Malino

menjadi kelemahan dalam proses pengembangan pariwisata.

Hal ini sesuai dengan pendapat Yoeti (2013), suatu objek wisata tidak

akan bearti banyak bila aksesbilitas ke objek wisata tersebut sulit di

jangkau, baik lewat darat maupun lewat udara. Agar pariwisata dapat

berkembang dengan baik, makasuatu destinasi haruslah assessibel (bisa di

datangi). Oleh karena itu, aksebilitas menuju dan di sekitar objek/lokasi

wisata perlu diperhatiakan. Aksebilitas yang di maksud disini seperti jalan

dan trasportasi

Kelemahan (Weakness) Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat

adalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada, kelemahan yang di

analisisl, merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek


67

atau konsep bisnis itu sendiri, yaitu segala faktor yang tidak menguntungkan

atau merugikan bagi pengembangan objek (Freddy, 2014).

Ketiga, Peluang (Opportunities) dapat di ciptakan dengan adanya

program Beautifull Malino sebagai event tahunan yang diselenggarakan

pemerintah Kabupaten Gowa objek wisata dapat menciptakan lapangan

kerja baru bagi masyarakat setempat seperti berjualan berupa makanan

ataupun menawarkan jasa untuk lebih mengenal kawasan objek wisata

selain itu juga bisa melakukan aktivitas wiraswasta bagi masyarakat yang

berminat di kawasan objek wisata.

Sarana dan prasarana adalah semua bentuk perusahaan yang dapat

memberikan pelayanan kepada wisatawan hal ini sesuai dengan pendapat

Pitana dan Diarta (2009) menyatakan sektor akomodasi adalah sebagai

penydiaan tempat tinggal sementara (penginapan) dan pelayanan yang

berhubungan dengan hal itu, seperti penyediaan makanan dan minuman dan

minuman (food and beverage). Sektor ini umum berada di daerah tujuan

wisata dan tempat transit, dan peluang untuk pengembangan daerah dengan

fasilitas pendukung.

Peluang (Opportunities) Merupakan kondisi peluang berkembang di

masa datang yang terjadi, kondisi yang tejadi merupakan peluang dari luar

organisasi, proyek atau konsep bisnis, itu sendiri minsalnya kompetitor,

kebijakan. (Freddy, 2014).

Keempat, Ancaman (Threats) untuk kawasan objek wisata adalah

Peristiwa alam yang menjadi ancaman bagi kawasan objek yaitu musim
68

hujan yang membuat akses jalan semakin buruk dan lonsor. Peristiwa yang

tidak kita ketahui yang bisa merugikan bagi masyrakat, pemerintah dan

pihak lainya hal ini yang berpengaruh besar yang membuat kekwatiran

pengunjung ataupun masyarakat setempat. Hal ini sesuai dengan pendapat

Jamaris dalam Anjela (2014) mengungkapkan bahwa objek wisata

merupakan segala sesuatu yang dapat dilihat, di nikmati dan menimbulkan

kesan tersendiri, seseorang apabila di dukung oleh sarana dan prasarana

yang memadai. Apabila sarana tidak memadai maka akan merusak dan

membahayakan bagi pengunjung. Produk dan atraksi wisata ini meliputi

keseluruhan pelayanan yang di peroleh, di rasakan atau di nikmati

wisatawan, semenjak ia meninggalkan rumah di mana ia biasanya tinggal,

sampai kedaerah tujuan wisata yang telah dia pilih.

Ancaman (Threa) Merupakan kondisi yang mengancam dari luar.

Ancaman ini dapat dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis

itu sendiri (Freddy, 2014).

Tabel 4.3
Hasil analisis SWOT
Kekuatan Kelemahan
1. Lokasi Pariwisata yang strategis 1. Manajemen keuangan kurang baik
2. Pemanfaatan media sosial sebagai 2. Tidak adanya petunjuk jalan menuju
tempat promosi ke lokasi wisata
3. Aktivitas tour agrowisata 3. Perlu adanya pemesanan kunjungan
4. Aktivitas tour memperkenalkan wisata terlebih dahulu
Pariwisata Malino 4. Belum adanya bentuk kemasan yang
5. Penggagas berhubungan langsung kompetitif produk wisata
dalam pelayanan
69

6. SDM pelaksana yang sudah


memadai

Peluang Ancaman
1. Trend back to nature 1. Persaingan wisata antara perusahaan
2. Jumlah wisatawan yang berkunjung dan masyarakat
ke Malino semakin meningkat 2. Beberapa masyarakat di Malino sulit
3. Adanya perhatian pemerintah diajak kerjasama
Kabupaten Gowa yang berupaya 3. Kondisi cuaca yang tidak menentu
mengoptimalkan kegiatan agribisnis
melalui pariwisata.
4. Membangun kemitraan dengan agen
tour and travel
5. Membangun kemitraan dengan
sektor swasta
(Sumber: Dikelola oleh penulis dari hasil penelitian,2022)
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penulis tentang Analisis

Strategi Pengembangan Pariwisata (Study objek wisata Malino di

Kabupaten Gowa) maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Strength (Kekuatan) terletak pada peningkatan kualitas aparatur

pelaksana melalui program pembinaan dan pelatihan sehingga dapat

menjalankan fungsi dalam struktur kerja untuk kegiatan

pengembangan objek wisata Malino Kabupaten Gowa.

