Anda di halaman 1dari 18

henrisa.blogspot.

com

MAKALAH

AYAT DAN HADIST TENTANG HARTA DAN


KEPEMILIKAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur Hadist Ekonomi

Dosen Pembimbing:

Rahmat Firdaus, S.HI., M.E.Sy

DISUSUN OLEH

Kelompok 1 : 1. HENRI SAPUTRA (3215.048)

2. REZI ANATUL HUSNI (3215.050)

3. SALSABILA (3215.047)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


JURUSAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BUKITTINGGI
BUKITTINGGI
2016
henrisa.blogspot.com

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah yang maha esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas
mengenai AYAT DAN HADIST TENTANG HARTA DAN KEPEMILIKAN.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas silabus mata kuliah
HADIST EKONOMI dan yang memberi kami tugas yaitu bapak Dosen Rahmat
Firdaus, S.HI., M.E.Sy. Kami telah melakukakan beberapa observasi pada
beberapa sumber rujukan dan kami mendapatkan hasil yang cukup.

Terima kasih kepada para orang tua kami yang telah mendidik kami dari
kecil hingga sekarang, dan terima kasih pula untuk para guru yang telah mendidik
kami juga sehingga mengganggap kami sebagai anak sendiri dan untuk semua
pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.

Kami berharap makalah ini akan bermanfaat bagi teman-teman dan kami
menerima kritik dan saran apabila ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini.

Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Bukittinggi, 11 November 2016

Penulis

i
henrisa.blogspot.com

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Semua Harta Kekayaan adalah Milik Allah SWT................................................ 2
B. Seorang Mukmin mengelola harta sesuai kehendak Allah SWT .........................3
C. Seorang Mukmin ketika memilki harta sama artinya bahwa ia sedang diamanati
Allah terhadap harta tersebut................................................................................. 4
D. Islam Mengakui Kepemilikan Individu................................................................. 7
E. Islam Mengakui Kepemilikan Publik.................................................................... 8
F. Perpindahan kepemilikan dan konsumsi harus secara benar............................... 10
G. Perlindungan mutlak atas kepemilikan................................................................ 11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ......................................................................................................... 14
B. Saran .................................................................................................................... 14
Daftar Pustaka........................................................................................................ 15

ii
henrisa.blogspot.com

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Harta adalah salah satu dari sarana untuk berjuang di jalan Allah.
Kepemilikan atau milik adalah hubungan antara manusia dan harta yang
diakui oleh syariat dengan membuatnya memiliki kewenangan terhadapnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Semua Harta Kekayaan adalah Milik Allah SWT?
2. Apa Seorang Mukmin mengelola harta sesuai kehendak Allah SWT?
3. Apa Seorang Mukmin ketika memilki harta sama artinya bahwa ia
sedang diamanati Allah terhadap harta tersebut?
4. Apa Islam Mengakui Kepemilikan Individu?
5. Apa Islam Mengakui Kepemilikan Publik?
6. Apa Perpindahan kepemilikan dan konsumsi harus secara benar?
7. Apa Perlindungan mutlak atas kepemilikan?

C. Tujuan Penulisan
1. Dapat Memahami Semua Harta Kekayaan adalah Milik Allah SWT.
2. Dapat Memahami Seorang Mukmin mengelola harta sesuai kehendak
Allah SWT.
3. Dapat Memahami Seorang Mukmin ketika memilki harta sama artinya
bahwa ia sedang diamanati Allah terhadap harta tersebut.
4. Dapat Memahami Islam Mengakui Kepemilikan Individu.
5. Dapat Memahami Islam Mengakui Kepemilikan Publik.
6. Dapat Memahami Perpindahan kepemilikan dan konsumsi harus secara
benar.
7. Dapat Memahami Perlindungan mutlak atas kepemilikan.

