Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

DISTRIBUSI DALAM ISLAM


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Ekonomi Mikro
Islam
Dosen Pengampu: Ust. Supriadi, S.E.I., M.E

Oleh:

Yogi Al Jibran

20221708047

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH Al AMIEN PRENDUAN

SUMENEP MADURA

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat kepada kita semua, dari nikmat Iman, Islam, hidup, sehat, dan
masih banyak nikmat-nikmat yang lainya sehingga Al-Hamdulillah saya bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “Interpretasi Perbedaan Karya Tulis
Ilmiyah, Non-Ilmiyah dan Tidak Ilmiyah”.

Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Besar yakni
Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa agama islam dari kegelapan
menuju terang menderang.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak


kekurangan baik dari segi kata maupun tulisan dan saya berharap kepada pembaca
untuk meyiamak dan memperbaikinya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar belakang............................................................................................1

B. Rumusan masalah.......................................................................................1

C. Tujuan..........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 3

A. Definisi
Distribusi...................................................................................................2

B. Prinsip-prinsip Distribusi......................................................................... .6

C. Keseimbangan Distribusi Dalam


Islam................................................................8

BAB III PENUTUP...............................................................................................8

A. Kesimpulan..................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pandangan tentang kegiatan ekonomi dalam Islam yaitu Distribusi tersirat
dari bahasan ekonomi sejarah islam mencatat bagaimana perkembangan peran
kebijakan fiskal dalam sistem ekonomi Islam mulai zaman awal Islam sampai 
kepada puncak kejayaan Islam pada jaman pertengahan, seiring dengan
kemunduran-kemunduran dalam pemerintahan Islam yang ada waktu itu maka
kebijakan fiskal islam tersebut sedikit demi sedikit mulai ditinggal dan
digantikan dengan kebijakan fiskal lainnya dari sistem ekonomi yang sekarang
kita kenal dengan sitem ekonomi konvensional.
Islam dengan tegas menggariskan kepada penguasa, untuk memenimalkan
kesenjangan dan ketidakseimbangan distribusi. Pajak diterapkan atas kekayaan
seseorang untuk membantu yang miskin dan bentuk dari sistem perpajakan ini
berkaitan dengan salah satu prinsip pokok islam (zakat). Dengan demikian,
tidak ada ruang bagi muslim untuk melakukan tindak kekerasan dalam upaya
melancarkan proses distribusi pendapatan.
Untuk mengupas masalah Distribusi, penulis membuat makalah ini sengaja
sedikit menggambarkan tentang Distribusi dalam persepektif Islam dalam
makalah berjudul distribusi dalam islam.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan definisi distribusi ?
2. Apa prinsip-prinsip distribusi?
3. Apa itu keseimbangan distribusi dalam islam?
4. Apa itu kesejahteraan efesien dan keadilan dalam distribusi?

C. Tujuan
Adapun dibuatnya makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengertian
dari definisi distribusi menurut pandangan islam, mengetahui prinsip-prinsip
ditribusi juga keseimbangan distribusi dalam islam, dan kesejahteraan
efesien dan keadilan dalam distribusi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Distribusi
Pengertian distribusi diambil dari Bahasa Inggris dengan
istilah distribution yang berarti proses pengiriman barang dari satu pihak ke
pihak yang lainnya.Penyaluran barang dilakukan antar produsen terhadap
konsumennya.Bidang pengiriman ini memiliki fungsi yang sangat penting
bagi bisnis, khususnya untuk menjadi alat pemasaran.Hal itu disebabkan
karena akan memudahkan proses untuk menyampaikan produk dari produsen
terhadap konsumen, karena proses ini adalah penghubung dalam bidang
produksi dan konsumsi.
Tujuan yang paling utama adalah memindahkan barang dari satu tempat
ke tempat lain untuk memberikan jaminan bahwa keberlangsungan aktivitas
produksi berjalan dengan lancar sampai akhirnya barang yang selesai di
produksi dapat diterima oleh setiap konsumen yang membelinya.
Setelah mengetahui bahwa distribusi adalah proses penyampaian barang
dari produsen ke konsumen. Produsen mengirim barang dengan sistem yang
berbeda-beda. Tidak semua barang disampaikan secara langsung ke
konsumen seperti beberapa tipe di bawah ini:
a. Sistem dengan cara langsung
Sistem yang satu ini berartikan bahwa kegiatan untuk penyaluran barang
dilakukan secara langsung. Bisa dikatakan juga bahwa produsen juga
berperan sebagai distributor untuk memasarkan dan mengantarkan barangnya
ke konsumen. Hal ini dilakukan tanpa melibatkan pihak ketiga sama sekali.
Biasanya, proses distribusi ini mengharuskan perusahaan untuk
mempertimbangkan kembali jumlah investasinya. Setiap perusahaan juga
akan memiliki jumlah investasi yang berbeda-beda untuk menerapkan sistem
ini.
b. Sistem dengan cara tidak langsung
Yang kedua adalah sistem pendistribusian tidak langsung dengan
melibatkan

2
pihak ketiga. Biasanya, suatu produsen barang dan jasa akan menggunakan
perantara untuk kegiatan distribusinya.Baik dengan cara perorangan maupun
melibatkan perusahaan terkait.Pada praktiknya, perantara dalam bidang
pengantaran barang juga memiliki kualitas yang berbeda-beda.Setiap
perusahaan pasti memiliki jasa layanan pengantaran barang yang sudah
dipercayainya.Hal ini juga bergantung pada kemampuan dan modal
perusahaan produksi itu sendiri.
c. Sistem dengan cara intensif
Jenis distribusi yang lain adalah intensif yang pada praktiknya dilakukan
oleh produsen kepada retail. Nantinya, produsen atau perusahaan akan
mengirimkan produk kepada retail di berbagai lokasi. Akan tetapi, tidak
semua produk dapat menggunakan sistem pendistribusian yang satu ini.
Biasanya, beberapa perusahaan hanya akan menjual dengan sistem ini bagi
barang atau jasa yang mudah untuk terjual. Beberapa contohnya
seperti makanan dan minuman yang hanya membutuhkan sedikit cara untuk
menjualnya. Maka, pertimbangkan kembali jika kamu ingin mencoba
mengaplikasikannya.
d. Sistem dengan cara eksklusif
Pada dasarnya, distribusi adalah suatu cara untuk mencoba menjual
produk sebesar-besarnya. Jenis pendistribusian yang satu ini biasanya
dilakukan dengan kesepakatan antara kedua pihak, yakni pengecer dan penjual
produk. Contoh paling mudah yang bisa ditemukan adalah pendistribusian
handphone. Strategi untuk pengiriman dan penyampaian barang terhadap
konsumen ini cocok bagi penjual produk eksklusif. Lihat saja bagaimana
banyak perusahaan handphone ternama berhasil untuk menjual produknya saat
ini. Sampai akhirnya banyak konsumen yang mengenal produk mereka.1

B. Prinsip-prinsip Distribusi
Distribusi harta kekayaan yang merata dapat mewujudkan perekonomian
yang baik. Konsep perencanaan dan pengelolaan sistem distribusi akan
berjalan dengan baik, apabila memperhatikan prinsip-prinsip distribusi dalam
melaksanakannya. Adapun prinsip-prinsip distribusi dalam ekonomi islam

