Anda di halaman 1dari 10

Nama : Mahdi Satyagraha

Nim : 11150331000053
Matakuliah : Studi Naskah Tasawuf
Tugas : Makalah (Kandungan Abu Thalib Al-Makki )

Abu Thalib Al- Makki


 Pendahuluan

Abu Thalib Al- Makki ini adalah seorang sufi besar, sufi klasik yang

mengajarkan sebuah ajaran mahabbah kepada pengikutnya yang

dimana Al-Ghazali juga sebagai pengikut dari ajarannya dan

mengembangkannya tanpa meniru secara mentah dari ajaran Abu

Thalib Al- Makki.

Abu Thalib Al-Makki memberikan ajarannya untuk pada sufi yang

mengikuti tarekatnya melalui kitab qutul qulub. Yaitu sebuah kitab

yang ber-isikan semua ajaran yang di ajarkan oleh atau yang dianut

oleh Abu Thalib Al-Makki, yang dimana dalam kitab itu sebagian

besar membahas tentang mahabbah. Yang dimana Abu Thalib Al-

Makki dalam kitabnya mengajarkan kepada para sufi yang mengikuti

tarekatnya, tata cara menerbitkan rasa cinta (mahhabbah) kepada allah

swt.
 Pembahasan

1. Sejarah

Ia sangat dikenal sebagai sufi yang jenius yang tertuang dalam

beberapa kitab, juga pengarang kitab yang cukup populer dikalangan

para sufi maupun pengamat Tasawuf karena sering dirujuk dalam

berbagai perbincangan yaitu kitab ilmul Qulub dan Qutubul Qulub fi

Mu’ammalatil Mahbub. Itulah Abu Thalib Al-Makki.

Ia lahir di Jabal, desa yang dekat dengan Baghdad, Irak. Dan ia

memiliki nama lengkap Muhammad bin Ali bin Athiyah Abu Thalib

Al-Makki Al-Haritsi Al- Maliki. Dua nama dibelakang adalah julukan,

Al-Harits ia dapat karena ia memang berasal dari suku Harits. Lalu

karena ia bermazhab maliki, ia diberi gelar Al-Maliki. Lalu karena ia

dibesarkan kan di mekah, ia dapat julukan Al-Makki.

Tahun lahir Abu Thalib Al-Makki juga sulit ditemukan seperti

beberapa sufi besar yang lain, tapi dalam catatan di beberapa literatur

kita bisa melihat Riwayat hidupnya, meski catatan-catatan tersebut

tidak banyak, tapi tentang sejarahnya bisa diungkapkan dengan

lengkap. Abu Thalib Al-Makki wafat pada tahun 368 H / 966 M di

Bahgdad.1
1
https://www.sufiz.com/other-story/abu-thalib-al-makki-pemandu-amalan-tarekat-para-
sufi.html
Untuk memperdalam ilmu hadis sebagai yang utama beliau

berguru kepada Syekh Ali bin Ahmad bin Al-Misri (w.364/944 M)

dan Syekh Abubakar Muhammad bin Ahmad Al-Jurjani Al-Mufid

(w.378H/958 M), lalu juga dengan banyak ulama beliau memulai

pendidikannya dalam mempelajari ilmu agama. Ia juga belajar ilmu

fikih mazhab Maliki. Memiliki wawasan yang sangat luas dalam

mazhab Maliki inilah yang membuat Abu Thalib Al- Makki mendapat

julukan tambahan Al-Maliki.

Setelah merasa cukup menimba ilmu di Mekah, beliau

mengembara demi memperluas wawasan keilmuannya, setelah lama

menimba ilmu di mekah yang ia rasa sudah cukup. hingga akhirnya

berlabuh ditempat yang kala itu terkenal sebagai pusat ilmu dan

peradaban dunia yaitu Basrah, Irak. Di sini ia bertemu dengan Syekh

Abul Ahmad bin Muhammad ibnu Ahmad bin Salim Ash-Saghir (w.

360 H/940 M), sufi besar pendiri Tarekat Salimiyah, lalu ia berguru

dengannya untuk mempelajari ilmu tasawuf, bersumber dari tasawuf

Sahab bin Abdullah At-Tustari, yang sangat terkenal kala itu di

baghdad.2

2
https://www.sufiz.com/other-story/abu-thalib-al-makki-pemandu-amalan-tarekat-para-
sufi.html
Belakangan ia melanjutkan pengembaraannya ke Baghdad, Irak.

karena disini masyarakatnya hanya menerima tarekat Junaidiyah, ia

jadi kesulitan dalam membawa tarekat Salimiyah, sehingga ia di

larang mengajarkan tasawuf itu. Meski begitu dalam pemikiran

Tasawuf yang terekam dalam beberapa kitabnya itu menjadi kelebihan

untuknya. Sayangnya hanya dua kitab yang tersisa yang dapat dibaca

oleh generasi berikutnya: Al-Ilmul Qulub, dan Qtubul Qulub fi

Mu’ammalatil Mahbub.