1
henrisa.blogspot.com

BAB II
PEMBAHASAN
A. Semua Harta Kekayaan adalah Milik Allah SWT

Kepemilikan atas kekayaan hakikatnya adalah milik Allah. Allah melalui


hukum-hukum-Nya telah menyerahkannya pada manusia untuk diatur dan
dibagikan.1

Ahmad:

Nabi bersabda : Negara adalah milik Allah, hamba juga milik Allah,
jika engkau mendapat kebaikan maka lakukanlah atau tegakkanlah.
(Matan: Infirad)

Bukhori:
Nabi berdoa ditengah malam: Ya Allah segala puji milik Mu, engkau
yang menguasai langit dan bumi, segala puji bagi Mu yang menegakkan
langit dan bumi dengan segala isinya, segala puji bagi Mu, engkau cahaya
langit dan bumi, firman Mu adalah benar, janji Mu adalah benar, bertemu
dengan Mu adalah benar, surga neraka dan hari kiamat adalah benar
adanya. Hanya pada Mu kami berserah diri, hanya pada Mu kami beriman,
dan pada Mu kami menyerahkan diri, hanya pada Mu kami kembali, hanya
pada Mu kami berperkara dan mencari keputusan, maka ampunilah dosa
yang sudah dan belum kami lakukan, yang kami rahasiakan dan kami
tampakkan, engkau tuhan kami, tiada tuhan bagi kami selain Mu.

1
Bahrur Rosyid, Membangun Sistem Ekonomi Negara Berbasis Sistem Ekonomi Islam, Jurnal
Ekonomi Islam, Volume III No. 1, Juni 2012, hlm 79.

2
henrisa.blogspot.com

(Matan: Muslim 1288, Turmudzi 3340, Nasai 1601, Abi Daud 655, Ibnu
Majah 134, Ahmad 2575, 2612, 3673, 3197, 3289, Malik 451, Darimi 1448)

Kedua hadis tersebut dapat dipahami bahwa kepemilikan mutlak hanya milik
Allah swt. Kepemilikan manusia berarti kepemilikan terhadap harta yang
didasarkan pada agama, yaitu kepemilikan yang pada dasarnya hanya bersifat
sementara, dan bukan menguasai secara mutlak terhadap sumber produksi,
tetapi ia hanya memiliki kemanfaatannya. Semua yang ada di alam semesta
ini termasuk sumber daya alam bahkan harta kekayaan yang dikuasai manusia
adalah milik Allah swt.2

B. Seorang Mukmin mengelola harta sesuai kehendak Allah SWT

Manusia sebagai khalifah di muka bumi maka ia berkewajiban mengelola


alam untuk kepentingan umat manusia, dan kelak ia berkewajiban
mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya alam yang dilakukan.
Dalam menjalankan tugasnya, manusia mendapatkan kekayaan yang menjadi
miliknya untuk memenuhi kebutuhan diri beserta keluarganya dan sebagian
lagi untuk kepentingan masyarakat. Meskipun ia memiliki ia tidak boleh
merusak atau menelantarkannya karena kepemilikan ini adalah relatif dan
amanah dari Allah swt.

Kepemilikan manusia sekalipun relatif, membawa kewajiban yang harus


dipenuhi jika sampai pada batas tertentu untuk membayar zakat. Pada waktu
tertentu, kepemilikan tersebut harus diwariskan pada sanak keluarganya, dan
juga dapat dipindah tangankan untuk menjadi barang wakaf.

