Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

DISTRIBUSI ISLAM
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok 8 dalam
Mata kuliah : Pengantar Ilmu Ekonomi
Dosen pengampu : FAUZI ARIF LUBIS

Disusun oleh :
OK AGAM ADMAR (0502211030)
M. ZUHRI RAMADHAN (0502213126)
SAID DARIADI RAMADHAN (0502211014)

PRODI AKUNTANSI SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERAUTARA
2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji sukur kepada Allah yang masih memberikan kita begitu banyak
nikmat, sehingga masih dapat menjalankan tugas makalah ini dengan tepat waktu
dengan judul makalah “DISTRIBUSI ISLAM”.
Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Pengantar Ilmu Ekonomi . Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak FAUZI
ARIF LUBIS. selaku dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini kepada
kami sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami.

Disini kami meyadari bahwa makalah yang kami susun masih mempunyai
banyak kesalahan, disini kami menerima kritik dan saran untuk menjadikan
makalah ini lebih baik. Akhir kata, dengan selesainya makalah ini dapat
bermafaat bagi kita semua yang membacanya.

Medan, 21 may 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar ................................................................................................2


Daftar isi .........................................................................................................3
Bab I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ......................................................................................4
B. Rumusan masalah .................................................................................4
..............................................................................................................
C. Tujuan dan manfaat makalah ................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Distribusi ................................................................................5
B. Makna Distribusi dan Urgensinya..........................................................5
C. Prinsip Distribusi Dalam Ekonomi Islam...............................................7
D. Kontruksi keadilan distribusi ................................................................8
E. Kebijakan distribusi dalam system ekonomi islam ................................9
F. Mekanisme Distribusi Kekayaan dalam Ekonomi Islam .......................10
G. Konsep Moral dan Etika dalam Sistem Distribusi .................................13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pandangan tentang kegiatan ekonomi dalam Islam yaitu Distribusi tersirat dari
bahasan ekonomi sejarah islam mencatat bagaimana perkembangan peran kebijakan
fiskal dalam sistem ekonomi Islam mulai zaman awal Islam sampai kepada puncak
kejayaan Islam pada jaman pertengahan, seiring dengan kemunduran-kemunduran
dalam pemerintahan Islam yang ada waktu itu maka kebijakan fiskal islam tersebut
sedikit demi sedikit mulai ditinggal dan digantikan dengan kebijakan fiskal lainnya dari
sistem ekonomi yang sekarang kita kenal dengan sitem ekonomi konvensional.
Islam dengan tegas menggariskan kepada penguasa, untuk memenimalkan
kesenjangan dan etidakseimbangan distribusi. Pajak diterapkan atas kekayaan seseorang
untuk membantu yang miskin dan bentuk dari sistem perpajakan ini berkaitan dengan
salah satu prinsip pokok islam (zakat). Dengan demikian, tidak ada ruang bagi muslim
untuk melakukan tindak kekerasan dalam upaya melancarkan proses distribusi
pendapatan.
Untuk mengupas masalah Distribusi, penulis membuat makalah ini sengaja
sedikit menggambarkan tentang Distribusi dalam persepektif Islam dalam makalah
berjudul Distribusi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Definisi Distribusi
2. Apa Makna Distribusi dan Urgensinya
3. Apa saja Prinsip Distribusi Dalam Ekonomi Islam
4. Apa itu Konstruksi Keadilan Distribusi
5. Apa saja Kebijakan Distribusi dalam Sistem Ekonomi Islam
6. Bagaimana Mekanisme Distribusi Kekayaan dalam Ekonomi Islam
7. Bagaimana Konsep Moral dan Etika dalam Sistem Distribusi

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui Definisi Distribusi
2. Untuk mengetahui Definisi Makna Distribusi dan Urgensinya
3. Untuk mengetahui Prinsip Distribusi Dalam Ekonomi Islam
4. Untuk mengetahui Apa itu Konstruksi Keadilan Distribusi
5. Untuk mengetahui apa saja Kebijakan Distribusi dalam Sistem Ekonomi
Islam
6. Untuk mengetahui Bagaimana Mekanisme Distribusi Kekayaan dalam
Ekonomi Islam
7. Untuk mengetahui Bagaimana Konsep Moral dan Etika dalam Sistem
Distribusi

