Disusun oleh
Hambali (11021103
AL-AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH
PALANGKA RAYA
2012 M/1433
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat serta Salam semoga tercurah
kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Para keluarga, sahabat yang gigih
memperjuangkan risalah-Nya.
Pada kesempatan kali ini, alhamdulillah penulis telah berhasil menyelesaikan sebuah
makalah yang berjudul “ Ahlussunnah Wal Jamaah (Salaf dan Khalaf) “ sesuai dengan tugas dari
kelompok kami. Tentunya dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan-kesalahan baik
dari segi penyusunan kalimat, kata yang baku, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, kami
Akhir kata, semoga yang kita lakukan dalam menuju lebih baik lagi mendapat ridha dari
Allah SWT.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
PENUTUP
A. Simpulan ..............................................................................................................
B. Saran ....................................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akidah atau keyakinan adalah sesuatu yang asasi dalam diri setiap manusia. Sama
halnya dengan nilai dirinya, bahkan melebihinya. Hal itu terbukti bahwa orang rela mati
Pokok dari keyakinan itu ialah Tuhan. Tuhan merupakan tempat pelarian terakhir
bagi manusia apabila kandas atau terbentur dengan kegagalan. Kalau mereka tidak
berhasil menemukan Tuhan dalam rumusan yang haqiqi, maka mereka terpaksa
Allah :
Yang artinya, “ apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa
yang kamu seru kecuali Dia. Maka tetkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu
berpaling. Manusia itu selalu tidak berterima kasih. “ (Q.S. Al Isra’ : 67)
Pada hakikatnya setiap manusia itu bertuhan, bahkan bagi yang ateisme.
Umat Islam berkeyakinan bahwa Tuhan mereka adalah yang menciptakan mereka dan
semua yang ada di ala ini, yakni Allah SWT. Meyakini tersebut disebut juga iman.
Akidah umat Islam terbagi menjadi dua, yaitu Ahlussunnah wal Jamaah dan ahlul Bi’ah.
Pada kesempatan ini pemakalah akan membahas akidah yang pertama yakni
C. Tujuan Penulisan
D. Metode Penulisan
1. Penelusuran perpustakaan
2. Penelusuran internet
BAB II
PEMBAHASAN
yang berarti sejarah (perjalanan hidup) dan jalan (metode) yang ditempuh.1
Ibnu Mandur berkata, “Sunnah makna awalnya adalah jalan yang ditempuh oleh para
Dengan demikian, secara bahasa kata Sunnah merupakan sejarah dan metode yang diikuti
Sedangkan menurut istilah, Ahlus Sunnah adalah orang yang mengikuti sunnah
dan berpegang teguh dengannya, yaitu para sahabat dan setiap muslim yang mengikuti
Kemudian kata Jamaah secara bahasa berarti kelompok, bersatu, lawan dari kata
berpecah belah.4
Menurut istilah Syekh Abdul Kadir Jeilani berpandat bahwa, Sunnah ialah segala
sesuatu yang dilakukan Rasulullah SAW., sedangkan al Jamaah ialah apa yang disepakati
oleh para jamaah sahabat Nabi pada masanya khalifah yang empat (Khulafaur
Rasyiddin).5
1
Qadri Fathurrahman, M. Hanbal Shafiran, Sejarah Pemikiran Islam, Dirasatul Firaq, Solo: Pustaka
Arafah, 2010, h. 18.
2
Ibid., h. 18.
3
Ibid., h. 19.
4
Ibid., h. 20.
5
Tgk. H. A. Syihab, Akidah Ahlus Sunnah, Jakarta: Bumi Aksara, 1998, h. 10.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Ahlussunnah wal Jamaah
merupakan orang-orang yang mengikuti akidah Islam yang benar, komitmen dengan
manhaj Rasulullah SAW bersama sahabat, tabi’in dan semua generasi yang yang
sunnah para khalifah yang lurus sesudahku, gigitlah ia dengan gigi gerahammu.”6
Rasulullah SAW memang telah diberikan yang lebih kepadanya, ucapan-ucapan yang
keluar darinya telah dibimbing oleh Allah SWT. Sehingga segala yang beliau katakan
merupakan petunjuk bagi kita umat muslim sebagai salah satu sumber hukum Islam.
penulis akan memberikan pendapat tentang pengertian Ahlussunnah wal Jamaah secara
keseluruhan. Menurut penulis, Ahlussunnah wal Jamaah merupakan suatu firqah Islam
yang berpegang teguh pada al Qur’an dan Hadist Rasulullah SAW serta para sahabat
beliau yang lurus, sebagai sumber utama ajaran dan hukum Islam, tanpa menambah-
nambahi, atau mengurangi hal yang telah tertulis jelas, serta apabila kelak terdapat
masalah-masalah yang baru yang belum pernah terjadi di jaman Rasulllah SAW, paham
Aliran salaf sesuai maknanya yaitu tradisional menunjukkan aliran ini aliran
pertama dari Ahlussunnah wal Jamaah, salaf berarti pula ulama-ulama shaleh yang hidup
6
Qadri Fathurrahman, M. Hanbal Shafiran, Sejarah Pemikiran Islam, Dirasatul Firaq, Solo: Pustaka
Arafah, 2010, h. 23.
Beberapa ulama mendefinisikan tentang arti salaf, di antaranya As-Syahrastani
mengatakan bahwa ulama Salaf adalah yang tidak menggunakan ta’wil (dalam ayat-ayat
sahabat, tabi’in, dan tabi’in yang dapat diketahui dari sikapnya menampik penafsiran
yang mendalam mengenai sifat-sifat Allah yang menyerupai segala sesuatu yang baru
masa sahabat serta masa tabi’in. akidah salafiah sangat bertentangan dengan konsep ahli
sekali tidak mau menerima segala sesuatu yang kontekstual saja. Mereka kurang
mereka lebih mendahulukan riwayat (naql) daripada dirayah (aql). Kedua, dalam
persoalan cabang pokok-pokok agama (ushuluddin) dan persoalan cabang agama (furu’
ad-din), mereka bertolak dari penjelasan al Kitab dan as Sunnah. Ketiga, mereka
mengimami Allah tanpa perenungan lebih lanjut (tentang dzat-Nya) dan tidak pula
Untuk lebih terperinci, dalam makalah ini akan di uraikan ulama-ulama salaf
7
Abdul Rozak, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2003, h. 109.
8
Tgk. H. A. Syihab Akidah Ahlus Sunnah, Jakarta: Bumi Aksara, 1998, h. 25.
9
Abdul Rozak, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2003, h. 110.
1. Imam Ahmad Bin Hanbali
Ibn Hanbali merupakananak dari pasangan suami istri, ibunya bernama Shahifah
binti Maimunah dengan ayahnya yang bernama Muhammad bin Hanbal, jika di urut-
Baghdad pada tahun 164 H/780 M dan meninggal 241 H/855 M.ia sering dipanggil
Abu Abdillah yang merupakan nama salah satu anaknya. Namun, ia lebih dikenal
berlanjut di Kuffah, Basrah, Syam, Yaman, Mekah dan terakhir di Madinah. Di antara
guru-gurunya bernama Hammad bin Khalid, Isma’il bin Aliyyah dan masih banyak
lagi. Ia mempelajari ilmu Fiqh, Hadist, Tafsir, Kalam, Ushul dan Bahasa Arab.11
Ketika itu aliran Ahlussunnah mendapat intimidasi luar biasa dari penguasa
untuk siap keluar masuk penjara dan penganiayaan ribuan kali cambuk yang harus
dideritanya hingga terlepas kain penutup auratnya. Hal itu dilakukan demi
10
Ibid., h. 111.
11
Ibid., h. 111.
12
Tgk. H. Z. A. Syihab, Akidah Ahlu Sunnah, Jakarta: Bumi Aksara, 1998, h. 32.
Namun, menurut Harun Nasution ada satu orang yang kuat keyakinannya seperti
Ibn Hanbal, yaitu Muhammad ibn Nuh, ia sependapat dengan Ibn Hanbal bahwa al
Qur’an itu tidak diciptakan atau bersifat qadim. Akhirnya keduanya dipenjarakan,
mengharukan, firqah yang begitu suci harus diperjuangkan dengan tetesan darah
ulama yang gigih mempertahankan akidah yang haqq demi terus hidup sampai kelak
nanti. Kaum Mu’tazilah dikatakan dalam sejarah merupakan perlawanan terberat bagi
kaum Ahlussunnah wal Jamaah, sampai akhirnya nanti kemenangan setelah lahir
Pemikiran Ibn Hanbal menurut Abdul Rozak dan Rosihon Anwar dalam bukunya,
mutasyabihat.14
13
Harun Nasution, Teologi Islam, Jakarta: UI-Press, 1986, h. 64.
14
Abdul Rozak, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2003, h. 112.
Seperti ia menafsirakan tentang ayat ini :
Artinya :
pada Allah dan bagaimana saja Dia kehendaki dengan tiada batas dan tiada
Salah satu persoalan teologis yang dihadapi Ibn Hanbal, yang kemudian
2. Ibn Taimiyah
Ibn Taimiyah dilahirkan di Harran pada tahun 661 H dan meninggal pada tahun
729 H. Nama aslinya Taqiyuddin bin Al Halim bin Taimiyah, namun lebih terkenal
Ibn Taimiyah terkenal sangat cerdas sehingga pada usia 17 tahun, ia telah
banyak menganut paham Mu’tzilah. Karena Ibn Taimiyah ialah ulama salaf yang
ekstrim dan kurang memberi ruang gerak kepada akal. Ia banyak mengkritik ulama-
ulama seperti Imam Al Ghazali dan Ibn Arabi. Ibn Taimiyah beranggapan bahwa
mereka tidak 100% berdasar pada wahyu Illahi. Sebagai ulama salaf sudah barang
tentu sepenuhnya pada tekstual saja tanpa repot menggunakan kontekstual, karena
Taimiyah seperti halnya ulama terdahulunya Ibn Hanbal yang harus rela kaluar
masuk penjara demi mempersatukan umat dan kembali kepada ajaran Rasulullah
d) Di dalam Islam yang diteladani hanya pada tiga generasi saja, yakni masa
e) Allah memiliki sifat yang tidak bertentangan dengan Tauhid dan tetap
mentanzihkan-Nya.
15
Abdul Rozak, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2003, h. 115.
3. Ibn Qayyim Al Jawjiyyah
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Syamsuddin Muhammad Abu Bakr bin
Ayyub bin Sad bin Huraiz bin Makk Zainuddin az-Zuri ad-Dimasyqi dan dikenal
dengan nama Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Dia dilahirkan pada tanggal 7 Shafar tahun
691 H. Dia tumbuh dewasa dalam suasana ilmiah yang kondusif. Ayahnya adalah
itulah, sang ayah digelari Qayyim al-Jauziyah. Sebab itu pula sang anak dikenal di
Seperti gurunya Ibn Taimiyah, Ibn Qayyim meneruskan jejak beliau untuk kembali
kepada sumber-sumber dinul Islam yang suci dan murni, yakni Ahlussunnah wal
Jamaah yang tidak terkotori oleh ra’yu-ra’yu (pendapat-pendapat) Ahlul Ahwa’ wal
bida’ (Ahli Bid’ah) serta helah-helah (tipu daya) orang-orang yang suka
mempermainkan agama.
India oleh Sayid Ahmad din Irfan dan Syekh Ahmad Sirhindi. Sementara di Inonesia
16
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/01/22/ly5t39-inilah-tokohtokoh-gerakan-
salafiyah
17
http://iappi.fr-bb.com/t86-mengenal-imam-ibnul-qayyim-aljauziyyah
dipelopori oleh K.H. Ahmad Dahlan dan Ahmad Surkati, serta masih banyak lagi ulama-
Telah dijelaskan tadi bahwa Ahlussunnah versi Khalaf ialah firqah yang dibawa
oleh ulama pada tiga abad pertama Islam. Sedangkan Ahlussunnah versi Khalaf ini
merupakan kelanjutan dari versi sebelumnya, yakni pada awal abad ke tiga hijriah.
Firqah ini menengahi antara dua Firqah Mu’tazilah dan Ahlussunah versi Salaf.
Nash atau Wahyu secara tekstual. Firqah Ahlussunnah versi Khalaf ini cenderung
moderat, artinya Akal dan Wahyu saling mendukung, kecuali dalam masalah tertentu
akal tidak cukup untuk memahami wahyu karena keterbatasannya. Namun, firqah ini
masih sejalan dengan aliran Ahlussunnah wal Jamaah, karena tetap berpegang teguh pada
ajaran Rasul yang lurus yakni al Qur’an dan Hadist sebagai sumber utama pedoman
hidup.
Ahlussunnah wal Jamaah versi Khalaf. Di antaranya, Abu Hasan Asy’ari, dilanjutkan Al
1. Al Asy’ari
Nama aslinya Abu Hasan Ali bin Isma’il bin Abi Basyar Ishak bin Salim bin
Isma’il binAbdullah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah Amir bin Abi Musa Abdullah
18
Tgk. H. Z. A. Syihab, Akidah Ahlus Sunnah, Jakarta: Bumi Aksara, 1998, h. 34.
bin Qais al Asy’ari (cucu sahabat Nabi). Dilahirkan di Basrah pada tahun 260 H dan
Ayahnya meninggal ketika Asy’ari masih kecil, sehingga Ibunya menikah lagi
dengan seorang tokoh Mu’tazilah bernama Abu Ali Jubba’i. Kemudian ia dididik oleh
ayah tirinya itu hingga ia menguasai betul masalah Mu’tazilah, selama 40 tahun
pendapatnya tentang kepindahan Asy’ari ini.dalam buku Ilmu Kalam karya Abdul
Rozak mengatakan bahwa Asy’ari bermimpi bertemu Rasulullah SAW selama tiga
kali pada malam ke-10, ke-20, ke-30 bulan Ramadhan. Dalam mimpinya dikatakan
M. Yusran dalam bukunya yang berjudul Ilmu Tauhid mengatakan bahwa Asy’ari
Sehingga ia merenung di dalam rumah selama 15 hari dan memeutuskan untuk keluar
Ada juga yang berpendapat bahwa kepindahan Asy’ari merupakan strategi jitu
yang ia lakukan untuk mempelajari dulu ajaran Mu’tazilah, setelah merasa cukup
Dari uraian di atas penulis berpendapat selaras dengan makalah terdahulu yang
membahas masalah ini, yaitu pada intinya Asy’ari berpendapat bahwa akal manusia
19
M. Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, Jakarta: RakaGrafindo Persada, 1996, h. 121.
20
Abdul Rozak, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Jakarta: Pustaka Setia, 2003. H. 120.
21
M. Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, Jakarta: RakaGrafindo Persada, 1996, h. 122.
terbatas untuk menguak realitas ketuhanan kecuali yang di informasikan secara
langsung melalui al Qur’an. Hal inilah yang menurut penulis membuat Asy’ari keluar
dari firqah Mu’tazilah yang selalu mengedepankan akal tanpa di landasi dalil-dalil
yang kuat.22
Menurut Yusrin dalam buku berjudul Ilmu Tauhid telah di uraikan pokok-pokok
c) Bahwa Allah dapat dilihat dengan mata kepala manusia di dalam surga.
tidak sama seperti mahluknya, sesuai sifat Allah Muhallafatul lil hawaditsi.
g) Bahwa muslim yang berbuat dosa besar tetap Islam dan tidak kafir, ia akan
semua itu tidak terlepas dari dukungan ulama-ulama besar dari pelbagai disiplin
22
Ayu Dwita Sari, Siti Nur Anifah, Makalah Ahlussunnah wal Jamaah, h. 8.
23
M. Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, Jakarta: RakaGrafindo Persada, 1996, h. 123-125.
ilmu, terutama dari kalangan madzhab Syafi’i. Di antaranya ialah Al Ghazali,
2. Al Maturidi
Tidak banyak yang meneliti tentang riwayat hidup Al Maturidi, yang jelas ia
hidup sejaman dengan Asy’ari. Nama aslinya Abu Mansur Muhammad bin
Pemikiran al Maturidi secara garis besar selaras dengan Abu Hasan Asy’ari,
namun Al Maturidi lebih rasional ketimbang Asy’ri, sesuai madzhab yang ia anut
manusia.
e) Bahwa muslim yang berdosa besar tetap Islam, kan dimasukkan neraka namun
tidak selamanya.
24
Tgk. H. Z. A. Syihab, Akidah Ahlus Sunnah, Jakarta: Bumi Aksara, 1998, h. 37.
25
M. Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, Jakarta: RakaGrafindo Persada, 1996, h. 128-129.
f) Antropomorphisme
ialah Muhammad bin Muhammad bin Abdul Karim al Bazdawi yang akan dijelaskan
selanjutnya.
3. Al Bazdawiyah
Seorang tokoh besar dan intelektual terkemuka dalam ilmu fiqih, ushul fiqih
Nama aslinya Ali Bin Muhammad Bin Husein Bin Abdul Karim Bin Musa Bin Isa
Bin Mujahid Al Bazdawi. Lahir di Bazdah (Bazdawah) pada tahun 400 H. kemudian
Perjuangan gurunya itu ia lanjutkan, demi mempersatukan umat kembali kepada jalan
yang benar sesuai ajaran Rasulullah SAW. Ajarannya sama halnya dengan Al
Maturidi, yakni berlandas pada wahyu dan akal. Namun, jika Al Maturidi lebih besar
26
http://www.ensikperadaban.com/?AHLI_FIQIH:Ahli_Fiqih_Abad_5_H%2F11_M:Al_Bazdawi
D. Hasil Analisa
No Salaf Khalaf
1. Tekstual Tekstual-Kontekstual
Pada intinya, walaupun terdapat perbedaan namun pada dasar ajaran kedua firqah
ini adalah sesuai yang di ajarkan oleh Rasulullah SAW serta para sahabat. Keduanya
I’tiqad Ahlussunnah wal Jamaah baik versi salaf maupun kjalaf ini terbagi menjadi
enam, yaitu:27
1. Tentang Ketuhanan
2. Tentang Malaikat-Malaikat
4. Tentang Rasul-Rasul
27
Siradjuddin Abbas, I’tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah, Jakarta: Pustaka Tarbiyah Baru, 2010, h.27.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
akidah Islam yang benar yang di ajarkan Rasulullah SAW. Ini sesuai namanya yaitu
berlandaskan pada sunnah Nabi dan sahabat. Karena ketika muncullnya Ahlussunnah wal
Jamaah ini yaitu ketika bermunculan paham yang menyerongkan ajaran Islam yang
sebenarnya.
Dalam Ahllussunnah wal Jamaah terbagi menjadi dua, yaitu Salaf dan Khalaf.
dalamnya. Namun, perbedaan itu jika ditelusuri dan di telusuri maka akan ditemukan titik
Ahlussnnah versi salaf ini adalah Ahlussunnah tempo dulu, yaitu terdapat pada tiga
abad pertama hijriyah. Karena tradisional, dalam versi salaf ini sangat murni ajaran-
ajarannya, yaitu yang sesuai dengan yang di ajarkan Rasulullah. Mereka sangat terpaku
pada Al Qur’an dan Hadist. Semua harus sesuai dengan yang ada di dalamnya, sedikit
kelanjutan dari versi sebelumnya. Namun, lebih menyempurnakan versi terdahulu. Yakni
mereka menggunakan kedua bekal yang telah diberikan kepada manusia, yaitu Wahyu
dan akal. Keduanya saling mendukung, namun pada suatu tertentu akal tidak mampu
mencerna sesuatu kecuali dengan bantuan Wahyu. Jadi, keduanya baik Ahlussunnah versi
salaf maupun versi khalaf, merupakan bagian dari Ahlussunnah wal Jamaah yang
B. Saran
Dalam segala hal sudah menjadi fitrah manusia jika mempunyai kesalahan dan
kekurangan, sehingga memerlukan bantuan dari pembaca sekalian untuk menjadi lebih
baik. Sebagai pengakuan dari adanya kelemahan dari segala sisi, dengan harapan
memperoleh kritik dan saran yang memotifasi serta bersifat membangun. Semoga setiap
langkah dengan niat serta tujuan untuk kebaikan mendapat berkah dan ridha dari Allah
SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Rozak Abdul, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2003.
Dwita Ayu Sari, Siti Nur Anifah, Makalah Ahlussunnah wal Jamaah.
Baru, 2010.
http://www.ensikperadaban.com/?AHLI_FIQIH:Ahli_Fiqih_Abad_5_H%2F11_M:Al
_Bazdawi
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/01/22/ly5t39-inilah-
tokohtokoh-gerakan-salafiyah
http://iappi.fr-bb.com/t86-mengenal-imam-ibnul-qayyim-aljauziyyah