Anda di halaman 1dari 14

ETIKA BISNIS DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Dosen Pengampu:
Langgeng Setyono, S.AB., M.AB.

Anggota Kelompok:
Ervan Maulana Ilyas (235030200111007)
Febri Aulia Rizqi (235030201111080)
Hasdi Syahdan Maulana (235030200111076)

Program Studi Administrasi Bisnis


Fakultas Ilmu Administasi
Universitas Brawijaya
2023
A. Latar Belakang, Pengertian, dan Prinsip Etika Bisnis
Menghadapi era yang penuh dengan disrupsi dan ketidakpastian, kita akan
menemui permasalahan mendalam yang melibatkan dinamika antara bisnis, tanggung
jawab sosial, dan integritas korporat. Perkembangan pesat teknologi dan globalisasi telah
membuka pintu bagi peluang pertumbuhan bisnis, namun di saat yang sama,
menimbulkan tantangan etis yang semakin rumit.
Pertumbuhan ekonomi yang pesat seringkali memicu perlakuan bisnis yang tidak
etis, seperti eksploitasi sumber daya alam, pelanggaran hak pekerja, dan manipulasi pasar.
Permasalahan semacam ini meresap ke dalam struktur bisnis dan menimbulkan dampak
yang merugikan bagi masyarakat. Berangkat dari permasalahan tersebut, kerangka kerja
etika bisnis muncul sebagai solusi komprehensif untuk memenuhi kebutuhan mendesak
terhadap pemenuhan hak pekerja dan kepatuhan terhadap aturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan aktivitas bisnis.
Etika bisnis mempunyai peran fundamental dalam dunia bisnis kontemporer,
peran ini menciptakan landasan moral yang krusial untuk aktivitas ekonomi yang
berkelanjutan. Pengertian etika bisnis tidak hanya terbatas pada kaidah-kaidah formal,
tetapi mencakup serangkaian nilai, norma, dan prinsip-prinsip yang mengatur perilaku
individu, perusahaan, dan dampaknya terhadap masyarakat. Fenomena ini mencerminkan
kesadaran akan pentingnya harmonisasi antara keuntungan ekonomi dan tanggung jawab
sosial.
Berdasarkan definisinya, etika bisnis adalah sebuah cara dalam menjalankan
bisnis sesuai dengan kaidah serta aspek yang sesuai, di mana seluruh aspek ini dapat
menyangkut individu, perusahaan, dan masyarakat. Sehingga bisa dikatakan etika bisnis
merupakan hal yang saling berkaitan.
Terdapat beberapa pengertian etika bisnis menurut para ahli, di antaranya:
1. Menurut Sumarni, etika bisnis terkait dengan masalah penilaian terhadap kegiatan
dan perilaku bisnis yang mengacu pada kebenaran atau kejujuran perusahaan
(1998:21).
2. Menurut Muslich, etika bisnis merupakan suatu pengetahuan tentang tata cara
ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma serta
moralitas yang berlaku secara universal (2004:9).
3. Menurut Bertens, etika bisnis bahkan lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh
hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan dengan standar
minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis sering kita temukan
wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum (2000).
Pentingnya etika bisnis sebagai landasan moral tidak hanya bersifat filosofis,
melainkan menjadi suatu kebutuhan yang praktis. Tindakan-tindakan yang melanggar
etika bisnis tidak hanya merugikan pihak yang bersangkutan, tetapi juga dapat
menggoyahkan kestabilan ekonomi dan sosial secara keseluruhan. Selain itu, pentingnya
etika bisnis juga tercermin dalam kontribusinya terhadap pembangunan masyarakat.
Dengan memprioritaskan aspek-aspek sosial dan lingkungan, etika bisnis mengarah pada
penerapan praktik bisnis yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Sebab upaya
tersebut bukan hanya untuk menjaga citra perusahaan, tetapi juga sebagai bentuk
kontribusi positif terhadap kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu,
perlunya memahami bahwa etika bisnis bukanlah sekadar sebuah ideologi, tetapi sebuah
strategi untuk mengatasi permasalahan bisnis yang aktual.
Penerapan etika bisnis diharapkan mampu merespons berbagai permasalahan
kontemporer, seperti ketidaksetaraan ekonomi, perubahan iklim, dan ketidakadilan sosial.
Dengan merangkul nilai-nilai etis dalam pengambilan keputusan bisnis, perusahaan dapat
menjadi kekuatan positif yang berkontribusi pada penyelesaian masalah-masalah ini.
Karena pada dasarnya, tujuan utama dari penerapan etika bisnis adalah membentuk dan
memperkuat kesadaran moral dalam konteks bisnis yang benar. Artinya, setiap keputusan
dan tindakan yang diambil oleh individu atau perusahaan diharapkan dapat
mencerminkan nilai-nilai etis yang mendasari praktek bisnis. Sehingga etika bisnis bukan
hanya sebagai pedoman, tetapi juga sebagai solusi bagi bisnis-bisnis yang ingin
melibatkan diri secara positif dalam transformasi sosial. Dengan demikian, etika bisnis
membantu menciptakan batasan-batasan yang menggambarkan parameter moral yang
tidak boleh dilanggar dalam upaya mencapai tujuan bisnis.
Dengan memahami kompleksitas dan dampak jangka panjang dari keputusan
bisnis, etika bisnis menjadi landasan yang mendorong perusahaan untuk berpikir lebih
jauh dari sekadar mencari keuntungan finansial. Hal ini menciptakan ruang bagi inovasi
dalam menciptakan model bisnis yang berkelanjutan dan adil, serta mendorong
perubahan positif dalam paradigma bisnis secara keseluruhan. Oleh karena itu, dalam
menghadapi tantangan bisnis kontemporer, etika bisnis tidak hanya menjadi sebuah
pilihan, melainkan suatu keharusan untuk membangun masa depan bisnis yang
berkelanjutan dan berdaya guna.
Untuk menjalankan etika bisnis, terdapat beberapa prinsip-prinsip yang harus
dipatuhi oleh para pelaku bisnis, di antaranya:
1. Prinsip kejujuran, yakni keteguhan suatu perusahaan dalam menjalankan aktivitas
bisnisnya dengan jujur kepada pihak yang berwenang serta konsumen yang harus
terlindungi haknya. Bentuk kejujuran dalam bisnis dapat berupa memberikan
informasi yang sesuai dan tidak melakukan penipuan kepada konsumen.
2. Prinsip keadilan, yakni pelaku bisnis dapat berlaku adil dalam menjalankan
bisnisnya baik dalam lingkup eksternal maupun lingkup internal pada bisnis.
3. Prinsip saling menguntungkan, yakni menjamin adanya hubungan yang saling
menguntungkan untuk perusahaan maupun pihak konsumen. Sehingga tidak akan
ada pihak yang merasa dirugikan dan semua pihak harus menerima manfaat yang
diharapkan.
4. Prinsip otonomi, yakni prinsip yang mengatur seluruh keputusan dan langkah
bisnis yang diambil agar berjalan sesuai dengan tujuan pencapaian bisnis tersebut.
5. Prinsip loyalitas, yakni mengedepankan kesetiaan agar konsumen juga akan setia
pada produk maupun jasa yang ditawarkan. Bentuk kesetiaan dapat berupa
menjaga seluruh aktivitas bisnis sejalan dengan visi dan misi perusahaan.
6. Prinsip integritas moral, yakni mengutamakan integritas moral dalam
menjalankan bisnis yang berlandaskan pada nilai-nilai kejujuran, integritas,
berkeadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan mengupayakan kepatuhan terhadap prinsip bisnis tersebut, upaya ini akan
memastikan bahwa bisnis yang dijalankan sesuai dengan kaidah yang baik dan benar.
Sehendaknya aktivitas bisnis dijalankan dengan memiliki landasan moral yang sesuai
serta dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, prinsip-prinsip tersebut sudah
seharusnya menjadi pegangan para pelaku bisnis dalam menjalankan usahanya dengan
baik.
B. Etika Bisnis dalam Perspektif Islam
Islam menempatkan keutamaan pada nilai-nilai etika yang tinggi. Secara
mendasar, Islam diterapkan sebagai panduan perilaku moral dan etika bagi kehidupan
manusia, sebagaimana diungkapkan oleh nabi Muhammad dalam sebuah hadist, "Aku
diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." Istilah yang paling mendekati makna
etika dalam Islam adalah akhlak. Dalam kerangka Islam, etika (akhlak) dianggap sebagai
cermin dari keimanan dalam Islam. Etika Islam memberikan sanksi internal yang kuat
dan kewenangan pemimpin untuk menegakkan standar etika. Konsep etika dalam Islam
bukanlah bersifat utilitarian dan relatif, melainkan bersifat mutlak dan abadi.
Etika bisnis dalam perspektif Islam mengacu pada seperangkat prinsip moral dan
nilai-nilai yang menjadi panduan untuk perilaku dan praktik bisnis, selaras dengan ajaran
Islam. Aspek moral dalam etika bisnis Islam menuntut integritas, kejujuran, dan ketaatan
terhadap prinsip-prinsip moral yang dijelaskan dalam agama. Pelaku bisnis Muslim
diharapkan untuk menjalankan transaksi dan interaksi bisnis mereka dengan penuh
keadilan, menjauhi praktik-praktik yang bertentangan dengan hukum Islam, seperti riba
dan ketidakpastian (gharar). Dalam dimensi sosial, etika bisnis Islam menekankan
tanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan memberikan kontribusi positif
terhadap perkembangan sosial. Selain itu, aspek spiritual juga terwujud dalam etika bisnis
Islam, dengan mengajarkan pentingnya niat yang baik, ketaqwaan, dan kesadaran
terhadap akhirat dalam setiap tindakan bisnis.
Pada intinya, etika bisnis Islam didasarkan pada prinsip-prinsip ajaran agama
Islam yang menyeluruh, mencakup aspek-aspek moral, sosial, dan spiritual. Hal ini
menciptakan landasan bagi pelaku bisnis Muslim untuk mengintegrasikan nilai-nilai
Islam ke dalam setiap tahapan kegiatan bisnis mereka, menciptakan lingkungan bisnis
yang sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan, kebenaran, dan kepedulian terhadap
masyarakat. Dengan mengikuti etika bisnis Islam, pelaku bisnis diharapkan dapat
mencapai kesuksesan tidak hanya dari segi materi, tetapi juga dalam mencapai
keberkahan dan kepuasan spiritual dalam menjalankan bisnis mereka.
C. Prinsip-prinsip Etika Bisnis Islam
Ajaran Islam memiliki peran sentral yang sangat penting dalam membentuk etika
bisnis melalui penerapan berbagai prinsip moral dan nilai-nilai yang diajarkan oleh agama
ini. Islam bukan hanya sekadar panduan ibadah, tetapi juga menyajikan kerangka kerja
etis yang komprehensif yang mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk bisnis.
Prinsip-prinsip etika bisnis Islam mencerminkan visi agama ini terhadap bagaimana
bisnis seharusnya dijalankan agar sesuai dengan nilai-nilai moral dan spiritual yang
dianut oleh umat Muslim.
Prinsip-prinsip etika bisnis Islam mencerminkan nilai-nilai moral dan ajaran Islam
dalam konteks aktivitas bisnis. Berikut merupakan beberapa prinsip berbisnis dalam
Islam:
1. Unity (Tauhid), yakni bagaimana konsep tauhid menunjukkan pentingnya
mengintegrasikan aspek religius dalam setiap aspek kehidupan, termasuk
ekonomi. Dengan memahami bahwa Allah menetapkan batasan tertentu terhadap
perbuatan manusia, pelaku bisnis diarahkan untuk memberikan manfaat tanpa
merugikan hak-hak individu lainnya. Pemahaman ini menciptakan kesadaran
bahwa setiap aktivitas kehidupan direkam oleh Allah.
2. Equilibrium (Keseimbangan), yakni sebuah prinsip yang menekankan pentingnya
keseimbangan dalam interaksi antar manusia. Berbisnis dalam konteks Islam
bukan hanya tentang mencari keuntungan pribadi, tetapi juga menjaga
keseimbangan agar adil pada diri sendiri dan orang lain. Kesempurnaan dalam
bisnis tidak hanya diukur dari aspek materi, melainkan juga dari aspek moral dan
keadilan.
3. Free Will (Kehendak Bebas), yakni Islam memberikan kebebasan kepada
umatnya untuk berinovasi dalam bermuamalah dan berbisnis. Namun, kebebasan
tersebut harus diiringi dengan tanggung jawab agar tidak melanggar aturan syariat
Islam. Kebebasan tidak boleh mengorbankan kepentingan bersama atau
merugikan orang lain.
4. Responsibility (Tanggung Jawab), yakni menjelaskan bagaimana tanggung jawab
dalam Islam memiliki dimensi yang luas, mencakup tanggung jawab kepada
Allah, diri sendiri, serta lingkungan dan orang di sekitarnya. Pelaku bisnis
diharapkan bertanggung jawab tidak hanya terhadap keberhasilan bisnisnya tetapi
juga pada aspek-aspek spiritual dan sosial.
5. Benevolence (Ihsan), yakni sebuah prinsip yang menekankan pentingnya berbuat
kebaikan tanpa harus ada kewajiban yang mengharuskan. Ihsan dalam bisnis
mengajarkan untuk memberikan manfaat kepada orang lain dengan tulus dan
ikhlas. Prinsip ini memotivasi pelaku bisnis untuk berbuat baik seakan-akan
melihat Allah atau dengan keyakinan bahwa Allah melihat perbuatannya.
Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini, pelaku bisnis Muslim
diharapkan dapat menciptakan lingkungan bisnis yang sesuai dengan nilai-nilai agama
Islam, menghasilkan manfaat bagi masyarakat, dan membimbing mereka menuju
kebahagiaan dan kesejahteraan, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat.
D. Peran Ajaran Islam dalam Membentuk Etika Bisnis
Peran ajaran Islam dalam membentuk etika bisnis sangat signifikan, mengakar
dalam prinsip-prinsip moral dan nilai-nilai agama. Ajaran Islam memainkan peran sentral
dalam membimbing perilaku bisnis melalui berbagai prinsip yang menyoroti tanggung
jawab sosial, keadilan, dan integritas. Prinsip ketakwaan (taqwa) mendorong para pelaku
bisnis untuk bertindak dengan kesadaran moral, mengakui bahwa setiap tindakan mereka
akan diawasi oleh Allah. Keadilan dijadikan landasan untuk transaksi bisnis, memastikan
perlakuan yang adil terhadap semua pihak terlibat. Larangan terhadap riba menekankan
pada nilai-nilai keadilan ekonomi, sementara zakat dan sadaqah menunjukkan tanggung
jawab sosial dan kemanusiaan perusahaan. Kepedulian terhadap lingkungan dan larangan
terhadap praktik-praktik merugikan adalah cerminan dari ajaran Islam yang menekankan
keseimbangan dan keberlanjutan. Dengan memberikan kerangka kerja etis yang kuat,
ajaran Islam membentuk praktek bisnis yang mencerminkan nilai-nilai keislaman,
menghasilkan lingkungan bisnis yang adil, berkelanjutan, dan berkontribusi positif pada
masyarakat.