Manusia dianjurkan eksplorasi alam dengan cara yang baik, penuh syukur
dan tidak berlebihan karena semua yang dipunyai manusia adalah milik Allah

2
Ilfi Nur Diana, Hadis-Hadis Ekonomi, UIN MALIKI PRESS, Malang, 2012, hlm. 1-3.
henrisa.blogspot.com

dan akan kembali kepada Allah. Manusia hanya berusaha, Allah yang
menentukan setiap rezeki umat manusia.3

C. Seorang Mukmin ketika memilki harta sama artinya bahwa ia sedang


diamanati Allah terhadap harta tersebut

Status harta yang dimiliki manusia adalah (1) harta sebagai amanah
(titipan) dari Allah SWT. Manusia hanyalah pemegang amanah karena
memang tidak mampu mengadakan benda dari tiada. Dalam bahasa Einstein,
manusia tidak mampu menciptakan energy; yang mampu manusia lakukan
adalah mengubah dari satu bentuk energy lain. Pencipta awal segala energy
adalah Allah SWT. (2) Harta sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan
manusia bisa menikmatinya dengan baik dan tidak berlebih-lebihan. Manusia
memiliki kecenderungan yang kuat untuk memiliki, menguasai dan
menikmati harta. Firman-Nya:

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa


yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak[186] dan sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang
baik (surga). Ali-Imran (3): 14.

Sebagai perhiasan hidup, harta sering menyebabkan keangkuhan,


kesombongan, serta kebanggaan diri. (3) Harta sebagai ujian keimanan. Hal
3
Ibid, hlm. 3-4.
henrisa.blogspot.com

ini terutama menyangkut soal cara mendapatkan dan memanfaatkannya,


apakah sesuai dengan ajaran Islam ataukah tidak. (4) Harta sebagai bekal
ibadah, yakni untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya dan melaksanakan
muamalah di antara sesame manusia, melalui kegiatan zakat, infak dan
sedekah.4

Seseorang yang memperoleh harta, pada hakekatnya hanya menerima


titipan sebagai amanat untuk disalurkan dan dibelanjakan sesuai dengan
kehendak pemilik-Nya, baik dalam pengembangan harta maupun
penggunaannya. Sebab sejak semula Allah SWT telah menetapkan bahwa
harta yang dianugerahkan-Nya adalah diperuntukkan buat manusia di muka
bumi, guna memenuhi kepentingannya. Firman Allah SWT:

29. Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu
dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit.
dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah (2): 29.5

Penggunaan harta dalam ajaran Islam harus senantiasa dalam pengabdian


kepada Allah dan dimanfaatkan dalam rangka taqarrub (mendekatkan diri)
kepada Allah. Pemanfaatan harta pribadi tidak boleh hanya untuk pribadi
pemilik harta, melainkan juga digunakan untuk fungsi sosial dalam rangka
membantu sesama manusia. Dalam kaitan ini Rasulullah bersabda:

4
Amin Qodri, Harta Benda Dalam Perspektif Hukum Islam, Jurnal Penelitian Universitas
Jambi Seri Humaniora, Volume 16 No. 1, Januari-Juni 2014, hlm 17-18.
5
Ali Akbar, Konsep Kepemilikan dalam Islam, Jurnal Ushuludin, Volume XVIII No. 2, Juli
2012, hlm 127.
henrisa.blogspot.com

Dari Musa al-Asyari dari bapaknya, dari kakeknya, ia berkata. Nabi


s.a.w. bersabda bahwa kewajiban bagi setiap orang Muslim untuk
bersedakah.(HR. al-Bukhari). (Maktabah al-Samilah: Sahih al-Bukhari Juz.
20: hal. 139).

Hadith ini menunjukkan bahwa dalam harta seseorang terdapat hak orang
lain. Inilah yang disebut dengan hak masyarakat yang berfungsi sosial untuk
kesejahteraan sesama manusia. Di samping itu, Rasulullah s.a.w. juga
melarang membuang-buang harta seperti yang tertuang dalam sabdanya:

Rasulullah s.a.w. melarang membuang-buang harta. (HR. al-


Bukhari). (Maktabah al-Samilah: Sahih al-Bukhari Juz. 5: hal. 392).

