A. Pengertian Mukjizat
Menurut bahasa kata Mu’jizat berasal dari katai’jaz diambil dari kata kerja a’jaza-i’jaza yang berarti
melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu’jiz. Bila
kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkam lawan, ia
dinamai mu’jizat.
Ditinjau dari segi etimologis, para ulama berbeda pendapat. Manna’ Khalil al-Qhatan mengatakan
mu’jizat yaitu: “Menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai Rasul, dengan
menampakkan kelemahan orang-orang Arab untuk menghadapi mu’jizat yang abadi, yaitu al-Quran dan
kelemahan generasi-generasi sesudah mereka. Dan mu’jizat adalah sesuatu hal yang luar biasa yang
disertai tantangan dan selamat dari perlawanan. Sementara Ali Ashabuni, mengatakan mukjizat adalah
“Melihat kelemahan orang dalam menetapkan seumpamanya, suatu hal yang luar kebiasaan, keluar
dari sebab-sebab umum yang diketahui manusia”.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dipahami bahwa yang dinamakan dengan mu’jizat al-Qur’an
adalah kelebihan kelebihan yang ada di dalam al-Qur’an itu sendiri sebagai bukti kebenaran, bukti-bukti
kebenaran yang datang dari luar al-Qur’an bukanlah termasuk mukjizat al-Qur'an.
1
dikutip oleh Quraish mengatakan bahwa: “Al-Qur’an mempunyai simponi yang tidak ada taranya
dimana setiap nadanya bisa mengerakkan manusia untuk menangis dan bersuka cita
3. Kemujizatan dari aspek kepadatan isi
Al-Qur’an mngandung isinya yang singkat dan padat. Ketika seseorang ingin menyampaikan pesan
yang banyak maka ia harus memilih kata atau kalimat, paling sedikit harus ada kata agar bisa
merangkum pesan-pesan yang hendak disampaikan. Tidak demikian halnya dengan al-Qur’an,
kata yang singkat dapat menampung sekian banyak pesan dan makna.
4. Kemujizatan dari aspek kesempernunaan
Al-Qur’an sungguh mengadung makna yang sempurna dari berbagai dimensi yang dapat
memuaskan para pemikir dan orang kebanyakan. Al-Qur’an bisa dipami oleh semua orang. Bisa
saja seorang awam merasa puas dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an yang sesuai dengan kadar
kemampuannya, tetapi ayat yang sama dapat dipahami dengan luas oleh filosof dalam
pengertian tidak terjangkau oleh orang kebanyakan.
5. Kemujizatan dari aspek ketepatan makna
Lebih jauh al-Qur’an memiliki keindahan dan ketepatan maknanya. Tidak mudah sebenarnya
untuk menjelaskan dimana letak keindahan dan ketetapan bahasa al-Qur’an. Namun secara
lahiriah saja keindahan al-Qur’an itu sudah nampak dan untuk melihat di mana letak
ketepatannya seperti dalam contoh surat Az-Zumar ayat 71, kita dapat menemukan uraian
tentang bagaimana penyampain malaikat bagi orang kafir dan muslim.
6. Keseimbangan Redaksi Al-Qur’an
Quraish Shihab mengatakan bahwa ada beberapa kesimbangan yang terdapat dalam redaksi
alQur’an, antara lain: (a) Kesimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya; (b)
Kesimbanganantara jumlah bilangan kata dengan sinonim atau makna yang dikandungnya; c)
Kesimbangan antara jumla bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjukan kepada
akibatnya; (d) Kesimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya.
b. Mukjizat dari Aspek Ilmiah
Hakikat-hakikat ilmiah yang disinggung Al-Qur'an dikemukakan dalam redaksi yang singkat dan
sarat makna melalui renungan dan analisa para pemikir, ternyata isyarat ilmiah Al-Qur'an tidak
berlawasan dengan pengetahuan. Berikut ini, sebagian pembuktian ilmiah dari ayat-ayat Al-Qur'an :
1) Perbedaan sidik jari manusia. Allah memilih jari jemari manusia buat dalil kebangkitan (Q.S. Al-
Qiyamah :2-3)
2) Berkurangnya oksigen di ruang anskasa, membuat nafas orang sesak dan dadanya terasa sempit
(Q.S. Al-An’am: 125)
3) Perkawinan tumbuh-tunibuhan (penyerbukan) dengan angin (Q.S. Al-Hijr :22)
4) Atom bi~kanlah partikel terkecil tetapi masih dapat dipecahkan lagi ke dalam unsur terkecil
proton, neotron dan politron (Q.S. Yunus : 61),
5) Cahaya matahari bersumber dari dirinya dan caliaya birlan merupakan pantulan.
6) Yang merasakan nyeri adalah kulit (Q.S. An-Nisa :56)
c. Mukjizat dari Aspek Pemberian Ghaib
Berita-berita ghaib yang diberitahukan Al-Qur'an adalah peristiwa yang telah terjadi sebelum
Al-Qur'an diturunkan, seperti berita tentang Nabi Musa as, berita tentang Maryam ketika
melahirkan Isa as, cara Nabi Ibrahim menyeru kaumnya pada agama Tauhid, selamatnya jenazah
Fir'aun. Semuanya itu disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW untuk memperteguh hatinya, dan
peringatan bagi orang-orang mukniin. Sebelum mendapat wahyu, Nabi haluhammad tidak tahu
dengan berita-berita tersebut. Disamping itu, Al-Qur'an juga mengimformasikan tentans peristiwa
yang akan terjadi (setelah tilntnnya wahyu) seperti akan menangnya tentara Romawi melawan
Persia Nabi akan memasuki kota Mekah dengan aman, Allah akan melestarikan jenazah Fir'aun
sebagai bukti sejarah.
d. Mukjizat dari Aspek Kesempurnaan Tasyri’
Imam al-Qurthubi, dinilai sebagai ulama pertarna yang menggarisbawahi aspek kemu0izatan
AI-Qur'an dari segi petunjuk atau syari7at. Petunjuk yang tersimpul dalam Al-Qur'an mengandung
tiga pokok ajaran, yaitu aqidah, syari'ah dan ibadagh. Rasyid Ridha dengan tegas menyatakan
2
bahwa petunjuk Al-Qur'an tentang aqidah, persoalan metafisika, sosial dan politik merupakan
pengetahuan yang sangat tinggi nilainya.