Terlibatnya masyarakat Muslim dalam dunia bisnis memang bukan hal baru dan
memiliki akar dalam ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk terlibat dalam kegiatan
muamalah, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam. Islam tidak hanya merupakan agama spiritual, tetapi juga suatu sistem yang
menyeluruh yang mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk bisnis. Bahkan kajian
tentang etika bisnis sudah seumur dengan bisnis itu sendiri. Sebagai contoh sejak manusia
berdagang, baik penjual maupun pembeli sudah tahu bahwa kemungkinan akan ada
penipuan. Maka dari itulah, Islam melalui kitab sucinya yakni Al-Qur’an mengingatkan
akan terjadinya penipuan itu:
‫غي ُْره قَدْ َج ۤا َءتْ ُك ْم بَيِّنَة مِّ ْن َّربِّ ُك ْم فَا َ ْوفُوا ْال َك ْي َل‬َ ‫ّللا َما لَ ُك ْم مِّ ْن ا ِّٰله‬ ُ ‫َوا ِّٰلى َمدْيَنَ اَخَاهُ ْم‬
َ ٰ ‫شعَ ْيبًا قَا َل ٰيقَ ْو ِّم ا ْعبُدُوا‬
(٨٥) ‫ص ََلحِّ َها ٰذ ِّل ُك ْم َخيْر لَّ ُك ْم ا ِّْن ُك ْنت ُ ْم ُّمؤْ مِّ نِّي َْن‬
ْ ِّ‫ض بَ ْعدَ ا‬ِّ ‫اس اَ ْشيَ ۤا َءهُ ْم َو َْل ت ُ ْف ِّسد ُْوا فِّى ْاْلَ ْر‬
َ َّ‫سوا الن‬ُ ‫َو ْالمِّ يْزَ انَ َو َْل تَ ْب َخ‬
Dan kepada penduduk Madyan, (Kami utus) Syu’aib, saudara mereka
sendiri. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah. Tidak ada tuhan
(sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata dari
Tuhanmu. Sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu
kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan
janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan
memperbaikainya (Q.S. Al-A’raaf:85)
Islam tidak hanya memberikan tuntunan etika bisnis, tetapi juga menetapkan
prinsip-prinsip yang mengarahkan perilaku bisnis yang adil, transparan, dan bermanfaat
bagi masyarakat. Prinsip-prinsip tersebut mencakup kejujuran dalam transaksi, keadilan
dalam hubungan bisnis, larangan terhadap riba, dan tanggung jawab sosial perusahaan.
Dengan mengikuti ajaran Islam, masyarakat Muslim diharapkan dapat menjalankan
bisnis dengan mempertimbangkan nilai-nilai moral dan menghindari praktik bisnis yang
tidak etis.
Dengan memadukan ajaran Islam dengan praktek bisnis, masyarakat Muslim
diharapkan dapat menciptakan lingkungan bisnis yang sesuai dengan nilai-nilai
keislaman. Hal ini melibatkan kesadaran akan etika dalam setiap tahapan bisnis, mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Oleh karena itu, Islam memberikan dasar
etis yang kokoh untuk membimbing perilaku bisnis agar sejalan dengan nilai-nilai moral
dan spiritual yang dianut oleh umat Islam.
E. Implementasi Prinsip Etika Bisnis Islam dalam Bisnis Modern
Prinsip-prinsip etika bisnis Islam yang bersumber dari ajaran Islam memberikan
landasan moral dan pedoman perilaku yang dapat diterapkan secara efektif baik di dalam
perusahaan maupun oleh individu yang beroperasi di dunia bisnis. Prinsip-prinsip
tersebut tidak hanya mencakup aspek moralitas, namun juga kaitannya dengan tanggung
jawab sosial dan keadilan ekonomi. Dengan menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis
Islam, kita dapat menciptakan lingkungan bisnis yang berlandaskan integritas, keadilan
dan keberlanjutan, yang pada akhirnya memberikan kontribusi positif kepada masyarakat
dan lingkungan.
Terdapat contoh konkrit yang bisa dijadikan implementasi dari prinsip-prinsip
etika bisnis Islam. Mulai dari bisnis online shop, restoran, hingga bank. Salah satu toko
online yang menerapkan prinsip etika bisnis Islam adalah Kitty Hijab Bandar Lampung.
Kitty Hijab merupakan toko yang menjual produk untuk muslimah. Kitty Hijab didirikan
pada bulan Juni 2013 oleh Hani Siti Soleha dan tokonya terletak di lokasi yang sangat
strategis di Kota Bandar Lampung. Produk Kitty Hijab dipromosikan melalui Instagram
yang mudah diakses dalam waktu relatif singkat dan memudahkan konsumen
mendapatkan informasi mengenai produk terbaru dengan mengirimkan foto dan video
beserta deskripsi produk (Lakutomo, 2014)
Persaingan yang ketat di sosial media akan membentuk cara agar bisnis tetap
bertahan. Namun perlu diingat bahwa haus tetap mengimplementasikan etika bisnis
denganbaik dan benar. Penerapan prinsip etika bisnis Islam dapat tercermin melalui
praktik seperti transparansi informasi produk, penetapan harga yang wajar, serta layanan
pelanggan yang jujur dan berkualitas. Misalnya, memberikan deskripsi produk yang jelas,
menyatakan dengan jelas harga yang tidak menyesatkan, dan menanggapi pertanyaan dan
keluhan pelanggan dengan cara yang penuh hormat dan berorientasi pada solusi.
Terdapat juga bisnis restoran atau lebih tepatnya rumah makan. Contohnya yaitu
terdapat di kota Palu yang terbukti memiliki banyak usaha kuliner yang membuat kota ini
disebut kota wisata kuliner seperti kafe, rumah makan, dan lainnya. Salah satu perusahaan
kuliner yang banyak diminati warga Palu adalah RM. Kaledo Stereo yang terletak di pusat
kota Palu dimana berada sangat strategis dan banyak yang diminati konsumen. Hal yang
terjadi di kalangan pebisnis kuliner Palu yaitu terkadang menyimpang dari etika bisnis
dan tidak memperhatikan hal-hal seperti jujur menyatakan asal produknya, atau sekedar
bertanya dan tidak ramah terhadap pelanggan.
Namun berbeda dengan RM. Kaledo Stereo, mereka dengan bikmenerapkan
prinsip etika bisnis Islam. Diantara hal-hal yang dilakukan oleh RM. Kaledo Stereo yaitu,
Memastikan produk yang disajikan kepadakonsumen selalu berkualitas, mematok harga
sesuai dengan kualias produk yang diberikan, secara tepat dan cepat dalammemberikan
jasa pelayanan, yang sudah pasti jelas bersaing dengan cara sehat, menjalin hubungan
yang baik bagi setiap karyawannya, serta yang tidak kalah penting memberikan gaji
secara adil dan tepat waktu (Suci, 2022).
Secara umum bagi bisnis restoran, prinsip etika bisnis Islam dapat diwujudkan
melalui penyediaan makanan halal, kebersihan penyiapan, dan pemberdayaan tenaga
kerja dengan memberikan upah yang adil. Selain itu, prinsip keberlanjutan dapat
diterapkan melalui pengelolaan limbah dan sumber daya yang bertanggung jawab, produk
lokal dan dukungan petani lokal, serta memberikan dampak positif terhadap
perekonomian lokal.
Kemudian penerapan prinsip-prinsip etika bisnis Islam juga dapat diterapkan
dalam perbankan. Secara khusus biasanya perbankan yang menerapkan hal tersebut
disebut dengan perbankan syariah. Juga secara tidak langsung penerapannya merupakan
syarat mutlak yang harus dipenuhi sesuai dengan pedoman hukum agama Islam, dan
sebagai pembeda antara bank konvensional dan bank syariah jika prinsip etika bisnis
Islam tidak diterapkan dengan baik oleh bank syariah maka akan kehilangan nilai tambah
dibandingkan yang konvensional. Secara umum yang membedakan adalah larangan riba
(bunga) dan investasi pada bidang yang dianggap tidak etis menurut ajaran Islam.
Penerapan prinsip keadilan dan tanggung jawab sosial dalam pengelolaan dana dan
investasi dapat menciptakan sistem keuangan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Dalam bank syariah terdapat transaksi-transaksi yang diawasi oleh Dewan
Pengawas Syariah (DPS) agar tidak menyalahi prinsip etika bisnis Islam. Transaksi
tersebut yaitu transaksi mudahrabah, transaksi musyarakah, transaksi salam dan salam
paralel, transakasi istishna, dan istishna paralel, transaksi ijarah dan IMBT, dan yang
terakhir transaksi pinjama qardh (Annisa dan Sylvia, 2018).
F. Tantangan dan Hambatan serta Solusi Penyelesaian
Banyak tantangan spesifik yang dapat diidentifikasi dalam penerapan etika bisnis
Islam. Kelima prinsip etika bisnis Islam yaitu Tauhid, kejujuran, kemanfaatan, tanggung
jawab, dan keadilan (Sari, 2019). Menerapkan lima prinsip tersebut merupakan hal yang
sulit, terutama bagi para profesional bisnis yang baru mengenal konsep-konsep ini.
Memahami dan memasukkan prinsip-prinsip ini ke dalam setiap aspek bisnis Anda
merupakan langkah yang memerlukan pemahaman mendalam dan komitmen yang
konsisten.
Kepatuhan terhadap hukum Islam bisa jadi sulit, terutama bagi perusahaan yang
melakukan bisnis dengan non-Muslim atau yang tidak mengikuti prinsip-prinsip hukum
Islam. Hal ini mendorong para pebisnis untuk memahami peraturan Islam yang berlaku
dan mencari solusi yang sesuai dengan nilai-nilai etika bisnis Islam. Selain itu,
pengembangan sikap dan keterampilan karyawan juga menjadi fokus utama. Manajemen
harus memastikan bahwa karyawan memiliki pemahaman yang mendalam tentang etika
bisnis Islam sehingga mereka dapat melakukan pekerjaan mereka berdasarkan nilai-nilai
seperti kerjasama yang berkelanjutan dengan konsumen dan mitra bisnis dan kepatuhan
terhadap kewajiban yang diakui (Sampurno, 2016).
Ada tantangan khusus ketika menerapkan etika bisnis Islam dalam konteks
transaksi jual-beli. Pengusaha tergoda untuk melakukan praktik yang tidak etis, seperti
menimbang timbangan, mencampurkan barang berkualitas rendah dengan barang
berkualitas tinggi, dan membuat klaim yang lebih baik daripada jujur kepada pembeli
(Mursidah, 2017). Kemudian industri perbankan syariah harus mengatasi tantangan untuk
memastikan penerapan etika bisnis Islam. Manajemen dan pegawai di sektor ini harus
membangun sistem pengawasan yang efektif untuk memastikan bahwa semua aktivitas
perbankan mematuhi prinsip hukum dan moral Islam.
Melalui pendidikan, dialog terbuka, dan memasukkan prinsip-prinsip etika bisnis
Islam ke dalam kebijakan dan praktik sehari-hari, para profesional bisnis dapat mengatasi
tantangan-tantangan ini. Dengan cara ini, perusahaan tidak hanya menghasilkan
keuntungan finansial tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat dan
lingkungan sesuai dengan nilai-nilai etika bisnis Islam.
Pendidikan dan pelatihan merupakan langkah penting untuk mengatasi tantangan
dalam penerapan etika bisnis Islam. Pengusaha dan karyawan harus berpartisipasi dalam
program pendidikan yang fokus pada konsep etika bisnis Islam. Hal ini mencakup
pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip etika Islam dan kemampuan untuk
menerapkannya dalam keputusan dan tindakan bisnis sehari-hari. Dengan pelatihan yang
tepat, para profesional bisnis dapat menciptakan budaya organisasi yang lebih inklusif
dan konsisten dengan nilai-nilai etika bisnis Islam. Selain itu, kerja sama dengan
kelompok adat dan komunitas lokal juga merupakan solusi yang tepat. Dengan
berkolaborasi secara aktif, para pelaku bisnis dapat membangun pemahaman yang lebih
mendalam mengenai nilai-nilai lingkungan dan sosial komunitasnya. Hal ini membantu
penerapan prinsip-prinsip etika bisnis Islam secara kontekstual dan berkelanjutan sesuai
dengan kebutuhan dan norma lokal.
Mengembangkan sikap dan keterampilan karyawan merupakan aspek penting
dalam mempraktikkan etika bisnis Islam. Upaya membangun sikap dan keterampilan
yang sesuai dengan prinsip etika bisnis Islam harus menjadi inti manajemen. Melanjutkan
pendidikan dan pelatihan adalah cara penting untuk memastikan karyawan Anda memiliki
pemahaman dan keterampilan yang diperlukan. Selain itu, penggunaan teknologi untuk
berkolaborasi dan terhubung juga bisa menjadi pendekatan yang efektif. Pelaku bisnis
dapat memanfaatkan teknologi untuk berkolaborasi dengan pemangku kepentingan di
berbagai lokasi. Pertukaran ide, pengalaman dan wawasan baru melalui jaringan yang
kuat dapat memperkaya perspektif bisnis dan mendukung penerapan prinsip etika bisnis
Islam.
Terakhir, pengembangan kebijakan lingkungan yang efektif memerlukan
konsultasi dengan pemerintah dan industri. Dengan memasukkan prinsip-prinsip etika
bisnis Islam, kebijakan lingkungan dapat menciptakan lingkungan yang mengedepankan
keberlanjutan dan keadilan. Kolaborasi ini penting untuk menciptakan kebijakan yang
mencerminkan nilai-nilai Islam dalam konteks lingkungan bisnis. Dengan menerapkan
solusi ini, pengusaha dan karyawan dapat mengatasi tantangan dalam mempraktikkan
etika bisnis Islam. Dengan cara ini, perusahaan dapat tumbuh secara berkelanjutan
dengan tetap sejalan dengan nilai-nilai etika Islam yang mendasarinya.
