Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ETIKA PEMASARAN SYARI’AH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

“Manajemen Pemasran Syariah”

Dosen Pengampu:

Sofarul Mubarok, S.H.I.,M.H

Disusun oleh:

1. Jhosadarma Wibangga 126405202163


2. Miftakhul Rizky Darmawan 126405202171
3. M. Batara Tahta 126405202177

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI

RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

MEI 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Dengan penuh rasa syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah
SWT atas berkat rahmat karunianya kami bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul Etika Pemasaran Syari’ah tepat pada waktunya. Tujuan pembuatan
makalah ini guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pemasaran
Syariah. Dengan membuat makalah ini kami berharap bisa mendapat pengetahuan
yang bermanfaat di dunia dan akhirat.
Atas terselesaikannya makalah ini, ucapan terima kasih tidak lupa kami
sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
2. Bapak Dr. H. Dede Nurohman, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung.
3. Bapak Refki Rusyadi, M.Pd.I. selaku Ketua Program Studi Manajemen
Bisnis Syariah Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung.
4. Bapak Sofarul Mubarok, S.H.I.,M.H. selaku dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Pemasaran Syariah memberikan bimbingan dan pembelajaran
kepada kami.
5. Semua pihak yang telah membantu kami untuk menyelesaikan makalah
ini. Makalah yang telah kami tulis ini tentunya tak lepas dari kekurangan
maupun kelebihan dari segi susunan kalimatnya. Maka, dengan kelapangan hati
kami akan menerima kritik dan saran yang diberikan oleh pembaca. Kami mohon
maaf jika terdapat kesalahan dari pembuatan makalah ini baik yang disengaja maupun
yang
tidak disengaja.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Tulungagung, 6 Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................4
A. Etika Pemasaran Syariah.........................................................................................4
B. Etika Pemasar Syariah.............................................................................................5
C. Perbedaan Etika Pemasaran Syari’ah dan Konvensional........................................8
BAB III PENUTUP..........................................................................................................11
1. Kesimpulan............................................................................................................10
2. Saran........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika pemasaran islam merupakan kombinasi maksimalisasi nilai dengan
prinsip-prinsip kesetaraan dan keadilan bagi kesejahteraan masyarakat. (M, 2001).Etika
pemasaran islam berdasarkan prinsip-prinsip kesetaraan dan ekuitas dalam islam yang
berbeda dari etika sekuler dalam banyak hal. (M, 2001). Prinsip-prinsip tersebut
menciptakan nilai dan meningkatkan standar hidup orang pada umumnya melalui
kegiatan bisinis komersial. Dalam lingkup perbankan maupun jasa keuangan, perbedaan
mendasar dari prinsip keuangan konvensional dan keuangan syariah terletak pada
tingkat pengambalian dari bentuk penyertaan modal yang tidak terjamin, dalam hal ini
disebut riba. Perbedaan tersebut merupakan hasil dari implementasi prinsip-prinsip nilai
kesetaraan dan keadilan dari hukum islam, yang memberikan peluang bagi para pelaku
keuangan syriah dalam membuat suatu produk atau layanan yang berbeda untuk
ditawarkan kepada konsumen.
Di dalam sebuah bisnis, pemasaran menjadi ujung tombak dalam kegiatan suatu
usaha. Pemasaran merupakan proses merencanakan dan melaksanakan konsep,
penetapan harga, promosi, dan distribusi ide (hasil pemikiran), barang, dan jasa untuk
menciptakan pertukaran yang dapat memuaskan tujuan individu maupun organisasi.
(Keller, 2009) Keunikan dalam sebuah sistim etika islam adalahberlaku untuk semua
atmosfer dalam bidang kehidupan manusia. (Dababi, 2015). Islam memiliki nilai khas
sistim etika untuk urusan bisnis. Tak terkecuali dibidang pemasaran, konsep etika islam
termasuk didalamnya.
Indonesia sendiri merupakan Negara berkembang dengan mayoritas penduduk
muslim. Pendapatan per-kapita penduduk masih tergolong rendah. Penduduk dengan
pendapatan tergolong menengah ke bawah juga masih banyak. Di Indonesia, lembaga
keuangan pertama yang beridiri adalah koperasi yang telah ditetapkan sebagai soko guru
perekonomian Indonesia, dan dituangkan dalam undang-undang 1945 pasal 33.
Lembaga sejenis koperasi beroperasi sejalan dengan asas gotong royong dan sangat
cocok diterapkan di Indonesia yang tergolong Negara berkembang karena ikut
memberdayakan UMKM di daerah. Dalam perkembangannya lembaga keuangan sejenis
koperasi ini berkembang seiring dengan lahirnya perbankan syariah di Indonesia serta
paham renaissance islam neoravivalis dan modernis. Lembaga tersebut seperti Baitul
Mal Wattamwil atau BMT yang beroperasi sesuai prinsip syariah, kegotong royongan,
1
dan kerja sama. Kedua lembaga ini baik koperasi dan Baitul Mal Wattamwil sama-sama
bernaung di bawah payung hukum kementrian koperasi Indonesia. Baitul Mal
Wattamwil termasuk dalam KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) yang beroperasi di
tingkat kabupaten dan kota. Prospek usaha lembaga keuangan syariah ini sangat baik
dimana mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Dalam perkembangannya,
meskipun merupakan lembaga keuangan non-bank, BMT tidak hanya bersaing untuk
memperebutkan pangsa pasar syariah yang cukup prospek dengan lembaga sejenis,
tetapi juga lembaga keuangan seperti bank-bank syariah lainnya. Dengan banyaknya
lembaga keuangan syariah yang berdiri baik non-bank maupun bank, masyarakat
muslim Indonesia dihadapkan banyak pilihan untuk menggunakan jasa keuangan
syariah tersebut. Pada akhirnya kondisi dan situasi tersebut menciptakan dinamika bisnis
yang semakin kompetitif diantara pelaku bisnis dalam sektor industri jasa keuangan
syariah. Berdasarkan permasalahan yang terjadi diatas, penyusun bermaksud melakukan
penelitian yang berjudul “Etika Pemasaran Syariah”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Etika Pemasaran Syariah?

2. Apa saja Etika Pemasar Syariah?

3. Apa Perbedaan Etika Pemasaran Syariah dengan Konvensional?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Etika Pemasaran Syariah.

2. Untuk mengetahu Etika Pemasar Syariah.

3. Untuk mengetahui Perbedaan Etika Pemasaran Syariah dengan Konvensional.

2
3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Etika Pemasaran Syariah


1. Pengertian Etika

Etika atau ethics berasal dari bahasa Inggris yang mengandung banyak
pengertian. Dari segi etimologi, istilah etika berasal dari bahasa latin ethius (dalam
bahasa Yunani adalah ethicos) yang berarti kebiasaan (custom) atau karakter.
Pengertian ini lambat laun berubah menjadi suatu ilmu yang membicarakan masalah
perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang
tidak. Sedangkan dari segi terminologi, etika merupakan aturan-aturan konvensional
mengenai tingkah laku individual dalam masyarakat beradab, tata cara formal atau
tata krama lahir untuk mengatur hubungan antar pribadi, sesuai dengan status sosial
masing-masing.1

Etika dapat didefinisikan sebagai prinsip moral yang membedakan yang baik
dan buruk. Etika adalah bidang ilmu yang bersifat normative karena ia berperan
menentukan apa yang dilakukan oleh seorang individu. Etika adalah ilmu berisi
patokan-patokan mengenai apa-apa yang benar dan salah, yang baik dan buruk, yang
bermanfaat atau tidak bermanfaat.

2. Pengertian Pemasaran

Pemasaran secara etimologi adalah proses, cara, perbuatan memasarkan


suatu barang dagangannya. Sedangkan menurut terminology pemasaran adalah
kebutuhan, keinginan dan permintaan (need, wants and demans), produk, nilai,
kepuasan dan mutu (product, value, satisfaction and quality), pertukaran, transaksi
dan hubungan (exchange, transaction and realationship) dan pasar (market).2

Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh
para pedagang dalam usahanya mempertahankan kelangsungan hidup usahanya.
Berhasil tidaknya pemasaran dalam mencapai tujuan bisnis tergantung pada keahlian
mereka dibidang pemasaran, produksi, keuangan, maupun bidang lainnya. Seperti
yang dirumuskan para ahli pemasaran sebagai berikut, pemasaran adalah suatu
1
Nurul Huda , Khamim Hudori , Rizal Fahlevi , Badrussa'diyah , Dea Mazaya , Dian Sugiarti., ”Marketing
Syariah”, (Depok: KENCANA, 2017), Hal. 23.
2
Ibid., Hal. 24.
4
sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang
dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik pembeli yang ada maupun pembeli
potensial.

3. Etika Pemasaran syariah

Dalam Islam, istilah yang paling dekat berhubungan dengan istilah etika
dalam Alquran adalah Khuluq. Al-Quran juga menggunakan sejumlah istilah lain
untuk menggambarkan konsep tentang kebaikan : Khair (kebaikan), birr
(kebenaran), qist (persamaan), ‘adl (kesetaraan dan keadilan), haqq (kebenaran dan
kebaikan), ma’ruf (mengetahui dan menyetujui) dan takwa (ketakwaan). Tindakan
terpuji disebut dengan salihat dan tindakan yang tercela disebut sebagai sayyiat.3

Menurut Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula Pemasaran


Syariah adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan,
penawaran dan perubahan value dari suatu inisiator kepada stakeholdersnya, yang
dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah
(business) dalam Islam. Hal ini berarti bahwa dalam pemasaran syariah, seluruh
proses baik proses penciptaan, penawaran, maupun perubahan nilai (value), tidak
boleh ada hal-hal yang bertentangan dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah
Islam. Sepanjang hal tersebut dapat dijamin, dan penyimpangan prinsip-prinsip
muamalah Islami tidak terjadi dalam suatu transaksi atau dalam proses suatu
bisnis,maka bentuk transaksi apapun dalam pemasaran dapat dibolehkan.

Sedangkan etika pemasaran Islam adalah prinsip-prinsip syariah marketer


yang menjalankan fungsi-fungsi pemasaran secara Islam, yaitu memiliki kepribadian
spiritual (takwa), jujur (transparan), berlaku adildalam bisnis (Al-Adl), bersikap
melayani, menepati janji, dan jujur.

B. Etika Pemasar Syariah


1. Memiliki Kepribadian Spiritual (Takwa)
Seorang pedagang dalam menjalankan bisnisnya harus di landasi sikap takwa
dengan selalu mengingat Allah, bahkan dalam suasana mereka sedang sibuk dalam
aktifitas mereka dalam melayani pembelinya,ia hendaknya sadar penuh dalam

3
Ibid., Hal. 27-29.
5
responsive terhadap prioritas-prioritas yang telah ditentukan oleh sang maha
pencipta. Kesadaran akan Allah hendaknya menjadi sebuah kekuatan pemicu
(driving force) dalam segala tindakan.4
2. Berlaku baik dan simpatik (Shidiq)
Berprilaku baik, sopan dan santun dalam pergaulan adalah fondasi dasar dan
inti dari kebaikan tingkah laku. Sifat ini sangat dihargai dengan nilai yang sangat
tinggi dan mencakup semua sisi manusia. Alquran juga mengharuskan pengikutnya
untuk berlaku sopan disetiap hal, bahkan dalam meakukan transaksi bisnis dengan
orang-orang yang bodoh. Tetap harus bicara dengan ucapan dan ungkapan yang
baik.
3. Berlaku Adil dalam Bisnis (Al-Adl)
Islam mendukung prinsip keadilan, Secara umum Islam mendukung semua
prinsip dalam pendekatan keadilan terhadap etika, namun dalam proporsi yang
seimbang. Islam tidak mendukung prinsip keadilan buta. Kebutuhan semata-mata
tidak memerlukan keadilan. Karena seorang muslim yang tengah berusaha untuk
keluar dari situasi yang menindas lebih membutuhkan bantuan dibanding dengan
orang yang sekedar menuntut hak sebagai kekayaan dari orang-orang kaya.
Di samping itu sikap berbisnis tidak membeda-bedakan, adil dihadapan
memperlakukan semua konsumen dengan sama. dengan sikap secara adil yaitu
tergambar semua dalam stakeholder, semuanya harus merasakan keadilan. Tidak
boleh ada satu pihak pun yang haknya terzalimi, terutama bagi tiga stakeholder
utama yaitu pemegang saham,pelanggan dan karyawan.
4. Bersikap Melayani dan Rendah hati (Khidmah)
Sikap melayani merupakan sikap utama seorang pemasar. Tanpa sikap
melayani, yang melekat dalam kepribadiannya. Melekat dalam sikap ini adalah sikap
sopan, santun, dan rendah hati. Orang yang beriman diperintahkan untuk bermurah
hati, sopan, dan bersahabat saat berelasi dengan mitra bisnisnya. Suatu bisnis akan
senantiasa berkembang dan sukses manakala ditunjang dengan adannya pelayanan
terbaik. Misalnya dengan keramahan, senyuman kepada para konsumen akan
semakin baik bisnisnya.
5. Menepati janji dan Tidak Curang
Janji adalah ikrar dan kesanggupan yang telah dinyatakan kepada seseorang.
Ketika membuat suatu perjanjian tentunya didasari dengan rasa saling percaya serta
tanggung jawab yang besar untuk melaksanakan janji tersebut. Ketepatan janji dapat
4
https://an-nur.ac.id/sembilan-etika-pemasar-dalam-islam/, diakses pada hari Kamis, 5 Mei 2023, pukul 22:57.
6
dilihat dari segi ketepatan waktu penyerahan barang, ketepatan waktu pembayaran
serta melaksanakan sesuatu sesuai dengan kontrak yang disepakati.
Pelaku bisnis yang tidak bisa memenuhi janjinya dapat dikatakan sebagai
golongan orang yang munafiq. Terlebih diera informasi yang terbuka dan cepat
seperti sekarang ini mengingkari janji dalam dunia bisnis sama halnya dengan
menggali kubur bagi bisnisnya sendiri. Karena dalam waktu singkat para rekan
bisnis akan mencari mitra kerja yang dapat dipercaya.
6. Jujur dan Terpercaya (Al-Amanah)
Kejujuran merupakan sikap yang dianggap mudah untuk dilaksanakan bagi
orang awam manakala tidak dihadapkan pada ujian berat atau dihadapkan pada
godaan duniawi. Dengan sikap kejujuran seorang pedagang akan dipercaya oleh para
pembelinya akan tetapi bila pedagang tidak jujur maka pembeli tidak akan memebeli
barang dagangannya. Tak diragukan bahwasannya ketidak jujuran adalah sikap
bentuk kecurangan yang paling jelek. Orang tidak jujur akan selalu berusaha
melakukan penipuan pada orang lain.
7. Tidak berburuk sangka (Su’udz zhan)
Saling menghormati satu sama lain adalah ajaran Nabi Muhammad SAW
yang harus di Implementasikan dalam perilaku bisnis modern. Tidak boleh satu
pengusaha menjelekkan pengusaha lain hanya untuk persaingan bisnis. Amat Naif
jika perbuatan seperti itu terjadi dalam praktek bisnis yang dilakukan oleh seorang
muslim.
8. Tidak suka menjelek-jelekkan (Ghibah)
Ghibah adalah keinginan untuk menghancurkan orang, menodai harga diri,
kemuliaan dan kehormatan orang lain, sedangkan mereka itu tidak ada
dihadapannya. Ini merupakan kelicikan, sebab hal ini sama saja dengan menusuk
dari belakang. Sikap semacam ini merupakan salah satu bentuk penghancuran
karakter, sebab pengumpatan dengan model seperti ini berarti melawan orang lain
yang tidak berdaya.
Biasanya seorang pemasar senang apabila telah mengetahui kelemahan,
kejelekan dan kekurangan lawan bisnisnya. Dan biasanya kelemahan dan kejelekan
ini senjata untuk memenangkan pertarungan dipasar dengan jalan menjelek-jelekan
atau menfitnah lawan bisnisnya.
9. Tidak melakukan suap/sogok(riswah)
Dalam syariah, menyuap (Riswah) hukumnya haram, dan menyuap termasuk
kedalam kategori memakan harta orang lain dengan cara bathil. Islam tidak saja
7
mengharamkan penyuapan melainkan juga mengancam kedua belah pihak yang
terlibat dengan neraka diakhirat. Suap adalah dosa besar dan kejahatan kriminal
didalam suatu Negara. Oleh karena itu mendapat kekayaan dengan cara penyuapan
jelas haram.

C. Perbedaan Etika Pemasaran Syariah dan Konvensional

Pemasaran syariah memiliki empat karakteristik yaitu ke-Tuhanan (rabbaniyah),


etis (akhlaqiyyah), realistis (al-waqi’yyah), dan humanistis (insaniyyah). Ada beberapa
hal yang menjadi pembeda antara pemasaran syariah dan konvensional.5

1. Konsep dan Filosofi Dasar


Perbedaan mendasar antara pemasaran syariah dan konvensional adalah dari
filosofi dasar yang melandasinya. Pemasaran konvensional merupakan pemasran
yang bebas nilai dan tidak mendasar keTuhanan dalam setiap aktivitas
pemasarannya. Sehingga dalam pemasaran konvensional dapat seorang pemasar
memberikan janji-janji kosong hanya sebagai pemikat konsumen untuk membeli
produk. Pemasar hanya mementingkan pencapaian yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.
Dalam pemasaran syariah, seorang harus merasakan bahwasanya dalam
setiap aktivitas pemasarannya ia selalu diawasi oleh Allah SWT, sehingga ia pun
akan sangat berhati-hati dalam memasarkan produk yang dijualnya. Seorang
pemasar syariah tidak akan memberikan janji yang kosong belaka yang bertujuan
hanya untuk mencari nasabah. Seorang pemasar syariah tidak akan mau memberi
sesuatu yang menyesatkan bagi nasabahnya sebab iaselalu merasa bahwa Allah SWT
selalu mengawasinya dan akan meminta pertanggungjawaban di hari kiamat.
2. Etika Pemasar
Seorang pemasar syariah sangat memegang teguh etika dalam melakukan
pemasaran kepada calon konsumennya. Ia sangat menghindari memberikan janji
bohong, ataupun terlalu melebih-lebihkan produk yang ditawarkan. Pemasar syariah
akan secara jujur menceritakan kelebihan dan kekurangan produk yang
ditawarkannya.
Apabila dibandingkan dengan pemasaran konvensional yang cenderung
bebas nilai sehingga seorang pemasar bebas menggunakan segala macam cara demi
5
https://hes.unida.gontor.ac.id/perbedaan-pemasaran-syariah-dan-konvensional/, diakses pada hari Rabu, 24 Mei
2023, pukul 22:34.
8
untuk mendapatkan konsumen bahkan dengan cara-cara yang tidak dibenarkan oleh
syariat. Dalam pemasaran konvensional, seorang pemasar dapatsaja melakukan
kebohongan dengan terlalu melebih-lebihkan produk yang ditawarkan, hal ini dapat
menimbulkan kekecewaan dari konsumen setelah ia mengkonsumsinya karena
kualitas produk yang jauh dari yang diharapkan.
3. Pendekatan Terhadap Konsumen
Konsumen dalam pemasaran syariah diletakkan sebagai mitra sejajar, dimana
baik perusahaan sebagai penjual produk maupun konsumen sebagai pembeli produk
berada pada posisi yang sama. Perusahaan tidak menganggap konsumen sebagai sapi
perah untuk membeli produknya, namun perusahaan akan menjadikan konsumen
sebagai mitra dalam pengembangan perusahaan. Seorang pemasar syariah akan
selalu berupaya menciptakan nilai produk yang positif bagi konsumennya termasuk
dengan meminta umpan balik dari konsumen. Nilai kekeluargaan sangat terasa
dalam pemasaran syariah karena konsep mitra sudah menganggap konsumen sebagai
saudaranya sendiri yang akan dibantu dan tidak akan dirugikan.
Dalam pemasaran konvensional, konsumen diletakkan sebagai obyek untuk
target penjualan semata. Konsumen dapat dirugikan karena janji dan realitas
seringkali berbeda. Perusahaan setelah mendapat target penjualan, akan tidak
memperdulikan konsumen yang telah membeli produknya tanpa memikir
kekecewaan atas janji produk. Nilai kekeluargaan tidak terasa karena perusahaan
menganggap konsumen sebagai sapi perah untuk mencapai target penjualannya.
4. Cara Pandang Terhadap Pesaing
Konsep persaingan dalam pemasaran syariah agar setiap perusahaan mampu
memacu dirinya untuk menjadi lebih baik tanpa harus menjatuhkan pesaingnya.
Pesaing merupakan mitra yang turut menyukseskan aplikasi ekonomi syariah di
lapangan, dan bukan sebagai lawan yang harus dimatikan.
Sedangkan perusahaan konvensional menganggap pesaing sebagai pihak
lawan yang harus dikalahkan bahkan jika bisa dimatikan agar eksistensi perusahaan
dapat semakin maju. Konsep ini mengakibatkan pesaing setelah dikalahkan,
akhirnya daya inovasi perusahaan menurun karena tidak ada motivasi dan pesaing.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika adalah bidang ilmu yang bersifat normative karena ia berperan
menentukan apa yang dilakukan oleh seorang individu. Etika adalah ilmu berisi
patokan-patokan mengenai apa-apa yang benar dan salah, yang baik dan buruk, yang
bermanfaat atau tidak bermanfaat.
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh para
pedagang dalam usahanya mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Berhasil
tidaknya pemasaran dalam mencapai tujuan bisnis tergantung pada keahlian mereka
dibidang pemasaran, produksi, keuangan, maupun bidang lainnya.
Pemasaran Syariah adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan
proses penciptaan, penawaran dan perubahan value dari suatu inisiator kepada
stakeholdersnya, yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-
prinsip muamalah (business) dalam Islam.
Ada sembilan etika pemasar, yang akan menjadi prinsip-prinsip bagi syariah
marketer dalam menjalankan fungsi-fungsi pemasaran , yaitu :
1. Memiliki Kepribadian Spiritual ( takwa)
2. Berperilaku Baik dan Simpatik (Shidq)
3. Berlaku Adil dalam Bisnis ( AL-‘Adl)
4. Bersikap Melayani dan Rendah Hati ( Khidmah)
5. Menepati Janji dan Tidak curang
6. Jujur dan Terpercaya ( Al-Amanah)
7. Tidak Suka Berburuk Sangka
8. Tidak Suka Menjelek- jelekkan
9. Tidak Melakukan Sogok ( Rishwah)
Pemasaran syariah memiliki empat karakteristik yaitu ke-Tuhanan (rabbaniyah),
etis (akhlaqiyyah), realistis (al-waqi’yyah), dan humanistis (insaniyyah).

B. Saran
Makalah ini hanyalah sebagian cara untuk mendapat pengetahuan tentang
manajemen logistik masih banyak ilmu tentang manajemen yang perlu diketahui oleh
karena itu penulis menyarankan pembaca untuk lebih giat mencari sumber ilmu dari
yang lain.

10
DAFTAR PUSTAKA
Nurul Huda , Khamim Hudori , Rizal Fahlevi , Badrussa'diyah , Dea Mazaya , Dian Sugiarti.,
”Marketing Syariah”, (Depok: KENCANA, 2017).
https://an-nur.ac.id/sembilan-etika-pemasar-dalam-islam/.
https://hes.unida.gontor.ac.id/perbedaan-pemasaran-syariah-dan-konvensional/.

11

Anda mungkin juga menyukai