Anda di halaman 1dari 22

HADIS TENTANG DISTRIBUSI

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Hadis-Hadis Ekonomi Program Studi Ekonomi Syariah
Kelompok 5 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Oleh :

FIRDALIA
01.18.3149

TEGUH AMIN
01.18.3140

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

IAIN BONE

2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Swt. yang telah

memeberikan kesehatan, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat

menyelesaikan tugas mata kuliah Hadis-Hadis Ekonomi.

Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi dan menambah

wawasan pengetahuan kepada kita semua, terutama bagi pemateri sendiri.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Makalah ini

telah kami buat dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi tugas makalah Hadis

Tentang Distribusi.

Demikian yang dapat kami sampaikan,mohon maaf apabila ada salah kata

yang kurang berkenan.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.

Watampone, 13 November 2021

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................

B. Rumusan Masalah...................................................................................

C. Tujuan Masalah.......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Distribusi...............................................................................

B. Tujuan Distribusi.....................................................................................

C. Hadis-hadis tentang Distribusi................................................................

D. Prinsip-prinsip Distribusi dalam Ekonomi Islam....................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................

B. Saran........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekonomi Islam merupakan sebuah studi tentang masalah-masalah

ekonomi dari setiap individu dalam masyarakat yang memiliki

kepercayaan terhadap nilai-nilai kehidupan Islami.Yang mempunyai

tujuan tidak hanya terbatas pada kesejahteraan (kebahagiaan) dunia yang

bersifat material, tetapi juga kebahagiaan spiritual dan kesejahteraan

akhirat. Kemudian, ilmu ekonomi Islam senantiasa didasarkan kepada al-

Qur’an dan Sunnah .

Islam telah mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk

dalam bidang ekonomi. Salah satu tujuannya adalah untuk mewujudkan

keadilan dalam pendistribusian harta, baik dalam kehidupan

bermasyarakat maupun individuKeadilan dan kesejahteraan masyarakat

tergantung pada sistem ekonomi yang dianut.

Salah satu ajaran penting dalam Islam adalah adanya tuntunan agar

manusia berupaya menjalani hidup secara seimbang, memperhatikan

kesejahteraan hidup di dunia dan keselamatan hidup di akhirat.Sebagai

prasyarat kesejahteraan hidup di dunia adalah bagaimana sumber-sumber

daya ekonomi dapat dimanfaatkan secara maksimal dan benar dalam

kerangka Islam. Distribusi merupakan salah satu aktivitas perekonomian

manusia, disamping produksi dan konsumsi. Dorongan al-Qur'an pada

sektor distribusi telah dijelaskan secara eksplisit. Ajaran Islam menuntun

kepada manusia untuk menyebarkan hartanya agar kekayaan tidak

menumpuk pada segolongan kecil masyarakat saja. Pendistribusian harta


yang tidak adil dan merata akan membuat orang yang kaya bertambah

kaya dan yang miskin semakin miskin

Dalam Perspektif Ekonomi Islam, distribusi adalah mencakup

pengaturan kepemilikan unsur-unsur produksi dan sumber-sumber

kekayaan .Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa distribusi adalah

penyaluran atau pengaturan kepemilikan barang atau unsur produksi

kepada orang banyak (masyarakat). Oleh karena itu, permasalahan tentang

pendistribusian ini, tentunya menjadi pokokpermasalahan dan perhatian di

dalam Islam, karena menyangkut tentang hajat orang banyak.

Sebagai salah satu aktivitas perekonomian, distribusi menjadi

bidang kajian terpenting dalam perekonomian. Distribusi menjadi posisi

penting dari teori mikro Islam sebab pembahasan dalam bidang distribusi

ini tidak berkaitan dengan aspek ekonomi belaka tetapi juga aspek sosial

dan politik sehingga menjadi perhatian bagi aliran pemikir ekonomi Islam

dan konvensional sampai saat ini. Pada saat ini, realitas yang nampak

dalam masyarakat adalah banyak terjadi ketidakadilan, ketimpangan dan

penyimpangan distribusi barang dan jasa yang mengakibatkan kelangkaan,

dan akhirnya berdampak pada kenaikan harga barang di pasaran.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan distribusi ?