Sabda Rasul ini mengandung pengertian bahwa sekalipun seseorang telah


memiliki harta yang berlimpah, tidak boleh ia membuang hartanya secara
percuma, karena di dalam hartanya itu terkait dan terdapat hak-hak orang lain
yang memerlukannya. Dalam kaitan ini, seseorang yang secara mubazir
menggunakan hartanya, menurut para ulama fiqh, berhak ditetapkan sebagai
seseorang yang berada di bawah penahanan (al-hajr).

Dari uraian di atas terlihatlah bahwa Islam telah memberikan perhatian


khusus terhadap harta baik dari segi cara mendapatkannya maupun
penggunaannya sehingga harta yang dimiliki itu mempunyai nilai ibadah di
sisi Allah dalam rangka pencapaian kehidupan yang lebih bahagia di akhirat.
Seorang Muslim diperintahkan untuk mencari nafkah dan menghasilkan harta
dengan berjuang sekuat tenaga. Tangan yang memberikan bantuan, dalam
pandangan Islam jauh lebih baik dari tangan yang menerima kucuran bantuan
sebagaimana yang dikemukakan dalam sebuah hadis Rasulullah saw:
henrisa.blogspot.com

Dari Abi Hurairah ra. Ia berkata, Rasulullah saw., bersabda tangan


yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah. (HR. al-Bukhari).
(Maktabah al-Samilah: Sahih al-Bukhari Juz. 18: hal. 64).6

D. Islam Mengakui Kepemilikan Individu

Islam berpandangan bahwa manusia memilii dorongan-dorongan yang


merupakan fitrah dan insting-insting sosial. Insting-insting inilah yang
mendorong manusia melakukan usaha, pembangunan, dan ingin kekal.7

Islam juga mengakui adanya hak individu dalam memiliki harta tetapi
dengan batas-batas tertentu sehingga tidak merugikan kepentingan
masyarakat umum. Senada dengan hal ini, Mustafa Ahmad Zarqa
berpendapat kebebasan seseorang dalam bertindak terhadap milik pribadinya
dibatasi oleh hal-hal yang terkait dengan kepentingan umum. Menurutnya,
setiap orang bebas untuk mencari harta sebanyak-banyaknya, tetapi cara
mendapatkan harta itu tidak boleh bertentangan dengan aturan syariat dan
tidak merugikan kepentingan orang lain. Oleh karena itu, cara bermuamalah
dengan riba, ihtikar, penipuan, penyeludupan, dan lain sebagainya adalah cara
yang diharamkan syara.

Menurut ajaran Islam, sumber daya alam yang menyangkut kepentingan


umum atau menjadi hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Artinya,
kekayaan tersebut tidak boleh kuasai oleh individu-individu tertentu untuk
kepentingan dirinya sendiri. Hal ini didasarkan pada hadis nabi:

Orang Muslim berserikat dalam tiga hal, air, rumput, dan api,
memperjual belikannya haram. (HR. Ibnu Majah)

6
Rizal, Eksistensi Harta Dalam Islam (Suatu Kajian Analisis Teoritis), Jurnal Penelitian,
Volume 9 No. 1, Februari 2015, hlm 99-100.
7
Veithzal Rivai, Arifiandy Permata Veithzal, Marissa Greace Haque Fawzi, Islamic
Transaction Law In Business dari Teori ke Praktik, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2011, hlm. 214.
henrisa.blogspot.com

Setiap manusia mempunyai hak untuk memanfaatkan barang-barang


tersebut. Siapapun tidak dibenarkan untuk memonopolinya. Objek-objek yang
ada dalam hadis tersebut hanya contoh, masih banyak objek lain yang
memiliki karakter yang sama dengan objek yang ada dalam hadis ini. Garam,
minyak tanah, dan sebagainya, juga termasuk ke dalam pemilikan secara
kolektif. Terkaitnya dengan prinsip ini, Ali Abd ar-Rasul menegaskan bahwa
mubah (mal mubah) yang bebas atau boleh dimiliki oleh manusia untuk
dimanfaatkan secara kolektif. Selanjutnya, dalam persoalan kepemilikan,
Islam mencegah penumpukkan harta pada kelompok kecil orang-orang
tertentu dan menganjurkan distribusi kekayaan kepada semua lapisan
masyarakat. Begitu juga dalam sistem ekonomi Islam secara prinsip
seseorang dilarang mengumpulkan harta kekayaan dengan cara yang
berlebihan.8

