Anda di halaman 1dari 24

REVISI

MAKALAH
DISTRIBUSI DAN SIRKULASI DALAM ISLAM

Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas pada mata kuliah
Ekonomi Makro Islam

DOSEN PENGAMPU : JONI HENDRA K, S.Ag., MA

OLEH KELOMPOK 3 :
RANA ALFAYANI (182121337)
ANDRE SYAH NANDRA (182121319)

LOKAL : IV C EKONOMI SYARIAH

DOSEN PENGAMPU:
JONI HENDRA K, S.Ag., MA

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH (4C)


JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) BENGKALIS
TAHUN AJARAN 2022/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah banyak
memberikan beribu-ribu nikmat kepada jungjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW. Saya
mengucapkan terimakasih kepada teman saya telah membantu dalam proses pembuatan
makalah ini, kami menyadari di dalam makalah jauh dari kata sempurna. Harapan yang
paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang kami susun ini
penuh manfaat, baik untuk pribadi,teman-teman serta orang lain. Sekian terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bengkalis, 10 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan...............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................2
A. Distribusi dalam Islam...........................................................................................2
B. Sirkulasi dalam Islam..........................................................................................13
C. Ayat-ayat Al-Qur’an atau Hadist Tentang Distribusi dan Sirkulasi....................15
BAB III PENUTUP........................................................................................................18
A. Kesimpulan..........................................................................................................18
B. Saran....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep "distribusi" rnenurut pandangan islam ialah peningkatan dan
pembagian bagi hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat ditingkatkan, sehingga
kekayaan yang ada dapat melimpah dengan merata dan tidak hanya beredar diantara
golongan tertentu saja. Persoalan yang paling mendasar dalam proses distribusi
adalah bagaimana implementasi dalam kehidupan masyarakat, sebab distribusi
harus menggunakan prinsip keadilan ekonomi. Peran pemerintah dalam hal ini sangat
menentukan, pemerintah melalui regulasi dan kebijakan yang dibuat harus lebih
berpihak pada kepentingan masyarakat.sedangkan sirkulasi adalah pendayagunaan
barang dan jasa melalui kegiatan jual beli dan simpan pinjam melalui agen,koperasi,dan
lain-lain,baik sebagai sarana perdagangan maupun tukar-menukar barang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Distribusi dalam Islam?
2. Apa itu Sirkulasi dalam Islam?
3. Apa saja Ayat-ayat Al-Qur’an atau Hadist Tentang Distribusi dan Sirkulasi?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah diatas,maka tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi dari Distribusi dalam Islam
2. Untuk mengetahui Distribusi dan Sirkulasi dalam Islam
3. Untuk mengetahui apa saja Ayat-ayat Al-Qur’an atau Hadist Tentang Distribusi dan
Sirkulasi

1
BAB II
PEMBAHASA
N

A. Distribusi dalam Islam


1. Pengertian Distribusi, Prinsip Distribusi dan Sirkulasi dalam Islam
Konsep "distribusi" rnenurut pandangan islam ialah peningkatan dan
pembagian bagi hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat ditingkatkan,
sehingga kekayaan yang ada dapat melimpah dengan merata dan tidak hanya
beredar diantara golongan tertentu saja. Persoalan yang paling mendasar dalam
proses distribusi adalah bagaimana implementasi dalam kehidupan masyarakat,
sebab distribusi harus menggunakan prinsip keadilan ekonomi. Peran pemerintah
dalam hal ini sangat menentukan, pemerintah melalui regulasi dan kebijakan yang
dibuat harus lebih berpihak pada kepentingan masyarakat.sedangkan sirkulasi
adalah pendayagunaan barang dan jasa melalui kegiatan jual beli dan simpan pinjam
melalui agen,koperasi,dan lain-lain,baik sebagai sarana perdagangan maupun tukar-
menukar barang.
Adapun maksud distribusi ditinjau dari segi bahasa adalah proses
penyimpanan dan penyaluran produk kepada pelanggan, di antaranya sering kali
melalui perantara1.
Definisi yang dikemukakan Collins di atas memiliki kajian yang sempit
apabila dikaitkan dengan topik kajian dalam tulisan ini. Hal ini disebabkan definisi
tersebut cenderung mangarah pada perilaku ekonomi yang bersifat individual. Namun
dari definisi di atas dapat ditarik perpaduan, di mana dalam distribusi terdapat sebuah
proses pendapatan dan pengeluaran dari sumber daya yang dimiliki oleh negara
(mencakup “prinsip take and give”).
Adapun prinsip utama dalam konsep distribusi menurut pandangan Islam ialah
peningkatan dan pembagian bagi hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat
ditingkatkan. Dengan demikian, kekayaan yang ada dapat melimpah secara merata
dan tidak hanya beredar di antara golongan tertentu saja2.
Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa posisi distribusi dalam aktifitas
ekonomi suatu pemerintahan amatlah penting. Hal ini dikarenakan distribusi itu

1
Pass, Cristhopher, (dkk.). 1994. Dictionary of Economics (Kamus Lengkap Ekonomi), terj. Tumpal Rumapea
dan Posman Haloho, Jakarta, Erlangga.
2
Rahman, Afzalur. 1995. Economic Doctrines of Islam (Doktrin Ekonomi Islam II), terj. Soeroyo dan

