PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Etika Bisnis
1.1 Definisi Etika Bisnis
Etika Bisnis (Business Ethics ) merupakan sesuatu yang semakin lama
akan semakin penting peranannya di dalam masyarakat kita oleh karena
proses modernisasi akan berlangsung semakin cepat dan semakin merata.
Salah satu ciri khas dari masyarakat modern adalah, bahwa masyarakat
modern itu selalu merupakan masyarakat pebisnis, artinya; masyarakat di
mana hubungan antara orang-orang (para warga masyarakat) satu sama lain
selalu akan memakai perhitungan saling untung-menguntungkan. Apa yang
saling menguntungkan itu akan tergantung dari pendirian atau filsafat hidup
masing-masing: dalam arti materiil ekonomis, psikologis, status sosial
(gengsi), politik, ataukah ibadah keagamaan.
Etika adalah ilmu atau pengetahuan tentang apa yang baik dan apa yang
tidak baik untuk dijunjung tinggi atau diperbuat. Etos adalah suatu Kode
Hidup atau Tekad (Code or Sense of Commitment) untuk selalu menjunjung
tinggi dan berbuat yang paling baik.
Untuk lebih memahami makna dari etika bisnis secara lebih mendalam,
kita bisa dapatkan melalui beberapa definisi yang dikemukakan oleh
beberapa ahli dalam buku Etika Bisnis (2016:13), antara lain:
2
Velasquez (2005) menyatakan bahwa etika bisnis merupakan studi yang
dikhususkan tentang benar dan salah dan berkonsentrasi pada standar
moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku
bisnis;
Bertens (2013), menyatakan bahwa etika bisnis adalah pemikiran atau
refleksi kritis tentang moralitas dalam kegiatan ekonomi dan bisnis;
Hill dan Jones (1998) menyatakan bahwa etika bisnis merupakan suatu
ajaran untuk membedakan antara salah dan benar guna memberikan
pembekalan kepada setiap pemimpin perusahaan ketika
mempertimbangkan untuk mengambil keputusan strategis yang terkait
dengan masalah moral yang kompleks;
Steade et.al (1984) menyatakan bahwa etika bisnis adalah standar etika
yang berkaitan dengan tujuan dan cara membuat keputusan bisnis;
Budi Untung (2012) menyatakan bahwa etika bisnis merupakan
pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis
yang memerhatikan moralitas dan norma yang berlaku secara universal
dan secara ekonomi atau sosial;
Irham Fahmi (2013) menyatakan bahwa etika bisnis adalah aturan-
aturan yang menegaskan suatu bisnis boleh bertindak dan tidak boleh
bertindak, di mana aturan-aturan tersebut dapat bersumber dari aturan
tertulis maupun aturan yang tidak tertulis. Dan jika suatu bisnis
melanggar aturan-aturan tersebut maka sanksi akan diterima, di mana
sanksi tersebut dapat berbentuk langsung maupun tidak langsung.
3
tingkah laku dari pelaku bisnis merupakan cerminan dari etika yang
dianutnya.
Menurut Etika, yang baik itu adalah terutama:
a) Kejujuran (Honesty): mengatakan dan berbuat yang benar, menjunjung
tinggi kebenaran;
b) Ketetapan (Reliability): janjinya selalu tepat, tepat menurut waktu, isi
janji (ikrar), tempat, dan syarat;
c) Loyalitas: setia kepada janjinya sendiri, setia kepada siapa saja yang
dijanjikan kesetiaannya, setia kepada organisasinya berikut
pimpinannya, rekan-rekan, bawahan, relasi, klien, anggaran dasar dan
anggaran rumah tangganya;
d) Disiplin: tanpa disuruh atau dipaksa oleh siapa pun taat kepada system,
peraturan, prosedur, dan teknologi yang telah ditetapkan.
Tiap lingkungan (circle), tiap perhimpunan (association), tiap
organisasi, dan tiap badan modern mempunyai etika sendiri (rumusan
tentang Kejujuran, Reliabilitas, Loyalitas dan Disiplin yang dikehendaki
bersama) yang dijabarkan dari Filsafat Usaha masing-masing, dan
disebarluaskan serta ditanam melalui berbagai program pendidikan.
