Anda di halaman 1dari 11

Urgensi Etika Teologis Dalam Pengembangan Bisnis yang Berkah

Untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Hukum Bisnis


Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. Muhammad Djakfar, S.H.,M.Ag

Disusun Oleh:

Rose Rohaida Aisy


Etika Bisnis
17510142
Kelas C

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2019/2020
BAB I

Pendahuluan

Dewasa ini, dalam dunis bisnis beberapa perusahaan-perusahaan bisnis melakukan


kegiatan perusahaannya dengan berbagai macam cara. Hal ini dapat menimublkan terjadinya
perbuatan tercela dalam dunia bisnis dengan motif hanya untuk mencari keuntungan dan
dapat menjual produk sebanyak-banyaknya kepada konsumen, tenap memikirkan penerapan
etika dalam sebuah bisnis.

Namun, etika sangatlah diperlukan untuk mengelola dan menjalankan sebuah bisnis.
Dengan etika yang baik, secara otomatis bisnis akan lebih mudah berkembang. Etika bisnis
yang diterapkan dalam sebuah perusahaan atau usah akan membantu membentuk nilai, norma
serta perilaku karyawan dan pemimpinnya. Etika merupakan cerminan tindakan, kesponan,
kebiasaan, serta kelakuan dalam berbisnis.

Tentunya, setiap perusahaan meyakini bahwa prinsip menjalankan bisnis yang baik
adalah prinsip beretika. Oleh karena itu, etika tersebut dapat dijadikan sebagai standart atau
pedoman bagi semua karyawan di dalam perusahaan untuk menjadikannya sebagai pedoman
kerja. Kerenanya, perilaku etik juga penting dilakukan untuk keberlangsungan jangka
panjang dalam sebuah bisnis.

Pada dasarnya etika (nilai-nilai dasar) dalam bisnis berfungsi untuk menolong
pebisnis (dalam hal ini pedagang) untuk memecahkan masalah-masalah (moral) dalam
praktek bisnis mereka. Etika bisnis juga digunakan sebagai pengendali perilaku persaingan
bisnis agar sesuai dengan norma yang ada. Suatu persaingan bisnis dapat dinilai baik, apabila
memnuhi seluruh dengan norma yang ada. Suatu persaingan bisnis dapat dinilai baik, apabila
memenuhi seluruh norma yang ada. Etika bisnis juga dapat dipergunakan oleh para pelaku
bisnis sebagai sumber paradigm dalam menjalankan suatu bisnis yang baik.1

Dalam ekonomi islam, bisnis dan etika tidak harus dipandang sebagai dua hal yang
bertentangan, sebuah bisnis yang merupakan symbol dari urusan duniawi juga dianggap
sebagai bagian integral dari hal-hal yang bersifat investasi akhirat. Menurut etika bisnis
islam, setiap pelaku bisnis (wirausaha) dalam berdagang hendaknya tidak semata-mata
bertujuan mencari keuntungan sebesar-besarnya, akan tetapi yang paling penting adalah

1
Wahyu Mijil Sampurno, Penerapan Etika Bisnis Islam dan Dampaknya Terhdap Kemajuan Bisnis Industri
Rumah Tangga, Journal of Islamic Economics Lariba, 2016 Vol 2, No.1, Hlm:13-18
mencari keridhaan dan mencapai keberkahan atas rezeki yang diberikan oleh Allah SWT.
Namun profit bukan hal utama, dunia bisnis juga berfungsi sebagai sosial dan harus
dioperasikan dengan mengindahkan etika-etika yang berlaku dalam masyrakat. Para
pengusaha juga harus menghindar dari upaya yang menyalahgunakan segala cara untuk
mengejar keuntungan pribadi semata tanpa peduli berbagai akibat yang merugikan pihak lain,
masyarakat luas.2

Pentingnya pemahaman etika dan manfaat etika dalam bisnis sangatlah penting. Jika
melakukan sebuah bisnis tanpa menerapkan etika bisnis yang baik, sangat mungkin pelaku
bisnis akan melakukan malpraktik yang merugikan konsumen.3 Sehingga setiap orang yang
ada di dalam perusahaan harus bahu membahu untuk mewujudkan visi itu, serta patuh pada
aturan yang telah di tetapkan perusahaan. Maka letak pentingnya penerapan etika bisnis
teologis adalah penetapan etika pada setiap individu, karena pada dasarnya apabila setiap
individu memiliki nilai etis akan lebih berdaya guna dalam perusahaan demi peningkatan
daya saing global dan bersaing yang sesuai dengan ajaran agama islam.

Seorang pengusaha dalam pandangan etika Islam bukan sekedar mencari keuntungan,
melainkan juga keberkahan yaitu kementapan dari usaha itu dengan memperoleh keuntungan
yang wajar dan diridloi oleh Allah SWT. Ini berarti yang harus diraih oleh seorang pedagang
dalam melakukan bisnis tidak sebatas keuntungan materiil (bendawi), tetapi yang penting lagi
adalah keuntungan immaterial (spiritual).4

2
Desy Astrid A, Pengaruh Etika Bisnis Islam Terhadap Keuntungan Usaha Pada Wirausaha di Desa Delitu
Kecamatan Delitua, Jurnal UINSU At-Tawassuth 2017.Vol.2 No.2, Hlm. 389-412
3
Wahyu Mijil Sampurno, Penerapan Etika Bisnis Islam dan Dampaknya Terhdap Kemajuan Bisnis Industri
Rumah Tangga, Journal of Islamic Economics Lariba, 2016 Vol 2, No.1, Hlm.13-18
4
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis: Paradigms Spiritualitas dan Kearifan Lokal, (Malang: UIN Maliki-Pres, 2019)
Hlm.23
Bab II

Pembahasan

A. Pengertian Konsep Etika Teologis dalam Bisnis

Etika memiliki dua penegetian. Pertama, etika sebagaimana moralitas, berisikan


moral dan normanorma konkret yang menjadi pedoman dan pegangan hidup manusia dalam
seluruh kehidupan. Kedua, etika sebagai refleksi kritis dan rasional. Adapun pengertian bisnis
menrurut Straub adalah suatu organisasi yang menjalankan aktivitas produksi dan penjualan
barang dan jasa yang diinginkan konsumen untuk memperoleh profit. Penggabungan antara
keduanya dapat berarti bisnis yang memiliki komitmen ketulusan dalam menjaga kontrak
sosial yang sudah berjalan, kontrak sosial merupakan janji yang harus ditepati.5

Menurut A. Hanafi dan Hamid Salam, etika bisnis dalam prespektif Islam merupakan
nilai-nilai etika Islam dalam aktivis bisnis yang telah dipaparkan dari perspektid al-Qur’an
dan hadits, yang berkisar pada enam prinsip, yakni kebenaran, kepercayaan, 6 ketulusan,
persaudaraan, pengetahuan, dan keadilan. Di sisi lain menurut Babily, Islam mengajak untuk
mengatur muamalah di antara sesame manusia atas dasar amanat, kejujuran, memenuhi janji,
melarang tipu daya dalam berdagang, larangan jual beli gharar, dan lain-lain.7

Sedangkan teologi merupakan hal yang urgent dalam agama Islam karena
menyangkut aqidah bagi seorang muslim dan memiliki peranan penting dalam membentuk
pribadi-pribadi muslim yang paripurna. Selain itu peran aqidah juga merupakan inti atau
dasar dari pada pelaksanan shariah islamiyah (hokum islam).8 Etika Teologis (theological
ethics) ini berarti sebuah tipe etika dimana dalam mengambil keputusuan-keputusan etika,
sepenuhnya mengambil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kelompok etika tipe ini ada pada
kelompok aliran Mu’tazillah dan Asy’ariyah.9 Sehingga tidak diragukan lagi bahwa legalitas
bisnis dibahas oleh Al-Qur’an eksposisi sinetik ajaran al-Qur’an diharapkan akan membantu
kta dalam menggambarkan prinsip-prinsip dasar dari etika bisnis.10

5
Dr. Mardani, Hukum Bisnis Syariah, Jakarta: Kencana, 2017. Hlm.26
6
Lukman Fauroni, Etika Bisnis dalam Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren,2006) Hlm.9
7
Ibid., Hlm.10
8
Aceng Zakariya, Al-Qur’an dan Teologi (Studi Prespektif Sarjana Muslim Tentang Sifat Allah), Jurnal Ilmu Al-
Qur’an dan Tafsir,2017, Hlm.169-197
9
Abd.Haris, Etika HAMKA: Konstruksi Etik Berbasis Rasional-Religius,(Yogyakarta: Pustaka Pesantren,2010)
Hlm.45
10
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis: Paradigms Spiritualitas dan Kearifan Lokal, (Malang: UIN Maliki-Pres, 2019)
Hlm.23
Etika bisnis yang berdasar pada agama berdasarkan kepada nilai-nilai dasar islam
yang terdiri dari aqidah, syariah, dan akhlak yang menjadi satu kesatuan utuh yang tidak
boleh dipisahkan antara satu sama lainnya. Dengan demikian, pembahasan tentang bisnis
berarti pembahasan tentang fiqh mu’amalah dengan cakupannya yang sangat luas, dan
pembahasan tentang etika berarti pembahasan tentang akhlak karimah (moral islam) yang
juga sangat luas cakupannya.11

B. Urgensi Etika Bisnis Dalam Islam

Bisnis adalah aktivitas ekonomi manusia yang bertujuan untuk mencari laba, oleh
karena itu cara papun boleh dilakukan demi meraih tujuan tersebut. Konsekuensinya bagi
pihak ini, aspek moralitas tidak bisa dipakai untuk menilai bisnis. Aspek moralitas dalam
persaingan bisnis, dianggap akan menghalangi kesuksesannya. Pada satu sisi, aktivitas bisnis
dimaksudkan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya, sementara prinsip-prinsip
moralitas “membatasi aktivitas bisnis.12

Urgensi etika dalam aktivitas bisnis dapat ditinjau melalui beberapa aspek sebagai
berikut:

1. Aspek Teologis, bahwasannya etika dalam Islam merupakan ajaran Tuhan yang
diwahyukan kepada Rasulullah saw. Baik dalam bentuk Al-Qur’an atau sunnah.
2. Aspek Watak Manusia (character) yang cenderung medahulukan keinginan daripada
kebutuhannya, yang secara universal sifat manusia seperti ini dikatakan sebagai sifat
yang serakah dan cenderung mendahulukan keinginannya yang tidak terbatas dan
tidak terukur. Sehingga, dapat disadarkan bahwa watak semacam ini berpotensi akan
menghalalkan segala cara dalam berbisnis demi meraih keuntungan semata. 13
Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang atau jasa yang dilakukan
dengan car ayang tidak jujur atau melawan hokum atau menghambat persaingan
usaha.14
3. Aspek Sosiologis, dalam realitas sebagai akibat dari watak dasar yangcenderung
amoral, pada akhirnya akan melahirkan kontes persaingan yang tidak sehat. 15
11
Mukhtar Samad, Etika Bisnis Syariah Berbisnis Sesuai dengan Moral Islam,Yogyakarta: Sunrise, 2016. Hlm.3
12
Lukman Fauroni, Etika dalam al-qur’an (Yogyakarta: Pustaka Pesantren,2006) Hlm.1
13
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis: Paradigms Spiritualitas dan Kearifan Lokal, (Malang: UIN Maliki-Pres, 2019)
Hlm.25
14
Mardani, Hukum Bisnis Syariah, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2017) Hlm. 26
15
Ibid.
4. Perkembangan Teknologi yang Semakin Pesat. Penggunaan teknologi digital dalam
aktivitas bisnis menuai beragam masalah. Tidak sedikit pembobolan uang nasabah di
perbankan yang telah memanfaatkan teknologi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu,
untuk mengantisipasi terjadinya prakitik penyimpangan etika tersebut di era
kecanggihan teknolohi kehadiran etika bisnis sangatlah signifikan sekali.16
5. Aspek Akademis. Dari dilakukannya kajian akademik secara mendalam dan
berkesinambungan diharapkan mereka selalu menghasilkan teori-teori dalam
memotret sebuah realitas untuk menjadi koreksi dari teori yang telah ada. Dengan
harapan agar para pelaku bisnis mempunyai sandaran nilai yang dapat dijadikan
pedoman dalam dunia usaha, sebuah dunia yang mereka tekuni dalam dunia nyata.17

C. Prinsip-Prinisp dalam Etika Teologis dalam Bisnis

Secara umum, prinsip-prinsip yang berlaku dalam kegiatan bisnis yang baik
sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sebagai manusia. Demikian pula,
sistem tersebut erat terkait dengan sistem nilai yang dianut oleh masing-masing masyarakat.
18
Etika bisnis dalam perspektid Islam adalah penerapan prinsip-prinsip ajaran Islam yang
bersumber dari al-Qur’an dan jadits dalam dunia bisnis. Contoh yang paling jelas adalah
ajaran mengenai larangan mengurangi timbangan yang menunjukkan prinsip kejujuran. Dan
hal ini telah di praktikkan oleh Rasulullah sendiri ketika berbisnis. 19 Oleh karena itu, di dalam
al-Qur’an banyak menggariskan dasar-dasar bisnis seperti larangan menganiya dalam bisnis:
“Bagimu modal kamu, kamu tidak menganiaya dan tidak pula teraniaya” (Q.S. Al-Baqarah
[2]:279)

Prasayarat untuk meraih keberkaha atas nilai transenden seorang pelaku bisnis harus
memperhatikan beberapa prinsip etika yang telah digariskan dalam Islam, antara lain:

1. Jujur dalam takaran


2. Menjual barang yang baik mutunya
3. Dilarang menggunakan sumpah
4. Longgar dan bermurah hati
5. Membangun hubungan yang baik
6. Tertib administrasi

16
Ibid., Hlm. 26
17
Ibid., Hlm.27
18
Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya,(Yogyakarta: Kanisius, 1998) Hlm.73
19
Lukman Fauroni, Etika Bisnis dalam al-Qur’an,(Yogyakarta: Pustaka Pesantren,2006) Hlm.12
7. Menetapkan harga dengan transparan20

Selain itu, ditegaskan pula prinsip-prinsip etika bisnis, yaitu eksistensi amal yang
mempunyai visi ke depan, kejujuran, keramah-tamahan, penawaran yang jujur, tidak
dibenarkan monopoli, tegas dan adil dalam timbangan, dan lain-lain.21

D.Penerapan Etika Teologis dalam Pengembangan Bisnis

Etika dalam pemasaran syariah bukan suatu hal yang dapat ditawar. Menurut Alom
dan aque (2011), penerapan etika memastikan suat perusahaan akan membawa keuntungan
bagi semua pemangku kepentingan. Menurutnya, suatu bisnis tidak boleh hanya
mementingkan dan mengejar maksimalisasi keuntungan saja, tanpa mengikuti petunjuk
agama.22

Dalam ajaran Islam, setiap muslim yang ingin berbisnis maka dianjurkan untuk selalu
melakukan persaingan yang sehat, jujur, terbuka dan adil. Yaitu dengan melakukan
persaingan yang sehat, baik itu dalam bentuk tidak diperbolehkan membeli barang pedagang
yang darikampung ang belum tahu harga pasar. Hal ini berpedoman dalam Q.S Al-Baqarah:
188, yang artinya: “Janganlah kamu memakan sebagian harta sebagian kamu dengan cara
yang batil”. Di dalam ajaran islam siapapun boleh berbisnis asalkan dia tidak melakukan
ikhtiar, yaitu mengambil keuntungan normal dengan cara menjual lebih sedikit barang untuk
harga yang lebih tinggi atau dalam istilah ekonominya “monopoly’s rent”.23

Menurut Yusuf Qardhawi, Islam mempunyai etika dalam berdagang (berbisnis),


yaitu:

1. Menegakkan larangan memperdagangkan barang-barang yang diharamkan.


2. Bersikap benar, amanah, dan jujur.
3. Menegakkan keadilan dan mengharamkan bunga.
4. Menerapkan kasih sayang dan mengharamkan monopoli
5. Menegakkan toleransi dan persaudaraan.

20
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis: Paradigms Spiritualitas dan Kearifan Lokal, (Malang: UIN Maliki-Pres, 2019)
Hlm.34
21
Lukman Fauroni, Etika Bisnis dalam al-Qur’an,(Yogyakarta: Pustaka Pesantren,2006) Hlm.13
22
Nurul Hud,dkk., Pemasaran Syariah Teori&Aplikasi, (Depok: Kencana,2017) Hlm.
23
Saban Echdar & Maryadi, Business Ethics & Entrepreneurship, (Yogyakarta: CV. Budi Utama, 2019) Hlm. 74
6. Berpegang pada prinsip bahwa perdagangan adalah bekal menuju akhirat.24

Ada Sembilan etika pemasar, yang akan menjadi prinsip-prinsip bagi syariah marketer
dalam menjalankan fungsi-fungsi pemasaran, yaitu:

1. Memiliki Kepribadian Spiritual (Takwa)


Sebuah hadis diriwayatkan dari ‘Umar r.a yang mengatakan, “ Aku mendengar
Rasulullah Saw. Bersabda: sekiranya kalian bertawakal (menyerah) kepada
Allah dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan memberikan rezeki kepada
kalian seperti burung yang keluar di pagi hari dengan perut kosong (lapar),
tetapi kembali di sore hari dengan perut kenyang (penuh). Hadis ini dengan
jelas menerangkan bahwa betapa Allah akan memudahkan rezeki kepada kita
sepanjang kita tetap bertawakal kepada-Nya dengan sungguh-sungguh.
Semua kegiatan bisnis hendaklah selaras dengan moralitas dan nilai
utama yang digariskan oleh al-Qur’an. Al’Qur’an menegaskan bahwa setiap
tindakan dan transaksi hendaknya ditujukan untuk tujuan hidup yang lebih
mulia.25
2. Berprilaku Baik dan Simpatik (Shidq)
Allah berfirman, “ dan berendah hatilah kamu terhadap orang-orang
yang beriman”. Al Qur’an selalu mengajarkan untuk senantiasa rendah hati
dan bertutur kata yang manis. Hal ini juga berlaku pada transaksi bisnis
dengan orang-orang bodoh, tetap harus berbicara dengan ucapan dan
ungkapan yang baik.26
3. Berlaku Adil dalam Bisnis (Al-‘Adl)

Sesuai dengan firman Allah perihal keadilan dalam menjalankan


sebuah bisnis, “berusahalah secara adil dan kamu tidak boleh bertindak
dengan tidak adil”. Berbisnis secara adil merupakan hokum wajib bagi setiap
muslim.27

4. Bersikap Melayani dan Rendah Hati (Khidmah)

24
Mardani, Hukum Bisnis Syariah, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2017) Hlm. 27
25
Hermawan K & Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing,(Bandung: PT Mizan Pustaka,2006) Hlm.68
26
Ibid., Hlm.71
27
Inggang Perwangsa, Etika Pemasar dan Kepuasan Konsumen dalam Pemasaran Perbankan Syariah, (Malang:
UB-Press, 2017) Hlm. 36
Sertiap muslim diperintahkan untuk bermurah hati, sopan, dan
bersahabat saat berhubungan dengan mitra bisnisnya. Salah stau ciiri orang
yang beriman adalah mudah bersahabat dengan orang lain, dan orang lain pun
mudah bersahabat dengannya. Rasulullah pernah bersabda “saidu-qaum
khadimuhum”. Pemimpin itu adalah pelayan bagi rakyatnya. Pemimpin dalam
perusahaan adalah pelayan bagi para karyawannya.28
5. Menepati Janji dan Tidak Curang
Tepat janji dan tidak curang juga merupakan etika yang harus dijunjung oleh
pemasar syariah. Allah SWT berfirman tentang sikap amanah: ” jika sebagian
kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya..” [QS
Al-Anfal:27 ]29
6. Jujur dan Terpercaya (Al-Amanah)
Kejujuran adalah sesuatu yang penting dalam berbisnis. Orang yang tidak
jujur akan berusaha melakukan penipuan dalam bisnisnya untuk mengejar
kruntungan sebesar-besarnya. Pentingnya sifat amanah dalam berbisnis
dijelaskan dalam Al-Qur’an surah ali imranayat 161 tentang larangan terhadap
ketidakjujuran.30
7. Tidak Suka berburuk sangka (Husnudzon)
Islam melalui syariahnya sangat melindungi kehormaatan dan harga
diri manusia bakan menyucikannya. Sesuai dengan firman Allah QS. Al-Nur
ayat 19 yang berbunyi:
“sesungguhnya orang-orang yang senang menyebutkn kejelekkan di kalangan
orang-orang muslim, kelak akan mendapat siksaan yang pedih di dunia dan
akhirat, dan Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui”.
Karena itu, tinggalkanlah perbuatan berburuk sangka (su’udzhon). Akan lebih
mulia jika seorang pemasar syariah justru menonjolkan kelebihan-kelebihan
rekannya. 31
8. Tidak Suka menjelek-jelekkan (Ghibah)
Ghibah merupakan suatu cercaan yang merusak karena lidah manusia sangat
tajam. Tidak berlebihan apabila al-Qur’ann menuliskan firman yang
28
Ibid., Hlm. 38
29
Ibid., Hlm.40
30
Ibid., Hlm. 41
31
Ibid., Hlm.43
menggetarkan hati dan perasaan. Firman Allah pada QS Al-Hujurat ayat 12 yang
berbunyi: “ dan janganlah sebagian dari kamu mengumpat sebagian yang lain;
apakah salah seorang di antaranya suka memakan daging bangkai saudaranya
padahal mereka tidak menyukainya”. Akan lebih baik seorang pemasar
mendedikasikan waktunya untuk bekerja secara professional.32
9. Tidak Melakukan Sogok (Riswah)
Islam mengharamkan seorang muslim menerima atau melakukan . ketentuan
ini berlaku bagi siapapun tanpa memandang status, pekerjaan, dan lain
sebagainya. Hal tersebut sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh
Abdullah bin ‘Amr, ia berkata: “ Rasulullah Shallalahu alaihi wassalam
melaknat orang yang memberi suap dan menerima suap.33

E. Manfaat Penerapan Etika Teologis dalam Bisnis

Secara umum perusahaan yang menerapkan etika teologis di dalam bisnisnya dapat
dilihat dari kualitas produk, kinerja SDM, dan proses produksi yang senantiasa dijaga. Unsur-
unsur keislaman di dalam perusahaan juga diutamakan, ditandai dengan adanya kegiatan
pengajian dan brefieng sebelum melakukan kegiatan produksi.34 Sehingga, dengan
diterapkannya etika berbisnis yang berbasis nilai-nilai islami dan ketuhanan, proses produksi
hingga konsumsi akan berjalan dengan baik mengingat semua kegiatannya didasari dengan
nilai-nilai islami.

Daftar Pustaka

A, Desy Astrid. 2017. , Pengaruh Etika Bisnis Islam Terhadap Keuntungan Usaha Pada
Wirausaha di Desa Delitu Kecamatan Delitua. Jurnal UINSU At-Tawassuth, (2),(2):
389-412
Djakfar, Muhammad. 2019. Etika Bisnis: Paradigms Spiritualitas dan Kearifan Lokal.
Malang: UIN Maliki-Pres

32
Inggang Perwangsa, Etika Pemasar dan Kepuasan Konsumen dalam Pemasaran Perbankan Syariah, (Malang:
UB-Press, 2017) Hlm. 45
33
Ibid., Hlm. 47
34
Wahyu Mijil Sampurno, Penerapan Etika Bisnis Islam dan Dampaknya Terhdap Kemajuan Bisnis Industri
Rumah Tangga, Journal of Islamic Economics Lariba, 2016 Vol 2, No.1, Hlm:13-18
Echdar, Saban dan Maryadi. 2019. Business Ethics & Entrepreneurship. Yogyakarta: CV.
Budi Utama
Fauroni, Lukman. 2006. Etika Bisnis dalam al-qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pesantren
Haris, Abd. 2010. Etika HAMKA: Konstruksi Etik Berbasis Rasional-Religius. Yogyakarta:
Pustaka Pesantren.
Huda, Nurul,dkk. 2017. Pemasaran Syariah Teori&Aplikasi. Depok: Kencana Keraf, Sonny.
1998. Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta: Kanisius.
Kartajaya, Hermawan dan Muhammad Syakir Sula. 2006. Syariah Marketing. Bandung: PT
Mizan Pustaka
Mardani. 2017. Hukum Bisnis Syariah. Jakarta: Kencana
Perwangsa, Inggang. 2017. Etika Pemasar dan Kepuasan Konsumen dalam Pemasaran
Perbankan Syariah. Malang: UB-Press
Samad, Mukhtar. 2016.Etika Bisnis Syariah Berbisnis Sesuai dengan Moral Islam.
Yogyakarta: Sunrise.
Sampurno, Wahyu Miji. 2016. Penerapan Etika Bisnis Islam dan Dampaknya Terhdap
Kemajuan Bisnis Industri Rumah Tangga. Journal of Islamic Economics Lariba, (2),
(1):13-18
Zakariya, Aceng. 2017. Al-Qur’an dan Teologi (Studi Prespektif Sarjana Muslim Tentang
Sifat Allah). Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. 169-197

Anda mungkin juga menyukai