2. Bagaimana tujuan distribusi?

3. Bagaimana hadis tentang distribusi?

4. Bagaimana prinsip-prinsip distribusi dalam ekonomi islam?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian distribusi .

2. Untuk mengetahui bagaimana tujuan distribusi.


3. Untuk memahami hadis-hadis tentang distribusi.

4. Untuk mengetahui bagaimana prinsip-prinsip distribusi dalam ekonomi

islam.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Distribusi
Distribusi berasal dari bahasa inggris yaitu distribution, yang

berarti penyaluran. Sedangkan kata dasarnya to distribute, bermakna

membagikan, menyalurkan, menyebarkan. Menurut kamus bahasa

indonesia distribusi adalah pembagian pengiriman barang-barang kepada

orang banyak atau kebeberapa tempat.1 Pihak yang melakukan kegiatan

distribusi disebut sebagai distributor. .

Menurut Afzalur Rahman yang dimaksud dengan distribusi adalah

suatu cara dimana kekayaan di salurkan atau dibagikan ke beberapa faktor

produksi yang memberikan kontribusi kepada individu-individu,

masyarakat maupun negara. Selain itu ilmuan ekonomi konvensional

kotler amstrong juga mendefinisikan distribusi adalah suatu saluran atau

sistem yang menyalurkan barang-barang hasil produksi kepada konsumen.

Adapun makna distribusi dalam Ekonomi Islam maka jauh lebih

luas lagi, yaitu mencakup pengaturan kepemilikan unsur-unsur produksi

dan sumber-sumber kekayaan. Dimana Islam memperbolehkan

kepemilikan umum dan kepemilikan khusus, dan meletakkan bagi

masing-masing dari keduanya kaidah-kaidah untuk mendapatkan dan

mempergunakan kaidah-kaidah untuk warisan, hibah, dan wasiat.2

Definisi distribusi memang tidak dijelaskan secara rinci dalam al-

Qur’an maupun al-Hadits, dalam distribusi Islam memberikan norma etis

bagaimana seharusnya umat Islam untuk bersikap dermawan. Jadi kegiatan

1
Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Karya Abditama, 2001),
cet. Ke 1, h. 125
2
Jaribah bin Ahmad Al-harist, Fikih Ekonomi Umar bin Al- khathab, (Jakarta: Khalifah,
2006), cet.ke 1, h. 212
distribusi dalam Islam ada dua orientasi, pertama adalah menyalurkan

rezeki (harta kekayaan) untuk diinfakkan (didistribusikan) demi

kepentingan sendiri maupun orang lain seperti; pengeluaran zakat sebagai

pensucian harta maupun jiwa, serta mendermakan sebagian harta

bendanya. Kedua, berkenaan dengan pertukaran hasil-hasil produksi dan

daya ciptanya kepada orang lain yang membutuhkan.3

Adapun prinsip utama dalam konsep distribusi menurut pandangan

Islam adalah meningkatkan dan pembagian bagi hasil kekayaan agar

sirkulasi kekayaan dapat ditingkatkan, sehingga kekayaan yang ada dapat

melimpah dengan merata dan tidak hanya beredar diantara golongan

tertentu saja..

Oleh karena itu, distribusi merupakan permasalahan utama dalam

ekonomi Islam. Karena, distribusi memiliki Hubungan erat dengan tingkat

kesejahteraan suatu masyarakat. Adapun kesejahteraan dalam ekonomi

Islam di ukur berdasarkan prinsip pemenuhan kebutuhan setiap individu

masyarakat, bukan atas dasar penawaran dan permintaan kebutuhan

ekonomi, cadangan devisa, nilai mata uang ataupun indeks harga-harga

dipasar non-rill, sebagaimana dialami dalam sistem ekonomi kapitalisme.