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Distribusi
Distribusi adalah suatu proses pembagian (sebagaian hasil penjualan produk) kepada
faktor-faktor produksi yang ikut menentukan pendapatan.distribusi pendapatan merupakan
permasalahan yang sangat rumit hingga saat ini masih sering dijadikan bahan perdebatan
antara ahli ekonomi karena tidaksamanya persepsi distribusi antara perekonomian
kapitalis,sosialis yang hingga saat ini belum bisa memberikan solusi yang adil dan merata
terhadap masalah pendistribusian pendapatan dalam masyarakat.untuk itu islam datang
memberikan prinsip dasar distribusi kekayaan dan pendapatan. 1

Sementara kekayaan (wealth) diartikan oleh winardi (1989) sebagai segala sesuatu yang
berguna dan digunakan oleh manusia. Istilah ini juga digunakan dalam arti khusus seperti
kekayaan nasional. Sloan dan zurcher mengartikan kekayaan sebagai obyek-obyek material,
yang ekstern bagi manusia yang bersifat : berguna, dapat dicapai dan langka. Kebanyakan
ahli ekonomi tidak menggolongkan dalam istilah kekayaan hak milik atas harta kekayaan,
misalnya saham, obligasi, surat hipotik karena dokumen-dokumen tersebut dianggap sebagai
bukti hak milik atas kekayaan, jadi bukan kekayaan itu sendiri.
Distribusi di tinjau dari segi kebahasaan berarti proses penyimpanan dan penyaluran
produk kepada pelanggan, diantaranya sering kali melalui perantara. (collins, 1994 : 162)
definisi yang dikemukakan collins di atas, memiliki pemahaman yang sempit apabila
dikaitkan dengan topik kajian di bahas. Hal ini disebabkan karena definisi tersebut
cenderung mengarah pada prilaku ekonomi yang bersifat individual. Namun dari definisi di
atas dapat di tarik suatu pemahaman, di mana dalam distribusi terdapat sebuah proses
pendapatan dan pengeluaran dari sumber daya yang dimiliki oleh negara (mencakup prinsip
take and give).
Adapun prinsip utama dalam konsep distribusi menurut pandangan islam ialah
peningkatan dan pembagian bagi hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat ditingkatkan,
sehingga kekayaan yang ada dapat melimpah dengan merata dan tidak hanya beredar di
antara golongan tertentu saja. (rahman, 1995 : 93)

B. Makna Distribusi dan Urgensinya


selaku praktisi ekonomi mendefinisikan distribusi sebagai salah satu sistem dan
manajemen yang bertujuan untuk mengambil alih hak atau membantu dalam mengalihkan
hak atas barang atau jasa supaya bisa berpindah secara efisien dari produsen ke konsumen.
Sistem dan manajemen tersebut bisa berbentuk badan (perusahaan) atau perorangan dan
juga bisa berasal dari pihak perusahaan sendiri atau dari luar perusahaan. Dalam ekonomi

1 Al-Hanif, Rifkky dkk. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Sinar Kurnia
5
konvensional, aktivitas distribusi biasa diartikan sebagai pergerakan barang dari
perusahaan manufaktur hingga ke pasar dan akhirnya barang tersebut siap dan bisa dibeli
oleh konsumen.
Dalam perspektif ekonomi, distribusi memiliki keterkaitan yang sangat luas karena bisa
mencakup pengaturan atas kepemilikan, unsur-unsur produksi, dan sumber-sumber
kekayaan perusahaan. Maka itu, distribusi sering menjadi permasalahan utama dalam
ekonomi karena memiliki hubungan erat dengan tingkat kesejahteraan suatu masyarakat. 2
Dari beberapa definisi distribusi yang melibatkan bidang-bidang tertentu, maka bisa
diketahui beberapa tujuan distribusi, yaitu adalah sebagai berikut:
1) Menyampaikan barang atau jasa dari produsen ke tangan konsumen (pengguna
akhir).
2) Mempercepat sampainya hasil produksi ke tangan konsumen.
3) Tercapainya pemerataan produksi.
4) Menjaga kontinuitas produksi.
5) Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi.
6) Meningkatkan nilai guna barang dan jasa.
7) Menciptakan nilai tambah dari produk melalui fungsi-fungsi pemasaran
sehingga bisa merealisasikan kegunaan dengan adanya produk tersebut melalui
manajemen tempat dan waktu.
8) Memperlancar arus saluran pemasaran atau marketing channel flow secara fisik
dan secara non fisik
9) Memperlancar arus kepemilikan
10) Memperlancar arus negosiasi, arus pembayaran, dan arus informasi
11) Memperlancar arus promosi dan arus pemasaran.
12) Memperlancar arus pendanaan dan arus penanggungan risiko.
13) Menentukan tujuan penjualan dalam menerapkan strategi pemasaran perusahaan.
14) Mengidentifikasi daya tarik penjualan untuk memaksimalkan pencapaian atas
tujuan penjualan.
15) Menentukan sumber daya manusia dan finansial yang paling tepat untuk
program penjualan.
16) Mengevaluasi kinerja program dan menyesuaikan program penjualan.

C. Prinsip Distribusi Dalam Ekonomi Islam


Prinsip produksi dan prinsip distribusi menjadi masalah ekonomi yang saling
berkaitan. Para ahli ekonomi Islam, secara prinsip berbeda pendapat dalam menentukan

2
simplidots, https://www.simplidots.com/tujuan-dan-fungsi-distribusi-dalam-penjualan/ ,
accessed on 23 may 2022

6
mana yang lebih penting dari keduanya. Dalam pembahasan sebelumnya, telah diuraikan
beberapa prinsip produksi yang terdiri atas penggunaan sumber daya yang efisien dan
ekonomis, penghindaran pemborosan, kualitas produksi, pelarangan produk yang
merugikan, minimalisasi kemewahan dan maksimalisasi kebutuhan dan kenyamanan.

Demikian halnya. dalam hal distribusi pekerjaan, pelaksanaannya diserahkan


sepenuhnya kepada manusia dengan syarat harus sesuai dengan prinsip keadilan,
persaingan sehat, dan kejujuran dalam menentukan bagian masing-masing.

Berbeda halnya dengan produksi dan distribusi pekerjaan sebagaimana


dijelaskan di atas. Prinsip distribusi dalam Islam, lebih menekankan pada aspek
distribusi yang dilakukan oleh individu dan redistribusi penghasilan. Bila pada konsep
produksi dan konsumsi, Islam lebih cenderung menjelaskan mengenai prinsip umum.
Dalam distribusi, Islam telah menentukan ketentuan yang lebih rinci, tidak diserahkan
pada putusan manusia secara pribadi. Bahkan, dalam beberapa hal, ketentuan distribusi
penghasilan telah ditetapkan secara rinci dan rigid.3

Perlu dicatat sejak awal bahwa Islam tidak menganggap mekanisme pasar
sebagai sesuatu yang sakral, meskipun secara umum Islam mendorongnya. Kapanpun
pasar gagal mencapai tujuan yang dianut oleh Islam, negara harus menggunakan
langkah-langkah korektif. Skema distribusi Islam mengikuti pendekatan kelembagaan.
Sejumlah aturan mengenai distribusi secara kelembagaan telah dibuat untuk mengurangi
ketimpangan dalam distribusi pendapatan dan kekayaan.

Skema distribusi Islam dicirikan oleh kepastian dan fleksibilitas. Dalam


pendekatan kelembagaannya, di satu sisi, ada beberapa langkah wajib yang memastikan
proses redistribusi permanen dalam perekonomian. Di sisi lain, terdapat sejumlah aturan
yang menganjurkan tindakan distribusi secara sukarela untuk melengkapi distribusi yang
sifatnya wajib. Selain itu, ada ketentuan tertentu yang memeriksa jalan yang menambah
ketidaksetaraan dan misi distribusi pendapatan dan kekayaan secara merata.

D. Konstruksi Keadilan Distribusi


Islam mengajarkan umatnya untuk berbuat adil dalam berbagai aspek. Demikian
pula dalam masalah distribusi, distribusi pendapatan merupakan permasalahan yang
sangat rumit, sehingga saat ini masih dijadikan bahan perdebatan antara ahli ekonomi.
Konsep Islam menjamin sebuah distribusi yang memuat nilai-nilai insani, yang

3
sw, Prinsip Distribusi Dalam Ekonomi Islam,sbeuk jurnal menejemen dan ekonomi, Sep 27, 2020
7
diantaranya dengan menganjurkan untuk membagikan harta lewat sadaqah, infaq, Zakat
dan lainnya guna menjaga keharmonisan dalam kehidupan social, Allah berfirman dalam
Al-Qur’an Al-Baqarah Ayat 261
ْ‫مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَ َتتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُل◌َ ةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَن‬
‫يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِ ٌع عَلِيم‬
Artinya:
perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya
di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia
kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui. (Albaqarah 261)
Dalam ayat diatas Allah SWT menegaskan tentang harta yang digunakan dalam
kepentingan social/kebajikan yang berhubungan dengan Agama Allah SWT baik yang
diperintahkan/diwajibkan oleh Allah SWT seperti nafkah, Zakat dll atau hanya karena
mengharapkan ridha Allah semata dengan menyisihkan sedikit harta seperti Infaq,
waqaf, dll. Dengan itu Allah SWT memberikan perumpamaan, seperti menanam satu
biji tanaman yang mengeluarkan dahan/ bercabang tujuh cabang, yang mana dalam
setiap dahan ada satu tangkai yang kemudian dalam satu tangkai terkandung didalamnya
seratus biji tanaman seperti yang ditanam pertama tadi. Seperti itulah sebuah pahala atau
ganjaran bagi siapapun yang bisa benar-benar ikhlas karena Allah SWT dengan
menyisihkan sebagian hartanya dijalan Allah (Diinillah) .
Sistem ekonomi yang berbasis Islam menghandaki bahwa dalam hal
pendistribusian harus berdasarkan dua sendi, yaitu sendi kebebasan dan keadilan
kepemilikan. Kebebasan disini adalah kebebasan dalam bertindak yang di bingkai oleh
nilai-nilai agama dan keadilan tidak seperti pemahaman kaum kapitalis yang
menyatakannya sebagai tindakan membebaskan manusia untuk berbuat dan bertindak
tanpa campur tangan pihak mana pun, tetapi sebagai keseimbangan antara individu
dengan unsur materi dan spiritual yang dimilikinya, keseimbangan antara individu dan
masyarakat serta antara suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Keberadilan
dalam pendistribusian ini tercermin dari larangan dalam al-Qur’an agar supaya harta
kekayaan tidak diperbolehkan menjadi barang dagangan yang hanya beredar diantara
orang-orang kaya saja, akan tetapi diharapkan dapat memberi kontribusi kepada
kesejahteraan masyarakat sebagai suatu keseluruhan.4
Sistem ekonomi Islam sangat melindungi kepentingan setiap warganya baik yang
kaya maupun yang miskin dengan memberikan tanggung jawab moral terhadap si kaya
untuk memperhatikan si miskin. Islam mengakui sistem hak milik pribadi secara
terbatas, setiap usaha apa saja yang mengarah ke penumpukan kekayaan yang tidak layak
dalam tangan segelintir orang dikutuk. al-Qur’an menyatakan agar si kaya mengeluarkan
sebagian dari rezekinya untuk kesejahteraan masyarakat, baik dengan jalan zakat,
sadaqah, hibah, wasiat dan sebagainya, sebab kekayaan harus tersebar dengan baik.

4
Wakid yusup, fiqih muamalah 47| keadilan distribusi dalam ejkonomi islam
,attarbiyah,26 feb 2017
8
E. Kebijakan Distribusi dalam Sistem Ekonomi Islam
Sistem ekonomi Islam merupakan sistem ekonomi yang terlahir dari sistem sosial
islami yang dapat memberikan solusi terhadap berbagai permasalahan yang ada dengan
kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada kemaslahatan dan menciptakan keadilan
dalam ekonomi umat. Begitu pula kebijakan distribusi dalam sistem ekonomi Islam
menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, sehingga pada konsep distribusi landasan penting
yang dijadikan pegangan yakni agar kekayaan tidak terkumpul hanya pada satu kelompok
tertentu saja (QS. al-Hasyr [59]: 7).

Islam mengarahkan mekanisme berbasis moral spiritual dalam pemeliharaan


keadilan sosial pada setiap aktivitas ekonomi. Latar belakangnya karena adanya
ketidakseimbangan distribusi pendapatan dan kekayaan (Khan, 2005). Adelman & Moris
(1973) dalam Arsyad (2004) mengemukakan ada delapan faktor yang menyebabkan
ketidakmerataan distribusi, yaitu:
a. Pertambahan penduduk yang tinggi sehingga menurunkan pendapatan per kapita;
b.Inflasi di mana pendapatan uang bertambah, tetapi tidak diikuti secara proporsional
c. dengan pertambahan produksi barang-barang;
d.Ketidakmerataan pembangunan antardaerah;
e. Investasi yang sangat banyak dalam proyek yang padat modal, di mana persentase
pendapatan modal dari tambahan harta lebih besar dibandingkan dengan persentase
pendapatan yang berasal dari kerja sehingga pengangguran bertambah;
f. Rendahnya mobilitas sosial;
g.Pelaksanaan kebijakan impor yang mengakibatkan kenaikan harga-harga barang
hasil industri untuk melindungi usaha-usaha golongan kapitalis;
h.Memburuknya nilai tukar bagi negara-negara berkembang dalam perdagangan
dengan negara-negara maju; dan
i. Hancurnya industri-industri kerajinan rakyat seperti industri rumah tangga.

Kebijakan distribusi yang diajarkan Islam sangat berkaitan dengan harta agar
tidak menumpuk pada golongan tertentu di masyarakat serta mendorong terciptanya
keadilan distribusi. Dalam konteks ini, pemerintah dituntut untuk tidak berpihak pada
satu kelompok atau golongan tertentu agar proses distribusi dapat berjalan dengan adil.
Upaya yang harus dilakukan pemerintah sebagai pemangku kebijakan distribusi ialah
menghapus sistem bunga (ribawi) yang hanya menguntungkan pihak yang bermodal
yang berakibat pada penumpukan harta pada golongan tertentu. Selain itu, sistem bunga
(ribawi) menyebabkan upaya dalam mengentaskan kemiskinan berjalan lambat. Di sisi
lain, pemerintah juga harus menjamin terciptanya keadilan dalam distribusi melalui
instrumen zakat, infak, sedekah, wakaf, waris, dan lain-lain untuk kepentingan
masyarakat luas.

9
Ketika kebijakan dalam menciptakan keadilan distribusi dapat terwujud, maka
akan terciptanya kondisi sosial yang adil di masyarakat. Kondisi sosial yang
memprioritaskan kesejajaran di tengah-tengah masyarakat yang ditandai dengan tingkat
kesejajaran pendapatan (kekayaan) dan kesejahteraan yang dapat dilihat dari
menurunnya tingkat kemiskinan secara absolut, adanya kesempatan yang sama pada
setiap orang dalam berusaha, dan terwujudnya aturan yang menjamin setiap orang
mendapatkan haknya berdasarkan usaha usaha produktifnya. Untuk itu, diperlukan peran
institusi seperti halnya pemerintah dan masyarakat. Peran kedua institusi tersebut
(pemerintah dan masyarakat) sangat dibutuhkan, karena kebijakan distribusi akan
teraplikasikan dengan baik ketika kedua institusi yang ada bekerja. 5

Langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pemahaman


yang sejelas-jelasnya kepada pemerintah dan masyarakat selaku institusi ekonomi bahwa
terciptanya keadilan ekonomi merupakan tanggung jawab bersama, bukan tanggung
jawab salah satu institusi. Ketika institusi tersebut bekerja, maka keadilan distribusi
dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat sehingga akan berdampak pada
meningkatnya pembangunan ekonomi suatu negara.

F. Mekanisme Distribusi Kekayaan dalam Ekonomi Islam


Masalah ekonomi terjadi apabila kebutuhan pokok (al-hajatu al-asasiyah) untuk
semua pribadi manusia tidak tercukupi. Dan masalah pemenuhan kebutuhan pokok
merupakan persoalan distribusi kekayaan. Dalam mengatasi persoalan distribusi tersebut
harus ada pengaturan menyeluruh yang dapat menjamin terpenuhi seluruh kebutuhan
pokok pribadi, serta menjamin adanya peluang bagi setiap pribadi masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan pelengkapnya6.
Dalam persoalan distribusi kekayaan yang muncul, islam melalui sistem ekonomi
islam menetapkan bahwa berbagai mekanisme tertentu yang digunakan untuk mengatasi
persoalan distribusi. Mekanisme distribusi yang ada dalam ekonomi islam secara garis
besar dikelompokan menjadi dua kelompok mekanisme, yaitu: mekanisme ekonomi dan
mekanisme nonekonomi.
1. Mekanisme Ekonomi
Mekanisme ekonomi adalah mekanisme distribusi dengan mengandalkan kegiatan
ekonomi agar tercapai distribusi kekayaan. Mekanisme ini dijalankan dengan cara
membuat berbagai ketentuan dan mekanisme ekonomi yang berkaitan dengan distribusi
kekayaan. Dalam menjalankan distribusi kekayaan, maka mekanisme ekonomi yang
ditempuh pada sistem ekonomi islam diantaranya manusia yang seadil-adilnya dengan
cara berikut:

5
Naerul Edwin Kiky Aprianto, Kebijakan Distribusi dalam Pembangunan Ekonomi Islam ,
Jurnal Hukum Islam, Vol. 14, No.2, Desember 2016

6
Haider Naqvi, Syed Nawab.Menggagas Ilmu Ekonomi Islam.Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2003
10
a) Membuka kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya sebab-sebab hak
milik (asbabu al-tamalluk ) dalam hak milik pribadi (al-milkiyah al-fardiyah).
b) Memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya pengembangan
hak milik (tanmiyatu al-milkiyah) melalui kegiatan investasi.
c) Laranagn menimbun harta benda walaupun telah dikeluarkan zakatnya.
d) Membuat kebijakan agar harta beredar secara luas serta menggalakkan berbagai
kegiatan syirkah dan mendorong pusat-pusat pertumbuhan.
e) Larangan kegiatan monopoli, serta berbagi penipuan yang dapat mendistorasi
pasar.
f) Larangan kegiatan judi, riba, korupsi pemberian suap dan hadiah kepada
penguasa.
2. Mekanisme Non-Ekonomi
Didukung oleh sebab-sebab tertentu yang bersifat alamiah, misalnya keadaan
alam yang tandus, badan yang cacat, akal yang lemah atau terjadi musibah bencana
alam, dimungkinkan terjadinya kesenjangan ekonomi dan terhambatnya distribusi
kekayaan kepada orang-orang yang memilki faktor-faktor tersebut. Dengan ekonomi
biasa, maka distribusi kekayaan tidak akan berjalan dengan baik karena orang-orang
yang memiliki hambatan yang bersifat alamiah tadi tidak dapat mengikuti aturan
kegiatan ekonomi secara normal sebagimana orang lain. Bila dibiarkan maka orang-
orang itu tergolong tertimpa musibah (kecelakaan, bencana alam dan sebagainya)
makin terpuruk secara ekonomi. 7 Oleh karena itu agar tercapai keseimbangan dan
kesetaraan ekonomi maka dapat dilakukan hal-hal berikut:
a. Pemberian negara kepada rakyat yang membutuhkan
Pemberian harta negara tersebut dengan maksud agar dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidup rakyat atau agar rakyat dapat memanfaatkan
pemilikan secara merata. Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat diberikan
secara langsung ataupun tidak langsung dengan jalan memberi berbagai sarana
fasilitas sehingga pribadi dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Mengenai berbagai pemenuhan kebutuhan hidup contohnya negara
memberi sesuatu kepada pribadi atau masyarakat yang mampu mngerjakan
lahan, maka negara akan memberikan lahan yang menjadi milik negara kepada
pribadi yang tidak mempunyai lahan tersebut atau negara memberikan harta
kepada pribadi yang mempunyai lahan tetapi tidak mempunyai modal untu
menegelolanya.

b. Zakat
Pemberian harta zakat yang dibayarkan oleh muzakki kepada mustahik
adalah bentuk lain dari mekanisme nonekonomi dalam hal distribusi zakat.
Zakat adalah ibadah yang dapat dilaksanakan oleh para muzakki. Dalam hal
ini, negara wajib memaksa siapapun yang termasuk muzakki untuk membayar
zakatnya.

7 Dwi Adinda, EKONOMI ISLAM, Unknown, Kamis, 24 November 2016

11
c. Warisan
Ketika mati orang meninggal itu tidak lagi memiliki hak apa-apa atas
badan dan hartanya. Sekalipun harta tersebut milik si mayit, tetapi ketika mati
ia tidak berhak memberikan kepada siapa saja sesuka dia. Wasiat menyangkut
harta kepada selain ahli waris hanya diperbolehkan paling banyak sepertiga
bagian saja. Dengan cara ini akan berlangsung peredaran harta milik mayit
kepada ahli warisnya. Dan ahli waris bisa mendapatkan harta tanpa melalui
ekonomi biasa.

d. Shadaqah
Dalam distribusi non ekonomi kita juga mengenal distribusi pendapatan
yang berada dalam konteks rumah tangga. Distribusi pendapatan dalam
konteks rumah tangga tidak lepas dari terminologi shadaqah. Pengertian
shadaqah disini bukan berarti sedekah dalam pengertian bahasa Indonesia.
Karena shadaqah dalam kontek terminologi Alquran dapat dipahami dalam
dua aspek, yaitu shadaqah wajibah yang berarti bentuk-bentuk pengeluaran
rumah tangga yang berkaitan dengan instrument distribusi pendapat berbasis
kewajiban. Untuk kategori ini bisa berarti kewajiban personal seseorang
sebagai muslim, seperti warisan dan bisa juga berarti keawajiban seorang
muslim dengan muslim yang lain. Kedua: shadaqah nafilah (sunnah) yang
berarti bentuk-bentuk pengeluaran rumah tangga yang berkaitan dengan
instrument distribusi pendapatan berbasis amal karikatif, sedekah.8

G. Konsep Moral dan Etika dalam Sistem Distribusi


Agar konsep ini dapat diimplementasikan secara nyata dalam sistem
pendistribusian, perlu dilakukan beberapa hal yaitu:
1. Mengubah pola pikir mindset dan pembelajaran islam, dari yang terfokus pada
tujuan materialistis kepada tujuan kesejahter- aan umum berbasis pembagian
sumber daya dan resiko yang berkeadilan, untuk mencapai kemanfaatan yang lebih
besar.
2. Keluar dari ketergantungan pihak lain. Hidup diatas kemam- puan pribadi maupun
sebagai bangsa, melaksanakan kewajiban financial sebagaimana yang ditunjukkan
al-Qur’an.
Nilai-nilai moral dalam bidang distribusi menurut Yusuf Qard- hawi antara lain:
a. Nilai kebebasan dan landasan keyakinan kepadanya Seeorang yang beriman kepada
Allah SWT tidak akan meram- pas kebebasan individu, tidak memperdayainya,
tetapi menghor- mati fitrah dan menjaga kemuliaan.
b. Hak milik pribadi adalah fenomena kebebasan yang pertama Kebebasan
menentukan bahwa setiap orang harus menanggung rsiko dari apa yang
dilakukannya dan mendapatkan keuntungan dari apa yang diusahakannya

8 Sholahuddin, Muhammad.Asas-Asas Ekonomi Islam. Jakarta: PT.Raja Grafindo. 2007


12
c. Warisan termasuk hak milik yang paling menonjol Didalam warisan terdapat
pemeliharaan mashlahat individu, ke- luarga dan masyarakat.
d. Nilai-nilai keadilan Yaitu sikap senantiasa dalam pertengahan. Diantara prinsip ke-
adilan adalah:
1) Membedakan manusia sesuai dengan keahlian dan usahanya
2) Pemerataan kesempatan
3) Memenuhi hak-hak pekerja
4) Takaful kesetiakawanan yang menyeluruh
5) Mendekatkan jurang perbedaan antara manusia
Islam menciptakan beberapa instrumen untuk memastikan keseimbangan pendapatan
di masyarakat seperti zakat infak shadaqah dan wakaf. Instrumen ini dikedepankan
dalam agar tercipta keseimbangan dalam perekonomian, karena tidak semua orang
mampu terlibat dalam proses ekonomi akibat cacat, jompo atau yatim piatu. Oleh
karenanya Allah itu melibatgandakan pahala orang yang menginfakkan hartanya dijalan
Allah. Dalam bahasan normatif di atas, akses etika ekonomi untuk pembahasan
mekanisme distribusi pendapatan atas hak kepeme- likan materi kekayaan dalam Islam
mencerminkan beberapa hal berikut:
a. Pemberlakuan hak kepemilikan individu pada suatu benda, tidak menutupi
sepenuhnya akan adanya hak yang sama bagi orang lain
b. Negara mempunyai otoritas kepemilikan atas kepemilikan indi- vidu yang tidak
bertanggung jawab terhadap hak miliknya
c. Dalam hak kepemilikan berlaku sistematika konsep takaful jaminan sosial
d. Hak milik umum dapat menjadi hak milik pribadi
e. Konsep hak kepemilikan dapat meringankan sejumlah kon- sekuensi hukum
syari’ah hudud
f. Konsep kongsi merujuk kepada sistem bagi hasil sesuai dengan kesepakatan
g. Ada hak kepemilikan orang lain dalam hak kepemilikan harta.
Kebutuhan merupakan alasan untuk mencapai pendapatan minimum. Kecukupan
memenuihi standar hidup yang baik meru- pakan hal yang paling mendasar dalam sistem
distribusi-redistribusi kekayaan. Walaupun setiap individu berusaha mencapai tingkat
me- mapan materi, tetap saja secara sunatullah selalu ada pihak yang sur- plus dan pihak
yang defisit. Karena ketidakseimbangan materi pada prinsipnya menciptakan
keseimbagan dalam kehidupan.
Agar ketidakseimbangan ini tidak menimbulkan persoalan sos- ial, Islam dengan
konsep moral dan etikanya yang tinggi dan melalui syari’atnya Zakat infak shadaqah dan
lain sebagainya menjadikan hubungan antara si defisit dan si surplus tersebut memiliki
hubun- gan saling ketergantungan sehingga menciptakan keharmonisan.
Mustafa Edwin Nasution dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Kencana Pre-
nada Media Group, Cetakan Kedua, Jakarta, 2007, hal 120 84 Jurnal Syariah Vol. 2, No.
1, April 2014 85 Konsep Distribusi dalam Islam Marabona Munthe, M.E. Sy. Inilah yang
disebut keseimbangan. Kemiskinan memang tidak bo- leh diberantas namun Islam
mengarahkan agar orang miskin dapat hidup secara layak. Menjadi fokus dalam sistem
distribusi Islam bukan pada Out- put namun proses distribusi itu sendiri. Jika pasar

13
mengalami kega- galan failure, maka konsep fastabiqul khairat mengarahkan semua
pelaku pasar dan perangkat kebijakan kepada proses redistribusi pendapatan. 9

9
Marabona Munthe, M.E. Sy, Konsep Distribusi dalam Islam, urnal SyariahVol. 2, No. 1,
April 2014

14
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Distribusi adalah suatu proses pembagian (sebagaian hasil penjualan
produk) kepada faktor-faktor produksi yang ikut menentukan
pendapatan.distribusi pendapatan merupakan permasalahan yang sangat
rumit hingga saat ini masih sering dijadikan bahan perdebatan antara ahli
ekonomi karena tidaksamanya persepsi distribusi antara perekonomian
kapitalis,sosialis yang hingga saat ini belum bisa memberikan solusi yang
adil dan merata terhadap masalah pendistribusian pendapatan dalam
masyarakat.untuk itu islam datang memberikan prinsip dasar distribusi
kekayaan dan pendapatan. Semua pribadi dalam masyarakat harus
memperoleh jaminan atas kehidupan yang layak. Atas dasar dapat kita lihat
beberapa tujuan ekonomi islam yaitu sebagai berikut:
1. Islam menjamin kehidupan tiap pribadi rakyat serta menjamin
masyarakat agar tetap sebagai sebuah komunitas yang mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya.
2. Islam menjamin kemaslahatan pribadi dan melayani urusan jamaah,
serta menjaga eksistensi negara dengan kekuatan yang cukup
sehingga mampu memikul tanggung jawab perekonomian negara.
3. Mendistribusikan harta orang kaya yang menjadi hak fakir miskin,
serta mengawasi pemanfaatan hak milik umum maupun negara.
4. Memberikan bantuan sosial dan sumbangan berdasarkan jalan Allah
agar tercapai maslahah bagi seluruh masyarakat.
5. Dalam menjalankan disrtibusi ada beberapa nilai yang ada
diantaranya: Akidah, Moral, Hukum Syariah, dan Keadilan.
Dalam persoalan distribusi kekayaan yang muncul, islam melalui sistem
ekonomi islam menetapkan bahwa berbagai mekanisme tertentu yang
digunakan untuk mengatasi persoalan distribusi. Mekanisme distribusi yang
ada dalam ekonomi islam secara garis besar dikelompokan menjadi dua
kelompok mekanisme, yaitu: mekanisme ekonomi dan mekanisme
nonekonomi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Marabona Munthe, M.E. Sy, Konsep Distribusi dalam Islam, urnal SyariahVol. 2, No.
1, April 2014
Sholahuddin, Muhammad.Asas-Asas Ekonomi Islam. Jakarta: PT.Raja Grafindo. 2007
Dwi Adinda, EKONOMI ISLAM, Unknown, Kamis, 24 November 2016
Haider Naqvi, Syed Nawab.Menggagas Ilmu Ekonomi Islam.Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2003
Naerul Edwin Kiky Aprianto, Kebijakan Distribusi dalam Pembangunan Ekonomi Islam
, Jurnal Hukum Islam, Vol. 14, No.2, Desember 2016
Wakid yusup, fiqih muamalah 47| keadilan distribusi dalam ejkonomi islam
,attarbiyah,26 feb 2017
sw, Prinsip Distribusi Dalam Ekonomi Islam,sbeuk jurnal menejemen dan ekonomi, Sep
27, 2020
simplidots, https://www.simplidots.com/tujuan-dan-fungsi-distribusi-dalam-penjualan/
, accessed on 23 may 2022
Al-Hanif, Rifkky dkk. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Sinar Kurnia

16

Anda mungkin juga menyukai