DISUSUN OLEH:
FAKULTAS SYARIAH
2023/2024
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembautan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................5
C. Tujuan..........................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................7
PEMBAHASAN.....................................................................................................7
A. Pengertian bisnis.........................................................................................7
B. Tujuan Bisnis...............................................................................................8
C. Dasar Bisnis.................................................................................................9
BAB III..................................................................................................................16
PENUTUP.............................................................................................................16
A. KESIMPULAN..........................................................................................16
B. SARAN.......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bisnis merupakan bagian dari kegiatan ekonomi dan mempunyai
peranan yang sangat vital dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia.
Kegiatan bisnis mempengaruhi semua tingkat kehidupan manusia baik
individu, sosial, regional, nasional maupun internasional. Tiap hari jutaan
manusia melakukan kegiatan bisnis sebagai produsen, perantara maupun
sebagai konsumen.
1
Norvadewi, ”Bisnis dalam Perspektif Islam”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Syariah, Vol. 01, No.
01, Desember 2015, hal 33.
4
maksimalisasi keuntungan bahwa bisnis hanyalah kegiatan yang
berhubungan dengan keuntungan semata-mata mitos bisnis sebagai
permainan bisnis ini adalah arena persaingan atau peluang dengan
kemenangan sebagai tujuan utama. Dengan mitos tersebut, citra buruk
bisnis seakan mendapat legitimasi. Berbagai bentuk kecurangan terjadi
dalam bisnis seperti rendahnya solidaritas, tanggung jawab sosial dan
tingkat kejujuran, saling curiga, persaingan tidak sehat, penunggakan
utang, sogok menyogok, komersialisasi birokrasi bahkan memotong relasi
saingan untuk mematikan usaha saingan
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengerian bisnis?
b. Bagaimana tujuan bisnis dalam islam?
c. Bagaimana dasar bisnis dalam islam?
d. Bagaimana ketentuan bisnis dalam islam?
5
C. Tujuan
a. Mengetahu pengrtian bisnis.
b. Mengetahui tujuan bisnis dalam islam.
c. Mengetahui dasar bisnis dalam islam.
d. Mengetahui ketentuan bisnis dalam islam.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian bisnis
Secara bahasa kata bisnis berasal dari bahasa Inggris, yaitu
business dan businesess (pluralnya) artinya untuk urusan dagang, usaha,
perniagaan, ketataniagaan.2 Sedangkan di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai usaha dagang, usaha komersial dalam dunia
perdagangan di bidang usaha.
Secara istilah kata bisnis didefinisikan oleh para tokoh berikut,
yaitu menurut Suhendi dan Indra Sasangka, bisnis adalah suatu usaha
individu atau kelompok yang mengembangkan dan mentransformasikan
sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan barang atau jasa yang
dibutuhkan oleh konsumen sehingga mendapatkan keuntungan atau laba
dengan kegiatan itu.
Sedangkan menurut Skinner, bisnis adalah pertukaran barang, jasa
atau uang saling menguntungkan atau memberikan manfaat. Pada
dasarnya, bisnis memiliki makna sebagai “the buying and selling of good
and service”. Sedangkan perusahaan bisnis adalah suatu organisasi yang
terlibat dalam pertukaran barang, jasa atau uang untuk menghasilkan
keuntungan. Secara sederhana, bisnis adalah semua kegiatan yang
dilakukan seseorang atau lebih yang terorganisasi dalam mencari laba
melalui penyediaan produk yang dibutuhkan oleh masyarakat.3
Business may be defined as an activity, in which different persons
exchange something of value whether goods or services for mutual
again or profit, it may be called on organized and systematized activity
for profit.
2
John Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1996), Cet. Ke-
XXII, hlm. 90.
3
Francis Tantri, “Pengantar Bisnis” (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 4.
7
dimana orang-orang yang berbeda bertukar sesuatu yang bernilai baik
barang atau jasa saling menguntungkan, itu dapat disebut aktivitas yang
terorganisir dan sistematis untuk mendapatkan keuntungan.
Dari beberapa definisi bisnis yang telah dikemukan oleh para ahli,
penulis berkesimpulan bahwa bisnis adalah segala bentuk usaha yang
menghasilkan barang atau jasa yang dijual kepada para konsumen
dengan tujuan memperoleh keuntungan.
B. Tujuan Bisnis
Menurut Veithzal Rifai et al., bisnis dalam Islam bertujuan
untuk mencapai empat hal, yaitu sebagai berikt:
1. Target hasil: profit materi dan benefit nonmateri
Tujuan bisnis tidak selalu mencari profit (qimah madiyah atau
nilai materi), tetapi harus dapat memperoleh dan memberikan benefit)
keuntungan dan manfaat nonmateri, baik bagi si pelaku bisnis
sendiri maupun pada lingkungan yang lebih luas, seperti terciptanya
suasana persaudaraan, kepedulian sosial dan sebagainya.
2. Pertumbuhan
Jika profil materi dan benefit nonmateri telah diraih, maka
diupayakan pertumbuhan akan menaikan terus-menerus menigkat
setiap tahunnya dari profil dan benefit tersebut. Upaya pertumbuhan
ini tentu dalam koridor syariah.
3. Keberlangsungan
Pencapaian target hasil dan pertumbuhan harus terus diupayakan
keberlangsunagnya dalam waktu yang cukup lama dan dalam menjaga
keberlangsungan itu pada koridor syariat islam.
4. Keberkahan
Para pengelola bisnis harus menolak orientasi keberkahan ini
menjadi visi bisnisnya, agar senantiasa dalam kegiatanbisnis selalu
berada dalam kendali syariat dan diraihnya keridhaan Allah.
8
Sedengkan menurut Wiku Suryomurti, ada banyak alasan orang
berbisnis, yaitu:4
a. Supaya harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang
kaya saja.
9
1. Al-Qur’an
Al-qur’an telah tegas menyatakan kepada manusia untuk
berbisnis dalam mencari sebagian rezeki yang telah disediakan oleh
Allah untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia didunia. Sesuai
dengan firman Allah yang terdapat dalam QS. Al-Jumu’ah/62: 10.
“Dari Rifa’ah Ibn Rafi’ ra., sesungguhnya Nabi saw pernah ditanya
oleh seorang pemuda tentang usaha apakah yang paling baik? Beliau
bersabda: “Ialah usaha atau pekerjaan dengan menggunakan
tangannya sendiri dan setiap jual beli yang baik”. (HR. Baihaqi).
10
Hadis diatas menjelaskan kepada kita bahwa usaha yang paling
baik adalah usaha yang dikerjakan oleh tangan sendiri, karena itu
lebih baik manfaatnya. Karena aktivitas bisnis dapat menunjang
perekonomian masyarakat, dan Islam telah menganjurkan setiap diri
seorang muslim tertanam tentang pentingnya berbisnis.
Dalam hal ini ternyata sistem nilai yang berasal dari agama
memberikan pengaruh yang dominan terhadap prinsip-prinsip etika bisnis
pemeluknya. Hal ini telah dibuktikan oleh Max Weber dengan Protestant
Ethics nya yang membawa kemajuan pesat dalam pembangunan di Eropa.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Nurcholis Majid dalam Alma dan
Donni bahwa tesis Max Weber tentang Etika Protestan mengatakan
kemajuan ekonomi Eropa Barat adalah berkat ajaran asketisme (zuhud)
dalam ajaran Calvin. Kaum Calvinis menerima panggilan Ilahi untuk
bekerja keras dan tetap berhemat terhadap harta yang berhasil
11
dikumpulkan, karena hidup mewah bukanlah tujuan. Dengan hidup hemat
maka terjadilah akumulasi modal menuju kapitalisme.5
Islam sebagai agama yang besar dan diyakini paling sempurna telah
mengajarkan konsep-konsep unggul lebih dulu dari Protestan, akan tetapi
para pengikutnya kurang memperhatikan dan tidak melaksanakan ajaran-
ajaran Islam sebagaimana mestinya. Umat Islam seharusnya dapat
menggali inner dynamics sistem etika yang berakar dalam pola keyakinan
yang dominan. Karena ternyata banyak prinsip bisnis modern yang
dipraktekkan perusahaanperusahaan besar dunia sebenarnya telah
diajarkan oleh Nabi muhammad SAW. Perusahaan-perusahaan besar dunia
telah menyadari perlunya prinsip-prinsip bisnis yang lebih manusiawi
seperti yang diajarkan oleh ajaran Islam, yang dicontohkan oleh Rasulullah
SAW, yaitu:
1. Customer Oriented
Dalam bisnis, Rasulullah selalu menerapkan prinsip customer
oriented, yaitu prinsip bisnis yang selalu menjaga kepuasan
pelanggan.6 Untuk melakukan prinsip tersebut Rasulullah menerapkan
kejujuran, keadilan, serta amanah dalam melaksanakan kontrak bisnis.
Jika terjadi perbedaan pandangan maka diselesaikan dengan damai
5
Norvadewi, “Bisnis Dalam Perspektif Islam”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Syariah, Vol. 01, No.
01, Desember 2015, hal 37.
6
Afzalurrahman. 1997. “Muhammad Sebagai Seorang Pedagang”, Jakarta: Yayasan Swarna
Bhumy. Hal 19.
12
dan adil tanpa ada unsur-unsur penipuan yang dapat merugikan salah
satu pihak.
Dampak dari prinsip yang diterapkan, para pelanggan
Rasulullah SAW tidak pernah merasa dirugikan. Tidak ada keluhan
tentang janji-janji yang diucapkan, karena barang-barang yang
disepakati dalam kontrak tidak ada yang dimanipulasi atau dikurangi.
Untuk memuaskan pelanggan ada beberapa hal yang selalu
Nabi perintahkan. Beberapa hal tersebut antara lain, adil dalam
menimbang, menunjukkan cacat barang yang diperjual belikan,
menjauhi sumpah dalam jual beli dan tidak mempraktekkan apa yang
disebut dengan bai’ Najasy yaitu memuji dan mengemukakan
keunggulan barang padahal mutunya tidak sebaik yang dipromosikan,
hal ini juga berarti membohongi pembeli.
Selain itu prinsip customer oriented juga memberikan
kebolehan kepada konsumen atas hak Khiyar (meneruskan atau
membatalkan transaksi) jika ada indikasi penipuan atau merasa
dirugikan. Konsep Khiyar ini dapat menjadi faktor untuk menguatkan
posisi konsumen di mata produsen, sehingga produsen atau
perusahaan manapun tidak dapat berbuat semenamena terhadap
pelanggannya.
2. Transparansi
Prinsip kejujuran dan keterbukaan dalam bisnis merupakan
kunci keberhasilan. Apapun bentuknya, kejujuran tetap menjadi
prinsip utama sampai saat ini. Transparansi terhadap kosumen adalah
ketika seorang produsen terbuka mengenai mutu, kuantitas,
komposisi, unsur-unsur kimia dan lain-lain agar tidak membahayakan
dan merugikan konsumen.
Prinsip kejujuran dan keterbukaan ini juga berlaku terhadap
mitra kerja. Seorang yang diberi amanat untuk mengerjakan sesuatu
harus membeberkan hasil kerjanya dan tidak menyembunyikannya.
13
Transparansi baik dalam laporan keuangan, mapuun laporan lain yang
relevan.
3. Persaingan yang Sehat
Islam melarang persaingan bebas yang menghalalkan segala cara
karena bertentangan dengan prinsip-prinsip muamalah islam. Islam
memerintahkan umatnya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, yang
berarti bahwa persaingan tidak lagi berarti sebagai usaha mematikan
pesaing lainnya, tetapi dilakukan untuk melakukan sesuatu yang berbaik
bagi usahanya.
Rasulullah SAW memberikan contoh bagaimana bersaing dengan
baik dengan memberikan pelayanan sebaik-baiknya dan jujur dengan
kondisi barang dagangan seta melarang kolusi dalam persaingan bisnis
karena merupakan perbuatan dosa yang harus dijauhi. Sebagaimana
disebutkan dalam QS. Al-Baqarah ayat 188:
14
Muhammad SAW selalu tegas dalam menegakkan keadilan termasuk
keadilan dalam berbisnis. Saling menjaga agar hak orang lain tidak
terganggu selalu ditekankan dalam menjaga hubungan antara yang satu
dengan yang lain sebagai bentuk dari keadilan.
Keadilan kepada konsumen dengan tidak melakukan penipuan dan
menyebabkan kerugian bagi konsumen. Wujud dari keadilan bagi
karyawan adalah memberikan upah yang adil bagi karyawan, tidak
mengekploitasinya dan menjaga hakhaknya.
Dalam pemberian upah, Nabi Muhammad SAW telah
mengajarkannya dengan cara yang sangat baik yaitu memberikan upah
kepada pekerja sebelum kering keringatnya (HR. Ibnu Majah dari Umar).
Selain itu bentuk keadilan dalam bisnis adalah bahwa bisnis yang
dilaksanakan bersih dari unsur riba karena riba mengakibatkan eksploitasi
dari yang kaya kepada yang miskin. Oleh karena itu Allah dan RasulNya
mengumumkan perang terhadap riba. Larangan riba ini disebutkan dalam
QS. Al Baqarah ayat 278:
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bisnis dengan segala macamnya terjadi dalam kehidupan manusia
setiap hari secara luas. Banyaknya pelaku bisnis dan beragamnya
motivasi dan orientasi bisnis serta kompleksitas persoalan bisnis,
terkadang memaksa pelaku bisnis melakukan semua yang mereka bisa
untuk mencapai tujuannya, terutama tujuannya hanya untuk mencari
profit dan. Maka sering terjadi perbuatan negatif, yang akhirnya menjadi
kebiasaan dalam prilaku bisnis. Jika demikian, maka tidak jarang bisnis
diidentikkan dengan perbuatan yang kotor, karena terdapat perilaku
bohong, khianat, ingkar janji, tipu menipu dan lain sebagainya.
Dunia bisnis yang merupakan interaksi antara berbagai tipe manusia
sangat berpotensi menjerumuskan para pelakunya ke dalam hal-hal yang
diharamkan. Baik karena didesak oleh kebutuhan ekonomi, baik
dilakukan secara sendiri atau bersekongkol dengan orang lain secara
tidak sah atau karena ketatnya persaingan yang membuat dia melakukan
hal-hal yang terlarang dalam agama.
B. SARAN
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pera
pembaca, agar penulis dapat memperbaiki perbuatan makalah di waktu
yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
16
DAFTAR PUSTAKA
Norvadewi. (2015). ”Bisnis dalam Perspektif Islam”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Syariah. Vol. 01 No. 01.
Francis Tantri. (2009). “Pengantar Bisnis”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
17