4
berlaku bagi bidang kegiatannya. Ia sadar dan tahu akan keputusan dan
tindakan yang akan diambilnya serta risiko atau akibat yang akan timbul
baik bagi dirinya dan perusahannya maupun bagi pihak lain;
2) Kejujuran (honesty)
Kejujuran merupakan kunci keberhasilan para pelaku bisnis untuk
mempertahankan bisnisnya dalam jangka panjang;
3) Keadilan
Prinsip ini dikemukakan baik oleh Keraf (1998) maupun oleh Weiss
(2008) dalam buku Etika Bisnis (2016:31) yang secara garis besar
dinyatakan bahwa prinsip keadilan menuntut agar setiap orang
diperlakukan sesuai porsi yang menjadi haknya, sesuai dengan aturan
yang adil, dan sesuai dengan kriteria rasional objektif yang dapat
dipertanggungjawabkan. Secara lebih sederhana, prinsip keadilan adalah
prinsip yang tidak merugikan hak dan kepentingan orang lain;
4) Saling menguntungkan
Dalam kegiatan bisnis tidak boleh ada pihak yang dirugikan hak dan
kepentingannya, baik sebagai karyawan, pemasok, penyalur, konsumen,
investor, masyarakat, dan lingkungan. Secara khusus dinyatakan bahwa
prinsip saling menguntungkan secara positif menuntut agar semua pihak
berusaha untuk saling menguntungkan satu sama lain;
5) Integritas moral (moral integrity)
Yaitu memegang prinsip, melakukan kegiatan yang terhormat, tulus
hati, berani dan penuh pendirian, tidak bermuka dua, tidak berbuat jahat,
dan saling percaya (Pengantar Bisnis, 2007:126);
6) Kewajaran (fairness)
Kewajaran adalah keseimbangan antara biaya jika dibandingkan
dengan manfaat yang saling dipertukarkan. Secara khusus disebutkan
bahwa analisis biaya-manfaat merupakan hal umum yang sering
digunakan untuk menera etis tidaknya keputusan sesuai etika
(Weiss,2008) dalam buku Etika Bisnis (2016:32);
5
7) Memiliki etika pada alam dan lingkungan
Bisnis yang beretika dan bertanggung jawab adalah yang
memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi, sosial dan
lingkungan bagi masyarakat dimana ia beroperasi dalam rangka untuk
mempertahankan modal keuangan, sosial, lingkungan, dan segala bentuk
goodwill (Caux, 2009) dalam buku Etika Bisnis (2016:32);
8) Menaati aturan
Meskipun diakui bahwa beberapa perilaku bisnis bahkan yang tidak
melanggar hukum dapat tetap memiliki konsekuensi yang merugikan
bagi para pemangku kepentingan, karena itu bisnis yang bertangung
jawab mematuhi semangat dan niat untuk mematuhi hukum sesuai
dengan yang ditetapkan, yang mengharuskan perilaku pelaku bisnis
mematuhi kewajiban hukum minimum (Caux, 2009) dalam buku Etika
Bisnis (2016:32);
9) Sadar atas hak dan kewajiban
Bisnis yang baik adalah bisnis yang memiliki kesadaran dalam
memenuhi kewajiban untuk mempertukarkan dengan hak yang akan
diterimannya;
10) Bermartabat
Bisnis yang bermartabat adalah bisnis yang tidak mau
mengorbankan kepentingan jangka panjang berupa nama baik,
kepercayaan, dan kesetian pemangku kepentingan hanya demi
kepentingan sesaat ( Weiss, 2008). (dalam buku Etika Bisnis, 2016:32);
11) Tangung jawab (responsibility)
Bisnis yang bertanggung jawab harus mendukung berjalannya
mekanisme pasar yang adil dan terbuka ( Caux, 2009). Selain itu, pelaku
bisnis juga harus selalu mentaati hukum/aturan, penuh kesadaran sosial,
menghormati proses demokrasi dalam mengambil keputusan (dalam
buku Etika Bisnis, 2016:32);
12) Memelihara janji (promise keeping)
Sebuah bisnis yang bertangung jawab selalu beroperasi dengan
keterusterangan, kejujuran, dan transparansi, dalam membuat janji-
6
janjinya serta memiliki semangat untuk tidak mencederai janji, selain itu
pelaku bisnis harus selalu mentaati janji, patut dipercaya, penuh
komitmen, dan patuh;
13) Kesetiaan (fidelity)
Bisnis harus dilandasi oleh sikap kesetiaan, karena kesetiaan akan