G. Manfaat Penerapan Etika Bisnis Islam
Sebagaimana kita tahu bahwa Islam dalam mengatur etika bisnis tidak hanya
mencakup aspek keuangan semata, tetapi juga mendasarkan operasinya pada prinsip-
prinsip moral dan etika. Penerapan nilai-nilai Islam dalam dunia bisnis dapat memberikan
manfaat jangka panjang yang signifikan bagi perusahaan, tidak hanya dari segi keuangan
tetapi juga dalam membangun hubungan yang harmonis dengan karyawan, pelanggan,
dan masyarakat luas.
Secara umum, terdapat empat manfaat utama yang akan diperoleh perusahaan
yang menjalankan etika bisnis berbasis syariah, di antaranya:
1. Menciptakan keberlanjutan bisnis, sebab bisnis yang menjalankan etika dalam
konteks Islam terlibat dalam praktik bisnis yang adil, jujur, dan transparan dapat
menciptakan fondasi yang kokoh untuk keberlanjutan bisnis. Dalam perspektif
Islam, bisnis yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan finansial, tetapi juga
pada kesejahteraan masyarakat dan keadilan, dianggap sebagai bisnis yang
diberkahi. Penerapan etika bisnis dalam Islam juga mencakup konsep "barakah,"
yang menandakan keberkahan dan berkah dari Tuhan dalam setiap aspek
kehidupan, termasuk bisnis. Dengan menjalankan bisnis sesuai dengan prinsip-
prinsip Islam, perusahaan dapat mengharapkan dukungan dan pertolongan dari
Allah SWT, yang pada gilirannya, memberikan kestabilan dan keberlanjutan yang
berkelanjutan.
2. Menjamin hak dan ksejahteraan karyawan, karena bisnis yang beretika dalam
Islam mengutamakan kesejahteraan karyawan sebagai suatu kewajiban. Konsep
adil dalam Islam menuntut agar perusahaan memberikan hak-hak karyawan
dengan benar, seperti upah yang layak, lingkungan kerja yang memadai, dan
fasilitas kesejahteraan seperti asuransi kesehatan dan keselamatan kerja. Dalam
jangka panjang, upaya ini akan menciptakan lingkungan kerja yang positif dan
produktif. Keberpihakan terhadap kesejahteraan karyawan tidak hanya
berdampak pada tingkat kepuasan kerja, tetapi juga membangun loyalitas dan
komitmen yang tinggi dari pihak karyawan. Hubungan yang erat antara
manajemen dan karyawan menciptakan iklim kerja yang positif, yang pada
gilirannya meningkatkan produktivitas dan kreativitas.
3. Menciptakan kepercayaan pelanggan, karena bisnis yang menerapkan etika bisnis
Islam juga berimplikasi pada hubungan dengan pelanggan. Prinsip transparansi,
kejujuran, dan keadilan dalam bisnis menciptakan kepercayaan yang kokoh antara
perusahaan dan pelanggan. Pelanggan merasa aman dan dihargai ketika berurusan
dengan perusahaan yang menjalankan praktik bisnis yang sesuai dengan nilai-nilai
moral Islam. Kepercayaan yang terjalin dengan pelanggan membawa manfaat
jangka panjang bagi perusahaan, seperti retensi pelanggan yang tinggi,
rekomendasi positif, dan citra yang baik di mata masyarakat. Bisnis yang beretika
mendapatkan dukungan dan pengakuan positif dari pelanggan yang melihat
perusahaan sebagai agen perubahan yang berkontribusi pada kesejahteraan sosial.
4. Memperoleh keberkahan dan amalan jariyah, karena dalam Islam, setiap
perbuatan baik yang dilakukan dengan niat yang tulus mendatangkan pahala di
sisi Allah. Praktik bisnis yang etis, seperti memberikan zakat, memberdayakan
masyarakat, dan memperhatikan hak-hak karyawan, merupakan amal kebaikan
yang mendatangkan pahala. Sebuah perusahaan yang berkomitmen pada prinsip-
prinsip Islam dalam bisnisnya tidak hanya menghasilkan keuntungan materi,
tetapi juga meraih pahala yang berlipat ganda di mata Allah. Pahala dari praktik
bisnis yang etis menciptakan nilai tambah yang luar biasa, karena bisnis tidak
hanya menjadi alat untuk mencapai tujuan duniawi, tetapi juga sebagai sarana
untuk mendekatkan diri kepada Allah. Perusahaan yang menjalankan bisnis
dengan niat berbuat kebaikan memiliki motivasi yang lebih tinggi untuk terus
meningkatkan praktik bisnisnya secara berkelanjutan.
Dalam pandangan Islam, bisnis yang beretika tidak hanya menghasilkan
keuntungan duniawi, tetapi juga membawa manfaat jangka panjang yang melibatkan
semua pemangku kepentingan. Dengan mengutamakan keberlanjutan bisnis dan
membangun hubungan yang berkualitas dengan karyawan dan pelanggan, perusahaan
dapat mencapai kesuksesan yang lestari, mencerminkan nilai-nilai etis dan moral dalam
ajaran Islam. Bisnis yang beretika tidak hanya meraih sukses di dunia, tetapi juga
mendapatkan keberkahan dan pahala di akhirat.
H. Kesimpulan
Dalam perspektif Islam, etika bisnis memiliki peran yang sangat penting dalam
membentuk landasan moral dan spiritual bagi pelaku bisnis Muslim. Prinsip-prinsip etika
bisnis Islam mencerminkan nilai-nilai moral, sosial, dan spiritual dalam ajaran Islam,
yang mengarah pada praktik bisnis yang berkelanjutan, adil, dan bertanggung jawab.
Etika bisnis dalam Islam tidak hanya menekankan pada aspek materi, tetapi juga pada
keberkahan dan kepuasan spiritual dalam menjalankan bisnis. Dengan mengikuti prinsip-
prinsip etika bisnis Islam, pelaku bisnis diharapkan dapat mencapai kesuksesan yang
lestari, mencerminkan nilai-nilai etis dan moral dalam ajaran Islam, serta mendapatkan
keberkahan dan pahala di akhirat. Oleh karena itu, penerapan etika bisnis Islam menjadi
suatu keharusan dalam membangun masa depan bisnis yang berkelanjutan dan berdaya
guna.
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, R., & Sylvia, H. K. (2018). Implementasi Etika Bisnis Islam dalam Perbankan
Syariah. El-Arbah: Jurnal Ekonomi, Bisnis Dan Perbankan Syariah, 2(02), 83-
101.
Darmawati. (2013). Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam: Eksplorasi Prinsip Etis Al-
Quran Dan Sunnah. Mazahib, 11(1), 58-68.
De Bakker, F. G., Rasche, A., & Ponte, S. (2019). Multi-stakeholder initiatives on
sustainability: A cross-disciplinary review and research agenda for business
ethics. Business Ethics Quarterly, 29(3), 343-383.
Fadilah, N. (2020). Peranan Etika Islam Dalam Bidang Bisnis Dan Marketing. Salimiya:
Jurnal studi Ilmu Keagamaan Islam, 1(1), 169-186.
Giska, G., Nurwanita, N., Mangge, I. R., & Zainuddin, M. A. (2019). Penerapan Etika
Bisnis Islam di Rumah Makan Kaledo Stereo Palu. Jurnal Ilmu Ekonomi dan
Bisnis Islam, 1(1), 108-124.
Lakutomo, G. S. (2014). Analisis Pemasaran Terhadap Bisnis Online (E-Commerce)
Dalam Jaringan Sosial Internet (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Mursidah, U. (2017). Penerapan Etika Bisnis Islam Dalam Transaksi Jual Beli Di Pasar
Tradisional (Studi Pada Pasar Betung Kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung
Barat) (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung).
Musa, M. A., Sukor, M. E. A., Ismail, M. N., & Elias, M. R. F. (2020). Islamic business
ethics and practices of Islamic banks: Perceptions of Islamic bank employees in
Gulf cooperation countries and Malaysia. Journal of Islamic Accounting and
Business Research, 11(5), 1009-1031.
Nawatmi, S. (2010). Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam. Fokus Ekonomi, 9(1), 50-58.
Putritama, A. (2018). Penerapan Etika Bisnis Islam dalam Industri Perbankan Syariah.
Nominal Barometer Riset Akuntansi dan Manajemen, 7(1), 1-20.
Salsabilati, S. L. L. (2017). Penerapan Etika Bisnis Islam Dalam Transaksi E-Commerce
(Studi Pada Penjual Pengguna Media Sosial Instagram).
Sampurno, W. M. (2016). Penerapan etika bisnis Islam dan dampaknya terhadap
kemajuan bisnis industri rumah tangga. Journal of Islamic Economics Lariba,
2(1), 13-18.
Sari, D. H. (2019). Implementasi Etika Bisnis Islam Pada Pelaku Usaha Mikro, Kecil,
Dan Menengah (Umkm) Makanan Dan Minuman Di Kabupaten Tuban (Doctoral
dissertation, Universitas Brawijaya).
Suci, J. (2022). PENERAPAN ETIKA BISNIS ISLAM PADA TOKO KITTY HIJAB
BANDAR LAMPUNG MELALUI PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL
INSTAGRAM (Doctoral dissertation, UIN RADEN INTAN LAMPUNG).
Sumarni, M. (2020). Analisis etika bisnis islam terhadap praktik pembulatan harga pada
jual beli karet. J-EBIS (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam).
Wati, D. Arif, S. & Abristadevi. (2022). Analisis Penerapan Prinsip-Prinsip Etika Dalam
Transaksi Jual Beli Online Di Humaira Shop. El-Mal: Jurnal Kajian Ekonomi &
Bisnis Islam, 3(1), 141-154

Anda mungkin juga menyukai