Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Suatu organisasi baik yang bersifat moral,politik,maupun ekonomi


tentinya bisa berjalan dengan langsung maupun tidak langsung, ada
kaitannya kegiatan usaha maupun tidak ada kaitannya dengan bidang
usahanya. Demikian halnya dengan organisasi koperasi maupun bukan
koperasi , baik berkaitan dengan bidang usaha maupun tidak berkaitan
dengan bidang usahanya , dalam rangka meningkatkan kegiatan usahanya.

Kerja sama koperasi tersebut ada yang bersifat horizontal maupun yang
bersifat vertikal, bahkan sebagai konsekuensi dalam melakukan kerjasama
tersebut menghendaki untuk dibentuknya wadah organisasi baru untuk
mengembangkan kegiatan usaha yang baru.

Berkaitan dengan masalah kerjasama antar koperasi dan antara koperasi


dengan badan usaha lainnya telah diatur dalam pasal 58 ayat (1) undang-
undang nomor 25 tahun 1992 tentanfg perkoperasian. Untuk itu pada bab
ini akan dibahas berbagai bentuk kerjasamabidang usaha antar
koperasi,maupun kerjasama koperasi dengan usaha bukan koperasi.

1.2 TUJUAN MASALAH

Setelah mempelajari kerjasama koperasi pada bab ini, para pembaca dapat
mengerti tentang ;

1. kerja sama dibidang usaha antar koperasi


2. Kerjasama bukan dibidang usaha antar koperasi
3. Kerjasama koperasi dengan bukan koperasi

1.3 RUMUSAN MASALAH

1. Dapat menjelaskan kerja sama dibidang usaha antar koperasi


2. Dapat menjelaskan Kerjasama bukan dibidang usaha antar koperasi
3. Dapat menjelaskan Kerjasama koperasi dengan bukan koperasi

1
BAB II
PEMABAHASAN

2.1 kerjasama dibidang usaha antar koperasi

Pola kerjasama antar koperasi dan antara pengusaha dan koperasi yang
baik sebenarnya harus mengacu pada pemberian keuntungan kedua belah
pihak.Kemitraan strategis seperti itulah yang berpotensi untuk membuat
kemitraan yang kuat dan stabil. Dengan melakukan kerjasama antar koperasi
ini maka akan diperoleh keuntungan sebagai berikut;

1. Peningkatan kemampuan daya tawar (bergaining power) mereka terhadap


pohak ketiga.
2. Menjamin kontinuitas pemasukan bahan baku
3. Biaya dapat ditekan jauhlebih rendah dapat beroperasi secara bersar-
besaran(economic of scale)
4. Biaya kerjasama dilakukan oleh kopersi tingkat diatasnya dan bidang
usahanya dapat mengadakan integrasi verikal, maka akan dapat menurunkan
biaya transaksi(transaction cost)
5. Bila kerjasama dilakukan secara horizontal ( antar koperasi yang setingkat )
maka akan meningkatkan kemampuan bersaing mereka terhadap pihak ketiga.

Sesungguhnya sudah banyak koperasi-koperasi diindonesia yang mengadakan


kerjasama baik dengan sesama koperasi maupun dengan badan usaha lainnya
yang bukan koperasi. Kerjasama koperasi dibidang usaha antar koperasi dapat
dilakukan dalam dua cara yaitu :
a) Dengan membentuk organisasi baru yang berbadan hukum, kerja sama antar
koperasi dengan membentuk wadah baru, dan berbadan hukum sendiri,ini
umumnya banyak dilakukan oleh koperasi tingkat sekunder,seperti yang
dilakukan dalam pendirian bank bukopin, koperasi asuransi indonesia, dan
lain sebagainya.
b) Dalam bentuk proyek atau kemitraan usaha tanpa membentuk organisasi baru
yang berbadan hukum.

Kerjasama antar koperasi selain dilakukan dengan pembentukan wadah baru


yang bebadan hukum sendiri. Juga dapat dilakukan tanpa diikuti dengan
pembentukan wadah baru,seperti dalam proyek atau kemitraan uasaha.cara
kerjasama seperti ini sudah dilakukan oleh beberapa tingkat sekunder.
Contoh kerja sama IKPN dan GKPN D.I yogyakarta dalam proyek pembangunan
perumahan sehat bagi pegawai negri.

2
Kerjasama tersebut biasanya dituangkan dalam surat perjanjian kerjasama yang
saling menguntungkan ( win-win solution)
Disamping itu juga banyak kerjasma antar koperasi dilakukan olehkoperasi primer
dalam segala bentuk . Sebagai salah satu contoh adalah kerjasama koperasi
simpan pinjam (KSP) “BHINA RAHARJA” dengan koperasi serba usaha (KSU)”
kelapa dua wetan” didaerah jakarta timur untuk membuka “warung serba ada” .
Dalam kerja sama tersebut KSP “ bhina raharja” meminjamkan gedung KSP dan
memberikan bantuan untuk pembukaan dan pengembangan WASERBA KSU
“kelapa dua wetan”. Contoh kerja sama antar koperasi tersebut merupkan salah
satu cpntoh krjasama koperasi dibidang usaha.
Pada umumnya kerjasama antar koperasi,baik secara vertikal maupun
horizontal,berupa tukar menukar informasi, penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan bersama, sampai pada bentuk yang optimal, yaitu pembentukan usaha
bersama.

2.2 kerjasama antar koperasi dan bukan koperasi

Koperasi dapat melakukan kerjasama dengan pihak lain diluar koperasi.


Tentu saja kerjasama koperasi ini harus didasarkan prinsip usaha yang saling
menguntungkan.
Kerjasama antara koperasi dengan bukan koperasi dapat dilakukan dengan
dua cara,yaitu sebagai berikut :
1. Membentuk wadah baru yang berbadan hukum. Kerjasama ini banyak
dilakukan oleh koperasi-koperasi sekunder,khususnya tingkat induk,seperti
IKPN dan beberapa induk koperasi lain yang dengan mitra usahanya masing-
masing membentuk bank dengan tujuan untuk pelayanan anggotanya ,
khususnya dalam pemberian kredit maupun membantu menunjang kebutuhan
hidup anggotanya.
2. Tanpa membentuk wadah baru yang berbadan hukum. Biasanya kerjasama itu
dalam bentuk kemitraan usaha. Kemittraan antara koperasi dengan
perusahaan besar lebih merupakan tanggung jawab sosial dalam rangka
“membantu dan membina koperasi”.

Pada umumnya kerjasama antara koperasi dengan bukan koperasi dilakukan


dengan membentuk wadah baru yang berbadan hukum. Kerjasama ini umumnya
dilakukan oleh koperasi-koperasi sekunder, khususnya ditingkat induknya,seperti
induk koperasi pegawai negri dan beberapa induk koperasi lainya dengan mitra
usahanya mndirikan bank, SPBU dan lain sebagainya.
Kerjasama antar koperasi dengan badan usaha bukan koperasi juga dilakukan
oleh koperasi-koperasi primer dalam bentuk kemitraan usaha. Tetapi sifat
kemitraan usaha antara usaha antara perusahaan besar dengan koperasi
primer/pengusaha kecil tanpa membentuk wadah baru yang berbadan hukum.

3
Dalam kemitraan tersebut bagi perusahaan-perusahaan besar dipandang sebagai
bentuk tanggung jawab sosial perusahaan ( corporate social responsibility) yang
didalamnya terkandung unsur untuk “ membina dan membantu” koperasi dalam
usaha kecil. Sedangkan kemitraan induk- induk koperasi dengan perusahaan besar
disadarkan pada pertimbangan ekonomis dan masing-masing pihak berada dalam
posisi yang setingkat.