Begitu pula jalan yang ditempuh para sufi dalam memantapkan jiwa

dan keyakinan hati, itu argumentasi dari Dua kitab tersebut dan ini

cukup berbobot dalam hal analisis mengenai amalan sufi. Bahkan

metode dan sistem Abu Thalib dalam beberapa pemikirannya juga

digunakan oleh Imam Ghazali.

Panduan standard bagi para sufi menjadi kitab Qutubul Qulub. Itulah

kenapa banyak ulama yang memberikan komentar dan penulisan

ulang terhadap kitab ini. untuk memudahkan pembaca Muhammad bin

Khalafuddin Al-umawi menjadi salah satu yang meringkas kitab

tersebut, dengan judul Al-Wushul Ila Ghardhil Mathlub min Jawahiril

Qtubil Qulub.3
3
https://www.sufiz.com/other-story/abu-thalib-al-makki-pemandu-amalan-tarekat-para-
sufi.html
2. Isi kandungan

Dalam rekaman suara yang diberikan dan disampaikan oleh bapak

Drs. Abdul Muthalib, M.A., Ph.d. yang berdurasi satu jam, empat

belas menit, dua puluh empat detik yang dikirimkan melalui email

pada tanggal 11, bulan November, tahun 2020. Jam 12:49 PM4. Dalam

rekaman tersebut membahas sekaligus menjelaskan tentang isi dari

kitab qutubul qulub.

Dalam kitabnya “ mahabbah itu adalah bagian tertinggi dari maqom/

kedudukan orang orang yang kenal allah, mahabbah itu adalah isarun

isar artinya orang yang murah hati memberikan sesuatu merupakan

pemberian yang paling berharga dari allah swt, isar kalau sesama

manusia itu mengorbankan diri kita untuk orang lain, , karna allah

adalah maha kaya, maha gagah dan maha perkasa dan allah tidak

berkurang dan allah tidak butuh alam, tidak menderita allah, allah

tidak butuh alam disini adalah metaphor yang artinya pemberian dari

allah swt yang terbaik, yaiu pemberian dari allah swt dari hambanya

yang iklhas dan dengan mahabbah itu nihaya (tertinggi), merupakan

pemberian yang tertinggi, allah ta’ala dimana kekuasaaanya itu agung

4
https://mail.google.com/mail/u/0/?
tab=rm&ogbl#inbox/FMfcgxwKjTMPWdvjHLnPgGkLsRfpBpTn?projector=1&messagePartId=0.1
dan allah berfirman “ mereka mencintai mereka, siapa yang di cintai

allah ialah orang orang mumin mereka mencintai allah itu lah

merupakan pemberian allah kepada siapa yang di kendakinya

( tasawuf) bahwa mahabbah merupakan pemberian allah.

Manusia itu yang mendapatkan mahabbah tetapi kalau di

tasawuf itu allah yang memberikan mahhabah itu , allah tetap

mencintai semua umat manusia yang mu’min dan yang muslim tetapi

manakala dia melakukan dosa menyekutukan allah atau mengambil ,

dosa antar sesama manusia , allah tidak akan memaafkan kecuali orng

tersebut meminta maaf sama yag bersangkutan, orang-orang yang

Arifin dan mukhlisin dan khabar ini maksudnya, berkaitan dengan

makna yang kita mulai dengan muhibbuhum wa yuhibbuna, karna

allah mengisahkan orang orang mu’min dengan memberikan anugrah

kepada mereka, dan apa yang terjadi diantara dua kalimat yang diatas,

“allah mencinrai mereka dan mereka mencintai allah kemudian cinta

itu adalah merupakan pemberian allah yg ia kehendaki”.

Jadi apa yang terjadi atau apa yang dikatakan dua ayat diatas

itulah merupakan sifat orang orang yang mencintai allah, dan sifat

yang dicintai. Di riwayatkan dari nabi saw, ”allah tidak akan pernah

menyiksa hambanya yang di cintainya itu dalam api neraka. allah


berfirman membenarkan ucapan nabinya Muhammad, yg menolak

kepada siapa yang mencintai beliau dan mendebat akan mereka”.

Dalam ayat itu allah mengatakan, “katakan lah mengapa dia ajak

kalian dia ajak kalian karena dosa dosa kalian padahal kalian ini

adalah manusia yang allah ciptakan, sesungnguhnya allah itu

mencintai seorng hamba, sehingga cintanya itu begitu tinggi begitu

sangat tinggi sekali sehingga cintanya itu sampai mencapai tinggkat

yang sangat tinggi sehingga allah berkata, berbuatlah semaumu maka

karna sungguh aku mencintaimu “( hadist qudsi). kalau salah paham

orang akan melakukan dosa yang sangat besar padahal ini adalah

metaphor.

orang yang di cintai allah itu tentulah , orang itu juga mencintai

allah dan orang yang mencintai allah sudah pasti tidk akan melakukan

semau maunya seperti dosa yang berkaitan dengan manusia.

ada sebuah sekte kristen tang dikjar kejar karna mereka

mengganp sebagai yesus penebus dosa boleh berzinah dll karna

mereka salah paham dan ini adalah sekte pada tahun 83 di Pontianak,

ini lah sekte itu yang menyuruh umatnya melakukan setiap hal hal.
Diluar jangkauan karna dosa kita di tanggung yesus karna yesus sudah

disalib sudah diwakilkan oleh beliau.

islam kelompok sufi menurut imam asyari kelompok sufi yang

menggap karna mereka cinta allah hukum halal haram tdk berlaku

kepada mereka, orang yang berpura pura sebagai sufi ( imam

qusairi), keterangan dari hadist yang pertama, tanda allah mencintai

seorang hamba, maka dosapun tidak membahayakannya (orang

itupun tidak melakukan dosa) , dan orang yang taubat dari dosa

seakan akan dia tidak berdoa (tak punya dosa), kemudia dia membaca

(rasullah, sesungguhnya allah mencintai orang orang yang taubat dan

mensucikan diri. Jangan terbayang lagi di hati untuk melakukan dosa

kalau sudah taubat). Penting dalam doakita , ya tuhan kami

lindungilah kami bala dan wabah, dan dari perbuatan keji dan

mungkar dalam hal hal keji untuk allah kunut najilah, perkataan dari

almuhasibi , bisikan dari pada allah, kemudian ada, bisakan yang dari

maha pengasih, bisikan dari malaikat.

Bisikan allah itu peringatan kepada kita. Kadang dating bisikan

malaikat dan bisikan setan itu bisikan semua kejelekan ada rasa benci

terhadap seseorang maka itu dari syaiton. Dan allah memberikan

syarat karna cintanya itu , pengampunan akan dosa dengan firmannya,


allah mengampunkan mereka dan allah mencintai mereka allah

mencintai kamu sekalian dan mengampuni dosa kamu sekalian, siapa

saja yang beriman pada allah pastilah dia itu mencintai allah, tetapi

cinta dia itu tergantung dengan imannya . dan tergantung dengan

keterbukaan.

Tirai akan musahadah akan tuhan (pengalaman akan tuhan di

hatinya, penyaksiannya). Dan bertajalintya yang di cintainya itu

tergantung dengan sifat sifatnya. Sebagai dalil dari itu adalah, yaitu

allah memberikan kepada mereka itu dengan tauhid, menerima

ketauhidan mereka dan mereka itu dan dengan memegang akan

perintahnya, dan juga menyerah akan hukum tuhan/ ketentuan tuhan.

Kemudian tingkat perbedaan mereka dlm penyaksian tauhid itu dan

juga dalam keterus terusan mereka menjaga tuhan menerima dan

menyerah dan menerima dalam hukum tuhan itu semua tergantung

kepada cinta, orang yang cinta terhadap tuhan itu tingkat tauhid

mereka.

Dan juga bagai mana mereka terus melaksanakan perintah

tuhan dan bagaimana dalm cara mereka menerima hukum tuhan tidak

akan terjadi kecuaali dangan cinta atau mahabbah.

3. Kesimpulan
Bahwa Abu Thalib Al-Makki, mengajarkan kepada pengikutnya yang

ber mazhab maliki akan ajaran mahabbah kepada allah swt. Dan juga

penafsiran akan mahabbah tentu dalam pembahan ini berbeda dengan

rabi’ah al-adawiah. Karena konsep ajaran mahabbah menurut saya

dalam pembahasan di dalam kitab qutub qulub yang dibahas oleh

bapak Abdul Muthalib itu adalah konsep mahabbah Abu Thalib Al-

Makki lebih dikerucutkan kearah ajaran sikap dan tata cara menjadi

mahabbah yang ditentukan dengan perbuatan dari dalam diri yang

akan diputuskan alllah swt.

Anda mungkin juga menyukai