Dari definisi-definisi distribusi diatas dapat diambil kesimpulan

bahwasanya yang dimaksud distribusi adalah mekanisme atau sistem yang

menjadi penghubung atau media antara hasil dari kegiatan produksi

(produk) kepada konsumen.

Beberapa faktor yang menjadi dasar distribusi, yaitu tukar menukar

(exchange), kebutuhan (need), kekuasaan (power), sistem sosial dan nilai

etika (sosial system and ethical values).

3
Abdul Aziz, Ekonomi Islam Analisis Mikro dan Makro, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2008), ed. 1, cet. Ke 1 h. 88
Adapun dasar hukum distribusi terdapat dalam firman Allah

Swt,dalam surat at-Taubah ayat 58 :

ِ ۚ ‫صد َٰق‬
‫ت فَا ِ ْن اُ ْعطُوْ ا ِم ْنهَا َرضُوْ ا َواِ ْن لَّ ْم يُ ْعطَوْ ا ِم ْنهَٓا‬ َّ ‫َو ِم ْنهُ ْم َّم ْن ي َّْل ِم ُزكَ فِى ال‬
َ‫اِ َذا هُ ْم يَسْخَ طُوْ ن‬

Artinya: Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang

(distribusi) zakat; jika mereka diberi sebahagian dari padanya, mereka

bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebahagian dari padanya,

dengan serta merta mereka menjadi marah. (QS. atTaubah :58)4

Distribusi dalam Pandangan Islam yaitu dimana Islam telah

mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk dalam bidang

ekonomi. Salah satu tujuannya adalah untuk mewujudkan keadilan dalam

pendistribusian harta, baik dalam kehidupan bermasyarakat 29 maupun

individu. Keadilan dan kesejahteraan masyarakat tergantung pada sistem

ekonomi yang dianut. Pembahasan mengenai pengertian distribusi

pendapatan, tidak terlepas dari pembahasan mengenai konsep moral

ekonomi yang dianut juga model instrumen yang diterapkan individu

maupun negara dalam menentukan sumber-sumber maupun cara-cara

pendistribusian pendapatannya.

Dasar karakteristik pendistribusian adalah adil, dan jujur, karena

dalam Islam sekecil apapun perbuatan yang kita lakukan, semua akan

dipertanggung jawabkan di akhir kelak. Pelaksanaan distribusi bertujuan

untuk saling memberi manfaat dan menguntungkan satu sama lain. Secara

umum, Islam mengarahkan mekanisme muamalah antara produsen dan

konsumen agar tidak ada pihak yang merasa di rugikan. Apabila terjadi

4
Depertemen Agama RI,al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung,: PT. Syamil Cipta
Media, 1987), cet. ke 1, h.
ketidakseimbangan distribusi kekayaan, maka hal ini akan memicu

timbulnya konflik individu maupun sosial.

B. Tujuan Distribusi Dalam Ekonomi Islam


Ekonomi Islam datang dengan sistem distribusi yang

merealisasikan beragam tujuan yang mencakup berbagai bidang

kehidupan, dan mengikuti politik terbaik dalam merealisasikan tujuan–

tujuan tersebut. Secara umum dapat dikatakan bahwa sistem distribusi

ekonomi dalam ekonomi Islam mempunyai andil bersama sistem dan

politik syariah lainnya-dalam merealisasikan beberapatujuan umum syariat

Islam. Dimana tujuan distribusi dalam ekonomi Islam di kelompokkan

kepada tujuan dakwah, pendidikan, sosial dan ekonomi. Berikut ini hal

yang terpenting kedalam tujuan tersebut adalah:5

1. Tujuan Dakwah

Yang dimaksud dakwah di sini adalah dakwah kepada Islam dan

menyatukan hati kepadanya. Di antaranya contoh yang paling jelas adalah

bagian muallaf di dalam zakat, dimana muallaf itu adakalanya orang kafir

yang diharapkan keIslamannya atau dicegah keburukannya, atau orang

Islam yang di harapkan kuat keIslamannya. Sebagaimana sistem distribusi

dalam ghanimah dan fa’i juga memiliki tujuan dakwah yang jelas. Pada

sisi lain, bahwa pemberian zakat kepada muallaf juga memiliki dampak

dakwah terhadap orang yang menunaikan zakat itu sendiri.

2. Tujuan Pendidikan

Secara umum, bahwa distribusi dalam perspektif ekonomi Islam

dapat mewujudkan beberapa tujuan pendidikan, dimana yang terpenting

adalah sebagai berikut :

5
Azhary Husni dan Alvira, Makalah Ayat Dan Hadis Ekonomi; Distribusi Menurut
Ekonomi Islam, Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009.
 Pendidikan terhadap akhlak terpuji, seperti suka memberi, berderma

dan mengutamakan orang lain.

 Mensucikan dari akhlak tercela, seperti kikir, loba dan mementingkan

diri sendiri (egois).

 Tujuan Sosial

Tujuan sosial terpenting dalam distribusi adalah sebagai berikut :

1. Memenuhi kebutuhan kelompok yang membutuhkan, dan

menghidupkan prinsip solidaritas di dalam masyarakat muslim.

2. Menguatkan ikatan cinta dan kasih sayang diantara individu dan

kelompok di dalam masyarakat.

3. Mengikis sebab-sebab kebencian dalam masyarakat, dimana akan

berdampak pada terealisasinya keamanan dan ketentraman masyarakat,

sebagai contoh bahwa distribusi yang tidak adil dalam pemasukan dan

kekayaan akan berdampak adanya kelompok dan daerah miskin, dan

bertambahnya tingkat kriminalitas yang berdampak pada

ketidaktentraman.

4. Keadilan dalam distribusi mencakup

b. Pendistribusian sumber-sumber kekayaan;

c. Pendistribusian pemasukan di antara unsur-unsur produksi;

d. Pendistribusian diantara kelompok masyarakat yang ada, dan

keadialan dalam pendistribusian diantara generasi yang sekarang

dan generasi yang akandatang.

 Tujuan Ekonomi

Distribusi dalam ekonomi Islam mempunyai tujuan-tujuan

ekonomi yang penting, dimana yang terpenting di antaranya seperti

berikut ini:
1. Pengembangan harta dan pembersihannya, karena pemilik harta

ketika menginfakkan sebagian hartanya kepada orang lain, baik infak

wajib maupun sunah, maka demikian itu dapat mendorongnya untuk

menginvestasikan hartanya sehingga tidak bisa habis karena zakat.

2. Memberdayakan sumber daya manusia yang menganggur dengan

terpenuhi kebutuhannya tentang harta atau persiapan yang lazim

untuk melaksanakannya dengan melakukan kegiatan ekonomi

3. Andil dalam merealisasikan kesejahteraan ekonomi, dimana tingkat

kesejahteraan ekonomi berkaitan dengan tingkat konsumsi,

sedangkan tingkat konsumsi tidak hanya berkaitan dengan bentuk

pemasukansaja, namun juga berkaitan dengan metode atau cara

pendistribusiannya di antara individu masyarakat. Karena itu kajian

tentang metode distribusi yang dapat merealisasikan tingkat

kesejahteraan ekonomi terbaik bagi umat adalah suatu keharusan dan

keniscayaan.

Adapun tujuan Distribusi secara umum, diantara tujuan-tujuan itu

adalah:

a. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat

Menjamin kebutuhan dasar masyarakat merupakan faktor yang

sangat penting dalam tujuan distribusi. Moral yang paling penting

dan efektif yang Allah perintahkan adalah untuk menyebarkan

kesejahteraan nasional melalui prinsip anfak afw.

b. Mengurangi ketidak-samaan pendapatan dan kekayaan dalam

masyarakat

Tujuan yang kedua adalah untuk mengurangi ketidaksamaan

pendapatan dan kekayaan dalam masyarakat. Apabila terjadi


perbedaan ekonomi yang mencolok antara yang kaya dan miskin

akan mengakibatkan adanya sifat saling benci yang pada akhirnya

melahirkan sikap permusuhan dan perpecahan dalam masyarakat.

c. Untuk mensucikan jiwa dan harta

Bagian yang ini juga sangat penting adalah untuk mensucikan

jiwa dan harta orang yang melakukan derma (amal). Orang yang

mampu mendistribusikan hartanya akan terhindar dari sifat kikir, dan

akan menguatkan tali persaudaraan antar sesama manusia.

d. Untuk membangun generasi yang unggul

Distribusi juga bertujuan untuk membangun generasi penerus

yang unggul, khususnya dalam bidang ekonomi, karena generasi

muda merupakan penerus dalam sebuah kepemimpinan suatu bangsa

e. Untuk mengembangkan harta

Maksud pengembangan ini dapat dilihat dari dua sisi yaitu:

Pertama, sisi spritual, berdasarkan firman Allah dalam al-Qur’an

(Allah hendak memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah).

Kedua, sisi ekonomi dengan adanya distribusi harta kekayaan maka

akan mendorong terciptanya produktifitas, daya beli dalam

masyarakat akan meningkat.

C. Hadits-Hadits yang berkaitan dengan Distribusi


Selain ayat-ayat yang berkaitan dengan distribusi, terdapat juga

hadits-hadits sebagi suatu aturan untuk mencegah ketidakadilan distribusi,

di antaranya sebagai berikut:

 Hadits tentang Warisan

‫انا أولي بالمؤمنين من انفسهم فمن مات وعليه دين ولم يترك وفاء فعلينا قضاؤه ومن‬

‫ترك ماال فلورثته‬


“saya lebih utama dengan mukminin, barang siapa yang mati dan ia

punya hutang, tidak meninggalkan apapun maka saya membayarnya,

barang siapa meninggalkan harta maka hak ahli warisnya”.

Sebagaimana yang penyusun sedikit singgung dalam pembahasan

sebelumnya bahwa waris merupakan suatu aturan yang sangat penting

dalam mengurangi ketidakadilan distribusi kekayaan. Hukum waris

merupakan alat penimbang yang sangat kuat dan efektif untuk

mencegah pengumpulan kekayaan di kalangan tertentu dan

pengembangannya dalam kelompok-kelompok besar dalam

masyarakat.6

Menurut hukum waris Islam, harta milik orang yang telah

meninggal dibagi pada keluarga terdekat, yaitu anak laki/perempuan,

saudara, ibu/bapak, suami/istri dan lain-lain. Jika seseoarang tidak

mempunyai keluarga dekat sama sekali, maka harta bendanya diambil

ahli Negara. Dengan demikian waris bertujuan untuk

menyebarluaskan pembagian kekayaan dan mencegah penimbunan

harta dalam bentuk apapun.7

 Hadits Tentang Larangan Penimbunan

‫من إحتكر حكرة يريد أن يغلي بها علي المسلمون فهو خاطئ‬
“Siapa saja yang melakukan penimbunan untuk mendapatkan
harga yang paling tinggi, dengan tujuan mengecoh oorang isalm
maka termasuk perbuatan yang salah” (HR. Ahmad).
Islam melarang penimbunan atau hal-hal yang menghambat

pendistribusikan barang sampai ke konsumen. Menimbun adalah

membeli barang dalam jumlah yang banyak kemudian menyimpan


6
https://www.scribd.com/document/341061178/Hadis-Hadis-Ekonomi-Distribusi
7
Ilfi Nur Diana, Hadits-Hadits Ekonomi, (Malang: UIN Maliki Press, 2012),
dengan maksud untuk menjualnya dengan harga tinggi. Penimbunan

dilarang agar harta tidak beredar hanya di kalangan orang-orang

tertentu sebagaimana misi Islam. Hadits di atas mengisyaratkan bahwa

perbuatan yang salah, yaitumenyimpang dari peraturan jual beli atau

perdagangan dalam sistem ekonomi Islam yang berdasarkan al-Quran

dan Hadits.

 Hadits Larangan Monopoli

‫ال بلقوا تاركبان وال بيع حاضر لباد قال فقلت البن عباس ما قوله ال يبيع حاضر لباد‬

•‫قال ال يكون له سمسار‬

“janganlah kamu mencegat para kafilah dan janganlah orang kota

menjualnya untuk orang desa, saya bertanya pada ibnu Abbas ra.,

apa arti sabdanya? Ia menjawab, janganlah ia menjadi perantara

baginya. (HR. Bukhari).

Kita ketahui dalam sejarah, bahwa masyarakat arab banyak mata

pencariannya sebagai pedagang. Mereka berdagang dari negeri yang


satu kenegeri yang lain. Ketika mereka kembali, mereka membawa

barangbarang yang sangat dibutuhkan oleh penduduk Mekkah.

Mereka datang bersama rombongan besar yang disebut kafilah.

Penduduk Arab berebut untuk mendapatkan barang tersebut karena

harganya murah. Oleh karena itu banyak tengkulak atau makelar

mencegat rombongan tersebut di tengah jalan atau memborong barang

yang dibawa oleh mereka. Para tengkulak tersebut menjualnya

kembali dengan harga yang sangat mahal. Membeli barang dagangan

sebelum sampai dipasar atau mencegatnya di tengah jalan merupakan


jual beli yang terlarang didalam agama Islam. Rasulullah Saw

bersabda:

“apabila dua orang saling jual beli, maka keduanya memiliki hak

memilih selama mereka berdua belum berpisah, dimana mereka

berdua sebelumnya masih bersama atau selama salah satu dari

keduanya memberikan pilihan kepada yang lainnya, maka apabila

salah seorang telah memberikan pilihan kepada keduanya, lalu

mereka berdua sepakat pada pilihan yang diambil, maka wajiblah

jual beli itu dan apabila mereka berdua berpisah setelah selesai

bertransaksi, dan salah satu pihak diantara keduanya tidak

meninggalkan transaksi tersebut, maka telah wajiblah jual beli

tersebut”. (diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim, sedangkan

lafaznya milik muslim).

Dalam hadits tersebut jelaslah bahwa Islam mensyari’atkan bahwa

penjual dan pembeli agar tidak tergesa-gesa dalam bertransaksi, sebab

akan menimbulkan penyesalan atau kekecewaan. Islam menyari’atkan

tidak hanya ada ijab-kabul dalam jual beli, tapi juga kesempatan untuk

berpikir pada pihak kedua selama mereka masih dalam satu majelis.

Menurut Hadawiyah dan Asy-syafi’i melarang mencegat barang di

luar daerah, alasannya adalah karena penipuan kepada kafilah, sebab

kafilah belum mengetahui harganya. Malikiyah, Ahmad, dan Ishaq

berpendapat bahwa mencegat para kafilah itu dilarang, sesuai dengan

zahir hadits. Hanafiyah dan al-Auja’i membolehkan mencegat kafilah

jika tidak mendatangkan mudarat kepada penduduk, tapi jika

mendatangkan mudarat pada penduduk, hukumnya makruh.

D. Prinsip-Prinsip dalam Distribusi


Prinsip- prinsip dalam distribusi adalah sebagai berikut :8

1. Prinsip Kebebasan
Prinsip pertama dalam distribusi adalah kebebasan. Kebebasan

dalam distribusi adalah senentiasa selalu berdasarkan kepada keimanan.

Dasar iman yang paling penting adalah kepercayaan bahwa manusia

diciptakan oleh Allah, karena itu hanya boleh bersikap menghambakan

diri hanya kepada Allah SWT saja.

Seperti firman Allah dalam al-Qur’an surat ar-Rad ayat 36:

ُ ْ‫ْضهٗ ۗ قُلْ اِنَّ َمٓا اُ ِمر‬


‫ت اَ ْن‬ ِ ‫ك َو ِمنَ ااْل َحْ َزا‬
َ ‫ب َم ْن يُّ ْن ِك ُر بَع‬ َ ‫ب يَ ْف َرحُوْ نَ بِ َمٓا اُ ْن ِز َل اِلَ ْي‬ َ ‫َوالَّ ِذ ْينَ ٰاتَ ْي ٰنهُ ُم ْال ِك ٰت‬
‫هّٰللا‬
ِ ‫اَ ْعبُ َد َ َوٓاَل اُ ْش ِركَ بِ ٖه ۗاِلَ ْي ِه اَ ْد ُعوْ ا َواِلَ ْي ِه َم ٰا‬
‫ب‬

Artinya: orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepada

mereka bergembira dengan kitab yang diturunkan kepadamu, dan di

antara golongan-golongan (Yahudi dan Nasrani) yang bersekutu, ada

yang mengingkari sebahagiannya. Katakanlah "Sesungguhnya aku

hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan


sesuatupun dengan Dia. hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan

hanya kepada-Nya aku kembali".(QS.ar-Rad : 36)9

Islam memberikan kebebasan bagi setiap individu untuk

memiliki, memproduksi, mengkonsumsi, bebas untuk berjual beli dan

menentukan upah atau harga dengan berbagai macam nilai nominal,

bebas untuk memindahkan harta yang ada di bawah kepemilikannya

kepada orang yang dikehendakinya semasa ia hidup dengan cara hibah

atau hadiah, bebas mengembangkan harta dengan cara yang baik, akan

Yusuf Qardawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Pers, 1997),
8

Cet.ke 1, h. 302
9
https://www.merdeka.com/quran/ar-rad/ayat-36
tetapi dengan syarat– syarat yang harus dipenuhi dari kebebasan

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Memperhatikan halal dan haram dalam ketentuan hukum Islam,

selain itu kualitas dan kuantitas suatu barang yang disalurkan atau

dijual juga perlu dijaga dan diperhatikan.

b. Komitmen terhadap kewajiban-kewajiban yang telah ditentukan

syariat Islam.

c. Tidak menyerahkan pengelolaan harta kepada orang-orang yang

bodoh, gila dan lemah.

d. Hak untuk bersyarikat (saling memiliki) dengan tetangga atau

mitra kerja.

e. Tidak dibenarkan mengelola harta pribadi yang merusak

kepentingan orang banyak.

Kebebasan disini adalah kebebasan dalam bertindak yang

dibingkai oleh nilai-nilai agama dan keadilan, tidak seperti pemahaman

kaum kapitalis yang menyatakannya sebagai tindakan membebaskan

manusia yang dimilikinya, keseimbangan antara individu dan

masyarakat serta antara suatu masyarakat lainnya.

2. Prinsip Keadilan

Prinsip keadilan merupakan salah satu prinsip penting dalam

sistem ekonomi Islam. Bahkan prinsip keadilan ini tidak hanya

ditemukan dalam praktek perekonomian saja, akan tetapi juga

diterapkan dalam semua ajaran Islam dan peraturan-peraturannya baik

dari aspek aqidah, syariat maupun akhlak. Dengan prinsip keadilan ini,

al-Qur’an menegaskan pada saat yang sama kelompok lain semakin di

miskinkan. Dengan demikian jelas bahwa ketidakadilandalam distribusi


merupakan suatu tindakan yang bertentangan dengan sistem ekonomi

Islam yang merupakan salah satu cabang aturan yang terdapat dalam

Islam. Dalam Islam keadilan distribusi sudah diatur secara baik dalam

alQur’an dan al-Hadits, semua itu demi kepentingan dan kemaslahatan

umat.10

Melakukan ketidakadilan berarti melakukan penindasan dan

kejahatan pada orang lain.Orang yang melakukan penindasan

(ketidakadilan) berarti memutuskan ikatan perjanjian dengan Allah Swt.

Berbuat adil, di samping memenuhi dan menjalankan syari’at Islam dan

bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip al-Qur’an dan Sunnah, juga

melepaskan manusia dari ketertindasan dan kezaliman dalam bidang

kehidupan individu, sosial, dan khususnya dalam bidang ekonomi.

Jadi, Islam menekankan distribusi yang adil, hingga setiap individu

memperoleh jaminan serta tingkat hidup yang manusiawi dan terhormat

sesuai dengan harkat manusia dalam ajaran-ajaran Islam yaitu sebagai

khalifah (wakil) allah di muka bumi.

10
http://repository.uin-suska.ac.id/19866/8/8.%20BAB%20III%20%281%29.pdf
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Dstribusi dalam Ekonomi Islam maka jauh lebih luas lagi, yaitu

mencakup pengaturan kepemilikan unsur-unsur produksi dan sumber-

sumber kekayaan. Dimana Islam memperbolehkan kepemilikan umum dan

kepemilikan khusus, dan meletakkan bagi masing-masing dari keduanya

kaidah-kaidah untuk mendapatkan dan mempergunakan kaidah-kaidah

untuk warisan, hibah, dan wasiat.

Tujuan dari distribusi di antaranya adalah untuk tujuan dakwah,

pendidikan dan ekonomi. Di antara alat yang bisa digunakan untuk

pendistribusian adalah zakat, shadaqah, infaq, dll. Di antara ayat yang

berkaitan dengan bagaimana distribusi ialah surat alIsra’ ayat 29-30 dan al-

Hasyr ayat 7. Dari kedua ayat tersebut, dapatlah dipahami bahwa dalam

mendistribusikan ekonomi dan/atau keuangan bertujuan agar hartaharta

tidak hanya bergulir pada orang-orang kaya saja, sehingga mampu

menciptakan kesimbangan ekonomi dan keuangan terutama dalam suatu

Negara.

Dalam mendistribusikan harta, seseorang juga dilarang berlaku

kikir dan dilarang pula berlaku boros (terlalu royal).Sikap yang terbaik

dalam hal distribusi ekonomi dan keuangan adalah memelihara asas

keseimbangan dan pemerataan.Lebih baik digunakan untuk kemaslahatan

umat untuk pengembangan dan kemajuan agama Islam. Selian itu juga

masih banyak saudara-saudara sesama muslim khususnya yang masih

membutuhkan.
b. Saran

Dari hasil pembahasan diatas, diharapkan dapat memberikan

pemahaman bagi penulis dan pembaca dan dapat di implementasikan

dalam kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
.

Qardawi Yusuf, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Insani Pers,

1997.

Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya : Karya Abditama,

2001.

Ahmad Al-harist bin Jaribah Ahmad Al-harist, Fikih Ekonomi Umar bin Al-

khathab, Jakarta: Khalifah, 2006.

Abdul Aziz, Ekonomi Islam Analisis Mikro dan Makro, Yogyakarta: Graha Ilmu,

2008.

Azhary Husni dan Alvira, Makalah Ayat Dan Hadis Ekonomi; Distribusi Menurut

Ekonomi Islam, Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009.

Diana, Ilfi Nur, Hadits-Hadits Ekonomi, Malang: UIN Maliki Press, 2012

Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Proyek

Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an, 1985.

https://www.pa-amuntai.go.id/file_attach/distribusiislammakalah.pdf

https://www.kompasiana.com/faiqohaini/hadis-ekonomi-distribusi-dalam-
perspektif-islam_58ceaea62223bdba26ed6149

http://repository.uin-suska.ac.id/19866/8/8.%20BAB%20III%20%281%29.pdf

https://www.merdeka.com/quran/ar-rad/ayat-36

Anda mungkin juga menyukai