Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PEMBAHASAN

Tafsir Ayat tentang Konsep Harta

A. Qs at-taghabun ayat 14-15


1. Ayat dan terjemahan

‫ليِوتأ تيَيِهتففاَ ٱللففإذيِتن تءاتمنفففووُاا إإلنِ إمففعن أتعزلتوإجفكفف عم توأتعو للتففإدفك عم تعفففدوووا للفكفف عم تفٱَعحففتذفروهف معم توإإنِ تتععففففوُاا‬
‫( إإنلتمففاَ أتعمففلتوُلففك عم توأتعو للتفففدفك عم فإعتنتفف رمة توٱللففف‬14 ) ‫صفتفحوُاا توتتعغفإفرواا فتإ إلنِ ٱللت تغففوُرر لرإحيِففمم‬ ‫توتت ع‬
(15) ‫إعنتد وهۥُف أتعجمر تعإظيِرم‬

Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu


dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-
hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak
memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan


(bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.1

2. Asbabun nuzul
Salah satu penyebab turunnya surah at- Taghabun ayat 14-15 ini
adalah dikemukakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan beberapa
orang penduduk Mekah yang masuk Islam, akan tetapi istri dan anak-
anaknya menolak hijrah ataupun ditinggal hijrah ke Madinah. Lama
kelamaan merekapun hijrah juga. Sesampainya di Madinah, mereka
melihat kawan-kawannya telah banyak mendapat pelajaran dari Nabi
Saw. Karenanya mereka bermaksud menyiksa istri dan anak-anaknya
yang menjadi penghalang untuk berhijrah. Dan potongan ayat

1 Qur’an word

1
selanjutnya Allah menegaskan bahwa Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa surah at-
Taghabun seluruhnya turun di Mekkah, kecuali ayat 14, ayat 14 ini
turun berkenaan dengan Auf bin Malik al-Asyja’i yang mempunyai
anak dan istri yang selalu menangisinya apabila akan pergi berperang
bahkan menghalanginya dengan berkata: ” kepada siapa engkau akan
titipkan kami ini”. Ia merasa kasihan kepada mereka dan tidak jadi
berangkat perang. Selanjutkan ayat-ayat lainnya diturunkan di
Madinah.2

At-Tirmidzi mengatakan bahwa menurut Ibn Abbas ayat ini turun


berkaitan dengan kasus sekian banyak penduduk Mekah yang ingin
berhijrah. Akan tetapi isteri dan anak-anak mereka menolak ikut
berhijrah. Kemudian mereka menjumpai rekan-rekannya yang lebih
dahulu berhijrah, telah memiliki pengetahuan yang bagus mengenai
Islam dan telah banyak mendapat pelajaran dari Rasulullah SAW.
Kemudian mereka menyesal (merasa tertinggal) dan bermaksud
menjatuhi hukuman kepada istri dan anak-anaknya yang menjadi
penghalang dan penyebab ketertinggalan mereka. Lalu turunlah ayat
ini. 5 Riwayat lain mengatakan bahwa ayat tersebut turun di Madinah
berkaitan dengan kasus Auf bin Malik al-Ashja’iy dimana istri dan
anak-anaknya selalu bertangisan jika ia hendak ikut berperang. Mereka
melarangnya ikut, karena khawatir akan ditinggal mati oleh Auf.
Menyadari hal itu ia mengadu kepada Rasulullah SAW, kemudian
turunlah ayat ini.3

3. Tafsir surat At-Taghabun ayat 14-15


Di pangkal ayat diterangkan dengan memakai min (‫)من‬, yang
berarti “daripada”, artinya setengah daripada, tegasnya bukanlah

2 A. Mujab Mahali, Asbabun Nuzul, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2002), 823-824
3 Khalid Abd. Al-Rahman, Safwat al-Bayan li Ma‟ani al-Qur‟an, (Kairo: Dar as-Salam, 1994), 160

2
semua istri atau semua anak menjadi musuh hanya kadang-kadang
atau pernah ada. Hasil dari sikap mereka telah merupakan suatu musuh
yang cita-cita seorang mukmin sebagai suami atau sebagai ayah.4
Kata aduww (‫عفففففدوووا‬
‫ ) ت‬berarti yaitu memalingkan dan
menyibukkan kita sehingga jauh dari kebaikan.5
Menurut ibnu Abbas ayat ini berbicara tentang umat Islam
Mekkah yang ingin hijrah ke Madinah, akan tetapi dilarang oleh anak
dan istri mereka sehingga mengurungkan niatnya untuk hijrah dan
masih menetap di Mekkah, kemudian turunlah ayat ini.
Pendapat kedua, Qatadah mengatakan yang dimaksud dalam
ayat ini adalah anak dan istri yang tidak menyerukan pada taat kepada
Allah Swt. Dan tidak mencegah untuk bermaksiat kepadanya.
Ketiga, Menurut Mujahid anak dan istri yang dinamakan
musuh adalah mereka yang memerintahkan agar memutuskan tali
silaturrahim dan menyarukan maksiat kepada Allah Swt. Dan suami
tidak bisa menolak dan terpaksa mematuhi kehendak mereka.
Keempat, menurut Imam Ibnu Zaid mengatakan bahwa mereka
adalah yang menyalahi dalam urusan agama sehingga menjadi musuh
bagimu.
Kelima, bagi imam Sahal mereka adalah yang membawamu
menjadi pencari kesenangan dunia dan mengumpulkan harta
sebanyak-banyaknya.6
Keenam, M. Quraish Shihab dalam tafsirnya tafsir al-misbah
mengatakan bahwa sebagian pasangan dan anak merupakan musuh
dapat dipahami dalam arti sebenarnya, yaitu yang menaruh kebencian
dan ingin memisahkan diri dari ikatan perkawinan

Sebagian pasangan dan anak merupakan musuh dapat dipahami


dalam arti musuh yang sebenarnya, yang menaruh kebencian dan ingin
memisahkan diri dari ikatan perkawinan. Ini bisa saja terjadi kapan

4 Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Cet Pertama, Juz 28, 29, 30, Tahun 1985), 246
5 M. Ibn Ali Asy-Syauqani, Fathul Qadir, Juz 7, Hal. 23
6 habib mawardi al-bisry, an-nuktu wa al-uyun at-tafsir al-mawardi, juz 6 (Dar-a kutub; Bairut Lebanon, TT), 24

3
dan di mana pun. Dan bisa juga permusuhan dimaksud dalam
pengertian majazi, yakni bagaikan musuh. Ini karena dampak dari
tuntunan dari mereka yang menjerumuskan pasangannya dalam
kesulitan bahkan bahaya, layaknya perlakuan musuh terhadap
musuhnya.7

Salah satu yang menjadi contoh istri dan anak itu ada yang
menjadi musuh bagi seorang mukmin seperti yang disebutkan dalam
akhir surat At-Tahrim tentang istri dari dua orang nabi8, sebagaimana
firman Allah Swt :

‫ت لفففوُ ط طط تكاَنتتتففاَ تتعحفف ت‬


‫ت تععبففتدعيِإن إمففعن‬ ‫ت نفففوُطح توٱعمففترأت ت‬ ‫ب ٱللف تمثتول للللإذيِتن تكفتفرواا ٱعمترأت ت‬ ‫ضتر ت‬ ‫ت‬
‫صففلإتحعيِإن فتتخاَنتتتاَهفتمففاَ فتلتفف عم يِفعغنإيِتففاَ تععنهفتمففاَ إمففتن ٱللإفف تشفف وع‍يِاَ توقإيِففتل ٱعدفختل ٱلنلففاَتر تمففتع‬
‫إعتباَإدتناَ ل ت‬
9
‫ٱلللدإخإليِتن‬
Allah membuat istri Nuh dan istri Lut perumpamaan bagi
orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang
hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu
berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada
dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan
(kepada keduanya); "Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang
masuk (neraka)”. (at-Tahrim 66:10)10
Secara korelatif tentang fitnah harta dan anak dalam surah at-
Taghabun,Imam Ar-Razi dalam at-Tafsir al-Kabir menyebutkan,
karena anak dan harta merupakan fitnah, maka Allah memerintahkan
kita agar senantiasa bertakwa dan taat kepada Allah setelah
menyebutkan hakikat fitnah keduanya, ”Maka bertakwalah kamu
kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan
nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang

7 M. Ibn Ali Asy-Syauqani, Fathul Qadir, Juz 7, Hal. 237


8 habib mawardi al-bisry, an-nuktu wa al-uyun at-tafsir al-mawardi, juz 6 (Dar-a kutub; Bairut Lebanon, TT), 24
9 Quran word
10 ibid

4
dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang
yang beruntung”. Apalagi pada ayat sebelumnya, Allah menegaskan
akan kemungkinan sebagian keluarga berbalik menjadi musuh bagi
seseorang, ”Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara istri-
istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka
berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan
tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.11
Pada bagian akhir surah at-Taghabun 15 redaksi surah
mengarahkan seruannya kepada orang-orang yang beriman untuk
mengingatkan mereka tentang fitnah istri-istri, anak-anak, dan harta
benda. Ia mengajak mereka untuk bertakwa kepada Allah,
mendengarkan, menaati, dan berinfak. Sebagaimana ia pun
memperingatkan mereka dari sifat bakhil dalam jiwa-jiwa mereka.
Allah menjanjikan kepada mereka bila mampu mengatasinya bahwa
bagi mereka adalah rezeki yang berlipat ganda, ampunan dan
kemenangan. Akhirnya, mereka diingatkan dengan ilmu Allah bagi
sesuatu yang nyata dan yang gaib, kekuasaanNya dan kebesaran-Nya
bersama dengan hikmah-Nya dan kemuliaan-Nya. Maksud dari Surah
at-Taghabun 14-15 tersebut adalah, kadang-kadang istri atau anak
dapat menjerumuskan suami atau ayahnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan agama.
Peringatan yang diberikan Allah kepada umat manusia yang
tertuang dalam Surah at-Taghabun Ayat 14-15 akan bahaya dan anak
dan istri khususnya kepada para suami yang menjadi pemimpin
keluarga agar senantiasa waspada dan berhati-hati dalam menghadapi
fitnah terbesar ini, disini Allah menganjurkan kepada suami ataupun
pemimpin rumahtangga agar senantiasa bersabar dan bertawakkal
kepada Allah SWT sekaligus harus berusaha dengan menejemen

11 Sihab, Tafsir Al Misbah...,28

5
kepemimpinan keluarga yang baik untuk meminimalisir kemungkinan
kejadian terburuk di kemudian hari.

B. Q.S An-Nissa ayat 5


1. Ayat dan terjemahan

‫توتل تفعؤفتوُاا ٱليَسفتتهاَتء أتعملتوُلتفكفم ٱللإتيِ تجتعتل ٱللف لتفك عم قإ ليِتوماَ توٱعرفزفقوُهف عم إفيِتهاَ توٱعكفسوُهف عم توفقوُفلوُاا‬
َ‫لتهف عم قتعوُول لمععفرووفا‬
Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum
sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu)
yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka
belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada
mereka kata-kata yang baik.12
2. Tafsir surat An-Nissa ayat 5

Harta merupakan kenikmatan dan kekayaan bagi individu dan


jamaah, maka wajib menjaganya, mengembangkannya, dan menjauhi
tindakan menghamburkan kekayaan finansial untuk sesuatu yang tidak
berfaedah. Hak didalam harta bukan saja milik pemilik harta secara
khusus, akan tetapi umat dan jamaah juga memiliki hak untuk
mengawasi tata cara penggunaan harta, penginvestasiannya, dan
pengembanganannya dengan cara-cara yang disyariatkan dan yang
mewujudkan maslahat khusus maupun umum. Karena itu Islam tidak
membolehkan penyerahan harta untuk dikembangkan dan
dibelanjakan kepada orang yang tidak mengelola dan menjaganya,
contohnya adalah orang idiot yang menghambur-hamburkan harta dan
tidak baik pengelolaannya terhadap harta. Anak-anak yatim yang
kurang memiliki pengalaman untuk mengatur, mengfungsikan, dan
menginvestasikan harta. Maka harta mereka dibiarkan tetap berada di
tangan pihak pengasuh dan pengawas, sebagai konsekuensi perwalian
syar'i yang menghendaki pengawasan atas berbagai kondisi orang-

12 Quran word

6
orang yang terbelakang, baik disebabkan sifat ceroboh (karena
keterbelakangan mental atau disebabkan usia dini).13

Ayat-ayat tentang orang yang belum sempurna akalnya turun


terkait dengan anak-anak, laki-laki maupun perempuan, yang masih
kecil. Yang lebih shahih, bahwa ayat ini turun terkait dengan orang-
orang yang diboikot karena idiot, yaitu orang yang menghambur-
hamburkan harta.

Allah melarang umat, yang direpresentasikan oleh wali orang-


orang idiot yang tidak pandai mengelola harta mereka, untuk
menyerahkan harta kepada mereka, agar mereka tidak menghambur-
hamburkan harta dan menjadi beban bagi masyarakat. Melainkan harta
tersebut tetap berada ditangan pengasuh dan pengawasnya yang
ditunjuk oleh hakim, sehingga bisa dilaksanakan pelatihan terhadap
orang idiot untuk menjaga harta yang merupakan pilar kehidupan bagi
pemiliknya dan bagi umat atau jamaah. Wali berhak mengembangkan
harta dan memfungsikannya pada jalur-jalur yang diperbolehkan
secara syar'i dan yang logis. Ia memberi nafkah kepada orang idiot,
nafkah yang normal (tidak berlebih-lebihan dan tidak kurang) yang
diambil dari keuntungan atau penghasilan harta, bukan diambil dari
pokok harta. Nafkah tersebut diberikan sesuai kebutuhan, seperti untuk
makanan, pakaian, pengajaran, dan pengobatan, sebab semua itu
adalah tampilan-tampilan luar. Hendaknya wali bersikap baik kepada
si orang idiot, secara sopan santun maupun akhlak, berkata lembut
kepadanya, tidak ada kekasaran didalam ucapannya,
memperlakukannya layaknya anak sendiri dengan penuh cinta dan
kelembutan, membuatnya merasa terhormat dan mulia,
memberitahunya bahwa harta yang dibelanjakan untuknya adalah

13Wahbah az-zuhaili. Tafsir al-wasith jilid 1(Jakarta;Gema insani,2012) hlm. 257

7
hartanya sendiri, bukan harta pengasuh, di mana ia akan menangani
sendiri harta itu setelah cerdas dan cakap.14

Ayat pemboikotan terhadap anak-anak yatim turun demi menjaga


harta mereka dan mengatur hubungan mereka dengan para wali, para
wali hendaknya menguji anak yatim ketika ia telah mencapai usia
baligh, mencapai usia pernikahan, dan kesempurnaan akal yakni
dengan memberi pelatihan tentang tata cara penggunaan harta dan
pengelolaannya secara baik. Bila wali telah memastikan adanya
kecerdasan pada diri anak yatim, ia menyerahkan hartanya kepadanya
secara sempurna dengan tidak mengurangi. Ia mengadakan persaksian
pada proses penyerahan, demi mencegah penolakan dan klaim bahwa
masih ada harta yang tersisa di tangan wali.15

Membaurnya wali dengan anak yatim lebih baik dari pada


memisahkan diri darinya dan si anak tinggal sendiri. Wali tidak berhak
tergesa-gesa mengambil sesuatu dari harta anak yatim, sehingga ia
berlebih-lebihan dan boros dalam menggunakannya, sebab tabiat jiwa
adalah gemar menghamburkan harta orang lain. Wali tidak berhak
mengambil sebagian harta anak yatim secara terburu-buru sebelum si
anak mencapai usia baligh.16

Adapun menggunakan harta anak yatim dengan tidak berlebih-


lebihan dan tidak boros boleh dilakukan wali dalam kondisi
membutuhkan dan dalam batas kewajaran, menempati posisi upah
baginya sesuai kadar kerja dan pelayanannya. Jika wali seorang kaya,
ia tidak boleh menggunakan harta anak yatim, hendaknya ia menahan
diri. Namun jika wali seorang fakir dan membutuhkan, silahkan ia
menggunakan harta secara ma'ruf menurut syariat dan tradisi, dengan
tidak berlebih-lebihan dan tidak boros. Umar r.a berkata
14 ibid
15 Ibid, hlm.258
16 ibid

8
"sesungguhnya aku menempatkan diriku pada harta Allah ( yakni harta
umat) dalam posisi wali anak yatim. Jika aku tidak membutuhkan
(kaya) maka aku menahan diri, dan jika aku membutuhkan aku
menggunakan secara ma'ruf. Setelah aku bercukupan, aku
menggantinya.2Jadi, harta adalah amanah bagi pemiliknya dan bagi
umat. Dengan harta masyakarat Madani ditegakkan dan peradaban
dibangun. Harta adalah fondasi kekuatan dan kemajuan umat. Karena
itu, di dalam Al-Qur'an harta disifati sebagai pilar pokok kehidupan.
Maka, wajib bagi wali dan washi untuk menjaga harta anak yatim dan
orang idiot yang menghambur-hamburkan harta, sehingga si anak
yatim atau orang idiot tidak menjadi fakir, membutuhkan, dan beban
bagi masyarakat.17

Setelah penjelasan tentang hak-hak anak yatim yang harus


dipenuhi, ayat ini menjelaskan larangan menyerahkan harta mereka
bila mereka belum mampu mengurus. Dan janganlah kalian serahkan
kepada orang yang belum sempurna akalnya, yaitu anak yatim atau
orang dewasa yang belum mampu mengurus, harta mereka yang ada
dalam kekuasaan kalian yang dijadikan Allah sebagai pokok
kehidupan, penyangga hidup, penopang urusan, dan penunjang
berbagai keinginan dalam kehidupan ini. Sebab, dalam kondisi seperti
itu mereka akan menghabiskan harta tersebut secara sia-sia. Karena
itu, berilah mereka belanja secukupnya dan pakaian selayaknya yang
bisa menutupi aurat dan memperindah penampilan, dari hasil harta
yang kalian usahakan itu. Bersikaplah lemah lembut dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang baik sehingga membuat perasaan
mereka nyaman dan tenteram.18

17 ibid
18 Muhammad nasib rifa’i. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir.(Depok; Gema insani, 2011) hlm.214

9
C. Q.S Ali-Imran ayat 14

1. Ayat dan terjemahan

‫طيييرر‬ ‫قن ن ر‬‫ن ونٱلل ن‬ ‫ل‬


‫سييارء ونٱلب نرنييي ن‬ ‫ن ٱلن ن ن‬ ‫ميي ن‬‫ت ر‬ ‫شييهنون ر‬ ‫ب ٱل ش‬ ‫حيي ب‬
‫س ح‬ ‫ن رللشنييا ر‬ ‫حزنييي ن‬
‫ن‬
‫ث‬ ‫مةر ونٱللألنعنم ر ونٱلل ن‬
‫حييلر ث ث‬ ‫سوش ن‬
‫م ن‬ ‫ل ٱلل ح‬
‫خلي ر‬‫ضةر ونٱلل ن‬‫ف ش‬ ‫ب ونٱلل ر‬ ‫ن ٱلذ شهن ر‬ ‫م ن‬ ‫قنط ننرةر ر‬ ‫ٱلل ح‬
‫م ن‬
‫ب‬ ‫ما ر‬‫ن ٱلل ‍ن‬
‫حلس ح‬ ‫عند نه حۥ ح‬ ‫ه ر‬ ‫مت نعح ٱلل ن‬
‫حي نونةر ٱلد بلني ناا ونٱلل ش ح‬ ‫ك ن‬ ‫ذ نل ر ن‬

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada


apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang
banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak
dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi
Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).19

2. Tafsir ayat

Allah menjadikan indah pada pandangan manusia kecintaan


terhadap dunia, dan Allah menanam rasa cinta ini di dalam dada
mereka sehingga menjadi naluri bagi mereka. Yang demikian itu
bertujuan untuk memakmurkan dunia dan memajukannya. Sekiranya
manusia tidak mencintai dunia tentu mereka akan mengabaikannya
dan lalai dalam membangun kemegahannya. Syahwat dunia
bermacam-macam, mencakup kecintaan kepada kaum perempuan dan
anak-anak, menimbun harta, mengumpulkan kuda-kuda pilihan, yaitu
kuda yang telah mendapat pelatihan atau kuda jinak yang
digembalakan di padang rumput dan padang gembala, mengumpulkan
hewan ternak, menanam tanam-tanaman, dan mempersiapkan
pengolahan kebun.20

19 Qur’an word
20 Wahbah az-zuhaili. Tafsir al-wasith jilid 1(Jakarta;Gema insani,2012) hlm. 161

10
Semua itu adalah kesenangan hidup di dunia dan perhiasannya,
yaitu sesuatu untuk bersenang-senang dan dimanfaatkan dalam jangka
waktu tertentu yang terbatas. Semua bentuk kesenangan itu tercela bila
menjadi sebab keburukan dan Adapun jika ia menjadi sebab kebaikan,
juga tidak menghalangi pemiliknya untuk menunaikan kewajiban
agama, sosial, dan kemanusiaan, maka ia menjadi kebaikan bagi
pemiliknya. Dan hanya Allah sebagai tempat kembali dan tempat
berpulang yang baik.21

21 Ibid

11
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Harta merupakan kenikmatan dan kekayaan bagi individu dan jamaah,


maka wajib menjaganya, mengembangkannya, dan menjauhi tindakan
menghamburkan kekayaan finansial untuk sesuatu yang tidak berfaedah

Peringatan yang diberikan Allah kepada umat manusia yang tertuang


dalam Surah at-Taghabun Ayat 14-15 akan bahaya dan anak dan istri
khususnya kepada para suami yang menjadi pemimpin keluarga agar
senantiasa waspada dan berhati-hati dalam menghadapi fitnah terbesar ini,
disini Allah menganjurkan kepada suami ataupun pemimpin rumahtangga
agar senantiasa bersabar dan bertawakkal kepada Allah SWT sekaligus harus
berusaha dengan menejemen kepemimpinan keluarga yang baik untuk
meminimalisir kemungkinan kejadian terburuk di kemudian hari.

12
DAFTAR PUSTAKA

Az-zuhaili. Wahhab. 2012. Tafsir al-wasith jilid.

Nasib rifa’i. Muhammad.2011. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir.

Sihab, Tafsir Al Misbah.

Mawardi al-bisry, Habib. An-nuktu wa al-uyun At-tafsir Al-mawardi, juz 6.

Ibn Ali Asy-Syauqani, Muhammad Fathul Qadir, Juz 7.

Mujab Mahali, A. 2012. Asbabun Nuzul

Khalid Abd. Al-Rahman, 1994. Safwat al-Bayan li Ma’ani al-Qur’an.

Hamka,1985. Tafsir Al-Azhar, Cet Pertama, Juz 28, 29, 30.

13

Anda mungkin juga menyukai