Anda di halaman 1dari 26

PEMASARAN DALAM ISLAM

Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah :

“Etika Bisnis Islam”

Dosen Pengampu :

Hj. Maziyah Mazza Basya SHI., MSEI.

Disusun oleh :

1. Bella Fitria Destinasari (G74218073)


2. Fatimah Sari Dewi (G94218175)
3. Nurfitri Anisah (G74218115)
4. Sinta Nur Kholidiyah (G94218222)
PROGAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
KATA PENGANTAR

Puji syukr kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan tugas makalah etika bisnis islam yang berjudul
“Pemasaran Dalam Islam” baik tanpa adanya kendala apapun yang berarti.

Tugas makalah ini kami susun agar dapat memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
Etika Bisnis Islam. Tujuan lain penusunan tugas ini adalah supaya para pembacanya dapat
memahami tentang perilaku bisnis yang terlarang dalam islam lebih mendalam.

Materi pada makalah ini kami buat dengan menggunakan bahasa yang sederhana supaya
dapat dimengerti oleh pembaca.Artinya, kami ucapkan terima kasih kepada pengampu yang telah
memberikan kontribusinya dalam penyelesaian makalah ini.

Saran dan kritik dari berbagai pihak kami harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.
Denikan, terima kasih.

Surabaya, 17 Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................i

A. Latar belakang masalah....................................................................................................................i

B. Rumusan masalah.............................................................................................................................i

C. Tujuan penulisan...............................................................................................................................i

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................ii

A. Konsep Pemasaran Dalam Islam......................................................................................................ii

BAB III PENUTUP................................................................................................................................xvii

A. Kesimpulan..................................................................................................................................xvii

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Seiring dengan sejarah manusia dalam memenuhi kebutuhannya, ada pihak yang meminta
dan ada yang menawarkan. Pemasaran menarik perhatian yang sangat bessar baik dari
perusahaan, lembaga maupun antar bangsa. Bergesernya sifat baik dari perusahaan, lembaga
maupun antar bangsa. Berbagai organisasi dalam melaksanakan pemasaran seperti lembaga-
lembaga pemerintah, orgnisasi keagamaan dan lain-lain memandang pemasaran sebagai suatu
cara baru untuk berhubungan dengan masyarakat umum. Pada awal sejarah bahwa pemasaran
dilakukan dengan casra pertukaran barang (Barter) dan terus berkembang menjadi perekonomin
dengan menggunakan uang sampai dengan pemasaran yang modern.
Pada suatu kenyataan, utamanya factor alam, terdapat suatu jenis barang dalam jumlah
besar pada suatu tempat, sedangkan di tempat lain hamper tidak didapat. Keadaan seperti ini
menghendaki kecakapan orang tertentu di tempat tertentu pula. Misalnya ikan di tepi pantai
relative banyak, sedangkan buah-buahan di  pegunungan relatif  banyak. Untuk itu perlu adanya
kecakapan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing, diperlukan pemasaran di situ terlihat
antara produsen dan konsumen dengan tempat yang saling berjauhan dan produk yang berbeda
pada tempat yang berbeda pula. Pemasaran khusunya jual beli di lakukan dengan barter sudah
sukar dilakukan. Dengan demikian akan digunakan uang sebagai alat tukar atau sebagai alat
perantara. Orang yang melakukan kegiatan menyampaikan barang dan jasa itu telah melakukan
kegiatan pemasaran.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep pemasaran da;am islam?
2. Apa yang dimaksud dengan prinsip dan tujuan pemasaran dalam islam
3. Apa yang dimaksud dengan bauran pemasaran dalam islam?
4. Apa yang dimaksud dengan hokum persaingan bisnis dalam islam?
C. Tujuan penulisan
Maklaah ini kami tulis dengan tujuan untuk memenuhi mata kuliah etika bisnis islam dan
juga agar pembaca lebih mengetahui tentang Pemasaran Dalam Islam.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Pemasaran Dalam Islam


Jika kita melihat berbagai konsep pemasaran Islam yang ada, peran agama Islam dalam
kajian pemasaran adalah sebagai alat pemasaran (marketing tool). 1Allah Swt. menunjuk manusia
sebagai khalifah di bumi ini dengan dibekali syariah Islam. Bekal ini berlaku untuk semua aspek
kehidupan, termasuk kegiatan pemasaran. Sehingga, agama Islam haruslah dipakai sebagai alat
pemasaran. Dalam hal ini, pemasar Islam harus dapat mengintegrasikan ajaran agama Islam
dalam konsep pemasaran Konvensional untuk mewujudkan sebuah konsep pemasaran Islam.
Argumentasi ini juga didukung oleh beberapa akademisi yang telah menawarkan konsep
pemasaran Islam melalui integrasi pemasaran Konvensional dan ajaran Islam.

Nurhazirah Hashim dan Muhammad Iskandar Hamzah misalnya telah merumuskan konsep
pemasaran Islam dengan mengintegrasikan konsep pemasaran 7P’s dengan ajaran Islam (Islamic
teaching). 7P’s yang dimaksud di sini adalah 7 elemen bauran pemasaran, yaitu product,
promotion, price, place, people, physical environment, dan process. Ketujuh elemen bauran
pemasaran ini kemudian diintegrasikan dengan 7P’s Islam yang dikenalkan oleh Wilson J. A. J.
(2012), yaitu Pragmatism, Pertinence, Palliation, Peer, Pedagogy, Persistent, dan Patience.2

1
Muhammad Arham, “Islamic Perspective on Marketing”, Journal of Islamic Marketing, vol. 1, no. 2 (2010),h. 149-
164
2
Wilson, J. A. J. (2012), “Looking at Islamic marketing, branding and Muslim consumer
behavior beyond the 7P’s”, Journal of Islamic Marketing, Vol. 3, h. 212-216.
Pragmatism and Product yang dimaksud di sini adalah bagaimana memilih produk dan jasa
yang akan dijual, yang sesuai dengan kebutuhan manusia. Hal ini merujuk pada sikap Rasulullah
Saw. yang memilih menjual produk yang dibutuhkan oleh seluruh manusia. Pertinence and
Promotion berarti kegiatan promosi harus tepat dan sesuai dengan apa adanya. Islam melarang
mempromosikan produk dan jasa dengan membuat janji yang berlebihan agar konsumen tidak
frustasi ketika ada hal yang tidak sesuai dengan ekspektasinya. 3 Palliation and Price yang
dimaksud adalah memberikan harga yang dapat diterima oleh pasar, dengan memberikan diskon
ataupun sejenisnya. Rasulullah Saw. selalu menjual dagangannya dengan harga yang selalu
diterima para konsumennya. Beliau mendapatkan keuntungan berdasarkan volume penjualan.
Sehingga, strategi ini sangat tepat digunakan saat telah dapat memasuki semua segmen pasarnya.
Peer-support and People dalam hal ini adalah menjaga hubungan dan kepuasan konsumen. 4
Rasulullah Saw. dalam hal ini memberikan contoh bagaimana bersikap baik dengan para
konsumennya sehingga beliau selalu terhindar dari konflik dengan para konsumen maupun klien
dagangnya.

3
Dalia Abdel Rahman Farrag, “The Role of “Shariah” in Shaping Egyptians Consumer Behavior Towards Sales
Promotion Tools”, dipresentasikan di 2nd Global Islamic Marketing Conference.
4
Abul Hasan, et. al., “Islamic Marketing Ethics and Its Impact on Customer Satisfaction in the Islamic Banking
Industry”, JKAU: Islamic Econ, vol. 21, no. 1 (2008),h. 27-46.
Pedagogy and Physical environment. Pedagogi di sini adalah membiasakan diri dan para
stakeholder untuk berlaku transparan dalam segala hal. Dalam konteks pemasaran Islam, sikap
transparansi harus dimiliki oleh lingkungan kerja untuk menjaga integritas sehingga seluruh
informasi terkait produk dan jasa yang dijual didapatkan oleh konsumen. Rasulullah Saw. selalu
memberikan jaminan dirinya atas apa yang beliau jual kepada para konsumennya. Persistence
and Process atau ketekunan dan proses merupakan dua hal yang harus dilakukan secara bersama.
Dan yang terakhir adalah Patience and Place atau kesabaran dan tempat. Nabi Muhammad Saw.
dalam hal ini memerintahkan untuk tidak menyembunyikan apapun untuk pelanggan selama
bertransaksi. Beliau juga melarang untuk menjual sesuatu yang bukan miliknya. Hal ini adalah
wujud ajaran Islam yang selalu mengedepankan dan menjaga hak dan kepentingan konsumen

B. Tujuan dan prinsip-prinsip pemasaran syariah

Menurut Hermawan Kertajayadan Muhammad Syakir Sula adalah memberikan dua tujuan
utama dari Marketing Syariah atau Pemasaran Syariah, yaitu:

1. Memarketingkan Syariah dimana perusahaan yang pengelolaannya berlandaskan syariah


Islam dituntut untuk bisa bekerja dan bersikap profesional dalam dunia bisnis. Juga
dibutuhkan suatu program pemasaran yang komprehensif mengenai nilai dan value dari
produkproduk syariah agar dapat diterima dengan baik, sehingga tingkat pemahaman
masyarakat yang masih memandang rendah terhadap perbedaaan yang ditawarkan oleh
perusahaan yang berbasiskan islami. 
2. Memarketingkan dengan mensyariahkan marketing, adalah sebuah teknik pemasaran tidak
akan serta merta menjalankan bisnisnya demi keuntungan pribadi saja tetapi juga karena
usaha untuk menciptakan dan menawarkan bahkan dapat merubah suatu nilai kepada para
penguasa utamanya (Allah Swt, konsumen, karyawan, pemegang saham). Sehingga usaha
tersebut dapat menjaga keseimbangan laju bisnisnya dan menjadi bisnis yang berkelanjutan
yang sessuai dengan konsep Islami atau Syariah.

Prinsip-prinsip pemasaran syariah, dalam buku karya Hermawan Kertajaya dan Sakir Sula
mengatakan bahwa untuk mengkonsep sebuah marketing syariah harus mengetahui tentang
prinsip-prinsip marketing syariah. Menurut mereka ada 17 prinsip marketing syariah, yaitu:

1) Information Technology Allows Us to be Transparent (Change)


Perubahan adalah suatu hal yang pasti akan terjadi. Oleh karena itu, perubahan perlu disikapi
dengan cermat. Kekuatan perubahan terdiri dari lima unsur: perubahan tekhnologi, perubahan
politik legal, perubahan sosialkultural, perubahan ekonomi, dan perubahan pasar. Dalam hal
ini lebih menekankan pada dampak perubahan tekhnologi. Akar terjadinya segala perubahan
– baik perubahan sosial, politik, ataupun ekonomi – adalah karena adanya inovasi terus-
menerus di bidang tekhnologi. Dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat harus
dimanfaatkan oleh markerter syariah untuk menopang kinerja dari para markerter itu sendiri.
Para markerter tentu akan dimudahkan dalam melayani masyarakat dengan perkembangan
teknologi.
2) Be Respectful to Your Competitors (Competitor)
Dalam menjalankan syariah marketing, perusahaan harus memperhatikan cara mereka
menghadapi persaingan usaha yang serba-dinamis. Jadi ketika persaingan usaha yang
dihadapi semakin ketat dan kadang bersifat kotor, perusahaan harus mempunyai kekuatan
moral untuk tidak terpengaruh oleh permainan bisnis seperti itu. Para markerter syariah harus
patuh pada prinsipprinsip islam dalam melakukan kegiatan pemasaran. Dalam menghadapi
persainganpun markerter syariah dituntut untuk bersaing secara sehat dan tidak menggunakan
cara-cara yang kotor. Markerter syariah juga harus menghormati para pesaingnya karena
pada dasarnya semua manusia bekerja untuk mencari rezki untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
3) The Emergence of Customers Global Paradox
Custome di era globalisasi seperti sekarang, masyarakat menjalani kehidupannya secara
paradoks. Paradoks yang terjadi ini mengharuskan kita untuk fokus terhadap apa yang
terpenting dalam aktivitas sehari-hari. Bagi umat beragama, globalisasi membawa banyak
manfaat dan peluang, karena itu kita mesti belajar satu sama lain tanpa meninggalkan jati diri
kita. Dizaman globalisasi ini para markerter syariah harus cepat beradaptasi pada lingkungan.
Karena dizaman globalisasi ini muncul budaya-budaya baru yang masuk karena pengaruh
globalisasi.
4) Develop A Spiritual-Based Organization (Company)
The Body Shop yang didirikan oleh Anita Roddick, merupakan perusahaan kosmetik yang
pernah terpilih sebagai Company if the Year pada tahun 1987, merupakan perusahaan yang
sukses berkat nilai dan prinsip dasar yang dianut perusahaannya. The Body Shop mempunyai
prinsip kejujuran, yang ditunjukkan dengan memberikan value yang sesuai kepada pelanggan
dari produk-produk yang dihasilkan. Apa yang dilakukan Anita Roddick ini pada dasarnya
adalah penerapan nilai-nilai spiritual dalam perusahaan. Dengan menerapkan spiritual-based
organization, mereka selalu menyampaikan pesan-pesan kepada bawahannya untuk
menjadikan dunia sebagai tempat yang lebih baik dengan mengedepankan kerendahan hati
dan kejujuran,bahkan ketika mereka telah menjadi pengusaha sukses.
Seperti halnya perusahaan milik Anita Roddick yang sukses dengan menerapkan prinsip-
prinsip spiritual bank syariah ataupun BMT harus menerapkan prinsip-prinip spiritual dari
setiap elemen perusahaannya termasuk para markerter. Agar markerter bekerja dengan
sepenuh hati untuk mencapai kebahagian yang hakiki.
5) View Market Universally (Segmentation)
Segmentasi adalah seni mengidentifikasi serta memanfaatkan peluang-peluang yang muncul
di pasar. Segmentasi memungkinkan perusahaan untuk lebih fokus dalam mengalokasikan
sumber daya. Dengan cara-cara yang kreatif dalam membagi-bagi pasar ke dalam beberapa
segmen, perusahaan dapat menentukan di mana mereka harus memberikan pelayanan terbaik
dan di mana mereka mempunyai keunggulan kompetitif paling besar.
6) Target Customer’s Heart and Soul (Targeting)
Targeting adalah strategi mengalokasikan sumber daya perusahaan secara efektif, karena
sumber daya yang dimiliki terbatas. Dengan menentukan target yang akan dibidik, usaha kita
akan lebih terarah. Tanpa adanya targeting maka para karyawan akan bekerja semaunya
sendiri, padahal mereka mempunyai potensi yang besar untuk memperoleh hasil yang
maksimal. Maka dari itu targeting penting dalam perusahaan untuk merealisasikan potensi
pada karyawan itu sendiri.
7) Build A Belief System (Positioning)
Positioning adalah strategi untuk merebut posisi dibenak konsumen, sehingga strategi ini
menyangkut bagaimana membangun kepercayaan, keyakinan, dan kompetensi bagi
pelanggan. Dan untuk perusahaan berbasis syariah, membangun kepercayaan berarti
menunjukkan komitmen bahwa perusahaan syariah itu menawarkan sesuatu yang lebih jika
dibandingkan perusahaan non-syariah.
8) Differ Yourself with A Good Package of Content and Context (Differentiation)
Diferensiasi didefinisikan sebagai tindakan merancang seperangkat perbedaan yang
bermakna dalam tawaran perusahaan. Diferensiasi bisa berupa content (dimensi diferensiasi
yang merujuk pada value yang ditawarkan kepada pelanggan), dan context (dimensi yang
merujuk pada cara anda menawarkan produk).
9) Be Honest with Your 4 Ps (Marketing-Mix)
Marketing-mix yang elemen-elemennya adalah product, price, place, dan promotion (4P).
Product dan price adalah komponen dari tawaran (offers), sedangkan place dan promotion
adalah komponen dari akses (access). Bagi perusahaan syariah, untuk komponen tawaran
(offer), produk dan harga haruslah didasari dengan nilai kejujuran dan keadilan; sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah. Komponen akses (access) sangat berpengaruh terhadap
bagaimana usaha dari perusahaan dalam menjual produk dan harganya. Promosi bagi
perusahaan yang berlandaskan syariah haruslah menggambarkan secara riil apa yang
ditawarkan dari produk-produk perusahaan tersebut.
10) Practice A Relationship-Based Selling (Selling)
Selling yang dimaksud di sini adalah bagaimana memaksimalkan kegiatan penjualan
sehingga dapat menciptakan situasi yang win-win solution bagi si penjual dan pembeli.
Dalam melakukan selling, perusahaan tidak hanya menyampaikan fitur-fitur dari produk dan
jasa yang ditawarkan saja, melainkan juga keuntungan dan bahkan solusi dari produk dan
jasa tersebut.
11) Use A Spiritual Brand Character (Brand)
Dalam pandangan syariah, Brand yang baik adalah yang mempunyai katakter yang kuat. Dan
bagi perusahaan atau produk yang menerapkan syariah marketing, suatu brand juga harus
mencerminkan karakter-karakter yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah atau
nilai-nilai spiritual. Beberapa karakter yang bisa dibangun untuk menunjukkan nilai spiritual
ini bisa digambarkan dengan nilai kejujuran, keadilan, kemitraan, kebersamaan, keterbukaan,
dan universalitas.
12) Service Should Have the Ability to Transfrom (Service)
Untuk menjadi perusahaan yang besar dan sustainable, perusahaan berbasis syariah
marketing harus memperhatikan servis yang ditawarkan untuk menjaga kepuasan
Stakeholders. Stakeholders yang dimaksud bukan Cuma konsumen saja tapi juga pemegang
saham, pemerintah, dan para karyawan sendiri.
13) Practice A Reliable Business Process (Process)
Proses mencerminkan tingkat quality, cost, dan delivery yang sering disingkat sebagai QCD.
Proses dalam konteks kualitas adalah bagimana menciptakan proses yang mempunyai nilai
lebih untuk konsumen. Proses dalam konteks cost adalah bagaimana menciptakan proses
yang efisien yang tidak membutuhkan biaya yang banyak, tetapi kualitas terjamin.
Sedangkan proses dalam konteks delivery adalah bagaimana proses pengiriman atau
penyampaian produk atau servis yang ditawarkan perusahaan kepada
konsumen1.Information Technology Allows Us to be Transparent (Change)
14) Create A Balanced value to Your Stakeholders (Scorecard)
Prinsip dalam syariah marketing adalah menciptakan value bagi para stakeholders-nya. Tiga
stakeholders utama dari suatu perusahaan adalah pelanggan, karyawan, dan pemegang
saham. Ketiga stakeholders itu sangat penting, karena mereka adalah orang-orang yang
sangat berperan dalam menjalankan suatu usaha. Dalam menjaga keseimbangan ini,
perusahaan harus bisa menciptakan value yang unggul bagi ketiga stakeholders utama
tersebut dengan ukuran bobot yang sama.
15) Create A Noble Cause (Inspiration)
Inspirasi adalah tentang impian yang hendak dicapai yang akan membimbing perusahaan
sepanjang perjalanannya untuk mewujudkan goals perusahaan tersebut. Maka, dalam
perusahaan berbasis syariah marketing, penentuan visi dan misi tidak bisa terlepas dari
makna syariah itu sendiri, dan tujuan akhir yang ingin dicapai. Tujuan akhir ini harus bersifat
mulia, lebih dari sekedar keuntungan finansial semata.
16) Develop An Ethical Corporate Culture (Culture)
Budaya perusahaan menggambarkan jati diri perusahaan tersebut. Hal ini tercermin dari
nilai-nilai yang dianut oleh setiap individu di perusahaan dan perilakunya ketika menjalankan
proses bisnisnya. Budaya perusahaan yang sehat adalah budaya yang diekspresikan oleh
setiap karyawannya dengan hati terbuka dan sesuai dengan nilainilai etika. Berikut ini adalah
beberapa budaya dasar dalam sebuah perusahaan berbasis syariah: a) Budayakan mengucap
salam b) Murah hati, bersikap ramah, dan melayani. c) Cara busana nuansa syariah. d)
Lingkungan kerja bersih.
17) Measurement Must Be Clear and Transparents (Institution)
Prinsip yang terakhir adalah bagaimana membangun organisasi/institusi sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah. Dalam perusahaan syariah harus mempunyai sistem umpan balik
yang bersifat transparan. Sistem umpan balik ini memeriksa tentang kepuasan akan
terpenuhinya kebutuhan ketiga steak-holders utamanya. Transparansi berarti bahwa ketiga
steak-holders utama itu harus mendapatkan informasi yang sejelas dan sejujur mungkin dari
perusahaan.5

C. Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Dalam Islam


Pemasaran mencakup setiap usaha untuk mencapai kesesuaian antara perusahaan dengan
lingkungannya dalam rangka mencari pemecahan atas masalah terkait bisnis. Pemasaran
memiliki peranan yang penting dalam pengembangan strategi. Menurut Badri Sutrisno et.al
(2003:26) strategi pemasaran merupakan pendekatan pokok yang akan digunakan oleh unit
bisnis dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan terlebih dahulu, yang mana di dalamnya
terdapat keputusan-keputusan pokok mengenai target pasar, penempatan produk di pasar, bauran
pemasaran dan tingkat biaya pemasaran yang diperlukan.
Sasaran pemasaran dapat diartikan sebagai suatu pernyataan yang akan dicapai melalui
kegiatan-kegiatan pemasaran. Sedangkan bauran pemasaran diartikan sebagai kombinasi yang
unik dari distribusi produk, promosi, dan strategi harga yang didesain untuk menghasilkan
pertukaran yang saling memuaskan dengan pasar sasaran. Menurut Kotler dan Armstrong (1997)
marketing mix merupakan variable-variabel terkendali yang digabungkan untuk menghasilkan
tanggapan yang diharapkan dari pasar sasaran. 6 Kartajaya (1997:305) mengatakan bahwa pada
saat marketing mix dapat diterapkan dalam keseluruhan konsep marketing, maka perusahaan
benar-benar dalam keadaan kritis atau bahaya. Konsekuensi perusahaan dalam berjuang dan
meningkatkan posisi profil adalah sepenuhnya bergantung pada kemampuan pihak manajemen
untuk memahami arti dari marketing mix itu sendiri. Adapun variabel yang tercakup dalam
marketing mix adalah sebagai berikut:
1. Product (Produk)

5
Kertajaya, Hermawan., Muhammad Syakir Sula. 2006. Syariah Marketing. Bandung: Mizan Media Utama.
 
 
6
Hendri Sukotjo dan Sumanto Radix A., Analisa Marketing Mix-7P (Produce, Price, Promotion, Place, Participant,
Process, and Physical Evidence) Terhadap Keputusan Pembelian Produk Klinik Kecantikan Teta Di Surabaya),
Surabaya: Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, 2010, Jurnal Mitra Ekonomi dan manajemen Bisnis, Vol. 1 No. 2,
hlm. 218-219.
Menurut Kotler dan Armstrong (2000) produk merupakan sesuatu yang dapat ditawarkan
ke dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi sehingga dapat
memuaskan keinginan atau kebutuhan.
Dalam perspektif islam, suatu produk yang akan dipasarkan atau ditukarkan haruslah
produk yang halal dan memiliki mutu atau kualitas yang terbaik, dan bukan sebaliknya yang
mana untuk memperoleh keuntungan yang sebanyak-banyaknya produsen menurunkan
kualitas produk yang dibuatnya.
Al-Muslih (2004) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam
menawarkan sebuah produk7, yaitu:
a. Produk yang ditawarkan harus memiliki kejelasan.
Kejelasan disini memiliki arti bahwa barang yang diperjual-belikan memiliki
kejelasan dari hal ukuran, takaran, kejelasan komposisi, tidak rusak atau kadaluarsa,
serta menggunakan bahan-bahan yang baik.
b. Produk yang diperjual-belikan merupakan produk yang halal.
Halal yang dimaksud disini adalah segala sesuatu yang baik dan bersih, baik itu
dari segi barangnya maupun dari cara perolehannya. Hal ini ditegaskan di dalam QS.
Al-Maidah ayat 3, yang memiliki arti:
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi,(daging hewan) yang
disembelih dengan nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang
ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya,
dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga)
mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah
kefasikan.pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan)
agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku,
dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena
kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.”
c. Dalam melakukan kegiatan jual-beli harus menjunjung tinggi nilai kejujuran.
Seperti dalam hadits Rasulullah saw. yang berbunyi “Jika barang itu rusak maka
katakanlah rusak, jangan engkau sembunyikan. Jika barang itu murah janganlah
7
https://masoemuniversity.ac.id/berita/mentaati-syarat-produk-dalam-marketing-mix-islami.php, diakses pada
tanggal 27 Desember 2020, pukul 16.52 WIB.
engkau mengatakannya mahal. Dan jika barang itu jelek maka katakanlah jelek,
janganlah engkau mengatakannya bagus.” (HR. Tirmidzi).
Bila dilihat dari hadits diatas, maka sangatlah jelas bahwa islam memperbolehkan
menjual produk cacat, namun yang menjadi dilarang adalah jika produk cacat tersebut
disembunyikan atau tidak diberitahukan. Artinya, produk meliputi barang dan jasa yang
ditawarkan pada calon pembeli haruslah yang berkualitas sesuai yang dijanjikan.
2. Price (Harga)
Harga memiliki peranan yang penting dalam marketing mix karena berhubungan erat
dengan elemen lainnya. Agar suatu produk dapat bersaing dipasaran maka pengusaha dapat
melakukan strategi penetapan harga dalam hubungannya dengan pasar, yaitu apakah
mengikuti harga dibawah pasaran atau diatas pasaran. Beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam melaksanakan kebijakan harga adalah menempatkan harga dasar
produk, menentukan potongan harga, pembiayaan ongkos kirim, dan lain-lain yang
berhubungan dengan harga.
Penetapan harga dalam perspektif islam tidaklah terlalu rumit. Dasar penetapan harga
tertumpu pada besaran nilai atau harga suatu produk yang tidak boleh ditetapkan dengan
berlipat-lipat besarnya, setelah dikurangi dengan biaya produksi. Di dalam melakukan
transaksi ekonomi menurut islam, tidak dibenarkan untuk mematok harga yang berlipat
ganda sebagai wujud keuntungan pribadi atau perusahaan. Hal tersebut didasarkan pada
hadits Rasulullah saw. yang berbunyi “Diriwayatkan dari Ma’bil bin Yasar bahwa
rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa yang berbuat sesuatu dalam (menentukan) harga-
harga orang Islam agar memahalkannya, maka Allah berhak menundukkannya dengan
tulang dari api neraka pada hari kiamat”. Kemudian Ma’bal ditanya, “apakah kamu
mendengarnya dari Rasulullah?”, Ma’bal menjawab: “Ya. Bahkan tidak hanya satu atau
dua kali.” (HR. Ahmad bin Hanbal).
Menurut Husna (2010) setiap pengusaha dianjurkan untuk tidak hanya mencari
keuntungan dan mementingkan diri sendiri, melainkan juga harus memperhatikan
kepentingan sesama. Praktik manipulasi dan memahalkan harga dipicu oleh sikap egois dan
individualis yang bertentangan dengan prinsip kemaslahatan Islam. Islam mengajarkan kasih
sayang dan kepedulian yang tinggi terhadap nasib sesama, terutama orang-orang yang lemah.
Praktik memahalkan harga akan melemahkan daya beli masyarakat, apalagi bila negara
sedang mengalami keterpurukan ekonomi.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep harga dalam perspektif Islam
bukan berlandaskan pada faktor keuntungan semata, melainkan juga didasarkan pada aspek
daya beli masyarakat dan kemaslahatan umat, dan konsep keuntungan yang berlipat-lipat dari
penetapan harga yang mahal tidak dibenarkan.
3. Promotion (Promosi)
Bauran promosi adalah suatu kegiatan dalam bidang pemasaran yang bertujuan untuk
meningkatkan jumlah penjualan dengan cara mempengaruhi konsumen baik secara langsung
maupun tidak langsung. Menurut Swastha (2003) promosi adalah arus atau persuasi satu arah
yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang
menciptakan pertukaran dalam pemasaran.
Agar promosi yang dilakukan menjadi efektif dan efisien maka faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan menurut Swastha dan Irawan (1990) sebagai berikut:
a. Besarnya dana yang diberikan untuk produksi
b. Sifat pasar
c. Jenis produk yang diproduksi
d. Tahap-tahap dalam siklus produk
Adapun tujuan dari promosi menurut Swastha dan Irawan (1990), antara lain:
a. Memodifikasi tingkah laku
Perusahaan menggunakan promosi untuk mempengaruhi tingkah laku dan pendapat
konsumen terhadap produk yang dipasarkan dan memperluas tingkah laku yang ada.
b. Memberi tahu
Kegiatan promosi dapat ditujukan untuk memberi tahu kepada pasar yang dituju oleh
perusahaan tentang penawaran produk yang dihasilkan.
c. Membujuk
Promosi diarahkan untuk mendorong pembelian dengan menciptakan kesan positif dari
suatu produk agar konsumen terbujuk untuk melakukan pembelian.
d. Mengingat
Promosi yang bersifat mengingatkan dimaksudkan agar konsumen selalu mengingat
produk yang ditawarkan sehingga produk tersebut selalu diingat oleh konsumen.
Promosi dalam perspektif syariah merupakan suatu upaya penyampaian informasi yang
benar terhadap produk barang atau jasa kepada calon pelanggan atau konsumen. Berkaitan
dengan hal itu, ajaran Islam sangat menekankan agar menghindari unsur penipuan atau
memberikan informasi yang tidak benar bagi calon pelanggan atau konsumen. Dalam sebuah
hadits disebutkan bahwa: “Ibnu Umar berkata: “Seorang laki-laki mengadu kepada Nabi,
“Aku telah tertipu dalam jual beli.” Maka beliau bersabda, “Katakanlah kepada orang yang
kamu ajak berjual beli, “Tidak boleh menipu!” sejak itu, jika ia bertransaksi jual beli, ia
mengatakannya.” (HR. Bukhari).
Hadits tersebut dapat menjadi acuan bagi perusahaan yang melakukan upaya promosi
baik dalam hal menjual produk atau jasa ke publik agar memberikan informasi yang benar
dan akurat, sehingga tidak mengandung unsur penipuan yang dapat merugikan pelanggan
atau konsumen.
4. Place (Saluran Promosi atau Tempat)
Menurut Ali Hasan (2008) saluran pemasaran merupakan basis lokasi kantor operasional
dan administrasi perusahaan yang memiliki nilai strategis yang memperlancar dan
mempermudah penyampaian produk dari produsen kepada konsumen melalui transaksi
perdagangan. Beberapa pakar marketing mendefinisikan saluran pemasaran sebagi berikut:
a. Saluran pemasaran merupakan suatu fungsi dan sistem jaringan perantara (agen,
pedagang, ritel) yang terorganisasi melakukan semua aktivitas pemasaran yang di
perlukan untuk menghubungkan produsen dan konsumen (Berman, 1996).
b. Saluran pemasaran merupakan organisasi kontraktual eksternal yang manajemennya
beroperasi untuk membuat pergerakan fisik dan pemindahan pemilikan produk dari
produsen ke konsumen mencapai tujuan pemasaran (Rosenbloom, 1995).
c. Saluran Pemasaran suatu bentuk jaringan organisasional yang menghubungkan produsen
dengan pengguna atau pembeli baik barang atau jasa (Craven, 1991).
Ada beberapa alternatif yang dapat dipilih oleh perusahaan dalam menyalurkan barang
konsumsi agar sampai kepada pemakai akhir, diantaranya adalah:
a. Produsen ˗ Agen ˗ Pengecer ˗ Konsumen
Produsen memilih agen (penjualan atau pabrik sebagai penyalurnya). Penyalur
menjalankan kegiatan perdagangan besar dalam saluran pemasaran yang ada. Sasaran
penjualannya terutama ditujukan kepada para pengecer besar.
b. Produsen ˗ Agen ˗ Pedagang Besar ˗ Pengecer ˗ Konsumen
Dalam saluran pemasaran ini, produsen menggunakan agen sebagai perantara untuk
menyalurkan produknya kepada pedagang besar, yang kemudian oleh pedagang besar
dijual ke toko-toko kecil. Agen yang terlibat dalam saluran pemasaran ini terutama agen
penjualan.
c. Produsen ˗ Pedagang Besar ˗ Pengecer ˗ Konsumen
Saluran pemasaran ini sering disebut saluran distribusi tradisional. Dimana produsen
hanya melayani penjualan jumlah besar kepada pedagang besar, dan tidak menjual ke
pengecer. Pembelian pengecer dilayani pedagang besar, dan pembelian konsumen
dilayani oleh pengecer.
d. Produsen ˗ Pengecer ˗ Konsumen
Saluran pemasaran ini disebut saluran pemasaran tidak langsung, dimana pengecer
besar melakukan pembelian kepada produsen, produsen mendirikan toko pengecer agar
langsung dapat melayani konsumen.
e. Produsen ˗ Konsumen
Saluran pemasaran ini merupakan bentuk saluran pemasaran yang paling pendek dan
sederhana, dimana tidak terdapat perantara. Produsen dapat menjual langsung kepada
konsumen melalui surat pos atau menjual langsung dari rumah ke rumah.
Saluran pemasaran juga dapat didefinisikan sebagai tempat atau lokasi perusahaan.
Letak suatu perusahaan atau usaha harus mudah dijangkau oleh masyarakat, seperti
misalnya disekitar pusat-pusat perbelanjaan atau pasar dan lainnya. Seorang pebisnis harus
mampu memilih lokasi yang representatif dan dapat dilihat oleh masyarakat. Dalam
perspektif syariah, saluran pemasaran atau lokasi perusahaan bisa dimana saja asalkan tempat
tersebut bukan tempat yang dipersengketakan keberadaannya. Namun tersirat, Islam lebih
menekankan pada kedekatan perusahaan dengan pasar. Hal itu untuk menghindari adanya
aksi pencegatan barang sebelum sampai ke pasar. Dalam sebuah Hadits disebutkan yang
artinya: “Ibnu Umar berkata, “Sesungguhnya Rasulullah melarang seseorang mencegat
barang dagangan sebelum tiba di pasar.” (HR. Muslim).
Masing-masing marketing mix syariah dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Produk

Ragam Produk Halal dan berkualitas


Harga

 Tidak Mengandung unsur riba


 Terjangkau oleh daya beli
masyarakat
Promosi
BAURAN PEMASARAN
 Promosi penjualan
 Periklanan
 Tenaga penjualan
 Hubungan masyarakat
 Pemasaran langsung

Pasar

Lebih baik dekat dengan pasar untuk


menghindari pencegatan barang
sebelum sampai ke pasar
D. Pemasaran Yang Dilarang Dalam Islam

Dalam ibadah kaidah hukum yang berlaku adalah bahwa semua hal dilarang, kecuali ada
ketentuannya berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Sedangkan dalam urusan muamalah, semuanya
diperbolehkan kecuali ada dalil yang melarangnya. Penyebab terlarangnya sebuah transaksi
muammalah secara umum disebabkan beberapa faktor yaitu:

1. Haram zatnya (haram li zatihi), Transaksi dilarang karena objek yang ditransaksikan juga
dilarang, seperti minuman keras, bangkai, daging babi, dan sebagainya.
2. Haram selain zatnya (haram li ghairihi), yaitu Melanggar prinsip “An Taradhin Minkum” dan
Melanggar prinsip “La Tadlimuna wa la Tudlamun”
Seorang syariah marketer dalam pandangan etika Islam bukan sekedar mencari keuntungan,
melainkan juga keberkahan, yaitu kemantapan dari usaha itu dengan memperoleh keuntungan yang
wajar dan diridloi oleh Allah swt. Ini berarti yang harus diraih oleh seorang pedagang dalam
melakukan bisnis tidak sebatas keuntungan materiil (bendawi), tetapi yang penting lagi adalah
keuntungan immaterial (spiritual).8 Dari sedikit penjelasan diatas adapun beberapa transaksi
pemasaran yang dilarang dalam Islam adalah:
a. Melakukan kebohongan (Tidak Jujur) Dan Tidak Realistis

Dalam sebuah bisnis, seorang pelakunya tidak boleh melakukan kebohongan atau terlalu
melebih-lebihkan produk yang dijual dengan tujuan agar konsumen tertarik dan berminat untuk
membeli, sedangkan pada kenyataannya produk yang disediakan tidak sesuai dengan promosi
awalnya. Kebohongan tersebut dapat merugikan konsumen dan lama kelamaan akan menjadi
bumerang yang dapat merugikan perusahaan itu sendiri. Untuk menghindari hal buruk tersebut,
suatu perusahaan khususnya yang menyediakan pelayanan kepada pelanggan harus
mengedepankan nilai kejujuran sesuai dengan ajaran Nabi.

Semua transaksi yang dilakukan harus berlandaskan pada kenyataan, tidak membeda-
bedakan orang, suku, warna kulit. Semua tindakan dilakukan dengan penuh kejujuran. Bahkan
ajaran Rasulullah SAW tentang sifat realistis ini ialah jika anda menjual barang ada cacatnya,
maka katakanlah kepada calon pembeli bahwa barang ini ada sedikit cacat. Dalam berniaga tidak
boleh adanya sumpah palsu yang mengatakan bahwa barang yang dijual sangat bagus padahal
pada kenyataannya ada sedikit cacat. Bahan makanan yang basah jangan disimpan di bawah, tapi
8
Adiwarman A. Karim, bank islam: Analisis Fikih dan Keuangan, (Grafindo Persada,. 2006) hlm. 29-49
naikkan ke atas agar dapat dilihat oleh pembeli. Ajaran Rasulullah sangatlah mulia dan realistis,
jangan sekali-kali mengelabui orang, atau menipunya sedikitpun.

b. Penawaran dan Pengakuan Fiktif (Rekayasa Pasar / Bai Najasy)


Bentuk penawaran ini seorang penjual memberikan keterangan kepada calon pembeli seolah-
olah barang dagangannya sudah ditawar oleh banyak calon pembeli, tidak lupa disertakan pula
harga penawaran dari calon pembeli tersebut.
c. Tidak Menjaga Keseimbangan Alam
Orang berbisnis itu harus menjaga kelangsungan alam, tidak merusak lingkungan. Berbisnis
juga ditujukan untuk menolong manusia yang miskin dan bukan menghasilkan keuntungan untuk
segelintir orang saja.9 Pemasaran berusaha membuat kehidupan menjadi lebih baik. Jangan
sampai kegiatan pemasaran malah merusak tatanan hidup di masyarakat, menjadikan kehidupan
bermasyarakat terganggu, seperti hidupnya gerombolan hewan, tidak ada aturan dan yang kuat
yang berkuasa. Humanistis dapat diatrikan memanusiakan manusia yaitu memperlakukan
manusia seperti layaknya manusia. Tidak semenamena dan seenaknya sendiri terutama dalam
bidang pelayanan harus dilakukan dengan penuh rasa hormat.
d. Tidak Amanah
Nilai dasarnya terpercaya, dan nilai-nilai dalam berbisnisnya ialah adanya kepercayaan,
bertanggung jawab, transparan, dan tepat waktu. Amanah memiliki makna tanggung jawab dalam
melaksanakan setiap tugas dan kewajiban. 10 Apabila seorang pebisnis tidak amanah dalam
melakukan pemasaran maka sudah dapat dipastikan bahwa perusahaan tersebut tidak dapat
mempertahankan pelanggan untuk datang kembali ke perusahaan di waktu yang akan datang.
e. berburuk sangka
Suka berburuk sangka dan suka menjelek-jelekkan barang dagangan atau milik orang lain
merupakan hal yang dilarang dalam pemasaran syariah karena sangat bertentangan dengan
ketentuan atau prinsip pemasaran syariah dimana seorang syariah marketer harus memiliki
kepribadian yang baik dan simpatik serta menghargai hak dan milik ornag lain secara benar.
Sikap simpatik dan menghargai hak orang lain akan membuat orang lain bahagia dan senang.
Islam melarang seseorang mengambil hak orang lain secara batil, tidak baik dan tidak simpatik.

9
,N Lenys, “Evolusi Marketing: Dari Konvensional Menuju Syariah”, http://www.wordpress.com (diakses pada 27
Desember 2020)
10
Suindrawati, ”Strategi pemasaran islami dalam meningkatkan penjualan pada studi kasus toko jessy busana
muslim bapangan mendenrejo blora’’, http://eprints.walisongo.ac.id/ (diakses pada 27 Desember 2020)
f. Mengingkari Janji Dan Curang
Seorang Syariah Marketer dalam melakukan pemasaran dan segala transaksii diharapkan
Selalu menepati janji dan tidak curang dalam pemasaran termasuk dalam penentuan kuantitas
barang dan jasa.11
g. melakukan suap (Risywah)
Risywah (suap) berarti pemberian yang diberikan seseorang kepada hakim atau lainnya untuk
memenangkan perkaranya dengan cara yang tidak dibenarkan atau untuk memperoleh
kedudukan. Semua ulama sepakat mengharamkan risywah yang terkait dengan pemutusan
hukum, bahkan perbuatan ini termasuk dosa besar. Sebab sogokan akan membuat hukum
menjadi oleng dan tidak adil.

11
Nurul Mubarok, Eriza Yoolanda M., “Strategi Pemasaran Islami Dalam Meningkatkan Penjualan Pada Butik
Kalista” I-Economic. Vol. 3 No. 1. Juni 2017, Hal. 81.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masyarakat muslim memiliki keunikan tersendiri dimana mereka memosisikan agama
sebagai bagian dari hidup, atau dengan kata lain agama merupakan lifestyle mereka. Prinsip halal
dan haram akan menjadi penting dan akan sangat memengaruhi pengambilan keputusan bagi
para konsumen muslim. Kondisi ini menuntut para penyedia barang dan jasa untuk menyediakan
kebutuhan spesifik mereka dan melakukan pemasaran produk secara lebih cermat agar dapat
diterima dengan baik. Lantas pemasaran secara islami menjadi suatu hal yang penting karena
adanya konsumen muslim yang sedang berkembang pesat ini. Pemasaran secara islami ini akan
mengacu pada sejumlah etika yang perlu diperhatikan dan prinsip-prinsip yang digunakan dalam
melakukan pemasaran agar tetap sesuai dengan kaidah-kaidah Islam.
Dalam Islam, tujuan pemasaran juga harus dilandasi oleh keinginan untuk mendekatkan diri
pada Allah SWT. Berbeda dengan pandangan konvesional, Islam memiliki dua acuan utama
yaitu Qur’an dan Hadist yang menjadikan orientasi dalam Pemasaran Islam lebih kepada value-
maximization bukan profit maximization. Dengan penekanan pada value-maximization  ini
praktik pemasaran dalam Islam akan lebih menjunjung tinggi etika dan menetapkan standar baru
pada dunia pemasaran tanpa memberikan kompromi pada kualitas yang diberikan dan
menurunkan keuntungan yang seharusnya diterima.
DAFTAR PUSTAKA

Abdel Dalia, R.F. The Role of “Shariah” in Shaping Egyptians Consumer Behavior Towards
Sales Promotion Tools. dipresentasikan di 2nd Global Islamic Marketing Conference.
Abul Hasan, et. al. (2008). Islamic Marketing Ethics and Its Impact on Customer Satisfaction in
the Islamic Banking Industry. JKAU: Islamic Econ, vol. 21, no. 1,h. 27-46.
Adiwarman A. Karim. (2006). bank islam: Analisis Fikih dan Keuangan, Grafindo Persada,.
hlm. 29-49
A, Muhammad. (2010) .Islamic Perspective on Marketing. Journal of Islamic Marketing, vol. 1,

no. 2 h. 149-164
Kertajaya, Hermawan., Muhammad Syakir Sula. (2006). Syariah Marketing. Bandung: Mizan
Media Utama.
Maso’em University. Mentaati Syarat Produk dalam Marketing Mix Islami

https://masoemuniversity.ac.id/berita/mentaati-syarat-produk-dalam-marketing-mix
islami.php,
diakses pada tanggal 27 Desember 2020, pukul 16.52 WIB.
N Lenys, “Evolusi Marketing: Dari Konvensional Menuju Syariah”, http://www.wordpress.com
(diakses pada 27 Desember 2020)
Nurul M, Eriza Yoolanda M. (2017). “Strategi Pemasaran Islami Dalam Meningkatkan
Penjualan Pada Butik Kalista” I-Economic. Vol. 3 No. 1. Hal. 81.
Suindrawati, ”Strategi pemasaran islami dalam meningkatkan penjualan pada studi kasus took
jessy busana muslim bapangan mendenrejo blora’’, http://eprints.walisongo.ac.id/
(diakses pada 27 Desember 2020)
Sukotjo , Hendri dan Sumanto Radix A. (2010). Analisa Marketing Mix-7P (Produce, Price,
Promotion, Place, Participant, Process, and Physical Evidence). Terhadap Keputusan
Pembelian Produk Klinik Kecantikan Teta Di Surabaya), Surabaya: Universitas 17
Agustus 1945 Surabaya. Jurnal Mitra Ekonomi dan manajemen Bisnis, Vol. 1 No. 2, hlm.
218-219.
Wilson, J. A. J. (2012). Looking at Islamic marketing, branding and Muslim consumer behavior
beyond the 7P’s”. Journal of Islamic Marketing, Vol. 3, h. 212-216.

Anda mungkin juga menyukai