Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ADAB AL-ISLAMY

Tentang

‫أعالم النثر الصوفي وخصائص تأليفاتهم‬

Disusun Oleh :
LAILATUL FITRI LUBIS : 1911010052
ANTIA IKA MAWARNI : 1811010037
FITRIA PERMATA DEWI : 18110100

Dosen Pengampu:
Dr. Sofyan Hadi, M.Ag, M. Hum

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB FAKULTAS ADAB


DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM
BONJOL PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wataala yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga makalah dengan judul “ ‫تأليفاتهم‬ ‫أعالم النثر الصوفي وخصائص‬ “

ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam kita kirimkan kepada nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang telah membawa kita dari Zaman Jahiliyah
ke Zaman Islamiyah seperti yang kita rasakan sekarang ini. Semoga kita senantiasa
berada dalam jalan-Nya yang lurus di atas jalan sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam dan jalan Shalafush-shaleh. Aamiin Yaa Rabbal Aalamiin.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Adab Islami pada
semester tujuh di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang, serta dapat
memberi informasi lebih dalam kepada mahasiswa mengenainya. Adapun makalah ini
masih terdapat kekurangan baik dari referensi, penjelasan atau yang lainnya sebab ilmu
penyusun dalam hal ini belum diperoleh secara gamblang dari sang pakar(ahli ilmu).
Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terimakasih atas kritik dan saran yang diberikan
sehingga dapat meningkatkan kualitas atau kuantitas pengetahuan mengenai
Praanggapan. Ucapan terimakasih penyusun sampaikan pada ustad dosen pengampu mata
kuliah ini. Serta penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu selama proses penyusunan makalah ini. Segala kekurangan dalam makalah ini
adalah datang dari penyusun, dan segala kelebihahn hanya pada Allah Subhanahu
Wataala.
Semoga hati kita senantiasa di bawah naungan kaidah Allah dan berpegang teguh pada
alQuran dan Sunnah. Aamiin.

Padang, 15 November 2021

Pemakalah
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep prosa mempunyai perbedaan antara Indonesia dan Arab. Menurut
cendikiawan Indonesia, prosa itu ada yang sastra dan non-sastra. Berbeda dengan
menurut cendikiawan Arab yang berpendapat bahwa prosa itu semuanya tergolong sastra.
Prosa menurut sejarawan Indonesia adalah sebuah karya satra yang tidak terikat dengan
wazan dan qafiyah seperti puisi atau syiir, berarti prosa disini tergolong karya sastra.
Prosa tidak terikat rima dan irama, hal ini menunjukkan prosa juga terdapat pada buku-
buku ilmiah. Selain itu, prosa diartikan sebagai sesuatu yang tidak terikat kaidah puitika,
seperti suratsurat kenegaraan.
1. Berbeda dengan menurut sejarawan sastra Arab, yang dikatakan prosa ialah baik
buku-buku klasik maupun modern, menempatkan koresponden baik negara,
pribadi, ataupun surat antar tokoh, maqamar, dan tuqi’at sebagai prosa.
2. Adapun prosa islami berupa khutbah, kitabah, rasail dan matsal.
3. Pada prosa islami terdapat prosa sufistik. Prosa sufistik ialah prosa yang dibuat
oleh para sufi yang merupakan sekolompok manusia yang mengenal tuhan
melalui rasa (zauq).

Maka dari itu pada pembahasan makalah ini menjelaskan tokoh-tokoh prosa sufistik
serta karakteristik karyanya, yakni Ibnu Atthaillah dan al-hikam, Imam AlGhazali dan
Ihya Ulumuddin, Fariduddin al-‘Athaar dan Mantiq al-Thayyar, dan Syihabuddin
Suhrowardi dan hikmat al-Isyraq.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Keempat Tokoh Sufi ?
2. Bagaimana Karakteristik Prosa Sufistik Masing-Masing Tokoh?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Biografi Keempat Tokoh Sufi.
2. Untuk Memahami Karakteristik Prosa Sufistik Masing-Masing Tokoh.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Tokoh tokoh Prosa sufistik

1. Ibnu Athaillah As-Sakandari


Nama lengkapnya adalah Syekh Abul Fadl Tajuddin Ahmad bin Muhammad Bin Abdul
Karim bin Athaillah al-Sakandari lahir di Mesir pada pertengahan abad Ke-7 H./ke-13 M,
dan ia wafat di tempat yang sama pada tahun 709 H./1309 M. Hampir sebagian hidupnya
dihabiskan di Mesir. Di bawah pemerintahan Mamluk, Mesir menjadi pusat agama dan
pemerintahan dunia Islam belahan timur setelah Kekhalifahan Baghdad hancur pada
tahun 656 H./1258 M. Bangsa Mamluk .

Ketika Ibn Athaillah telah dewasa di Iskandaria. Mereka mengawasi orang-orang


Mongol, menyerang orang-orang Ismailiyyah, dan menarik diri dari Levant, kerajaan
Kristen yang sudah lama dikepung. Mereka pun memberi Kontribusi banyak terhadap
Islam Sunni pada homogenitas sifat Islam Sunni dan Mengantarkan Islam pada kejayaan
zaman artistik dan arsitektur yang impresif, Sehingga
Islam dapat berkembang secara berkelanjutan. Ibn Atha’illah sendiri Merupakan salah
satu dari jajaran guru Mamluk Mesir.39 Data mengenai awal kelahiran Ibn Athaillah dan
ketika ia dilahirkan Sangat Minim, tidak ada sumber yang secara pasti menyebutkannya,
meski dapat dikatakan Secara masuk akal bahwa ia lahir sekitar pertengahan abad ke 7H
msampai 13M. S

• Karya karya Ibnu Athaillah As Askandari


• Kitab Al-Hikam (Bijaksana).
• Al-Lathai’if Manaqib Abil al-Abbas al-Mursi Syekh Abi al-Hasan (Berkah
dalam
• Kehidupan Abu Abbas al-Mursi dan Gurunya Abu Hasan).
• Miftah al-Falah wa Mishbah al-Arwah (Kunci Kesuksesan dan Penerang
Spritual).
• At-Tanwir fi Isqath at-Tadbir (eksposisi pendekatan tarekat Syadziliah).
• . Taj al-„Arus (cara-cara pembersihan jiwa).
• Kitab al-Qaul al-Mujarrad fi al-Ismi

Syekh Ahmad bin Muhammad Athaillah As-Sakandari atau Ibnu


Athaillah, seorang ulama yang hidup pada tahun 1250 M sampai dengan
tahun 1309 M, membahas banyak tema yang menarik dalam Kitab Al-
Hikam. Satu di antaranya adalah anjuran untuk bersandar hanya kepada
Allah, bukan pada amal perbuatan.

Syekh Ibnu Athaillah mengatakan:

َ ‫ نُ ْق‬،‫ِم ْن َعالَ َم ِة ْا ِال ْعـتِــ َما ِد َعلَى ْال َع َم ِل‬


‫صانُ ال َّر َجا ِء ِع ْن َد ُوجُـو ِد ال َّزلــَـ ِل‬

“Di antara tanda-tanda orang yang senantiasa bersandar kepada amal-


amalnya, adalah kurangnya ar-raja’ (rasa harap kepada rahmat Allah) di
sisi alam yang fana.”

Penjelasan
Ar-raja berarti pengharapan seorang hamba kepada Tuhannya.
Pengharapan ini ditujukan kepada Hamba Allah yang ingin kembali
kepada-Nya, sebagai bukti kedekatan seorang hamba kepada-Nya. Sifat
yang diharapkan adalah Hamba Allah yang ingin Taqarrub atau
mendekatkan diri kepada-Nya dalam kondisi apapun juga, baik dalam
keadaan taat atau maksiat.

Adapun I’timad artinya menyandarkan diri atau condong. Sedangkan


Amal adalah gerakan hati dan badan untuk melakukan sesuatu. Jika
gerakan tersebut condong kepada kebaikan dan keridhaan Allah maka
dinamakan dengan KETAATAN. Akan tetapi jika gerakan itu condong
kepada hal-hal yang bertentangan dengan syariat Islam maka dinamakan
dengan kemaksiatan.

Kalimat “wujuudi zalal”, artinya keterikatan seseorang kepada Wujud


(bentuk) yang akan hancur atau alam Fana (tidak kekal).

Akan tetapi walaupun mengetahui bahwa dunia ini akan hancur, namun
karena hawa nafsu dan syahwat yang begitu kuat, seseorang tidak bisa
lepas bahkan sangat mencintai Alam Fana ini.
Berbeda dengan Mukmin yang kuat tauhidnya dan masih hidup di dunia,
meski mereka terikat pada semua Wujud yang Fana, namun dia tetap
berharap kepada Allah Ta’ala.

Jika kita berharap akan rahmat-Nya, maka kita tidak akan


menggantungkan harapan kepada amal-amal kita, baik itu besar atau pun
kecil.

Suluk Qolbu atau jalan hati: “Apa saja yang kita dicari dalam hidup ini
pasti ada ujian untuk mengetahui tentang kualitas Raja (harapan) kita
kepada Allah Ta’ala”.

Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:

‫ال َوالَ أَنَا إِالَّ أَ ْن َيتَ َغ َّم َدنِ َي هللاُ بِ َرحْ َمتِ ِه‬
َ َ‫لَ ْن يَ ْد ُخ َل ْال َجنَّةَ أَ َح ٌد بِ َع َملِ ِه قِ ْي َل َوالَ أَ ْنتَ يَا َرسُوْ َل هللاِ؟ ق‬

“Tidaklah seseorang masuk surga dengan amalnya”. Ditanyakan,


“Sekalipun engkau wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Sekalipun saya,
hanya saja Allah telah memberikan rahmat kepadaku,” (HR. Bukhari
5673, Muslim 2816).

Dalam beramal ibadah pasti punya pengharapan kepada Allah, meminta


kepada Allah supaya diterima pengharapannya. Namun demikian jangan
sampai beramal Ibadah itu bergantung pada amalnya, karena hakikatnya
yang menggerakkan kita untuk melakukan amal ibadah adalah Allah
Taala.

Jadi ketika terlanjur berbuat maksiat janganlah putus asa dari Rahmat
Allah, seakan-akan apa yang dilakukanya tidak diterima Allah Ta’ala.
Akhirnya ini mempengaruh kualitas Amal Shalih yang akhirnya berhenti
beramal.

Beramal itu dilakukan atas kehendak Allah Ta’ala. Sedangkan diri kita
hanya sebagai media agar Qudrat Allah Ta’ala berlaku untuk kita.

Kalimat: Laa ilaha illallah. Tiada Tuhan melainkan Allah, berarti tidak ada
tempat bersandar, berlindung, berharap kecuali Allah, tidak ada yang
menghidupkan dan mematikan, tidak ada yang memberi dan menolak
melainkan Allah Ta’ala.
Pada dasarnya syari’at menyuruh kita berusaha dan beramal. Sedang
hakikat syari’at melarang kita menyandarkan diri pada amal dan usaha itu,
supaya tetap bersandar pada karunia dan rahmat Allah Ta’ala.
Kita dilarang menyekutukan Allah dengan hal-hal yang bersifat kebendaan
karena semuanya adalah Makhluk-Nya. Begitupun kita tidak boleh
menyekutukan Allah dengan kekuatan yang ada pada diri kita, misalnya
kecerdasan kita, seakan-akan kita bicara “semua masalah dapat
diselesaikan dengan kehebatan rasio kita.

2. Ghazali dan Ihyâ’ Ulûm Al-Dîn

Dimasa hidupnya, Imam Al Ghazali merupakan ulama yang Sangat produktif. Beliau
mengarang banyak kitab untuk berbagai disiplin ilmu Pengetahuan, seperti fikih, tasawuf
hingga filsafat. Pengarang kitab Ihya’ Ulummuddin ini hingga sekarang pemikirannya
masih terus dikaji oleh Banyak orang. Ia berhasil meninggalkan warisan intelektual yang
luar biasa Besar.
Al-Ghazali yang nama lengkapnya Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali,
dilahirkan di hus, salah satu kota di Khurasan (Persia) Pada pertengahan abad kelima
Hijriyah (450 H/1058 M). Ia adalah salah Seorang pemikir besar Islam yang dianugerahi
gelar Hujjatul Islam (bukti Kebenaran agama Islam) dan zain ad-din (perhiasan agama).
Al-Ghazali Meninggal di kota kelahirannya, hus pada tanggal 14 Jumadil Akhir 505 H
(19 Desember 1111 M). Al-Ghazali pertama-tama belajar agama di kota hus,Kemudian
meneruskan di kota Jurjan, dan akhirnya di Naisabur pada Imam Juwaini sampai yang
terakhir ini wafat pada tahun 478 H/1085 M.

Al Ghazali dijuluki sebagai “Hujjatul Islam” berkat Kecanggihannya dalam


beragumentasi atau memproduksi “hujah” (argumen/dalil). Gelar “Hujjatul Islam”
digunakan di kalangan cendekiawan Dan ulama dalam tradisi keilmuan klasik. Gelar
tersebut disematkan ke Sejumlah tokoh ulama dan intelektual sebagai bentuk
penghormatan atas Kapasitas keilmuwan mereka. Ihyâ’ Ulûm Al-Dîn, terutama Jilid III
an IV. Karya Mîzân Al-Amal dan Ihyâ; Ulum Al-Dîn adalah dua risalah Al Ghazali Yang
mendiskusikan teori etiknya secara terperinci.

Ihya ‘Ulum al-Din buah karyanya ini terdiri dari empat juz : al Ibadat, al-‘Adat, al-
Muhlikat dan al-Munjiyat dan masing masing bagian (Qism) terdiri dari sepuluh Pasal.
Jadi karakteristik yang terdapat pada Ihya Ulumudin ini ialah mendalam mengenai kaidah
dan prinsip dalam penyucian Jiwa yakni menyeru kepada kebersihan jiwa dalam
beragama, sifat takwa, Konsep zuhud, rasa cinta yang hakiki, merawat hati serta jiwa dan
senantiasa Menanamkan sifat ikhlas di dalam beragama.

Seperti contoh :

‫مثل قول الغزالي “سعادة كل شيئ‬, ‫أدب النفس عند الصوفيين وهو الحديث عن خطرات النفس‬
‫لذته‬

‫فلذة العين في الصورة‬, ‫وطبع كل شيئ ما خلق له‬, ‫ولذة كل شيء تكون بمقتضي طبعه‬, ‫وراحته‬

‫ولذة القلب‬, ‫وكذالك سائ ر الجوارح بهذا الصفة‬, ‫ولذة األذن في األصوات الطيبة‬, ‫الحسنة‬
‫الخاصة‬

‫بمعرفة هلال ألنه مخلوق لها‬.

Artinya : Literatur jiwa menurut para sufi yang membicarakan tentang


bahaya Jiwa, seperti sabda Al-Ghazali: “Kebahagiaan segala sesuatu
adalah Kesenangan dan kenyamanannya, dan kesenangan segala sesuatu
menurut Sifatnya. , dan sifat segala sesuatu adalah untuk apa ia diciptakan.
Dan Kesenangan hati dalam mengenal Tuhan, karena Dia diciptakan
untuk itu.

3. Attar dan Mantiq al-Tayyar


Fariduddin Attar memiliki nama panjang Abu Hamid Muhammad bin Ibrahim Farid
al-Din al-Attar. Nama panggilannya yaitu Abu Hamid, namun kebanyakan
Memanggilnya Attar, ahli minyak atau ahli kimia, sebab merupakan soydaliyyan atau
Apoteker dan diwarisi rumah obat oleh ayahnya. Terdapat perbedaan pendapat tentang
tahun kelahirannya, ada yang mengatakan 1120 M dan adapula yang Mengatakan 1119
M/523 H di Nishapur Persia.Fariduddin merupakan seorang yang haus akan ilmu.
Dimulai dengan belajar Baca Qur’an, ilmu agama, ilmu kedokteran dan farmalogi, ilmu
filsafat, teologi, Astronomi, hadits dan disusul dengan mempelajari ilmu kesusastraan
seperti prosa dan Syair, lalu ilmu tasawuf.Asal-usul Attar mempelajari dunia Tasawuf,
dikarenakan sebuah pikiran yang Mengganjal pasca matinya orang tua renta miskin di
depan tokonya. Pasalnya sebelum Itu orang tua tersebut menghampiri toko parfumnya,
dikira hendak minta-minta, Attar Lalu megusir orang tua tersebut. Kemudian dengan
tenang orang tua tersebut Mengatakan:

“jangankan meninggalkan tokomu, meninggalkan dunia ini saja mudah

Bagiku, lalu bagaimana denganmu?”Attar tersentak, lalu menjawab: “ bagiku juga

Tidak sukar meninggalkan duniaku yang penuh kemewahan ini.” Orang tua fakir
Tersebut meninggal tepat saat Attar menjawab pertanyaannya. Lalu Attar
Menguburkannya dengan benar. Waktu terus berselang, namun kematian orang tua fakir
terus menghantui Pikirannya. Lalu ia memilih bergembara dari satu tempat ke tempat
lainnnya demi Menenangkan fikiran serta mendalami maksud di balik wafatnya orang tua
fakir.Awal mula perjalanannya di bawah arahan Syekh Burhanuddin, selanjutnya Abu
Sa’id Abi alKhair. Selama pengembaraannya, beliau mendalami ilmu tasawuf Dengan
membaca karya-karya para sufi, seperti Hikayat al-Masyayikh oleh Abu Muhammad
Ja’far bin Muhammad al-Khuldi, Tabaqat al-Sufiyyah oleh Abdu al Rahman Muhammad
Wadah Husein al-Sulami, Alluma’oleh Abu Nasr al-Sarrj, al Risalat al-Qusyairiyah oleh
Abu Qasim al-Qusyairi, Kasyif al-Mahjub oleh alHujwiri, dan karya tasawuf lainnya.
Perjalannannya dari satu tempat ke tempat Lainnya demi mendalami dunia tasawuf,
pelacakan cerita dan sejarahnya. Adapun Negara yang dikujunginya kurang lebih tiga
puluh tahun ialah Mesir, Damaskus, Makkah, Turkistan serta India.
Dhiyaul Ibad Fillah. Tujuh Lembah Cinta Fariduddin Attar: Sebuah Setelah
mendalami dunia spiritual dan tasawuf, beliau kembali ke tanah Kelahiran. Membuka
kembali toko yang ditutup selama mengembara, di samping itu Mengajarkan apa yang
didapatnya, dan saat senggang di toko, beliau menulis puisi, Prosa, pantun dan cerita.
Oleh sebab itu, beliau terkenal sebagai penulis mistik persia Yang produktif.
Attar Wafat pada tahun 1220 M saat mengajar dan serdadu Mongol Menyerang
daerah Nishapur. Ia tertangkap oleh mereka, lalu ada yang ingin Menembusnya agar
dilepaskan, akan tetapi dia mennolak atas dasar idealisnya, dirinya Tidak sebandinng
dengan harga tebusan itu. Mendengar hal itu tentara Mongol panas, Lalu
menebaslehernya hingga terpisah kepala dari badannya. Meskipun raganya telah Dikubur,
namun tidak dengan pemikirannya. Buku yang ditulisnya kurang lebih telah Mencapai
40, Idris Shah dalam Dhiyaul berpendapat jumlah buku beliau telah Mencapai114,
Wallahua’lam.
Manthiq al-Tayr merupakan salah satu karya monumentalnya. Membahas Tentang jalur
spiritual sufistik, diibaratkan dengan para burung yang melalui tujuh Lembah untuk
mencapai raja-raja burung (Tuhan). Burung terbang memiliki tujuan, Dalam tulisannya
tujuannya yaitu Simurgh yang terletak di puncak tertinggi gunung Qaf. Simurgh yaitu
tiga puluh simbolisme, yang diibaratkan sebagai sifat manusia. Perjalanan tersebut
dibantu oleh burung pujaan nabi Sulaiman, burung hudud. Kisah Burung disini
diibaratkan sebagai jiwa manusia yang terbang demi mencari kebenaran Secara optimal.
Dan pada ending cerita hanya tiga puluuh burung yang berhasil Mencapai Simurgh. Hal
ini menyiratkan bahwa untuk mencapai Tuhan tidak semua Orang ynag dapat
melakukannya, hanya orang yang sabar, teguh, dan gigih.

Karakteristik prosa sufistik pada Mantiq al-Thoyyar karya Attar yakni


1. Disajikan dalam bentuk cerita panjang atau hikayat dengan menggunakan
tokoh Hewan atau fabel.
2. Tiap hikayat memiliki sub judul. Berbeda dengan Al-Hikam 3. Hanya
disampaikan dalam lafadz pendek, namun sarat akan makna.

4. Shahab al-Din Suhrawardi


Shahab al- Din suhrawardi adalah seorang filsuf dan arif terkemuka, sekaligus pendiri
mazhab iluminasi dalam filsafat Islam. Syihab Al-Din Yahya ibn Habasyi Ibn Amirak
Abu Al-Futuh Suhrawardi, atau lebih dikenal dengan Syihab Al-Din Suhrawardi,
merupakan Guru Ilmuninasi (Syaikh Al-Isyraq), sebuah sebutan bagi posisinya sebagai
pendiri mazhab baru yang berbeda dengan mazhab Paripatetik. Suhrawardi dilahirkan di
Suhrawad sekitar tahun 550 H, dan di bunuh di Halb (Aleppo), atas perintah Shalahuddin
al-Ayyubi, tahun 578 H. Karena itulah dia digelari al-Maqtul (yang dibunuh), sebagai
pembedaan dengan dua sufi lainnya, yaitu Abu al-Najid al-Suhrawardi (meniggal tahun
563 H) dan Abu Hafsh Syihabuddin al-Suhrawardi al-baghdadi (meniggal tahun 632 H),
penyusun kitab Awarif al-ma’arif.
Karya utama Suhrawardi, Hikmat al-Isyraq ini, dibagi menjadi dua bagian. Bagian
pertama berkaitan dengan kritik dan revisi atas logika Peripatetik. Bagian kedua
membahas persoalan fisika dan metafisika, khususnya doktrin atas metafisika cahaya
yang menjadi landasan utama filsafat iluminasi. Dalam bagian pembukaan, Suhrawardi
menceritakan bahwa sahabat-sahabatnya telah memintanya untuk menulis sebuah buku
tentang
“…pengalaman yang saya peroleh dengan intuisi saya selama masa khalwat dan
kontemplasi..”. Buku ini adalah bentuk dan metode lain yang lebih dekat pada metode
Paripatetik, di samping lebih sistematis, prinsipil dan memudahkan pemahaman.
Suhrawardi menambahkan bahwa dia tidak mendapatkan metodenya dari perenungan—
dalam arti kontemplasi raional, tetapi dengan cara lain, dan setelah itu dia berupaya
memberikan bukti rasional untuk menjelaskan metodennya.
Perhatian mendasar dari kritik Suhrawardi terhadap kaum Paripatetik adalah untuk
mencapai penyederhanaan kompleksitas dari logika Aristotelian. Ini karena dia
mengkritik ahli logika Peripatetik (terutama Ibnu Sina) yang menggunakan logika
Aristotelian untuk sampai pada apa yang mereka sebut sebagai kebenaran metafisik
dengan metode yang tidak tepat. Suhrawardi secara efektif mengatakan bahwa metode
tersebut sama dengan obskurantisme.
“Perlakuan logika dalam karya-karya mazhab paripatetis tidak jauh dari menjadi parodi
logika tradisional…. Suhrawardi memang mengembara dari neologismenya yang
sederhana, kembali ke terminologi logis standar yang ia pelajari di mana sebagian
pernyataan-pernyataannya dapat ditelusuri pada karya Al-Isharat Ibnu Sina. Tetapi ia
telah menegaskan: kasus sederhana dalam logika sudah jelas, dan siapa pun yang cerdas
dapat mengurangi kasus yang rumit menjadi yang sederhana dengan menggunakan akal
sehatnya.”

Bagi Suhrawardi, untuk sampai pada kebenaran metafisik, metode rasional-diskursif,


sebagai yang digunakan oleh kaum Paripatetik, akan mengalami kecacatan. Ini karena
kebenaran metafisik berada diluar jangkauan rasio. Ia hanya bisa diperoleh dengan,
pertama-tama melakukan upaya penyadaran diri. Sebab bagi Suhrawardi pengetahuan
hakiki tentang seuatu—dalam hal ini kebenaran metafisik—baru dapat diperoleh, dengan
terlebih dulu subjek menyadari tentang ke-diri-annya. Kemudian setelah itu, subjek yang
telah menyadari tentang ke-diri-annya itu dapat menjalin hubungan langsung dengan
objek pengetahuan. Dengan demikian baik subjek maupun objek pengetahuan diyaratkan
harus sama-sama hadir. Dari sini, apa yang disebut oleh kaum Paripatetis sebagai
kebenaran metafisik itu baru dapat diperoleh.

Metode perolehan pengetahuan ala Suhrawardi yang mensyaratkan kehadiran subjek


dan objek pengetahuan didasarkan pada uraiannya tentang Cahaya dan Herarkinya. Bagi
Suhrawardi, pengetahuan bukanlah sekedar teori yang diyakini melainkan perpindahan
ruhani secara praktis dari alam kegelapan yang di dalamnya pengetahuan dan
kebahagiaan merupakan sesuatu yang mustahil ke cahaya yang bersifat akali yang di
dalamnya pengetahuan dan kebahagiaan dicapai bersama-sama. Karena itu, menurut
madzhab isyraqi, pengetahuan diperoleh melalui penyinaran langsung dari substansi
cahaya atau Nur al-Anwar. Karena memperoleh pengetahuan adalah juga memperoleh
kebahagiaan, maka setiap hirarki cahaya akan berusaha menuju dan mendekati Sumber
Cahaya. Proses ini digambarkan oleh Ian R. Netton sebagai hubungan hirarki Cahaya
yang lebih rendah yang menunjukkan kerinduan pada Cahaya yang lebih tinggi, sebuah
proses di mana “semua hal ingin kembali kepada Sumber Cahaya”.

Tema ini, tentu saja, dianggap terlalu romantis oleh kaum materialis. Namun Suhrawardi
telah memberikan format yang rasional untuk tema-temanya dalam Hikmat al-Ishraq, dan
menegaskan bahwa teks tersebut tidak dimaksudkan untuk para sarjana yang tidak
memiliki orientasi mistik-teosofis. Sebagaimana yang ia sampaikan:

“Kami hanya mengusulkan untuk membahas buku ini dan simbol-simbolnya dengan
mereka yang secara serius terlibat dalam upaya atau pencarian mistik-teosofis…. Siapa
pun yang hanya ingin mempelajari pemikiran rasional diskursif dapat mengikuti jalur
Peripatetik.”
Ini karena, inti ajaran falsafat iluminasi (Isyraqi) adalah cahaya, dari sifat dan penyebaran
cahaya. Tuhan adalah Cahaya yang disebut Suhrawardi sebagai Nur al-Anwar; Cahaya
sebagai penggerak utama alam semesta, sedangkan alam semesta merupakan sebuah
proses penyinaran raksasa, di mana semua wujud bermula dan berasal dari Prinsip Utama
Yang Esa (Tunggal). Cahaya ini adalah sumber segala sumber, dan tak ada yang bisa
menyamakan kedudukan Cahaya ini, Cahaya merupakan esensi yang paling terang dan
paling nyata, sehingga mustahil bila ada sesuatu yang lebih terang dan lebih jelas dari
cahaya. Pendapat ini sama dengan pemikiran Ibn Sina tentang Wajib al-Wujud.
Suhrawardi juga berpendapat bahwa Tuhan tidak dapat diliputi aksiden (‘ardh) ataupun
substansi (jauhar), karena dapat mengurangi Keesaan Tuhan. Maka dari itu, Cahaya
Pertama mesti Satu (Esa, Tunggal), baik dzat maupun sifat-Nya.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ibnu Atthaillah merupakan seorang ulama sekaligus penulis dari
Alexandria atau sakandria meupakan salah satu kota di Mesir. Beliau
memiliki beberapa karya adapun yang paling banyak disyarah oleh para
ulama setelahnya yaitu kitabnya yang berjudul al-Hikam. Al-Hikam
merupakan prosa sufistik. Karakteristik karyanya yaitu singkat, padat, indah,
dan sarat akan makna.
Sedangkan Fariduddin Attar merupakan seorang apoteker awalnya lalu
menulis beberapa karya setelah mendalami dunia Tasawuf. Adapun
karakteristik karyanya yang berjudul Mantiq al-Tayyar yaitu berisikan
hikayat-hikayat sufistik yang pada sebagian hikayatnya bertokoh fabel. Imam
Al Ghazali merupakan ulama yang sangat produktif. Beliau mengarang
banyak kitab untuk berbagai disiplin ilmu pengetahuan, seperti fikih, tasawuf
hingga filsafat.
Pengarang kitab Ihya’ Ulummuddin yang mempunyai karakteristik
mendalam mengenai kaidah dan prinsip dalam penyucian jiwa yakni
menyeru kepada kebersihan jiwa dalam beragama, sifat takwa, konsep zuhud,
rasa cinta yang hakiki, merawat hati serta jiwa dan senantiasa menanamkan
sifat ikhlas di dalam beragama.

B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh darikata
kesempurnaan,mungkin masih banyak kesalahan kesalahan yang perlu
diperbaiki, baik dalam pemilihan kata atau diksi,materi dan juga
penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik ,saran
serta masukan yang sifatnya dapat membangun makalah ini untuk
kedepannya.Atas perhatian rekan-rekan semua kami ucapkanTerimakasih...

DAFTAR PUSTAKA

A.Zaini. Pemikiran Tasawuf Imam Ghazali. Jurnal Akhlak dan Tasawuf. Vol. 2 No. 1.
2016.

Eko Sumadi. TEORI PENGETAHUAN ISYRAQIYYAH (ILUMINASI)


SYIHABUDIN SUHRAWARDI . FIKRAH: Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi
Keagamaan. Vol 3, No. 2, Desember 2015
Hula, Ibnu Rawandhy N. 2016. Kaidah Intrinsik Prosa Imajinatif Arab dalam Ranah
Kritik Sastra. Al-‘ajami: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab. Vol. 05. No.
01..

Wargadinata, Wildana dan Laily Fitriani. 2018. Sastra Arab masa Jahiliyah dan Islam.
Malang: UIN-Maliki Press.

Laili, Setianing Nur. 2020. Nilai Tauhid yang Terkandung dalam Kitab Al-
Hikam Karya Ibnu Athaillah. Skripsi. Ponorogo: fak. Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Ponorogo.

Muttaqin, Zaenal. 2016. Al-Hikam Mutiara Pemikiran Sufistik Ibnu Atha’illah


as- Sakandari . ‘Ushuluna. Vol. 2. No. 1.

Anda mungkin juga menyukai