Anda di halaman 1dari 68

Perkembangan Koperasi di Berbagai Negara Berkembang & Maju

LATAR BELAKANG

Sejarah kelahiran dan berkembangnya koperasi di negara maju (barat) dan negara berkembang memang
sangat diametral. Di barat koperasi lahir sebagai gerakan untuk melawan ketidakadilan pasar, oleh
karena itu tumbuh dan berkembang dalam suasana persaingan pasar. Bahkan dengan kekuatannya itu
koperasi meraih posisi tawar dan kedudukan penting dalam konstelasi kebijakan ekonomi termasuk
dalam perundingan internasional. Peraturan perundangan yang mengatur koperasi tumbuh kemudian
sebagai tuntutan masyarakat koperasi dalam rangka melindungi dirinya. Di negara berkembang koperasi
dirasa perlu dihadirkan dalam kerangka membangun institusi yang dapat menjadi mitra negara dalam
menggerakkan pembangunan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu kesadaran
antara kesamaan dan kemuliaan tujuan negara dan gerakan koperasi dalam memperjuangkan
peningkatan kesejahteraan masyarakat ditonjolkan di negara berkembang, baik oleh pemerintah
kolonial maupun pemerintahan bangsa sendiri setelah kemerdekaan. Berbagai peraturan perundangan
yang mengatur koperasi dilahirkan dengan maksud mempercepat pengenalan koperasi dan memberikan
arah bagi pengembangan koperasi serta dukungan/perlindungan yang diperlukan.

Pada saat ini dengan globalisasi dan runtuhnya perekonomian sosialis di Eropa Timur serta terbukanya
Afrika, maka gerakan koperasi di dunia telah mencapai suatu status yang menyatu di seluruh dunia.
Dimasa lalu jangkauan pertukaran pengalaman gerakan koperasi dibatasi oleh blok politik/ekonomi,
sehingga orang berbicara koperasi sering dengan pengertian berbeda. Meskipun hingga tahun 1960-an
konsep gerakan koperasi belum mendapat kesepakatan secara internasional, namun dengan lahirnya
Revolusi ILO-127 tahun 1966 maka dasar pengembangan koperasi mulai digunakan dengan tekanan
pada saat itu adalah memanfaatkan model koperasi sebagai wahana promosi kesejahteraan masyarakat,
terutama kaum pekerja yang ketika itu kental dengan sebutan kaum buruh. Sehingga syarat yang
ditekankan bagi keanggotaan koperasi adalah “Kemampuan untuk memanfaatkan jasa koperasi”. Dalam
hal ini resolusi tersebut telah mendorong tumbuhnya program-program pengembangan koperasi yang
lebih sistematis dan digalang secara internasional.

A. Perkembangan Koperasi di Inggris

Koperasi yang pertama didirikan adalah di Inggris, sebagai akibat penderitaan yang dialami kaum buruh
di Eropa akibat revolusi industri pada abad awal XIX. Pada tahun 1844 di Rochdale, Inggris didirikan
koperasi konsumsi yang dipelopori oleh Charles Howard.

Pada mulanya koperasi Rochdale hanya bergerak dalam usaha untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi.
Namun kemudian Rochdale mulai mengembangkan sayapnya dengan melakukan usaha-usaha produktif.
Menyusul keberhasilan koperasi Rochdale ini, hingga tahun 1852 telah berdiri sekitar 100 koperasi
konsumsi di Inggris, yang pada umumnya didirikan oleh para konsumen. Dalam rangka memperkuat
gerakan koperasi, maka pada tahun 1862, koperasi-koperasi konsumsi di Inggris bergabung menjadi satu
menjadi pusat koperasi pembelian {Coperative Wholesale Society (CWS)}

B. Perkembangan Koperasi di Perancis

Pelopor-perlopor koperasi di Perancis antara lain Charles Fouriee, Louis Blanc, serta Ferdinand Lasalle.
Para pelopor ini menyadari bahwa setelah terjadinya revolusi Perancis dan perkembangan industri yang
menimbulkan kemiskinan, maka nasib rakyat perlu diperbaiki dengan membangun koperasi-koperasi
yang bergerak di bidang produksi bersama-sama dengan para pengusaha kecil.

Di Perancis terdapat Gabungan Koperasi Konsumsi Nasional Perancis (Federation Nationale Dess
Cooperative de Consummtion), dengan jumlah koperasi yang bergabung sebanyak 476 koperasi,
anggota 3.460.000 orang, toko 9.900 buah dan perputaran modal sebesar 3.600 miliar Franc/tahun.

C. Perkembangan Koperasi di Jerman

Pada tahun 1848 di Inggris dan Perancis telah mencapai kemajuan Industri, sedangkan di Jerman
perekonomiannya masih bercorak agraris. Barang-barang impor di Inggris dan Perancis memberikan
tekanan berat bagi perkembangan Industri di Jerman.

Pada saat itu muncul Pelopor Koperasi di Jerman, yaitu F.W Raiffeisen, Walikota Flammersfield. Ia
menganjurkan agar kaum petani menyatukan diri dalam kumpulan simpan pinjam.

D. Perkembangan Koperasi di Denmark

Denmark adalah salah satu negara di Eropa yang dapat dijadikan contoh pengembangan Koperasi
Pertanian. Kegiatan yang dilakukan para petani yang tergabung dalam koperasi pertanian perlu
dipelajari sebagai pola yang cocok untuk membangun daerah agrarian.

Pada tahun 1952 anggota Koperasi mencapai satu juta orang atau sekitar 30% dari jumlah penduduk
Denmark. Selain itu hampir sepertiga penduduk pedesaan di Denmark berusia 18 tahun sampai dengan
30 tahun pernah belajar di Perguruan tinggi, sehingga tidak sulit bagi mereka untuk bergabung ke dalam
koperasi.

E. Perkembangan Koperasi di Swedia

Usaha Koperasi di Swedia umumnya ditujukan untuk memerangi kekuatan monopoli. Salah seorang
pelopor koperasi di Swedia adalah Albin Johansen. Pada tahun 1911 gerakan koperasi ini berhasil
mengalahkan kekuatan perusahaan besar milik kelompok orang yang mulanya sangat berkuasa dalam
penentuan harga penjualan margarin. Tahun 1962 Swedia berhasil menghancurkan monopoli penjualan
tepung terigu yang dimiliki perusahaan swasta.

Rahasia keberhasilan koperasi Swedia adalah berkat program pendidikan yang disusun secara teratur
dan pendidikan orang dewasa di Sekolah Tinggi araskyst (Folk High School), serta lingkaran studi dalam
pendidikan luar sekolah. Dan perhatian diberikan terhadap pendidikan bagi masyarakat di lingkungan
daerah kerja koperasi.

F. Perkembangan Koperasi di Amerika Serikat

Koperasi yang tumbuh di Amerika Serikat dikelola berdasarkan prinsip-prinsip Rochdale, namun karena
kurang berpengalaman maka banyak koperasi yang gulung tikar. Koperasi yang tumbuh antara tahun
1863 sampai dengan 1869, berjumlah 2.600 koperasi. Sekitar 57% koperasi ini mengalami kegagalan,
karena prinsip-prinsip koperasi Rochdale dikenal di Amerika Serikat sekitar tahun 1860, sehingga
pertumbuhan koperasi secara pesat baru sekitar 1880.

G. Perkembangan Koperasi di Jepang

Koperasi pertama kali berdiri di Jepang pada tahun 1990 (33 tahun setelah pembaharuan oleh Kaisar
Meiji), atau bersamaan dengan pelaksanaan Undang-Undang Koperasi Industri Kerajinan

Cikal bakal kelahiran koperasi di Jepang mulai muncul ketika perekonomian uang mulai dikenal oleh
masyarakat pedalaman, khususnya kegiatan pembelian dan pemasaran bersama hasil pertanian pada
tahun 1906, koperasi terus tumbuh dan berkembang. Pada tahun 1920 ketika Jepang sedang
membangun dan mengembangkan industrinya, koperasinya yang ada benar-benar berfungsi sebagai
tulang punggung bagi pembangunan pertanian yang menunjang industrialisasi.

H. Perkembangan Koperasi di Korea

Koperasi di Korea di mulai pada awal abad 20 khususnya koperasi pedesaan. Koperasi kredit pedesaan
misalnya sudah mulai dikenal pada tahun 1907. Koperasi ini didirikan oleh rakyat untuk membantu
petani yang membutuhkan uang untuk membiayai usaha pertaniannya. Sedangkan koperasi kerajinan
dan koperasi pertanian baru mulai diorganisir pada tahun 1936. Kedua koperasi ini mendapat
perlindungan dari pemerintah.

Pada tahun 1956 koperasi kredit pedesaan di organisir oleh pemerintah Korea menjadi Bank Pertanian
Korea. Namun pada tahun 1957 koperasi pertanian melebarkan sayapnya dalam kegiatan simpan
pinjam. Jadi Korea ada dua organisasi pedesaan yang melayani kebutuhan kredit petani, yakni Bank
Pertanian Korea dan Koperasi Pertanian.
Sumber;

http://clarajanuary.wordpress.com/2012/10/22/makalah-ekonomi-koperasi/

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/perkembangan-koperasi-di-negara-berkembang/

http://agusnuramin.wordpress.com/tag/perkembangan-koperasi-di-dunia/

SEJARAH PERKEMBANGAN KOPERASI DI DUNIA DAN DI INDONESIA

A. Sejarah Koperasi Dunia

Gerakan Koperasi di dunia, di mulai pada pertengahan abad 18 dan awal abad 19 di Inggris. Lembaga ini
sering disebut dengan “KOPERASI PRAINDUSTRI”. Dari sejarah perkembangannya, dimulai dari
munculnya revolusi industri di Inggris tahun 1770 yang menggantikan tenaga manusia dengan mesin-
mesin industri yang berdampak pada semakin besarnya pengangguran hingga revolusi Perancis tahun
1789 yang awalnya ingin menumbangkan kekuasaan raja yang feodalistik, ternyata memunculkan
hegemoni baru oleh kaum kapitalis.

Semboyan Liberte-Egalite-Fraternite (kebebasan-persamaan-kebersamaan) yang semasa revolusi


didengung-dengungkan untuk mengobarkan semangat perjuang rakyat berubah tanpa sedikitpun
memberi dampak perubahan pada kondisi ekonomi rakyat. Manfaat Liberte (kebebasan) hanya menjadi
milik mereka yang memiliki kapital untuk mengejar keuntungan sebesar-besarnya. Semangat Egalite dan
Fraternite (persamaan dan persaudaraan) hanya menjadi milik lapisan masyarakat dengan strata sosial
tinggi (pemilik modal kapitalis).

B. Perkembangan Koperasi Di Eropa.


1. Perkembangan Koperasi di Prancis

Revolusi Perancis dan perkembangan industri telah menimbulkan kemiskinan dan penderitaan bagi
rakyat Perancis. Kelahiran koperasi yang didasari oleh adanya penindasan dan kemiskinan yang terjadi
pada masyarakat kalangan bawah (buruh) di dalam sistem kapitalisme yang berkembang pesat saat itu,
ternyata harus berhadapan pula dengan kelemahan dari dalam koperasi sendiri. Kurangnya modal,
kesadaran dan pengetahuan yang rendah dari anggota dan pengurus menyebabkan koperasi sulit
berkembang secara pesat.

Di sisi lain, ideologi sosialisme yang muncul sebagai reaksi dari kekurangan-kekurangan kapitalisme itu
ternyata tidak mampu berbuat banyak untuk merubah keadaan saat itu.

Berkat dorongan pelopor-pelopor merekaseperti Charles Forier, Louis Blanc, serta Ferdinand Lasalle,
yang menyadari perlunya perbaikan nasib rakyat, para pengusaha kecil di Perancis berhasil membangun
Koperasi-koperasi yang bergerak dibidang produksi.

Charles Fourier (1772-1837) seorang sosialis Perancis menganjurkan berdirinya unit-unit produksi
“Falansteires” yang mengedepankan semangat kebersamaan baik kepemilikan kapital, mengupayakan
kebutuhan sendiri dan kepemilikan terhadap alat-alat produksi secara bersama-sama. Louis Blanc (1811-
1882) meskipun terpengaruh oleh cita-cita Charles Fourier tetapi Louis Blanc mencoba lebih realistis
dengan menyusun rencana yang lebih konkret. Louis Blanc mengusulkan kepada pemerintah untuk
mendirikan tempat-tempat kerja untuk kaum buruh dalam bentuk Atelier Sosiaux (Atelier Sosial) dimana
kaum buruh mengorganisir sendiri dengan cara kooperatif dan diawasi oleh pemerintah. Selain
mendapatkan upah kerja, kaum buruh juga mendapat bagian dari laba usaha. Saint Simon (1760-1825)
berpendapat bahwa masalah sosial dapat diatasi jika masyarakat diatur menjadi “Assosiasi Produktif”
yang dipimpin teknokrat dan ahli-ahli industri.

Dewasa ini di Perancis terdapat Gabungan Koperasi Konsumsi Nasional Perancis (Federation Nationale
Dess Cooperative de Consommation), dengan jumlah Koperasi yang tergabung sebanyak 476 buah.
Jumlah anggotanya mencapai 3.460.000 orang, dan toko yang dimiliki berjumlah 9.900 buah dengan
perputaran modal sebesar 3.600 milyar franc/tahun.

2. Perkembangan Koperasi di Inggris

Koperasi didirikan di kota Rochdale, Inggris pada tahun 1844. Koperasi ini di pandang sukses. Koperasi
yang dipelopori oleh 28 anggota tersebut dapat bertahan dan sukses karena didasari oleh semangat
kebersamaan dan kemauan untuk berusaha. Mereka duduk bersama dan menyusun berbagai langkah
yang akan dilakukan sebelum membentuk sebuah satuan usaha yang mampu mempersatukan visi dan
cita-cita mereka. Mereka mulai menyusun pedoman kerja dan melaksanakan sesuai dengan ketentuan
yang mereka susun bersama.

Walaupun pada awalnya banyak mengalami hujatan, tetapi toko yang dikelola secara bersama-sama
tersebut mampu berkembang secara bertahap. Rochdale Equitable Pioneer’s Cooperative Society,
dengan prinsip-prinsip koperasinya :

1. Keanggotaan yang bersifat terbuka.


2. Pengawasan secara demokratis.

3. Bunga yang terbatas atas modal anggota.

4. Pengembalian sisa hasil usaha sesuai dengan jasanya pada koperasi.

5. Barang-barang hanya dijual sesuai dengan harga pasar yang berlaku dan harus secara tunai.

6. Tidak ada perbedaan berdasarkan ras, suku bangsa, agama dan aliran politik.

7. Barang-barang yang dijual adalah barang-barang yang asli dan bukan yang rusak atau palsu.

8. Pendidikan terhadap anggota secar berkesinambungan.

Dari pedoman koperasi di Rochdale inilah prinsip-prinsip pergerakan koperasi dibentuk. Meskipun masih
sangat sederhana tetapi apa yang dilakukan koperasi Rochdale dengan prinsip-prinsipnya telah menjadi
tonggak bagi gerakan koperasi di seluruh dunia. Prinsip-prinsip koperasi Rochdale tersebut kemudian
dibakukan oleh I.C.A dan disampaikan dalam konggres I.C.A di Paris tahun 1937.
3. Perkembangan Koperasi di Jerman.

Sekitar tahun 1848, saat Inggris dan Perancis telah mencapai kemajuan, muncul seorang pelopor yang
bernama F. W. Raiffeisen, walikota di Flammersfield. Ia menganjurkan agar kaum petani menyatukan diri
dalam perkumpulan simpan-pinjam.

Setelah melalui beberapa rintangan, akhirnya Raiffesien dapat mendirikan Koperasi dengan pedoman
kerja sebagai berikut :

1. Anggota Koperasi wajib menyimpan sejumlah uang.

2. Uang simpanan boleh dikeluarkan sebagai pinjaman dengan membayar bunga.

3. Usaha Koperasi mula-mula dibatasi pada desa setempat agar tercapai kerjasama yang erat.

4. Pengurusan Koperasi diselenggarakan oleh anggota yang dipilih tanpa mendapatkan upah.
5. Keuntungan yang diperoleh digunakan untuk membantu kesejahteraan masyarakat.

