Anda di halaman 1dari 2

Review Jurnal

Mata Kuliah Agama Islam

Publik 5D

Judul Jurnal Aswaja Dalam Bingkai Ideologi Politik dan


Demokrasi (Tafsir Asjawa di Mata Politisi
NU)
Peneliti Abd. Halim
Tahun, volume Tahun 2014 vol.4 no. 9
Reviewer Adekun Cahyono 21801091129
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan
wawancara mendalam terhadap beberapa politisi NU di berbagai partai politik di Indonesia.
Latar Belakang : Munculnya kompleksitas dalam penafsiran konsep Ahlus Sunnah wal
Jamaah (Aswaja), yang dilatarbelakangi oleh kepentingan para penafsir. Dan juga Organisasi
elit Nahdlatul Ulama (NU) yang memaknai konsep Aswaja dan menerapkannya pada politik
praktis.
Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui interpretasi kerangka ideologi
politik Aswaja, demokrasi, dan kepemimpinan.
Hasil Peneltian :
4.1. Aswaja dan Ideologi Politik
Elit NU di berbagai partai politik (PPP, PKB, PKNU, PKS) Aswaja memahami dan
menerjemahkan ke dalam dan / atau sebagai ideologi politik dengan cara yang berbeda satu
sama lain. Sudut pandang mereka setidaknya terpolarisasi menjadi tiga jenis, sebagai berikut:
1. Formalis-Metodis
Perspektif ini menilai pemahaman konsep Aswaja sekaligus membangun rasionalisasi
langkah-langkah metodologis dalam memahami kelahiran. Karena bersifat formalis maka
konsep Aswaja dapat dibingkai dalam rumus tertentu, dan karena metodis maka
dimungkinkan untuk berpikir secara metodis menurut nilai-nilai Aswaja.
2. Fungsionalis-Metodis
Pemahaman tentang keberadaan Aswaja semakin mengesankan memotret sudut fungsi
Aswaja. Fungsi yang dimaksud adalah bagaimana Aswaja menjadi motorik bertindak atau
berperilaku dalam pedoman hidup. sisi fungsionalismenya, yaitu dengan memahami Aswaja
sebagai seperangkat prinsip yang dapat memandu perilaku seseorang. Pada prinsip kerjanya
Aswaja mengarahkan seseorang untuk berpikir dan bertindak sesuai dengan prinsip Aswaja.
3. Kontekstualis-Pancasilaist
Aswaja tidak hanya dipahami secara formalis dan fungsionalis tetapi juga harus ditafsirkan
secara kontekstual agar sesuai dengan ideologi negara, Pancasila. Mantan Presiden PKS
(sekarang PKS) Nur Mahmudi Ismail mengatakan sila Pancasila sebenarnya bisa dijelaskan
demi kepentingan Islam. Misalnya prinsip pertama, Tuhan Yang Maha Esa, ini mengarah pada
prinsip doktrin Tauhid. Sedangkan doktrinnya sama saja dengan tauhid Islam. Begitu juga
dengan sila berikutnya. Menurutnya, Aswaja dipahami dan dimaknai dalam konteks dua hal
pokok tersebut.
4.2. Aswaja, Demokrasi, dan Kepemimpinan
1. Formalis-Metodis
Perspektif formalis dilihat dari pandangan elite NU-metodis dalam PPP. Sebagaimana
diketahui bahwa pemikiran formalis lebih mengidealkan masa lampau sebagai acuan
kehidupan. Ada semacam "roman historis", yang membayangkan "usia ideal" seperti zaman
nabi dan para sahabatnya. Inilah ciri kaum formalis-metodis dalam berfikir dan dalam
semangat romantisme-historis.
2. Fungsionalis-Metodis
Perspektif fungsionalis-pemahaman Islam yang lebih metodis tersirat secara substansial ketika
Aswaja menerjemahkan konsep ke dalam wacana kepemimpinan dan demokrasi. Dengan kata
lain, model kepemimpinan dan demokrasi dapat ditegaskan bila sejalan dengan prinsip-prinsip
universal Islam. Kepentingan substantif ini mendorong pemberian batasan konseptual
fungsionalis atau prinsip-prinsip substantif ketika berhadapan dengan kepemimpinan dan
wacana demokrasi. Oleh karena itu, dengan pandangan yang substansialis dan tidak terpaku
pada pemahaman formalisme demokrasi akan diterima dan dianggap sejalan dengan ajaran
Islam apabila memenuhi prinsip-prinsip dasar tertentu, seperti hukum ketuhanan tidak dipilih,
dan sebagainya.
Kesimpulan: Afiliasi elit NU ke beberapa partai politik, didorong oleh kesadaran subjektif.
Latar belakang sosial budaya dan elit politik yang dapat dipetakan menjadi tiga varian
sederhana (formal, fungsional, kontekstual). pemetaan semacam ini hanya akan berangkat dari
primordial untuk mengantarkan perbedaan menuju persatuan. Dan itupun hanya akan terjadi
jika dibarengi dengan kemauan subjektif individu; Politisi NU, bersatu. Perbedaan latar
belakang partai politik, ideologi, dan sosial budaya dapat "direduksi" demi pembangunan
bangsa dan kerja sama negara.
Kelebihan : - Penulis memaparkan secara lengkap dan sangat terperinci pada bagian
pendahuluan dan pembahasan.
- Penulis dapat mengembangkan beberapa poin poin kecil pada sub pembahasan
- Penggunaan kalimat yang benar dan sesuai dengan eyd.
- Penulisan dan isi abstrak sangat baik karena dapat memberikan gambaran mengenai
keseluruhan isi jurnal.
- Hasil penelitian telah diimplementasikan dalam kehidupan
Kekurangan : -Metodologi penelitian yang digunakan tidak dijelaskan secara rinci
- Bagian kesimpulan yang terlalu singkat sehingga sedikit menyulitkan pembaca untuk
menarik kesimpulan dari isi jurnal, karena pada kesimpulan kurang merepresentasikan
keseluruhan isi dari pembahasan.

Anda mungkin juga menyukai