Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PERILAKU ETIKA DALAM BISNIS

Pengertian Etika Bisnis


Etika bisnis merupakan suatu rangkaian prinsip/aturan/norma yang harus
diikuti apabila menjalankan bisnis (Jeff Madura, 2001). Etika bisnis terkait
dengan masalah penilain terhadap kegiatan dan perilaku bisnis yang mengacu
pada kebenaran atau kejujuran berusaha (bisnis).
Kebenaran disini yang dimaksud adalah etika standar yang secara umum
dapat diterima dan diakui prinsip-prinsipnya baik oleh masyarakat, perusahaan
dan individu. Etika bisnis merupakan pola bisnis yang tidak hanya peduli pada
profitabilitasnya saja, tapi juga memperhatikan kepentingan stakeholdernya.
Etika bisnis tidak bisa terlepas dari etika personal, keberadaan mereka
merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dan keberadaannya saling
melengkapi. Etika bisnis merupakan salah satu bagian dari prinsip etika yang
diterapkan dalam dunia bisnis. Istilah etika bisnis mengandung pengertian bahwa
etika bisnis merupakan sebuah rentang aplikasi etika yang khusus mempelajari
tindakan yang diambil oleh bisnis dan pelaku bisnis (Erni Rusyani Ernawan,
2003).
Definisi etika bisnis sendiri sangat beraneka ragam tetapi memiliki satu
pengertian yang sama, yaitu pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan
pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara
universal dan secara ekonomi/sosial, dan penerapan norma dan moralitas ini
menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis (Muslich,1998:4).
Beberapa ahli ada juga yang mendefinisikan etika bisnis sebagai batasan-
batasan sosial, ekonomi, dan hukum yang bersumber dari nilai-nilai moral
masyarakat yang harus dipertanggungjawabkan oleh perusahaan dalam setiap
aktivitasnya (Amirullah & Imam Hardjanto, 2005).
Etika dan integritas mer upakan suat u keinginan yang murni
dalam membantu orang lain. K ejujuran yang ekstrim , kemampuan
untuk menganalisis batas -batas kompetisi seseorang, kemampuan
untuk mengakui kesalahan dan belajar dari kegagalan.
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain ya itu pengendalian diri,
pengembangan tanggung jawab social, mempertahankan jati

1
diri, menciptakan p ersaingan yang sehat, menerapkan konsep
pembangunan tanggung wajab social, mempertahankan jati diri, menciptakan
persaingan yang s e h a t , m e n e r a p k a n k o n s e p p e m b a n g u n a n y a n g
berkelanjutan.

Moral dan Etika dalam Dunia Bisnis


Berbicara tentang moral sangat erat kaitannya
dengan pembicaraan agama dan bud aya, artinya kaidah-kaidah
dari moral pe l a k u b i s n i s s a n g a t d i p e n g a r u h i o l e h a j a r a n s e r t a
b u d a y a y a n g dimiliki oleh pelaku-pelaku bisnis sendiri. Setiap agama
mengajarkan pada umatnya untuk memiliki moral yang terpuji, termasuk
dalam kegiatan mendapatkan keuntungan dalam ber bisnis.
Jika transaksi dilakukan dengan konsekuen, j elas kedua belah
pihak akan meras a puas dan memp eroleh kepercayaan satu sama
lain, yang pada akhirnya akan ter jalin kerja sama yang erat dan
saling menguntungkan. Moral dan bisnis perlu terus ada agar terdapat dunia bisnis
yang benar-benar menjamin tingkat kepuasan, baik pada konsumen maupun
produsen. Kenapa hal seperti ini perlu dibicarakan?
Isu ya ng mencuat adalah semakin pesatnya
p e r k e m b a n g a n informasi tanpa diimbangi dengan dunia bisnis yang bermoral,
dunia ini akan menjadi suatu rimba modern dimana yang kuat akan
menindas yang lemah sehingga apa yang diamanatkan UUD pasal 33 dan
GBHN, u n t u k m e n c i p t a k a n k e a d i l a n d a n p e m e r a t a a n t i d a k a k a n
p e r n a h terwujud.
Moral lahir dari orang yang memiliki dan mengetahu i ajaran
agama dan budaya. Agama telah mengatur seseorang
d a l a m melakukan hubungan dengan orang lain sehingga dapat dinyatakan
bahwa orang yang mendasarkan bisnisnya pada agama akan memiliki
moral yang terpuji dalam melakukan bisnis. Berdasarkan hal ini,
sebenarnya moral dalam berbisnis tidak akan bisa ditentukan dalam bentuk
suatu peraturan (rule) yang diteta pkan oleh pihak-pihak tertentu.
Moral harus tumbuh dari diri seseorang dengan pengetahuan ajaran
agama yang dianut dan budaya yang dimiliki harus mam pu
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

2
Etika Dalam Bisnis
Apabila moral merupakan sesuatu yang mendorong orang untuk
melakukan kebaikan, maka etika bertindak sebagai rambu-rambu yang
merupakan kesepakatan secara rela dari semua anggota suatu
kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika
yang menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi.
Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan
dapat membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang
terpuji yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Etika di dalam bisnis
sudah tentu harus disepakati oleh orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis
serta kelompok yang terkait lainnya.
Mengapa du n i a bisnis, yang tidak ada men yangkut
hubungan antara pengusaha dengan pengusaha, tetapi
m e m p u n y a i k a i t a n s e c a r a nasional bahkan internasional. Tentu dalam hal
ini untuk mewujudkan etika dalam berbisnis perlu p embicaraan yang
transparan antara s e m u a p i h a k b a i k p e n g u s a h a , p e m e r i n t a h ,
m a s y a r a k a t m a u p u n bangsa lain agar jangan hanya satu pihak saja yang
menjalankan etika sementara pihak lain ber pijak pada apa yang mereka
inginkan.
Artinya kalau ada pihak terkait yang tidak mengetahui dan menyetujui
adanya etika moral dan etika, jelas apa yang disepakati oleh kalangan b i s n i s
tadi tidak akan pernah bisa diwujudkan. Jadi, jelas untuk
menghasilkan suatu etika di dalam berbisnis yang menjamin adanya
kepedulian antara satu pihak dan pihak lain tidak perlu pembicaraan yang
bersifat global yang mengarah kepada suatu aturan yang tidak merugikan
siapapun dalam perekonomian.

Lingkungan Bisnis yang Mempengaruhi Perilaku Etika


Banyak perusahaan yang kurang sukses dalam berusaha dikarenakan
kurang jujur terhadap konsumen dan tidak menjaga atau memelihara kepercayaan
yang telah diberikan oleh konsumen. Dalam hal ini peran manajer sangat penting
dalam mengambil keputusan-keputusan bisnis secara etis. Terdapat beberapa
faktor yang berpengaruh terhadap perilaku etika dalam bisnis berikut :

3
1. Leadership
Kepemimpinan yang beretika menggabungkan antara pengambilan
keputusan yang beretika dan perilaku yang beretika. Tanggung jawab utama dari
seorang pemimpin adalah membuat keputusan yang beretika dan berperilaku yang
beretika pula. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin
yang beretika yaitu :
 Mereka berperilaku sedemikian rupa sehingga sejalan dengan tujuannya
dan organisasi.
 Mereka berlaku sedemikian rupa sehingga secara pribadi, dia merasa
bangga akan perilakunya.
 Mereka berperilaku dengan sabar dan penuh keyakinan akan keputusan
yang diambilnya dan dirinya sendiri.
 Mereka berperilaku dengan teguh. Ini berarti berperilaku secara etika
sepanjang waktu, bukan hanya bila dia merasa nyaman untuk
melakukannya.
 Seorang pemimpin etika, menurut Blanchard dan peale, memiliki
ketangguhan untuk tetap pada tujuan dan mencapai apa yang dicita-
citakannya.
 Mereka berperilaku secara konsisten dengan apa yang benar-benar
penting. Dengan kata lain dia tetap menjaga perspektif.

2. Strategi dan performasi


Fungsi yang penting dari sebuah manajemen adalah untuk kreatif dalam
menghadapi tingginya tingkat persaingan yang membuat perusahaannya mencapai
tujuan perusahaa terutama dari sisi keuangan tanpa harus menodai aktivitas
bisnisnya Sebuah perusahaan yang jelek akan memiliki kesulitan besar untuk
menyelaraskan target yang ingin dicapai perusahaannya dengan standar-standar
etika. Karena keseluruhan strategi perusahaan yang disebut excelence harus bisa
melaksanakan seluruh kebijakan-kebijakan perusahaan guna mencapai tujuan
perusahaan dengan cara yang jujur.