2
Nastangin, Yogyakarta, Dana Bhakti Wakaf.

3
sendiri manjadi tujuan dari kebijakan fiskal dalam suatu pemerintahan. Adapun
distribusi, seringkali diaplikasikan dalam bentuk pungutan pajak, baik pajak yang
bersifat individu maupun pajak perusahaan. Akan tetapi masyarakat juga dapat
melaksanakan secara swadaya melalui pelem bagaan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS).
Dalam hal ini pemerintah tidak terlibat langsung dalam mobilisasi pengelolaan
pendapatan ZIS yang diterima3.
Sementara Anas Zarqa mengemukakan bahwa definisi distribusi ialah transfer
pendapatan kekayaan antar individu dengan cara pertukaran (melalui pasar) atau
dengan cara yang lain, seperti warisan, shadaqah, wakaf dan zakat 4. Demikian konsep
ekonomi di bidang distribusi yang ditawarkan oleh Islam. Islam mengenalkan konsep
pemerataan pembagian hasil kekayaan negara melalui distribusi tersebut, seperti
zakat, wakaf, warisan dan lain sebagainya.
Sirkulasi dalam Islam sangat fleksibel. Ia berbeda dengan ciri sosialis yang
menolak kebebasan pasar dan tidak sama dengan sistem kapitalis yag menganut pasar
bebas. Islam selalu berpegang pada asas kebebasan dalam tatanan mu’amalah, artinya
kebebasan pasar dibatasi oleh norma-norma syari’ah demi tercapai kemaslahatan
ummat.
Dalam perspektif Ekonomi Islam distribusi memiliki makna yang luas,yaitu
mencakup pengaturan kepemilikan, unsur-unsur produksi dan sumber-sumber
kekayaan. Oleh karena itu, distribusi merupakan permasalahan utamadalam Ekonomi
Islam, karena distribusi memiliki hubungan erat dengan tingkat kesejahteraan suatu
masyarakat. Adapun kesejahteraan dalam Ekonomi Islam diukur berdasarkan prinsip
pemenuhan kebutuhan setiap individu masyarakat, bukan atas dasar penawaran dan
permintaan, pertumbuhan Ekonomi, cadangan devisa, nilai mata uang ataupun indeks
harga-harga di pasar non-riil, sebagaimana dialami dalam sistem Ekonomi
Kapitalisme. Hal ini juga dipengaruhi oleh pandangan para Ekonom Kapitalis tentang
masalah utama dalam Ekonomi, yaitu produksi.5
2. Jenis Distribusi
Para ahli ekonomi pada umumnya membedakan antara dua ukuran utama dari
distribusi pendapatan baik untuk tujuan analisis maupun kuantitatif yaitu:
a. Distribusi Pendapatan Perseorang

3
Karim, Rusli (Ed.,). 1992. Berbagai Aspek Ekonomi Islam, Yogyakarta, Tiara Wacana.
4
Zarqa, Ahmad bin Muhammad Al. Syarh al-Qawaid al-Fiqhiyyah. Damaskus: Dar al Qalam, 1999.
5
Abdurrahman Al-Maliki, Politik Ekonomi Islam, alih bahasa: Ibnu Sholah, (Bangil : Al-Izzah, 2001), h. 12

4
Distribusi Pendapatan perseorangan memberikan gambaran tentang
distribusi pendapatan yang diterima oleh individu/perorangan termasuk pula
rumah tangga. Dalam konsep ini, yang diperhatikan adalah seberapa banyak
pendapatan yang diterima oleh seseorang, tidak dipersoalkan cara yang dilakukan
oleh individu/rumah tangga untuk memperoleh pendapatannya, banyaknya
anggota rumah tangga yang mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga serta apakah penghasilan tersebut berasal dari bekerja atau sumber
lainnya seperti bunga, hadiah, keuntungan maupun warisan. Demikian pula tempat
dan sektor sumber pendapatan pun turut diabaikan.
b. Distribusi Pendapatan Fungsional
Distribusi Pendapatan Fungsional mencoba menerangkan bagian dari
pendapatan yang diterima oleh tiap faktor produksi.Faktor-faktor produksi
tersebut terdiri dari tanah (SDA), tenaga kerja, dan modal.Pendapatan
didistribusikan sesuai dengan fungsinya, seperti buruh menerima upah, pemilik
tanah menerima sewa, dan pemilik modal menerima bunga serta laba.Jadi setiap
faktor produksi memperoleh imbalan sesuai dengan distribusinya pada produksi
nasional, tidak lebih dan tidak kurang.

3. Macam-Macam Distribusi
Distribusi dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Distribusi langsung (jangka panjang)
Sistem distribusi atau kegiatan menyalurkan barang yang tidak
menggunakan saluran distribusi. Jadi, produsen langsung berhubungan dengan
pembeli atau konsumen. Contohnya: Penyaluran hasil pertanian oleh petani ke
pasar langsung.
b. Distribusi semi langsung
Penyampaian barang dari produsen kepada konsumen melalui perantara
tetapi perantara masih milik produsen sendiri. Menjual barang hasil produksinya
melalui toko milik produsen sendiri.
c. Distribusi tidak langsung
Kegiatan menyalurkan barang dan jasa melalui pihak-pihak lain atau
badan perantara seperti agen, makelar, toko atau pedagang eceran.
Berikut adalah cara-cara menyalurkan barang atau jasa:
a. Penyaluran barang atau jasa melalui pedagang.

5
b. Penyalur barang atau jasa melalui koperasi.
c. Penyaluran barang atau jasa melalui toko milik produsen sendiri.
d. Penyaluran barang atau jasa melalui penjualan dari rumah ke rumah.
e. Penyaluran barang atau jasa melalui penjualan di tempat tertentu yang ditetapkan
pemerintah.Faktor yang mempengaruhi produsen memilih dan menentukan
saluran distribusi, yakni:
1) Sifat barang dan jasa yang diperjualkan.
2) Daerah penjualan.
3) Modal yang disediakan, yang terkait dengan hak dan kewajiban dalam
perjualan
4) Alat komunikasi.6

4. Fungsi Distribusi
Adapun fungsi utama distribusi adalah:
a. Pengangkutan (Transportasi)
b. Penjualan (Selling)
c. Pembelian (Buying)
d. Penyimpanan (Stooring)
e. Pembakuan Standar Kualitas Barang
f. Penanggung Risiko
5. Jenis-Jenis Distribusi
Tujuan kegiatan distribusi yang dilakukan oleh individu atau lembaga ialah
sebagai berikut:
a. Menyampaikan barang atau jasa dari produsen kepada konsumen. Barang atau
jasa produksi tidak akan ada artinya bila tetap berada di tempat produsen. Barang
atau jasa tersebut akan bermanfaat bagi konsumen yang membutuhkan setelah ada
kegiatan distribusi.
b. Mempercepat sampainya hasil produsen kepada konsumen. Tidak semua barang
atau jasa yang dibutuhkan konsumen dapat dibeli secara langsung dari produsen.
Ada barang barang atau jasa jasa tertentu yang memerlukan kegiatan penyaluran

6
Jurnal Kajian Ekonomi dan Perbankan.

6
atau distribusi dari produsen ke konsumen agar konsumen mudah untuk
mendapatkanya.
c. Tercapainya pemerataan produksi.
d. Menjaga kesinambungan produksi. Produsen atau perusahaan membuat barang
dengan tujuan dijual untuk memperoleh keuntungan. Dari hasil penjualan tersebut
dapat digunakan.7
6. Nilai-Nilai Distribusi Ekonomi Islam
Islam mengarahkan mekanisme berbasis spiritual dalam pemeliharaan
keadilan sosial pada setiap aktifitas ekonomi. Latar belakangnya karena
ketidakseimbangan distribusi kekayaan adalah hal yang mendasari hampir semua
konflik individu maupun sosial. Upaya pencapaian manusia akan kebahagiaan akan
sulit dicapai tanpa adanya keyakinan pada prinsip moral dan sekaligus kedisiplinan
dalam mengimplementasikan konsep moral tersebut. Qardhawi menjelaskan bahwa
distribusi dalam ekonomi Islam didasarkan pada dua nilai manusiawi yang sangat
mendasar dan penting yaitu:
a. Nilai kebebasan
Islam menjadikan nilai kebebasan sebagai faktor utama dalam distribusi
kekayaan adalah persoalan tersebut erat kaitannya dengan keimanan kepada Allah
dan mentauhidkanNya, dan karena keyakinanya kepada manusia.Tauhid
mengandung makna bahwa semua yang ada di dunia dan alam semesta adalah
berpusat pada Allah. Maka hanya kepada Allah saja setiap hamba melakukan
pengabdian, Dia-lah yang menentukan rezki dan kehidupan manusia tanpa
seorangpun bisa mengaturnya. Siapa saja yang mengatakan bahwa dia bisa
memberikan rezki pada orang lain maka berarti orang tersebut telah sombong dan
melanggar otoritas Tuhan.Sesungguhnya kebebasan yang disyari’atkan oleh Islam
dalam bidang ekonomi bukanlan kebebasan mutlak yang terlepas dari setiap
ikatan.Tapi ia adalah kebebasan yang terkendali, terikat dengan nilai-nilai
“keadilan” yang diwajibkan oleh Allah. Hal itu karena tabiat manusia ada
semacam kontradiksi yang telah diciptakan Allah padanya untuk suatu hikmah
yang menjadii tuntutan pemakmuran bumi dan keberlangsungan hidup. Di antara
tabi’at manusia yang lain adalah bahwa manusia senang mengumpulkan harta
sehingga karena saking cintanya kadang-kadang keluar dari batas kewajaran.

7
Jurnal Kajian Ekonomi dan Perbankan

7
b. Nilai Keadilan
Keadilan dalam Islam bukanlah prisnip yang sekunder. Ia adalah cikal
bakal dan fondasi yang kokoh yang memasuki semua ajaran dan hukum Islam
berupa akidah, syari’ah dan akhlak (moral). Keadilan tidak selalu berarti
persamaan. Keadilan adalah keseimbangan antara berbagaii potensi individu baik
moral ataupun materil. Ia adalah tawazun antara individu dan komunitas., antara
suatu komunitas dengan komunitas lain. Jadi yang benar adalah keadilan yang
benar dan ideal adalah yang tidak ada kezaliman terhadap seorang pun di
dalamnya. Setiap orang harus diberi kesempatan dan sarana yang sama untuk
mengembangkan kemampuan yang memungkinkannya untuk mendapatkakan hak
dan melaksanakann kewajibannya termasuk dalam distribusi pendapatan dan
kekayaan.Dalam pemahaman sistim distribusi Islami adapat dikemukakan 3 poin,
yaitu:
1) Terjaminnya pemenuhan kebutuhan dasar semua orang
2) Kesederajatan atas pendapatan setiap personal, tetapi tidak dalam pengertian
kesamarataan
3) Mengeliminasi ketidaksamarataan yang bersifat ekstrim atas pendapatan dan
kekayaan individu.8
7. Keadilan dalam Distribusi dan Campur Tangan Negara
Sebelum kami membahas tentang konsep distribusi dan keadilan, kiranya
perlu kami kemukakan disini bagaimana konsep distribusi itu sendiri dalam
pandangan kapitalisme maupun sosialisme. Kaum sosialisme mengecam masyarakat
kapitalis karena didalam masyarakat kapitalis, kekayaan dan kemewahan hanya
dikuasai oleh sekelompok orang saja, sedangkan mayoritas masyarakatnya adalah
masyarakat miskin. Zarqa mengemukakan bahwa hal yang mendorong dibolehkannya
kepemilikan adalah investasi yang pasti dari pengelolaan SDA, peningkatan
produktifitas dan usaha untuk memperoleh keuntungan. Selain itu, kami juga
mencoba untuk "menyepadankan" barang tambang tersebut dengan "air".
Mayoritas ahli hukum berpendapat bahwa merugikan masyarakat dalam
sistem kapitalis. Pada dasarnya, kritik kaum sosialis terhadap kapitalis tidak dapat
disalahkan, akan tetapi mereka "memerangi" kebathilan dengan hal yang lebih bathil.
Dimana mereka yang bersandarkan pada kekuasaan sbsialisme melakukan kegiatan

8
Lukman Hakim, “Ihtikar Dalam Permasalahannya Dalam Perspektif Hukum Islam”, Jurnal Darussalam, Vol.
VII, h.327

8
monopoli yang lebih buruk dan lebih parah dari monopoli kapitalisme. Hal ini terlihat,
dimana monopoli negara yang menguasai semua sarana produksi seperti tanah,
pabrik, ladang pertambangan dan sebagainya. Bahkan dalam sosialisme terdapat
jurang perbedaan dalam soal upah, dimana pada tahun 1962 upah tersebut mencapai
perbandingan (1-50), yaitu : gaji tertinggi sama dengan lima puluh kali lipat dari gaji
kecil di Rusia. Tepat kiranya, jika kemudian kami katakarr (terlepas dari unsur
"normatif) bahwa islam benarbenar nadir sebagai agama yang penuh rahmat dan
barakah. Hal ini terlihat dari konsep ekonomi Islam yang sama sekali mengharamkan
riba.9
Harta yang beredar dikalangan umat islam benar-benar diharapkan menjadi
harta yang "bersih", dan lebih membawa "pengguna" harta tersebut pada nilai ibadah
kepada Allah SWT. Berbicara masalah perbedaan ekonomi, maka Mahfooz Ahmad
coba menawarkan beberapa solusi (menurut ajaran Islam) yang beliau yakini mampu
memecahkan permasalahan dari perbedaan-perbedaan dalam aktifitas ekonomi yang
ada. Adapun solusi yang ditawarkan' tersebut, diantaranya dikemukakan bahwa
keadilan distribusi dalam islam tidak hanya terbatas pada konsep teori saja akaii tetapi
harus diimplikasikan perwujudannya terhadap seluruh lingkungan hidup. Selain itu,
keadilan dalam distribusi haruslah bersifat fleksibel dalam kerangka kebijakan yang
fundamental guna memecahkan masalah ketidak-merataan dan ketidak-adilan.
Senada dengan uraian diatas, maka Qardlawi secara gamblang
menggambarkan tentang bagaimana konsep keadilan yang sesuai dengan ajaran islam.
Hal ini terlihat diantara beberapa pembahasan yang ia kemukakan dimana, maksud
dari keadilan itu diantaranya : keterpautan antara manusia dalam pendapatan yang
berdasarkan unsur kesetiakawanan sosial (takaful) yang menyeluruh. Hal ini
disebabkan adanya prinsip keadilan yang disodorkan islam melalui kewajiban pada
masyarakatnya untuk tidak membiarkan kaum yang lemah hingga mereka tidak
merasa sebagai kaum yang terinjak-injak. Yang selanjutnya terdapat pula kewajiban
bagi masyarakat muslim untuk membimbing kaum yang lemah, hingga mereka
menjadi orang-orang yang kuat dan mandiri. Terlepas dari beberapa uraian diatas,
Zarqa mengemukakan beberapa aksioma dalam distribusi islam. Adapun aksioma
distribusi tersebut meliputi:

9
Yusuf.Qordowi. Daurul Qiyam wa al-Akhlaq fi al-Iqdshad al-Islami, (Peran Nilai danMoral dalam
Perekonomian Islam), terj. Didin Hafidhuddin dkk, (Jakarta: Robbani Press, 1997), h. 67

9
a. Seluruh masyarakat bekerjasama dalam mengelola sumber kekayaan alam yang
dimiliki oleh negara.
b. Seluruh masyarakan bekerjasama dalam mengelola dan meningkatkan kekayaan
publik.
c. Sumber-sumber yang tersedia bagi masyarakat muslim bukan merupakan usaha
khusus dari setiap orang dan tidak diatur dari kepemilikan aset pribadi, akan tetapi
ditentukan oleh "undang-undang" fa'i serta dibebankan kepada perbendaharaan
publik. Masyarakat kemungkinan mengurangi sumber pendapatan pribadi dari
sebuah kelompok yang disalurkan melalui fa'i. Adapun pengurangan tersebut,
seperti: resiko buruh dan peningkatan biaya pendapatan.
Wakaf dianjurkan kepada mereka yang memiliki keuntungan yang besar,
sehingga dapat memulihkan "kondisi ekonomi" masyarakat. Perbedaan bentuk
asuransi sosial haruslah didukung dan diakui untuk membantu individu yang
mengalami kerugian karena adanya musibah yang menimpa. Perbendaharaan publik
menjamin masyarakat yang berpendapatan minimum, ataupun pada orang yang tidak
dapat mencapai pendapatan setingkat (minimum) itu. Kebijakan ekonomi sangatlah
dianjurkan guna mengurangi perbedaan (ketidak-merataan) dalam distribusi.10
Hendaknya suatu negara atau pemerintahan lebih mengutamakan
kesempatankerja serta mewajibkan kerja bagi masyarakat yang sanggup
melaksanakannya. Hal ini lebih cenderung merujuk pada pendapat yang menyatakan
bahwa islam mendorong atau menganjurkan usaha seseorang untuk bekerja, makan
(berkonsumsi) dengan menggunakan hasil jerih payahnya sendiri serta tidak
mengambil shadaqah yang bukan haknya. Pemberlakuan undang-undang bagi suatu
negara sangatlah diharapkan guna "mengurangi" kezhaliman serta mewujudkan
larangan pada persaingan yang tidak sehat dalam lembaga-lembaga islam dan
hendaknya pemerintahan tersebut melakukan persamaan hak dan kesempatan bagi
masyarakatnya guna menghambat (jika tidak ingin dikatakan "menghapus")
berlanjutnya kemiskinan. Adalah hal yang memungkinkan bagi suatu negara untuk
memegang prinsip jaminan kebutuhan pokok berdasarkan tanggungjawab hukum
yang berlaku. Misalnya : prinsip zakat yang didalamnya mencakup proses pendapatan
dan pengeluaran yang relevan dengan kondisi modern. Hendaknya suatu negara
memiliki suatu "strategi" khusus guna meningkatkan pendapatan dan pendistribus.ian

10
Yusuf Qardawi, Op. Cit., h. 26

1
kekayaan negara, dibidang ekonomi.Negara diharapkan dapat "mengeluarkan" suatu
peraturan yang kekayaan masyarakatnya selain dalam bentuk zakat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Hendaknya (baca : seharusnya) "peredaran" kekayaan negara
hanya berkisar pada pemerintah semata, melainkan rakyat ".masyarakatpun berhak
untuk "merasakan" kekayaan negara yang m'11 Beberapa uraian diatas, kiranya sesuai
dengan apa yang dikemukakan oleh An Nabhani, yang menyatakan bahwa milik
adalah harta yang merupakan hak seluruh kaum muslimin, yang pengelolaannya
merupakan hak khalifah.
Sehingga terjadi kepatuhan" masyarakat pada suatu negara dalam memiliki
kekayaannya. Beberapa uraian diatas, kiranya cukup memberikan pada kita akan
pentingnya peran pemerintah dalam meningkrt kesejahteraan masyarakatnya. Adapun
masyarakat, hendaknya mendukung usaha pemerintah dalam meningkatkan kekaya;"'
pendapatan negaranya, sehingga terciptalah apa yang seiinu istilahkan dengan
masyarakat yang adil dan makmur yang baik tersebut, tentunya "team work" tersebut
lebih mengajarakan nilai-nilai Islam. Adapun objek-objek syari'ah dalam distribusi
sebagai mana dikemukakan oleh Ahmad, meliputi : Memuaskan kebutuhan-
kebutuhan seluruh makhluk tniiian utama dari pembayaran transfer yang oleh syari'ah
dan dapat diaplikasikan kepada seluruh umat manusia, mungkin juga terhadap hewan
Menumbuhkan dampak positif dalam diri penderma, tujuan ini tidak pernah terpikir
oleh para ekonom. Kecuali jika ia memahami al-Qur'an dan aturan-aturan syari'ah.
Menciptakan kebaikan atau perbuatan baik diantara masyarakat.Mengurangi
perbedaan dalam distribusi pendapatan dan kekayaan. Pemanfaatan yang lebih baik
akan sumber daya alam yang dihasilkan oleh suatu negara. Menganjurkan seseorang
untuk bermurah hati, dimana seseorang atau masyarakat (khususnya muslim) lebih
tertarik untuk menjadi penderma.
8. Peran Negara dalam Distribusi Ekonomi Islam
Peran negara yang paling utama sangat erat kaitannya dengan politik ekonomi
Islam. Politik ekonomi adalah tujuan yang ingin dicapai oleh hukum-hukum yang
dipergunakan untuk memecahkan mekanisme pengaturan berbagai urusan manusia.
Politik ekonomi dalam Islam adalah menjamin terealisasinya pemenuhan semua
kebutuhan primer (basic needs) setiap orang secara menyeluruh, berikut kemungkinan
dirinya untuk memenuhi kebutuhankebutuhan sekunder dan tersiernya, sesuai dengan
kadar kesanggupannya sebagai individu yang hidup dalam sebuah masyarakat yang

1
memiliki gaya hidup (life style) tertentu.11 Dengan demikian, Islam memandang
setiap orang secara individual, bukan secara kolektif sebagai komunitas yang hidup
dalam sebuah negara. Pertama, Islam memandang setiap orang sebagai manusia yang
harus dipenuhi semua kebutuhan primernya secara menyeluruh. Kedua, Islam
memandang manusia sebagai individu tertentu yang berpeluang untuk memenuhi
kebutuhankebutuhan sekundernya sesuai dengan kadar kemampuannya. Pada saat
yang sama Islam memandang manusia sebagai orang yang terikat dengan sesamanya
dalam suatu interaksi yang berlangsung secara khas sesuai dengan gaya hidup yang
juga khas.
9. Distribusi Kekayaan menurut Islam
Sistem distribusi dalam pandangan ekonomi Islam harus didasarkan pada
prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam, diantaranya adalah kebebasan individu, adanya
jaminan sosial, larangan menumpuk harta dan distribusi kekayaan yang adil.
Mekanisme distribusi kekayaan dalam ekonomi islam. Pemerintah berperan dalam
mekanisme ekonomi, yang secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi tiga
bagian yaitu pertama, peran yang berkaitan dengan implementasi nilai dan moral
Islam; kedua, peran yang berkaitan dengan teknis operasional mekanisme pasar;
ketiga, peran ini mengacu pada konsep alhisbah pada masa Rasulullah sebagai
lembaga khusus yang berfungsi untuk mengontrol pasar dari praktek-praktek yan
menyimpang. Dengan ketiga peran ini diharapkan akan mampu mengatasi berbagai
persoalan ekonomi karena posisi pemerintah tidak hanya sekedar sebagai perangkat
ekonomi, tetapi juga memiliki fungsi religius dan sosial.
10. Akibat Distribusi Macet
a. Ketidakmerataan Ditribusi Pendapatan
Upaya untuk memeratakan pembangunan dan hasil-hasilnya baru tampak
nyata sejak Pelita III, manakala strategi pembangunan secara eksplisit diubah
dengan menempatkan pemerataan sebagai aspek pertama dalam trilogi
pembangunan, yang dikenal dengan kebijaksanaan delapan jalur pemerataan yang
meliputi:
1) Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak, khususnya pangan,
sandang, dan perumahan.
2) Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan
11
Taqiyuddin An-Nabhani, Peraturan Hidup dalam Islam, Terjemahan: Abu Amin, dkk, Tim HTI Press,
(Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia, 2013), h. 153

1
3) Pemerataan pembagian pendapatan
4) Pemerataan kesempatan kerja
5) Pemerataan kesempatan berusaha
6) Pemerataan kesempatan berpatisipasi dalam pembangunan, khususnya bagi
generasi muda dan kaum wanita
7) Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air.
8) Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.
Dalam kaitan khusus dengan pemerataan pembagian pendapatan (jalur
ketiga), kita dapat memilih tinjauan permasalahannya dari tiga segi yaitu:
1) Pembagian pendapatan antarlapisan pendapatan masyarakat.
2) Pembagian pendapatan antardaerah, dalam hal ini antara wilayah perkotaan
dan wilayah pedesaan.
3) Pembagian pendapatan antarwilayah, dalam hal ini antarpropinsi dan
antarkawasan.
b. Ketidakmerataan Pendapatan Nasional.
Distribusi atau pembagian pendapatan antarlapisan pendapatan masyarakat
dapat ditelaah dengan mengamati perkembangan angka-angka Rasio Gini.
Dimana Rasio Gini atau Indeks merupakan suatu koefisien yang berkisar dari
angka 0 hingga 1 yang menjelaskan kadar kemerataan (ketimpangan) distribusi
pendapatan nasional semakin kecil (semakin mendekati nol) koefisiennya,
pertanda semakin baik atau merata distribusi. Di lain pihak, koefisien yang kian
besar (semakin mendekati satu) mengisyaratkan distribusi yang kian timpang atau
senjang. Koefisien Gini itu sendiri, perlu dicatat, bukanlah merupakan indikator
paling ideal tentang ketidakmerataan (ketimpangan, kesenjangan) distribusi
pendapatan antarlapisan, Namun setidak-tidaknya cukup memberikan gambaran
mengenai kecenderungan umum dalam pola pembagian pendapatan.
c. Ketidakmerataan Pendapatan Spasial
Ketidakmerataan distribusi pendapatan antarlapisan masyarakat bukan saja
berlangsung secara nasional. Akan tetapi hal itu juga terjadi secara spasial atau
antardaerah, yakni antara daerah perkotaan dan daerah pedesaan. Dilihat dengan
perspektif distribusi relatif, pembagian pendapatan di kalangan penduduk
perdesaan bahkan jauh lebih baik dibandingkan saudara-saudara mereka yang
tinggal di daerah perkotaan. Porsi pendapatan yang dinikmati oleh lapisan 40 %
masyarakat berpendapatan terendah di desa senantiasa meningkat dari tahun ke

1
tahun. Tidak demikian halnya di kalangan orang-orang kota. Ketidakmerataan
pendapatan yang berlangsung antardaerah tidak hanya dalam hal distribusinya,
tapi juga dalam hal tingkat atau besarnya pendapatan itu sendiri. Hal ini dapat
dilihat dengan cara membandingkan persentase penduduk perdesaan terhadap
penduduk perkotaan untuk tiap-tiap golongan pendapatan. Porsi penduduk
perdesaan yang berada pada rentang pendapatan lapis bawah lebih besar daripada
porsi penduduk perkotaan. Sebaliknya, pada rentang pendapatan lapis atas, porsi
perdesaan lebih kecil.
d. Ketidakmerataan Pendapatan Regional
Secara regional atau wilayah, berlangsung pula ketidamerataan distribusi
pendapatan antarlapisan masyarakat. Bukan hanya itu, diantara wilayah-wilayah
di Indonesia bahkan terdapat ketidakmerataan tingkat pendapatan itu sendiri. Jadi,
dalam perspektif antarwilayah, ketidakmerataan terjadi dalam hal tingkat
pendapatan masyarakat antar wilayah yang satu dengan wilayah yang lain,
maupun dalam hal distribusi pendapatan di kalangan penduduk masing-masing
wilayah.(region).
B. Sirkulasi dalam Islam
1. Kegiatan Pelayanan Sirkulasi
Setiap perpustakaan tentu punya kebijakan yang berbeda-beda. Namun
kegiatan pelayanan sirkulasi hampir sama semua, antara lain sebagai berikut:
a. Membuat peraturan mengenai pemakaian atau peminjaman koleksi,misalnya yang
mengatur; a. Siapa saja yang boleh memakai fasilitas perpustakaan. b. Syarat-
syarat apa saja. c. Hak-hak apa saja. d. Lamanya jangka waktu peminjaman. e.
Banyaknya koleksi pustaka yang boleh dipinjam keluar oleh setiap orang/anggota.
f. Sanksi-sanksi bila terlambat mengembalikan pinjaman pustaka ataupun jika
terjadi pelanggaran terhadap tata tertib atau peraturan perpustakaan.
b. Membuat pengumuman tentang pendaftaran anggota perpustakaan (pemakai
fasilitas perpustakaan).
c. Melakukan pendaftaran peminat yang akan menjadi anggota perpustakaan
(pemakai fasilitas perpustakaan). Memperoleh kartu-kartu keanggotaan
perpustakaan.
2. Norma-Norma Sirkulasi dalam Islam
a. Menegakkan larangan memperdagangkan barang-barang haram. Norma pertama
yang ditekankan Islam adalah larangan mengedarkan barang-barang haram, baik

1
dengan cara membeli, menjual, memindahkan, atau cara apa saja untuk
memudahkan peredarannya. “Allah melaknat khamr (minuman keras),
peminumnya, penyajinya, penjualnya, penyulingnya, pembawanya, dan pemakan
hartanya”.
b. Bersikap benar, amanah, dan jujur. Benar adalah ruh keimanan, ciri utama orang
mukmin, dan ciri para Nabi. Tanpa kebenaran agama tidak akan tegak.
Sebaliknya, bohong dan dusta adalah ciri orang munafik. Bencana terbesar di
pasar pada saat ini adalah meluasnya tindakan dusta dan batil, misalnya
berbohong dalam mempromosikan barang dan menetapkan harga. Oleh karena itu,
salah satu karakter pedagang yang terpenting dan diridhai oleh Allah adalah
kebenaran. Sebagaimana Hadith : “Pedagang yang benar dan terpercaya
bergabung dengan para Nabi, Orang-orang benar (shiddiqin), dan para syuhada”. 12
Selain benar, karakter yang harus dimiliki pedagang adalah amanah. Amanah
adalah mengembalikan hak apa saja kepada pemiliknya, tidak mengambil sesuatu
melebihi haknya, dan tidak mengurangi hak orang lain. Allah berfirman ;
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang
berhak menerimanya” Karakter lain yang harus dimiliki pedagang adalah sifat
jujur. Seorang pedagang harus berlaku jujur dilandasi oleh keinginan agar orang
lain mendapatkan kebaikan sebagaimana ia menginginkan dengan cara
menelaskan cacat barang dagangan yang ia ketahui dan yang tiak terlihat oleh
pembeli. Dalam sebuah Hadith diterangkan, “Muslim itu adalah saudara muslim
yang lain, tidak halal bagi seorang muslim, apabila ia menjual dagangan kepada
saudaranya, dan menemukan cacat, kecuali ia menerangkannya.”
c. Menegakkan keadilan dan mengharamkan bunga. Menurut islam, adil merupakan
norma paling utama dalam seluruh aspek perekonomian. Hal ini dapat kita
tangkap dari pesan al-Qur’an yang menjadikan adil sebagai tujuan agama samawi.
Bahkan adil merupakan salah satu asma Allah. ikan Kebalikan dari sifat adil
adalah zalim. Allah mengutuk orang-orang yang zalim, sebagaimana firmanNya :
“Ingatlah kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim”. Hal lain yang
harus dihindari dalam perdagangan adalah riba. Riba adalah memakan harta orang
lain tanpa jerih payah dan resiko, kemudahan yang diperoleh orang kaya di atas

12
HR. Tirmidzi, No.1130.

1
kepedihan orang miskin, serta merusak semangat manusia untuk bekerja mencari
uang. Islam secara jelas melarang riba.
d. Menerapkan kasih sayang dan mengharamkan monopoli. Kasih sayang dijadikan
Allah sebagai lambang dari risalah Muhammad SAW. Firman Allah “dan tidaklah
Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam”. Nabi
sendiri menyifati dirinya dengan kasih sayang. “Saya adalah seorang yang
pengasih dan mendapat petunjuk”.Islam ingin menegakkan kasih sayang di pasar.
Manusia yang besar menghormati yang kecil, yang kuat membantu yang lemah,
yang bodoh belajar kepada yang pintar, dan seterusnya. Islam tidak menginginkan
pasar seperti pada kaum kapitalis, yang memandang pasar sebagai rimba. Di sana,
yang kuat menerkam yang lemah, yang mempunyai modal memeras dan
mengeksploitasi yang lemah.Selain itu, islam juga melarang monopoli. Monopoli
adalah keadaan pasar barang tertentu yang penawarannya dikuasai oleh seorang
atau sekelompok penjual yang menguasai atau menentukan tingkat harga atau
jumlah barang atau jasa. Monopoli sangat merugikan pasar, sebab tidak ada pihak
yang mengontrol harga barang, sehingga pihak pemonopoli bebas menentukan
harga. Ini menimbulkan harga yang tidak realistis, dan pada akhirnya akan
merusak pasar.13
e. Menegakkan toleransi dan persaudaraan. Jabir bi Abdullah meriwayatkan bahwa
Nabi SAW bersabda, “Allah mengasihi hambaNya yang toleran ketika menjual,
toleran ketika membeli, dan toleran ketika menuntut haknya (menagih hutang)”
f. Berpegang pada prinsip bahwa perdagangan adalah bekal menuju akhirat. Imam
al-Ghazali berkata, “tidak pantas bagi pedagang memfokuskan pandangannya
terhadap dunia dengan melupakan akhirat karena umurnya akan sia-sia dan
transaksinya akan merugi. Namun apa yang ditinggalkannya dari laba akhirat
tidak bisa dibandingkan dengan apa yang diperolehnya di dunia ini. Maka ia
membeli dunia dengan akhirat” Muadz bin Jabal berkata di dalam wasiatnya,
“Sesungguhnya wajib bagi kamu untuk memperhatikan bagianmu di dunia tanpa
mengabaikan perjalananmu menuju akhirat.14
C. Ayat-ayat Al-Qur’an atau Hadist Tentang Distribusi dan Sirkulasi
1. Ayat-ayat Al-Qur’an atau Hadits yang termasuk dalam distribusi dalam islam adalah:
a. Surah Az-Zariyat ayat 19
13
Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syari’ah, (Jakarta; Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. 157
14
Ibid., h. 192

1
˘ ¸ o ç ¹'o ¹ ¹ ç¸ a´ ¹˚
¸ ´
˚ a˚ ´' ¸ o˚ u˚ 'o

¹˘
Artinya: “Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak meminta”.

b. Surah Al-Hasyr ayat 7


‫َ س ِكٍي‬
ٔ ٰٗ ًَ ‫ٍي َْأ ِم ْ نقُ ٖ فَِههَّ ٔ س ٔ ٱ ْنقُ ْزَب ٰٗٔٱ ْنيَ َٰت‬ ّ ‫عهَ ٰٗ رسِٕنۦ‬ ُ ‫يآ أَفَآء ٱ‬
‫ّلل‬
ًَ ‫ٱ ْن‬ ‫ِن ِٖذ‬ ‫ِنه ِل‬ ‫َز ٱ‬
‫َّز‬
‫سٕل َفخ ُذ ٔ ٓ ٰى ُك ْى‬ ‫ءاَت ٰى ُك‬ ُِ ‫َب ْي ٍ ٱ‬
َ ‫غَيا ُي ُك‬ ‫ٗك َل َي ٌُٕك‬ ‫ٔ ٱ ٍْب سِبي‬
‫َيا‬ ‫ُى ٱن َّز‬ ٔ‫ٔدنَ ًۢت˝ ْْل ء ْى يٓا‬ ‫ٱن ِم‬

‫ّلل ش ِذي ُذ ٱ ْن ِعَقاب‬ َ ُٕ‫ع ُّْ فَٲَت ٓ ٕ˙ ٔ ٱتَّق‬


َ ‫ّلل ۖ ٌِ ٱ‬
‫˙ا ٱ‬ ‫ا‬
Artinya: “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya
(dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk
Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan
orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara
orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu,
maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya”.
c. Surat Al-Baqarah ayat 188
‫س ِبٲ ْ ِْل ْث ِى‬ ‫ٍي أَ ْي ٰ َٕ ِل‬ ‫ح َّكا ِو ِنَتأ زي‬ ‫ٔ ت ٓ ٓا َِٗن ٱ ْن‬ ِ ‫ٔ ََل َتأْ ُكهُ ٕٓ˙ ا أَ ْي ٰ ََٕن ُكى َب ْي‬
‫ٱنَُّا‬ ˝‫ُكهُٕ˙ ا ف ق‬ ‫ْذنُٕ˙ ا ب‬ ‫م‬ ‫ُكى ِبٲ ْن ٰب‬
‫ا‬
‫ط‬
ًٌُٕ َ‫ٔ أََُت ْى َت ْعه‬
Artinya: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain
di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian
daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu

1
mengetahui”.
d. Surat Al-Baqarah Ayat 261
‫س ي ˙اَئُت‬ ‫َُسا م ِٗف كم‬ ‫تأ س‬ ‫ٌ أ ٓ ْى سِبي ِم ّللِ ك ًََث ح‬ ُٕ‫يث م ٱنَ ٍ يُِفق‬
‫ًُُۢبَهت‬ ‫ب‬ ‫بًَۢ َتَت ْبع‬ َ ‫ِم ب‬ ‫ٱ‬ ِٗ ‫ف‬ ‫ْي ٰ َٕن‬ ‫ِذ ي‬
‫حبَّت ٔ ّٱ َ ف ِن ًٍ ي شٓا ٔ ٔس عِهي ٌى‬
َ َ
‫ّٱلل ع‬ ‫ء‬ ‫ُلل ي ض‬

‫ِع‬
Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat

1
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.
e. Surah An-Nisa Ayat 29
‫ض ي ٔ ََل‬ ‫عت‬ٍ ‫َل َتأْ ُكهُ ٕٓ˙ ا أَ ْي ٰ َٕنَ ُكى َب ْي ط ِم ِ َّ َٓل أٌَ ت ِت ٰ َج‬ ‫ءا‬ َ‫ٓ ا ٱ ن‬ ‫َيٓأَ ُّي‬
‫ُك ْى‬ ‫َزا‬ ٌ ˝‫ُك َزة‬ ‫ُكى ِبٲ ْن ٰب‬ ‫َ ُيٕ˙ ا‬ ‫ِذٍي‬

‫كٌا ب ُك رحيًا‬ ّ ٌِ ۚ ‫َت ْقُتهُ ٕٓ˙ ا أََف س ُك ْى‬


ِ
‫ْى‬ ‫ٱ ل‬
‫ل‬
َ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.
2. Ayat-ayat Al-Qur’an atau Hadits yang termasuk dalam sirkulasi dalam islam adalah:
a. Surah asy-syuara ayat 181-183
‫سزٍي‬ ‫ٔ ََل ت‬
‫ٍي ٱ ْنًخ‬ ‫أَ ْٔفُٕ˙ ا ٱ ْن َك‬
‫ُ َكُٕ˙ ا‬ ‫ْيم‬
‫سَُٕ˙ ا بٲ ْنقس ا س سَتِقي ِى‬
ِ ِ ٔ
ْ‫ٱ ًن‬
‫ْ س ِذٍي‬ ‫عث ْٕ˙ا ِٗف ٱ‬
َ ْ ‫َ َل َت‬ ْ ‫س˙ ا س شَيا‬ ٕ ‫ٔ ََل ت‬
‫ف‬ ٔ‫َْْل ْر‬ ‫ٱنَُّا أ ء‬ ‫ْبخ‬
‫ض‬ ‫ْى‬
‫ي‬
Artinya: “Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang
yang merugikan; Dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah
kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di
muka bumi dengan membuat kerusakan”.

1
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan distribusi harus menggunakan prinsip keadilan ekonomi.
Peran pemerintah dalam hal ini sangat menentukan, pemerintah melalui regulasi dan
kebijakan yang dibuat harus lebih berpihak pada kepentingan masyarakat.sedangkan
sirkulasi adalah pendayagunaan barang dan jasa melalui kegiatan jual beli dan simpan
pinjam melalui agen,koperasi,dan lain-lain,baik sebagai sarana perdagangan maupun
tukar-menukar barang.
Sirkulasi dalam Islam sangat fleksibel. Ia berbeda dengan ciri sosialis yang
menolak kebebasan pasar dan tidak sama dengan sistem kapitalis yang menganut pasar
bebas. Islam selalu berpegang pada asas kebebasan dalam tatanan mu’amalah, artinya
kebebasan pasar dibatasi oleh norma-norma syari’ah demi tercapai kemaslahatan ummat.
B. Saran
Kami pihak pemakalah menginginkan bahwa pembaca untuk bisa memberikan
komentar,nasihat dan pandangan untuk menjadikan kedepannya agar kedepannya kami
bisa membuat makalah ini dengan baik lagi.

2
DAFTAR PUSTAKA

Amin, dkk, Tim HTI Press, (Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia, 2013)
Assauri, Sofjan. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2000.
Chalil, Zaki Fuad. Pemerataan Distribusi Kekayaan Dalam Ekonomi Islam. Jakarta:
Erlangga, 2009.
Dan Moral dalam Perekonomian Islam), terj. Didin Hafidhuddin dkk., Robbani Press
Hakim, Lukman. "Ihtikar dan Permasalahannya Dalam Perspektif Hukum Islam."
Darussalam, 2016: 328.
Jakarta 1997.
Karim, Rusli (Ed.,). 1992. Berbagai Aspek Ekonomi Islam, Yogyakarta, Tiara Wacana.
Nasution, Mustafa Edwin. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010.
Nawawi, Ibn Mu'thi Muhammad Umar. Nihayah al-Zaini Fii Arsyadi al-Mubtadiin. Bierut:
Daar alKutub al-Ilmiyah, 2002.
Pass, Cristhopher, (dkk.). 1994. Dictionary of Economics (Kamus Lengkap Ekonomi), terj.
Tumpal Rumapea dan Posman Haloho, Jakarta, Erlangga.
Qardhawi, Yusuf. Norma dan Etika Ekonomi Islam. Jakarta: Gema Insani Press, 2000.
Rahman, Afzalur. 1995. Economic Doctrines of Islam (Doktrin Ekonomi Islam II), terj.
Soeroyo dan Nastangin, Yogyakarta, Dana Bhakti Wakaf.
Rahman, Afzalur. Doktrin Eknomi Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995.
Taqiyuddin An-Nabhani, Peraturan Hidup dalam Islam, Terjemahan: Abu
Yusuf.Qordowi. Daurul Qiyam wa al-Akhlaq fi al-Iqdshad al-Islami (Peran Nilai
Zarqa, Ahmad bin Muhammad Al. Syarh al-Qawaid al-Fiqhiyyah. Damaskus: Dar al Qalam,
1999.

Anda mungkin juga menyukai