Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

HUBUNGAN ANTARA PRODUSEN, KONSUMEN, DISTRIBUTOR DI


DALAM ISLAM DAN KASUS-KASUS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Etika Bisnis Islam


Dosen Pengampu: Imam Baihaki,S.E.,M.H

Disusun Oleh :
Khoirul Na’il
Khoiril Aini
Nikmatul Khoiroh

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AHMAD SYIBAWAYHIE
TAHUN AKADEMIK 2022-2023
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum. Wr. Wb
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat, Taufiq serta
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam keadaan sehat
wal’afiyat. Sholawat serta salam tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kami
Nabi Muhammad SAW.
Pertama-tama kami ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada bapak
dosen IMAM BAIHAKI,S.E.,M.H selaku dosen mata kuliah pembelajaran
ETIKA BISNIS ISLAM yang telah membimbing penyusunan makalah ini dan
memberikan bantuan materi sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul HUBUNGAN ANTARA PRODUSEN, KONSUMEN, DISTRIBUTOR
DI DALAM ISLAM DAN KASUS-KASUS dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Makalah ini kami akui masih sangat banyak kekurangan karena
pengalaman kami yang masih minim. Oleh karena itu, kami berharap kepada
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah kedepannya menjadi lebih baik lagi. Harapan kami semoga makalah ini
membantu dan menambah pengetahuan pembaca dan dapat digunakan sebagai
acuan petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam studi Pembelajaran
Manajemen Risiko Syariah.

Wassalamu‟alaikum. Wr. Wb

Besuki , 13 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
COVER.......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................
A. Latar Belakang ............................................................................
B. Rumusan Masalah ......................................................................
C. Tujuan Masalah ..........................................................................
BAB II : PEMBAHASAN .............................................................................
A. Perkembangan Perilaku Dan Hubungan Produsen dan
Konsumen............................................................................................
1. Perilaku Produsen..................................................................
2. Perilaku Konsumen................................................................
3. Hubungan antara produsen dan konsumen.........................
4. Pengertian Distribusi..............................................................
5. Tujuan dan Fungsi Distribusi................................................
6. Etika distribusi dalam ekonomi islam..................................
B. Bentuk - Bentuk Distribusi Baru dan Online Bisnis.......................
BAB III : PENUTUP .....................................................................................
A. Kesimpulan ..................................................................................
B. Saran ............................................................................................
Daftar Pustaka ...............................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan mahkluk sosial yang tidak pernah luput dari masalah
ekonomi. Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari tingkah laku
manusia dan aktivitas produksi, distribusi dan konsumsi. Demi menjamin
kesejahteraan masyarakat, maka diperlukanlah aturan-aturan yang berkaitan dengan
ketiga aktivitas ekonomi tersebut, dengan aturan dan batasan-batasan ini diharapkan
pelaku ekonomi mampu mencapai tujuannya. Karena fitrah manusia terlahir dengan
nafsu dan keinginan yang tak akan ada habisnya. Keinginan yang tak berujung ini
yang terkadang menyebabkan manusia merampas hak orang lain serta lupa dengan
kewajibannya sebagai makhluk sosial. Untuk itulah diperlukan pemahaman yang
utuh mengenai ketiga aktivitas utama ekonomi, definisinya, prinsip, tujuan, fungsi
serta aturan-aturan yang mengikatnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan perilaku dan hubungan produsen dan konsumen?
2. Apa bentuk - bentuk distribusi baru dan online bisnis?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui perkembangan perilaku dan hubungan produsen dan
konsumen.
2. Untuk mengetahui bentuk – bentuk distribusi baru dan online bisnis.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Perilaku Dan Hubungan Produsen dan Konsumen
1. Perilaku Produsen
Perilaku produsen, pada dasarnya mengetengahkan sikap pengusaha dalam
memproduksi barang atau jasa. Sementara itu, dalam produksi sendiri berarti
menciptakan manfaat, bukan menciptakan secara fisik sesuatu yang tidak ada, tetapi
membuat barang atau jasa yang diproduksi menjadi bermanfaat. Untuk itu, perilaku
produsen dalam produksi barang atau jasa memiliki konsep tersendiri dalam etika
bisnis Islam. Sebagaimana dikatakan sebelumnya, bahwa islam adalah agama yang
universal dan komprehensif, yaitu mengandung ajaran yang menyentuh seluruh lini
kehidupan. Ketika manusia diperhadapkan pada masalah ekonomi, maka Islam
memenuhi kebutuhan tersebut dengan menyajikan aturan mainnya dalam bidang
muamalah, demikian pula dengan bidang lainnya.
Dalam etika bisnis perlu diketahui aspek-aspek yang mempengaruhinya.
Yaitu, faktor kebudayaan, pendidikan dan lingkungan keluarga di samping agama
bahkan dipengaruhi pula oleh sifat atau cirri-ciri bisnis yang bersangkutan. Pengaruh
faktor kebudayaan, pendidikan dan lingkungan keluarga dalam etika bisnis dapat
dirasakan jika kita menjalin kerjasama dengan orang lain yang berbeda budaya,
pendidikan atau pun lingkungan keluarga. Namun, keadaan ini akan berbeda jika
masuk pada wilayah etika bisnis Islam. Di mana dalam etika bisnis Islam aspek yang
paling mendasar terdapat dalam Alquran dan Sunnah.
Belakangan ini, banyak ketidak sempurnaan pasar yang seharusnya dapat
dilenyapkan bila prinsip ini diterima oleh masyarakat bisnis dari bangsa-bangsa
berada di dunia. Prinsip perdagangan dan niaga ini telah ada dalam Alquran dan
Sunnah, seperti mengenai larangan melakukan sumpah palsu, larangan memberikan
takaran yang tidak benar dan keharusan menciptakan itikad baik dalam transaksi
bisnis. Sebagaimana termaktub dalam QS. Al-Mutaffifin (83): 1-4, sebagai berikut:
ِ َّ‫َو ْي ٌل لِ ْل ُمطَفَّفَ ْينَ الَّ ِذ ْينَ اِ َذا ا ْكتاَلُوْ ا َعلَى الن‬
َ‫س يَ ْستَوْ فُوْ نَ َواِ َذا َكالُوهُ ْم اَو َّو َزنُوهُ ْم ي ُْخ ِسرُوْ نَ اَالَ يَظُ ُّن اُولَِئكَ اَنَّهُ ْم َّم ْبعُوْ ثُوْ ن‬
Yang Artinya: „Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang (yaitu) orang-
orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi. Dan
apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi’.