2. Weakness (Kelemahan) minimnya anggaran bagi dinas pariwisata

berdampak kepada rendahnya kualitas sarana dan prasarana objek

wisata yang dikelola pemerintah Kabupaten Gowa.

3. Opportunity (Peluang) melalui event-event seperti beautifull Malino

menjadi upaya pemerintah dalam memperkenalkan objek wisata dan

sebagai upaya membuka investasi bagi para pelaku usaha dalam ikut

berkontribusi mengelola wisata.

4. Threat (ancaman) kondisi infrastruktur jalan yang rusak memberikan

ancaman bagi wisatawasan terlebih banyaknya kasus kecelakaan lalu

lintas yang terjadi. Selain itu dampak wabah covid-19 memberikan

penurunan pendapatan dalam kegiatan pengembangan wisata.

70
71

B. Saran

Adapun saran penulis terkait Analisis Strategi Pengembangan

Pariwisata (Study objek wisata Malino di Kabupaten Gowa) yaitu:

1. Bagi Dinas Pariwisata Kabupaten Gowa perlu memperhatikan kualitas

sarana dan prasarana dalam mendukung pengembangan objek wisata

serta senantiasa berupaya mengusulkan peyediaan anggaran untuk

kegiatan pembangunan objek wisata.

2. Bagi pengelola objek wisata agar senantiasa meningkatkan kualitas

objek wisata melalui kegiatan pemeliharaan dan berkontribusi

memberikan masuk kepada pemangku kebijakan dalam meningkatkan

destinasi pariwisata di Malino Kabupaten Gowa.

3. Bagi wisatawan untuk senantiasa menjaga kebersihan lingkungan

objek wisata serta selalu memperhatikan keselamatan lalu lintas

dengan mematuhi arahan dan rambu-rambu yang telah disediakan

pada akses menuju Malino.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Bakry, M. H. N. (2013). Strategi Pemasaran Objek Wisata Kebun Buah Di


Desa Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Untuk Meningkatkan
Jumlah Kunjungan Wisatawan. Kepariwisataan: Jurnal Ilmiah.

Ansell, C., & Gash, A. (2008). Collaborative governance in theory and practice.
Journal of Public Administration Research and Theory.
https://doi.org/10.1093/jopart/mum032

Asiyah, D. N. (2017). Analisis SWOT Sebagai Pertimbangan Menetapkan


Strategi. Simki-Economic.

Erlina Ayu Ningrum. (2016). Studi Penerapan Good Governance Dalam


Pengelolaan Desa Wisata Kampung Bandar Kecamatan Senapelan Kota
Pekanbaru Tahun 2012-2014. Jom Fisip.

Fachruddin, S. (2017). Pengantar Filsafat Ilmu Pariwisata. In Bandung: Alfabeta.

Farania, A., Hardiana, A., & Putri, R. A. (2017). Kesiapan Kota Surakarta Dalam
Mewujudkan Pariwisata Cerdas (Smart Tourism) Ditinjau Dari Aspek
Fasilitas Dan Sistem Pelayanan. Region: Jurnal Pembangunan Wilayah Dan
Perencanaan Partisipatif, 12(1), 36.

Firdausi, F. (2019). Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang Strategi


Nasional Pencegahan Dan Pemberantasan Korupsi Di Lembaga
Pemerintahan Daerah (Studi Di Pemerintah Kabupaten Probolinggo). 66–75.

Goranczewski, B., & Puciato, D. (2011). SWOT analysis in the formulation of


tourism development strategies for destinations. Turyzm/Tourism.
https://doi.org/10.2478/v10106-010-0008-7

Hamzah, Y. I., Penelitian, P., Pengembangan, D., Kepariwisataan, K., Pariwisata,


K., & Kreatif, D. E. (2013). Potensi Media Sosial Sebagai Sarana Promosi
Interaktif Bagi Pariwisata Indonesia. Jurnal Kepariwisataan Indonesia.

Hutagalung, S. S., Hermawan, D., & Mulyana, N. (2019). Pendayagunaan


Website Desa Sebagai Media Inovasi Desa di Desa Bernung dan Desa
Sumber Jaya Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Proseding Seminar
Nasional Abdimas, II(2), 1535–1545.

Kaikara, O. (2020). Tourism Development Strategy. International Journal Papier


Public Review. https://doi.org/10.47667/ijppr.v1i2.15

Keping, Y. (2018). Governance and Good Governance: A New Framework for


Political Analysis. Fudan Journal of the Humanities and Social Sciences.

72
73

Kurniawati, R. (2013). Modul pariwisata berkelanjutan. Modul Pariwisata


Berkelanjutan.

Marpaung, H. (2000). Pengantar Pariwisata. Alfabeta.

Maulia, R. (2015). Wisata Budaya dalam Tradisi Tenun di Kecamatan Mempura


Kabupaten Siak. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Fakultas Sosial Dan Ilmu
Politik (FISIP).

Moleong, L. (2012). Metodologi penelitian. Kualitalif Sasial.

Nugraha, Q. (2014). Modul 1 Manajemen Strategis. Manajemen Strategis


Pemerintahan.

Prasetyo, A. H. (2017). Strategi Publik Relation Dalam Meningkatkan Pelayanan


Pada Organisasi Publik. JAMAK.

Pratama, A. A. B. Y., & Bhaskara, G. I. (2019). Peranan Masyarakat Lokal Desa


Kukuh dalam Pengelolaan Daya Tarik Wisata Alas Kedaton, Kabupaten
Tabanan. Jurnal Destinasi Pariwisata.

Pribadi, U., & Zaenuri, M. (2017). Penataan Kelembagaan dan Sumberdaya


Manusia Pengelola Wisata Volcano Merapi. BERDIKARI : Jurnal Inovasi
Dan Penerapan Ipteks. https://doi.org/10.18196/bdr.5116

Priharto, S. (2020). Manajemen Strategis: Pengertian, Tujuan, Proses, dan


Manfaatnya Dalam Bisnis. Accurate.Id.

Primadany, S. (2013). Analisis Strategi Pengembangan Pariwisata Daerah (Studi


Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Daerah Kabupaten Nganjuk). Jurnal
Administrasi Publik Mahasiswa Universitas Brawijaya.

Ryalita Primadany, S. (2013). Analisis Strategi Pengembangan Pariwisata Daerah


(Studi pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Nganjuk).
In JAP).

Sabang, N. (2016). Konsep Dasar Manajemen dan Koperasi. Manajemen


Koperasi.

Sidiq, A. J., & Resnawaty, R. (2017). Pengembangan Desa Wisata Berbasis


Partisipasi Masyarakat Lokal Di Desa Wisata Linggarjati Kuningan, Jawa
Barat. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat.
https://doi.org/10.24198/jppm.v4i1.14208

Suardana, I., W. (2016). Analisis Kebijakan Pengembangan Pariwisata.


ResearchGate.
74

Sugiyono. P.D. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,dan R&D,


Alfabeta, cv.
Suwantoro, G. (2004). Dasar-Dasar Pariwisata. Yasan Obor Indonesia.

Trisnawati, A. E., Wahyono, H., & Wardoyo, C. (2018). Pengembangan Desa


Wisata dan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Lokal. Jurnal
Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan.

Trisnoasih, T. M. (2019). Pemberdayaan Masyarakat: Kelompok Sadar Wisata


(Pokdarwis) sebagai Motor Penggerak Pariwisata di Daerah Tujuan Wisata
(DTW) Guci Kabupaten Tegal. Journal of Politic and Government Studies.

Wahab, S. (2003). Manajemen kepariwisataan. 1. PARIWISATA, INDUSTRI -


MANAJEMEN,Manajemen Kepariwisataan / Oleh Salah Wahab ; Alih
Bahasa Frans Gromang.

Wahyuhana, R. T., & Sukmawati, A. M. (2019). Evaluasi Masterplan Kawasan


Baron Berdasarkan Aspek Fisik, Ekonomi, Dan Partisipasi Masyarakat Di
Kabupaten Gunungkidul. Plano Madani: Jurnal Perencanaan Wilayah Dan
Kota.

Wulandari, A., Ana, Wulandari, Ana, Wulandari, & Ana. (2018). Akuntabilitas
pengelolaan keuangan organisasi peribadatan (studi fenomenologi pada
Yayasan Masjid Al-Hikmah Universitas Negeri malang) / Ana Wulandari.
SKRIPSI Mahasiswa UM.

Yoeti, O. (1996). Pengantar Ilmu Pariwisata (Angkasa (ed.)

Zamzami, & Sahana, W. (2021). Strategi Komunikasi Organisasi. Journal


Educational Research and Social Studies.
75

LAMPIRAN
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86

RIWAYAT HIDUP

Nur Islamiyah. S, Lahir pada tanggal 15 April 2000, di


Sungguminasa, Sulawesi Selatan. Penulis merupakan anak
Ke Dua dari Empat bersaudara, dari pasangan Bapak
Suhardi dan Ibu Siti Ramlah Mansyur Penulis pertama di
SDN Limbung Putra tamat pada tahun 2012. Pada tahun
yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 1
Bajeng kemudian tamat pada tahun 2015. Setelah tamat,
penulis melanjutkan ke SMAN 2 Gowa dan tamat pada
tahun 2018. Kemudian pada tahun 2018 penulis mendaftar
sebagai Mahasiswa Universitas Muhammadiya Makassar Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik Program Studi Ilmu Administrasi Negara melalui seleksi penerimaan
mahasiswa baru. Pada tahun 2022 penulis mendapat gelar S1 (S.AP) pada
Program Ilmu Administrasi dengan judul Analisis Strategi Pengembangan
Pariwisata (Objek Wisata Malino di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Gowa).

Anda mungkin juga menyukai