Anda di halaman 1dari 16

HAKIKAT DEMOKRASI

• Hakikat demokrasi adalah sebuah sistem


bermasyarakat dengan menekankan kekuasaan
tertinggi yang berada di tangan rakyat.
• Menurut bahasa (etimologis), Pengertian demokrasi
terdiri dari dua kata yakni "demos" dan "krator".
Demos berarti "Rakyat" dan Kratos
berarti "kekuasaan". Jadi dapat disimpulkan bahwa
pengertian demokrasi adalah sistem pemerintahan
dimana kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat.
• Pemerintahan dari rakyat : sebuah sistem
pemerintahan yang sah dan diakui oleh rakyat. Diakui
dan sah memiliki arti bahwa tanggung jawab
pemerintahan diberikan oleh rakyat.
• Pemerintahan oleh rakyat : pemerintah menjalankan
kekuasaannya bukan atas dorongan atau tujuan
pribadinya melainkan didasari oleh keinginan rakyat.
• Pemerintahan untuk rakyat :segala kuasa yang
dilimpahkan kepada pemerintah dibuat untuk
kepentingan rakyat.
Perkembangan Demokrasi
1. Periode 1945-1959 : Demokrasi Parlementer
2. Periode 1959-1965 Demokrasi Terpimpin
3. Periode 1966-1998 Demokrasi Pancasila
4. Periode 1999-sekarang : Demokrasi
Pancasila era Reformasi
1. Periode 1945-1959 Demokrasi
Parlementer
Era 1950-1959 adalah era di mana presiden Soekarno memerintah
menggunakan konstitusi Undang-Undang Dasar Sementara Republik
Indonesia 1950. Periode ini berlangsung mulai dari 17 Agustus 1950
sampai 6 Juli 1959.
ada beberapa kabinet pada periode ini yaitu :
• 1950-1951 – Kabinet Natsir
• 1951-1952 – Kabinet Sukiman-Suwirjo
• 1952-1953 – Kabinet Wilopo
• 1953-1955 – Kabinet Ali Sastroamidjojo I
• 1955-1956 – Kabinet Burhanuddin Harahap
• 1956-1957 – Kabinet Ali Sastroamidjojo II
• 1957-1959 – Kabinet Djuanda
2. Periode 1959-1965 Demokrasi Terpimpin

Demokrasi terpimpin ditandai dengan lahirnya Dekrit Presiden


Soekarno 5 Juli 1959 dan Tap MPRS No. VIII/MPRS/1965. Paham
demokrasi ini berdasarkan paham kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan ( sila ke-
4 dari Pancasila ). Paham ini berintikan musyawarah untuk mufakat
secara gotong royong antara semua kekuatan nasional yang
revolusioner dengan prinsip Nasakom (nasionalisme, agama, dan
komunisme).
Isi Dekrit ialah:
• Kembali berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950
• Pembubaran Konstituante
• Pembentukan MPRS dan DPAS
3. Periode 1966-1998 Demokrasi Pancasila

Pelaksanaan demokrasi orde baru ditandai


dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966,
Orde Baru bertekad akan melaksanakan Pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen. Awal
Orde baru memberi harapan baru pada rakyat
pembangunan disegala bidang melalui Pelita I, II,
III, IV, V dan pada masa orde baru berhasil
menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun 1971,
1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.
Periode 1999-sekarang : demokrasi Pancasila era Reformasi

Ciri-ciri Demokrasi Pancasila Masa Reformasi


• multi partai,
• pemilihan langsung kepala pemerintahan,
• supermasi hukum,
• pembagaian kekuasan yang lebih tegas
• kebebasan hak politik rakyat (kebebasan
berpendapat dan informasi public & pers)
Islam dan Demokrasi
Demokrasi Dalam Al-Qur’an
Di dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat yang terkait dengan prinsip-prinsip utama
demokrasi, antara lain QS. Ali Imran: 159 dan al-Syura: 38 (yang berbicara tentang
musyawarah); al-Maidah: 8; al-Syura: 15 (tentang keadilan); al-Hujurat: 13 (tentang
persamaan); al-Nisa’: 58 (tentang amanah); Ali Imran: 104 (tentang kebebasan
mengkritik); al-Nisa’: 59, 83 dan al-Syuro: 38 (tentang kebebasan berpendapat) dst.
Jika dilihat basis empiriknya, menurut Aswab Mahasin. agama dan demokrasi memang
berbeda. Agama berasal dari wahyu sementara demokrasi berasal dari pergumulan
pemikiran manusia. Dengan demikian agama memiliki dialeketikanya sendiri. Namun
begitu menurut Mahasin, tidak ada halangan bagi agama untuk berdampingan dengan
demokrasi.
S ebagaimana dijelaskan di depan, bahwa elemen-elemen pokok demokrasi dalam
perspektif Islam meliputi: as-syura, al-musawah, al-‘adalah, al-amanah, al-
masuliyyah dan al-hurriyyah.

 
1. as-Syura

Syura merupakan suatu prinsip tentang cara


pengambilan keputusan yang secara eksplisit
ditegaskan dalam al-Qur’an. Misalnya saja
disebut dalam QS. As-Syura: 38:
    “Dan urusan mereka diselesaikan secara
musyawarah di antara mereka”.

 
2.      al-‘Adalah

• al-‘adalah adalah keadilan, artinya dalam menegakkan


hukum termasuk rekrutmen dalam berbagai jabatan
pemerintahan harus dilakukan secara adil dan bijaksana.
Tidak boleh kolusi dan nepotis. Arti pentingnya penegakan
keadilan dalam sebuah pemerintahan ini ditegaskan oleh
Allah SWT dalam beberapa ayat-Nya, antara lain dalam surat
an-Nahl: 90:
  “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang berbuat keji, kemungkaran dan permusuhan”.
(Lihat pula, QS. as-Syura:15; al-Maidah:8; An-Nisa’:58 dst.).
3. al-Musawah

al-Musawah adalah kesejajaran, egaliter,


artinya tidak ada pihak yang merasa lebih
tinggi dari yang lain sehingga dapat
memaksakan kehendaknya. Penguasa tidak
bisa memaksakan kehendaknya terhadap
rakyat, berlaku otoriter dan eksploitatif.
Kesejajaran ini penting dalam suatu
pemerintahan demi menghindari dari
hegemoni penguasa atas rakyat
 
4.  al-Amanah

• al-Amanah adalah sikap pemenuhan kepercayaan yang


diberikan seseorang kepada orang lain. Oleh sebab itu
kepercayaan atau amanah tersebut harus dijaga dengan baik.
Dalam konteks kenegaraan, pemimpin atau pemerintah yang
diberikan kepercayaan oleh rakyat harus mampu melaksanakan
kepercayaan tersebut dengan penuh rasa tanggung jawab.
Persoalan amanah ini terkait dengan sikap adil. Sehingga Allah
SWT. menegaskan dalam surat an-Nisa’: 58:
• “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu supaya menyampaikan
amanah kepada yang berhak menerimanya dan (menyuruh
kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil”.
5.  al-Masuliyyah

al-Masuliyyah adalah tanggung jawab. Sebagaimana


kita ketahui, bahwa kekuasaan dan jabatan itu
adalah amanah yang harus diwaspadai, bukan
nikmat yang harus disyukuri, maka rasa tanggung
jawab bagi seorang pemimpin atau penguasa harus
dipenuhi.  Dan kekuasaan sebagai amanah ini
memiliki dua pengertian, yaitu amanah yang harus
dipertanggungjawabkan di depan rakyat dan juga
amanah yang harus dipertenggungjawabkan di
depan Tuhan
6.  al-Hurriyyah

al-Hurriyyah adalah kebebasan, artinya bahwa setiap


orang, setiap warga masyarakat diberi hak dan kebebasan
untuk mengeksperesikan pendapatnya. Sepanjang hal itu
dilakukan dengan cara yang bijak. Jika sudah tidak ada lagi
kontrol  dalam suatu masyarakat, maka kezaliman akan
semakin merajalela. Patut disimak sabda Nabi yang
berbunyi:
  “Barang siapa yang melihat kemunkaran, maka hendaklah
diluruskan dengan tindakan, jika tidak mampu, maka
dengan lisan dan jika tidak mampu maka dengan hati,
meski yang terakhir ini termasuk selemah-lemah iman”.
PEMILU
Pemilihan umum (pemilu) di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk
memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota. Setelah amendemen keempat UUD 1945 pada 2002,
pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan
oleh MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat dan dari rakyat
sehingga pilpres pun dimasukkan ke dalam rangkaian pemilu. Pilpres
sebagai bagian dari pemilu diadakan pertama kali pada Pemilu 2004. Pada
2007, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pemilihan
kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan sebagai
bagian dari rezim pemilu. Pada umumnya, istilah "pemilu" lebih sering
merujuk kepada pemilihan anggota legislatif dan presiden yang diadakan
setiap 5 tahun sekali. Pemilu harus dilakukan secara berkala, karena
memiliki fungsi sebagai sarana pengawasan bagi rakyat terhadap wakilnya.
Asas pemilu
Pemilihan umum di Indonesia menganut asas "LUBER" yang merupakan singkatan dari "Langsung,
Umum, Bebas dan Rahasia". Asas "Luber" sudah ada sejak zaman Orde Baru.

"Langsung" berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh
diwakilkan.
"Umum" berarti pemilihan umum dapat diikuti seluruh warga negara yang sudah memiliki hak
menggunakan suara.
"Bebas" berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
"Rahasia" berarti suara yang diberikan oleh pemilih bersifat rahasia hanya diketahui oleh si pemilih itu
sendiri.
Kemudian di era reformasi berkembang pula asas "Jurdil" yang merupakan singkatan dari "Jujur dan
Adil". Asas "jujur" mengandung arti bahwa pemilihan umum harus dilaksanakan sesuai dengan aturan
untuk memastikan bahwa setiap warga negara yang memiliki hak dapat memilih sesuai dengan
kehendaknya dan setiap suara pemilih memiliki nilai yang sama untuk menentukan wakil rakyat yang
akan terpilih. Asas "adil" adalah perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu dan pemilih, tanpa ada
pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap peserta atau pemilih tertentu. Asas jujur dan adil
mengikat tidak hanya kepada pemilih ataupun peserta pemilu, tetapi juga penyelenggara pemilu.

Anda mungkin juga menyukai