1.3 kerjasama bukan dibidang usaha antar koperasi

Koperasi di Indonesia mengenal empat tingkatan organiasi koperasi yang


didasarkan atas tingkat daerah administrasi pemerintahan, yaitu koperasi primer,
pusat koperasi, gabungan koperasi dan induk koperasi. Dimana masing-masing
jenis koperasi dapat menggalang persatuan dan kerjasama di bidang usaha
maupun non usaha di antara sesama mereka dan bahwa keberadaan induk tersebut
dapat mewakili kepentingan masing-masing jenis koperasi pada tingkat nasional.
Pada tingkat nasional telah ada suatu organisasi koprasi yang bersifat non
usaha yang didirikan oleh gerakan koperasi dengan tujuan mempersatukan seluruh
gerakan koperasi di indonesia.Usaha ini mula mula diwujudkan dengan
dibentuknya sentral organisasi koperasi rakyat indonesia (SOKRI) pada kongres
koperasi seluruh indonesia yang pertama pada tanggal 12 juli 1947 di
Tasikmalaya, di mana kemudian tanggal 12 juli ditetapkan sebagai hari koperasi
indonesia.
Pada kongres kedua gerakan koperasi yang diadakan pada tahun 1953 di
Bandung telah menghasilkan keputusan penting antara lain adalah mendirikan
sebuah pemusatan gerakan koperasi untuk seluruh indonesia yang dinamakan
Dewan Koperasi Indonesia (DKI) sebagai pengganti SOKRI dan mengangkat
Mohammad Hatta sebaga bapak koperasi indonesia.
Suatu kongres koperasi internasional yang diadakan pada tahun 1985 telah
berhasil membentuk organisasi, yaitu:”The International Cooperative
Alliance”(ICA).ICA diciptakan bukan sebagai federasi dari gerakan-gerakan
koperasi, tetapi sebagai suatu badan di mana segala macam koperasi yang
bonafide dan berbagai negara bebas masuk menjadi anggota.
Tujuan pembentukan ICA adalah untuk mempersatukan semua kegiatan
usaha yang tidak bermotif mncari keuntungan, melainkan mencapai kesejahteraan
bersama bagi para anggota dan masyarakat atas dasar sukarela dan kerjasama
menolong diri sendiri.
Sampai tahun 1992 perorangan boleh menjadi anggota tetapi sejak tahun
tersebut sudah tidak dipekenankan lagi kecuali di negara-negara dimana koperasi
masih sangat terbelakang, sehingga tidak memungkinkan bagi koperai-koperasi
tersebut untuk membnuk suatu badan yang mewakili mereka ditingkat
internasional. Sebagai media untk menyalurkan informasi kepada para
anggotanya, ICA menerbitkan majalah dwi bulanan dengan nama “the reviewer of
international cooperative”.
Selain di bentuknya organisasi kerjasama tingkat internasional, gerakan
koperasi dinegara-negara Asia Tenggara (ASEAN) juga membentuk organisasi
kerjasama antar koperasi tingkat regional yang dikenal dengan nama Asean

4
Cooperative Organization (ACO). Tujuan pembentukan ACO adalah untuk
mengembangkan kerjasama antara gerakan koperasi di negara-negara Asean, baik
yang bersifat regional maupun internasional, dengan tidak menutup kemungkinan
untuk mengadakan kerjasama di bidang usahayang bersifat patungan.
Keanggotaan ACO terdiri dari koperasi-koperasi tingkat nasional dan dewan
koperasi di masing-masing negara Asean.
Kerjasama antar koperasi dari neegara-negara Asean dititikberatkan pada
bidang perdagangan, peminjaman uang untuk modal, konsultasi untuk membantu
meningkatkan kemajuan koperasi.

Kerjasama Organisasi Koperasi Antarnegara


Beberapa jenis koperasi di AS yang telah melebarkan sayapnya untuk dapat
melaksanakan kegiatan-kegiatan kerjasama dengan koperasi di negara-negara
berkembang, antara lain hal-hal berikut:
1.NRERA (National Ruler Electric Cooperative Assosiation) atau
perhimpunan koperasi listrik pedesaan nasional, membangun koperasi listrik
pedesaan di beberapa negara berkembang di Amerika Latin dan Asia.
2.CLLJSA (Cooperative leages of united states of america ) atau liga koperasi
amerika serikat, yang telah membantu dibidang manajemen untuk kegiatan
koperasi pertanian di amerika latin, afrika dan asia.
3.CUNA (Credit Onion National Assosiation) atau perhimpunan nasional
simpan pinjam, yang telah membantu mndirikan koperasi simpan pinjam ( credit
onion) di berbagai negara.
4.FCH (Federation of Cooperatives Housing), yang telah memberikan
bantuan untuk mendirikan koperasi-koperasi perumahan di seluruh dunia.
5.ACDI (Agricultural Cooperative Development International) yang telah
membantu dalam berbagai bentuk dalan rangka pemasaran perlengkapan
pertanian dan juga dibidang perkreditan. Nampak, bahwa AS salah satu negara
maju juga mendukung pertumbuhan dan perkembangan koperasi dinegaranya.
Bahkan tidak hanya gerakan koperasi di amerika, tetapi juga memberikan
perhatian untuk meningkatkan ekonomi negara-negara yang sedang
berkembangddengan membantu mengembangkan koperasi. Disamping itu
organisasi-organisasikoperasi yang terdapat di AS juga ikut serta membantu
mengembangkan koperasi-koperasi di negara-negara berkembang.

