0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
173 tayangan2 halaman
Jurnal ini membahas interpretasi konsep Ahlus Sunnah wal Jamaah (Aswaja) dalam kerangka ideologi politik dan demokrasi menurut pandangan politisi Nahdlatul Ulama. Penelitian kualitatif ini menemukan tiga perspektif utama dalam memahami Aswaja yaitu formalis-metodis, fungsionalis-metodis, dan kontekstualis-pancasilais. Jurnal ini juga menganalisis pemahaman Aswaja terhadap demokrasi dan kepemimpinan dari
Deskripsi Asli:
Latar Belakang : Munculnya kompleksitas dalam penafsiran konsep Ahlus Sunnah wal Jamaah (Aswaja), yang dilatarbelakangi oleh kepentingan para penafsir. Dan juga Organisasi elit Nahdlatul Ulama (NU) yang memaknai konsep Aswaja dan menerapkannya pada politik praktis.
Jurnal ini membahas interpretasi konsep Ahlus Sunnah wal Jamaah (Aswaja) dalam kerangka ideologi politik dan demokrasi menurut pandangan politisi Nahdlatul Ulama. Penelitian kualitatif ini menemukan tiga perspektif utama dalam memahami Aswaja yaitu formalis-metodis, fungsionalis-metodis, dan kontekstualis-pancasilais. Jurnal ini juga menganalisis pemahaman Aswaja terhadap demokrasi dan kepemimpinan dari
Jurnal ini membahas interpretasi konsep Ahlus Sunnah wal Jamaah (Aswaja) dalam kerangka ideologi politik dan demokrasi menurut pandangan politisi Nahdlatul Ulama. Penelitian kualitatif ini menemukan tiga perspektif utama dalam memahami Aswaja yaitu formalis-metodis, fungsionalis-metodis, dan kontekstualis-pancasilais. Jurnal ini juga menganalisis pemahaman Aswaja terhadap demokrasi dan kepemimpinan dari
Judul Jurnal Aswaja Dalam Bingkai Ideologi Politik dan
Demokrasi (Tafsir Asjawa di Mata Politisi NU) Peneliti Abd. Halim Tahun, volume Tahun 2014 vol.4 no. 9 Reviewer Adekun Cahyono 21801091129 Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam terhadap beberapa politisi NU di berbagai partai politik di Indonesia. Latar Belakang : Munculnya kompleksitas dalam penafsiran konsep Ahlus Sunnah wal Jamaah (Aswaja), yang dilatarbelakangi oleh kepentingan para penafsir. Dan juga Organisasi elit Nahdlatul Ulama (NU) yang memaknai konsep Aswaja dan menerapkannya pada politik praktis. Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui interpretasi kerangka ideologi politik Aswaja, demokrasi, dan kepemimpinan. Hasil Peneltian : 4.1. Aswaja dan Ideologi Politik Elit NU di berbagai partai politik (PPP, PKB, PKNU, PKS) Aswaja memahami dan menerjemahkan ke dalam dan / atau sebagai ideologi politik dengan cara yang berbeda satu sama lain. Sudut pandang mereka setidaknya terpolarisasi menjadi tiga jenis, sebagai berikut: 1. Formalis-Metodis Perspektif ini menilai pemahaman konsep Aswaja sekaligus membangun rasionalisasi langkah-langkah metodologis dalam memahami kelahiran. Karena bersifat formalis maka konsep Aswaja dapat dibingkai dalam rumus tertentu, dan karena metodis maka dimungkinkan untuk berpikir secara metodis menurut nilai-nilai Aswaja. 2. Fungsionalis-Metodis Pemahaman tentang keberadaan Aswaja semakin mengesankan memotret sudut fungsi Aswaja. Fungsi yang dimaksud adalah bagaimana Aswaja menjadi motorik bertindak atau berperilaku dalam pedoman hidup. sisi fungsionalismenya, yaitu dengan memahami Aswaja sebagai seperangkat prinsip yang dapat memandu perilaku seseorang. Pada prinsip kerjanya Aswaja mengarahkan seseorang untuk berpikir dan bertindak sesuai dengan prinsip Aswaja. 3. Kontekstualis-Pancasilaist Aswaja tidak hanya dipahami secara formalis dan fungsionalis tetapi juga harus ditafsirkan secara kontekstual agar sesuai dengan ideologi negara, Pancasila. Mantan Presiden PKS (sekarang PKS) Nur Mahmudi Ismail mengatakan sila Pancasila sebenarnya bisa dijelaskan demi kepentingan Islam. Misalnya prinsip pertama, Tuhan Yang Maha Esa, ini mengarah pada prinsip doktrin Tauhid. Sedangkan doktrinnya sama saja dengan tauhid Islam. Begitu juga dengan sila berikutnya. Menurutnya, Aswaja dipahami dan dimaknai dalam konteks dua hal pokok tersebut. 4.2. Aswaja, Demokrasi, dan Kepemimpinan 1. Formalis-Metodis Perspektif formalis dilihat dari pandangan elite NU-metodis dalam PPP. Sebagaimana diketahui bahwa pemikiran formalis lebih mengidealkan masa lampau sebagai acuan kehidupan. Ada semacam "roman historis", yang membayangkan "usia ideal" seperti zaman nabi dan para sahabatnya. Inilah ciri kaum formalis-metodis dalam berfikir dan dalam semangat romantisme-historis. 2. Fungsionalis-Metodis Perspektif fungsionalis-pemahaman Islam yang lebih metodis tersirat secara substansial ketika Aswaja menerjemahkan konsep ke dalam wacana kepemimpinan dan demokrasi. Dengan kata lain, model kepemimpinan dan demokrasi dapat ditegaskan bila sejalan dengan prinsip-prinsip universal Islam. Kepentingan substantif ini mendorong pemberian batasan konseptual fungsionalis atau prinsip-prinsip substantif ketika berhadapan dengan kepemimpinan dan wacana demokrasi. Oleh karena itu, dengan pandangan yang substansialis dan tidak terpaku pada pemahaman formalisme demokrasi akan diterima dan dianggap sejalan dengan ajaran Islam apabila memenuhi prinsip-prinsip dasar tertentu, seperti hukum ketuhanan tidak dipilih, dan sebagainya. Kesimpulan: Afiliasi elit NU ke beberapa partai politik, didorong oleh kesadaran subjektif. Latar belakang sosial budaya dan elit politik yang dapat dipetakan menjadi tiga varian sederhana (formal, fungsional, kontekstual). pemetaan semacam ini hanya akan berangkat dari primordial untuk mengantarkan perbedaan menuju persatuan. Dan itupun hanya akan terjadi jika dibarengi dengan kemauan subjektif individu; Politisi NU, bersatu. Perbedaan latar belakang partai politik, ideologi, dan sosial budaya dapat "direduksi" demi pembangunan bangsa dan kerja sama negara. Kelebihan : - Penulis memaparkan secara lengkap dan sangat terperinci pada bagian pendahuluan dan pembahasan. - Penulis dapat mengembangkan beberapa poin poin kecil pada sub pembahasan - Penggunaan kalimat yang benar dan sesuai dengan eyd. - Penulisan dan isi abstrak sangat baik karena dapat memberikan gambaran mengenai keseluruhan isi jurnal. - Hasil penelitian telah diimplementasikan dalam kehidupan Kekurangan : -Metodologi penelitian yang digunakan tidak dijelaskan secara rinci - Bagian kesimpulan yang terlalu singkat sehingga sedikit menyulitkan pembaca untuk menarik kesimpulan dari isi jurnal, karena pada kesimpulan kurang merepresentasikan keseluruhan isi dari pembahasan.