Disusun Oleh :
Feby Alfadillah 2120203862202037
Hayati 2120203862202054
Harni 2120203862202048
Hafiz 2120203862202062
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala nikmat dan
karunianya makalah yang berjudul “Persaingan Yang Sehat Dalam Ekonomi Islam” ini
dapat di selesaikan dengan maksimal. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada
baginda Nabi Muhammad SAW.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Zainal Said, M.H
selaku dosen pengampu matakuliah Etika Bisnis Islam. Kami juga mengucapan banyak
terima kasih kepada seluruh pihak yang ikut terlibat dalam pembuatan makalah ini
sehingga dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas matakuliah Etika Bisnis Islam.
Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman tim penulis maupun pembaca pada umumnya dan kami juga menyadari
bahwa tidak ada pekerjaan manusia yang sempurna, oleh karena itu atas segala
kekurangan yang ada di dalam makalah baik dari segi penyusunan makalah, kosakata,
tata bahasa etika maupun isi. Kami dari kelompok 2 sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sekalian untuk kami jadikan sebagai bahan
evaluasi. Demikian semoga makalah ini dapat diterima sebagai bahan pembelajaran
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 3
Latar Belakang ..................................................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................... 5
1.3. Tujuan Penulisan............................................................................................................. 5
BAB II ....................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6
2.1. Strategi persaingan usaha dan penerapan etika usaha yang sehat menurut islam ..... 6
2.2. Pandangan islam terhadap persaingan sehat dalam konteks sistem ekonomi syariah ... 7
2.3. Bagaimana konsep monopoli dan persaingan usaha dalam perspektif hukum islam ... 10
2.4 Apakah pemahaman etika dan persaingan usaha menurut islam berpengaruh terhadap
kemajuan usaha.................................................................................................................... 12
BAB III .................................................................................................................................... 16
PENUTUP ............................................................................................................................... 16
3.1. Kesimpulan ................................................................................................................... 16
3.2 Saran .............................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1. Strategi persaingan usaha dan penerapan etika usaha yang sehat menurut
islam
Ada tiga unsur yang perlu di cermati dalam strategi persaingan usaha menurut
Islam,yaitu:
1. Pihak-pihak yang Bersaing Bagi seorang muslim, usaha yang dilakukan adalah
dalam rangka memperoleh dan mengembangkan kepemilikan harta. Harta yang
dia peroleh adalah rezeki yang merupakan karunia yang telah ditetapkan Allah.
Tugas manusia adalah melakukan usaha untuk mendapatkan rezeki dengan cara
yang sebaik-baiknya, salah satunya dengan jalan berusaha. Ia tidak takut sedikit
pun akan kekurangan atau kehilangan rezeki hanya karena anggapan rezeki itu
diambil pesaingnya. Keyakinan bahwa rezeki semata-mata datang dari Allah akan
menjadi kekuatan ruhiyah bagi seorang pedagang muslim. Keyakinan ini menjadi
landasan sikap tawakal yang kokoh dalam berusaha.
a. Produk. Produk usaha yang dipersaingkan baik barang maupun jasa harus
halal. Spesifikasinya harus sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen untuk
menghindari penipuan. Kualitasnya terjamin dan bersaing.
c. Tempat. Tempat yang digunakan harus baik, sehat, bersih dan nyaman, serta
harus dihindarkan dari hal-hal yang diharamkan seperti barang yang dianggap
sakti untuk menarik pengunjung.
2.2. Pandangan islam terhadap persaingan sehat dalam konteks sistem ekonomi
syariah
menurut Islam ada tiga prinsip dasar, yaitu Tauhid, Khilafah dan A‟dalah.
Prinsip Tauhid menjadi landasan utama bagi setiap umat muslim dalam
menjalankan aktivitasnya termasuk aktivitas ekonomi. Prinsip ini merefleksikan
bahwa penguasa dan Pemilik tunggal atas jagad raya ini adalah Allah SWT. Prinsip
tauhid ini pula mendasari pemikiran kehidupan Islam yaitu khilafah (Khalifah)
dan „Adalah (Keadilan.
Islam telah mengharamkan monopoli, yang merupakan salah satu dari dua
unsur penopang kapitalisme yang rakus dan termasuk riba. Yang dimaksudkan
dengan monopoli adalah menahan barang untuk tidak beredar di pasar supaya naik
harganya. Semakin besar dosa orang yang melakukannya jika praktik
monopolitersebut dilakukan secara kolektif di mana para pedagang barang barang
jenis tertentu bersekongkol untuk memonopolinya. Demikian juga seorang
pedagang yang memonopoli satu jenis tertentu dari barang dagangan untuk
keuntungan dirinya dan menguasai pasar sekehendaknya. Rasulullah SAW
bersabda, barangsiapa memonopoli, maka ia berdosa. Tidak melakukan monopoli
kecuali pendusta. Barangsiapa memonopoli selama mpatpuluh hari, maka
sesungguhnya ia telah terlepas diri dari Allah dan Allah pun berlepas darinya.
Barangsiapa memonopoli bahan makanan selama empatpuluh hari niscaya hatinya
menjadi keras.Permasalahan terhadap sistem monopoli dalam bisnis menurut
Hukum Islam dikarenakan sistem monopoli ini bertentangan dengan prinsip kasih
sayang menurut Islam. Di antara nilai nilai yang penting itu adalah adalah sifat
kasih sayang yang telah dijadikan Allah sebagai risalah kepada Nabi Muhammad
SAW. Dalam QS al Anbiya (21) : 107, Allah berfirman : “Dan tidaklah kami
mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rakhmat bagi semesta alam. Demikian
pula Nabi Muhammad SAW, menyebutkan sifat dirinya sendiri dengan sifat ini
sebagaimana sabdanya : Orang orang yang belas kasih akan dirahmati (dikasihi)
oleh Ar rahman (Tuhan yang maha pengasih), kasihilah orang yang di muka bumi
niscaya yang berada di langit akan mengasihimu.
2.3. Bagaimana konsep monopoli dan persaingan usaha dalam perspektif hukum
islam
Pada dasarnya dalam ekonomi Islam, monopoli tidak dilarang, siapapun boleh
berusaha/berbisnis tanpa peduli apakah dia satu-satunya penjual (monopoli) atau
ada penjual lain, asalkan tidak melanggar nilai-nilai Islam. Dalam hal ini yang
dilarang berkaitan dengan monopoli adalah ikhtikar, yaitu kegiatan menjual lebih
sedikit barang dari yang seharusnya sehingga harga menjadi naik untuk
mendapatkan keuntungan di atas keuntungan normal, di dalam istilah ekonomi
kegiatan ini disebut sebagai monopoly’s rent seeking behaviour. Sehingga sekarang
dapat dibedakan antara monopoli dan ikhtikar dalam terminology ekonomi Islam.
Pelarangan ikhtikar bersumber dari Hadits Rasulullah SAW yang menyatakan
bahwa. “Tidaklah orang melakukan ikhtikar kecuali ia berdosa.” (HR Muslim, Abu
Dawud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah). Dalam riwayat yang lain Rasulullah SAW
bersabda, “Barangsiapa memonopoli bahan makanan selama empat puluh hari,
maka sesungguhnya ia telah berlepas diri dari Allah dan Allah berlepas diri
darinya.” (HR Ahmad) Dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat mengenai dua
hal tentang ikhtikar di antara para ahli fiqih, yakni jenis barang dan waktu
diharamkannya ikhtikar. Karena keterbatasan referensi, alam pembahasan
mengenai hal tersebut, penulis hanya dapat mengutip pendapat beberapa ahli fikih
yakni pendapat Imam al-Ghazali dan Yusuf Qardhawi. Menurut Imam al-Ghazali
pengharaman ikhtikar hanya terbatas pada barang-barang kebutuhan pokok, selain
kebutuhan pokok termasuk penopang bahan makanan pokok seperti obat-obatan,
jamu-jamuan, wewangian, dan sebagainya tidak dikenakan larangan meskipun
termasuk barang yang dimakan. Pendapat ini berbeda dengan pendapat Yusuf
Qardhawi yang menurutnya pengharaman ikhtikar tidak terbatas pada barang
kebutuhan pokok saja melainkan barang yang dibutuhkan manusia, baik makan
pokok, obat-obatan, pakaian, peralatan sekolah, peraabotan rumah tangga, dan lain
sebagainya Waktu pelarangan ikhtikar menurut Imam al-Ghazali adalah
dikhususkan pada waktu persediaan bahan makanan sangat sedikit sementara
orang-orang sangat membutuhkannya, sehingga tindakan menangguhkan
penjualan dapat menimbulkan bahaya. Namun jika bahan makanan berlimpah ruah
dan orang tidak begitu membutuhkan dan menginginkannya kecuali dengan harga
yang rendahk kemudian penjual menunggu perubahan kondisi itu dan tidak
menunggu sampai paceklik, maka tindakan ikhtikar tidak termasuk tindakan yang
membahayakan tersebut.
2.4 Apakah pemahaman etika dan persaingan usaha menurut islam berpengaruh
terhadap kemajuan usaha
Secara umum, usaha diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh
manusia untuk memperoleh pendapatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
keinginan hidupnya. Usaha adalah kegiatan yang dilakukan di bidang
perdagangan dengan maksud mencari keuntungan. Oleh karena itu, kebanyakan
masyarakat jika berdagang selalu ingin mencapai keuntungan atau laba yang besar,
sehingga para pedagang sering menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan
tersebut.Di dalam Islam juga dikenal istilah usaha. Dalam dunia usaha,
membangun kepercayaan sangat penting artinya tanpa didasari rasa saling
percaya, maka transaksi usaha tidak akan bisa terlaksana. Akan tetapi, kita juga
dilarang untuk terlalu cepat percaya pada orang lain karena hal itu rawan terhadap
penipuan. Maka dalam ajaran Islam, setiap muslim yang ingin berusaha dianjurkan
untuk selalu melakukan persaingan yang sehat, jujur, terbuka dan adil.Dengan
demikian, pelaku usaha dituntut harus bertindak jujur karena bersikap tidak jujur
merupakan perbuatan dosa dan dilarang oleh agama Islam. Perilaku pedagang
yang culas dan bersikap tidak jujur tentu dapat merugikan orang lain. Bisa saja
hasil ketidakjujurannya dapat menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda,
namun semua itu tidak akan berkah dan dilaknat Allah Swt.
2. Amanah (tanggung jawab) Setiap pedagang harus bertanggung jawab atas usaha
dan pekerjaan sebagai pedagang yang telah dipilihnya tersebut. Kewajiban dan
tanggung jawab para pedagang antara lain: menyediakan barang atau jasa
kebutuhan masyarakat dengan harga yang wajar, jumlah yang cukup serta
kegunaan dan manfaat yang memadai. Oleh sebab itu, tindakan yang dilarang oleh
Islam sehubungan dengan adanya tugas, kewajiban dan tanggung jawab para
pedagang tersebut adalah menimbun barang dagangan. Menimbun barang
dagangan merupakan salah satu bentuk kecurangan dari para pedagang dalam
rangka memperoleh keuntungan yang berlipat ganda.
3. Tidak Menipu Rasulullah Saw memberi peringatan kepada para pedagang untuk
berbuat jujur, tidak menipu dalam berjual beli agar tidak merugikan orang lain.
4. Menepati Janji Pedagang yang baik adalah pedagang yang senantiasa menepati
janji ketika berjanji, baik kepada para pembeli maupun di antara sesama
pedagang.48 Janji yang harus ditepati oleh para pedagang kepada para pembeli,
misalnya tepat waktu pengiriman, menyerahkan barang yang spesifikasinya sesuai
dengan perjanjian semula, memberi layanan, garansi dan sebagainya. Sedangkan
janji yang harus ditepati oleh sesama para pedagang, misalnya pembayaran dengan
jumlah dan waktu yang tepat.
2. Persaingan yang tidak sehat, di mana terjadi perebutan pasar antara beberapa
pihak yang melakukan usaha yang mengarah pada menghalalkan segala cara untuk
menjatuhkan lawan, sehingga salah satu tersingkir dari pasar dan salah satunya
menjual barang di bawah harga yang berlaku di pasar.
1. Tidak ada unsur penipuan dan penyesatan (‘adam qiyam al-munafasah ala al-
ghissi wa at-tadllil). Islam secara terang benderang melarang segala bentuk
penipuan dalam transaksi, termasuk persaingan usaha.
2. Menguasai usaha yang digeluti dan mewujudkan produk yang baik (itqan al-
‘amal wa ijadat al-muntijat wa tanawwuhah). Persaingan usaha yang dianjurkan
oleh Islam adalah persaingan usaha yang dilandasi kompetensi di bidang usaha
yang digeluti dan menghasilkan produk yang terbaik. Hal itu dimaksudkan dalam
rangka memberikan kepuasan pada konsumen. Artinya, perniagaan yang baik
termasuk persaingan usaha tidak boleh merugikan konsumen. Konsumen memiliki
hak untuk memperoleh produk yang terbaik dan harga yang termurah.59
3.2 Saran
http://etheses.iainponorogo.ac.id/18264/1/210217009%20
%20Diah%20Ayu%20Siska%20F.%20W%20-%20SKRIPSI%20E-
THESES.pdf
http://ejournal.uika-bogor.ac.id/index.php/YUSTISI/article/download/1116/915
http://idr.uin-antasari.ac.id/1158/1/BAB%201.pdf
https://www.republika.co.id/berita/m1wehg/persaingan-usaha-dalam-perspektif-
hukum-nasional-dan-islam