Pelopor Koperasi lainnya dari Jerman ialah seorang hakim bernama H. Schulze yang berasal dari kota
Delitzcsh. Pada tahun 1849 ia mempelopori pendirian Koperasi simpan-pinjam yang bergerak di daerah
perkotaan. Pedoman kerja Koperasi simpan-pinjam Schulze adalah :

1. Uang simpanan sebagai modal kerja Koperasi dikumpulkan dari anggota

2. Wilayah kerjanya didaerah perkotaan.

3. Pengurus Koperasi dipilih dan diberi upah atas pekerjaannya.

4. Pinjaman bersifat jangka pendek.

5. Keuntungan yang diperoleh dari bunga pinjaman dibagikan kepada anggota.

4. Perkembangan Koperasi Di Denmark


Jumlah anggota Koperasi di Denmark meliputi sekitar 30% dari seluruh peduduk Denmark. Hampir
sepertiga penduduk pedesaan Denmark yang berusia antara 18 s/d 30 tahun balajar di perguruan tinggi.

Dalam perkembangannya, tidak hanya hasil-hasil pertanian yang didistribusikan melalui Koperasi,
melainkan meliputi pula barang-barang kebutuhan sector pertanian itu sendiri. Selain itu, di Denmark
juga berkembang Koperasi konsumsi. Koperasi-koperasi konsumsi ini kebanyakan didirikan oleh serikat-
serikat pekerja di daerah perkotaan.

5. Perkembangan Koperasi Di Swedia

Salah seorang pelopor Koperasi yang cukup terkemuka dari Swedia bernama Albin Johansen. Salah satu
tindakannya yang cukup spektakuler adalah menasionalisasikan perusahaan penyaringan minyak bumi
yang menurut pendapatnya, dapat dikelola dengan cara yang tidak kalah efisiennya oleh Koperasi. Pada
tahun 1911 gerakan Koperasi di Swedia berhasil mengalahkan kekuatan perusahaan besar. Pada tahun
1926 Koperasi berhasil menghancurkan monopoli penjualan tepung terigu yang dimiliki perusahan
swasta.

Pada akhir tahun 1949, jumlah Koperasi di Swedia tercatat sebanyak 674 buah dengan sekitar 7.500
cabang dan jumlah anggota hampir satu juta keluarga. Rahasia keberhasilan Koperasi-koperasi Swedia
adalah berkat program pendidikan yang disusun secara teratur dan pendidikan orang dewasa di Sekolah
Tinggi Rakyat (Folk High School), serta lingkaran studi dalam pendidikan luar sekolah. Koperasi Pusat
Penjualan Swedia (Cooperative Forbundet), mensponsori program-program pendidikan yang meliputi
400 jenis kursus teknis yang diberikan kepada karyawan dan pengurus Koperasi.
6. Perkembangan Koperasi Di Amerika Serikat.

Keadaan sosial ekonomi Amerika Serikat pada pertengahan abad ke-19 hampir sama dengan Inggris.
Menurut catatan, jumlah Koperasi yang tumbuh antara tahun 1863-1939, berjumlah 2600 buah. Sekitar
57% dari Koperasi-koperasi ini mengalami kegagalan.

Menurut catatan, dalam periode 1909-1921, sekitar 52% dari seluruh pekumpulan Koperasi pertanian
yang ada telah bekerja secara efektif. Dalam perkembangannya, ada banyak jenis Koperasi yang
berkembang di Amerika Serikat. Di daerah pedesaan antara lain dikenal adanya Koperasi Asuransi
Bersama, Koperasi Listrik dan Telepon, Koperasi Pengawetan Makanan, Koperasi Simpan-Pinjam dan
Koperasi Penyediaan Benih.

Sedangkan Koperasi-koperasi di perkotaan seringkali menyelenggarakan toko-toko eceran. Koperasi


kredit dan Koperasi Perumahan juga banyak ditemukan dikota-kota, di Amerika Serikat juga berkembang
Koperasi Rumah Sakit dan Koperasi Kesehatan.

Koperasi pertama yang berdiri di Amerika Serikat adalah The Philadelphia Contributionship From Lose By
Fire. Semacam asuransi kebakaran. Berikutnya berdiri koperasi pengairan yang mengurus irigasi
pertanian.Dan pada tahun 1880 berdiri koperasi-koperasi pertanian yang besar (History and
Performance of Inkopkar 1995). Sementara itu, di Amerika Serikat, selama bertahun-tahun juga telah
berkembang perkumpulan simpan pinjam yang dikenal dengan nama Credit Union, berkat anjuran
Alphonso Desjardin (1854- 1921).
Sebelumnya masyarakat pernah mencoba mendirikan perkumpulan serupa, seperti yang pernah
didirikan oleh kaum pekerja pada tahun 1892 yang bernama The Boston Globe. Namun kurang
mendapat sambutan masyarakat karena dinilai terlalu mengejar keuntungan, sehingga tidak
mencerminkan suatu bentuk kerja sama dan tolong menolong.

Alphonso, memulai usaha simpan pinjam dengan mendirikan semacam “Bank Rakyat” pada tahun 1900
di Levis Queebec, dengan menggerakkan kegiatan menabung di kalangan petani maupun buruh dan
selanjutnya meminjamkan kepada sesama anggota yang memerlukan. Perkembangan yang pesat usaha
simpan pinjam melalui “bank rakyat ” mendorong Alphonso berpikir akan perlunya landasan hukum bagi
usaha tersebut. Atas usaha keras Alphonso bersama temannya Edward A Filene (1860-1913), pada
tahun 1909, lahirlah undang-undang pertama tentang koperasi Simpan pinjam di Massachussets.

Dalam perkembangannya, undang-undang tentang koperasi simpan pinjam itu juga mulai melebar ke
New Hampshire. Koperasi simpan pinjam tersebut selanjutnya menjadi model atau teladan bagi seluruh
koperasi simpan pinjam di Amerika Serikat, bahkan sampai ke Kanada.

Sampai tahun 1915, jumlah koperasi simpan pinjam atau credit union telah bertambah menjadi 11 unit
dan tiga tahun kemudian meningkat menjadi 42 unit.Dan sampai tahun 1934 telah bertambah menjadi
sekitar 2.400 unit yang tersebar di 38 negara bagian.Pada tahun tersebut, Presiden Roosevelt
menandatangani Federal Credit Union Act.Dan pada tahun itu pula terbentuk Federal Credit Union yang
menamakan diri sebagai National Credit Union Association, yang berkedudukan di Madison, Wiscounsin.

C. Perkembangan Koperasi Di Asia.


1. Perkembangan Koperasi Di Jepang.

Koperasi pertama kali berdiri di Negara ini pada tahun 1900 (33 tahun sesudah pembaharuan oleh Kaisar
Meiji), atau bersamaan waktunya dengan pelaksanaan Undang-undang Koperasi Industri Kerajinan. Cikal
bakal kelahiran Koperasi di Jepang mulai muncul ketika perekonomian uang mulai dikenal oleh
masyarakat pedalaman.

Gerakan Koperasi pertanian mengalami kemajuan yang sangat pesat sejak tahun 1930-an, khususnya
ketika penduduk Jepang menghadapi krisis ekonomi yang melanda dunia dalam periode 1933. Di Jepang
ada dua bentuk Koperasi pertanian. Yang pertama disebut Koperasi Pertanian Umum. Koperasi ini
bekerja atas dasar serba usaha, misalnya menyelenggarakan usaha pemasaran hasil pertanian,
menyediakan kredit untuk usaha perasuransian, pemberian bimbingan dan penyuluhan pertanian bagi
usaha tani.

Bentuk Koperasi yang lain disebut Koperasi Khusus. Koperasi ini hanya menyelenggarakan satu jenis
usaha seperti Koperasi buah, Koperasi daging ternak, Koperasi bunga-bungaan dan sebagainya. Pada
umumnya Koperasi-koperasi pertanian di Jepang menyelenggarakan bentuk usaha Koperasi yang
pertama.

Perlu ditambahakan, Koperasi-koperasi yang menyelenggarakan kegiatan serba usaha juga tergabung
dalam sebuah Koperasi Induk yang bernama Gabungan Perkumpulan Koperasi Pertanian Nasional
(Zenkoku Nogyo Kyodokumiai Chuokai). Titik berat kegiatan Koperasi Gabungan atau ZEN-Noh ini adalah
penyaluran sarana produksi dan pemasaran hasil pertanian. Selain itu di Jepang juga terdapat Induk
Koperasi Asuransi Bersama, Induk Koperasi Perbankan untuk pertanian-kehutanan dan pusat asosiasi
penerbitan.
2. Perkembangan Koperasi Di Korea

Perkembangan Koperasi di Korea, khususnya Koperasi pedesaan, dimulai pada awal abad ke-20. Di
Korea ada dua organisasi pedesaan yang melayani kebutuhan kredit petani, yakni Bank Pertanian Korea
dan Koperasi Pertanian.

Pada tahun 1961dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Koperasi pertanian yang baru, Bank
Pertanian Korea dan Koperasi Pertanian digabungkan menjadi satu dengan nama Gabungan Koperasi
Pertanian Nasional (National Agricultural Cooperative Federation), disingkat NACF. Gabungan ini bekerja
atas dasar prinsip-prinsip Koperasi yang modern dan melakukan kerjanya atas dasar serba usaha
(Multipurpose). NACF bertugas mengembangkan sector pertanian, meningkatkan peran ekonomi dan
sosial petani, serta menyelenggarakan usaha-usaha peningkatan budaya rakyat.

D. Perkembangan Koperasi Di negara lainnya.

A. THAILAND

Sejarah perkembangan koperasi di Thailand

Pembentukan departemen pada tahun 1915, mengawali kelahiran koperasi pertama di Thailand
Departemen promosi koperasi di Thailand memiliki visi untuk memprmosikan dan mengmbangkan
kelompok promosi & kelompok petani menuju ketahanan & kemandiria

Departemen koperasi memberikan bimbingan dari sisi administrasi, kelembagaan, dan efisiensi dari
kelompok petani tersebut.

B. INDIA

Sejarah perkembangan koperasi di India

India medirikan koperasi kredit ala Raffesian pada tahun 1907 dan menyusun UU yang kemudian
diperbaharui pada tahun 1912

UU koperasi India di adopsi oleh Negara Amerika, Afrika & Asia termasuk Indonesia

Pada awal pertumbuhan koperasi di india yang menjadi adalan adalah koperasi perkreditan peternakan
sapi perah, pabrik gula dan bank koperasi.
C. TIMUR LESTE

Sejarah perkembangan koperasi di TimorLeste

Pertumbuhankoperasi di Timor Leste mengadopsi model koperasi wanita Setia Budi Wanita (SBW)
JawaTimur, terutama dalam hal manajemen tanggung renteng. Koperasi di Timor Leste merupakan salah
satu pilar ekonomi Negara selain sektor publik & swasta.

Jumlah koperasi di TimurLestesebanyak 84 unit. Kegiatannya berimbang antara koperasi simpan


pinjamdan koperasiserbausaha. Sampaipadatahun 2017, pemerintah menargetkan koperasi tumbuh
menjadi 300 koperasi.

D. FILIPINA

Lahirnyakoperasi di Filipina dipicu oleh lahirnya kebijakan reformaAgraria.

Koperasi yang berhasil di Filipina adalahFederasiKoperasi Mindanao (FEDCO), yang memiliki sekitar 20
anggota koperasi& 3600 petani perorangan. Koperasi ini mengelola hampir 5000 hektar lahan dengan
komoditi pisang. MIDECO adalah salah satu koperasi yang pendiriannya didukung oleh LSM pada tahun
1986.

E. MALAYSIA

Gerakan koperasi di Malaysia diperkenalkan pada tahun 1909 oleh pemerintah colonial.

Penciptaan RIDA (OtoritaPengembangan Pedesaan&Industri) pada tahun 1990 membantu menfalisitasi


melalui pegembanganpedesaan yang terintegrasi.

Gerakan koperasi yang terkenal di Malaysia adalah gerakan koperasi pengembangan perumahan

Kesimpulan

Perkembangan koperasi yang ada didunia bermula pada abad ke-20 yang pada umumnya merupakan
hasil dari usaha yang tidak spontan dan tidak dilakukan oleh orang-orang yang sangat kaya. Koperasi
tumbuh dari kalangan rakyat, ketika penderitaan dalam lapangan ekonomi dan sosial yang ditimbulkan
oleh system kapitalisme semakin memuncak.
Beberapa orang yang penghidupannya sederhana dengan kemampuan ekonomi terbatas, terdorong
oleh penderitaan dan beban ekonomi yang sama, secara spontan mempersatukan diri untuk menolong
dirinya sendiri dan manusia sesamanya.

Dalam keadaan hidup demikian, pihak kolonial terus-menerus mengintimidasi penduduk pribumi
sehingga kondisi sebagian besar rakyat sangat memprihatinkan. Di samping itu para rentenir, pengijon
dan lintah darat turut pula memperkeruh suasana.

Mereka berlomba mencari keuntungan yang besar dan para petani yang sedang menghadapi kesulitan
hidup, sehingga tidak jarang terpaksa melepaskan tanah miliknya sehubungan dengan ketidak mampuan
mereka mengembalikan hutang-hutangnya yang membengkak akibat sistem bunga berbunga yang
diterapkan pengijon dan tidak terlepas pada saat itu dikenal dengan adanya sistem kolonialisme yang
telah banyak mensengsarakan kaum buruh pada umumnya dan membuat mereka harus berpikir
bagaimana caranya mereka untuk dapaat keluar dari permasalah yang telah lama mereka rasanya dan
hadirlah suatu koperasi yang bertujuan untuk menolong kaum buruh yang pada awal itu dikenal dengan
koperasi Pra industri.

Dan perkembangan ini terus diikuti oleh negara-negara lainnya dan hingga sampai saat ini koperasi terus
berkembang dengan tujuan untuk mensejahterakan para anggotanya.dan badan lembaga koperasi juga
telah banyak mampu mengatasi permasalah ekonomi yang telah dialami oleh negara-negara baik
dieropa maupun asia.dan ini sja yang dapat kami simpulkan dan semoga bermanfaat.

Perkembangan Koperasi Di Indonesia


Koperasi merupakan lembaga ekonomi yang cocok diterapkan di Indonesia. Karena sifat masyarakatnya
yang kekeluargaan dan kegotongroyongan, sifat inilah yang sesuai dengan azas koperasi saat ini. Sejak
lama bangsa Indonesia telah mengenal kekeluargaan dan kegotongroyongan yang dipraktekkan oleh
nenek moyang bangsa Indonesia.

Kebiasaan yang bersifat nonprofit ini, merupakan input untuk Pasal 33 ayat 1 UUD 1945 yang dijadikan
dasar/pedoman pelaksanaan Koperasi. Kebiasaan-kebiasaan nenek moyang yang turun-temurun itu
dapat dijumpai di berbagai daerah di Indonesia di antaranya adalah Arisan untuk daerah Jawa Tengah
dan Jawa Timur, paketan, mitra cai dan ruing mungpulung daerah Jawa Barat, Mapalus di daerah
Sulawesi Utara, kerja sama pengairan yang terkenal dengan Subak untuk daerah Bali, dan Julo-julo untuk
daerah Sumatra Barat merupakan sifat-sifat hubungan sosial, nonprofit dan menunjukkan usaha atau
kegiatan atas dasar kadar kesadaran berpribadi dan kekeluargaan.

Bentuk-bentuk ini yang lebih bersifat kekeluargaan, kegotongroyongan, hubungan social, nonprofit dan
kerjasama disebut Pra Koperasi. Pelaksanaan yang bersifat pra-koperasi terutama di pedesaan masih
dijumpai, meskipun arus globlisasi terus merambat ke pedesaan.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada pertengahan abad ke-18 telah mengubah wajah dunia.
Berbagai penemuan di bidang teknologi ( revolusi industri ) melahirkan tata dunia ekonomi baru.
Tatanan dunia ekonomi menjadi terpusat pada keuntungan perseorangan, yaitu kaum pemilik modal
( kapitalisme ).

Kaum kapitalis atau pemilik modal memanfaatkan penemuan baru tersebutdengan sebaik-baiknya
untuk memperkaya dirinya dan memperkuat kedudukan ekonominya. Hasrat serakah ini melahirkan
persaingan bebas yang tidak terbatas. Sistem ekonomi kapitalis / liberal memberikan keuntungan yang
sebesar-besarnya kepada pemilik modal dan melahirkan kemelaratan dan kemiskinan bagi masyarakat
ekonomi lemah.
Dalam kemiskinan dan kemelaratan ini, muncul kesadaran masyarakat untuk memperbaiki nasibnya
sendiri dengan mendirikan koperasi. Pada tahun 1844 lahirlah koperasi pertama di Inggris yang terkenal
dengan nama Koperasi Rochdale di bawah pimpinan Charles Howart. Di Jerman, Frederich Willhelm
Raiffeisen dan Hermann Schulze memelopori Koperasi Simpan Pinjam. Di Perancis, muncul tokoh-tokoh
koperasi seperti Charles Fourier, Louis Blance, dan Ferdinand Lassalle. Demikian pula di Denmark.
Denmark menjadi Negara yang paling berhasil di dunia dalam mengembangkan ekonominya melalui
koperasi.

Kemajuan industri di Eropa akhirnya meluas ke Negara-negara lain, termasuk Indonesia. Bangsa Eropa
mulai mengembangkan sayap untuk memasarkan hasil industri sekaligus mencari bahan mentah untuk
industri mereka. Pada permulaannya kedatangan mereka murni untuk berdagang. Nafsu serakah kaum
kapitalis ini akhirnyaberubah menjadi bentuk penjajahan yang memelaratkan masyarakat.

Bangsa Indonesia, misalnya dijajah oleh Belanda selama 3,5 abad dan setelah itu dijajah Jepang selama
3,5 tahun. Selama penjajahan, bangsa Indonesia berada dalam kemelaratan dan kesengsaraan. Penjajah
melakukan penindsan terhadap rakyat dan mengeruk hasil yang sebanyak-banyaknya dari kekayaan
alam Indonesia. Penjajahan menjadikan perekonomian Indonesia terbelakang. Masyarakat diperbodoh
sehingga dengan mudah menjadi mangsa penipuan dan pemerasan kaum lintah darat, tengkulak, dan
tukang ijon.

Koperasi memang lahir dari penderitaan sebagai mana terjadi di Eropa pertengahan abad ke-18. Di
Indonesia pun koperasi ini lahir sebagai usaha memperbaiki ekonomi masyarakat yang ditindas oleh
penjajah pada masa itu.
Untuk mengetahui perkembangan koperasi di Indonesia, sejarah perkembangan koperasi Indonesia
secara garis besar dapat dibagi dalam “ dua masa ”, yaitu masa penjajahan dan masa kemerdekaan.

Koperasi di Indonesia sebelum merdeka.

Pada zaman penjajahan banyak rakyat Indonesia yang hidup menderita, tertindas, dan terlilit hutang
dengan para rentenir. Beberapa tahap penting mengenai perkembangan koperasi di Indonesia :

Karena hal tersebut pada tahun 1896, patih purwokerto yang bernama R. Aria Wiriaatmadja mendirikan
koperasi kredit untuk membantu para rakyat yang terlilit hutang.

Lalu pada tahun 1908, perkumpulan Budi Utomo memperbaiki kesejahteraan rakyat melalui koperasi
dan pendidikan dengan mendirikan koperasi rumah tangga, yang dipelopori oleh Dr.Sutomo dan
Gunawan Mangunkusumo.

Setelah Budi Utomo sekitar tahun 1911, Serikat Dagang Islam (SDI) dipimpin oleh H.Samanhudi dan
H.O.S Cokroaminoto mempropagandakan cita-cita toko koperasi (sejenis waserda KUD), hal tersebut
bertujuan untuk mengimbangi dan menentang politik pemerintah kolonial belanda yang banyak
memberikan fasilitas dan menguntungkan para pedagang asing. Namun pelaksanaan baik koperasi yang
dibentuk oleh Budi Utomo maupun SDI tidak dapat berkembang dan mengalami kegagalan, hal ini
karena lemahnya pengetahuan perkoperasian, pengalaman berusaha, kejujuran dan kurangnya
penelitian tentang bentuk koperasi yang cocok diterapkan di Indonesia.
Upaya pemerintah kolonial belanda untuk memecah belah persatuan dan kesatuan rakyat Indonesia
ternyata tidak sebatas pada bidang politik saja, tapi kesemua bidang termasuk perkoperasian. Hal ini
terbukti dengan adanya undang-undang koperasi pada tahun 1915, yang disebut “Verordening op de
Cooperative Vereenigingen” yakni undang-undang tentang perkumpulan koperasi yang berlaku untuk
segala bangsa, jadi bukan khusus untuk Indonesia saja.

Undang-undang koperasi tersebut sama dengan undang-undang koperasi di Nederland pada tahun 1876
(kemudian diubah pada tahun 1925), dengan perubahan ini maka peraturan koperasi di indonesia juga
diubah menjadi peraturan koperasi tahun 1933 LN no.108. Di samping itu pada tahun 1927 di Indonesia
juga mengeluarkan undang-undang no.23 tentang peraturan-peraturan koperasi, namun pemerintah
belanda tidak mencabut undang-undang tersebut, sehingga terjadi dualisme dalam bidang pembinaan
perkoperasian di Indonesia.

Meskipun kondisi undang-undang di indonesia demikian, pergerakan dan upaya bangsa indonesia untuk
melepaskan diri dari kesulitan ekonomi tidak pernah berhenti, pada tahun 1929, Partai Nasionalis
Indonesia (PNI) di bawah pimpinan Ir.Soekarno mengobarkan semangat berkoperasi kepada kalangan
pemuda. Pada periode ini sudah terdaftar 43 koperasi di Indonesia.

Pada tahun 1930, dibentuk bagian urusan koperasi pada kementrian Dalam Negeri di mana tokoh yang
terkenal masa itu adalah R.M.Margono Djojohadikusumo.

Lalu pada tahun 1939, dibentuk Jawatan Koperasi dan Perdagangan dalam negeri oleh pemerintah.
Dan pada tahun 1940, di Indonesia sudah ada sekitar 656 koperasi, sebanyak 574 koperasi merupakan
koperasi kredit yang bergerak di pedesaan maupun di perkotaan.

Setelah itu pada tahun 1942, pada masa kedudukan jepang keadaan perkoperasian di Indonesia
mengalami kerugian yang besar bagi pertumbuhan koperasi di Indonesia, hal ini disebabkan pemerintah
jepang mencabut undang-undang no.23 dan menggantikannya dengan kumini (koperasi model jepang)
yang hanya merupakan alat mereka untuk mengumpulkan hasil bumi dan barang-barang kebutuhan
jepang.

Koperasi di Indonesia setelah merdeka

Keinginan dan semangat untuk berkoperasi yang hancur akibat politik pada masa kolonial belanda dan
dilanjutkan oleh sistem kumini pada zaman penjajahan jepang, lambat laun setelah Indonesia merdeka
kembali menghangat. Apalagi dengan adanya Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945,
pada pasal 33 yang menetapkan koperasi sebagai soko guru perekonomian Indonesia, maka kedudukan
hukum koperasi di Indonesia benar-benar menjadi lebih mantap.

Dan sejak saat itu Moh.Hatta sebagai wakil presiden Republik Indonesia lebih intensif mempertebal
kesadaran untuk berkoperasi bagi bangsa Indonesia, serta memberikan banyak bimbingan dan motivasi
kepada gerakan koperasi agar meningkatkan cara usaha dan cara kerja, atas jasa-jasa beliau lah maka
Moh.Hatta diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia.

Beberapa kejadian penting yang mempengaruhi perkembangan koperasi di Indonesia :


Pada tanggal 12 Juli 1947, dibentuk SOKRI (Sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia) dalam Kongres
Koperasi Indonesia I di Tasikmalaya, sekaligus ditetapkannya sebagai Hari Koperasi Indonesia.

Pada tahun 1960 dengan Inpres no.2, koperasi ditugaskan sebagai badan penggerak yang menyalurkan
bahan pokok bagi rakyat. Dengan inpres no.3, pendidikan koperasi di Indonesia ditingkatkan baik secara
resmi di sekolah-sekolah, maupun dengan cara informal melalui siaran media masa,dll yang dapat
memberikan informasi serta menumbuhkan semangat berkoperasi bagi rakyat.

Pada tahun 1961, dibentuk Kesatuan Organisasi Koperasi Seluruh Indonesia (KOKSI).

Pada tanggal 2-10 Agustus 1965, diadakan (Musyawarah Nasional Koperasi) MUNASKOP II yang
mengesahkan Undang-Undang koperasi no.14 tahun 1965 di Jakarta.

Koperasi di Indonesia pada zaman orde baru hingga sekarang

Tampilan orde baru dalam memimpin negeri ini membuka peluang dan cakrawala baru bagi
pertumbuhan dan perkembangan perkoperasian di Indonesia, dibawah kepemimpinan Jenderal
Soeharto. Ketetapan MPRS no.XXIII membebaskan gerakan koperasi dalam berkiprah.

Berikut perkembangan koperasi di Indonesia pada zaman orde baru hingga sekarang :

Pada tanggal 18 Desember 1967, Presiden Soeharto mensahkan Undang-Undang koperasi no.12 tahun
1967 sebagai pengganti Undang-Undang no.14 tahun 1965.
Pada tahun 1969, disahkan Badan Hukum terhadap badan kesatuan Gerakan Koperasi Indonesia
(GERKOPIN).

Pada tanggal 9 Februari 1970, dibubarkannya GERKOPIN dan sebagai penggantinya dibentuk Dewan
Koperasi Indonesia (DEKOPIN).

Pada tanggal 21 Oktober 1992, disahkan Undang-Undang no.25 tahun 1992 tentang perkoperasian,
undang-undang ini merupakan landasan yang kokoh bagi koperasi Indonesia di masa yang akan datang.

Masuk tahun 2000an hingga sekarang perkembangan koperasi di Indonesia cenderung jalan di tempat.

Faktor – Faktor Yang Mendukung Koperasi Di Indonesia

Keberhasilan koperasi di dalam melaksanakan peranannya perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai


berikut :

1. Kemampuan menciptakan posisi pasar dan pengawasan harga yang layak dengan cara :

Bertindak bersama dalam menghadapi pasar melalui pemusatan kekuatan bersaing dari anggota

Memperpendek jaringan pemasaran;

Memiliki manajer yang cukup terampil berpengetahuan luas dan memiliki idealisme;

Mempunyai dan meningkatkan kemampuan koperasi sebagai satu unit usaha dalam mengatur jumlah
dan kualitas barang-barang yang dipasarkan melalui kegiatan pergudangan, penelitian kualitas yang
cermat dan sebagainya.

2. Kemampuan koperasi untuk menghimpun dan menanamkan kembali modal, dengan cara
pemupukan pelbagai sumber keuangan dari sejumlah besar anggota.

3. Penggunaan faktor-faktor produksi yang lebih ekonomis melalui pembebanan biaya overhead yang
lebih, dan mengusahakan peningkatan kapasitas yang pada akhirnya dapat menghasilkan biaya per unit
yang relatif kecil.

4. Terciptanya keterampilan teknis di bidang produksi, pengolahan dan pemasaran yang tidak
mungkin dapat dicapai oleh para anggota secara sendiri-sendiri.

5. Pembebasan resiko dari anggota-anggota kepada koperasi sebagai satu unit usaha, yang
selanjutnya hal tersebut kembali ditanggung secara bersama di antara anggota-anggotanya.

6. Pengaruh dari koperasi terhadap anggota-anggotanya yang berkaitan dengan perubahan sikap dan
tingkah laku yang lebih sesuai dengan perubahan tuntutan lingkungan di antaranya perubahan
teknologi, perubahan pasar dan dinamika masyarakat.

Dalam rangka pengembangan KUD mandiri telah diterbitkan INSTRUKSI MENTERI KOPERASI No.
04/Ins/M/VI/1988 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengembangan KUD mandiri. Pembinaan dan
Pengembangan KUD mandiri diarahkan:
Menumbuhkan kemampuan perekonomian masyarakat khususnya di pedesaan.

Meningkatkan peranannya yang lebih besar dalam perekonomian nasional.

Memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dalam peningkatan kegiatan ekonomi dan pendapatan
yang adil kepada anggotanya.

Ukuran-ukuran yang digunakan untuk menilai apakah suatu KUD sudah mandiri atau belum adalah
sebagai berikut :

Mempunyai anggota penuh minimal 25 % dari jumlah penduduk dewasa yang memenuhi persyaratan
keanggotaan KUD di daerah kerjanya.

Dalam rangka meningkatkan produktifitas usaha anggotanya maka pelayanan kepada anggota minimal
60 % dari volume usaha KUD secara keseluruhan.

Minimal tiga tahun buku berturut-turut RAT dilaksanakan tepat pada waktunya sesuai petunjuk dinas.

Anggota Pengurus dan Badan Pemeriksa semua berasal dari anggota KUD dengan jumlah maksimal
untuk pengurus 5 orang dan Badan Pemeriksa 3 orang.

Modal sendiri KUD minimal Rp. 25,- juta.

Hasil audit laporan keuangan layak tapa catatan (unqualified opinion).

Batas toleransi devisa usaha terhadap rencana usaha KUD (Program dan Non Program) sebesar 20 %.
Total volume usaha harus proporsional dengan jumlah anggota, dengan minimal rata-rata Rp. 250.000,-
per anggota per tahun.

Pendapatan kotor minimal dapat menutup biaya berdasarkan prinsip efisiensi.

Sarana usaha layak dan dikelola sendiri

Tidak ada penyelewengan dan manipulasi yang merugikan KUD oleh Pengelola KUD

Tidak mempunyai tunggakan

Keberhasilan atau kegagalan koperasi ditentukan oleh keunggulan komparatif koperasi. Hal ini dapat
dilihat dalam kemampuan koperasi berkompetisi memberikan pelayanan kepada anggota dan dalam
usahanya tetap hidup (survive) dan berkembang dalam melaksanakan usaha. Pengalaman empiris di
mancanegara dan di negeri kita sendiri menunjukkan bahwa struktur pasar dari usaha koperasi
mempengaruhi performance dan success koperasi (Ismangil, 1989).

Faktor Penghambat Koperasi di Indonesia

Perkembangan koperasi masih menghadapi masalah-masalah baik di bidang kelembagaan maupun di


bidang usaha koperasi itu sendiri. Masalah-masalah tersebut dapat bersumber dari dalam koperasi
sendiri maupun dari luar. Masalah kelembagaan koperasi juga dapat dikelompokkan dalam masalah
intern maupun masalah ekstern. Masalah intern mencakup masalah keanggotaan, kepengurusan,
pengawas, manajer, dan karyawan koperasi. Sedangkan masalah ekstern mencakup hubungan koperasi
dengan bank, dengan usaha-usaha lain, dan juga dengan instansi pemerintah.

Dari Sisi Kelembagaan Koperasi


Masalah Internal :

Keanggotaan dalam Koperasi

Keadaan keanggotaan ditinjau dari segi kuantitas tercermin dari jumlah anggota yang semakin lama
semakin berkurang. Masalahnya kenggotaan koperasi yang ada sekarang belum menjangkau bagian
terbesar dari masyarakat. Ditinjau dari segi kualitas masalah keaggotaan koperasi tercermin dalam :

Tingkat pendidikan mereka yang pada umumnya masih rendah

Ketrampilan dan keahlian yang dimiliki oleh para anggota terbatas

Sebagian dari anggota belum menyadari hak dan kewajiban mereka sebagai anggota. Kebanyakan
anggota koperasi belum menyadari bahwa koperasi merupakan suatu wadah usaha yang dimaksudkan
untuk meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan mereka. Sebaiknya dalam kelompok tersebut
harus ada tokoh yang berfungsi sebagai sebagai penggerak organisatoris untuk menggerakkan koperasi
kearah sasaran yang benar.

Partisipasi mereka dalam kegiatan organisasi juga masih harus ditingkatkan. Apabila suatu koperasi
mengadakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) banyak anggotanya yang tidak hadir. Akibatnya keputusan-
keputusan yang dihasilkan tidak mereka rasakan sebagai keputusan yang mengikat.

Banyaknya anggota yang tidak mau bekerjasama dan mereka juga memiliki banyak utang kepada
koperasi, hal ini menyebabkan modal yang ada dikoperasi semakin berkurang.

Pengurus Koperasi
Dalam hal kepengurusan juga dihadapi kelemahan-kelemahan yang sama. masalah yang menjadi
penghambat berkembangnya koperasi dari sisi pengurus adalah :

Pengetahuan , ketrampilan, dan kemampuan anggota pengurusnya masih belum memadai

Pengurus belum mampu melaksanakan tugas mereka dengan semestinya.

Pengurus kurang berdedikasi terhadap kelangsungan hidup koperasi. Ini berarti bahwa kepribadian dan
mental pengurus, pengawas, manajer belum berjiwa koperasi sehingga harus diperbaiki lagi.

Pengurus kadang-kadang tidak jujur

Masih ada koperasi yang anggota pengurusnya kurang berusaha untuk menigkatkan pengetahuan dan
ketrampilannya. Kursus-kursus yang diselenggarakan untuk pengurus koperasi sering tidak mereka
hadiri.

Dalam kepengurusan koperasi sampai saat ini masih belum ada pembagian tugas yang jelas.

Pengurus koperasi kebanyakan yang sudah lanjut usia dan para tokoh masyarakat yang sudah memiliki
jabatan ditempat lain, sehingga perhatiannya terhadap koperasi berkurang.

Pegurus masih belum mampu berkoordinasi dengan anggota, manajer, pengawas, dan instansi
pemerintah dengan baik

Pengawas Koperasi

Anggota dari badan pengawas koperasi banyak yang belum berfungsi. Hal ini di disebabkan oleh :
Kemampuan anggoota pengawas yang belum memadai, terlebih jika dibandingkan dengan semakin
meningkatnya usaha koperasi

Di pihak lain, pembukuan koperasi biasanya belum lengkap dan tidak siap untuk diperiksa.

Pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas koperasi sekunder dan kantor koperasi juga belum banyak
membantu perkembangan kemampuan anggota pengawas ataupun peningkatan pembukuan koperasi.
Pemeriksaan yang mereka lakukan terutama mengarah pada kepentingan permohonan kredit.

Masalah Eksternal :

Iklim yang mendukung pertumbuhan koperasi belum selaras dengan kehendak anggota koperasi, seperti
kebijakan pemerintah yang belem jelas dan efektif untuk koperasi, sistem prasarana, pelayanan,
pendidikan, dan penyuluhan.

Banyaknya badan usaha lain yang bergerak pada bidang usaha yang sama dengan koperasi.

Kurangnya fasilitas-fasilitas yang dapat menarik perhatian masyarakat dan masih banyaknya masyarakat
yang tidak mempercayai koperasi.

Dari Sisi Bidang Usaha Koperasi

Masalah usaha koperasi dapat digambarkan sebagai berikut :

Ada koperasi yang manajer dan karyawannya belum memenuhi harapan. Di antara mereka ada yang
belum dapat bekerja secara profesional, sesuai dengan peranan dan tugas operasi yang telah
ditetapkan. Masih ada administrasi koperasi yang belum menggunakan prinsip-prinsip pembukuan
dengan baik. Sistem informasi majemen koperasi mesih belum berkembang sehingga pengambilan
keputusan belum didukung dengan informasi yang cukup lengkap dan dapat diandalkan.

Di samping itu masih ada manajer yang kurang mempunyai kemampuan sebagai wirausaha. Di antara
mereka bahkan masih ada yang kurang mampu untuk menyusun rencana, program, dan kegiatan usaha.
Padahal mereka harus memimpin dan menggerakkan karyawan untuk melaksanakan rencana, program,
dan kegiatan usaha yang ditentukan. Penilaian terhadap keadaan serta mengadakan penyesuaian
rencana, program, dan kegiatan usaha setiap kali ada perkembangan dalam keadaan yang dihadapainya.

Dari sisi produksi, koperasi sering mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan baku. Salah satu bahan
baku pokok yang sulit diperoleh adalah modal. Dalam hal kualitas, output koperasi tidak
distandardisasikan, sehingga secara relatif kalah dengan output industri besar. dalam banyak kasus,
output koperasi (dan UKM) tidak memiliki keunggulan komparatif sehingga sulit untuk dipasarkan.

Secara umum koperasi harus menghadapi kelemahannya sebagai berikut :

Pembinaan hubungan antara alat perlengkapan koperasi, khususnya antara pengurus dan manajer, yang
masih perlu ditingkatkan. Hal ini antara lain mengingat perlunya koordinasi yang mantab dan pembagian
tugas serta tanggung jawab yang jelas. Harus dihindarkan apabila ada pengurus yang mengambil
wewenang manajer melaksanakan tugas operasional.

Kebijaksanaan dan program kerja koperasi masih cenderung timbul sebagai prakarsa pemerintah.
Program-program yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan anggota masih ada yang belum
sepenuhnya dipadukan dengan program-program yang timbul dari prakarsa pemerintah. Keputusan
koperasi yang mandiri masih belum dapat berkembang.

Organisasi tingkat sekunder, seperti Pusat Koperasi dan Induk koperasi, tampak belum sepenuhnya
dapat memberikan pelayanan kepada koperasi primer, khususnya meningkatkan kemampuan dalam
bidang organisasi, administrasi, dan manjemen.

Kerja sama koperasi dan lembaga non-koperasi telah ada yang berlangsung atas landasan saling
menguntungkan antara kedua belah pihak. Tetapi, apabila kurang hati-hati dalam membinannya ada
kerjasama yang cenderung mengarah pada hilangnya kemandirian koperasi.

Kemampuan pemupukan modal usaha yang bersumber dari anggota dan hasil usaha koperasi, walaupun
cukup memadai perkembangannya namun ternyata masih sangat terbatas.

Dalam usaha memperoleh kredit dari bank, koperasi masih menghadapi kesulitan untuk memenuhi
persyaratanyang ditentukan. Demikianlah, maka pemupukan modal koperasi walaupun cepat
perkembangannya hasilnya masih terbatas juga.

Keterpaduan gerak, pengertian, pembinaan, dan pengawasan terhadap gerakan koperasi dari berbagai
instansi masih perlu ditingkatkan.

Masalah lain yang dihadapi dalam pelaksanaan pembinaan koperasi pada tingkat perkembangan seperti
sekarang ini adalah masih kurangnya petugas pembina koperasi, baik dalam jumlah maupun mutunya.

Masalah permodalan, penguasaan teknologi, akses informasi, permasalahan pemasaran, dan


perlindungan hukum.

Kurangnya dana sehingga fasilitas-fasilitas yang sudah ada tidak dirawat, hal ini menyebabkan koperasi
tertinggal karena kemajan teknologi yang sangat cepat.

Masalah yang dihadapi koperasi akan semakin meluas jika tidak ditangani sesegera mungkin. Sebelum
melakukan tindakan pemecahan masalah langkah awal yang harus kita lakukan adalah menganalisa
penyebab terjadinya masalah. Setelah kita mengetahui akar permasalahannya dimana barulah kita
dapat melakukan langkah konkrit yang diharapkan dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
Dalam penyelesaian masalah ini dibutuhkan keterlibatan semua elemen masyarakat baik pemerintah
dan masayarakat itu sendiri.
Berikut ini masalah yang dihadapi koperasi secara umum dan cara mengatasi permasalahan tersebut ,
yaitu :

1. Koperasi Jarang Peminatnya

Koperasi jarang peminatnya dikarenakan ada pandangan yang berkembang dalam masyarakat bahwa
koperasi adalah usaha bersama yang diidentikkan dengan masyarakat golongan menengah ke bawah.
Dari sinilah perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat tentang koperasi. Dengan adanya sosialisasi
diharapkan pengetahuan masyarakat tentang koperasi akan bertambah. Masyarakat dapat mengetahui
bahwa sebenarnya koperasi merupakan ekonomi rakyat yang dapat menyejahterakan anggotanya.
Sehingga mereka berminat untuk bergabung.

2. Kualitas Sumber Daya yang terbatas

Koperasi sulit berkembang disebabkan oleh banyak faktor, yaitu bisa disebabkan Sumber Daya Manusia
yang kurang. Sumber daya manusia yang dimaksud adalah pengurus koperasi. Seperti yang sering
dijumpai, pengurus koperasi biasanya merupakan tokoh masyarakat sehingga dapat dikatakan rangkap
jabatan, kondisi seperti inilah yang menyebabkan ketidakfokusan terhadap pengelolaan koperasi itu
sendiri. Selain rangkap jabatan biasanya pengurus koperasi sudah lanjut usia sehingga kapasitasnya
terbatas.

Perlu dilakukan pengarahan tentang koperasi kepada generasi muda melalui pendidikan agar mereka
dadat berpartisipasi dalam koperasi.Partisipasi merupakan faktor yang penting dalam mendukung
perkembangan koperasi. Partisipasi akan meningkatkan rasa tanggung jawab sehingga dapat bekerja
secara efisien dan efektif.

3. Banyaknya Pesaing Dengan Usaha Yang Sejenis

Pesaing merupakan hal yang tidak dapat dielakkan lagi, tetapi kita harus mengetahui bagaimana
menyikapinya. Bila kita tidak peka terhadap lingkungan (pesaing) maka mau tidak mau kita akan
tersingkir. Bila kita tahu bagaimana menyikapinya maka koperasi akan survive dan dapat berkembang.

Dalam menanggapi pesaing kita harus mempunyai trik – trik khusus, trik – trik/ langkah khusus tersebut
dapat kita lakukan dengan cara melalui harga barang/jasa, sistem kredit dan pelayanan yang maksimum.
Mungkin koperasi sulit untuk bermain dalam harga, tapi hal ini dapat dilakukan dengan cara sistem
kredit, yang pembayarannya dapat dilakukan dalam waktu mingguan ataupun bulanan tergantung
perjanjian. Dengan adanya hal seperti ini diharapkan dapat menarik perhatian masyarakat untuk
menjadi anggota.

4. Keterbatasan Modal

Pemerintah perlu memberikan perhatian kepada koperasi yang memang kesulitan dalam masalah
permodalan. Dengan pemberian modal koperasi dapat memperluas usahanya sehingga dapat bertahan
dan bisa berkembang. Selain pemerintah, masyarakat merupakan pihak yang tak kalah pentingnya,
dimana mereka yang memiliki dana lebih dapat menyimpan uang mereka dikoperasi yang nantinya
dapat digunakan untuk modal koperasi.
5. Partisipasi anggota

Sebagai anggota dari koperasi seharusnya mereka mendukung program-program yang ada di koperasi
dan setiap kegiatan yang akan dilakukan harus melalui keputusan bersama dan setiap anggota harus
mengambil bagian di dalam kegiatan tersebut.

6. Perhatian Pemerintah

Pemerintah harus bisa mengawasi jalannya kegiatan koperasi sehingga bila koperasi mengalami
kesulitan, koperasi bisa mendapat bantuan dari pemerintah, misalnya saja membantu penyaluran dana
untuk koperasi.

Akan tetapi pemerintah juga jangan terlalu mencampuri kehidupan koperasi terutama hal-hal yang
bersifat menghambat pertumbuhan koperasi. Pemerintah hendaknya membuat kenijakan-kebijakan
yang dapat membantu perkembangan koperasi.

7. Manajemen Koperasi
Dalam pelaksanaan koperasi tentunya memerlukan manajemen, baik dari bentuk perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Karena hal ini sangat berfungsi dalam pengambilan
keputusan tetapi tidak melupakan partisipasi dari anggota.

Apabila semua kegiatan koperasi bisa dijalankan dengan baik dan setiap anggota mau mengambil bagian
di dalam kegiatan koperasi serta perhatian pemerintah dapat memberikan motifasi yang baik, koperasi
pasti dapat berjalan dengan lancar.

Kesimpulan

Koperasi di Indonesia tentulah terjadi yang namanya pasang surut di dalam dunia koperasi , oleh karena
itu marilah kita meningkatkan kesadaran dari diri kita masing – masing dalam usaha untuk meningkatkan
koperasi di Indonesia dengan cara meningkatkan kinerja anggota koperasi dengan cara memberikan
training atau pelatihan kepada anggota koperasi terus kita juga bisa memodifikasi produk yang ada ,
dengan memodifikasi produk-produk yang ada dikoperasi , kiranya akan meningkatkan selera
masyarakat sehingga tertarik untuk mengkonsumsi produk dari koperasi tersebut dengan menyesuaikan
dengan perkembangan zaman dari tahun ke tahun dan juga memperbaiki koperasi secara menyeluruh ,
kita harus menjadikan koperasi yang ada Indonesia ini sebagai koperasi yang baik dan mari kita memberi
perubahan yang ada untuk lebih mensejahterkan koperasi Indonesia agar menjadi lebih baik lagi.

Sumber : disadur dari PUNGKIINDROYONOBLOG.(Red)

Makalah koprasi Diberbagai Negara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Seperti kita ketahui bersama bahwa koperasi mulai tumbuh dan berkembang di Inggris pada
pertengahan abad XIX yaitu sekitar tahun 1844 yang dipelopori oleh Charles Howard di Kampung
Rochdale. Namun sebelum koperasi mulai tumbuh dan berkembang sebenarnya inspirasi gerakan
koperasi sudah mulai ada sejak abad XVIII setelah terjadinya revolusi industri dan penerapan sistem
ekonomi kapitalis.Setelah berkembang di Inggris koperasi menyebar ke berbagai Negara baik di Eropa
daratan, Amerika, dan Asia termasuk ke Indonesia. Pada dasarnya koperasi digunakan sebagai salah satu
alternatif untuk memecahkan persoalan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Koperasi sebenarnya sudak masuk ke Indonesia sejak akhir abad XIX yaitu sekitar tahun 1896 yang
dipelopori oleh R.A.Wiriadmaja. Namun secara resmi gerakan koperasi Indonesia baru lahir pada tanggal
12 Juli 1947 pada kongres I di Tasikmalaya yang diperingati sebagai Hari Koperasi Indonesia.

Pada umumnya orang menganggap koperasi adalah sebagai organisasi sosial, yaitu melakukan kegiatan
ekonomi dengan tidak mencari keuntungan. Ada juga yang mengatakan bahwa koperasi itu hanya untuk
memenuhi kebutuhan anggotanya saja. Dan yang lebih ekstrim mengatakan bahwa koperasi itu hanya
kemakmuran pengurusnya saja. Kami kira ini anggapan atau pemikiran yang keliru. Karena sebenarnya
koperasi adalah bentuk kegiatan usaha yang paling ideal di mana anggotanya, juga bertindak sebagai
produsen, sebagai konsumen, dan sekaligus sebagai pemilik. Dalam kontenks Indonesia, koperasi
merupakan bentuk usaha yang syah, yang keberadaannya diakui dalam UUD-1945.

Awalnya keberadaan koperasi itu hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok para anggotanya, sehingga
hanya ada koperasi konsumsi atau single purpose. Namun dalam perkembangannya fungsi koperasi
menjadi bermacam-macam antara lain sebagai tolak ukur kegiatan usaha, sebagai bentuk usaha baru,
dan sebagai alternatif kegiatan usaha.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari latarbelakang kami mendapatkan permasalah sebagai berikut:

1. Apa Yang Dimaksud Dengan Koperasi?

2. Apa Perbedaan Koperasi Dengan Gotong Royong?

3. Bagaimana Perkembangan Koperasi Di EROPA?

4. Bagaimana Perkembangan Koperasi Di Amerika Serikat?


5. Bagaimana Perkembangan Koperasi Di ASIA?

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT

Pembuatan makalah ini mempunyai tujuan yaitu untuk menambah pengetahuan penulis pada
khususnya dan menambah pengetahuan pembaca pada umumnya.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH KOPERASI

Koperasi pertama kali muncul awal abad ke-19. Pada saat itu terutama Negara-negara barat (Eropa)
menerapkan system perekonomian kapitalis dan kaum buruh sedang pada puncak kesengsaraan.
Mereka tertindas pada saat itu dan untuk membebaskan dari system tersebut dan meningkatkan
kesejahteraan kaum buruh dan masyarakat di sekitarnya. Mereka bersepakat untuk
berkumpul/menyatukan diri dengan membentuk koperasi.

Sebagai sebuah wadah yang diharapkan dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat,
koperasi mulai tumbuh di negara-negara yang saat itu menganut dan menjalankan sistem kapitalisme.
Di Inggris sebagai negara pencetus revolusi industri, koperasi mulai lahir walaupun sempat tenggelam
tetapi kembali berkembang sampai akhirnya berhasil membentuk koperasi yang utuh, solid dan
mengedepankan aspek humaniora yang mengusahakan kemakmuran dengan jalan bekerja bersama-
sama dan memberikan imbalan sesuai dengan jasa yang diberikan oleh anggota itu sendiri.

Menurut International Cooperative Alliance (ICA), Koperasi adalah kumpulan orang-orang atau badan
hukum yang bertujuan untuk perbaikan sosial ekonomi anggotanya dengan memenuhi kebutuhan
ekonomi anggotanya dengan jalan berusaha besama dengan saling membantu antara satu dengan
lainnya dengan cara membatasi keuntungan, usaha tersebut harus didasarkan prinsip-prinsip koperasi.

2.1.1 Sejarah Koperasi Di Inggris

Pendirian pertama koperasi (konsumsi) di Rochdale di Inggris tahun 1844. Pada saat itu, 28 pekerja
dipimpin Charls Howard di kota Rochdale dibagian utara Inggris, pada tanggal 24 oktober 1844
mendirikan usaha pertokoan merupakan milik para konsumen yang berhasil. Peristiwa ini merupakan
lahirnya “Gerakan Koperasi Modern” Rochdale Equitable Pioneer’s Cooperative Society, dengan prinsip-
prinsip koperasinya :
1. Keanggota yang bersifat terbuka.

2. Pengawasan secara demokratis.

3. Bunga yang terbatas atas modal anggota.

4. Pengembalian sisa hasil usaha sesuai dengan jasanya pada koperasi.

5. Barang-barang hanya dijual sesuai dengan harga pasar yang berlaku dan harus secara tunai.

6. Tidak ada perbedaan berdasarkan ras, suku bangsa, agama dan aliran politik.

7. Barang-barang yang dijual adalah barang-barang yang asli dan bukan yang rusak atau palsu.

8. Pendidikan terhadap anggota secar berkesinambungan.

Dengan berhasilnya koperasi Rochdale, maka pada tahun 1852 (8 tahun setelah berdirinya koperasi
Rochdale) telah berdiri 100 koperasi konsumsi di Inggris. Pada tahun 1862, koperasi konsumsi
menyatukan diri menjadi Pusat Koperasi Pembelian dengan nama Cooperative Wholesale Society (CWS).
Pada tahun 1945, CWS memiliki 200 pabrik dan tempat usaha dengan pekerja sejumnlah 9000 pekerja
(peredaran modal 55.000.000,- poundsterling).

2.1.2 Sejarah Koperasi Di Jerman

Herman Schultz-Delitsch (1808-1883), hakim dan anggota parlemen pertama di Jerman yang berhasil
mengembangkan konsep badi prakarsa dan perkembangan bertahap dari koperasi-koperasi kredit
perkotaan, koperasi pengadaan sarana produksi bagi pengrajin, yang kemudian diterapkan oleh
pedagang kecil, dan kelompok lain-lain.

Selain koperasi kredit, Schulze mendirikan koperasi jenis-jenis lain, antara lain :

1. Koperasi asuransi untuk resiko sakit dan kematian.

2. Koperasi pengadaan bahan baku dan sarana produksi serta memasarkan hasil produksi.

3. Koperasi produksi, yaitu dimana anggota-anggotanya sebagai pemilik dan pekerja pada koperasi
tersebut pada saat yang sama.

Selain itu di Jerman ada Friedrich Wilhelm Raiffeissen (1818-1888) kepala desa di Flemmerfeld,
Weyerbush di Jerman. Raiffeissen membentuk koperasi-koperasi kredit berdasarkan solidaritas dan
tanggungan tidak terbatas yang dipikul oleh para anggota perkumpulan koperasi tersebut, dan
dibimbing brdasarkan prinsip menolong diri sendiri, mengelola diri sendiri, dan mengawasi diri sendiri

2.1.3 Sejarah Koperasi Di Denmark

Keistimewaan koperasi di Jerman ialah dimulai dari bawah. Pada tahun 1870, koperasi membantu para
petani sebagai anggota agar dapat mengembangkan pertaniannya (gandum) dan memasarkannya di
Eropa. Pada tahun 1880, koperasi meningkatkan usaha peternakan sehingga berhasil menguasai dan
mengekspor 90% hasil peternakan.pada tahun 1886, berdirilah koperasi konsumsi di perkotaan yang
dipelopori oleh H. Sonnie dan Dokter P. Urich dengan menkoordinasikan koperasi konsumsi untuk
melayani pembelian koperasi primer. Sehinngga terjadi kerjasama antara penduduk desa dan kota.
Koperasi produksi di pedesaan menjual produknya ke kota-kota untuk dikonsumsi oleh penduduk kota.

Jumlah anggota Koperasi di Denmark meliputi sekitar 30% dari seluruh peduduk Denmark. Hampir
sepertiga penduduk pedesaan Denmark yang berusia antara 18 s/d 30 tahun balajar di perguruan tinggi.
Dalam perkembangannya, tidak hanya hasil-hasil pertanian yang didistribusikan melalui Koperasi,
melainkan meliputi pula barang-barang kebutuhan sector pertanian itu sendiri. Selain itu, di Denmark
juga berkembang Koperasi konsumsi. Koperasi-koperasi konsumsi ini kebanyak didirikan oleh serikat-
serikat pekerja di daerah perkotaan.

2.1.4 Sejarah Koperasi Di Amerika Serikat

Keadaan sosial ekonomi Amerika Serikat pada pertengahan abad ke-19 hampir sama dengan Inggris.
Pada tahun 1752 cara kerja koperasi sudah diterapkan di Amerika Serikat atas prakarsa Benyamin
Franklin. Tahun 1860, banyak masyarakat yang mengenal prinsip-prinsip koperasi di Rochdale sehingga
banyak didirikan koperasi oleh kalangan buruh dan penduduk kota.

Menurut catatan, jumlah Koperasi yang tumbuh antara tahun 1863-1939, berjumlah 2600 buah. Sekitar
57% dari Koperasi-koperai ini mengalami kegagalan. Perkembangan yang menarik terjadi setelah tahun
1908. Sebuah komisi untuk kehidupan pedesaan yang diangkat oleh Presiden Theodore Rosevelt pada
tahun 1908 mengemukakan dalam laporannya bahwa salah satu kebutuhan utama masyarakat
pedesaan ialah kerjasama yang efektif diantara para petani untuk mempersatukan usahanya pada
tingkat yang sesuai kepentingan bersama.

Menurut catatan, dalam periode 1909-1921, sekitar 52% dari seluruh pekumpulan Koperasi pertanian
yang ada telah bekerja secara efektif. Dalam perkembangannya, ada banyak jenis Koperasi yang
berkembang di Amerika Serikat. Di daerah pedesaan antara lain dikenal adanya Koperasi Asuransi
Bersama, Koperasi Llistrik dan Telepon, Koperasi Pengawetan Makanan, Koperasi Simpan-Pinjam dan
Koperasi Penyediaan Benih. Sedangkan Koperasi-koperasi di perkotaan seringkali menyelenggarakan
toko-toko eceran. Koperasi kredit dan Koperasi Perumahan juga banyak ditemukan dikota-kota, di
Amerika Serikat juga berkembang Koperasi Rumah Sakit dan Koperasi Kesehatan.

A.Koperasi kredit

Koperasi kredit atau Credit Union atau biasa disingkat CU adalah sebuah lembaga keuangan yang
bergerak di bidang simpan pinjam yang dimiliki dan dikelola oleh anggotanya, dan yang bertujuan untuk
mensejahterakan anggotanya sendiri.

Koperasi kredit memiliki tiga prinsip utama yaitu:

1) azas swadaya (tabungan hanya diperoleh dari anggotanya)

2) azas setia kawan (pinjaman hanya diberikan kepada anggota)


3) azas pendidikan dan penyadaran (membangun watak adalah yang utama hanya yang berwatak baik
yang dapat diberi pinjaman).

Sejarah koperasi kredit dimulai pada abad ke-19. Ketika Jerman dilanda krisis ekonomi karena badai
salju yang melanda seluruh negeri. Para petani tak dapat bekerja karena banyak tanaman tak
menghasilkan. Penduduk pun kelaparan. Situasi ini dimanfaatkan oleh orang-orang berduit. Mereka
memberikan pinjaman kepada penduduk dengan bunga yang sangat tinggi. Sehingga banyak orang
terjerat hutang. Oleh karena tidak mampu membayar hutang, maka sisa harta benda mereka pun disita
oleh lintah darat. Kemudian tidak lama berselang, terjadi Revolusi Industri. Pekerjaan yang sebelumnya
dilakukan manusia diambil alih oleh mesin-mesin. Banyak pekerja terkena PHK.

Jerman dilanda masalah pengangguran secara besar-besaran. Melihat kondisi ini wali kota
Flammersfield, FriedrichWilhelm Raiffeisenmerasa prihatin dan ingin menolong kaum miskin. Ia
mengundang orang-orang kaya untuk menggalang bantuan. Ia berhasil mengumpulkan uang dan roti,
kemudian dibagikan kepada kaum miskin. Ternyata derma tak memecahkan masalah kemiskinan. Sebab
kemiskinan adalah akibat dari cara berpikir yang keliru. Penggunaan uang tak terkontrol dan tak sedikit
penerima derma memboroskan uangnya agar dapat segera minta derma lagi. Akhirnya, para dermawan
tak lagi berminat membantu kaum miskin. Raiffeisen tak putus asa. Ia mengambil cara lain untuk
menjawab soal kemiskinan ini. Ia mengumpulkan roti dari pabrik-pabrik roti di Jerman untuk dibagi-
bagikan kepada para buruh dan petani miskin.

Namun usaha ini pun tak menyelesaikan masalah. Hari ini diberi roti, besok sudah habis, begitu
seterusnya. Berdasar pengalaman itu, Raiffeisen berkesimpulan: “kesulitan si miskin hanya dapat diatasi
oleh si miskin itu sendiri. Si miskin harus mengumpulkan uang secara bersama-sama dan kemudian
meminjamkan kepada sesama mereka juga. Pinjaman harus digunakan untuk tujuan yang produktif yang
memberikan penghasilan. Jaminan pinjaman adalah watak si peminjam.” Untuk mewujudkan impian
tersebutlah Raiffeisen bersama kaum buruh dan petani miskin akhirnya membentuk koperasi bernama
Credit Union (CU) artinya, kumpulan orang-orang yang saling percaya.

Credit Union yang dibangun oleh Raiffeisen, petani miskin dan kaum buruh berkembang pesat di
Jerman, bahkan kini telah menyebar ke seluruh dunia.sebesar 1 miliar euro.Namun, yang lebih penting
dari pencapaian kinerja ekonomi, bank koperasi di Jerman sesungguhnya telah memainkan peran sangat
vital dalam kebangkitan ekonomi negeri ini, yang nyaris hancur lebur setelah kekalahannya dalam
Perang Dunia II dan perang saudara. Ketika itu, aroma kemiskinan menyengat di mana-mana.

Proses recovery ekonomi memang dilakukan dengan gencar. Namun, faktor penting yang
memungkinkan proses tersebut berjalan mulus dengan hasil yang mencengangkan, adalah kiprah bank
koperasi, yaitu Volksbank dan Raiffeisenbank, yang memang sudah mengakar kuat di masyarakat.
Merekalah yang setia memenuhi kebutuhan rakyat, sehingga keadaan ekonominya bisa kembali pulih
secara mandiri, sesuai dengan misi yang diusung: Bringing people or companies together to achieve
their goals. Jadi, pemerintah tidak terlalu repot lagi, karena bisa memfokuskan program recovery-nya di
tingkat makro saja.
Peranan bank koperasi di daerah-daerah pedesaan Jerman, tidak pernah tergantikan —apalagi tergusur-
— oleh bank swasta, meskipun kemudian Jerman berkembang menjadi negara industri dengan basis
liberalisme murni, layaknya negara Eropa Barat. Kontribusinya dalam menciptakan negara kesejahteraan
(welfare state) sangat besar, terutama menyangkut peningkatan kesejahteraan ekonomi secara merata
hingga ke pelosok desa.

B. Peran dan Tugas Koperasi

1. Meningkatkan tarah hidup sederhana masyarakat Indonesia

2. Mengembangkan demokrasi ekonomi di indonesia

3. Tujuan utama koperasi

4. Tujuan koperasi adalah mewujudkan masyarakat adil makmur material dan spiritual berdasarkan
Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945.

sistem ekonomi yang berbeda berdasarkan kesamaan-kesamaan hakiki yang terdapat dalam struktur
pembuatan keputusan, struktur infomasi dan motivasi pada perekonomian

a) Sistem perekonomian swasta atau kapitalis,Negara-negara industri. misalnya Amerika Serikat,


Republik Federasi Jerman, dan Negara-negara industri Barat

b) Sistem perekonomian—lainnya termasuk Jepang. sosialis yang direncanakan dari pusat, misalnya
Republik Demokrasi

c) Sistem perekonomian pasar sosialis denganJerman dan Uni Soviet. pemilikan masyarakat (Yugoslavia)
atau denagn pemiliakn Negara (Hongaria) yang telah dikembangkan berdasarkan pengalaman-
pengalamannegatif yang diperoleh dari penerapan bentuk perencanaan administratif dari pusat atau
berbagai kegiatan ekonomi dan atas berbagai proses pembangunan.Koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas
kekeluargaan. (Pasal 1)

2.2 PENGERTIAN KOPERASI

Pengertian koperasi secara sederhana berawal dari kata ”co” yang berarti bersama dan ”operation”
(Koperasi operasi) artinya bekerja. Jadi pengertian koperasi adalah kerja sama. Sedangkan pengertian
umum koperasi adalah : suatu kumpulan orang-orang yang mempunyai tujuan sama, diikat dalam suatu
organisasi yang berasaskan kekeluargaan dengan maksud mensejahterakan anggota.

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum yang berlandaskan pada
asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Kegiatan usaha koperasi merupakan penjabaran dari UUD
1945 pasal 33 ayat (1). Dengan adanya penjelasan Berikut ini pengertian koperasi menurut para ahli :

2.3 . PERKEMBANGAN KOPERASI DI EROPA


2.3.1 Inggris

Penderitaan yang dialami oleh kaum buruh di berbagai Negara di Eropa pada awal abad ke-19 dialami
pula oleh para pendiri Koperasi konsumsi di Rochdale, Inggris, pada tahun 1844.Pada mulanya Koperasi
Rochdale memang hanya bergerak dalam usaha kebutuhan konsumsi. Tapi kemudian mereka mulai
mengembangkan sayapnya dengan melakukan usaha-usaha produktif. Dengan berpegang pada asas-
asas Rochdale, para pelopor Koperasi Rochdale mengembangkan toko kecil mereka itu menjadi usaha
yang mampu mendirikan pabrik, menyediakan perumahan bagi para anggotanya, serta
menyelenggarakan pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan anggota dan pengurus Koperasi.

Menyusul keberhasilan Koperasi Rochdale, pada tahun 1852 telah berdiri sekitar 100 Koperasi Konsumsi
di Inggris. Sebagaimana Koperasi Rochdale, Koperasi-koperasi ini pada umumnya didirikan oleh para
konsumen.Dalam rangka lebih memperkuat gerakan Koperasi, pada tahun 1862, Koperasi-koperasi
konsumsmi di Inggris menyatukan diri menjadi pusat Koperasi Pembelian dengan nama The Cooperative
Whole-sale Society, disingkat C. W. S. Pada tahun 1945, C. W. S. telah memiliki sekkitar 200 buah pabrik
dan tempat usaha dengan 9.000 pekerja, yang perputaran modalnya mencapai 55.000.000
poundsterling. Sedangkan pada tahun 1950, jumlah anggota Koperasi di seluruh wilayah Inggris telah
berjumlah lebih dari 11.000.000 orang dari sekitar 50.000.000 orang penduduk Inggris.

2.3.2 Perancis

Revolusi Perancis dan perkembangan industri telah menimbulkan kemiskkinan dan penderitaan bagi
rakyat Perancis. Berkat dorongan pelopor-pelopor merekaseperti Charles Forier, Louis Blanc, serta
Ferdinand Lasalle, yang menyadari perlunya perbaikan nasib rakyat, para pengusaha kecil di Perancis
berhasil membangun Koperasi-koperasi yang bergerak dibidang produksi.Dewasa ini di Perancis
terdapat Gabungan Koperasi Konsumsi Nasional Perancis (Federation Nationale Dess Cooperative de
Consommation), dengan jumlah Koperasi yang tergabung sebanyak 476 buah. Jumlah anggotanya
mencapai 3.460.000 orang, dan toko yang dimiliki berjumlah 9.900 buah dengan perputaran modal
sebesar 3.600 milyar franc/tahun.

2.3.3 Jerman

Sekitar tahun 1848, saat Inggris dan Perancis telah mencapai kemajuan, muncul seorang pelopor yang
bernama F. W. Raiffeisen, walikota di Flammersfield. Ia menganjurkan agar kaum petani menyatukan diri
dalam perkumpulan simpan-pinjam.Setelah melalui beberapa rintangan,akhirnya Raiffesien dapat
mendirikan Koperasi dengan pedoman kerja sebagai berikut :

1. Anggota Koperasi wajib menyimpan sejumlah uang.

2. Uang simpanan boleh dikeluarkan sebagai pinjaman dengan membayar bunga.

3. Usaha Koperasi mula-mula dibatasi pada desa setempat agar tercapai kerjasama yang erat.
4. Pengurusan Koperasi diselenggarakan oleh anggota yang dipilih tanpa mendapatkan upah.

5. Keuntungan yang diperoleh digunakan untuk membantu kesejahteraan masyarakat Pelopor Koperasi
lainnya dari Jerman ialah seorang hakim bernama H. Schulze yang berasal dari kota Delitzcsh.

Pada tahun 1849 ia mempelopori pendirian Koperasi simpan-pinjam yang bergerak di daerah perkotaan.
Pedoman kerja Koperasi simpan-pinjam Schulze adalah :

1. Uang simpanan sebagai modal kerja Koperasi dikumpulkan dari anggota

2. Wilayah kerjanya didaerah perkotaan.

3. Pengurus Koperasi dipilih dan diberi upah atas pekerjaannya.

4. Pinjaman bersifat jangka pendek

5. Keuntungan yang diperoleh dari bunga pinjaman dibagikan kepada anggota.

2.3.4 Denmark

Jumlah anggota Koperasi di Denmark meliputi sekitar 30% dari seluruh peduduk Denmark. Hampir
sepertiga penduduk pedesaan Denmark yang berusia antara 18 s/d 30 tahun balajar di perguruan
tinggi.Dalam perkembangannya, tidak hanya hasil-hasil pertanian yang didistribusikan melalui Koperasi,
melainkan meliputi pula barang-barang kebutuhan sector pertanian itu sendiri. Selain itu, di Denmark
juga berkembang Koperasi konsumsi. Koperasi-koperasi konsumsi ini kebanyak didirikan oleh serikat-
serikat pekerja di daerah perkotaan.

2.3.5Swedia

Salah seorang pelopor Koperasi yang cukup terkemuka dari Swedia bernama Albin Johansen. Salah satu
tindakannya yang cukup spektakuler adalah menasionalisasikan perusahaan penyaringan minyak bumi
yang menurut pendapatnya, dapat dikelola dengan cara yang tidak kalah efisiennya oleh Koperasi. Pada
tahun 1911 gerakan Koperasi di Swedia berhasil mengalahkan kekuatan perusahaan besar. Pada tahun
1926 Koperasi berhasil menghancurkan monopoli penjualan tepung terigu yang dimilikki perusahan
swasta.

Pada akhir tahun 1949, jumlah Koperasi di Swedia tercatat sebanyak 674 buah dengan sekitar 7.500
cabang dan jumlah anggota hamper satu juta keluarga. Rahasia keberhasilan Koperasi-koperasi Swedia
adalah berkat program pendidikan yang disusun secara teratur dan pendidikan orang dewasa di Sekolah
Tinggi Rakyat (Folk High School), serta lingkaran studi dalam pendidikan luar sekolah. Koperasi Pusat
Penjualan Swedia (Cooperative Forbundet),

2.4 PERKEMBANGAN KOPERASI DI ASIA .

2.4.1 Jepang
Koperasi pertama kali berdiri di Negara ini pada tahun 1900 (33 tahun sesudah pembaharuan oleh Kaisar
Meiji), atau bersamaan waktunya dengan pelaksanaan Undang-undang Koperasi Industri Kerajinan. Cikal
bakal kelahiran Koperasi di Jepang mulai muncul ketika perekonomian uang mulai dikenal oleh
masyarakat pedalaman.

Gerakan Koperasi pertanian mengalami kemajuan yang sangat pesat sejak tahun 1930-an, khususnya
ketika penduduk Jepanng menghadapi krisis ekonomi yang melanda dunia dalam periode 1933. Di
Jepang ada dua bentuk Koperasi pertania. Yang pertama disebut Koperasi Pertanian Umum. Koperasi ini
bekerja atas dasar serba usaha, misalnya menyelenggarakan usaha pemasaran hasil pertanian,
menyediakan kredit untuk usaha perasuransian, pemberian bimbingan dan penyuluhan pertanian bagi
usaha tani.

Bentuk Koperasi yang lain disebut Koperasi Khusus. Koperasi ini hanya menyelenggarakan satu jenis
usaha seperti Koperasi buah, Koperasi daging ternak, Koperasi bunga-bungaan dan sebagainya. Pada
umumnya Koperasi-koperasi pertanian di Jepang menyelenggarakan bentuk usaha Koperasi yang
pertama.

Perlu ditambahakan, Koperasi-koperasi yang menyelenggarakan kegiatan serba usaha juga tergabung
dalam sebuah Koperasi Induk yang bernama Gabungan Perkumpulan Koperasi Pertanian Nasional
(Zenkoku Nogyo Kyodokumiai Chuokai). Titik berat kegiatan Koperasi Gabungan atau ZEN-Noh ini adalah
penyaluran sarana produksi dan pemasaran hasil pertanian. Selain itu di Jepang juga terdapat Induk
Koperasi Asuransi Bersama, Induk Koperasi Perbankan untuk pertanian-kehutanan dan pusat asosiasi
penerbitan

2.4.2 Korea

Perkembangan Koperasi di Korea, khususnya Koperasi pedesaan, dimulai pada awal abad ke-20. Di
Korea ada dua organisasi pedesaan yang melayani kebutuhan kredit petani, yakni Bank Pertanian Korea
dan Koperasi Pertanian.Pada tahun 1961dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Koperasi pertanian
yang baru, Bank Pertanian Korea dan Koperasi Pertanian digabungkan menjadi satu dengan nama
Gabungan Koperasi Pertanian Nasional (National Agricultural Cooperative Federation), disingkat NACF.
Gabungan ini bekerja atas dasar prinsip-prinsip Koperasi yang modern dan melakukan kerjanya atas
dasar serba usaha (Multipurpose). NACF bertugas mengembangkan sector pertanian, meningkatkan
peran ekonomi dan sosial petani, serta menyelenggarakan usaha-usaha peningkatan budaya rakyat

2.5 PERKEMBANGAN KOPERASI DI AMERIKA SERIKAT.

Keadaan sosial ekonomi Amerika Serikat pada pertengahan abad ke-19 hampir sama dengan Inggris.
Menurut catatan, jumlah Koperasi yang tumbuh antara tahun 1863-1939, berjumlah 2600 buah. Sekitar
57% dari Koperasi-koperai ini mengalami kegagalan.Perkembangan yang menarik terjadi setelah tahun
1908. Sebuah komisi untuk kehidupan pedesaan yang diangkat oleh Presiden Theodore Rosevelt pada
tahun 1908 mengemukakan dalam laporannya bahwa salah satu kebutuhan utama masyarakat
pedesaan ialah kerjasama yang efektif diantara para petani untuk mempersatukan usahanya pada
tingkat yang sesuai kepentingan bersama.Menurut catatan, dalam periode 1909-1921, sekitar 52% dari
seluruh pekumpulan Koperasi pertanian yang ada telah bekerja secara efektif.

Dalam perkembangannya, ada banyak jenis Koperasi yang berkembang di Amerika Serikat. Di daerah
pedesaan antara lain dikenal adanya Koperasi Asuransi Bersama, Koperasi Llistrik dan Telepon, Koperasi
Pengawetan Makanan, Koperasi Simpan-Pinjam dan Koperasi Penyediaan Benih. Sedangkan Koperasi-
koperasi di perkotaan seringkali menyelenggarakan toko-toko eceran. Koperasi kredit dan Koperasi
Perumahan juga banyak ditemukan dikota-kota, di Amerika Serikat juga berkembang Koperasi Rumah
Sakit dan Koperasi Kesehatan.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Koperasi yaitu suatu perkumpulan yang memiliki kemampuan dalam bidang ekonomi yang berjuang
untuk memperjuangkan kesejahteraan anggotanya pada khususnya dan kesejahteraan masyarakat pada
umumnya. Masing-masing anggota koperasi berkewajiban untuk mengembangkan serta mengawasi
jalannya koperasi.

Koperasi sebagai bentuk usaha merupakan organisasi ekonomi rakyatyang bersifat sosial. Koperasi
berfungsi sebagai alat ekonomi yang dapat mensejahterakan rakyat. Koperasi pun memiliki peranan
yang besar dalam pembangunan nasional. Sebagai usaha bersama yang berasaskan kekeluargaan,
koperasi haruslah dikelola dengan prinsip-prinsip manajemen secara tepat.

3.2 SARAN

Pada pembahasan ini menjelaskan pengertian koperasi dari berbagai pandangan para ahli dan dari
undang-undang koperasi itu sendiri, termasuk juga prinsip-prinsip dan asas koperasi. Dengan demikian
diharapkan mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya menjadi paham tentang bagaimana
melakukan kegiatan usaha dengan berkoperasi, dan dapat membandingkan dengan kegiatan usaha yang
bukan koperasi.

Demikianlah makalah ini penulis buat, semoga apa yang disajikan memberikan ilmu dan informasi.
Selanjutnya kesempurnaan makalah ini penulis mohon saran dan kritik guna memperbaiki kesalahan
dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

DRS.Subandi,M.M.2011.Ekonomi Koperasi.Bandung: Alfabeta, CV.Indrawan Rully. 2004.Ekonomi


Koperasi.Bandung.Lemlit Unpas.

Warta Warga. 2009, 18 Desember. Kriteria Keberhasilan Koperasi.


(http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/kriteria-keberhasilan-koperasi/ diakses tanggal 17
Oktober 2012, 21.50wib)

Prasetyooetomo’s Blog. 2011. 15 November. Permodalan Koperasi.


(http://prasetyooetomo.wordpress.com/2011/11/15/permodalan-koperasi/ diakses tanggal 10 Oktober
2012, 16.35wib)

Modal Koperasi. Istilah Simpanan dan Permasalahan Permodalan Koperasi.


(http://www.smecda.com/deputi7/file_Infokop/Edisi%2022/modal_kop.html diakses pada tanggal 10
Oktober 2012, 16.40wib)

Gintha blog. 2011. 4 November. Manfaat Koperasi. (http://ginthapx.blogspot.com/2011/11/manfaat-


koperasi.html diakses pada tanggal 17 Oktober 2012, 23.35wib)

Presentasi Makalah Ekonomi Koperasi, Senin 22 Oktober 2012 (Pengantar Ilmu Ekonomi)

Presentasi Microscoft Power Point => Presentation Ekonomi Koperasi.

MAKALAH

PEMBANGUNAN KOPERASI DI NEGARA BERKEMBANG

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seperti kita ketahui bersama bahwa koperasi mulai tumbuh dan berkembang di Inggris pada
pertengahan abad XIX yaitu sekitar tahun 1844 yang dipelopori oleh Charles Howard di Kampung
Rochdale.Namun sebelum koperasi mulai tumbuh dan berkembang sebenarnya inspirasi gerakan
koperasi sudah mulai ada sejak abad XVIII setelah terjadinya revolusi industri dan penerapan sistem
ekonomi kapitalis.Setelah berkembang di Inggris koperasi menyebar ke berbagai Negara baik di Eropa
daratan, Amerika, dan Asia termasuk ke Indonesia.Pada dasarnya koperasi digunakan sebagai salah satu
alternatif untuk memecahkan persoalan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya.Koperasi sebenarnya sudak masuk ke Indonesia sejak akhir abad XIX yaitu sekitar tahun
1896 yang dipelopori oleh R.A.Wiriadmaja.Namun secara resmi gerakan koperasi Indonesia baru lahir
pada tanggal 12 Juli 1947 pada kongres I di Tasikmalaya yang diperingati sebagai Hari Koperasi
Indonesia. Pada umumnya orang menganggap koperasi adalah sebagai organisasi sosial, yaitu
melakukan kegiatan ekonomi dengan tidak mencari keuntungan.Ada juga yang mengatakan bahwa
koperasi itu hanya untuk memenuhi kebutuhan anggotanya saja.Dan yang lebih ekstrim mengatakan
bahwa koperasi itu hanya kemakmuran pengurusnya saja.Kami kira ini anggapan atau pemikiran yang
keliru.Karena sebenarnya koperasi adalah bentuk kegiatan usaha yang paling ideal di mana anggotanya,
juga bertindak sebagai produsen, sebagai konsumen, dan sekaligus sebagai pemilik.Dalam kontenks
Indonesia, koperasi merupakan bentuk usaha yang syah, yang keberadaannya diakui dalam UUD-1945.

Awalnya keberadaan koperasi itu hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok para anggotanya, sehingga
hanya ada koperasi konsumsi atau single purpose. Namun dalam perkembangannya fungsi koperasi
menjadi bermacam-macam antara lain sebagai tolak ukur kegiatan usaha, sebagai bentuk usaha baru,
dan sebagai alternatif kegiatan usaha.

1.2 Rumusan Masalah

1.3.1 faktor yang mendukung koperasi di Indonesia

1.3.2 faktor yang menghambat koperasi di Indonesia

1.3Tujuan Penulisan

Koperasi sebagai salah satu badan usaha yang berkecimpung dalam perekonomian Indonesia.Jadi sudah
sewajarnya kita sebagai generasi muda mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan koperasi
tersebut.Dalam makalah ini kita dapat mengetahui bangaimana pembangunan koperasi di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN PERKOPERASIAN INDONESIA

Sebelum berbicara mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan koperasi di Indonesia,


ada baiknya kita memahami dulu pengalaman Koperasi di Indonesia. Secara tidak langsung dengan
memahami pengalaman Koperasi ini akan membuka wawasan tentang pemahaman atas faktor-faktor
perkembangan ekonomi terhadapa perkembangan Koperasi di Indonesia.

Di Indonesia pengenalan koperasi memang dilakukan oleh dorongan pemerintah, bahkan sejak
pemerintahan penjajahan Belanda telah mulai diperkenalkan.Gerakan koperasi sendiri mendeklarasikan
sebagai suatu gerakan sudah dimulai sejak tanggal 12 Juli 1947 melalui Kongres Koperasi di
Tasikmalaya.Pengalaman di tanah air kita lebih unik karena koperasi yang pernah lahir dan telah tumbuh
secara alami di jaman penjajahan, kemudian setelah kemerdekaan diperbaharui dan diberikan
kedudukan yang sangat tinggi dalam penjelasan undang-undang dasar.

Dan atas dasar itulah kemudian melahirkan berbagai penafsiran bagaimana harus mengembangkan
koperasi.Paling tidak dengan dasar yang kuat tersebut sejarah perkembangan koperasi di Indonesia
telah mencatat tiga pola pengembangan koperasi.Secara khusus pemerintah memerankan fungsi
“regulatory” dan “development” secara sekaligus (Shankar 2002).

Ciri utama perkembangan koperasi di Indonesia adalah dengan pola penitipan kepada program yaitu :

(i) Program pembangunan secara sektoral seperti koperasi pertanian, koperasi desa, KUD;

(ii) Lembaga-lembaga pemerintah dalam koperasi pegawai negeri dan koperasi fungsional lainnya;

(iii) Perusahaan baik milik negara maupun swasta dalam koperasi karyawan.

Sebagai akibatnya prakarsa masyarakat luas kurang berkembang dan kalau ada tidak diberikan tempat
semestinya. Selama ini “koperasi” dikembangkan dengan dukungan pemerintah dengan basis sektor-
sektor primer dan distribusi yang memberikan lapangan kerja terbesar bagi penduduk Indonesia.

Bahkan koperasi secara eksplisit ditugasi melanjutkan program yang kurang berhasil ditangani langsung
oleh pemerintah bahkan bank pemerintah, seperti penyaluran kredit BIMAS menjadi KUT, pola
pengadaan beras pemerintah, TRI dan lain-lain sampai pada penciptaan monopoli baru
(cengkeh).Sehingga nasib koperasi harus memikul beban kegagalan program, sementara koperasi yang
berswadaya praktis tersisihkan dari perhatian berbagai kalangan termasuk para peneliti dan media
masa.Dalam pandangan pengamatan internasional Indonesia mengikuti lazimnya pemerintah di Asia
yang melibatkan koperasi secara terbatas seperti disektor pertanian (Sharma, 1992). Berikut grafik
perkembangan perkoperasian Indonesia tahun 2006-2010 :

Di manapun baik di negara berkembang maupun di negara maju kita selalu disuguhkan contoh koperasi
yang berhasil, namun ada kesamaan universal yaitu koperasi peternak sapi perah dan koperasi produsen
susu, selalu menjadi contoh sukses dimana-mana. Secara spesial terdapat contoh yang lain seperti
produsen gandum di daratan Australia, produsen kedele di Amerika Utara dan Selatan hingga petani
tebu di India yang menyamai kartel produsen. Keberhasilan universal koperasi produsen susu, baik besar
maupun kecil, di negara maju dan berkembang nampaknya terletak pada keserasian struktur pasar
dengan kehadiran koperasi, dengan demikian koperasi terbukti merupakan kerjasama pasar yang
tangguh untuk menghadapi ketidakadilan pasar. Corak ketergantungan yang tinggi kegiatan produksi
yang teratur dan kontinyu menjadikan hubungan antara anggota dan koperasi sangat kukuh.

Ada tiga hambatan eksternal utama yang dapat mempengaruhi perkembangan koperasi , yakni sebagai
berikut :

1. Keterlibatan pemerintah yang berlebihan (yang sering kali karena desakan pihak donor).

2. Terlalu banyak yang diharapkan dari koperasi atau terlalu banyak fungsi yang dibebankan
kepada koperasi melebihi fungsi atau tujuan koperasi sebenarnya.

3. Kondisi yang tidak kondusif, seperti distorsi pasar, kebijakan ekonomi seperti misalnya
kebijakan proteksi yang anti-pertanian, dan sebagainya.

4. Kurangnya kerjasama pada bidang ekonomi dari masyarakat kota sehingga koperasi semakin
terkucilkan

Sedangkan, hambatan internal adalah :

1. Termasuk keterbatasan anggota atau partisipasi anggota

2. Kinerja anggotanya yang kurang berkompeten

3. Isu-isu struktural
4. Perbedaan antara kepentingan individu dan kolektif

5. Lemahnya manajemen koperasi

6. Rendahnya tingkat kecerdasan rakyat Indonesia

7. Kurangnya dedikasi pengurus terhadap kelangsungan hidup koperasi

8. Kurangnya Modal Kerja

Selain itu terdapat beberapa hal yang menyebabkan sulitnya perkembangan Koperasi di
Indonesia,antara lain :

a) Image koperasi sebagai ekonomi kelas dua masih tertanam dalam benak orang – orang Indonesia
sehingga, menjadi sedikit penghambat dalam pengembangan koperasi menjadi unit ekonomi yang lebih
besar ,maju dan punya daya saing dengan perusahaan – perusahaan besar.

b) Perkembangan koperasi di Indonesia yang dimulai dari atas (bottom up)tetapi dari atas (top down)
,artinya koperasi berkembang di indonesia bukan dari kesadaran masyarakat, tetapi muncul dari
dukungan pemerintah yang disosialisasikan ke bawah.Dalam hal ini seharusnya, pemerintah bekerja
double selain mendukung juga harus mensosialisasikanya dulu ke bawah sehingga rakyat menjadi
mengerti akan manfaat dan tujuan dari koperasi.

c) Tingkat partisipasi anggota koperasi masih rendah, ini disebabkan sosialisasi yang belum optimal.
Masyarakat yang menjadi anggota hanya sebatas tahu koperasi itu hanya untuk melayani konsumen
seperti biasa, baik untuk barang konsumsi atau pinjaman. Artinya masyarakat belum tahu esensi dari
koperasi itu sendiri, baik dari sistem permodalan maupun sistem kepemilikanya. Keadaan seperti ini
tentu sangat rentan terhadap penyelewengan dana oleh pengurus, karena tanpa partisipasi anggota
tidak ada kontrol dari anggota nya sendiri terhadap pengurus.

d) Manajemen koperasi yang belum profesional, ini banyak terjadi di koperasi koperasi yang anggota
dan pengurusnya memiliki tingkat pendidikan yang rendah.

e) Pemerintah terlalu memanjakan koperasi, ini juga menjadi alasan kuat mengapa koperasi
Indonesia tidak mengalami kemajuan. Selain merugikan pemerintah bantuan seperti ini pula akan
menjadikan koperasi tidak bisa bersaing karena terus terusan menjadi benalu negara. Seharusnya
pemerintah mengucurkan bantuan dengan sistem pengawasan yang baik, walaupun bentuk dananya
hibah yang tidak perlu dikembalikan. Dengan pengawasan dan bantuan akan membantu koperasi
menjadi lebih profesional, mandiri dan mampu bersaing.

f) Prinsip koperasi Rochdale bagian kerjasama dan sukarela serta terbuka , tidak dijalankan dengan
baik di Indonesia, karena koperasi Indonesia bersifat tertutup dan terjadi pengkotak kotakan.
Keanggotaan koperasi hanya berlaku untuk yang seprofesi saja dan menyebabkan pergerakan koperasi
tidak maksimal, walaupun sudah di bentuk koperasi sekunder tetapi belum mampu menyatukan kerja
sama antar koperasi yang berbeda beda jenis.
Oleh karena karena itu,sebaiknya pengenalan koperasi kepada masyarakat sebaik dikenalkan sejak
dini,agar masyarakat mengerti dan memahami manfaat dari koperasi sehingga mereka bisa
menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada di koperasi dengan baik. Selain itu juga harus meningkatkan
SDM dengan kualitas yang bagus dan baik dari segi pengetahuan, kemampuan dan moral para
anggotanya.

koperasi memiliki peran yang besar di masyarakat. Jika banyak orang yang dapat mengambil
kemanfaatan koperasi maka ekonomi masyarakat pun akan kuat. Oleh karena itu tak heran jika koperasi
disebut sebagai soko guru atau tiang utama perekonomian di Indonesia.Meski demikian koperasi di
Indonesia masih banyak kelemahannya.Meskipun juga telah memiliki beberapa kelebihan.Kita perlu
tahu kelebihan dan kelemahan koperasi di Indonesia.Dengan mengetahui hal tersebut, kita dapat
belajar bagaimana memanfaatkan kelebihannya, dan bagaimana mengatasi kelemahannya. Hal ini
bertujuan agar koperasi benar-benar menjadi badan usaha yang melindungi dan mengayomi
masyarakat.

1.Kelebihan koperasi di Indonesia

Hal-hal yang menjadi kelebihan koperasi di Indonesia adalah:

a. Bersifat terbuka dan sukarela.

b. Besarnya simpanan pokok dan simpanan wajib tidak memberatkan anggota.

c. Setiap anggota memiliki hak suara yang sama, bukan berdasarkan besarnya modal

d. Bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota dan bukan sematamata mencari keuntungan.

2.Kelemahan Koperasi Di Indonesia

Hal-hal yang menjadi kelemahan koperasi di Indonesia adalah:

a. Koperasi sulit berkembang karena modal terbatas.

b. Kurang cakapnya pengurus dalam mengelola koperasi.

c. Pengurus kadang-kadang tidak jujur.

d. Kurangnya kerja sama antara pengurus, pengawas dan anggotanya.


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1Kesimpulan

Koperasi yaitu suatu perkumpulan yang memiliki kemampuan dalam bidang ekonomi yang berjuang
untuk memperjuangkan kesejahteraan anggotanya pada khususnya dan kesejahteraan masyarakat pada
umumnya.Masing-masing anggota koperasi berkewajiban untuk mengembangkan serta mengawasi
jalannya koperasi.

Koperasi sebagai bentuk usaha merupakan organisasi ekonomi rakyatyang bersifat sosial.Koperasi
berfungsi sebagai alat ekonomi yang dapatmensejahterakan rakyat.Koperasi pun memiliki peranan yang
besar dalampembangunan nasional.Sebagai usaha bersama yang berasaskan kekeluargaan, koperasi
haruslah dikelola dengan prinsip-prinsipmanajemen secara tepat.

3.2Saran

Pada pembahasan ini menjelaskan pengertian koperasi dari berbagai pandangan para ahli dan dari
undang-undang koperasi itu sendiri, termasuk juga prinsip-prinsip dan asas koperasi. Dengan demikian
diharapkan mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya menjadi paham tentang bagaimana
melakukan kegiatan usaha dengan berkoperasi, dan dapat membandingkan dengan kegiatan usaha yang
bukan koperasi. Demikianlah makalah ini penulis buat, semoga apa yang disajikan memberikan ilmu dan
informasi. Selanjutnya kesempurnaan makalah ini penulis mohon saran dan kritik guna memperbaiki
kesalahan dikemudianhari.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber :

Rusidi, Prof. Dr. Ir. MS dan Maman Suratman, Drs. MSi : Bunga Rampai 20 Pokok Pemikiran Tentang
Koperasi, Institut Manajemen Koperasi Indonesia, Bandung, 2002

http://community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_1893/title_sejarah-koperasi-perkembangan-di-
indonesia/

http://andrisetiawan17081993.blogspot.com/2

Sejarah Koperasi di Dunia dan di Indonesia

MAKALAH

Sejarah Koperasi di Dunia dan di Indonesia

index
Disusun Oleh :

Arta N Sianipar

(130231100047)

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah Koperasi di Dunia dan di Indonesia” tepat pada
waktunya. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah “ Koperasi dan Kewirausahaan”.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan kita.

Bangkalan, 02 Maret 2015

Penyusun,

Arta N Sianipar
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.. 1

DAFTAR ISI 2

BAB I 3

PENDAHULUAN.. 3

1.1 Latar Belakang. 3

1.2 Rumusan Masalah. 3

1.3 Tujuan Penulisan. 3

BAB II 4

PEMBAHASAN.. 4

2.1 Sejarah Koperasi di Dunia. 4

2.1.1 Koperasi di Inggris. 4


2.1.2 Koperasi di Perancis. 5

2.1.3 Koperasi di Jerman. 6

2.1.4 Koperasi di Denmark. 7

2.1.5 Koperasi di Mata Dunia. 7

3.1 Sejarah Koperasi di Indonesia. 7

3.1.1 Masa Penjajahan. 8

3.1.2 Masa Kemerdekaan. 9

BAB III 11

KESIMPULAN.. 11

DAFTAR PUSTAKA.. 12

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sejarah perkembangan koperasi di dunia mulai berkembang pada tahun 1844 di kota Rochdale yang
dipelopori oleh Charles Howard pada masa perkembangan kapitalisme. Pertama sekali koperasi
berkembang di Inggris dan kemudian menyebar ke berbagai negara di Eropa, Amerika, dan Asia
termasuk Indonesia Indonesia yaitu pada tahun 1986 oleh R.A. Wiriaatmadja di purwokerto, banyumas.
Namun secara resmi gerakan koperasi Indonesia baru lahir pada tanggal 12 Juli 1947 pada kongres I di
Tasikmalaya yang diperingati sebagai Hari Koperasi Indonesia.

Umumnya orang menganggap koperasi adalah sebagai organisasi sosial, yaitu melakukan kegiatan
ekonomi dengan tidak mencari keuntungan. Ada juga yang mengatakan bahwa koperasi itu hanya untuk
memenuhi kebutuhan anggotanya saja. Dan yang lebih ekstrim mengatakan bahwa koperasi itu hanya
kemakmuran pengurusnya saja. Kami kira ini anggapan atau pemikiran yang keliru. Karena sebenarnya
koperasi adalah bentuk kegiatan usaha yang paling ideal di mana anggotanya, juga bertindak sebagai
produsen, sebagai konsumen, dan sekaligus sebagai pemilik. Dalam kontenks Indonesia, koperasi
merupakan bentuk usaha yang syah, yang keberadaannya diakui dalam UUD-1945.

Awalnya keberadaan koperasi itu hanya untuk mengetahui kebutuhan pokok para anggotanya, sehingga
hanya ada koperasi konsumsi. Namun dalam perkembangannya fungsi koperasi menjadi bermacam-
macam antara lain sebagai tolak ukur kegiatan usaha, sebagai bentuk usaha baru dan sebagai alternatif
kegiatan usaha.

Rumusan Masalah

Jelaskan mengenai sejarah koperasi di dunia dan di Indonesia?

Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui sejarah koperasi di dunia dan di Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Koperasi di Dunia


2.1.1 Koperasi di Inggris

Lahirlnya koperasi pertama di Inggris yang terkenal dengan nama Koperasi Rochdale di bawah pimpinan
Charles Howart (tahun 1844), karena tatanan ekonomi yang berbasis kapitalisme mengesahkan
keserakahan dan melahirkan persaingan bebas yang tidak terbatas yang hanya berpihak pada pemilik
modal dan mengabaikan pihak lainnya sehingga mengakibatkan kemiskinan dan kemelaratan.

Koperasi ini didirikan di Kota Rochdale, bagian utara Inggris, beranggotakan 28 pekerja. Tanggal 24
Oktober 1844, hari lahirnya Koperasi Rochdale diperingati sebagai hari “Gerakan Koperasi Modern”.
Pada 1 Mei 1828, King menerbitkan publikasi bulanan yang bernama The Cooperator, yang berisi
berbagai gagasan dan saran-saran praktis tentang mengelola toko dengan menggunakan prinsip-prinsip
koperasi. Gerakan awal tersebut kemudian dikenal sebagai “KOPERASI PRAINDUSTRI“.

Pada awalnya, Koperasi Rochdale berdiri dengan usaha penyediaan barang-barang konsumsi untuk
keperluan sehari-hari. Akan tetapi seiring dengan terjadinya pemupukan modal koperasi, koperasi mulai
merintis untuk memproduksi sendiri barang yang akan dijual. Kegiatan ini menimbulkan kesempatan
kerja bagi anggota yang belum bekerja dan menambah pendapatan bagi mereka yang sudah bekerja.
Pada tahun 1851, koperasi tersebut akhirnya dapat mendirikan sebuah pabrik dan mendirikan
perumahan bagi anggota-anggotanya yang belum mempunyai rumah. Melihat perkembangan usaha
koperasi baik di sektor produksi maupun di sektor perdagangan, pimpinan CWS kemudian membuka
perwakilan-perwakilan di luar negeri seperti New York, Kepenhagen, Hamburg, dan lain-lain.

Pada tahun 1876, koperasi ini telah melakukan ekspansi usaha di bidang transportasi, perbankan, dan
asuransi. Pada tahun 1870, koperasi tersebut juga membuka usaha di bidang penerbitan, berupa surat
kabar yang terbit dengan nama Cooperative News. The Women’s Coorporative Guild yang dibentuk
pada tahun 1883, besar pengaruhnya terhadap perkembangan gerakan koperasi, disamping
memperjuangkan hak-hak kaum wanita sebagai ibu rumah tangga, warga negara, dan sebagai
konsumen. Beberapa tahun kemudian, koperasi memulai kegiatan di bidang pendidikan dengan
menyediakan tempat membaca surat kabar dan perpustakaan. Perpustakaan koperasi merupakan
perpustakaan bebas pertama di Inggris, sekaligus digunakan untuk tempat berbagai kursus dan
pemberantasan buta huruf. Kemudian Women Skill Guild Youth Organization membentuk sebuah pusat
yaitu Cooperative Union. Pada tahun 1919, didirikanlah Cooperative Collage di Manchaster yang
merupakan lembaga pendidikan tinggi koperasi pertama.
Keberhasilan koperasi Rochdale, pada tahun 1852 telah berdiri sekitar 100 koperasi konsumsi di Inggris.
Dalam rangka lebih memperkuat gerakan Koperasi, pada tahun 1862, koperasi-koperasi konsumsi
di Inggris menyatukan diri menjadi pusat koperasi pembelian dengan nama The Cooperative Whole-
sale Society (C.W.S). CWS sangat berkembang, hingga pada tahun 1945 telah memiliki 200 unit pabrik
dengan 9000 pekerja. Perputaran modal C.W.S saat itu telah mencapai 55 juta poundsterling. Tahun
1950 jumlah anggota koperasi ini mencakup 22 persen dari total penduduk Inggris yang mencapai 50
juta jiwa.

2.1.2 Koperasi di Perancis

Latar belakang berkembangnya koperasi di Perancis hampir mirip dengan di Inggris. Kemelaratan dan
ketimpangan bangsawan dan rakyat jelata mendorong terciptanya ledakan Revolusi Perancis. Selain itu
revolusi industri yang terjadi di Inggris berdampak besar pada perekonomian Perancis. Agar mampu
menghadapi serangan industri Inggris, Perancis berusaha mengganti mesin-mesin yang digunakan
dengan mesin-mesin modern agar lebih efisien. Efisiensi menyebabkan banyak tenaga kerja kehilangan
pekerjaan, akibatnya pengangguran meningkat secara dramatis. Kondisi inilah yang mendorong
munculnya pelopor-pelopor koperasi. Charles Forier, Louis Blanc, serta Ferdinand Lasalle, menyadari
perlunya perbaikan nasib rakyat dan pengusaha kecil di Perancis. Mereka pun kemudian membangun
koperasi-koperasi yang bergerak dibidang produksi.

Charles Fourier (1772-1837) menyusun suatu gagasan untuk memperbaiki hidup masyarakat dengan
fakanteres, suatu perkumpulan yang terdiri dari 300 sampai 400 keluarga yang bersifat komunal.
Fakanteres dibangun di atas tanah seluas lebih kurang 3 mil yang akan digunakan sebagai tempat tinggal
bersama, dan dikelilingi oleh tanah pertanian seluas lebih kurang 150 hektar. Di dalamnya terdapat juga
usaha-usaha kerajinan dan usaha lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pengurus perkampungan
ini dipilih dari para anggotanya. Namun, cita-cita Fourier tidak berhasil dilaksanakan karena pengaruh
liberalisme yang sangat besar pada waktu itu.

Lois Blanc (1811-1880) menyusun gagasan yang lebih konkrit dalam bukunya “Organization Labour”.

Blanc mengatakan bahwa persaingan merupakan sumber keburukan ekonomi, kemiskinan,


kemerosotan moral, kejahatan, krisis industri, dan pertentangan nasional. Untuk mengatasinya, perlu
didirikan social work-shop (etelier socialux). Dalam perkumpulan ini, para produsen perorangan yang
mempunyai usaha yang sama disatukan. Blanc mendirikan koperasi yang mengutamakan kualitas
barang. Dengan demikian, bisa dikatakan perkumpulan ini adalah koperasi produsen. Pada tahun 1884,
kaum buruh di Perancis menuntut pemerintah untuk melaksanakan gagasan Lois Blanc untuk
mendirikan koperasi, tetapi koperasi ini kemudian bangkrut.
Koperasi di Perancis kemudian berkembang dengan pesat. Koperasi-koperasi tersebut kemudian
bergabung membentuk Koperasi Konsumsi Nasional perancis (Federation Nationale Dess Cooperative de
Consommation), dengan anggota 476 koperasi. Jumlah anggotanya saat itu mencapai 3.460.000
orang, dengan 9.900 buah toko dan memiliki perputaran modal sebesar 3.600 milyar franc per tahun.

2.1.3.Koperasi di Jerman

Berdirinya koperasi di Jerman menggunakan prinsip-prinsip yang sama dengan koperasi buatan Inggris.
Koperasi Jerman dipelopori oleh Herman Schultz-Delitsch (1808-1883), hakim dan anggota parlemen
pertama di Jerman yang berhasil mengembangkan konsep badi prakarsa dan perkembangan bertahap
dari koperasi-koperasi kredit perkotaan, koperasi pengadaan sarana produksi bagi pengrajin, yang
kemudian diterapkan oleh pedagang kecil, dan kelompok lain-lain.

Pedoman kerja Koperasi simpan-pinjam Schulze adalah :

Uang simpanan sebagai modal kerja Koperasi dikumpulkan dari anggota.

Wilayah kerjanya didaerah perkotaan.

Pengurus Koperasi dipilih dan diberi upah atas pekerjaannya.

Pinjaman bersifat jangka pendek.

Keuntungan yang diperoleh dari bunga pinjaman dibagikan kepada anggota.

Kelebihan koperasi Schultz-Delitsch adalah pada pengembangan konsep badi prakarsa. Selain itu adalah
perkembangan bertahap dari koperasi kredit untuk koperasi pengadaan sarana produksi untuk
pengrajin, yang kemudian diterapkan juga untuk pedagang kecil dan lainnya. Pada perkembangan
selanjutnya dibentuk pula koperasi jenis lainnya seperti koperasi asuransi dankoperasi produksi.

Ada seorang pelopor Jerman yang bernama Friedrich Wilhelm Raiffeissen (1818-1888) kepala desa di
Flemmerfeld, Weyerbush di Jerman. Raiffeissen menganjurkan agar para petani menyatukan diri dalam
perkumpulan simpan-pinjam yang membentuk koperasi-koperasi kredit berdasarkan solidaritas dan
tanggungan tidak terbatas yang dipikul oleh para anggota perkumpulan koperasi tersebut, dan
dibimbing berdasarkan prinsip menolong diri sendiri, mengelola diri sendiri, dan mengawasi diri sendiri.
2.1.4 Koperasi di Denmark

Denmark menjadi Negara yang paling berhasil di dunia dalam mengembangkan ekonominya melalui
koperasi. Di Denmark Pastor Christiansone mendirikan koperasi pertanian.

2.1.5 Koperasi di Mata Dunia

Dalam perjalanan sejarah, koperasi tumbuh dan berkembang ke seluruh dunia di samping badan usaha
lainnya. Setengah abad setelah pendirian Koperasi Rochdale, seiring dengan berkembangnya koperasi di
berbagai negara, para pelopor koperasi sepakat untuk membentuk International Cooperative Alliance
(ICA-Persekutuan Koperasi Internasional) dalam Kongres Koperasi Internasional yang pertama pada
tahun 1896, di London. Dengan terbentuknya ICA, maka koperasi telah menjadi suatu gerakan
internasional.

3.1 Sejarah Koperasi di Indonesia

Bangsa Indonesia telah lama mengenal kekeluargaan dan kegotongroyongan yang dipraktekkan oleh
nenek moyang bangsa Indonesia. Kebiasaan yang bersifat nonprofit ini, merupakan input untuk Pasal 33
ayat 1 UUD 1945 yang dijadikan dasar/pedoman pelaksanaan koperasi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi pada pertengahan abad ke-18 Berbagai penemuan di bidang teknologi (revolusi industri)
melahirkan tata dunia ekonomi baru. Tatanan dunia ekonomi menjajdi terpusat pada keuntungan
perseorangan, yaitu kaum pemilik modal (kapitalisme). Sistem ekonomi kapitalis/liberal memberikan
keuntungan yang sebesar-besarnya kepada pemilik modal dan melahirkan kemelaratan dan kemiskinan
bagi masyarakat ekonomi lemah. Pada mulanya kedatangan mereka murni untuk berdagang. Nafsu
serakah kaum kapitalis ini akhirnya berubah menjadi bentuk penjajahan yang memelaratkan
masyarakat.

Untuk mengetahui perkembangan koperasi di Indonesia, sejarah perkembangan koperasi Indonesia


secara garis besar dapat dibagi dalam “dua masa”, yaitu masa penjajahan dan masa kemerdekaan.

3.1.1 Masa Penjajahan


Di masa penjajahan Belanda, gerakan koperasi pertama di Indonesia lahir dari inisatif tokoh R. A.
Wiriaatmadja pada tahun 1986. Wiriaatmadja, patih Purwokerto (Banyumas) ini berjasa menolong para
pegawai, pedagang kecil dan petani dari hisapan lintah darat melalui koperasi. Berdirinya Boedi Oetomo,
pada tahun 1908 mencoba memajukan koperasi rumah tangga (koperasi konsumsi). Serikat Islam pada
tahun 1913 membantu memajukan koperasi dengan bantuan modal dan mendirikan Toko Koperasi.
Pada tahun 1927, usaha koperasi dilanjutkan oleh Indonesische Studie Club yang kemudian menjadi
Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) di Surabaya. Partai Nasional Indonesia (PNI) di dalam kongresnya di
Jakarta berusah menggelorakan semangat koperasi sehingga kongres ini sering juga disebut “kongres
koperasi”.

Pergerakan koperasi selama penjajahan Belanda tidak dapat berjalan lancar. Untuk membatasi laju
perkembangan koperasi, pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan koperasi Besluit 7 April No. 431
tahun 1915, antara lain:

Mendirikan koperasi harus mendapat izin dari gubernur jenderal

Fakta dibuat dengan perantaraan notaris dan dalam bahasa Belanda

Ongkos materai sebesar 50 golden

Hak tanah harus menurut hukum Eropa

harus diumumkan di Javasche Courant yang biayanya juga tinggi

Peraturan ini mengakibatkan munculnya reaksi dari kaum pergerakan nasional dan para
penganjurkoperasi. Oleh karena itu, pada tahun 1920 pemerintah Belanda membentuk “ Panitia
Koperasi ” yang diketuai oleh J. H. Boeke. Panitia ini ditugasi untuk meneliti mengenai perlunya koperasi.

Pada tahun 1927 pemerintah mengeluarkan peraturan No. 91 yang lebih ringan dari perturan 1915. isi
peraturan No. 91 antara lain:

Fakta tidak perlu dengan perantaraan notaris, tetapi cukup didaftarkan pada Penasehat Urusan Kredit
Rakyat dan Koperasi serta dapat ditulis dalam bahasa daerah

Ongkos materai 3 golden

Hak tanah dapat menurut hukum adat

Berlaku untuk orang Indonesia asli, yang mempunyai hak badan hukum secara adat.
Dengan keluarnya peraturan ini, gerakan koperasi mulai tumbuh kembali. Pada tahun 1932, Partai
Nasional Indonesia mengadakan kongres koperasi di Jakarta. Pada tahun 1933, pemerintah Belanda
mengeluarkan lagi peraturan No. 108 sebagai pengganti peraturan yang dikeluarkan pada tahun 1915.
Peraturan ini merupakan salinan dari peraturan koperasi Belanda tahun 1925, sehingga tidak cocok dan
sukar dilaksanakan oleh rakyat. Pada masa penjajahan Jepang, koperasi mengalami nasib yang lebih
buruk. Kantor Pusat Jawatan Koperasi diganti oleh pemerintah Jepang menjadi Syomin Kumiai Cou
Jomusyo dan Kantor Daerah diganti menjadi Syomin Kumiai Saodandyo. Kumiai yaitu koperasi model
Jepang, mula-mula bertugas untuk mendistribusikan barang-barang kebutuhan rakyat. Hal ini hanya alat
dari Jepang untuk mengumpulkan hasil bumi dan barang-barang kebutuhan untuk Jepang.

3.1.2 Masa Kemerdekaan

Awal kemerdekaan, koperasi berfungsi untuk mendistribusikan keperluan masyarakat sehari-hari di


bawah Jawatan Koperasi, Kementerian Kemakmuran. Pada tahun 1946, berdasarkan hasil pendaftaran
secara sukarela yang dilakukan Jawatan Koperasi terdapat sebanyak 2.500 buah koperasi. Koperasi pada
saat itu dapat berkembang secara pesat. Namun karena sistem pemerintahan yang berubah-ubah maka
terjadi titik kehancuran koperasi Indonesia menjelang pemberontakan G30S / PKI. Partai-partai
memenfaatkan koperasi untuk kepentingan partainya, bahkan ada yang menjadikan koperasi sebagai
alat pemerasan rakyat untuk memperkaya diri sendiri, yang dapat merugikan koperasi sehingga
masyarakat kehilangan kepercayaannya dan takut menjadi anggota koperasi.

Pembangunan baru dapat dilaksanakan setelah pemerintah berhasil menumpas pemberontakan G30S /
PKI. Pemerintah bertekad untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Namun keadaannya sperti itu, pemerintah pada tahun 1947 berhasil melangsungkan Kongres Koperasi I
di Tasikmalaya, Jawa Barat. Kongres koperasi I menghasilkan beberapa keputusan penting, antara lain:

Mendirikan sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI)

Menetapkan gotong royong sebagai asas koperasi

Menetapkan pada tanggal 12 Juli sebagai hari koperasi

Akibat tekanan dari berbagai pihak Agresi Belanda, keputusan Kongres Koperasi I belum dapat
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Namun, pada tanggal 12 Juli 1953, diadakanlah Kongres Koperasi II
di Bandung, yang antara lain mengambil putusan sebagai berikut :
Membentuk Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) sebagai pengganti SOKRI

Menetapkan pendidikan koperasi sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah

Mengangkat Moh. Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia

Segera akan dibuat undang-undang koperasi yang baru

Hambatan-hambatan bagi pertumbuhan koperasi antara lain disebabkan oleh hal-hal berikut :

Kesadaran masyarakat terhadap koperasi yang masih sangat rendah

pengalaman masa lampau mengakibtakan masyarakat tetap merasa curiga terhadap koperasi

Pengetahuan masyarakat mengenai koperasi masih sangat rendah

Untuk melaksanakan program perkoperasian pemerintah mengadakan kebijakan antara lain :

Menggiatkan pembangunan organisasi perekonomian rakyat terutama koperasi

Memperluas pendidikan dan penerangan koperasi

Memberikan kredit kepada kaum produsen, baik di lapangan industri maupun pertanian yang bermodal
kecil

Organisasi perekonomian rakyat terutama koperasi sangat perlu diperbaiki. Cara membantu mereka
adalah mendirikan koperasi di kalangan mereka. Dengan demikian pemerintah dapat menyalurkan
bantuan berupa kredit melalui koperasi tersebut. Untuk menanamkan pengertian dan fungsi koperasi di
kalangan masyarakat diadakan penerangan dan pendidikan kader-kader koperasi.

BAB III

KESIMPULAN

Gerakan Koperasi di dunia, di mulai pada pertengahan abad 18 dan awal abad 19 di Inggris. Lembaga ini
sering disebut dengan “KOPERASI PRAINDUSTRI”. Pada abad ini juga dikenal memunculkan Revolusi
Industri dan munculnya sebuah ideologi yang kemudian begitu menguasai sistem perekonomian dunia.
Kita mengenalnya dengan nama kapitalisme.
Pada masa penjajahan di berlakukan “culturstelsel” yang mengakibatkan penderitaan bagi rakyat,
terutama para petani dan golongan bawah. Peristiwa tersebut menimbulkan gagasan daribseorang Patih
Purwokerto: Raden Ario Wiriaatmadja (1895) untu membantu mengatasi kemelaratan rakyat.
Kegiatannya diawali dengan menolonag pegawai dan orang kecil dengan mendirikan: “Hulpen Spaaren
Laudbouwcredeet”, didirikan juga : rumah-rumah gadai, lumbang desa, dan bank-bank desa.

Pada tahun 1908 lahir perkumpulan “Budi Utomo” didirikan oleh Raden Soetomo yang dalam
programnya memanfaatkan sektor perkoprasian untuk menyejahterakan rakyat miskin, di mulai dengan
koperasi industri kecil dan kerajinan. Ketetapan kongres Budi Utomo di Yogyakarta adalah antara lain:
memperbaiki dan meningkatkan kecerdasan rakyat melalui pendidikan, serta mewujudkan dan
mengembangkan gerakan berkoprasi. Telah didirikan: “ Toko Adil “ sebagai langkah pertama
pembentukan koperasi konsumsi.

Tahun 1915 lahir UU Koperasi yang pertama: “verordening op de Cooperative vereebiguijen” dengan
koperasi Besluit 7 April No. 431 yang bunyinya sama dengan UU bagi rakyat Indonesia, anggaran dasar
koperasi tersebut harus dalam Bahasa Belanda dibuat di hadapan notaris.

DAFTAR PUSTAKA

Partomo Tiktik Sartika. Ekonomi Koperasi, Jakarta: Ghalia Indonesia: 2009

http://rdcdrcrdc.blogspot.com/2011/10/sejarah-koperasi-di-indonesia_01.html

http://www.koperasipengayoman.com/news15_sejarah_koperasi_indonesia.html

http://community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_1893/title_sejarah-koperasi-perkembangan-di-
indonesia//

http://id.wikipedia.org/wiki/Koperasi
http://ksupointer.com/2010/sejarah-lahirnya-koperasi

http://hanggaryudha.wordpress.com/2011/10/03/sejarah-koperasi-di-indonesia/

http://www.koperasipengayoman.com/news15_sejarah_koperasi_indonesia

Anda mungkin juga menyukai