1
Friska, Pengertian Distribusi, Tujuan, Dan Jenis-jenisnya,
3
sebagai berikut:
a. Prinsip Keadilan dan Pemerataan
Keadilan dalam distribusi sebagai suatu kebebasan melakukan aktivitas
ekonomi yang berada dalam bingkai etika dan norma-norma Islam. Prinsip
keadilan dan pemerataan dalam distribusi mengandung makna. Pertama,
kekayaan tidak boleh dipusatkan pada sekelompok orang saja, tetapi harus
menyebar kepada seluruh masyarakat. Kedua, hasil-hasil produksi yang
besumber dari kekayaan nasional harus dibagi secara adil. Ketiga, Islam tidak
mengizinkan tumbuhnya harta kekayaan yang melampaui batas-batas yang
wajar apalagi jika diperoleh dengan cara yang tidak benar.
b. Prinsip Persaudaraan dan Kasih
Sayang Persaudaraan dan kasih sayang akan memperkuat persatuan dan
kesatuan umat Islam yang kadang-kadang mendapatkan hambatan dan
rintangan sehingga mereka dapat saja terpecah belah dan saling bermusuhan.
Prinsip persaudaraan dan kasih sayang tersebut tidak berarti bahwa umat
Islam tidak boleh melakukan aktivitas ekonomi dengan non Muslim. Islam
memperbolehkan umatnya bertransaksi dengan siapa pun asalkan sejalan
dengan prinsip-prinsip transaksi Islam tanpa membedakan agama, ras, dan
bangsa. Islam menganjurkan persaudaraan dan kasih sayang dalam distribusi
agar supaya umat Islam menjadi kuat, baik secara ekonomi, sosial, politik,
budaya, dan sebagainya.
b. Prinsip Solidaritas Sosial
Prinsip solidaritas sosial merupakan salah satu prinsip pokok dalam
distribusi harta kekayaan. Islam menghimbau adanya solidaritas sosia dan
menggariskan dan menentukannya dalam suatu sistem tersendiri seperti
zakat, sedekah, dan lain-lain. Prinsip solidaritas sosial dalam ekonomi Islam
mengandung beberapa elemen dasar, yaitu : (a) sumber daya alam harus
dinikmati oleh semua makhluk Allah, (b) adanya perhatian terhadap fakir
miskin terutama oleh orang-orang kaya, (c) kekayaan tidak boleh dinikmati
dan hanya beredar di kalangan orang-orang kaya saja, (d) adanya perintah
Allah untuk berbuat baik kepada orang lain, (e) umat Islam yang tidak punya
kekayaan dapat menyumbangkan tenaganya untuk kegiatan sosial, (f)
larangan berbuat baik karena ingin dipuji orang, (g) larangan memberikan
4
bantuan yang disertai dengan perilaku menyakiti, (h) distribusi zakat harus
diberikan kepada orang-orang yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an
sebagai pihak yang berhak menerimanya, (i) anjuran untuk mendahulukan
distribusi harta kepada orang-orang yang menjadi tanggungan kemudian
kepada masyarakat, (j) anjuran agar distribusi disertai dengan doa agar
tercapai ketenangan batin dan kestabilan ekonomi masyarakat, dan (k)
larangan berlebihan (boros) dalam distribusi ekonomi di kalangan
masyarakat.2

C. Keseimbanga Distribusi Dalam Islam


Distribusi pendapatan dalam Islam merupakan penyaluran harta yang
ada, baik dimiliki oleh pribadi atau umum (publik) kepada pihak yang berhak
menerima yang ditunjukan untuk meningkatkan kesejahteran masyarakat
sesuai dengan syariat. Fokus dari distribusi pendapatan dalam Islam adalah
proses pendistribusiannya. Secara sederhana bisa digambarkan, kewajiban
menyisihkan sebagian harta bagi pihak surplus (berkecukupan) diyakini
sebagai kompensasi atas kekayaannya dan di sisi lain merupakan insentif
(perangsang) untuk kekayaan pihak defisit (berkkekurangan).
Titik berat dalam pemecahan permasalahan ekonomi adalah bagaimana
menciptakan mekanisme distribusi ekonomi yang adil di tengah masyarakat.
Distribusi dalam ekonomi Islam mempunyai makna yang lebih luas mencakup
pengaturan kepemilikan, unsur-unsur produksi,dan sumber-sumber kekayaan.
Dalam ekonomi Islam diatur kaidah distribusi  pendapatan, baik antara unsur-
unsur produksi maupun distribusi dalam sistem jaminan sosial.
Islam memberikan batas-batas tertentu dalam berusaha, memiliki
kekayaan dan mentransaksikannya. Dalam pendistribusian harta kekayaan, Al-
Quran telah menetapkan langkah-langkah tertentu untuk mencapai pemerataan
pembagian kekayaan dalam masyarakat secara objektif, seperti
memperkenalkan hukum waris yang memberikan batas kekuasaan bagi pemilik
harta dengan maksud membagi semua harta kekayaan kepada semua karib
kerabat apabila seseorang meninggal dunia. Begitu pula dengan hukum zakat,
infaq, sadaqah, dan bentuk pemberian lainnya juga diatur untuk membagi

2
Amir Salim, Konsep Distribusi Kepemilikan Dalam Islam, (1 Agustus 2019)
5
kekayaan kepada masyarakat yang membutuhkan. Distribusi pendapatan dalam
dunia perdagangan juga disyariatkan dalam bentuk akad kerja sama, misalnya
distribusi dalam bentuk mudharabah merupakan bentuk distribusi kekayaan
dengan sesama Muslim dalam bentuk investasi yang berorientasi profit
sharing. Pihak pemodal yang mempunyai kelebihan harta membantu orang
yang mempunyai keahlian berusaha, tetapi tidak punya modal.3
Ayat yang berhubungan dengan Distribusi adalah  diantarannya : QS.
Al-Hasyr (59)7

َ ‫سو ِل َولِ ِذي ا ْلقُ ْربَى َوا ْليَتَا َمى َوا ْل َم‬
 ‫سا ِكي ِن َوا ْب ِن‬ ُ ‫سولِ ِه ِمنْ َأ ْه ِل ا ْلقُ َرى فَلِلَّ ِه َولِل َّر‬
ُ ‫َما َأفَا َء هَّللا ُ َعلَى َر‬
‫سو ُل فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَ َها ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَ ُهوا َواتَّقُوا‬
ُ ‫األ ْغنِيَا ِء ِم ْن ُك ْم َو َما آتَا ُك ُم ال َّر‬  َ‫سبِي ِل َك ْي اَل يَ ُكونَ دُولَةً بَيْن‬ َّ ‫ال‬
ِ ‫ش ِدي ُد ا ْل ِعقَا‬
‫ب‬ َ َ ‫هَّللا َ ِإنَّ هَّللا‬

Artinya : “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada
RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka
adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu
jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa
yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang
dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.”

D. Kesejahteraan, Efesien Dan Keadilan Dalam Distribusi

Efisiensi adalah perbandingan antara input dan output, di mana input


digunakan setepat dan sebaik mungkin untuk memperoleh output yang terbaik.
27 Efisiensi alokasi menjelaskan bahwa bila semua sumber daya yang ada
habis teralokasi, maka akan mencapai alokasi yang efisien, tetapi tidak dapat
dikatakan bahwa alokasi tersebut adil. Karena tiap unit dalam pertukaran
ekonomi di pasar keunggulannya modal awal antara satu dengan yang lainya
berbeda. Misalnya, endowment individu 1 lebih banyak pada barang 1
sedangkan individu 2 memiliki lebih banyak barang 2. Kondisi tersebut akan
memacu masingmasing individu untuk membuat dirinya better-off dengan
melakukan perdagangan barang 1 dan 2. Pertukaran tersebut akan berakhir
pada kondisi alokasi yang efisien, dimana tidak dapat lagi suatu individu
menambah utility-nya terhadap suatu barang (better-off) tanpa membuat utility
individu lainnya dirugikan (worse-off).
3
Norhadi, SHI, Distribusi Dalam Islam, (April 24, 2018)

