Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Etika Bisnis yang berjudul “Hubungan
Perusahaan dengan Stakeholder, Lintas Budaya dan Pola Hidup, Audit Sosial” dalam bentuk
sebuah makalah. Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen
sebagai bahan pertimbangan nilai.
Dalam penyusunan makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu khususnya dari rekan-rekan sekelompok kami sehingga makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik. Namun berkat motivasi yang disertai kerja keras dan bantuan
dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumber pengetahuan bagi
pembaca. Apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan kami dapat menerima
kritik dan saran dari pembaca guna menyempurnakan makalah ini. Sekian dan terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
stakeholder dalam konteks ini adalah tokoh – tokoh masyarakat baik formal maupun
informal, seperti pimpinan pemerintahan (lokal), tokoh agama, tokoh adat, pimpinan
organisasi social dan seseorang yang dianggap tokoh atau pimpinan yang diakui dalam
pranata social budaya atau suatu lembaga (institusi), baik yang bersifat tradisional maupun
modern.
Pada dasarnya setiap kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan sumber daya alam,
pasti mengandung nilai positif, baik bagi internal perusahaan maupun bagi eksternal
perusahaan dan pemangku kepentingan yang lain. Meskipun demikian nilai positif tersebut
dapat mendorong terjadinya tindakan-tindakan dan perbuatan-perbuatan yang akhirnya
mempunyai nilai negatif, karena merugikan lingkungan, masyarakat sekitar atau masyarakat
lain yang lebih luas. Nilai negatif yang dimaksud adalah seberapa jauh kegiatan perusahaan
yang bersangkutan mempunyai potensi merugikan lingkungan dan masyarakat. Atau seberapa
luas perusahaan lingkungan terjadi sebagai akibat langsung dari kegiatan perusahaan.
Berdasarkan latar belakang maka kami mendapatkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk stakehoulder ?
2. Apa definisi dari stereotype, predudice, stigma social ?
3. Mengapa perusahaan harus bertanggung jawab ?
4. Bagaimana komunitas Indonesia dan etika bisnis ?
5. Bagaimana dampak tanggung jawab social perusahaan ?
6. Bagaimana mekanisme pengawasan tingkah laku ?
1
2
1.3 Tujuan Pembuatan
Berdasarkan kekuatan, posisi penting, dan pengaruh stakeholder terhadap suatu issu,
stakeholder dapat diketegorikan kedalam beberapa kelompok yaitu:
3
Lembaga swadaya Masyarakat (LSM) setempat : LSM yang bergerak di bidang yang
bersesuai dengan rencana, manfaat, dampak yang muncul yang memiliki concern (termasuk
organisasi massa yang terkait).
Perguruan Tinggi yakni kelompok akademisi ini memiliki pengaruh penting dalam
pengambilan keputusan pemerintah serta Pengusaha (Badan usaha) yang terkait sehingga
mereka juga masuk dalam kelompok stakeholder pendukung.
c. Stakeholder Kunci
Stakeholder kunci merupakan stakeholder yang memiliki kewenangan secara legal dalam
hal pengambilan keputusan. Stakeholder kunci yang dimaksud adalah unsur eksekutif sesuai
levelnya, legislatif dan instansi. Stakeholder kunci untuk suatu keputusan untuk suatu proyek
level daerah kabupaten.
Yang termasuk dalam stakeholder kunci yaitu :
Pemerintah Kabupaten
DPR Kabupaten
Dinas yang membawahi langsung proyek yang bersangkutan.
Perusahaan pada dasarnya adalah suatu bentuk organisasi dengan kebudayaan yang
spesifik yang hanya di miliki oleh perusahaan yang bersangkutan sehingga angota – anggota
korporasi tersebut yang juga anggota sebuah komunitas.
Dalam kaitannya dengan perbedaan budaya da pola hidup yang ada sebagai
lingkungan perusahaan yang bersangkutan, maka masalah akulturasi menjadi hal yang
penting di perhatikan. Akulturasi atau dalam arti percampuran budaya antara satu komnitas
dengan komunitas lain dapat terjadi ketika anggota komunitas melakukan interaksi sosial
yang intensif.
Penyebaran pengetahuan budaya dari satu kelompok sosial (termasuk di dalamnya
perusahaan) kepada perusahaan lainya mengandung pengaruh dari kebudayaan tertentu,
sehingga diffusi (Pengaruh) ini dapat menjadi pengetahuan bagi kelompok lainnya.
Dapat kita identifikasi bahwa dominasi pengaruh global lebih kuat dari pada budaya
komunitas indonesia itu sendiri. Penggunaan budaya dominan akan semakin sering kita
5
akulturasi budaya terus berjalan dengan baik, kekuatan pengaruh budaya semakin dapat
menjadikan budaya yang dominan sebagai acuan untuk bertindak dan bertingkah laku.
Lintas budaya menjadi suatu proses yang umum terjadi, hal ini karena komunikasi
sangat mudah terjangkau, dan interaksi antar kelompok yang berbeda sangat mudah terjadi.
Oleh karena itu segala kegiatan yang menjadi dasar bagi aktivitas perusahaan yang
mengandung proses lintas budaya.
Perbedaan pola hidup akan menjadi suatu hambatan bagi berjalannya korporasi,
masalah – masalah intern pegawai atau anggota korporasi dapat juga menjadi kendala.
Biasanya pegawai yang berasal dari penduduk lokal sering diidentikan dengan orang yang
malas–malas, tidak mau maju, dsb. Memungkinkan perlunya suatu usaha untuk melakukan
monitoring, evaluasi dan audit sosial terhadap berjalannya korporasi yang di lakukan oleh
orang tertentu yang memang berkeahlian di bidang tersebut.
Dalam interaksi sosial akan muncul di dalamnya identitas yang mencirikan golongan
sosial dari individu yang bersangkutan berupa atribut – atribut/ciri – ciri, tanda, gaya bicara
yang membedakan dengan atribut dari sukubangsa. Hubungan antar sukubangsa yang ada
dalam wilayah cenderung mengarah pada penguasaan, maka akan muncul stereotype,
prejudice, dan stigma social.
Stereotype adalah anggapan satu golongan terhadap golongan lainnya dan biasanya
anggapan ini berkaitan dengan keburukan – keburukan kelompok lain.
Prejudice merupakan prasangka dari golongan satu terhadap golongan lainnya.
Stigma adalah suatu penilaian dari satu golongan terhadap golongan lainnya untuk ber hati
– hati dan kalau bisa tidak berhubungan dengan golongan lain tersebut.
Stereotype, prejudice dan stigma sosial muncul karena pengalaman seorang individu
dari golongan satu terhadap golongan lainnya dan kemudian individu tersebut mengabarkan
pengalamannya tersebut. Akibat dari pengetahuan tentang sukubangsa lain dari golongan
sosial lain akan dipakai sebagai referensi dalam pengetahuan budayanya untuk beradaptasi
dengan dengan suku bangsa lain.
6
2.3 Mengapa perusahaan harus bertanggung jawab
Indonesia memerlukan suatu bentuk etika bisnis yang sangat spesifik dan sesuai
denga model indonesia. Hal ini dapat di pahami bahwa bila ditilik dari bentuknya, komunitas
Indonesia, komunitas elite, dan komunitas rakyat.
Bentuk – bentuk pola hidup komunitas di indonesia sangat bervariasi dari berburu
meramu sampai dengan industri jasa.
Dalam suatu kenyataan di komunitas indonesia pernah terjadi mala petaka kelaparan
di daerah Nabire Papua. Bahwa komunitas Nabire mengkonsumsi sagu, pisang, ubi dan
dengan keadaaan cuaca yang kemarau tanah tidak dapat mendukung pengolahan bagi
tanaman ini, kondisi ini mendorong pemerintah dan perusahaan untuk dapat membantu
komunitas tersebut. Dari gambaran ini tampak bawa tidak adanya rasa empati bagi komunitas
elite dan perusahaan dalam memahami pola hidup komunitas lain.
Dalam konteks yang demikian, maka di tuntut bagi perusahaan untuk dapat
memahami etika bisnis ketika berhubungan dengan stakeholder di luar perusahaannya seperti
komunitas lokal atau kelompok sosial yang berbeda pola hidup.
Etika bisnis merupakan penerapan tanggung jawab sosial suatu bisnis yang timbul
dari dalam perusahaan itu sendiri. Bisnis selalu berhubungan dengan masalah-masalah etis
dalam melakukan kegiatannya sehari-hari. Hal ini dapat dipandang sebagai etika pergaulan
bisnis. Seperti halnya manusia pribadi juga memilki etika pergaulan antar manusia, maka
pergaulan bisnis dengan masyarakat umum juga memiliki etika pergaulan yaitu etika
pergaulan bisnis.
8
Dimensi etika dalam perusahaan
Etika adalah pandangan, kayakinan dan nilai akan sesuatu yang baik dan buruk, benar dan
salah (griffin)
Etika perusahaan adalah standar kelayakan pengelolaan organisasi yang memenuhi criteria
etika.
Upaya perwujudan dan peningkatan etika perusahaan
Pelatihan etika
Advokasi etika
Kode etika
Keterlibatan public dalam etika perusahaan. Seorang teman Arif Budimanta mensitir
kata–kata sukarno presiden pertama indonesia yang menyatakan bahwa “tidak akan di
serahkan pengelolaan sumber daya alam Indonesia kepada pihak asng sebelum orang
Indonesia mampu mengelolanya”, kalimat ini terkandung suatu pesan etika bisnis yang
teramat dalam bahwa sebelum bangsa Indonesia dapat menyamai kemampuan asing, maka
tidak akan mungkin wilayah Indonesia di serahkan kepada asing (pengelolaannya).
Jati diri bangsa perlu digali kembali untuk menetapkan sebuah etika yang berlaku
secara umum bagi komunitas Indonesia yang multikultur ini. Jati diri merupakan suatu
bentuk kata benda yang bermakna menyeluruh sebagai sebuah kekuatan bangsa.
Pada dasarnya setiap kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan sumber daya
alam, pasti mengandung nilai positif, baik bagi internal perusahaan maupun bagi eksternal
perusahaan dan pemangku kepentingan yang lain. Meskipun demikian nilai positif tersebut
dapat mendorong terjadinya tindakan-tindakan dan perbuatan-perbuatan yang akhirnya
mempunyai nilai negatif, karena merugikan lingkungan, masyarakat sekitar atau masyarakat
lain yang lebih luas. Nilai negatif yang dimaksud adalah seberapa jauh kegiatan perusahaan
yang bersangkutan mempunyai potensi merugikan lingkungan dan masyarakat. Atau seberapa
luas perusahaan lingkungan terjadi sebagai akibat langsung dari kegiatan perusahaan.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://chandraproject.blogspot.co.id/2016/01/hubungan-perusahaan-dan-stakeholder.html
https://hakimfajrurachman.wordpress.com/2016/01/04/hubungan-perusahaan-dengan-
stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sosial/
http://ikamayangsari.blogspot.co.id/2015/11/hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder.html