Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“Persaingan Usaha yang Sehat Dalam Ekonomi Islam”

Dosen Pengampu : Dr. Zainal Said, M.H

Disusun Oleh :
Feby Alfadillah 2120203862202037
Hayati 2120203862202054
Harni 2120203862202048
Hafiz 2120203862202062

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala nikmat dan
karunianya makalah yang berjudul “Persaingan Yang Sehat Dalam Ekonomi Islam” ini
dapat di selesaikan dengan maksimal. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada
baginda Nabi Muhammad SAW.

Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Zainal Said, M.H
selaku dosen pengampu matakuliah Etika Bisnis Islam. Kami juga mengucapan banyak
terima kasih kepada seluruh pihak yang ikut terlibat dalam pembuatan makalah ini
sehingga dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas matakuliah Etika Bisnis Islam.

Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman tim penulis maupun pembaca pada umumnya dan kami juga menyadari
bahwa tidak ada pekerjaan manusia yang sempurna, oleh karena itu atas segala
kekurangan yang ada di dalam makalah baik dari segi penyusunan makalah, kosakata,
tata bahasa etika maupun isi. Kami dari kelompok 2 sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sekalian untuk kami jadikan sebagai bahan
evaluasi. Demikian semoga makalah ini dapat diterima sebagai bahan pembelajaran
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 3
Latar Belakang ..................................................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................... 5
1.3. Tujuan Penulisan............................................................................................................. 5
BAB II ....................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6
2.1. Strategi persaingan usaha dan penerapan etika usaha yang sehat menurut islam ..... 6
2.2. Pandangan islam terhadap persaingan sehat dalam konteks sistem ekonomi syariah ... 7
2.3. Bagaimana konsep monopoli dan persaingan usaha dalam perspektif hukum islam ... 10
2.4 Apakah pemahaman etika dan persaingan usaha menurut islam berpengaruh terhadap
kemajuan usaha.................................................................................................................... 12
BAB III .................................................................................................................................... 16
PENUTUP ............................................................................................................................... 16
3.1. Kesimpulan ................................................................................................................... 16
3.2 Saran .............................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ekonomi Islam memang memiliki keunggulan daripada ekonomi


kapitalis, terutama dalam berbisnis. Etika yang diterapkan oleh rosulullah
adalah selalu ikhlas, membantu meringankan beban orang lain, selain itu
juga yang tak kalah pentingnya adalah jujur, amanahdan menghindari
persaingan yang tidak sehat dalam berbisnis. Persaingan usaha yang sehat
akan menjamin keseimbangan antara hak-hak produsen dan konsumen.
Indikator dari persaingan sehat adalah tersedianya banyak produsen, harga
pasar yang ditentukan berdasarkan keseimbangan antara permintaan dan
penawaran, dan peluang yang sama dari setiap usaha, dalam bidang
industri dan perdagangan. Adanya persaingan usaha yang sehat, akan
menguntungkan semua pihak termasuk konsumen dan pengusaha kecil,
dan produsen sendiri, karena akan menghindari terjadinya konsentrasi
kekuatan pada satu atau beberapa usaha tertentu. Maka, tulisan ini akan
mncoba memaparkan bagaimana etika persaingan usaha yang sehat
menurut perspektif Islam., Etika Persaingan Usaha Yang Sehat.
Etika dapat didefinisikan sebagai seperangkat prinsip moral yang
membedakan yang baik dari yang buruk. Etika adalah bidang ilmu yang
bersifat normatif karena ia berperan menentukan apa yang harus
dilakuakan atau tidak boleh dilakukan oleh seorang individu Dan etika
dalam bisnis dapat di artikan sebagai seperangkat nilai tentang baik,
buruk, benar, dan salah dalam dunia isnis berdasarkan pada prinsip-prinsip
moralitas. Dalam arti lain etika bisnis berarti seperangkat prinsip dan
norma di mana para pelaku .bisnis harus komit padaya dalam bertransaksi,
berperilaku, dan
berelasi guna mencapai daratan atau tujuan-tujuan bisnisnya dengan
selamat. Dan dalam alam bisnis akan terjadi persaingan yang sangat ketat
kadang-kadang menyebabkan pelaku bisnis menghalalkan segala cara
untuk memenangkannya, sehingga yang sering terjadi persaingan yang
tidak sehat dalam bisnis. Persaingan yang tidak sehat ini dapat merugikan
orang banyak selain juga dalam
jangka panjang dapat merugikan pelaku bisnis itu sendiri.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran persaingan usaha dan penerapan etika usaha yang


sehat menurut islam
2. Bagaimana pandangan islam terhadap persaingan sehat dalam konteks
sistem ekonomi syariah
3. Bagaimana konsep monopoli dan persaingan usaha dalam perspektif
hukum islam
4. Apakah pemahaman etika dan persaingan usaha menurut islam
berpengaruh terhadap kemajuan usaha

1.3. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Bagaimana gambaran persaingan usaha dan


penerapan etika usaha yang sehat menurut islam
2. Untuk mengetahui Bagaimana pandangan islam terhadap persaingan
sehat dalam konteks sistem ekonomi syariah
3. Untuk mengetahui Bagaimana konsep monopoli dan persaingan usaha
dalam perspektif hukum islam

4. Untuk mengetahui Apakah pemahaman etika dan persaingan usaha


menurut islam berpengaruh terhadap kemajuan usaha
BAB III

PEMBAHASAN
2.1. Strategi persaingan usaha dan penerapan etika usaha yang sehat menurut
islam

Ada tiga unsur yang perlu di cermati dalam strategi persaingan usaha menurut
Islam,yaitu:

1. Pihak-pihak yang Bersaing Bagi seorang muslim, usaha yang dilakukan adalah
dalam rangka memperoleh dan mengembangkan kepemilikan harta. Harta yang
dia peroleh adalah rezeki yang merupakan karunia yang telah ditetapkan Allah.
Tugas manusia adalah melakukan usaha untuk mendapatkan rezeki dengan cara
yang sebaik-baiknya, salah satunya dengan jalan berusaha. Ia tidak takut sedikit
pun akan kekurangan atau kehilangan rezeki hanya karena anggapan rezeki itu
diambil pesaingnya. Keyakinan bahwa rezeki semata-mata datang dari Allah akan
menjadi kekuatan ruhiyah bagi seorang pedagang muslim. Keyakinan ini menjadi
landasan sikap tawakal yang kokoh dalam berusaha.

2. tanpa memperhatikan Cara Persaingan Dalam berusaha, setiap orang akan


berhubungan dengan pihakpihak lain seperti rekan usaha dan pesaing. Rasulullah
Saw memberikancontoh strategi bersaing dalam Islam dengan baik. Ketika
berdagang beliau tidak pernah melakukan usaha untuk menghancurkan pesaing
dagangnya. Tidak berarti Rasulullah berdagang seadanya daya saingnya. Tetapi,
yang beliau lakukan adalah memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya dan
menyebutkan spesifikasi barang yang dijual dengan jujur termasuk jika ada cacat
pada barang tersebut. Secara alami, hal-hal seperti ini justru mampu
meningkatkan kualitas penjualan dan menarik para pembeli tanpa menghancurkan
pedagang lainnya.85

3. Produk (Barang dan Jasa) yang Dipersaingkan


Beberapa keunggulan produk yang dapat digunakan untuk meningkatkan
daya saing adalah sebagai berikut:

a. Produk. Produk usaha yang dipersaingkan baik barang maupun jasa harus
halal. Spesifikasinya harus sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen untuk
menghindari penipuan. Kualitasnya terjamin dan bersaing.

b. Harga. Bila ingin memenangkan persaingan, harga produk harus


kompetitif.Dalam hal ini, tidak diperkenankan membanting harga untuk
menjatuhkaN pesaing.

c. Tempat. Tempat yang digunakan harus baik, sehat, bersih dan nyaman, serta
harus dihindarkan dari hal-hal yang diharamkan seperti barang yang dianggap
sakti untuk menarik pengunjung.

d. Pelayanan. Suatu usaha akan senantiasa berkembang dan sukses, apabila


ditunjang dengan adanya pelayanan terbaik. Misalnya dengan keramahan dan
senyum kepada para konsumen akan semakin baik dalam berusaha.

2.2. Pandangan islam terhadap persaingan sehat dalam konteks sistem ekonomi
syariah

Secara umum sistem ekonomi yang ada dapat dikelompokkan menjadi 3


bentuk, yaitu Liberal (Kapitalis Sistem Ekonomi), Sistem Ekonomi Sosialis
(Komunistik) dan Sistem Ekonomi Campur (Mixed Economy). Dalam sistem
ekonomi Liberal Kapitalis), mendasarkan diri sepenuhnya pada mekanisme pasar,
berdasarkan prinsip Laisez Faire (persaingan bebas) dalam menuju efisiensi
ekonomi. Dalam sistem ekonomi Sosialis (Komunistik) tidak ada persaingan,
semuanya dikendalikan secara terpusat, imbalan diberikan kepada seseorang
berdasarkan kebutuhannya. Sistem ekonomi campuran mengambil unsur unsur
kedua sistem di atas dengan berbagai kadar dominasinya dan nama
istilahnya.Ketiga sistem ekonomi tersebut merupakan sistem ekonomi yang
berkembang berdasarkan pemikiran barat.

menurut Islam ada tiga prinsip dasar, yaitu Tauhid, Khilafah dan A‟dalah.
Prinsip Tauhid menjadi landasan utama bagi setiap umat muslim dalam
menjalankan aktivitasnya termasuk aktivitas ekonomi. Prinsip ini merefleksikan
bahwa penguasa dan Pemilik tunggal atas jagad raya ini adalah Allah SWT. Prinsip
tauhid ini pula mendasari pemikiran kehidupan Islam yaitu khilafah (Khalifah)
dan „Adalah (Keadilan.

Beberapa prinsip bersaing sehat bagi pebisnis muslim: tidak menghalalkan


segala cara; menghasilkan produk berkualitas dan pelayanan terbaik sesuai
syariah; memperhatikan hukum hukum Islam yang berkaitan dengan akad akad
bisnis dan negara harus mampu menjamin terciptanya sistem yang adil dan
kondusif dalam persaingan.Prinsip „Adalah (keadilan) merupakan konsep yang
tidak terpisahkan dengan tauhid dan khilafah, karena prinsip „adalah merupakan
bagian yang integral dengan tujuan syariah (maqasid al syariah). Konsekuensi dari
prinsip khilafah dan „adalah menuntut semua sumberdaya yang merupakan
amanah dari Allah SWT harus digunakan untuk merefleksikan tujuan syariah
antara lain pemenuhan kebutuhan (need fulfillment), menghargai sumber
pendapatan (respectable source and earning), distribusi pendapatan dan
kesejahteraan yang merata (equitable distribution of income and wealth) serta
stabilitas dan pertumbuhan (growht and stability).

Islam telah mengharamkan monopoli, yang merupakan salah satu dari dua
unsur penopang kapitalisme yang rakus dan termasuk riba. Yang dimaksudkan
dengan monopoli adalah menahan barang untuk tidak beredar di pasar supaya naik
harganya. Semakin besar dosa orang yang melakukannya jika praktik
monopolitersebut dilakukan secara kolektif di mana para pedagang barang barang
jenis tertentu bersekongkol untuk memonopolinya. Demikian juga seorang
pedagang yang memonopoli satu jenis tertentu dari barang dagangan untuk
keuntungan dirinya dan menguasai pasar sekehendaknya. Rasulullah SAW
bersabda, barangsiapa memonopoli, maka ia berdosa. Tidak melakukan monopoli
kecuali pendusta. Barangsiapa memonopoli selama mpatpuluh hari, maka
sesungguhnya ia telah terlepas diri dari Allah dan Allah pun berlepas darinya.
Barangsiapa memonopoli bahan makanan selama empatpuluh hari niscaya hatinya
menjadi keras.Permasalahan terhadap sistem monopoli dalam bisnis menurut
Hukum Islam dikarenakan sistem monopoli ini bertentangan dengan prinsip kasih
sayang menurut Islam. Di antara nilai nilai yang penting itu adalah adalah sifat
kasih sayang yang telah dijadikan Allah sebagai risalah kepada Nabi Muhammad
SAW. Dalam QS al Anbiya (21) : 107, Allah berfirman : “Dan tidaklah kami
mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rakhmat bagi semesta alam. Demikian
pula Nabi Muhammad SAW, menyebutkan sifat dirinya sendiri dengan sifat ini
sebagaimana sabdanya : Orang orang yang belas kasih akan dirahmati (dikasihi)
oleh Ar rahman (Tuhan yang maha pengasih), kasihilah orang yang di muka bumi
niscaya yang berada di langit akan mengasihimu.

Demikian juga dengan penetapan harga, menurut pandangan Hukum Islam,


penetapan harga dalam bentuk apapun dan dengan alasan apapun jelas akan
menghancurkan persaingan. Dalam ajaran Islam terdapat larangan penentuan
harga sebagaimana dapat dilihat dari Hadist Ashabus Sunan dengan sanad yang
sahih meriwayatkan dari Anas ra, berkata : Orang orang berkata kepada Rasulluah
: “wahai Rasulullah SAW, harga harga naik, tentukanlah harga untuk kami.
Rasulullah lalu menjawab. “Allahlah yang sesungguhnya penentu harga, penahan,
pembentang dan pemberi rezeki. Aku berharap bertemu kepada Allah, tidak ada
seorang pun yang meminta padaku tentang adanya kezaliman dalam urusan darah
dan harta”. Jadi dalam sistem ekonomi pasar, harga harus ditentukan oleh pasar,
bukan ditentukan bersama. Dalam berbagai Undang-Undang Hukum Persaingan
di seluruh dunia, maka penetapan harga secara universal dinyatakan sebagai
perbuatan yang perse illegal

2.3. Bagaimana konsep monopoli dan persaingan usaha dalam perspektif hukum
islam

Pada dasarnya dalam ekonomi Islam, monopoli tidak dilarang, siapapun boleh
berusaha/berbisnis tanpa peduli apakah dia satu-satunya penjual (monopoli) atau
ada penjual lain, asalkan tidak melanggar nilai-nilai Islam. Dalam hal ini yang
dilarang berkaitan dengan monopoli adalah ikhtikar, yaitu kegiatan menjual lebih
sedikit barang dari yang seharusnya sehingga harga menjadi naik untuk
mendapatkan keuntungan di atas keuntungan normal, di dalam istilah ekonomi
kegiatan ini disebut sebagai monopoly’s rent seeking behaviour. Sehingga sekarang
dapat dibedakan antara monopoli dan ikhtikar dalam terminology ekonomi Islam.
Pelarangan ikhtikar bersumber dari Hadits Rasulullah SAW yang menyatakan
bahwa. “Tidaklah orang melakukan ikhtikar kecuali ia berdosa.” (HR Muslim, Abu
Dawud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah). Dalam riwayat yang lain Rasulullah SAW
bersabda, “Barangsiapa memonopoli bahan makanan selama empat puluh hari,
maka sesungguhnya ia telah berlepas diri dari Allah dan Allah berlepas diri
darinya.” (HR Ahmad) Dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat mengenai dua
hal tentang ikhtikar di antara para ahli fiqih, yakni jenis barang dan waktu
diharamkannya ikhtikar. Karena keterbatasan referensi, alam pembahasan
mengenai hal tersebut, penulis hanya dapat mengutip pendapat beberapa ahli fikih
yakni pendapat Imam al-Ghazali dan Yusuf Qardhawi. Menurut Imam al-Ghazali
pengharaman ikhtikar hanya terbatas pada barang-barang kebutuhan pokok, selain
kebutuhan pokok termasuk penopang bahan makanan pokok seperti obat-obatan,
jamu-jamuan, wewangian, dan sebagainya tidak dikenakan larangan meskipun
termasuk barang yang dimakan. Pendapat ini berbeda dengan pendapat Yusuf
Qardhawi yang menurutnya pengharaman ikhtikar tidak terbatas pada barang
kebutuhan pokok saja melainkan barang yang dibutuhkan manusia, baik makan
pokok, obat-obatan, pakaian, peralatan sekolah, peraabotan rumah tangga, dan lain
sebagainya Waktu pelarangan ikhtikar menurut Imam al-Ghazali adalah
dikhususkan pada waktu persediaan bahan makanan sangat sedikit sementara
orang-orang sangat membutuhkannya, sehingga tindakan menangguhkan
penjualan dapat menimbulkan bahaya. Namun jika bahan makanan berlimpah ruah
dan orang tidak begitu membutuhkan dan menginginkannya kecuali dengan harga
yang rendahk kemudian penjual menunggu perubahan kondisi itu dan tidak
menunggu sampai paceklik, maka tindakan ikhtikar tidak termasuk tindakan yang
membahayakan tersebut.

Pandangan ekonomi Islam terfokus pada masalah mekanisme penentuan harga,


yang di dalam monopoli (dengan ikhtikar) yang cenderung berpotensi merugikan
konsumen di satu pihak dan menguntungkan produsen di pihak lain, sebab harga
ditentukan lebih berorientasi kepada kepentingan produsen saja. Dalam ajaran
Islam, meskipun keuntungan yang dihasilkan tanpa melakukan ikhtikar lebih
sedikit, akan tetapi merupakan keutungan yang mencerminkan keadilan baik untuk
penjual (produsen) maupun untuk pembeli (konsumen), atau dengan kata lain harga
harus mencerminkan keadilan baik dari sisi produsen maupun konsumen. Hal
tersebut dikaitkan dengan parameter etis yang dapat merepresentasikan ajaran
Islam. Selain keadilan (adl), paremeter etis yang membedakan ajaran ekonomi
Islam dan ekonomi konvensional adalah kesederhanaan, dan persaudaraan. Islam
merupakan satu-satunya agama yang mengemukakan prinsip-prinsip yang meliputi
semua segi kehidupan manusia, tidak hanya membicarakan tentang nilai-nilai
ekonomi. Islam juga telah menanamkan kerangka kerja yang luas berdasarkan
kesempatan berekonomi yang sama dan adil bagi penganutnya untuk mengarahkan
mereka ke arah kehidupan ekonomi yang seimbang. Sebagai agama yang
komprehensif tentunya aktivitas ekonomi sebagai kegiatan vital kemanusiaan tidak
luput dari perhatian. “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”
(QS Al-Baqarah [2]: 275), Ayat-ayat inilah yang menunjukkan sebagian dari sekian
banyak ayat Al-Qur’an yang merujuk pada aktivitas ekonomi..

2.4 Apakah pemahaman etika dan persaingan usaha menurut islam berpengaruh
terhadap kemajuan usaha

Secara umum, usaha diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh
manusia untuk memperoleh pendapatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
keinginan hidupnya. Usaha adalah kegiatan yang dilakukan di bidang
perdagangan dengan maksud mencari keuntungan. Oleh karena itu, kebanyakan
masyarakat jika berdagang selalu ingin mencapai keuntungan atau laba yang besar,
sehingga para pedagang sering menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan
tersebut.Di dalam Islam juga dikenal istilah usaha. Dalam dunia usaha,
membangun kepercayaan sangat penting artinya tanpa didasari rasa saling
percaya, maka transaksi usaha tidak akan bisa terlaksana. Akan tetapi, kita juga
dilarang untuk terlalu cepat percaya pada orang lain karena hal itu rawan terhadap
penipuan. Maka dalam ajaran Islam, setiap muslim yang ingin berusaha dianjurkan
untuk selalu melakukan persaingan yang sehat, jujur, terbuka dan adil.Dengan
demikian, pelaku usaha dituntut harus bertindak jujur karena bersikap tidak jujur
merupakan perbuatan dosa dan dilarang oleh agama Islam. Perilaku pedagang
yang culas dan bersikap tidak jujur tentu dapat merugikan orang lain. Bisa saja
hasil ketidakjujurannya dapat menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda,
namun semua itu tidak akan berkah dan dilaknat Allah Swt.

Dalam menjalankan usaha perdagangan secara Islami, orang dituntut


menggunakan aturan-aturan yang mengatur bagaimana seharusnya
seorangmuslim berusaha di bidang perdagangan agar mendapatkan berkah Allah
Swt di dunia dan akhirat. Aturan perdagangan Islam menjelaskan berbagai etika
yang harus dilakukan oleh para pedagang muslim dalam melaksanakan jual beli,
di antaranya yaitu
1. Siddiq (jujur) Seorang pedagang wajib berlaku jujur dalam melakukan usaha
jual beli. Jujur dalam arti luas, yaitu tidak berbohong, tidak menipu, tidak
mengada-ada fakta, tidak berkhianat, serta tidak pernah ingkar janji dan
sebagainya. Perilaku pedagang yang culas dan bersikap tidak jujur tentu dapat
merugikan orang lain.

2. Amanah (tanggung jawab) Setiap pedagang harus bertanggung jawab atas usaha
dan pekerjaan sebagai pedagang yang telah dipilihnya tersebut. Kewajiban dan
tanggung jawab para pedagang antara lain: menyediakan barang atau jasa
kebutuhan masyarakat dengan harga yang wajar, jumlah yang cukup serta
kegunaan dan manfaat yang memadai. Oleh sebab itu, tindakan yang dilarang oleh
Islam sehubungan dengan adanya tugas, kewajiban dan tanggung jawab para
pedagang tersebut adalah menimbun barang dagangan. Menimbun barang
dagangan merupakan salah satu bentuk kecurangan dari para pedagang dalam
rangka memperoleh keuntungan yang berlipat ganda.

3. Tidak Menipu Rasulullah Saw memberi peringatan kepada para pedagang untuk
berbuat jujur, tidak menipu dalam berjual beli agar tidak merugikan orang lain.

4. Menepati Janji Pedagang yang baik adalah pedagang yang senantiasa menepati
janji ketika berjanji, baik kepada para pembeli maupun di antara sesama
pedagang.48 Janji yang harus ditepati oleh para pedagang kepada para pembeli,
misalnya tepat waktu pengiriman, menyerahkan barang yang spesifikasinya sesuai
dengan perjanjian semula, memberi layanan, garansi dan sebagainya. Sedangkan
janji yang harus ditepati oleh sesama para pedagang, misalnya pembayaran dengan
jumlah dan waktu yang tepat.

5. Murah HatiDalam suatu hadist Rasulullah Saw menganjurkan agar para


pedagang selalu bermurah hati dalam melaksanakan jual beli. Murah hati dalam
pengertian: ramah tamah, sopan santun, murah senyum, dan sebagainya

Adapun jenis-jenis persaingan usaha, antara lain:


1. Persaingan yang sehat adalah persaingan antar pelaku usaha yang diyakini tidak
akan melakukan tindakan yang tidak layak dan cenderung mengedepankan etika-
etika bisnis.

2. Persaingan yang tidak sehat, di mana terjadi perebutan pasar antara beberapa
pihak yang melakukan usaha yang mengarah pada menghalalkan segala cara untuk
menjatuhkan lawan, sehingga salah satu tersingkir dari pasar dan salah satunya
menjual barang di bawah harga yang berlaku di pasar.

Adapun hukum persaingan usaha menurut Hasan Muhammad Baudi dalam


artikelnya bertajuk Dhawa>bith al-Muna>fasah at-Tija>riyyah, mengajukan tiga
syarat yang harus dipenuhi dalam persaingan usaha dipandang sesuai dengan
syariat Islam, yaitu:

1. Tidak ada unsur penipuan dan penyesatan (‘adam qiyam al-munafasah ala al-
ghissi wa at-tadllil). Islam secara terang benderang melarang segala bentuk
penipuan dalam transaksi, termasuk persaingan usaha.

2. Menguasai usaha yang digeluti dan mewujudkan produk yang baik (itqan al-
‘amal wa ijadat al-muntijat wa tanawwuhah). Persaingan usaha yang dianjurkan
oleh Islam adalah persaingan usaha yang dilandasi kompetensi di bidang usaha
yang digeluti dan menghasilkan produk yang terbaik. Hal itu dimaksudkan dalam
rangka memberikan kepuasan pada konsumen. Artinya, perniagaan yang baik
termasuk persaingan usaha tidak boleh merugikan konsumen. Konsumen memiliki
hak untuk memperoleh produk yang terbaik dan harga yang termurah.59

3. Tidak merugikan pihak lain (‘adam al-idlrar bi al-ghayr)


BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Pandangan Islam terhadap persaingan sehat dunia usaha, sangat menganjurkan


(memerintahkan) kepada manusia untuk berlomba lomba (berkompetisi) dalam
hal ketakwaan dan kebaikan termasuk dalam bermuamalah secara sehat dan tidak
saling merugikan. Islam melarang praktik monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat

dalam ekonomi Islam, monopoli tidak dilarang, siapapun boleh


berusaha/berbisnis tanpa peduli apakah dia satu-satunya penjual (monopoli) atau
ada penjual lain, asalkan tidak melanggar nilai-nilai Islam. Dalam hal ini yang
dilarang berkaitan dengan monopoli adalah ikhtikar, yaitu kegiatan menjual lebih
sedikit barang dari yang seharusnya sehingga harga menjadi naik untuk
mendapatkan keuntungan di atas keuntungan normal, di dalam istilah ekonomi
kegiatan ini disebut sebagai monopoly’s rent seeking behaviour. Sehingga
sekarang dapat dibedakan antara monopoli dan ikhtikar dalam terminology
ekonomi Islam.

3.2 Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas yang telah di jelaskan maka


penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Semua pedagang sebaiknya melakukan persaingan usaha yang sehat, sesuai


aturan perdagangan Islam seperti siddiq (jujur), amanah (tanggung jawab), tidak
menipu, menepati janji ketika berjanji baik kepada para pembeli maupun di antara
sesama pedagang, murah hati, dan tidak melupakan akhirat, serta harus sesuai
dengan ajaran Islam seperti selalu melakukan persaingan yang sehat, jujur, terbuka
dan adil.
2. Diharapkan tidak melakukan segala cara untuk memenangkan persaingan, jika
hal itu dilakukan maka akan timbul terjadinyapersaingan usaha yang tidak sehat
dalam berusaha.
DAFTAR PUSTAKA

http://etheses.iainponorogo.ac.id/18264/1/210217009%20
%20Diah%20Ayu%20Siska%20F.%20W%20-%20SKRIPSI%20E-
THESES.pdf

http://ejournal.uika-bogor.ac.id/index.php/YUSTISI/article/download/1116/915

http://idr.uin-antasari.ac.id/1158/1/BAB%201.pdf

https://www.republika.co.id/berita/m1wehg/persaingan-usaha-dalam-perspektif-
hukum-nasional-dan-islam

Anda mungkin juga menyukai