2
Berdasarkan ayat di atas, kaitannya dengan perilaku produsen dalam etika
bisnis Islam, maka prinsip yang harus dipegang teguh oleh produsen adalah jujur
dalam setiap melakukan transaksi sehingga dapat diperoleh ridha Allah dalam
kepuasan kedua belah pihak, yaitu produsen dan konsumen dalam berbisnis. Apalagi
di era modern ini, berbagai macam atau cara manusia dalam bertransaksi akan
melahirkan dan memberi peluang terhadap perilaku produsen dalam kegiatan
bisnisnya. Sehingga dibutuhkan pengetahuan produsen terhadap etika dalam
berbisnis yang berorientasi pada kemaslahatan. Prinsip lain dalam etika bisnis Islam
adalah prinsip-prinsip yang merujuk pada prinsip-prinsip ekonomi Islam, yaitu:
pertama, Islam menentukan berbagai macam kerja yang halal dan yang haram. Kerja
yang halal saja yang dipandang sah; kedua, kerjasama kemanusiaan yang bersifat
gotong royong dalam usaha memenuhi kebutuhan harus ditegakkan dan; ketiga, nilai
keadilan dalam kerjasama kemanusiaan ditegakkan.
Dengan berbagai pemikiran tentang etika bisnis islam terhadap perilaku
produsen di atas, maka ketika seorang produsen menjalankan usahanya, yang perlu
dijunjung tinggi adalah kejujuran dan keadilan serta kepercayaan yang telah dijalin
dalam kerjasama. Sehingga, sekalipun antar produsen berbeda budaya, pendidikan,
lingkungan keluarga dan perbedaan-perbedaan yang lain, jika kejujuran, keadilan dan
kepercayaan atau kesetiaan ataupun i‟tikad baik yang menjadi barometer dalam
berperilaku produsen, maka usahanya mencapai nilai guna secara dunia karena
memiliki relasi yang variatif, juga sejahtera secara ukhrawi karena mendapat berkah
dalam usahanya.1
Perilaku produsen dalam kegiatan produksi adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Seorang produsen harus mempunyai rencana-rencana tentang tujuan dan apa
yang sedang atau akan dicapai. Perencanaan yang baik harus memenuhi
persyaratan berikut:
1) Faktual dan realistik: artinya apa yang dirumuskan sesuai fakta dan
wajar untuk dicapai dalam kondisi tertentu yang dihadapi perusahaan.
2) Logis dan rasional: artinya apa yang dirumuskan dapat diterima oleh
akal sehingga perencanaan dapat dilaksanakan.
1
Ermawati Usman, Perilaku Produsen Dalam Etika Bisnis Islam, (Jurnal Hunafa, Vol.04
No.03,2007).hal.210-212