6
Konsep ekonomi Islam juga mendorong pada upaya membesarkan
endowment (meningkatkan production possibility frontier) atau dalam konteks
ini membesarkan Edgeworth Box. Berkutat pada distribusi yang berkeadilan
saja berarti suatu zero sum game. Misalnya utility jono naik, utility kirun turun,
kenaikan total utility nihil. Hal ini dikarenakan dalam konsep ekonomi Islam,
1. Adanya konsep adil dalam Islam adalah “tidak menzalimi dan tidak dizalimi.
Bisa dengan endowment“ sama rata atau endowment tidak sama rata. 2. adanya
Ziswaf (zakat, infak dan sadaqoh) karena nilainya sejalan dengan
maksimalisasi Production Possiblity Frontier. Sedagkan Untuk dapat
memaksimalkan utility dengan memberikan zakat, infaq dan sodaqoh jika,
telah mencapai Production Possiblity Frontier. Artinya seseorang da[at
mengeluarkan zakat, infaq dan sodaqoh jika telah mencapai kadar nisab dan
haulnya. Jika ingin membesarkan utility orang lain, maka ia harus
membesarkan utility pribadi dengan mengeluarkan sodaqoh dengan
memaksimalkan input.
Dalam konsep ekonomi islam, adil adalah “tidak menzalimi dan tidak
dizalimi”. Bisa jadi “sama rasa sama rata” tidak adil dalam pandangan islam
karena tidak memberikan insentif bagi orang yang telah melakukan kerja keras.
Tidak adil dalam pandangan Islam karena orang yang endowmentnya tinggi
mempunyai posisi tawar yang lebih kuat dari pada yang endowment nya kecil
sehingga yang kuat dapat mendzalimi yang lemah. Lebih dari sekedar efisiensi
dan keadilan, konsep ekonomi Islam juga mendorong pada upaya
membesarkan endowment (meningkatkan production possibility frontier) atau
dalam konteks ini membesarkan Edgeworth Box. Oleh karena itu, konsep
Islam adalah mendorong terjadinya positive sum game. Misalnya utility Firman
naik, utility si A naik, kenaikan total utility 10. Jadi bukan hanya
mempermasalahkan bagaiamana “roti” akan akan dibagi secara adil namun
bagaimana “roti” yang akan dibagi bertambah besar.4

4
Abdul Qadir, Efesien Distribusi Pendapatan Dalam Ekonomi Islam, (27 April 2021)
7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebijakan distribusi yang ditawarkan ekonomi Islam dengan tidak
berpihak hanya pada salah satu agen ekonomi, dan diperkuat dengan prinsip-
prinsip yang jelas memberikan arahan bahwa keadilan ekonomi harus
ditegakkan. Namun menciptakan keadilan ekonomi akan sulit terwujud jika
tidak melibatkan peran institusi yang ada seperti halnya pemerintah dan
masyarakat. Oleh sebab itu, peran kedua instrumen tersebut sangat dibutuhkan,
karena kebijakan distribusi akan teraplikasikan dengan baik ketika kedua
institusi yang ada berkerja.
Langkah awal yang dapat dilakukan ialah memberikan pemahaman yang
sejelasjelasnya kepada pemerintah dan masyarakat selaku institusi ekonomi
bahwa terciptanya keadilan ekonomi merupakan tanggung jawab bersama,
bukan hanya tanggung jawab salah satu institusi yang ada, melainkan tanggung
jawab bersama selaku agen ekonomi dan institusi konomi. Ketika institusi
tersebut bekerja, keadilan diharapkan akan tercipta untuk memberi dampak
pada tersebarnya harta secara adil di masyarakat yang akan menggerakkan
ekonomi rakyat.

8
DAFTAR PUSTAKA
Friska, Pengertian Distribusi, Tujuan, Dan Jenis-jenisnya,
Amir Salim, Konsep Distribusi Kepemilikan Dalam Islam, (1 Agustus 2019)
Norhadi, SHI, Distribusi Dalam Islam, (April 24, 2018)
Abdul Qadir, Efesien Distribusi Pendapatan Dalam Ekonomi Islam, (27 April
2021)

Anda mungkin juga menyukai