3. Karakter individu
Perjalanan hidup suatu perusahaan tidak lain adalah karena peran banyak
individu dalam menjalankan fungsi-fungsinya dalam perusahaan tersebut.
Perilaku para individu ini tentu akan sangat mempengaruhi pada tindakan-

4
tindakan mereka di tempat kerja atau dalam menjalankan aktivitas bisnisnya. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi karakter individu.
 Faktor tersebut yang pertama adalah pengaruh budaya, pengaruh budaya
ini adalah pengaruh nilai-nilai yang dianut dalam keluarganya.
 Faktor yang kedua, perilaku ini akan dipengaruhi oleh lingkungan yang
diciptakan di tempat kerjanya.
 Faktor yang ketiga adalah berhubungan dengan lingkungan luar tempat dia
hidup berupa kondisi politik dan hukum, serta pengaruh perubahan
ekonomi. Kesemua faktor ini juga akan terkait dengan status individu
tersebut yang akan melekat pada diri individu tersebut yang terwujud dari
tingkah lakunya.

4. Budaya perusahaan
Budaya perusahaan adalah suatu kumpulan nilai-nilai, norma-norma, ritual
dan pola tingkah laku yang menjadi karakteristik suatu perusahaan. Setiap budaya
perusahaan akan memiliki dimensi etika yang didorong tidak hanya oleh
kebijakan-kebijakan formal perusahaan, tapi juga karena kebiasaan-kebiasaan
sehari-hari yang berkembang dalam organisasi perusahaan tersebut, sehingga
kemudian dipercayai sebagai suatu perilaku, yang bisa ditandai mana perilaku
yang pantas dan mana yang tidak pantas.
Budaya-budaya perusahaan inilah yang membantu terbentuknya nilai dan
moral di tempat kerja, juga moral yang dipakai untuk melayani para
stakeholdernya. Aturan-aturan dalam perusahaan dapat dijadikan yang baik. Hal
ini juga sangat terkait dengan visi dan misi perusahaan.

Saling ketergantungan antara bisnis dan masyarakat


Bisnis melibatkan hubungan ekonomi dengan banyak kelompok orang
yang dikenal sebagai stakeholders yaitu pelanggan, tenaga kerja, stockholders,
suppliers, pesaing, pemerintah dan komunitas. Oleh karena itu para pebisnis harus
mempertimbangkan semua bagian dari stakeholders dan bukan hanya
stockholdernya saja. Pelanggan, penyalur, pesaing, tenaga kerja dan bahkan
pemegang saham adalah pihak yang sering berperan untuk keberhasilan dalam
berbisnis.
Lingkungan bisnis yang mempengaruhi perilaku etika adalah lingkungan
makro dan lingkungan mikro. Dalam perspektif mikro, bisnis harus percaya

5
bahwa dalam berhubungan dengan supplier atau vendor, pelanggan dan tenaga
kerja atau karyawan. Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada
norma-norma yang ada pada masyarakat.
Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu
membawa serta etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara
sesama pelaku bisnis maupun etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan
langsung maupun tidak langsung. Dengan memetakan pola hubungan dalam
bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa prinsip-prinsip etika bisnis terwujud dalam
satu pola hubungan yang bersifat interaktif. Hubungan ini tidak hanya dalam satu
negara, tetapi meliputi berbagai negara yang terintegrasi dalam hubungan
perdagangan dunia yang nuansanya kini telah berubah.
Perubahan nuansa perkembangan dunia itu menuntut segera dibenahinya
etika bisnis. Pasalnya, kondisi hukum yang melingkupi dunia usaha terlalu jauh
tertinggal dari pertumbuhan serta perkembangan di bidang ekonomi. Jalinan
hubungan usaha dengan pihak-pihak lain yang terkait begitu kompleks.
Akibatnya, ketika dunia usaha melaju pesat, ada pihak-pihak yang tertinggal dan
dirugikan, karena piranti hukum dan aturan main dunia usaha belum mendapatkan
perhatian yang seimbang.
Pelaku bisnis dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan
hanya dalam bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan
lebih kompleks lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh
pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya
excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan
tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat
ganda.
Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu
mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap
masyarakat sekitarnya. Tanggung jawab sosial bisa dalam bentuk kepedulian
terhadap masyarakat di sekitarnya, terutama dalam hal pendidikan, kesehatan,
pemberian latihan keterampilan, dan lain sebagainya.
Etika bisnis merupakan penerapan tanggung jawab sosial suatu bisnis yang
timbul dari dalam perusahaan itu sendiri. Bisnis selalu berhubungan dengan
masalah-masalah etis dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Hal ini dapat
dipandang sebagai etika pergaulan bisnis. Seperti halnya manusia pribadi juga

6
memiliki etika pergaulan antar manusia, maka pergaulan bisnis dengan
masyarakat umum juga memiliki etika pergaulan yaitu etika pergaulan bisnis.
Etika pergaulan bisnis dapat meliputi beberapa hal antara lain adalah :

1. Hubungan antara bisnis dengan langganan / konsumen


Hubungan antara bisnis dengan langganannya merupakan hubungan yang
paling banyak dilakukan, oleh karena itu bisnis haruslah menjaga etika
pergaulanya secara baik. Adapun pergaulannya dengan langganan ini dapat
disebut disini misalnya saja:
 Kemasan yang berbeda-beda membuat konsumen sulit untuk membedakan
atau mengadakan perbandingan harga terhadap produknya.
 Bungkus atau kemasan membuat konsumen tidak dapat mengetahui isi di
dalamnya, sehingga produsen perlu menberikan penjelasan tentang isi
serta kandungan atau zat-zat yang terdapat didalam produk itu.
 Pemberian servis dan terutama garansi adalah merupakan tindakan yang
sangat etis bagi suatu bisnis. Sangatlah tidak etis suatu bisnis yang menjual
produknya yang ternyata jelek (busuk) atau tak layak dipakai tetap saja
tidak mau mengganti produknya tersebut kepada pembelinya.

2. Hubungan perusahaan dengan karyawan


Manajer yang pada umumnya selalu berpandangan untuk memajukan
bisnisnya sering kali harus berurusan dengan etika pergaulan dengan
karyawannya. Pergaulan bisnis dengan karyawan ini meliputi beberapa hal yakni:
 Penarikan (recruitment),
 Latihan (training),
 Promosi atau kenaikan pangkat,
 Transfer,
 Demosi (penurunan pangkat)
 Lay-off atau pemecatan / PHK (pemutusan hubungan kerja).

Di dalam menarik tenaga kerja haruslah dijaga adanya penerimaan yang


jujur sesuai dengan hasil seleksi yang telah dijalankan. Sering kali terjadi hasil
seleksi tidak diperhatikan akan tetapi yang diterima adalah peserta atau calon yang
berasal dari anggota keluarga sendiri.

7
3. Hubungan antar bisnis
Hubungan ini merupakan hubungan antara perusahaan yang satu dengan
perusahan yang lain. Hal ini bisa terjadi hubungan antara perusahaan dengan para
pesaing, grosir, pengecer, agen tunggal maupun distributor. Dalam kegiatan
sehari-hari tentang hubungan tersebut sering terjadi benturan-benturan
kepentingan antara keduanya. Dalam hubungan itu tidak jarang dituntut adanya
etika pergaulan bisnis yang baik.

4. Hubungan dengan Investor


Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas dan terutama yang akan
atau telah “go publik” harus menjaga pemberian informasi yang baik dan jujur
dari bisnisnya kepada para insvestor atau calon investornya. Informasi yang tidak
jujur akan menjerumuskan para investor untuk mengambil keputusan investasi
yang keliru. Dalam hal ini perlu mandapat perhatian yang serius karena dewasa ini
di Indonesia sedang mengalami lonjakan kegiatan pasar modal.
Banyak permintaan dari para pengusaha yang ingin menjadi emiten yang
akan menjual sahamnya kepada masyarakat. Di pihak lain masyarakat sendiri juga
sangat berkeinginan untuk menanamkan uangnya dalam bentuk pembelian saham
ataupun surat-surat berharga yang lain yang diemisi oleh perusahaan di pasar
modal. Oleh karena itu masyarakat calon pemodal yang ingin membeli saham
haruslah diberi informasi secara lengkap dan benar terhadap prospek perusahan
yang go publik tersebut. Jangan sampai terjadi adanya manipulasi atau penipuan
terhadap informasi terhadap hal ini.

5. Hubungan dengan Lembaga-Lembaga Keuangan


Hubungan dengan lembaga-lembaga keuangan terutama pajak pada
umumnya merupakan hubungan pergaulan yang bersifat finansial. Hubungan ini
merupakan hubungan yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan.
Laporan finansial tersebut haruslah disusun secara baik dan benar sehingga tidak
terjadi kecenderungan ke arah penggelapan pajak atau sebagainya. Keadaan
tersebut merupakan etika pergaulan bisnis yang tidak baik.

Kepedulian Antara Pelaku Bisnis terhadap Etika


Etika bisnis dalam suatu perusahaan mempunyai peranan yang sangat
penting, yaitu untuk membentuk suatu bisnis yang kokoh dan kuat dan

8
mempunyai daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan untuk
menciptakan nilai yang tinggi. Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis adalah
sesuatu yang penting demi kelangsungan hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang
tidak etis akan merugikan bisnis itu sendiri terutama jika dilihat dari perspektif
jangka panjang.
Bisnis yang baik bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis
yang baik adalah selain bisnis tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik
secara moral. Tolok ukur dalam etika bisnis adalah standar moral. Seorang
pengusaha yang beretika selalu mempertimbangkan standar moral dalam
mengambil keputusan, apakah keputusan ini dinilai baik atau buruk oleh
masyarakat, apakah keputusan ini berdampak baik atau buruk bagi orang lain,
atau apakah keputusan ini melanggar hukum.
Dalam menciptakan etika bisnis perlu diperhatikan beberapa hal, antara
lain pengendalian diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi, pengembangan tanggung jawab sosial,
mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan
konsep pembangunan yang berkelanjutan, mampu menyatakan hal yang benar,
menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan
golongan pengusaha lemah, konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang
telah disepakati bersama dan lain sebagainya.

Tujuan Etika Bisnis


Tujuan etika bisnis antara lain :
 Menanamkan dan meningkatkan kesadaran akan adanya dimensi etis
dalam bisnis. Menanamkan, jika sebelumnya kesadaran itu tidak ada,
meningkatkan, jika kesadaran itu sudah ada, tapi masih lemah dan ragu.
Orang yang mendalami etika bisnis diharapkan memperoleh keyakinan
bahwa etika merupakan segi nyata dari kegiatan ekonomi yang perlu
diberikan perhatian serius.
 Memperkenalkan argumentasi moral khususnya dibidang ekonomi dan
bisnis, serta membantu pembisnis karena moral tidak kalah penting dalam
pembentukan sebuah bisnis. Melalui studi etika diharapkan pelaku bisnis
akan sanggup menemukan fundamental rasional untuk aspek moral yang
menyangkut ekonomi dan bisnis.

9
 Membantu pembisnis untuk menentukan sikap moral yang tepat di dalam
profesinya.
 Agar perkembangan bisnis selalu dalam kondisi yang sehat.

Prinsip Etika Bisnis


Etika bisnis memiliki prinsip-prinsip yang harus ditempuh perusahaan
untuk mencapai tujuannya dan harus dijadikan pedoman agar memiliki standar
baku yang mencegah timbulnya ketimpangan dalam memandang etika moral
sebagai standar kerja atau operasi perusahaan.
a) Prinsip Otonomi
Adalah prinsip otonomi memandang bahwa perusahaan secara bebas memiliki
wewenang sesuai dengan bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya dengan visi
dan misi yang dimilikinya. Kebijakan yang diambil perusahaan harus diarahkan
untuk pengembangan visi dan misi perusahaan yang berorientasi pada
kemakmuran dan kesejahteraan karyawan dan komunitasnya.
b) Prinsip Kejujuran
Adalah prinsip kejujuran meliputi pemenuhan syarat-syarat perjanjian atau
kontrak, mutu barang atau jasa yang ditawarkan, dan hubungan kerja dalam
perusahaan. Prinsip ini paling problematik karena masih banyak pelaku bisnis
melakukan penipuan.
c) Prinsip Tidak Berniat Jahat
Adalah prinsip yang ada hubungan erat dengan prinsip kejujuran. Penerapan
prinsip kejujuran yang ketat akan mampu meredam niat jahat perusahaan itu.
d) Prinsip Keadilan
Adalah perusahaan harus bersikap adil kepada pihak-pihak yang terkait dengan
sistem bisnis. Contohnya, upah yang adil kepada karywan sesuai kontribusinya,
pelayanan yang sama kepada konsumen, dan lain-lain.
e) Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri
Adalah prinsip yang mengarahkan agar kita memperlakukan seseorang
sebagaimana kita ingin diperlakukan dan tidak akan memperlakukan orang lain
sebagaimana kita tidak ingin diperlakukan. Selain prinsip, ada juga terdapat
beberapa nilai-nilai etika bisnis yaitu : kejujuran, keadilan, rendah hati, simpatik
dan kecerdasan.

10

Anda mungkin juga menyukai