Kepemilikan individu merupakan hukum syara yang berlaku bagi zat


ataupun kegunaan utility) tertentu sehingga siapa saja dapat memanfaatkan
dan memilikinya. Pengakuan Islam atas kepemilikan individu merupakan
pengakuan atas fitrah manusia itu sendiri yakni naluri mempertahankan diri.
Namun Islam mengatur kepemilikan individu sehingga seseorang tidak
menzalimi orang lain ataupun merusak kepentingan sosial ekonomi
masyarakat. Dengan aturan ini, maka individu tidak boleh menguasai aset-
aset ekonomi yang termasuk ke dalam kepemilikan negara dan kepemilikan
umum.

E. Islam Mengakui Kepemilikan Publik

Kepemilikan umum adalah izin Allah kepada suatu komunitas untuk


bersama-sama memanfaatkan benda, yakni benda-benda yang telah
dinyatakan oleh Allah untuk suatu komunitas dimana mereka masing-masing

8
Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi, Rajawali Pers,
Jakarta, 2015, hlm. 39-40.
henrisa.blogspot.com

saling membutuhkan dan Allah melarang benda tersebut dikuasai oleh


individu (swasta). Benda-benda kepemilikan umum ada tiga macam, yaitu:

1. Fasilitas umum yang jika tidak terdapat dalam suatu komunitas dapat
menyebabkan sengketa untuk mencarinya.
2. Bahan tambang yang jumlahnya tak terbatas.
Sumber daya alam yang sifat pembentukannya menghalangi untuk dimiliki
oleh individu (swasta). 9

Dalam filsafat ekonomi islam, hal yang menyangkut hajat hidup orang
banyak tidak boleh dikuasai oleh perseorangan, berapapun besar modal
seseorang masih dibatasi oleh kepemilikan Allah yang mutlak dan dibatasi
oleh kepentingan umum seperti air, udara dan minyak. Dan manusia harus
tunduk pada apa yang diatur oleh pemerintahannya untuk kepentingan
bersama.

Ibnu Majah:

Nabi bersabda: kaum muslim memiliki kepentingan bersama dalam tiga


hal, yaitu air, rumput, dan api dan harganya adalah haram.

Sumber-sumber yang menjadi milik umum disebutkan dalam hadis diatas


yang meliputi air, padang rumput dan api. Dapat diqiyaskan pada perairan,
laut, barang tambang, minyak bumi, hutan, dan udara.pemilikan seseorang
tidak boeh menguasai sumber-sumber tersebut. Dikhawatirkan jika dikuasai
oleh perorangan maka akan terjadi banyak kerusakan. Oleh sebab itu sumber-
sumber yang menyangkut hajat hidup orang banyak lebih baik berada
ditangan pemerintah sebagai perwakilan seluruh rakyat.10

9
Bahrur Rosyid, Op.cit., hlm. 80.
10
Ilfi Nur Diana, Op.cit., hlm. 7-8.
henrisa.blogspot.com

10

F. Perpindahan kepemilikan dan konsumsi harus secara benar

Sebab-sebab atau sumber kepemilikan yang diatur dalam syariat ada


empat, yaitu:

1. Al-Istila ala al-mubah atau ihraz al-mubahat, yakni penguasaan atas


benda yang belum dimiliki seseorang dan tidak pula dilarang syara untuk
memilikinya seperti air di sungai, kayu di hutan, ikan di laut dan lain-lain.
2. Melalui suatu transaksi (uqud) yang dilakukan dengan orang lain atau
suatu badan hukum, seperti jual beli, hibah, wasiat, dan dan sejenisnya.
3. Melakukan khalafiyah (pergantian) baik penggantian dari seseorang
kepada orang lain dalam bentuk waris maupun penggantian suatu bnda
dengan benda lain dalam bentuk tadmin aw tawid (ganti rugi).
4. Melalui tawallud min mamluk (berkembang biak), yakni hasil atau buah
dari harta yang telah dimiliki seseorang baik hasil itu datang secara alami,
seperti buah-buahan, anak dari binatang ternak, bulu domba, atau melalui
usaha pemiliknya seperti keuntungan yang diperoleh dari perdagangan.11

Dalam hal konsumsi islam mengajarkan sangat moderat dan sederhana,


tidak berlebihan, tidak boros dan tidak kekurangan karena pemborosan adalah
saudara-saudara setan. Konsumsi pada dasarnya adalah mengeluarkan sesuatu
dalam rangka memenuhi kebutuhan. Konsumsi meliputi keperluan,
kesenangan dan kemewahan.kesenangan diperbolehkan asalkan tidak
berlebihan yaitu tidak melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan tidak
pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan. Konsumen muslim
tidak akan melakukan permintaan terhadap barang, sehingga pendapatan
habis. Karena mereka mempunyai kebutuhan jangka pendek dan jangka
panjang.

Ajaran islam sebenarnya bertujuan untuk mengingatkan agar umat


manusia membelanjakan harta sesuai kemampuannya. Pengeluaran tidak

11
Rozalinda, Op.cit., hlm. 35.
henrisa.blogspot.com

11

seharusnya melebihi pendapatan dan juga tidak menekan pengeluaran terlalu


rendah sehingga mengarah kepada kebakhilan. Manusia sebaiknya bersifat
moderat dalam pengeluaran sehingga tidak mengurangi sirkulasi kekayaan
dan juga tidak melemahkan kekuatan ekonomi masyarakat akibat
pemborosan.
Prinsip-prinsip konsumsi :
1. Halal
2. Baik atau bergizi
3. makan dan minum secukupnya
4. tidak mengandung riba
5. tidak kotor atau najis dan tidak menjijikkan
6. bukan dari hasil suap.12

G. Perlindungan mutlak atas kepemilikan

Bentuk keadilan dalam hukum Islam dalam hal bermuamalah adalah


ditetapkannya penjagaan atau perlindungan harta (hak milik) dalam tingkatan
saddu dzariat (menutup jalan), maksudnya adalah bahwa penegakan undang-
undang dalam hal perlindungan harta mutlak adanya, karena jika terjadi
sebaliknya dalam arti tidak ada aturan yang mengatur perlindungan terhadap
hak milik maka kekacauan akan terjadi di muka bumi.

Implementasi maqasid syariat dalam perlindungan hak milik atau harta


(mukhafadhah al-Maal) dalam hukum islam, bahwa Islam memberikan
pengakuan dan penghargaan kepada siapa saja yang bekerja dengan halal.
Baik bekerja dengan modal fisik atau modal pikiran menjadi hak milik
baginya, hal ini wajar karena setiap jerih payah yang diusahakan oleh
seseorang maka padanya melekat hak yakni hak atas harta tersebut.

12
Ilfi Nur Diana, Op.cit., hlm. 53-57.
henrisa.blogspot.com

12

Dan penjagaan hak milik ditetapkan dalam tingkatan saddu dzariat karena
merupakan dasar pegangan kehati-hatian dalam beramal ketika menghadapi
perbenturan mafsadat (kerusakan) dan maslahat (kebaikan). Allah berfirman:

Dan Janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di


antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari
harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu
mengetahui (QS. Al-Baqoroh(2): 188).

Adapun Dasar Hukum perlin- dungan hak milik dalam hadits Rasulullah s.a.w
sebagai berikut:

Dari Amr bin Auf radhialahuanhu berkata: Rasulullah shallallahu


alaihi wa sallam bersabda: Umat Islam berkewajiban untuk senantiasa
memenuhi persyaratan mereka, ke- cuali persyaratan yang mengharam- kan
yang halal dan menghalalkan yang haram (Riwayat Tirmidzi dan
dinyatakan sebagai hadits shahih di dalam Sunan At-Tirmidzi III, 1352)
(Bulughul Marom, 2009: 423).

Hadits lain tentang perlindungan harta kekayaan antara lain:


henrisa.blogspot.com

13

Dari Abi Humaid As-saidi radhialahuanhu berkata: Bersabda Rasulullah


shallallahu alaihi wa sallam: Tidak halal bagi seseorang bahwasannya dia
mengambil tongkat (harta) sau- daranya kecuali dengan kerelaan
hatinya (Riwayat Ibnu Hibban dan al-Hakim dalam kitab shahih kedua-
nya) (Bulughul Marom, 2009: 424).13

13
Nurul Huda dan Rohmah Miftahul Jannah, Perlindungan Hak Merek Dagang Menurut
Hukum Islam,SUHUF, Vol. 24, No. 1, Mei 2012, hlm 7-9.
henrisa.blogspot.com

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kepemilikan harta kekayaan merupakan sesuatu yang mendapat perhatian


dari syariat Islam. Adanya pengakuan dan perhatian Islam menunjukkan
bahwa harta adalah titipan dari Allah SWT untuk diambil manfaatnya oleh
manusia, baik dari konsumsi dan kepemilikan harus bersumber dari jalan
yang kaffah dan tidak melanggar dari ketentuan syariat.
B. Saran

Dengan diselesaikannya makalah ini penulis berharap dapat menambah


wawasan dan pengetahuan pembaca dan keinginan untuk menulis juga.
Selanjutnya penulis juga mengharapkan kritik dan saran guna peningkatan
kualitas dalam penulisan makalah ini.

14
henrisa.blogspot.com

DAFTAR PUSTAKA

Diana,Ilfi Nur. 2012. Hadis-Hadis Ekonomi. Malang: UIN MALIKI PRESS.

Rozalinda. 2015. Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi.
Jakarta: Rajawali Pers.

Rivai, Veithzal. dkk., 2011. Islamic Transaction Law In Business dari Teori ke
Praktik. Jakarta: PT Bumi Aksara

Akbar, Ali. 2012. Konsep Kepemilikan dalam Islam. Jurnal Ushuludin. Volume
XVIII No. 2.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=275263&val=7155&titl
e=Konsep%20Kepemilikan%20dalam%20Islam. 29/9/2016.

Huda, Nurul dan Rohmah Miftahul Jannah. 2012. Perlindungan Hak Merek
Dagang Menurut Hukum Islam. SUHUF. Vol. 24 No. 1.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/2909/1.%20NUR
UL%20HUDA.pdf?sequence=1&isAllowed=y. 30/9/2016.

Rizal. 2015. Eksistensi Harta Dalam Islam (Suatu Kajian Analisis Teoritis).
Jurnal Penelitian. Volume 9 No. 1.
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/jurnalPenelitian/article/download/8
53/801. 10/11/2016 .

Rosyid, Bahrur. 2012. Membangun Sistem Ekonomi Negara Berbasis Sistem


Ekonomi Islam. Jurnal Ekonomi Islam. Volume III No. 1.
http://ejurnal.iainmataram.ac.id/index.php/iqtishaduna/article/view/65/53.
10/11/2016.

Qodri, Amin. Harta Benda Dalam Perspektif Hukum Islam. Jurnal Penelitian
Universitas Jambi Seri Humaniora. Volume 16 No. 1.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=308072&val=893&title
=HARTA%20BENDA%20DALAM%20PERSPEKTIF%20HUKUM%20I
SLAM. 10/11/2016.

15

Anda mungkin juga menyukai