melahirkan komitmen jangka panjang yang sangat bermanfaat bagi
jalannya perusahaan;
14) Saling menghormati (respect to each other)
Bisnis yang beretika adalah bisnis yang didalamnya terdapat sikap
saling menghormati dalam menjalankan setiap tahapan proses bisnis,
baik dengan pihak internal perusahaan maupun pihak external
perusahaan. Seperti menghormati martabat manusia, bersopan santun,
dan jangan merendahkan diri seseorang;
15) Dapat dipertanggungjawabkan (accountability)
Aktivitas bisnis haruslah menjadi aktivitas yang dapat
dipertanggungjawabkan, nyata memberikan manfaat bagi banyak pihak
dan tidak merugikan siapa pun. Serorang pebisnis harus memiliki rasa
tanggung jawab, menerima tanggung jawab atas keputusan dan
konsekuensinya, dan selalu memberi contoh;
16) Profesional
Bisnis yang berprofessional adalah bisnis yang dijalankan sesuai
dengan standar keahlian yang seharusnya dimiliki oleh seorang pelaku
bisnis, dan dijalankan dengan sungguh-sungguh sesuai dengan
profesinya tersebut.
7
Selain prinsip etika, yang tidak kalah pentingnya dalam bisnis adalah
norma etika. Menurut Zimmerer (1996:22) dalam buku Pengantar Bisnis
(2007:124) ada tiga tingkatan norma etika, yaitu:
1) Hukum
Hukum berlaku bagi masyarakat secara umum yang mengatur mana
perbuatan yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan.
Hukum hanya mengatur standar prilaku minimum;
2) Kebijakan dan prosedur organisasi
Kebijakan dan prosedur organisasi memberi arahan khusus bagi
setiap orang dalam organisasi dalam mengambil keputusan sehari-
harinya. Para karyawan akan berkerja sesuai dengan kebijakan dan
prosedur perusahaan;
3) Moral Sikap Mental Individual
Sikap mental individual sangat penting untuk menghadapi suatu
keputusan yang tidak diatur oleh aturan formal. Nilai moral dan sikap
mental individual biasanya berasal dari keluarga, agama, dan sekolah.
Sebagian lagi yang menentukan etika prilaku adalah pendidikan,
pelatihan, dan pengalaman. Kebijakan dan aturan perusahaan sangat
penting terutama untuk membantu, mengurangi, dan mempertinggi
pemahaman karyawan tentang etika perilaku.
8
Adapun manfaat adanya etika bisnis bagi perusahaan antara lain adalah:
1. Perusahaan memiliki kemampuan dan kesadaran untuk mengendalikan
diri dan berbuat sesuai nilai etika yang berlaku secara umum dan
khusus;
2. Perusahaan terdorong untuk memiliki tanggung jawab sosial;
3. Perusahaan memiliki jati diri dan karakter yang khas, sehingga
dimungkinkan munculnya keunggulan komparatif sebagai perusahaan
yang beretika;
4. Secara bersama dengan perusahaan lain menjadi pendukung untuk
menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat;
5. Memiliki kesadaran untuk melakukan prmbangunan berkelnajutan
dengan perbaikan tiada henti demi hasil terbaik;
6. Menumbuhkan kepercayaan mitra kerja kepada perusahaan sehingga
mitra kerja merasa nyaman bekerja sama;
7. Mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif secara konsikuen dan
konsisten;
8. Menumbuhkan praktik-praktik tata kelola perusahaan yang unggul
(good corporate governance) sehingga mampu menginspirasi orang lain
untuk menumbuhkembangkan hal yang serupa;
9. Perusahaan mampu berpartisipasi dan berkontribusi membentuk tatanan
moral yang muncul khususnya dilingkungan bisnis;
10. Mencegah munculnya praktik-praktik bisnis yang tidak bertanggung
jawab;
11. Memunculkan kesadaran “siapa saya” sehingga mampu melakukan
positioning secara tepat, baik kepada pihak intern perusahaan maupun
kepada pihak ekstern;
12. Memiliki semangat dan rasa memiliki dari anggota organisasi terhadap
perusahaan, serta perasaan bangga menjadi bagian dari organisasi
tersebut.
Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwa masih banyak perusahaan yang
mengabaikan praktik bisnis yang beretika. Beberapa faktor yang dianggap
9
menjadi pemicu dari masih dipertahankannya bisnis yang tidak beretika
antara lain adalah:
1) Banyaknya kompetitor baru dengan produk mereka yang lebih menarik;
2) Kurangnya kesadaran moral utilarian (moral yang berkaitan dengan
memaksimumkan hal terbaik bagi orang sebanyak mungkin);
3) Menurunnya formalism etis (moral yang berfokus pada maksud yang
berkaitan dengan perilaku dan hak tertentu);
4) Pandangan yang salah dalam menjalankan bisnis (tujuan utama bisnis
adalah mencari keuntungan semata, bukan kegiatan sosial);
5) Kurangnya pemahaman tentang prinsip etika bisnis;
6) Rendahnya tingkat pendidikan, pengetahuan serta informasi mengenai
bahan material berbahaya;
7) Rendahnya tanggung jawab sosial atau CSR (Corporate Social
Responsibility);
8) Umdang-undang atau peraturan yang mengatur perdagangan, bisnis dan
ekonomi masih kurang;
9) Lemahnya kedudukan lembaga yang melindungi hak-hak konsumen.
10
prinsip-prinsip moral dan nilai-nilainya merupakan jaminan yang terbaik
untuk menghindari penyimpangan etika;
5) Adakan Pelatihan Etika. Balai kerja (workshop) merupakan alat untuk
meningkatkan kesadaran para karyawan;
6) Lakukan Audit Etika Secara Periodik. Audit merupakan cara yang
terbaik untuk mengevaluasi efektivitas sistem etika. Hasil evaluasi
tersebut akan memberikan suatu sinyal kepada karyawan bahwa etika
bukan sekedar iseng;
7) Pertahankan Standar yang Tinggi Tentang Tingkah Laku, Jangan
Hanya Aturan. Standar tingkah laku sangat penting untuk menekankan
bahwa betapa pentingnya etika dalam organisasi. Setiap karyawan harus
mengetahui bahwa etika tidak dapat dinegosiasikan atau ditawar-tawar;
8) Hindari Contoh Etika yang Tercela Setiap Saat. Etika diawali dari
atasan. Atasan harus memberi contoh dan menaruh kepercayaan kepada
bawahannya;
9) Ciptakan Kebudayaan yang Menekankan Komunikasi Dua Arah.
Komunikasi dua arah sangat penting, yaitu untuk menginformasikan
barang dan jasa yang kita hasilkan dan untuk menerima aspirasi untuk
perbaikan perusahaan;
10) Libatkan Karyawan dalam Mempertahankan Standar Etika. Para
karyawan diberi kesempatan untuk memberikan umpan balik tentang
bagaiman standar etika dipertahankan;
11
struktur dan kegiatan perusahaan. Jika perusahaan memiliki kode etik
sendiri, ia mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan perusahaan
yang tidak memiliki kode etik.
Manfaat kode etik perusahaan dapat dilukiskan sebagai berikut:
1) Kode etik dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena
etika telah dijadikan corporate culture. Hal ini terutama penting bagi
perusahaan besar, di mana tidak semua karyawan mengenal satu sama
lain. Dengan adanya kode etik, secara intern semua karyawan terikat
dengan standar etis yang sama, sehingga akan mengambil keputusan
yang sama pula untuk kasus-kasus yang sejenis;
2) Kode etik dapat membantu dalam menghilangkan grey area atau
kawasan kelabu di bidang etika. Beberapa ambiguitas moral yang sering
merongrong kinerja perusahaan, dengan demikian dapat dihindarkan.
Misalnya, menerima hadiah atau komisi, kesungguhan perusahaan
dalam memberantas pemakaian tenaga kerja anak, dan keterlibatan
perusahaan dalam melindungi lingkungan hidup;
3) Kode etik dapat menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung
jawab sosialnya. Melalui kode etiknya, ia dapat menyatakan bagaimana
ia memahami tanggung jawab sosial dengan melampaui minimum
tersebut;
4) Kode etik menyediakan bagi perusahaan dan dunia bisnis pada
umumnya kemungkinan untuk mengatur dirinya sendiri (self
regulation). Dengan demikian, negara tidak perlu campur tangan.
Negara baru membuat peraturan, bila dunia bisnis tidak bisa mengatur
dirinya sendiri dan menciptakan kerangka moral untuk perilaku yang
benar.
12
Di dalam buku Ricky W. Griffin yang berjudul Business yang dikutip
oleh Wikipedia mengklasifikasikan etika manajerial ke dalam tiga kategori:
Perilaku terhadap karyawan
Kategori ini meliputi aspek perekrutan, PHK/pemecatan,
gaji/kondisi upah dan kerja, serta ruang pribadi dan kehormatan.
Pedoman etis dan hukum mengemukakan bahwa keputusan perekrutan
dan pemecatan harus didasarkan hanya pada kemampuan untuk
melakukan pekerjaan. Perilaku yang secara umum dianggap tidak etis
dalam kategori ini misalnya mengurangi upah pekerja karena tahu
pekerja itu tidak bisa mengeluh karena takut akan kehilangan
pekerjaannya.
Perilaku terhadap organisasi
Permasalahan etika juga terjadi dalam hubungan pekerja dengan
organisasinya. Masalah yang terjadi terutama menyangkut tentang
kejujuran, konflik kepentingan, dan kerahasiaan. Masalah kejujuran
yang sering terjadi diantaranya menggelembungkan anggaran atau
mencuri barang milik perusahaan. Konflik kepentingan terjadi ketika
seorang individu melakukan tindakan untuk menguntungkan diri
sendiri, namun merugikan atasannya, misalnya menerima suap.
Sementara itu, masalah pelanggaran etika yang berhubungan dengan
kerahasiaan di antaranya menjual atau membocorkan rahasia
perusahaan kepada pihak lain (whistleblowing).
Perilaku terhadap agen ekonomi lainnya
Seorang manajer juga harus menjalankan etika ketika berhubungan
dengan agen-agen ekonomi lain, seperti pelanggan, pesaing, pemegang
saham, pemasok, distributor, dan serikat buruh.
13
keputusan, memimpin suatu rapat, berinteraksi kepada rekan kerjanya, dan
terhadap para karyawannya.
14
atau perusahaan yang meniru produk-produk perusahaan lain, atau
perusahaan percetakan yang memperbanyak cetakannya melebihi
kesepakatan degan pemegang hak cipta dan sebagainya.
2. Manajer Amoral
Tujuan utama dari manajemen amoral adalah profit, akan tetapi
tindakannya berbeda dengan manajemen immoral. Ada satu cara kunci
yang membedakannya, yaitu mereka tidak sengaja melanggar hukum
atau norma etika. Bahkan pada manajemen amoral adalah bebas
kendali dalam mengambil keputusan, artinya mereka tidak
mempertimbangkan etika dalam mengambil keputusan. Salah satu
contoh dari manajemen amoral adalah penggunaan test lie detector
bagi calon karyawan. Lie detector adalah sebuah mesin poligraf yang
dirancang dengan sensor khusus guna mendeteksi kebohongan pada
manusia.
3. Manajer Moral
Manajer moral juga bertujuan untuk meraih keberhasilan, tetapi
dengan menggunakan aspek legal dan prinsip-prinsip etika. Filosofi
manajer moral selalu melihat hukum sebagai standar minimum untuk
beretika dalam perilaku.
1.6 Whistleblowing
Whistleblowing adalah pembocoran rahasia perusahaan kepada pihak
lain. Whistleblowing adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang baik
karyawan, mantan karyawan atau pekerja, anggota dari institusi atau
organisasi yang melaporkan suatu tindakan yang dianggap melanggar
ketentuan kepada pihak yang berwenang. Seorang pelapor pelanggaran
disebut whistleblower. Secara umum, tindakan yang melanggar ketentuan
berarti melanggar hukum, aturan dan persyaratan yang menjadi ancaman
pihak publik atau kepentingan publik. Termasuk didalamnya korupsi,
pelanggaran atas keselamatan kerja, dan masih banyak lagi. Salah satu
contoh whistleblowing adalah tindakan seorang karyawan yang melaporkan
15
penyimpangan keuangan perusahaan. Penyimpangan ini dilaporkan kepada
pihak direksi atau komisaris.
Di beberapa negara ada kode etik profesi, misalnya kode etik insinyur
yang secara tidak langsung menganjurkan whistleblowing dengan ketentuan
bahwa keamanan dan keselamatan masyarakat harus ditempatkan di atas
segalanya. Ada juga negara yang melindungi para whistleblower melalui
jalur hukum, seperti Inggris dengan Undang-Undang yang disebut The
Public Interest Disclosure Act (1998).
Contoh Whistleblowing di Indonesia adalah kasus yang menimpa
Komisi Pemilihan Umum dengan pihak Whistleblower (Khairiansyah,
mantan auditor Badan Pemeriksa Keuangan). Contoh lain yang terjadi di
Indonesia adalah kasus “Papa Minta Saham”, yang bermula pada tanggal 16
November 2015, ketika Sudirman Said (SS), yang pada saat itu menjabat
sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), melaporkan SN
ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD). Laporan tersebut berisi dugaan
bahwa SN telah meminta sejumlah saham PT.Freeport Indonesia dengan
mengatasnamakan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.
b) Whistleblowing Internal
Whistleblowing Internal terjadi ketika seseorang atau beberapa orang
karyawan tahu mengenai kecurangan yang dilakukan oleh karyawan lain
16
atau kepala bagiannya kemudian melaporkan kecurangan itu kepada
pimpinan perusahaan yang lebih tinggi. Motivasi utama dari whistleblowing
ini adalah motivasi moral demi mencegah kerugian bagi perusahaan
tersebut.
17
B. Tanggung Jawab Sosial (Corpaorate Social Responsibility)
Selain etika, yang tidak kalah pentingnya adalah pertangungjawaban
sosial perusahaan. Menurut Ronald J. Ebert dan Ricky M, Griffin (2000)
dalam buku Pengantar Bisnis (2007:128) etika sangat berpengaruh pada
tingkah laku individu. Tanggung jawab sosial yang mencoba menjembatani
komitmen individu dan kelompok dalam suatu lingkungan sosial seperti
pelanggan, perusahaan lain, karyawan, dan investor. Tanggung jawab sosial
menyeimbangkan komitmen-komitmen yang berbeda. Menurut zimmerer
(1996) dalam buku Etika Bisnis (2016:69) ada beberapa macam
pertanggungjawaban perusahaan, yaitu:
1. Tanggung jawab terhadap lingkungan.
Perusahaan harus ramah lingkungan, artinya perusahaan harus
memperhatikan, melestarikan dan menjaga lingkungan. Misalnya tidak
membuang limbah yang mencemari lingkungan, berusaha mendaur
ulang limbah yang merusak lingkungan, menjalin komunikasi dengan
kelompok masyarakat yang ada di lingkungan sekitarnya;
2. Tanggung jawab terhadap karyawan.
Menurut Ronald j.ebert. (2000) dalam buku Pengantar Bisnis
(2007:128) semua aktivitas manajemen sumber daya manusia seperti
perekrutan, pengupahan, pelatihan, promosi, dan kompensasi,
kesemuanya dalam rangka tanggung jawab perusahaan terhadap
karyawan. Menurut zimmerer (2000) dalam buku Pengantar Bisnis
(2007:129) tanggung jawab perusahaan terhadap karyawan dapat
dilakukan dengan cara:
- Mendengarkan dan menghormati pendapat karyawan;
- Meminta input kepada karyawan;
- Memberikan umpan balik baik negative maupun positif;
- Selalu menekankan tentang kepercayaan kepada karyawan;
- Membiarkan karyawan mengetahui apa yang sebenarnya mereka
harapkan;
- Meberikan imbalan kepada karyawan yang bekerja dengan baik;
- Memberi kepercayaan kepada karyawan.
18
3. Tanggung jawab tehadap pelanggan
Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pelanggan menurut
Ronald J. (2000) dalam buku Pengantar Bisnis (2007:129) ada dua
kategori, yaitu
(1) Menyediakan barang dan jasa yang berkualitas;
(2) Memberikan harga produk dan jasa yang adil dan wajar.
Tanggung jawab sosial perusahaan juga termasuk melindungi hak-
hak pelanggan. Menurutnya ada 4 hak pelanggan, yaitu;
(1) Hak untuk mendapat produk yang aman;
(2) Hak untuk mendapatkan informasi segala aspek produk;
(3) Hak untuk didengar;
(4) Hak untuk memilih apa-apa yang mereka akan beli.
Sedangkan menurut zimmerer (1996) dalam buku Pengantar Bisnis
(2007:129) hak-hak pelanggan yang harus dilindungi meliputi lima:
(1) Hak keamanan
Barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan harus berkualitas
dan memberikan rasa aman, demikian juga kemasannya.
(2) Hak untuk mengetahui
Konsumen berhak untuk mengetahui barang dan jasa yang mereka
beli termasuk perusahaan yang menghasilkan barang tersebut.
(3) Hak untuk didengar
Komunikasi dua arah harus dibentuk, yaitu untuk menyalurkan
keluhan produk dan jasa dari konsumen dan untuk menyampaikan
berbagai informasi barang dan jasa dari perusahaan.
(4) Hak atas pendidikan
Pelanggan berhak atas pendidikan tentang bagaimana
menggunakan dan memelihara produk. Perusahaan harus
menyediakan program pendidikan agar mereka tahu informasi
barang dan jasa yang akan dibeli.
(5) Hak untuk memilih
Hal terpenting dalam persaingan adalah memberi hak untuk
memilih barang dan jasa yang mereka perlukan. Tanggung jawab
19
sosial perusahaan adalah tidak mengganggu persaingan dan
mengabaikan undangan-undang antitrust.
4. Tanggung jawab terhadap investor
Tanggung jawab terhadap investor adalah menyediakan
pengembalian (return) investasi yang menarik di antaranya dengan
memaksimumkan laba. Selain itu, peusahaan juga bertanggung jawab
untuk melaporkan kinerja keuangannya kepada investor seakurat dan
setepat mungkin.
5. Tanggung jawab terhadap masyarakat
Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap masyarakat
sekitarnya. Misalnya menyediakan pekerjaan dan menciptakan
kesehatan dan menyediakan berbagai kontribusi terhadap masyarakat
yang berada di lokasi tersebut.
20
1.1 Reaksi Terhadap Etika
Masing-masing perusahaan seringkali memiliki strategi dan reaksi
yang berbeda terhadap regulasi dan tuntunan etika bisnis. Reaksi tersebut
dapat diklasifikasi dalam empat kelompok, yaitu:
Obstructionist strategy atau strategi menghindar, yaitu cenderung
menghindarkan diri terhadap tanggung jawab sosial dan lebih peduli
tarhadap kepentingan bisnis;
Defensive strategy atau strategi bertahan, yaitu cenderung hanya
memenuhi syarat-syarat atau ketentuan yag bersifat minimal.
Perusahaan tipe ini akan cenderung membayar karyawan pada level
UMR (Upah Minimum Regional) meskipun sebenarnya UMR masih
dinilai belum memenuhi kebutuhan hidup secara layak dari pekerja;
Accommodative strategy atau strategi akomodatif, yaitu berupaya
untuk menerima tanggung jawab sosial secara memuaskan, baik dari
sisi ekonomi, hukum, maupun etika.
Proactive strategy atau strategi proaktif, yaitu cenderung berinisiatif
secara proaktif terhadap tanggung jawab sosial. Meskipun belum
menjadi tuntutan, tetapi sudah melakukan aksi yang nantinya menjadi
model atau keteladan bagi pelaku lain.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seperti yang telah diketahui pada pembahasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa etika bisnis merupakan kunci keberhasilan dalam dunia
bisnis. Etika bisnis digambarkan sebagai cara untuk melakukan kegiatan
bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu,
perusahaan dan juga masyarakat. Perusahaan yang menerapkan etika dalam
bisnisnya pasti lah mendapatkan banyak manfaat dan juga terlihat baik di
mata masyarakat. Sebuah perusahaan juga di haruskan untuk memiliki kode
etik, karena kode etik dapat dijadikan sebagai ciri khas dari suatu
perusahaan. Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang memiliki etika,
kode etik, dan tanggung jawab sosial dalam menjalankan kegiatan
bisnisnya.
B. Saran
Dalam berbisnis, hendaklah perusahaan menerapkan etika dalam
menjalankan bisnisnya. Seorang manajer adalah orang yang bertanggung
jawab atas moral dan etika perusahaan, maka dari itu pilihlah manajer yang
memiliki etika yang baik agar perusahaan tersebut dapat terlihat baik di
mata masyarakat.
22