3
3) Fleksibel: artinya perencanaan yang baik adalah yang tidak kaku yaitu
dapat beradaptasi dengan perubahan di masa yang akan datang.
4) Komitmen: artinya perencanaan harus melahirkan komitmen terhadap
seluruh isi perusahaan (karyawan dan pemimpin) untuk bersama-sama
berupaya mewujudkan tujuan perusahaan.
5) Komperhensif: artinya perencaan harus menyeluruh dan
mengakomodasi aspek-aspek yang terkait langsung dengan perusahan.
b. Pengorganisasian
Produsen harus dapat mengatur keseluruhan sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
pengorganisasian ini, rencana dilaksanakan dalam sebuah pembagian kerja
yang terdapat kejelasan tentang bagaimana tujuan dan rencana akan
dilaksanakan, dikoordinasikan dan dikomunikasikan. Produsen harus dapat
mengalokasikan keseluruh sumber daya yang ada (dimiliki) oleh perusahaan
untuk mencapai tujuan dan rencana perusahaan yang telah ditetapkan.
c. Pengarahan
Langkah berikutnya yang harus dilakukan produsen adalah bagaimana
keseluruhan rencana yang telah diorganisir tersebut dapat diimplementasikan.
Agar rencana terwujud, produsen wajib mengarahkan dan membimbing anak
buahnya.
d. Pengendalian
Produsen harus melakukan kontrol terhadap apa yang telah dilakukan. Hal ini
terkait dengan pencapaian tujuan perusahaan. Karena, walaupun rencana
yang sudah ada dapat diatur dan digerakkan dengan jitu tetapi belum
menjamin bahwa tujuan akan tercapai dengan sendirinya. Untuk itu perlu
dilakukan pengendalian (kontrol) dan pengawasan dari produsen atau
pengusaha (pimpinan) yang bersangkutan.2
2. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan konsumen yang langsung
melekat dalam proses mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau
jasa, termasuk proses proses yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Menurut

2
Ardriasan Sudarso, dkk, Etika Bisnis Prinsip dan Relevansi,(Yayasan Kita Menulis: 2021),hal.59-60.

4
Kotker dalam The American Marketing Assosiation, sebagaimana dikutip Nugroho J.
Setiadi, prilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi,
perilaku dan lingkungannya, di mana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam
hidup mereka. Dari hal tersebut terdapat tiga ide penting yang dapat disimpulkan
yaitu: 1) perilaku konsumen adalah dinamis; 2) hal tersebut melibatkan interaksi
antara afeksi dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar; 3) juga melibatkan
pertukaran.
Perilaku konsumen sangat erat kaitannya dengan masalah keputusan yang
diambil seseorang dalam persaingan dan penentuan untuk mendapatkan dan
mempergunakan barang dan jasa. Konsumen mengambil banyak macam
pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam pembelian. Kebanyakan
perusahaan besar meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk
menjawab pertanyaan mengenai, apa yang dibeli konsumen, dimana mereka
membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa mereka
membeli.
Di samping perusahaan para pemasar juga dapat mempelajari adan mencari
jawaban atas pertanyaan mengenai apa yang mereka beli, dimana dan berapa banyak
yang mereka beli, tetapi mempelajari mengenai alasan tingkah laku konsumen bukan
hal yang mudah, jawabannya seringkali tersembunyi jauh dalam benak konsumen.
Sehingga perilaku konsumen dapat diartikan sebagai studi tentang unit pembelian
(buying unit) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan
pembuangan, barang, jasa, pengalaman serta ide-ide. Sedangkan menurut Swastha
dan Handoko perilaku konsumen (consumer behavior) dapat didefinisikan sebagai
kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan
mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk didalamnya proses
pengambilan keputusan pada persiapan dan menentukan kegiatan-kegiatan tertentu.
Menurut Engel et adalah tindakan langsung yang terlibat untuk mendapatkan,
mengkonsumsi, dan menghabiskan produk jasa, termasuk proses keputusan yang
mengikuti dan mendahului tindakan ini. Sedangkan menurut Loudan dan Bitta lebih
menekankan perilaku konsumen sebagai suatu proses pengambilan keputusan.
Mereka mengatakan bahwa perilaku konsumen adalah pengambilan keputusan yang

5
mensyaratkan aktifitas individu untuk mengevaluasi, memperoleh, menggunakan,
atau mengatur barang dan jasa.
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku
konsumen merupakan tindakan-tindakan dan hubungan sosial yang dilakukan oleh
konsumen perorangan, kelompok maupun organisasi untuk menilai, memperoleh dan
menggunakan barang-barang serta jasa melalui proses pertukaran atau pembelian
yang diawali dengan proses pengambilan keputusan yang menentukan tindakan-
tindakan tersebut.3
3. Hubungan antara produsen dan konsumen
Produksi atau manufacturing adalah proses yang dilakukan oleh produsen
sebagai aktivitas fungsional yang mesti dilakukan oleh sedap perusahaan. Fungsi
produsen adalah bekerja menciptakan barang atau jasa yang bertujuan untuk
membentuk nilai tambah {value added). Secara ekonomi, aktivitas produksi tersebut
meliputi beberapa hal sebagai berikut: produk apa yang dibuat, mengapa dibuat,
kapan dibuat, untuk apa dibuat, bagaimana berproduksi, dan berapa jumlah yang
dibuat. Sementara konsumen menempati posisi fundamental yang hakiki dalam
bisnis modem. Bisnis tidak akan berjalan tanpa adanya konsumen yang
menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan oleh produsen. Slogan the customer
is king, bukan hanya bermaksud menarik sebanyak mungkin konsumen, melainkan
mengungkapkan tugas pokok produsen adalah menyediakan jasa untuk
mengupayakan kepuasan konsumen. Meskipun begitu, suatu komoditas jika akan
diproduksi haruslah mempertimbangkan alasan sosial kemanusiaan, bahkan sosial-
kultural, yakni selain alasan dibutuhkan oleh masyarakat juga perlu dipertanyakan
implikasi positif yang ditimbulkannya sebagai akibat diproduksinya suatu komoditas
tersebut. Di samping itu, produsen juga mempunyai kewajiban untuk menyediakan
produk yang atnon bagi konsumen, dan harus bertanggung jawab penuh jika terdapat
suatu komoditas yang jelek, berkualitas rendah dan meruigikan konsumen.
Di sinilah letak pentingnya relasi keseimbangan antara produsen dan
konsumen. Sebuah produsen yang berupaya mendayagunakan dan mengembangkan
harta bendanya melalui komoditas produk-produknya harus dilakukan dalam
kebaikan atau jalan yang tidak menyebabkan kebinasaan diri sendiri dan orang Iain.
3
Sri Wigati, Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Ekonomi Islam,(Jurnal Maliyah:
Vol.01.No.01,2011).hal.24-26

6
Hubungan antara produsen dan konsumen bukanlah hubungan yang tidak seimbang
di produsen mempunyai kebebasan untuk meraih keuntungan sebesar-besamya yang
dapat merugikan konsumen. Sebaliknya hubungan keduanya harus berada dalam
keseimbangan, dalam artian demi menghindari pemusatan kekuasaan ekonomi dan
bisnis dalam genggaman produsen semata.
Secara formal, hubungan antara produsen dan konsumen bukanlah termasuk
hubungan kontraktual, yakni hak yang ditimbulkan dan dimiliki oleh seorang ketika
memasuki sebuah perjanjian dengan pihak lain. Hubungan ini berbeda dengan
hubungan kerja sama dalam suatu bisnis. Pada umumnya, hubungan produsen dan
konsumen merupakan hubungan interaksi secara anonim, masing-masing pihak tidak
mengetahui secara pasti mengenai pribadi-pribadi tertentu kecuali hanya berdasarkan
dugaan yang lebih kuat. Lebih rumit lagi hubungan antara keduanya seringkali
diperantarai oleh sekian banyak agen dan penyalur. Hal demikian bukan berarti
bahwa di antara keduanya tidak punya hak dan kewajiban, karena dalam
kenyataannya hubungan mereka merupakan interaksi sosial yang menentukan adanya
hak-hak dan kewajiban masing-masing pihak yang berfungsi sebagai pengendali.
Pengendali ini meliputi aturan moralitas yang tertanam dalam hati sanubari masing-
masing dan aturan hukum serta saksi-saksinya.
Kedua perangkat pengendali itu, terutama lebih tertuju pada produsen. Hal ini
disebabkan karena konsumen, dalam hubungannya dengan produsen, seringkali
berada dalam posisi lemah dan rentan untuk dirugikan. Dalam kerangka bisnis
sebaga isebuah profesi, konsumen sesungguhnya membayar produsen untuk
menyediakan barang yang dibutuhkannya secara profesional. Karena itu dalam
hubungannya dengan persoalan ini, produsen harus memperlakukan konsumen
dengan baik. Hal ini secara moral tidak saja merupakan tuntutan etis, melainkan juga
sebagai syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan bisnis. Nilai aksioma prinsip
kesatuan etika bisnis Islam dapatlah dipahami dalam konteks ini, yakni ketika antara
produsen dan konsumen terjadi konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh.
Produsen tidak akari berlaku serakah, karena pada hakikatnya harta yang dimilikinya
merupakan amanah, dan konsumen pun demikian, tidak serta merta menginginkan
kepemilikan yang lebih dari kebutuhannya, sehingga merugikan konsumen lainnya.4
4
Muhammad Anas, Penerapan Etika Bisnis Islam Dalam Konteks Produsen Dan Konsumen,(Jurnal
Millah: Vol.08,No.01,2008).hal.53-55.

7
Hubungan keadilan antara produsen dan konsumen secara islami:
a. Tauhid
Dengan tauhid aktivitas ekonomi seperti jual beli merupakan bentuk ibadah,
syukur serta bertujuan mencari ridho Allah. Prinsip tauhid yang
menghasilkan pandangan tentang kesatuan umat manusia mengantarkan
seorang pengusaha muslim untuk menghindari segala bentuk eksploitasi
terhadap sesama manusia.
b. Keadilan
Dibidang ekonomi, keadilan merupakan “nafas” dalam menciptakan
pemerataan dan kesejahteraan, oleh sebab itu islam melarang peredaran harta
yang hanya ada pada segelintir kalangan orang kaya.
c. Amar Ma’ruf nahi Mungkar
Prinsip ini merupakan tuntutan dari dua prinsip pertama, tauhid dan keadilan.
Amar ma’ruf nahi mungkar mempunyai arti hukum digerakan untuk umat
manusia menuju tujuan yang baik dan benar yang dikehendaki dan diridhoi
Allah.
d. Kemerdekaan atau Kebebasan
Kewajiban dalam menyeru kebajikan dan mencegah kemungkaran (Amar
ma’ruf nahi mungkar) hanya dapat dilaksanakan jika ada kebebasan yang
sempurna dalam berbicara dan berbuat. Dalam hal ini konsumen bebas untuk
melakukan transaksi.
e. Persamaan
Bukan berarti hukum islam menghendaki masyarakat tanpa kelas ala
komunisme, akan tetapi kemuliaan manusia adalah karena dzat manusia itu
sendiri.
f. Tolong menolong
Prinsip ini merupakan membantu antara sesama masyarakat bantu membantu
ini diarahkan sesuai dengan tauhid, terutama dalam upaya meningkatkan
kebaikan dan ketaqwaan kepada Allah.
g. Toleransi

8
Toleransi yang dimaksud adalah toleransi yang menjamin tidak terlarangnya
hak-hak islam dan umatnya, toleransi dapat diterima dan diselenggara selagi
tidak merugikan agama islam.
4. Pengertian Distribusi
Distributor adalah suatu Pihak yang membeli barang dari produsen yang
memproduksi barang tersebut secara langsung dengan tujuan menjualnya kembali
kepada toko-toko atau retail-retail produk bersangkutan. Misalnya anda membeli
beras satu truk secara langsung melalui pabriknya. Dan beras-beras tersebut anda jual
kembali ke toko-toko dan retail-retail yang membutuhkan. Contoh inilah yang
dikatakan sebagai kegiatan distributor. Jadi dapat disimpulkan distributor adalah
penyaluran barang dari pabrik ke toko-toko maupun retail-retail yang membutuhkan
tanpa harus memodifikasi barang tersebut.5
Sedangkan pengertian distribusi itu sendiri menurut konvensional diartikan
sebagai proses penyimpanan dan penyaluran produk kepada pelanggan. Meskipun
definisi konvensional tersebut memiliki pemahaman yang sempit dan cenderung
mengarah kepada perilaku ekonomi yang bersifat individu, namun dari pengertian
tersebut dapat dipahami bahwa dalam distribusi terdapat sebuah proses pendapatan
dan pengeluaran dari sumber daya yang dimiliki negara. Menurut Afzalurrahman
4distribusi adalah suatu cara di mana kekayaan disalurkan ke beberapa faktor
produksi yang memberikan kontribusi kepada individu, masyarakat, dan negara.
Sejalan dengan prinsip pertukaran (exchange), antara lain seseorang memperoleh
pendapatan yang wajar dan adil sesuai dengan kinerja dan kontribusi yang diberikan.
Distribusi yang didasarkan atas kebutuhan (need), seseorang memperoleh upah
karena pekerjaannya dibutuhkan oleh pihak lain. Satu pihak membutuhkan materi
untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan pihak lain membutuhkan tenaga
kerja sebagai faktor produksi.
Kekuasaan (power) juga berperan penting di mana seseorang yang memiliki
kekuasaan atau otoritas cenderung mendapatkan lebih banyak karena ada kemudahan
akses. Untuk itu, ketiga kriteria tersebut hendaknya lebih mengarah pada sistem
sosial dan nilai etika (social system and ethical values) yang berkembang di
masyarakat. Dengan demikian, pemerataan distribusi merupakan salah satu sarana
5
https://www.indoworx.com/pengertian-distributor-suplier-agen-reseller-dan-dropshipper/amp/
Diakses pada tgl 20 Maret 2023