5
BAB III
PENUTUP

3.I KESIMPULAN

Kerja sama koperasi dengan pihak lain dapat dibagi tiga, yaitu sebagai berikut.

1 Kerja sama di bidang usaha antarkoperasi.


2 Kerja sama bukan di bidang usaha antarkoperasi
3 Kerja sama koperasi dengan bukan koperasi.

Pembagian diatas dapat lebih disederhanakan, sebagai berikut.

1. Kerja sama antarkoperasi, kerja sama ini dapat dibagi dua, yaitu sebagai
berikut.

a. Kerjasama di bidang usaha.

b. Kerja sama bukan di bidang usaha.

2. Kerja sama koperasi dengan bukan koperasi.

A. Kerja sama di Bidang Usaha Antarkoperasi

Kerja sama ini akan memberikan keuntungan-keuntungan sebagai berikut.

1. Peningkatan kemampuan tawar (bargaining power) mereka terhadap pihak


ketiga.

2. Menjamin kontinuitas pemasukan bahan baku.

3. Biaya dapat ditekan jauh lebih rendah karena dapat beroperasi secara besar-
besaran (economic of scale).

4. Bila kerja sama dilakukan oleh koperasi tingkat di atasnya dan bidang
usahanya dapat mengadakan integrasi verikal, maka akan dapat
menurunkan biaya transaksi (transaction cost).

5. Bila kerja sama dilakukan secara horizontal (antarkoperasi yang setingkat),


maka akan meningkat kemampuan bersaing mereka terhadap

pihak ketiga.

6
Kerja sama di bidang usaha antarkoperasi dapat dilakukan dalam dua
cara, yaitu sebagai berikut.

Dengan membentuk organisasi baru yang berbadan hokum

Dalam bentuk proyek atau kemitraan usaha tanpa membentuk


organisasi baru yang berbadan hokum.

B. Kerja Sama Bukan di Bidang Usaha Antarkoperasi

Pada koperasi mengenal empat tingkatan organisasi koperasi atas tingkat


administrasi pemerintah, yaitu koperasi primer, pusat koperasi, gabungan koperasi
dan induk koperasi.

Adapun suatu organisasi koperasi yang bersifat non usaha yang didirikan oleh
gerakan koperasi dengan tujuan mempersatukan seluruh gerakan koperasi di
Indonesia. Usaha tesebut diwujudkan denagn dibentuknya SentralOrganisasi
Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI).

C. Kerja Sama Antara Koperasi dan Bukan Kopersi

Koperasi dapat melakukan kerjasama dengan pihak lain di luar koperasi.


Tentu saja hal ini harus didasarkan prinsip usaha yang saling menguntungkan.
Kerjasama antara koperasi dengan bukan koperasi dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu sebagai berikut.

4 Membentuk wadah baru yang berbadan hukum.

Kerjasama ini banyak dilakukan oleh koperasi-koperasi sekunder,


khususnya tingkat induk, seperti IPKN dan beberapa induk koperasi lain
yang dengan mitra usahanya masing-masing membentuk bank dengan
tujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada anggota-anggotanya,
khususnya dalam pemberian kredit maupun membantu menunjang
kebutuhan hidup anggota-anggotanya.

5 tanpa membentuk wadah baru yang berbadan hokum. Biasanya kerjasama


itu dalam bentuk kemitraan antara koperasi dengan perusahaan besar lebih
merupakan tanggung jawab sosial dalam rangka “membantu dan membina”
koperasi.

Pola kerjasama antara pengusaha dan koperasi yang baik sebenarnya harus
mengacu pada pemberian keuntungan kedua belah pihak. Kemitraan strategis
seperti itulah yang berpotensi untuk membuat kemitraan yang kuat dan stabil.

7
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai