ADAB AL-ISLAMY
Tentang
Disusun Oleh :
LAILATUL FITRI LUBIS : 1911010052
ANTIA IKA MAWARNI : 1811010037
FITRIA PERMATA DEWI : 18110100
Dosen Pengampu:
Dr. Sofyan Hadi, M.Ag, M. Hum
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wataala yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga makalah dengan judul “ تأليفاتهم أعالم النثر الصوفي وخصائص “
ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam kita kirimkan kepada nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang telah membawa kita dari Zaman Jahiliyah
ke Zaman Islamiyah seperti yang kita rasakan sekarang ini. Semoga kita senantiasa
berada dalam jalan-Nya yang lurus di atas jalan sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam dan jalan Shalafush-shaleh. Aamiin Yaa Rabbal Aalamiin.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Adab Islami pada
semester tujuh di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang, serta dapat
memberi informasi lebih dalam kepada mahasiswa mengenainya. Adapun makalah ini
masih terdapat kekurangan baik dari referensi, penjelasan atau yang lainnya sebab ilmu
penyusun dalam hal ini belum diperoleh secara gamblang dari sang pakar(ahli ilmu).
Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terimakasih atas kritik dan saran yang diberikan
sehingga dapat meningkatkan kualitas atau kuantitas pengetahuan mengenai
Praanggapan. Ucapan terimakasih penyusun sampaikan pada ustad dosen pengampu mata
kuliah ini. Serta penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu selama proses penyusunan makalah ini. Segala kekurangan dalam makalah ini
adalah datang dari penyusun, dan segala kelebihahn hanya pada Allah Subhanahu
Wataala.
Semoga hati kita senantiasa di bawah naungan kaidah Allah dan berpegang teguh pada
alQuran dan Sunnah. Aamiin.
Pemakalah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep prosa mempunyai perbedaan antara Indonesia dan Arab. Menurut
cendikiawan Indonesia, prosa itu ada yang sastra dan non-sastra. Berbeda dengan
menurut cendikiawan Arab yang berpendapat bahwa prosa itu semuanya tergolong sastra.
Prosa menurut sejarawan Indonesia adalah sebuah karya satra yang tidak terikat dengan
wazan dan qafiyah seperti puisi atau syiir, berarti prosa disini tergolong karya sastra.
Prosa tidak terikat rima dan irama, hal ini menunjukkan prosa juga terdapat pada buku-
buku ilmiah. Selain itu, prosa diartikan sebagai sesuatu yang tidak terikat kaidah puitika,
seperti suratsurat kenegaraan.
1. Berbeda dengan menurut sejarawan sastra Arab, yang dikatakan prosa ialah baik
buku-buku klasik maupun modern, menempatkan koresponden baik negara,
pribadi, ataupun surat antar tokoh, maqamar, dan tuqi’at sebagai prosa.
2. Adapun prosa islami berupa khutbah, kitabah, rasail dan matsal.
3. Pada prosa islami terdapat prosa sufistik. Prosa sufistik ialah prosa yang dibuat
oleh para sufi yang merupakan sekolompok manusia yang mengenal tuhan
melalui rasa (zauq).
Maka dari itu pada pembahasan makalah ini menjelaskan tokoh-tokoh prosa sufistik
serta karakteristik karyanya, yakni Ibnu Atthaillah dan al-hikam, Imam AlGhazali dan
Ihya Ulumuddin, Fariduddin al-‘Athaar dan Mantiq al-Thayyar, dan Syihabuddin
Suhrowardi dan hikmat al-Isyraq.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Keempat Tokoh Sufi ?
2. Bagaimana Karakteristik Prosa Sufistik Masing-Masing Tokoh?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Biografi Keempat Tokoh Sufi.
2. Untuk Memahami Karakteristik Prosa Sufistik Masing-Masing Tokoh.
BAB II
PEMBAHASAN
Penjelasan
Ar-raja berarti pengharapan seorang hamba kepada Tuhannya.
Pengharapan ini ditujukan kepada Hamba Allah yang ingin kembali
kepada-Nya, sebagai bukti kedekatan seorang hamba kepada-Nya. Sifat
yang diharapkan adalah Hamba Allah yang ingin Taqarrub atau
mendekatkan diri kepada-Nya dalam kondisi apapun juga, baik dalam
keadaan taat atau maksiat.
Akan tetapi walaupun mengetahui bahwa dunia ini akan hancur, namun
karena hawa nafsu dan syahwat yang begitu kuat, seseorang tidak bisa
lepas bahkan sangat mencintai Alam Fana ini.
Berbeda dengan Mukmin yang kuat tauhidnya dan masih hidup di dunia,
meski mereka terikat pada semua Wujud yang Fana, namun dia tetap
berharap kepada Allah Ta’ala.
Suluk Qolbu atau jalan hati: “Apa saja yang kita dicari dalam hidup ini
pasti ada ujian untuk mengetahui tentang kualitas Raja (harapan) kita
kepada Allah Ta’ala”.
Nabi ﷺbersabda:
ال َوالَ أَنَا إِالَّ أَ ْن َيتَ َغ َّم َدنِ َي هللاُ بِ َرحْ َمتِ ِه
َ َلَ ْن يَ ْد ُخ َل ْال َجنَّةَ أَ َح ٌد بِ َع َملِ ِه قِ ْي َل َوالَ أَ ْنتَ يَا َرسُوْ َل هللاِ؟ ق
Jadi ketika terlanjur berbuat maksiat janganlah putus asa dari Rahmat
Allah, seakan-akan apa yang dilakukanya tidak diterima Allah Ta’ala.
Akhirnya ini mempengaruh kualitas Amal Shalih yang akhirnya berhenti
beramal.
Beramal itu dilakukan atas kehendak Allah Ta’ala. Sedangkan diri kita
hanya sebagai media agar Qudrat Allah Ta’ala berlaku untuk kita.
Kalimat: Laa ilaha illallah. Tiada Tuhan melainkan Allah, berarti tidak ada
tempat bersandar, berlindung, berharap kecuali Allah, tidak ada yang
menghidupkan dan mematikan, tidak ada yang memberi dan menolak
melainkan Allah Ta’ala.
Pada dasarnya syari’at menyuruh kita berusaha dan beramal. Sedang
hakikat syari’at melarang kita menyandarkan diri pada amal dan usaha itu,
supaya tetap bersandar pada karunia dan rahmat Allah Ta’ala.
Kita dilarang menyekutukan Allah dengan hal-hal yang bersifat kebendaan
karena semuanya adalah Makhluk-Nya. Begitupun kita tidak boleh
menyekutukan Allah dengan kekuatan yang ada pada diri kita, misalnya
kecerdasan kita, seakan-akan kita bicara “semua masalah dapat
diselesaikan dengan kehebatan rasio kita.
Dimasa hidupnya, Imam Al Ghazali merupakan ulama yang Sangat produktif. Beliau
mengarang banyak kitab untuk berbagai disiplin ilmu Pengetahuan, seperti fikih, tasawuf
hingga filsafat. Pengarang kitab Ihya’ Ulummuddin ini hingga sekarang pemikirannya
masih terus dikaji oleh Banyak orang. Ia berhasil meninggalkan warisan intelektual yang
luar biasa Besar.
Al-Ghazali yang nama lengkapnya Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali,
dilahirkan di hus, salah satu kota di Khurasan (Persia) Pada pertengahan abad kelima
Hijriyah (450 H/1058 M). Ia adalah salah Seorang pemikir besar Islam yang dianugerahi
gelar Hujjatul Islam (bukti Kebenaran agama Islam) dan zain ad-din (perhiasan agama).
Al-Ghazali Meninggal di kota kelahirannya, hus pada tanggal 14 Jumadil Akhir 505 H
(19 Desember 1111 M). Al-Ghazali pertama-tama belajar agama di kota hus,Kemudian
meneruskan di kota Jurjan, dan akhirnya di Naisabur pada Imam Juwaini sampai yang
terakhir ini wafat pada tahun 478 H/1085 M.
Ihya ‘Ulum al-Din buah karyanya ini terdiri dari empat juz : al Ibadat, al-‘Adat, al-
Muhlikat dan al-Munjiyat dan masing masing bagian (Qism) terdiri dari sepuluh Pasal.
Jadi karakteristik yang terdapat pada Ihya Ulumudin ini ialah mendalam mengenai kaidah
dan prinsip dalam penyucian Jiwa yakni menyeru kepada kebersihan jiwa dalam
beragama, sifat takwa, Konsep zuhud, rasa cinta yang hakiki, merawat hati serta jiwa dan
senantiasa Menanamkan sifat ikhlas di dalam beragama.
Seperti contoh :
مثل قول الغزالي “سعادة كل شيئ, أدب النفس عند الصوفيين وهو الحديث عن خطرات النفس
لذته
فلذة العين في الصورة, وطبع كل شيئ ما خلق له, ولذة كل شيء تكون بمقتضي طبعه, وراحته
ولذة القلب, وكذالك سائ ر الجوارح بهذا الصفة, ولذة األذن في األصوات الطيبة, الحسنة
الخاصة
Tidak sukar meninggalkan duniaku yang penuh kemewahan ini.” Orang tua fakir
Tersebut meninggal tepat saat Attar menjawab pertanyaannya. Lalu Attar
Menguburkannya dengan benar. Waktu terus berselang, namun kematian orang tua fakir
terus menghantui Pikirannya. Lalu ia memilih bergembara dari satu tempat ke tempat
lainnnya demi Menenangkan fikiran serta mendalami maksud di balik wafatnya orang tua
fakir.Awal mula perjalanannya di bawah arahan Syekh Burhanuddin, selanjutnya Abu
Sa’id Abi alKhair. Selama pengembaraannya, beliau mendalami ilmu tasawuf Dengan
membaca karya-karya para sufi, seperti Hikayat al-Masyayikh oleh Abu Muhammad
Ja’far bin Muhammad al-Khuldi, Tabaqat al-Sufiyyah oleh Abdu al Rahman Muhammad
Wadah Husein al-Sulami, Alluma’oleh Abu Nasr al-Sarrj, al Risalat al-Qusyairiyah oleh
Abu Qasim al-Qusyairi, Kasyif al-Mahjub oleh alHujwiri, dan karya tasawuf lainnya.
Perjalannannya dari satu tempat ke tempat Lainnya demi mendalami dunia tasawuf,
pelacakan cerita dan sejarahnya. Adapun Negara yang dikujunginya kurang lebih tiga
puluh tahun ialah Mesir, Damaskus, Makkah, Turkistan serta India.
Dhiyaul Ibad Fillah. Tujuh Lembah Cinta Fariduddin Attar: Sebuah Setelah
mendalami dunia spiritual dan tasawuf, beliau kembali ke tanah Kelahiran. Membuka
kembali toko yang ditutup selama mengembara, di samping itu Mengajarkan apa yang
didapatnya, dan saat senggang di toko, beliau menulis puisi, Prosa, pantun dan cerita.
Oleh sebab itu, beliau terkenal sebagai penulis mistik persia Yang produktif.
Attar Wafat pada tahun 1220 M saat mengajar dan serdadu Mongol Menyerang
daerah Nishapur. Ia tertangkap oleh mereka, lalu ada yang ingin Menembusnya agar
dilepaskan, akan tetapi dia mennolak atas dasar idealisnya, dirinya Tidak sebandinng
dengan harga tebusan itu. Mendengar hal itu tentara Mongol panas, Lalu
menebaslehernya hingga terpisah kepala dari badannya. Meskipun raganya telah Dikubur,
namun tidak dengan pemikirannya. Buku yang ditulisnya kurang lebih telah Mencapai
40, Idris Shah dalam Dhiyaul berpendapat jumlah buku beliau telah Mencapai114,
Wallahua’lam.
Manthiq al-Tayr merupakan salah satu karya monumentalnya. Membahas Tentang jalur
spiritual sufistik, diibaratkan dengan para burung yang melalui tujuh Lembah untuk
mencapai raja-raja burung (Tuhan). Burung terbang memiliki tujuan, Dalam tulisannya
tujuannya yaitu Simurgh yang terletak di puncak tertinggi gunung Qaf. Simurgh yaitu
tiga puluh simbolisme, yang diibaratkan sebagai sifat manusia. Perjalanan tersebut
dibantu oleh burung pujaan nabi Sulaiman, burung hudud. Kisah Burung disini
diibaratkan sebagai jiwa manusia yang terbang demi mencari kebenaran Secara optimal.
Dan pada ending cerita hanya tiga puluuh burung yang berhasil Mencapai Simurgh. Hal
ini menyiratkan bahwa untuk mencapai Tuhan tidak semua Orang ynag dapat
melakukannya, hanya orang yang sabar, teguh, dan gigih.
Tema ini, tentu saja, dianggap terlalu romantis oleh kaum materialis. Namun Suhrawardi
telah memberikan format yang rasional untuk tema-temanya dalam Hikmat al-Ishraq, dan
menegaskan bahwa teks tersebut tidak dimaksudkan untuk para sarjana yang tidak
memiliki orientasi mistik-teosofis. Sebagaimana yang ia sampaikan:
“Kami hanya mengusulkan untuk membahas buku ini dan simbol-simbolnya dengan
mereka yang secara serius terlibat dalam upaya atau pencarian mistik-teosofis…. Siapa
pun yang hanya ingin mempelajari pemikiran rasional diskursif dapat mengikuti jalur
Peripatetik.”
Ini karena, inti ajaran falsafat iluminasi (Isyraqi) adalah cahaya, dari sifat dan penyebaran
cahaya. Tuhan adalah Cahaya yang disebut Suhrawardi sebagai Nur al-Anwar; Cahaya
sebagai penggerak utama alam semesta, sedangkan alam semesta merupakan sebuah
proses penyinaran raksasa, di mana semua wujud bermula dan berasal dari Prinsip Utama
Yang Esa (Tunggal). Cahaya ini adalah sumber segala sumber, dan tak ada yang bisa
menyamakan kedudukan Cahaya ini, Cahaya merupakan esensi yang paling terang dan
paling nyata, sehingga mustahil bila ada sesuatu yang lebih terang dan lebih jelas dari
cahaya. Pendapat ini sama dengan pemikiran Ibn Sina tentang Wajib al-Wujud.
Suhrawardi juga berpendapat bahwa Tuhan tidak dapat diliputi aksiden (‘ardh) ataupun
substansi (jauhar), karena dapat mengurangi Keesaan Tuhan. Maka dari itu, Cahaya
Pertama mesti Satu (Esa, Tunggal), baik dzat maupun sifat-Nya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ibnu Atthaillah merupakan seorang ulama sekaligus penulis dari
Alexandria atau sakandria meupakan salah satu kota di Mesir. Beliau
memiliki beberapa karya adapun yang paling banyak disyarah oleh para
ulama setelahnya yaitu kitabnya yang berjudul al-Hikam. Al-Hikam
merupakan prosa sufistik. Karakteristik karyanya yaitu singkat, padat, indah,
dan sarat akan makna.
Sedangkan Fariduddin Attar merupakan seorang apoteker awalnya lalu
menulis beberapa karya setelah mendalami dunia Tasawuf. Adapun
karakteristik karyanya yang berjudul Mantiq al-Tayyar yaitu berisikan
hikayat-hikayat sufistik yang pada sebagian hikayatnya bertokoh fabel. Imam
Al Ghazali merupakan ulama yang sangat produktif. Beliau mengarang
banyak kitab untuk berbagai disiplin ilmu pengetahuan, seperti fikih, tasawuf
hingga filsafat.
Pengarang kitab Ihya’ Ulummuddin yang mempunyai karakteristik
mendalam mengenai kaidah dan prinsip dalam penyucian jiwa yakni
menyeru kepada kebersihan jiwa dalam beragama, sifat takwa, konsep zuhud,
rasa cinta yang hakiki, merawat hati serta jiwa dan senantiasa menanamkan
sifat ikhlas di dalam beragama.
B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh darikata
kesempurnaan,mungkin masih banyak kesalahan kesalahan yang perlu
diperbaiki, baik dalam pemilihan kata atau diksi,materi dan juga
penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik ,saran
serta masukan yang sifatnya dapat membangun makalah ini untuk
kedepannya.Atas perhatian rekan-rekan semua kami ucapkanTerimakasih...
DAFTAR PUSTAKA
A.Zaini. Pemikiran Tasawuf Imam Ghazali. Jurnal Akhlak dan Tasawuf. Vol. 2 No. 1.
2016.
Wargadinata, Wildana dan Laily Fitriani. 2018. Sastra Arab masa Jahiliyah dan Islam.
Malang: UIN-Maliki Press.
Laili, Setianing Nur. 2020. Nilai Tauhid yang Terkandung dalam Kitab Al-
Hikam Karya Ibnu Athaillah. Skripsi. Ponorogo: fak. Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Ponorogo.