9
untuk mewujudkan keadilan, di mana Islam menghendaki kesamaan pada manusia
dalam memperoleh peluang untuk mendapatkan harta kekayaan tanpa memandang
status sosial.
5. Tujuan dan Fungsi Distribusi
Tujuan kegiatan distribusi yang dilakukan oleh individu atau lembaga ialah
sebagai berikut:
a. Menyampaikan barang atau jasa dari produsen kepada konsumen. Barang
atau jasa produksi tidak akan ada artinya bila tetap berada di tempat
produsen. Barang atau jasa tersebut akan bermanfaat bagi konsumen yang
membutuhkan setelah ada kegiatan distribusi.
b. Mempercepat sampainya hasil produsen kepada konsumen. Tidak semua
barang atau jasa yang dibutuhkan konsumen dapat dibeli secara langsung dari
produsen. Ada barang barang atau jasa jasa tertentu yang memerlukan
kegiatan penyaluran atau distribusi dari produsen ke konsumen agar
konsumen mudah untuk mendapatkanya.
c. Tercapainya pemerataan produksi.
d. Menjaga kesinambungan produksi. Produsen atau perusahaan membuat
barang dengan tujuan dijual untuk memperoleh keuntungan. Dari hasil
penjualan tersebut dapat digunakan untuk melakukan proses produksi
kembali sehingga kelangsungan hidup perusahaan tetap terjamin.
e. Memperbesar dan meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi.
f. Meningkatnya nilai guna barang atau jasa.
Adapun fungsi utama distribusi adalah : Pengangkutan (Transportasi),
Penjualan (Selling), Pembelian (Buying), Penyimpanan (Stooring), Pembakuan
Standar Kualitas Barang, Penanggung Risiko
6. Etika distribusi dalam ekonomi islam
Kegiatan distribusi merupakan kegiatan penyaluran barang dari produsen ke
konsumen, melalui rantai pemasaran atau dari lokasi produksi ke berbagai lokasi
dimana konsumen berada. Dalam distribusi meliputi dua aspek yaitu penentuan
institusi yang akan melakukan kegiatan mendistribusikan barang (pedagang
besar/wholesaler, pedagang eceran/retailer, dan agen pemasaran/agent) dan
penentuan cara penyimpanan (penggudangan) dan alat-alat pengankutan yang akan

10
mendistribusikan barangdari pabrik perusahaan ke institusi-institusi yang membantu
memasarkan barang kepada para konsumen. Islam sangat mendukung pertukaran
barang dan menganggapnya produktif dan mendukung para pedangang yangg
berjalan di muka bumi mencari sebagian dari karunia Allah, dan membolehkan orang
memiliki modal untuk berdagang, tapi ia tetap berusaha agar pertukaran barang itu
berjalan atas prinsip- prinsip sebagai berikut : Larangan ikhtikar, Mencari
Keuntungan yang wajar, Distribusi yang meluas, Keadilan sosial.6
B. Bentuk - Bentuk Distribusi Baru dan Online Bisnis
Ada dua elemen pada dunia usaha, bisnis/industri dan konsumen. Kedua hal
inilah yang mempengaruhi jalur distribusi. apakah bisnis tersebut menggunakan
distribusi langsung. ataupun tidak langsung (melalui perantara). Distribusi langsung
adalah bisnis industri, sebagai produsen atau penyedia barang ataupun jasa. menjual
langsung kepada pelanggannya (bisa konsumen maupun bisnis industri). Distribusi
ini dilakukan tidak hanya dengan saluran offline, tetapi juga termasuk dengan online.
Sedangkan jalur distribusi tidak langsung adalah bisnis/industri menjual barangnya
kepada pelanggannya, melalui perantara. Ketika kita sudah dapat menentukan target
dari produk jasa/barang. target penjualan dalam bisnis dapat ditentukan, ingin
menjual kepada konsumen perorangan (business to customer), bisnis atau pelaku
industri lainnya (business to business). atau anda sebagai konsumen menjual kembali
barang yang dibeli kepada konsumen lain (customer to customer).
1. Jalur Distribusi Langsung Online: Media Sosial, Marketplace, dan Website
Jalur distribusi langsung kepada pelanggan dapat dilakukan salah
satunya dengan saluran online, melalui website bisnis, media sosial, dan
marketplace. Perpindahan budaya dari belanja offline ke digital, membuat
para pengusaha mau tidak mau mencoba jalur distribusi online. Setiap orang
kini dapat berbelanja dengan mudah hanya dengan smartphone miliknya.
a. Media Sosial
Masyarakat memiliki media-media pribadi. baik di platform atau
aplikasi Facebook, Twitter, ataupun Instagram. Mari kita lihat
karakter penggunaan dalam ketiga platform media sosial ini.
Facebook adalah salah satu jejaring sosial yang dipakai penggunanya
6
Mustafa Syukur, Distribusi Perspektif Etika dan Ekonomi Islam,(Jurnal Kajian Ekonomi:
Vol.02.No.02,2018).hal.36

11
untuk saling membagikan konten tertulis. gambar. video, dan link
website. Penggunanya biasanya merupakan komunitas yang
berselancar di media digital untuk dapat berbagi berbagai hal sesama
anggotanya atau jaringan temannya. Instagram adalah media sosial
tempat seseorang berbagi gambar-gambar dan video keseharian.
Twitter adalah media sosial untuk berbagi informasi, gagasan, dan
pesan secara tertulis, walau sekarang juga bisa ditautkan foto atau
video. Menjadikan platform media sosial sebagai tempat anda
berjualan atau sering disebut pula social commerce, adalah salah satu
pilihan. Melihat ketiga karakter media sosial ini. kita dapat
menentukan barang/ jasa kita Iebih potensial dipasarkan dengan
Facebook atau Twitter atau Instagram, atau ketiganya.
b. Marketplace
Begitu halnya dengan jalur distribusi online lainnya, yaitu platform
marketplace. Pertama-tama. banyak pelaku UKM yang masih bingung
perbedaan platform marketplace dengan e-commerce.
Sebagai contoh, Department Store Matahari atau jaringan MAP
memiliki website ecommerce atau perdagangan elektronik dimana
yang mengelola SKU produk yang muncul dan perbaruan
ketersediaan stoknya dikelola oleh Matahari/MAP selalu toko atau
Department Store (pedagang) yang juga menyediakan layanan online.
Sementara marketplace, contohnya adalah Tokopedia, Bukalapak,
Shopee, Blibli, yang secara solusi mereka hanya menyediakan
“tempat digital” bagi para pemilik toko. Jika dianalogikan dengan
platform retail offline, platform digital e-commerce (baik berupa
website atau aplikasi) adalah Toko Alfamidi, Giant, Ramayana, atau
Matahari Mall. Sementara padanan untuk platform digital marketplace
adalah seperti ITC Mangga Dua, ITC Fatmawati, PD Pasar Jaya, Mal
Plaza Senayan, hal ini karena bisnis mereka murni penyewaan tempat
bagi brand owner atau para pedagang buka toko di dalam
platform/gedungnya.

12
Hal lain yang bisa kita lihat dari ketiga platform marketplace ini
adalah kategori yang paling laku di platform mereka. Dengan
mengetahui hal tersebut, pebisnis bisa saja memaksimalkan promosi
penjualannya pada salah satu platform marketplace untuk keefektifan.
Dikutip dari Detik.com, ditemukan pola kategori yang laku dalam
platform Shopee yaitu produk-produk fashion wanita. Dalam riset
Team Asosiasi Digital Marketing Indonesia, ditemukan bahwa
Tokopedia memiliki tingginya permintaan dalam kategori alat rumah
tangga, craft, dan elektronik (handphone & tablet). Demografi utama
Bukalapak yang berdominan kepada laki-laki, membuat platform
marketplace ini memiliki keunggulan penjualan pada kategori hobi
dan gadget. Hal-hal tersebut tentunya dapat menjadi pertimbangan
UMKM dalam memilih dan melakukan promosi, tidak hanya melihat
dari jenis konsumen, tetapi jenis kategori yang laris dalam platform
marketplace tersebut.
c. Website
Website adalah halaman digital yang dibuat di internet. sehingga
konsumen dapat melihat profil bisnis kita dengan mudah melalui
alamat domain tertentu contoh, Ibarat lemari informasi digital,
website sangat bisa diutak-atik sesuai bentuk lemari yang ingin kita
buat. Ada Website yang hanya berfokus sebagai company profile
online. jadi tidak ada fitur e-commerce nya (seperti fitur untuk
memasukkan produk pilihan ke keranjang belanja. lalu melakukan
pembayaran), ada Website yang sudah dilengkapi dengan fitur e-
commerce. Membuat website memang dibutuhkan tingkat literasi
digital yang cukup tinggi, oleh karena itu, banyak pelaku UKM yang
menggunakan jasa konsultan untuk membuat website.
Usaha yang memiliki tampilan toko baik di e-commerce, respon yang
baik dari konsumennya, dan memiliki website apakah akan lebih
meningkatkan kepercayaan anda ketika berbelanja? Poin penting
dalam berbelanja online selain memberikan harga yang sesuai, barang
berkualitas, tetapi menumbuhkan kepercayaan konsumennya. Pebisnis

13
yang menggunakan jalur distribusi online harus menumbuhkan
berkali-lipat kepercayaan konsumennya, dibandingkan dengan
berjualan dengan jalur distribusi oflline. Pebisnis pemula biasanya
Iebih menggunakan e-commerce sebagai jalur distribusi online-nya,
untuk dapat memanfaatkan pengguna e-commerce tersebut sebagai
calon konsumen miliknya. Memiliki website menjadi nilai lebih
konsumen ketika ingin melihat informasi lebih produk yang
ditampilkan di e-commerce. “Duet Maut” e-commerce dan website
bukan tidak mungkin menjadikan omzet naik kilat.
2. Jalur Distribusi Langsung Offline
Jalur distribusi langsung ini juga dapat dilakukan dengan cara offline,
yaitu melalui warung dan toko. Pembukaan toko atau warung offline tentunya
menjadi strategi sendiri dalam bisnis UMKM. Selain itu, disini juga dapat
mengerahkan tenaga penjualan (sales person) yang menjual langsung ke
pelanggan yang bermobilisasi menghampiri masing-masing pelanggan.
Contohnya adalah penjual keliling Yakult dari rumah ke rumah. Untuk model
B2B (bisnis ke bisnis). strategi ini juga bisa diterapkan, misalnya yang
dilakukan sales perusahaan obat yang mendatangi berbagai rumah
sakit/klinik, dan apotek untuk menjual produknya.
Sama halnya dengan online, kita harus mengidentifikasi bisnis kita
terlebih dahulu, siapa konsumen kita dan di mana konsumen kita berada. Hal
ini memudahkan penjualan offline melalui toko dan warung menjadi efektif.
Pemilihan lokasi toko dan warung ini menjadi strategi pemilihan jalur
distribusi.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Produsen merupakan salah satu pelaku pentingdalam sebuah kegiatan
perekonomian. Tampa adanya produsen, sebuah perekonomian tidak dapat berjalan
lancar. Hal tersebut dikarenakan produsen memiliki peranan penting untuk
menyuplai kebutuhan masyarakat. Adapun seorang produsen jika menjalankan
usahanya, maka yang perlu dijunjung tinggi adalah kejujuran dan keadilan serta
kepercayaan yang telah dijalin dalam kerjasama. Sehingga, sekalipun antar produsen
berbeda budaya, pendidikan, lingkungan keluarga dan perbedaan-perbedaan yang
lain, jika kejujuran, keadilan dan kepercayaan atau kesetiaan ataupun i‟tikad baik
yang menjadi barometer dalam berperilaku produsen, maka usahanya mencapai nilai
guna secara dunia karena memiliki relasi yang variatif, juga sejahtera secara ukhrawi
karena mendapat berkah dalam usahanya.

15
Ada dua elemen pada dunia usaha, bisnis/industri dan konsumen. Kedua hal
inilah yang mempengaruhi jalur distribusi, apakah bisnis tersebut menggunakan
distribusi langsung ataupun jalur distribusi yang tidak langsung (melalui perantara).
Distribusi langsung adalah bisnis/industri, sebagai produsen atau penyedia barang
atau jasa, menjual langsung kepada pelanggannya (bisa konsumen maupun
bisnis/industri). Distribusi ini dilakukan tidak hanya dengan saluran offline, tetapi
juga termasuk dengan online. Sedangkan jalur distribusi tidak langsung adalah
bisnis/industri menjual barangnya kepada pelanggannya melalui perantara.
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus
menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

16
Daftar Pustaka
Usman Ermawati, 2007, Perilaku Produsen Dalam Etika Bisnis Islam, (Jurnal
Hunafa, Vol.04 No.03)
Sudarso Ardriasan, dkk, 2021, Etika Bisnis Prinsip dan Relevansi,(Yayasan Kita
Menulis)
Wigati Sri, 2011, Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Ekonomi Islam,(Jurnal
Maliyah: Vol.01.No.01)
Anas Muhammad, 2008, Penerapan Etika Bisnis Islam Dalam Konteks Produsen
Dan Konsumen,(Jurnal Millah: Vol.08,No.01)
https://www.indoworx.com/pengertian-distributor-suplier-agen-reseller-dan-
dropshipper/amp/ Diakses pada tgl 20 Maret 2023
Syukur Mustafa, 2018, Distribusi Perspektif Etika dan Ekonomi Islam,(Jurnal Kajian
Ekonomi: Vol.02.No.02)

17

Anda mungkin juga menyukai