Anda di halaman 1dari 7

A.

TANGGUNG JAWAB SOSIAL DARI ORGANISASI


1. Lingkungan sebagai Ruang Lingkup Kegiatan Organisasi
Sebagai bagian dari masyarakat, maka organisasi bisnis perlu memiliki
tanggung jawab bahwa kegiatan yang dilakukannya membawa ke arah perbaikan
lingkungan masyarakat pada umumnya, bukan sebaliknya. Dengan demikian,
sudah semestinya organisasi bisnis atau perusahaan perlu menyadari bahwa
dirinya memiliki apa yang dinamakan tanggung jawab sosial (corporate social
responsibility). Tanggung jawab sosial organisasi adalah suatu konsep bahwa
organisasi memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku
kepentingannya termasuk lingkungan dalam segala aspek operasional organisasi.
2. Pro dan Kontra Mengenai Tanggung Jawab Sosial
Mereka yang pro terhadap tanggung jawab sosial harus dipikul perusahaan
menganggap bahwa perusahaan juga merupakan bagian dari masyarakat, sehingga
perlu juga untuk bersama-sama dengan masyarakat mewujudkan keadaan yang
lebih baik.
Di sisi lain, mereka yang kontra terhadap tanggung jawab sosial yang harus
dipikul perusahaan beranggapan bahwa perusahaan tidak perlu terlibat tanggung
jawab sosial karena pada dasarnya perusahaan tidak memiliki ahli-ahli khusus
untuk menangani tanggung jawab sosial dalam perusahaan. Selain itu, mereka
beranggapan bahwa keterlibatan perusahaan yang terlalu jauh dalam tanggung
jawab sosial justru akan memberikan kekuatan yang lebih besar bagi perusahaan
untuk dapat mengontrol masyarakat, padahal yang bertugas untuk mengontrol
masyarakat adalah pemerintah. Mereka juga beranggapan bahwa pada dasarnya
tujuan dari perusahaan untuk meraih profit dan bukan untuk membantu
masyarakat sebagaimana halnya yang dilakukan oleh lembaga sosial, seperti
yayasan, lembaga swadaya masyarakat, dan lain sebagainya.
Terlepas dari pro dan kontra apakah sebuah perusahaan perlu memberikan
tanggung jawab sosial kepada masyarakat atau tidak, perusahaan perlu
memberikan tanggung jawab sosial sebagai konsekuensi logis keberadaannya
dalam lingkungan dan masyarakat. Hanya saja tanggung jawab sosial yang dipikul
perusahaan semestinya diatur dengan lebih baik oleh pemerintah sehingga
porsinya tidak terlalu menjadi kekuatan yang dominan di masyarakat, namun
bersama-sama dengan pemerintah dan masyarakat mewujudkan lingkungan ke
arah yang lebih baik.
3. Mengelola Tanggung Jawab Sosial dari Perusahaan
Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan perusahaan dalam berhadapan
dengan tuntutan yang lebih besar dari sisi tanggung jawab sosial seiring dengan
semakin besarnya kesadaran masyarakat akan lingkungannya. Di antaranya
adalah, sebagaimana yang dikemukakan oleh Kreitner (1992), yaitu:
a. Strategi Reaktif (Reactive Social Responsibility Strategi)
Kegiatan bisnis yang melakukan strategi reaktif dalam tanggung jawab sosial
cenderung menolak atau menghindarkan diri dari tanggung jawab sosial.
b. Strategi Defensif (Defensive Social Responsibility Strategy)
Strategi defensif dalam tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan
terkait dengan penggunaan pendekatan legal atau jalur hukum untuk
menghindarkan diri atau menolak tanggung jawab sosial.
c. Strategi Akomodatif (Acommodative Social Responsibility Strategy)
Strategi akomodatif dalam tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh
perusahaan berupa pelayanan kesehatan, kebersihan, dan lain sebagainya,
bukan dikarenakan perusahaan menyadari perlunya tanggung jawab sosial,
tetapi dikarenakan adanya tuntutan dari masyarakat dan lingkungan sekitar
akan hal tersebut.
d. Strategi Proaktif (Proactive Social Reponsibility Strategy)
Strategi proaktif mengambil inisiatif dalam tanggung jawab sosial dan
membentuk model industri yang bertanggung jawab sosial, misalnya dengan
membuat kegiatan khusus penanganan limbah, keterlibatan dalam setiap
kegiatan sosial di lingkungan masyarakat, atau dengan memberikan pelatihan-
pelatihan terhadap masyarakat di lingkungan sekitar perusahaan.
4. Manfaat Tanggung Jawab Sosial
a. Manfaat bagi perusahaan
1) Munculnya citra positif dari masyarakat akan kehadiran perusahaan di
lingkungannya
2) Membantu perekonomian masyarakat
3) Dianggap bersama masyarakat membantu dalam mewujudkan keadaan
yang lebih baik di masa yang akan datang
4) Memperoleh tanggapan positif
b. Manfaat bagi masyarakat
1) Masyarakat mendapat pandangan baru mengenai hubungan perusahaan
dan masyarakat
2) Beberapa kepentingan masyarakat dapat diperhatikan oleh perusahaan
c. Manfaat bagi pemerintah
1) Pemerintah sebagai pihak yang mendapat legitimasi untuk mengubah
tatanan masyarakat ke arah yang lebih baik akan mendapatkan partner
dalam mewujudkan tatanan masyarakat tersebut
2) Sebagian tugas pemerintah dapat dijalankan oleh anggota masyarakat,
dalam hal ini perusahaan atau organisasi bisnis
5. Masa Depan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan akan menghadapi tuntutan untuk terlibat lebih banyak dalam
tanggung jawab sosial di masa yang akan datang. Dalam penelitian empiris yang
dilakukan di antaranya oleh Vamos dan Power (1990), sebagaimana dapat dilihat
dalam Business Week Edisi April 1990, menyatakan bahwa perusahaan perlu
untuk lebih terlibat dalam tanggung jawab sosial, seperti keterlibatan dalam sektor
pendidikan, pemeliharaan kesehatan lingkungan dan masyarakat, pengangguran,
dan lain-lain.

B. KONSEP DASAR ETIKA MANAJEMEN


1. Dimensi Etika dalam Manajemen
Etika pada dasarnya, sebagaimana menurut Kreitner (1992), adalah studi
mengenai tanggung jawab moral yang terkait dengan apa yang dianggap benar
dan apa yang dianggap salah. Griffin (2000) secara ringkas menyatakan bahwa
etika adalah beliefs of what is good and what is bad, keyakinan akan sesuatu
dianggap baik dan buruk. Etika manajemen lebih jauh lagi berbicara mengenai
nilai-nilai yang dianut oleh organisasi sehubungan dengan bisnis yang
dijalankannya.
2. Nilai Personal sebagai Standar Etika
Nilai dan norma termasuk jarang sekali dibahas dalam manajemen, khususnya
perwujudan nilai dan norma ini melalui personal atau orang-orang yang duduk
dalam manajemen. Nilai (values) sendiri pada dasarnya merupakan pandangan
ideal yang memengaruhi cara pandang, cara berpikir dan perilaku dari seseorang.
Nilai personal atau personal values pada dasarnya merupakan cara pandang, cara
pikir, dan keyakinan yang dipegang oleh seseorang sehubungan dengan segala
kegiatan yang dilakukannya.
a. Nilai Terminal dan Nilai Instrumental
Menurut Kreitner (1992), terdapat dua jenis nilai personal, yakni nilai terminal
dan nilai instrumental. Nilai terminal pada dasarnya merupakan pandangan
dan cara berpikir seseorang yang terwujud melalui perilakunya, yang didorong
oleh motif dirinya dalam meraih sesuatu. Sedangkan nilai instrumental adalah
pandangan dan cara berpikir seseorang yang berlaku untuk segala keadaan dan
diterima oleh semua pihak sebagai sesuatu yang memang harus diperhatikan
dan dijalankan, contohnya nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, komitmen,
dan integritas.
b. Pandangan Empiris Mengenai Nilai Personal
Menurut Kreitner (1992), terdapat berbagai pandangan mengenai nilai
personal yang senantiasa dimiliki oleh seseorang dalam melakukan kegiatan.
Untuk nilai terminal, maka responden beranggapan bahwa nilai-nilai yang
perlu untuk dimiliki adalah kejujuran, tanggung jawab, kapabilitas, ambisi,
dan independensi. Adapun untuk nilai instrumental, responden beranggapan
bahwa nilai-nilai yang biasanya mendominasi para pekerja adalah
penghargaan terhadap pribadi; keamanan dan kesejahteraan keluarga pekerja;
kebebasan dan kemerdekaan; dorongan untuk meraih sesuatu; dan
kebahagiaan.
c. Konflik Nilai
Ada tiga jenis konflik nilai yang terdapat dalam perusahaan, yaitu:
1) Konflik intrapersonal
Pada dasarnya terjadi antar-individu. Contohnya mereka yang bekerja
karena nilai ambisi dalam dirinya untuk meraih sesuatu di tempat
pekerjaannya, barangkali akan berbenturan dengan nilai kekeluargaan di
mana, misalnya, keluarga menuntut sang pekerja untuk lebih banyak
meluangkan waktu bersama keluarganya.
2) Konflik individu-organisasi
Pada dasarnya merupakan konflik yang terjadi pada saat nilai yang dianut
oleh individu berbenturan dengan nilai yang harus ditanamkan oleh
perusahaan.
3) Konflik antarbudaya
Pada dasarnya merupakan konflik antar-individu maupun antar individu
dengan organisasi yang disebabkan oleh adanya perbedaan budaya di
antara individu yang bersangkutan atau juga organisasi yang bersangkutan.
3. Beberapa Isu Seputar Etika
Kreitner (1992) memberikan uraian dari beberapa isu seputar etika di masa kini
yang sering kali dihadapi oleh perusahaan, antara lain:
a. Penggunaan obat-obatan terlarang
b. Pencurian oleh para pekerja atau korupsi
c. Konflik kepentingan
d. Pengawasan kualitas
e. Penyalahgunaan informasi yang bersifat rahasia
f. Penyelewengan dalam pencatatan keuangan
g. Penyalahgunaan aset perusahaan
h. Pemecatan tenaga kerja
i. Polusi lingkungan
j. Cara bersaing dari perusahaan yang dianggap tidak etis
k. Penggunaan tenaga kerja di bawah umur
l. Pemberian hadiah kepada pihak-pihak tertentu yang terkait dengan pemegang
kebijakan

C. BAGAIMANA MENGUKUR ETIKA MANAJEMEN?


Griffin (2000) memberikan panduan apakah sesuatu tindakan atau kegiatan
memenuhi kriteria atau tidak dapat dinilai dari 4 kriteria etika, yaitu dari sis manfaat
(benefits), pemenuhan hak-hak (rights), prinsip keadilan (justice), dan sifat
pemeliharaan (caring).
Contoh: sebuah tindakan manajer dalam pemberian insentif kepada pegawai
yang berprestasi. Tindakan ini bisa dikatakan tindakan yang etis apabila memenuhi
kriteria etika.
1) Manfaat, perusahaan memperoleh manfaat dari hasil kerja keras pegawainya yang
berprestasi, demikian juga bagi pegawai. Insentif memberikan manfaat psikis
berupa penghargaan terhadap kerja kerasnya sekaligus manfaat fisis berupa
balasan yang seimbang dengan apa yang telah dilakukannya.
2) Pemenuhan hak-hak, bagi yang memenuhi intensif dia terpenuhi haknya setelah
memberikan prestasi kepada organisasi, bagi yang tidak berprestasi maka dia tidak
memiliki hak untuk mendapatkan insentif hingga dia dapat menunjukkan
prestasinya.
3) Prinsip keadilan, jelas bahwa tindakan pemberian insentif bagi pegawai yang
berprestasi memenuhi prinsip keadilan, yaitu dengan memberikan perlakuan yang
seimbang dengan apa yang telah ditunjukkan pegawai dalam pekerjaannya.
4) Pemeliharaan, jelas pemberian insentif akan mampu menjaga konsisten
produktivitas kegiatan organisasi, dikarenakan jenis pemberian insentif dapat
memacu pegawai untuk bekerja lebih baik bagi organisasi juga tetap memelihara
motivasi pegawai untuk bekerja yang telah menunjukkan prestasi yang baik
melalui penghargaan dengan pemberian insentif.

D. MENDORONG PELAKSANAAN ETIKA DALAM MANAJEMEN


Tidak dapat dipungkiri bahwa etika manajemen sebagai bagian dari tanggung jawab
sosial perusahaan perlu untuk diwujudkan di masa-masa mendatang. Ada beberapa
hal yang mungkin dapat dilakukan oleh perusahaan dalam mendorong pelaksaan etika
dalam manajemen, antara lain:
1. Pelatihan Etika (Ethics Training)
Perlu adanya pembiasaan dengan dilakukannya berbagai jenis pelatihan yang
menyangkut etika dan keterkaitannya dengan perwujudan lingkungan sosial yang
lebih baik.
2. Advokasi Etika (Ethical Advocates)
Advokasi etika adalah upaya perusahaan untuk menjalankan etika dalam
kegiatannya dengan cara menempatkan orang atau tim khusus dalam tim
manajemen perusahaan yang bertugas untuk mengontrol dan mengawasi segala
kegiatan perusahaan agar tetap memenuhi standar-standar etika.
3. Standar Aturan Mengenai Etika Perusahaan (Code of Ethics)
Implementasi dari code of ethics akan sangat efektif jika memenuhi dua syarat,
yakni perusahaan perlu menyatakan secara spesifik kepada publik mengenai code
of ethics yang mereka jalankan dan agar code of ethics ini bisa berjalan secara
efektif perlu adanya dukungan dari tim manajemen puncak melalui sistem
pengawasan tertentu seperti reward and punishment system dan lain sebagainya.
4. Keterlibatan Publik dalam Etika Manajemen Perusahaan
Upaya ini mendorong perusahaan agar benar-benar memperhatikan kepentingan
publik, dan mencoba mengingatkan perusahaan akan menghadapi konsekuensi
logis berupa penilaian buruk dari masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai