Disusun Oleh:
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat serta salam semog aselalu
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-nantikan syafaatnya di akhirat kelak. Selain itu, kami juga ingin mengucapkan
terimakasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yanng lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami
mohon maaf.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pesatnya perkembangan pemikiran dalam Islam menyebabkan dikenalnya para
tokoh sufi dengan pemikiran-pemikirannya yang luar biasa. Berbagai ajaran mereka
memberikan peranan yang sangat penting dalam sejarah umat Islam serta berpengaruh
kuat dikalangan umat Islam sampai saat ini. Dengan keluasan pengetahuan agama
mereka, keahalihan dan sikap hidup mereka yang diliputi kezuhudan, membuat para
pengagum mereka tertarik untuk mengikuti dan meneladaninya. Ajaran yang mereka
sampaikan menjadi pelita hati dan penerang jiwa bagi pengikutnya dalam rangka
mendekatkan diri mereka kepada Tuhan.
Salah satu seorang tokoh sufi yang pemikirannya sangat mengagumkan yaitu
Ibn ‘Arabi. Doktrin Wahdatul Wujud dari Ibn'Arabi memberi para sufi berbagai ide.
Dan juga merupakan tokoh tasawuf yang fenomena dalam peradaban islam.
Pemikirannya juga spiritualis yang berkelahiran Spanyol kali ini menghentak-hentak
kesadaran da kemapanan. Terutama topik tentang hakikat dan makna hidup yang tidak
ada habisnya. Karena terpinggirkannya pemikiran dan ajaran Ibn ‘Arabi adalah
terbatasnya para pengikutnya dan literatur yang tersebar dan karakteristik dengan
bahasa agama yang berbenturan dengan bahasa budaya perpaduan dan tradisi tasawuf
dengan mengekspresikan pengalaman penghayatan komitmen dan konsep keragaman
dimensi metafisis transendental.
Ibnu 'Araby dikenal luas sebagai ulama besar yang banyak pengaruhnya dalam
percaturan intelektualisme Islam. Ia memiliki sisi kehidupan unik, filsuf besar,ahli
tafsir paling teosofik, dan imam para filsuf sufi setelah Hujjatul Islam al-Ghazali.
Lahir pada 17 Ramadhan 560 H/29 Juli 1165 M, di Kota Marsia, ibukota Andalusia
Timur (kini Spanyol), Ibnu 'Araby bernama lengkap Muhammad bin
Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Ali bin Abdullah bin Hatim. Tumbuh besar di
tengah-tengah keluarga sufi, ayahnya tergolong seorang ahli zuhud, sangat keras
menentang hawa nafsu dan materialisme, menyandarkan kehidupannya kepada
Tuhan. Sementara ibunya bernama Nurul Anshariyah. Pada 568 H keluarganya
pindah dari Marsia ke Isybilia. Perpindahan inilah menjadi awal sejarah yang
mengubah kehidupan intelektualisme 'Araby, terjadi transformasi pengetahuan dan
kepribadian Ibnu'Araby. Kepribadian sufi, intelektualisme filosofis, fikih dan sastra.
Karena itu, tidak heran jika ia kemudian dikenal bukan saja sebagai ahli dan pakar
ilmu-ilmu Islam, tetapi juga ahli dalam bidang astrologi dan kosmologi.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan definisi epistemologi ajaran Ibn ‘Arabi?
2. Jelaskan psikologi menurut Ibn ‘Arabi?
3. Jelaskan definisi mistisisme dalam islam?
4. Jelaskan mistisisme menurut Ibn ‘Arabi?
C. Tujuan
1. Memahami definisi epistemologi ajaran Ibn ‘Arabi.
2. Memahami psikologi menurut Ibn ‘Arabi.
3. Memahami definisi mistisisme dalam islam.
4. Memahami mistisisme menurut Ibn’Arabi.
BAB II
PEMBAHASAN
PENUTUP
A. Kesimpulan
Epistemologi dalam kajian Islam, dikenal tiga epistemologi yakni bayani,
burhani, dan irfani. Epistemologi bayani ialah metode khas pemikiran Arab yang
menyandarkan kebenaranya pada teks (nas) baik secara langsung maupun tak
langsung dan dijustifikasi oleh akal kebahasaan yang digali lewat inferensi (istidlal).
Epistemologi burhani sama sekali tidak mendasarkan diri pada teks atau nas, namun
mendasarkan diri pada observasi empiris dan inferensi rasional, karena sumber
pengetahuannya adalah rasio, bukanlah teks atau intuisi (ilham). Adapun epistemologi
irfani (gnosis), irfan atau makrifat berkaitan dengan pengetahuan yang diperoleh
secara langsung, melalui penyinaran langsung atau kasf dari Allah kepada hamba-
Nya. Psikologi memiliki akar dari bidang ilmu filsafat yang diprakarsai sejak zaman
Aristoteles sebagai ilmu jiwa, yaitu ilmu untuk kekuatan hidup (levens beginsel). Ibn
‘Arabi dalam teorinya terkenal dengan pembahasan tentang manusia. Salah satunya
mengenai tentang pembahasan manusia yang di dalamnya terdapat jiwa. Jiwa
merupakan sesuatu yang mutlak sebagai pemberian dari sang pencipta. Ibn’Arabi
mengaplikasinya teorinya ke dalam buku-bukunya, bahwa manusia dengan segala
rahasianya telah banyak dikaji dan diteliti kembali tentang hakikat manusia yang
memiliki unsur jiwa. Dalam diri manusia setidaknya terdapat 3 unsur utama antara
lain jiwa, tubuh, akal dan badan. Mistisisme dalam Islam diberi nama tasawuf dan
oleh kaum orientalis Barat disebut sufisme. Kata sufisme dalam istilah orientalis Barat
khusus dipakai untuk mistisisme Islam. Sufisme tidak dipakai untuk mistisisme yang
terdapat dalam agama-agama lain. Mistisisme atau tasawuf mempunyai tujuan
memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar
bahwa seseorang berada di hadirat Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA
HarunNasution. (1973). Filsafat dan Mistisisme Dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang.