LAPORAN
OLEH:
3. MUSTAKIM 178220092
FAKULTAS PERTANIAN
MEDAN 2020
I PENDAHULUAN
Pada zaman modern ini untuk mendapatkan lowongan kerja sangat sulit walaupun
lulusan dari perguruan tinggi, hal ini dikarenakan banyaknya jumlah mahasiswa perguruan
tinggi yang lulus setiap tahunnya. Data statistik perguruan tinggi pada tahun 2017
menyatakan jumlah mahasiswa lulusan perguruan tinggi se Indonesia pada tahun tersebut
berjumlah 355.017 orang. Dari data tersebut tidak sesuai dengan permintaan kerja dari
perusahaan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu diperlukan sumber daya manusia yang
Perguruan tinggi memiliki peran untuk mendidik dan menciptakan sumber daya
manusia yang memiliki kualitas dan memiliki ilmu yang tinggi. Untuk mendapat ilmu dan
kualitas yang baik tidaklah dengan di perguruan tinggi saja tapi bisa mencari pengalaman ke
luar yang berguna dan mempunyai keuntungan untuk mendapatkan pekerjaan ke depan nya.
Tetapi dari fakta yang di dapat saat ini hanya berjumlah sedikit yang mempunya kriteri
tersebut. Oleh karena itu perguruan tinggi di Indonesia membuat program magang atau
praktek kerja lapangan (PKL) sebagai sarana pembelajaran dan memperkaya diri bagi
mahasiswa terkhususnya program studi agribisnis Universitas Medan Area. Kegiatan ini
Pelaksanaan dalam kegiatan magang yang dilakukan oleh mahasiwa magang adalah
aspek teknis dan aspek manajemen dalam budidaya kelapa sawit. Aspek teknis yang sudah
(TBM), pemeliharan tanaman menghasilkan (TM), produksi dari tanaman kelapa sawit dan
pollinasi. Sedangkan untuk aspek manajemen yang dilakukan adalah kegiatan dalam
Kegiatan yang dilaksanakan mahasiswa berada di Seed Garden PT. ASD-Bakrie Sumatera
Plantation. Waktu kerja setiap harinya adalah sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh
perusahaan, yaitu selama 7 jam dan diwajibkan mengikuti antrian pagi pada pukul 05.30-
06.00 bersama asisten dan mandor. Waktu kegiatan pelaksanaan dimulai pada pukul 06.30-
1. Mampu memberikan pengalaman visual dan pengenalan tentang segala sesuatu yang
2. Dapat membentuk pola pikir mahasiswa dalam melihat suatu masalah dan
memberikan solusinya.
3. Dapat membina kemampuan dan keterampilan mahasiswa secara optimal dalam aspek
4. Dapat mengasah soft skill mahasiswa sehingga mampu bekerjasama dalam tim dan
berkomunikasi.
II SEJARAH PERKEBUNAN ( PERUSAHAAN)
Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari
sektor perkebunan, karena sektor ini memiliki arti yang sangat penting dan menentukan
dalam pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di
Indonesia. Perkembangan perkebunan pada satu sisi dianggap sebagai jembatan yang
finansial yang besar, serta membuka kesempatan ekonomi baru, namun pada sisi yang lain
masyarakat yang lebih luas, sumber penindasan, serta salah satu faktor penting yang
menimbulkan kemiskinan struktural. Bahkan dalam konteks masa lalu ada yang berpendapat
perkebunan itu sendiri. Sejak awal kedatangan bangsa Barat yang mengidentifikasi diri
sebagai pedagang sampai masa-masa ketika Barat identik dengan kekuasaan kolonial dan
pemilik modal, perkebunan menjadi salah satu fakta atau variabel yang tidak bisa diabaikan
2. Awal Perkembangan
Jauh sebelum perkebunan milik para pemodal swasta Barat berkembang pesat di abad
ke-19, usaha perkebunan untuk ekspor sebenarnya telah memiliki sejarah yang panjang di
Indonesia. Perubahan pola perdagangan pasar dunia pada akhir abad ke-15 dan awal abad ke-
16 yang disertai dengan pelayaran orang Barat langsung ke pusat-pusat produksi dan
komoditi yang dihasilkan kepulauan Indonesia. Beberapa komoditi seperti lada, pala,
cengkeh, dan kayu manis yang sebelumnya hanya dikumpulkan dari tanaman liar mulai
dan Banten misalnya, telah melakukan langkah yang sistematis melalui jalur birokrasinya
dalam mengusahakan perkebunan lada pada akhir abad ke-16. Di Banten, pembukaan
perkebunan itu tidak hanya terbatas di tanah-tanah yang tersedia di ujung Barat pulau Jawa
Di dalam usaha itu, para penguasa cenderung bekerja sama dengan orang asing dari
pada dengan interprenur lokal. Hal itu dilakukan untuk menangkal munculnya kelompok
lokal yang mampu menyaingi kekuasaan raja karena keberhasilannya dalam bidang ekonomi.
Salah satu contoh adalah kasus yang terjadi di Aceh pada akhir abad ke-16, ketika Sultan
benda para orang kaya, karena kelompok itu sangat berpengaruh dalam silih bergantinya lima
orang sultan di kerajaan Aceh antara tahun 1571 dan 1589. Sejak saat itu produksi dan
perdagangan lada secara eksklusif semakin didominasi oleh penguasa politik, terutama para
uleebalang yang merupakan penguasa otonom atas wilayah tertentu. Sejak awal abad ke-16,
perkebunan lada yang dikuasai kerajaan Aceh telah mencakup wilayah yang sekarang berada
Kehadiran perusahaan dagang Barat, terutama Inggris dan Belanda pada abad XVII
kepulauan Indonesia, baik sebagai bagian dari aktivitas ekonomi penguasa politik lokal
maupun sebagai bagian dari politik penyerahan wajib yang berhasil ditanamkan oleh
perusahaan dagang Barat, seperti yang terjadi di Ternate, Tidore, dan Ambon. Segera setelah
Inggris menguasai Bengkulu, pesaing utama Belanda itu memulai usaha perkebunan,
terutama lada di wilayah pantai Barat Sumatera. Sementara itu di Palembang, Jambi, dan Siak
yang tidak berada di bawah kekuasaan baik Aceh, Banten maupun perusahaan dagang Barat
Memasuki abad ke-19, sebuah perubahan besar mulai terjadi dalam usaha perkebunan
potensi lahan-lahan yang subur, lahan-lahan yang belum diolah, dan tenaga kerja penduduk
lokal untuk menghasilkan berbagai jenis komoditi ekspor, terutama kopi, tembakau, nila, dan
memanfaatkan secara paksa tanah-tanah desa baik yang belum maupun yang telah diolah oleh
tanah dan tenaga kerja mereka dalam jumlah tertentu untuk menghasilkan berbagai komoditi
ekspor seperti yang telah disebutkan di atas untuk kepentingan negara kolonial.
perkebunan yang dikuasai oleh negara itu. Sistem Tanam Paksa di Jawa yang berbasis pada
desa telah melibatkan pada pejabat lokal dari tingkat bawah sampai bupati bersama-sama
kontroleur sampai residen untuk melakukan kontrol terhadap seluruh aktivitas yang
berlangsung. Di Sumatera Barat para tuanku laras, sebagian penghulu, dan kepala menjadi
bagian penting dari keberhasilan program itu. Di samping para birokrat kolonial, para elite
lokal itu menikmati keuntungan ganda berupa manipulasi terhadap produsen dan imbalan
yang diterima dari penguasa kolonial. Oleh sebab itu tidak mengherankan jika para elite lokal
ini berhasil membangun relasi politis dan ekonomi yang erat dengan kekuasaan kolonial,
yang pada titik tertentu menimbulkan konflik dalam hubungan mereka dengan rakyatnya
sendiri. Sementara itu bagi para elite yang berusaha bersikap netral seperti yang ditunjukkan
oleh banyak penghulu di Sumatera Barat, kondisi ini telah menimbulkan kesulitan bagi para
penghulu yang berusaha melindungi rakyatnya dengan kuatnya tekanan kolonial serta adanya
kenyataan bahwa para penghulu ini juga menikmati keuntungan ekonomis dari pelaksanaan
sistem tanam paksa kopi itu. Pada saat bersamaan ketika berlaku sistem tanam paksa di
tanah-tanah Gubernemen Jawa, sebuah perkembangan perkebunan baru yang melibatkan para
pemodal swasta Barat mulai terjadi di Vorstenlanden atau Tanah Kerajaan di Yogyakarta dan
Surakarta. Berbeda dengan pemahaman selama ini bahwa perkembangan perkebunan besar
milik pemodal swasta Barat baru berlangsung setelah berlakunya undang undang Agraria
1870, penelitian yang dilakukan Vincent Houben menunjukkan bahwa para pemodal swasta
Barat telah menyewa tanah-tanah lungguh milik raja dan para pangeran untuk membuka
perkebunan nila, tembakau, kopi, dan tebu. Sebagai contoh, dari 51.000 ton kopi yang
dihasilkan Jawa pada tahun 1845, 4.413 atau 8,6% berasal dari Vorstenlanden, yang
semuanya dihasilkan oleh kebun-kebun milik pemodal swasta Barat. Bahkan ada bukti yang
sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1816, jauh sebelum diberlakukannya undang-undang
agraria. Biarpun ada larangan terhadap penyewaan tanah lungguh oleh pemerintah Hindia
Belanda pada tahun 1823, sejak tahun 1827 penyewaan itu berlangsung kembali.
pada masa kolonial menjadi semakin besar sejak akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20,
ketika beberapa komoditi baru seperti karet dan teh mulai dikembangkan dan pembukaan
swasta di Jawa Timur dan Sumatera Timur pada akhir abad ke-19 menandai sebuah era baru
dalam usaha perkebunan, tidak hanya bagi daerah sekitarnya melainkan juga di seluruh
wilayah kekuasaan Hindia Belanda selanjutnya. Pengerahan tenaga kerja dari luar daerah,
khususnya tenaga kerja kontrak bagi orang Madura di Jawa Timur dan orang Jawa, Cina, dan
India di Sumatera Timur pada satu sisi masih meneruskan beberapa ciri tradisi perkebunan
yang lama, namun pada sisi yang lain telah menciptakan komunitas perkebunan baru yang
Diilhami oleh tipologi yang dikemukakan oleh Clifford Geertz yang membedakan
historisnya. Pembedaan ini tentu saja tidak terlalu kaku, karena beberapa ciri yang sama juga
terdapat pada tempat yang berbeda. Lingkungan pertama sebagian besar terdapat di Jawa,
mengambil alih secara langsung modal produksi yaitu tanah milik desa atau pribadi dan
tenaga kerja yang seharusnya digunakan oleh produsen untuk berproduksi bagi kepentingan
ekonomi rumah tangga sehari-hari. Proses produksi nila, tembakau, dan tebu menggunakan
tanah yang sama digunakan penduduk untuk menanam bahan makanan, khususnya padi.
Sementara itu, biarpun sebagian lahan perkebunan kopi dan teh menggunakan lahan di
dataran tinggi yang belum diolah, namun di banyak tempat kebun-kebun kopi dan teh milik
perusahan besar swasta menggunakan tegalan penduduk dan membatasi upaya penduduk
untuk membuka tegalan baru seiring dengan pertambahan penduduk dari waktu ke waktu.
dalam usaha perkebunan menjadi sangat intensif. Hampir sebagian besar tenaga kerja
dipenuhi oleh penduduk setempat, kecuali di daerah tertentu yang jarang penduduknya atau
dalam musim tertentu ketika tenaga kerja bebas dari luar juga banyak digunakan. Tenaga
kerja tidak hanya terbatas pada laki-laki dan orang dewasa, dalam kenyataannya proses
produksi juga melibatkan banyak tenaga kerja perempuan dan anak-anak. Tekanan terhadap
ekonomi desa menjadi sangat besar, sehingga proses involusi seperti yang digambarkan
Clifford Geertz terjadi di beberapa tempat. Bahkan kajian yang dilakukan oleh Peter
Kalimantan. Di tempat ini terdapat pemisahan yang tegas antara perkebunan sebagai pusat
produksi komoditi untuk memenuhi kebutuhan pasar dunia dengan lahan penduduk untuk
menanam kebutuhan pangannya. Biarpun secara agronomis lahan yang digunakan untuk
membuka ladang atau huma penduduk sama dengan lahan yang dimanfaatkan untuk
perkebunan, sampai beberapa dekade awal abad ke-20 belum terjadi persaingan antara
kebutuhan lahan perkebunan dengan kebutuhan penduduk menanam padi. Berbeda dengan
daerah baru yang belum menjadi bagian dari sistem produksi masyarakat. Baru pada masa
kemudian ketika terjadi pertumbuhan penduduk yang sangat besar, persoalan lahan ini
muncul. Kebun-kebun tembakau, kopi, dan kemudian karet serta kelapa sawit sebagian besar
dibuka pada hutan-hutan tropis yang belum dihuni oleh penduduk. Sebagian besar tanah itu
merupakan tanah adat, yang diubah statusnya oleh pemerintah kolonial melalui berbagai
peraturan menjadi tanah milik penguasa lokal atau tanah tidak terpakai sebelum dilimpahkan
Kondisi ini menempatkan posisi politis para elite lokal menjadi seolah-olah lebih
penting, dan di beberapa daerah para elite itu bahkan mengalami peningkatan status dari
sekedar “kepala mukim”, “kepala kampung”, atau kepala wilayah menjadi raja atau sultan,
yang menurut konsep state domain berkuasa atas tanah yang ada. Keadaan itu juga
menimbulkan distorsi dalam konteks politik, ketika satuan unit kekuasaan dari para kepala
mukim, kepala kampung, atau kepada wilayah yang mengalami mobilitas sosial semu itu
tiba-tiba dipahami sebagai kerajaan dalam pengertian negara. Padahal secara teoretik
konseptual, kedudukan para elite itu paling tinggi hanya dapat disetarakan dengan bupati.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika tradisi historiografi Indonesia sampai saat ini tidak
bisa membedakan dengan jelas antara konsep chiefdom dengan kingdom dalam membahas
Di Sumatera Timur misalnya, kebutuhan tenaga kerja dipenuhi oleh tenaga kerja
kontrak yang berasal dari Cina, yang pada awal abad ke-20 mencapai 2/3 dari seluruh pekerja
yang ada. Pada akhir dekade pertama abad ke-20, jumlah pekerja kontrak yang berasal dari
Jawa terus meningkat sehingga jumlah pekerja Cina di Sumatera Timur menurun lebih dari
separuh. Peningkatan jumlah kuli kontrak dari Jawa itu juga mulai merubah komposisi buruh
yang bekerja di perkebunan menurut jenis kelamin dan komposisi umur, yang menunjukkan
semakin banyaknya pekerja wanita dan kemudian anak-anak. Selain melalui sistem kontrak,
kebutuhan tenaga kerja untuk perkebunan di beberapa tempat seperti Jambi, Palembang,
Bengkulu, dan Lampung dipenuhi melalui program kolonisasi. Berbeda dengan prinsip
dasarnya yang direncanakan untuk pengembangan pertanian pangan, sebagian besar dari
orang yang dipindahkan dari daerah miskin dan bencana di Jawa itu ternyata lebih banyak
Sebuah kajian yang paling akhir tentang perkebunan pada masa kolonial
menunjukkan telah terjadi peningkatan kualitas non fisik seperti kesehatan dan perlakukan
kasar para mandor dan tuan kebun yang semakin berkurang, namun pendapatan riil para
pekerja di Sumatera Timur tidak mengalami perubahan yang berarti sejak awal pembukaan
perkebunan sampai tahun 1920. Sampai tahun 1910 sebagai contoh, setiap pekerja laki-laki
Jawa menerima 30 sen per hari, dan jumlah ini meningkat 60% pada tahun 1920. Kenaikan
ini tidak ada artinya jika dibandingkan dengan kenaikan biaya hidup, khususnya kenaikan
harga beras yang juga mencapai 60%. Selain itu biarpun angka kematian pekerja turun pada
kenyataannya fluktuasi angka kematian ini tetap menunjukkan kecenderungan yang tinggi
mencapai 20 per 2.000 orang, seperti yang terjadi sepanjang dekade kedua abad ke-20.
Gambaran yang serupa juga terdapat di berbagai perkebunan besar lain milik pemodal swasta
Gambaran yang agak berbeda tentang perkebunan akan didapat jika komunitas
perkebunan dilihat sebagai sebuah totalitas. Perkebunan tidak hanya berisi para pekerja yang
menderita melainkan juga pekerja yang menikmati keuntungan finansial yang sangat besar
dari hasil perkebunan itu. Ketika banyak pekerja yang diberhentikan, perusahaan merugi, dan
para pemegang saham tidak menerima deviden pada masa depresi ekonomi tahun 1930-an,
sebagian pekerja perkebunan yang berada pada tingkat tertentu masih menikmati tantiem
dalam jumlah yang sangat besar dibandingkan dengan rata-rata penghasilan penduduk dan
pegawai pemerintah atau swasta umumnya. Ironisnya, warisan kolonial ini ternyata tidak
hilang ketika Indonesia mencapai kemerdekaan, dan perkebunan tidak lagi dikelola oleh
orang asing.
menguntungkan para elite perkebunan terus dipertahankan. Dalam konteks ini, kemerdekaan
dan ketimpangan yang telah menjadi ciri komunitas perkebunan pada masa-masa
sebelumnya. Bagi sebagian besar komunitas perkebunan, kemerdekaan hanya sebuah jargon
politik yang tidak pernah menjadi bagian dari realitas kehidupan mereka sehari-hari. Seperti
pada masa-masa sebelumnya, akses mereka terhadap tanah juga terbatas, kalau tidak mau
disebut tertutup. Oleh karena itu tidak mengherankan jika konflik pertanahan tetap
dan bahkan dalam beberapa hal menjadi lebih buruk. Sistem jaluran yang dipraktekkan di
perkebunan Sumatera Timur pada masa kolonial yang memungkinkan adanya akses terbatas
terhadap tanah bagi para buruh sebagai contoh, ternyata tidak berlanjut dengan reformasi
agraria yang memberi pengakuan hak atas tanah kepada para penggarapnya ketika Indonesia
menjadi sebuah negara merdeka. Bahkan beberapa bukti menunjukkan akses para buruh
terhadap tanah menjadi semakin terbatas, dan bahkan hilang sama sekali ketika terjadi
Indonesianisasi terhadap perkebunan. Di tempat lain, lahan masyarakat yang telah mengambil
alih pengelolaan lahan perkebunan pada masa Jepang dan awal kemerdekaan, terpaksa harus
kecewa atau berada pada ketidakpastian secara terus menerus ketika harus berhadapan
dengan pengelola baru yang dianggap resmi oleh pemerintah setelah kebijakan nasionalisasi
Hal itu menunjukkan dua lingkungan di atas tidak hanya telah membentuk sebuah
struktur melainkan juga sebuah kultur komunitas perkebunan pada masa yang secara politik
berbeda itu. Hampir sama dengan cerita tentang masyarakat miskin perkotaan di Amerika
Latin yang telah terjerat oleh culture of poverty seperti yang dikemukakan oleh Oscar Lewis,
secara historis komunitas perkebunan di Indonesia juga telah menciptakan struktur sekaligus
kultur perkebunan yang sangat sulit untuk diubah. Baik para pekerja kuli maupun pekerja
mandor dan pekerja menejer telah terjerat dalam sebuah lingkaran setan atau tejebak di dalam
kotak Pandora, yang mereka sendiri tidak tahu atau pura-pura tidak tahu pangkal dan ujung
serta cara mencari jalan keluarnya. Jikalau terjadi perubahan, maka perubahan itu tidak
terjadi secara struktural melainkan hanya parsial dan tidak berkelanjutan. Mereka yang
tertindas saat ini harus menghadapi kenyataan historis bahwa nenek buyut mereka dulu juga
tertindas biarpun para penindas saat kemudian ternyata bukan keturunan para penindas
dahulu.
Perkebunan sebagai sebuah komunitas tetap hidup dalam realitas yang sama ketika
komunitas lain telah berhasil memutuskan identitas mereka dari masa lalu yang tidak
menyenangkan itu. Persoalannya tidak lagi dapat dijelaskan dalam konteks ekploitasi
kapitalis terhadap proletar melainkan produk dari upaya untuk membangun hegemoni
kultural dan memanfaatkannya untuk kepentingan ekonomis yang tidak mengenal batas
kelas, aliran atau konsep-konsep lain yang setara. Interelasi yang melibatkan banyak variabel
telah menghasilkan orang tertindas dan penindas yang hampir-hampir permanen tanpa
sebagai bidang utama yang menopang perekonomian Hindia Belanda. Sistem perkebunan
merupakan bagian dari sistem perekonomian pertanian komersial dan kapitalistik. Sistem
perkebunan diwujudkan dengan bentuk usaha pertanian skala besar dan kompleks, bersifat
padat modal (Capital Intensive), penggunaan areal pertanahan luas, organisasi tenaga kerja
yang besar, pembagian kerja rinci, penggunaan tenaga kerja upahan (Wage Labour), struktur
hubungan kerja yang rapih, dan penggunaan teknologi modern, spesialisasi, sistem
administrasi dan birokrasi, serta penanaman tanaman komersial (Commercial Crops) yang
ditujukan untuk komoditi ekspor di pasaran dunia. Sistem perkebunan pada masa ini dikenal
sebagai program Cultuurstesel atau lebih dikenal dengan sistem tanam paksa yang diprakarsai
menimbulkan kecaman dari berbagai pihak, terutama para penganut paham liberal. Sistem ini
merupakan istilah resmi pengganti cara produksi yang tradisional dengan cara produksi yang
rasional. Sejalan dengan hal ini, kaum Borjuis Belanda yang mempunyai modal lebih,
menuntut digantikannya sistem monopoli pemerintah dan sistem kerja paksa dengan sistem
persaingan bebas menurut konsepsi kapitalisme liberal yang saat itu sedang berkembang di
Wet) pada 9 April 1870. Undang-Undang Agraria pada dasarnya berisi dua pokok, yaitu
diberlakukan untuk kepentingan kapital kolonial, yang kemudian menjadi landasan hubungan
kepemilikan dan hubungan kerja di perkebunan dan agraria (Sekolah Tinggi Pertahanan
untuk menguasai ratusan hektar tanah dan menciptakan kondisi bagi akumulasi kapital
Sejak meluasnya penanaman modal asing pada abad ke-19 di bidang perkebunan,
sebagian besar wilayahnya dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan. Para pengusaha
pabrik gula menyewa sawah dan mempekerjakan petani pemiliknya. Pengelolaan perkebunan
dan pabrik diatur sedemikian rupa sehingga hanya menguntungkan satu subkelas kecil saja
yaitu pengusaha dan pemilik modal, sehingga keadaan ini merupakan sumber konflik
(LP3ES, 1986). Pemerintah termasuk para pangreh praja bumiputra kurang memperhatikan
petani serta buruh dari kemiskinan dan penindasan tetapi justru cenderung melayani dan
Daerah Surakarta dan Yogyakarta (Vorstenlanden) dahulu berlaku suatu hukum yang
menyatakan bahwa semua tanah adalah milik raja. Rakyat hanya sekedar memakai (Jawa :
Anggaduh) di mana mereka wajib menyerahkan sebagian (1/2 atau 1/3) hasil tanahnya di
samping menyerahkan tenaganya tanpa bayaran (rodi) satu hari dalam seminggu (52 hari
dalam setahun). Peraturan didaerah Vorstenlanden ini dikenal sebagai Apanage Stelsel. Raja
permasalahan yang mengakibatkan banyak penderitaan rakyat, maka apanage stelsel dan
perubahan hukum tanah (Agrarische Reorganisatie). Tanah yang semula dinyatakan milik
raja kemudian dinyatakan menjadi milik kerajaan. Kepada rakyat diberikan hak untuk
memakai tanah secara turun-temurun dan mereka tidak lagi terkena kewajiban hereendienst
kepada onderneming, namun bagi para pengusaha onderneming reorganisasi agraria ini
dirasakan sebagai ancaman bagi usahanya yang selama ini hidup dari cara sewa landhuur.
Untuk menghindari bahaya tersebut maka dikeluarkan semacam aturan peralihan sebagai UU
sewa baru yaitu Vorstenlands Grondhuur Reglement (VGR) pada tahun 1918. Glebagan
stelsel mulai diperkenalkan sejak adanya aturan sewa jangka panjang (21,5 tahun). Diatas
tanah tersebut tebu ditanam secara bergiliran dengan tanaman pangan (Sistem Glebagan).
Dalam sistem glebagan, tanah sawah desa dibagi dalam 3 bagian (Geblag). Umur tebu adalah
sekitar 15 bulan, sehingga satu siklus berlangsung selama 3 tahun atau jangka waktu sewa
21,5 tahun terdiri dari tujuh siklus (Arsip Pakualaman, bundel 2007). Berlakukannya sistem
ini membuat lahan sawah yang ditanami padi menyempit sehingga produksi beras juga
menurun.
Pada masa perang dunia I harga barang-barang kebutuhan hidup naik. Setelah perang
dunia I berakhir, tempat pemasaran gula dari Indonesia semakin luas. Hal ini membuat
keuntungan pengusaha pabrik gula meningkat. Akan tetapi, para pengusaha tidak menaikkan
upah buruhnya (Tiara Wacana, 1995). Akibatnya konflik antara buruh dan petani melawan
musim yang tepat dan merawat semua tanaman sampai musim panen tiba (Komunitas
Bambu, 2012). Buruh yang menjual tenaga kerjanya untuk mendapat upah, muncul pada
dekade-dekade terakhir abad ke-19, terutama di perkebunan swasta yang berkembang di Jawa
dan Sumatra. Penetrasi kapitalisme dalam wilayah pedesaan ditunjukkan dengan hadirnya
para petani yang tidak memiliki tanah dan bekerja pada tanah-tanah sewaan untuk mendapat
upah. Sementara itu, di kota- kota besar seiring dengan perkembangan teknologi yang
pegawai kantor, dan sebagainya. Munculnya buruh upah ini tidak seketika menghadirkan
gerakan buruh yang terorganisir dan modern. Perubahan cara pandang, terbitnya surat kabar,
dan pendidikan, menjadi elemen-elemen penting yang membawa perubahan pada abad XX.
menjadi pemimpin atau penggerak sejumlah organisasi modern, seperti: Budi Utomo, Sarekat
Islam, dan sebagainya. Sebaliknya, gerakan buruh pada awalnya digerakkan oleh orang-orang
Belanda. Pada masa itu di Eropa gerakan buruh sudah dikenal secara luas dalam masyarakat
memperjuangkan hak-hak buruh, sehingga bukan hal yang aneh lagi jika timbulnya gerakan
Mogok kerja dalam bahasa inggris yaitu struck, sedangkan buruh yaitu labor.
Pemogokan buruh adalah suatu bentuk usaha untuk mendesak para pengusaha untuk bersedia
berunding tentang perbaikan kondisi kerja dan pembagian keuntungan yang adil (Bambang
Sulistyo, op.cit). Bagi penduduk bumi putra, perusahaan perkebunan yang sebagian besar
adalah perkebunan tebu merupakan sebab dari timbulnya penderitaan dan kesengsaraan.
Sejarah pergerakan buruh di Indonesia dapat ditelusuri sejak zaman Hindia-Belanda yaitu
tepatnya ketika muncul kesadaran para tokoh nasional seperti Tjokroaminoto, Suryopranoto,
Semoaen, Alimin dari SI (Sarekat Islam) akan sistem kapitalisme, dimana kaum pemodal
tidak akan berdaya tanpa buruh sebagai alat untuk memperoleh keuntungannya.
Tjokroaminoto dalam pidatonya pada kongres CSI (Centraal Sarekat Islam) di Batavia tahun
gula paling banyak terjadi di masa pemerintahan kolonial. buruh pabrik gula menjadi
pembahasan yang dominan adalah karena pada abad ke-19 dan 20 M, industri gula
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini didukung oleh UU Gula (Suikeer Wet)
dan UU.Agraria (Agrarisch Wet) yang memperbolehkan pengusaha swasta ikut dalam proses
eksploitasi Hindia-Belanda (Liberalisasi Ekonomi). Dalam hal ini pabrik gula banyak
menyerap tenaga kerja dari pemilik sawah dan merubahnya menjadi buruh perkebunan tebu
(Jan Breman, op.cit). Pada awal abad ke-20 terjadi pemogokan buruh di pabrik gula Tanjung
Tirto di Yogyakarta tepatnya pada Agustus 1918-1920. Skripsi ini berusaha meneliti
Garden” dimulai dirintis oleh PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk (BSP) sejak tahun 2005
sejalan dengan adanya komitmen perusahaan untuk melaksanakan usaha memproduksi benih
Menurut Direktur Utama PT. BSP, M. Iqbal Zainuddin, berdasarkan Izin Persetujuan
Prinsip Pembangunan Kebun Induk Kelapa Sawit No. 264/HK.300/E2.1/07/2005, PT. BSP
telah membangun kebun induk kelapa sawit Dura seluas 276 hektar dan 287 hektar DP Test
kelompok usaha BSP Group. Bakrie Seed Garden dalam hal ini telah mengantongi izin dari
Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian untuk memanfaatkan bibit atau benih yang
diproduksi di lingkup internal kebun-kebun sawit BSP. “Bakrie Seed Garden ini diharapkan
sudah bisa memasarkan secara luas benih unggul kelapa sawit paling lambat akhir tahun 2014
Bakrie Seed Garden sendiri dikelola oleh perusahaan patungan PT. ASD-Bakrie Oil
Palm Seed Indonesia yang didirikan oleh BSP dan ASD Costa Rica. Melalui kerjasama ini,
semua perusahaan di Indonesia yang nantinya membutuhkan pasokan kecambah ASD Costa
Aspek manajemen dan organisasi merupakan gambaran secara sistematis yang cukup
penting dianalisis untuk kelayakan suatu usaha. Untuk keperluan studi kelayakan bisnis yang
kerja sama organisasi-organisasi yang terdapat dalam rangka usaha untuk mencapai tujuan.
Struktur organisasi juga merupakan kerangka pembagian tanggung jawab dan fungsional
kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan
dan agar perusahaan dapat berjalan kearah tujuan yang diinginkan dan merupakan wadah dari
jawab terhadap masing-masing bagian dalam perusahaan yang disusun dengan pertimbangan
yang sempurna dengan menempatkan dan menetapkan orang-orang pada setiap unit
perusahaan yang harus disusun dengan pengetahuan dan keterampilan atau keahlian yang
Secara sederhana struktur organisasi menyatakan alat dan cara mengatur sumber daya
manusia (SDM) bagi kegiatan-kegiatan ke arah pencapaian tujuan. Oleh karena itu, struktur
organisasi perlu dirancang sedemikian rupa, sehingga SDM yang tersedia dapat dimanfaatkan
sebaik-baiknya sekaligus sebagai sarana pengendalian melalui bagian-bagian yang ada dalam
pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi
dibatasi. Struktur organisasi juga merupakan alat untuk membantu manajemen dalam
mencapai tujuannya. Struktur organisasi dapat memiliki pengaruh yang besar pada
anggotanya. Pengaruh struktur organisasi terhadap kepuasan dan kinerja karyawan mengarah
pada suatu kesimpulan yang sangat jelas. Struktur organisasi menjelaskan bagaimana tugas
kerja akan dibagi, dikelompokkan dan dikoordinasikan secara formal. Hubungan diantara
kedudukan tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Untuk mendapatkan
suatu organisasi yang baik, terlebih dahulu harus diterapkan sebuah kerangka kerja antar
bagian yang saling berhubungan dengan bagian lainnya dan setiap bagian harus mampu
mempertanggung jawabkan hasil kerja bagiannya. adapun struktur Organisasi PT. ASD
Bakrie Oil Palm Seed indonesia-Seed Processing Unit Dimana penulis melakukan penelitian
Manager SPU memiliki tugas untuk mengatur dan menggorganiasikan seluruh sumber
daya manusia (SDM) SPU agar mencapai tujuan yang telah direncanakan oleh manajemen
Staff administrasi dan keuangan bertugas untuk memastikan bahwa seluruh proses
administasi SPU yang berhubungan dengan keuangan berjalan sesuai standar operasional
(SOP) perusahaan.
3. Wet Part Officer and Dry Part Officer (Staff Wet Area dan Staff Dry Ar)
Bertugas untuk memastikan bahwa pemrosesan benih sawit berjalan baik di lapangan
baik khususnya wet area dan dry area dan memastikan agar jalannya proses harus
Suvervisor Wet Area bertugas untuk mengawasi pekerja yang bekerja di wet area.
Suvervisor Dry Area bertugas untuk mengawasi pekerja yang bekerja di Dry area.
6. Quality Assurance
Bertugas untuk membantu HRD PT. ASD-Bakrie untuk mengurus urusan ke HRD an
7. General Affair
Bertugas untuk mengurus masalah surat yang masuk dan keluar dari SPU.
8. Cashier (Kasir)
Kerani Gudang bertugas untuk mengatur inventori SPU baik permintaan dan
Aspek sosial budaya adalah segala sesuatu yang di ciptakan oleh manusia dengan
pemikiran dan akal budinya serta hati nuraninya dalan kehidupan bermasyarakat serta aspek
tersebut telah melekat dalam diri manusia. Ada 4 aspek yang termasuk sosial budaya dalam
2. Tujuan komunikasi.
3. Peserta komunikasi, yang meliputi status sosial, pendidikan, usia, dan jenis
kelaminnya
4. Hubungan peran dan hubungan sosial di antara pekerja / karyawan, termasuk relasi,
Faktor sosial dan budaya berdampak besar pada semua produk, jasa dan pelanggan.
Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan adalah kepercayaan, nilai, sikap,
berkembang dari pengaruh budaya, ekologi, demografi, agama, pendidikan, dan etnik.
dan akhirnya berpengaruh pada struktur organisasi perusahaan dan proses internal yang ada
dalam perusahaan itu sendiri. Lingkungan eksternal perusahaan secara umum dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu, lingkungan eksternal jauh (external remote
manajemen perusahaan akan dapat menemukan peluang dan hambatan dan dapat disusun
1. Aspek Lingkungan
Lingkungan tempat bisnis pembibitan benih / kecamba kelapa sawit akan dijalankan
harus dianalisis dengan cermat. Hal ini disebabkan lingkungan disatu sisi dapat menjadi
peluang dari bsisnis yang akan dijalankan, namun disisi lain lingkungan juga dapat menjadi
lingkungan, baik lingkungan masyarakat maupun lingkungan ekologi tempat bisnis yang
akan dijalankan. Suatu bisnis dapat menimbulkan berbagai aktivitas sehinggga menimbulkan
dampak bagi lingkungan disekitar lokasi bisnis. Perubahan kehidupan masyarakat sebagai
akibat dari adanya aktivitas bisnis dapat berupa semakin ramainya lokasi disekitar lokasi
2. Tujuan
sesuai dengan ide bisnis pembibitan benih kelapa sawit yang akan dijalankan dan apakah
manfaat bisnis bagi lingkungan lebih besar dibandingkan dampak negatifnya?’. Suatu ide
bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek lingkungan sesuai dengan kebutuhan ide bisnis
dan ide bisnis tersebut mampu memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dampak
negatifnya di wilayah tersebut. Aspek lingkungan dalam studi kelayakan bertujuan untuk:
2. Lingkungan pesaing pesaing adalah perusahaan dalam industri yang sama dan
menjual produk, baik berupa barang atau jasa, kepada pelanggan. Pesaing sangat
profil persaingan.
analisis reaktif dan proaktif. Analisis reaktif adalah analisis masalah pelanggan
penting dalam bidang keuangan, dan semakin penting jika sebagian besar
pembangunan, rahabilitasi atau pengembangan proyek Seed Garden ASD Bakrie. Kajian
3. Teknis Pembititan, kualitas bibit kelapa sawit berikut varian bibit kelapa sawit.
5. Teknis Penanaman.
7. Mekanisme Pemanenan.
8. Teknis Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan.
perkebunan. Yang meliputi beberapa divisi dan ada banyak kegiatan setiap divisi masing-
masing. Ini adalah beberapa kegiatan setiap divisi nya yaitu sebagai berikut:
Bibit kelapa sawit harus memiliki pertumbuhan normal: bibit abnormal harus diafkir,
serta tidak menunjukkan gejala terserang hama penyakit. Untuk memperoleh bibit yang
memenuhi kriteria tersebut perlu dilakukan penanaman, pemeliharaan dan seleksi bibit secara
benar. Pemeliharaan bibit dn seleksi bibit dilakukan baik di pembibitan pendahuluan (pre
nursery) dan pembibitan utama (main nursery). Pemeliharaan tersebut meliputi penyiraman
rutin, pengendalian gulma di dalam polybag dan di gawangan, pengendalian hama penyakit
1. Pre Nursery
Pre nursery merupakan pembibitan awal dilakukan selama kurang lebih 3 bulan, pada
pembibitan awal kecambah ditanam pada kantong plastik berukuran 14 x 22 cm dengan tebal
0,10 mm, kantong plastik dilubangi keliling untuk perembesan kelebihan air pada waktu
penyiraman bibit. Tanah untuk mengisi kantong plastik harus digemburkan dahulu, setelah
kantong plastik diis, kantong plastik disusun pada bedengan dengan ukuran lebar 160 cm dan
panjang disesuaikan dengan keadaan tanah. Jarak antar bedengan 80 cm berfungsi untuk jalan
pemeliharaan, pengawasan, dan pembuangan air yang an saat penyiraman atau waktu hujan .
Pada tahap pre nursery, naungan atau pelindung bisa berupa pohon hidup atau
naungan yang terbuat dari daun kelapa sawit. Naungan ini dipertahankan sampai kecambah
berdaun 2-3 helai. Selama 3 bulan di pre nursery jenis pupuk yang biasa digunakan adalah
sumicoat dengan dosisi yang digunakan 5 gr satu kali pemakaiaan. Dalam 3 bulan kemudian
2. Main Nursery
Pembibitan utama (Main Nursery) merupakan tahap kedua dari sistem pembibitan
double stage yang berlangsung 6-9 bulan. Main nursery merupakan kegiatan
transplanting/pemindahan bibit dari pre nursery ke main nursery (Pahan 2006). Dilakukan
ketika bibit sudah berusia 3-4 bulan atau ketika bibit sudah memiliki 4-5 helai daun.
Main nursery ini perlu menyediakan tempat tanamnya berupa polybag, yakni kantong
plastik berwarna hitam dengan ukuran lebar 37-40 cm, panjang 50 cm, dan tebal 0,02 cm.
Jarak tanam berukuran 90cmx90cmx 90cm dengan estimasi satu hektar ditempatkan 10.000-
12.000 bibit. Media tanam yang digunakan pada main nursery adalah top soil yang memiliki
struktur remah dan gembur. Polybag di isi dengan media tanam hingga penuh dan padat.
Pemindahan tanaman dari pre nursery ke main nursery dengan cara membuat lubang di
polybag seukuran dengan diameter polybag pre nursery. Kemudian sobek polybag pre
nursery menggunakan pisau secara hati-hati dari bawah ke atas agar mudah dilepas dan
1. Penentuan Lokasi
Lokasi sebaiknya dekat atau berada di pinggir jalan besar, agar pengangkutan
bibit dan pengawasannya lebih mudah. Lokasi harus bebas genangan atau banjir dan dekat
dengan sumber air untuk penyiraman. Debit dan mutu air yang tersedia harus baik. Areal
pembibitan sebisa mungkin rata atau memiliki kemiringan maksimum 5%, tempat terbuka
atau tanah lapang dan lapisan tahah topsoil cukup tebal. Letak lokasi main nursery dekat
dengan area yang ditanam dan harus jauh dari sumber hama dan penyakit.
2. Jaringan Irigasi
main nursery. Alat dan bahan untuk sistem penyiraman harus sudah terpasang dan siap pakai
1. Secara manual, air dihisap dari sungai menggunakan pompa air dan di alirkan
4. Setiap pipa distribusi memiliki 8-9 sprinkler yang berjarak 9-18 meter.
berdaya pancar 45 psi. kekuatan pompa 18-20 horse power untuk 8 hektar
pembibitan.
3. Penyiapan Polibag
Polibag yang digunakan sebaiknya berwarna hitam (100% carbon black) dengan
panjang 42 cm, lebar 33 cm atau berdiameter 23 cm, dan tebal 0,15 cm. polibag diberi lubang
berdiameter 0,5 cm sebanyak dua baris. Jarak antarlubang 7,5 x 7,5 cm. Media tanam bibit
menggunakan topsoil yang memiliki struktur remah atau gembur. Jika terpaksa, gunakan
topsoil yang berupa tanah liat. Namun, media tersebut perlu dicampur dengan pasir kasar
dengan perbandingan 3:2. Polibag diisi media tanam hingga penuh (sekitar 16 kg), lalu
hentakkan tiga kali agar media tanam memadat. Pengisian polibag harus selesai dikerjakan
4. Penanaman
Sehari sebelum penanaman, media tanam dalam polibag harus disiram. Bibit di
pindahkan dari pre nursery setelah berdaun 2-3 helai dan berumur maksimum tiga bulan.
Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang di polibag seukuran dengan diameter
babybag. Sayat babybag menggunakan pisau secara hati-hati dari bawah ke atas agar mudah
dilepas dan media tidak sampai terikut. Masukkan bibit beserta tanahnya ke dalam lubang,
lalu atur agar posisinya tegak seperti semula. Tekan tanah disekeliling lubang agar lebih
padat merata. Jika dirasa kurang, tambahkan tanah hingga sedikit melewati leher akar. Bagian
atas polibag yang tidak diisi tanah setinggi 2-3 cm. Bagian ini memungkinkan sebagai tempat
meletakkan pupuk, air, atau mulsa. Naungan sudah tidak diperlukan lagi di main nursery.
Penyiraman di lakukan setiap hari secara teratur dengan jumlah yang cukup. Jika
musim kemarau, siram bibit dua kali sehari, yakni pada pagi dan sore hari. Kebutuhan air
penyiramann sebanyak 2 liter air/bibit/hari. Permukaan tanah harus ditutup dengan serasa
organik (Mulsa) untuk menghindari pemadatan permukaan tanah, mencegah penguapan air,
dan mengatur kelembapan tanah pada musim kemarau. Penyiangan dilakukan dengan
mencabut gulma yang tumbuh dalam polibag, sekaligus menggemburkan tanah dengan cara
secara clean weeding, yakni menggunakan garuk. Rotasi penyiangan 20-30 hari, tergantung
6. Perawatan
adalah :
1. Penyiraman
Bibit disiram dua kali sehari, yakni pada pagi dan sore hari. Jika curah hujan
2. Pengendalian gulma
Pengendalian gulma adalah salah satu kegiatan intensif yang harus
hara, air, cahaya, dan ruang tumbuh seta memperbanyak populasi hama dan
dapat mencapai 20-80% bila gulma tidak dikendalikan . selain itu, keberadaan
teknis, fisis, biologis, kimia dan terpadu. Tetapi yang paling umum di lakukan
3. Pemberian mulsa
Pemberian mulsa di lakukan dengan meletakkan sisa tanaman atau
cangkang kelapa sawit di sekeliling bibit setelah bibit berumur dua bulan
dengan ketebalan 1 – 2 cm
4. Pemupukan
1. Penyemprotan
Pada tanaman kelapa sawit terdapat beberapa hama yang dapat merugikan tanaman
kelapa sawit dan bahkan dapat menurunkan produktivitas dari lahan tanaman kelapa sawit
tersebut. Hama – hama pada tanaman kelapa sawit seperti tungau, ulat api, nematoda,
Hama ini menyerang tanaman kelapa sawit pada beberapa bagian tanaman kelapa sawit
Alat dan mesin yang dapat digunakan untuk pemberantasan dan menghalangi hama
dapat berkembang biak seperti sprayer tipe plasido SP 425. Sprayer menjadi salah satu alat
yang akan digunakan. Sebenarnya pemberantasan hama pada tanaman kelapa sawit bukan
hanya dapat di lakukan dengan alat pertanian tetapi juga dapat dilakukan secara biologis
2. Pemupukan
Dalam proses pemupukan kelapa sawit, terdapat dua metode yang di pakai di
perkebunan, yaitu metode tebar dan benam. Sebelum memilih salah satu dari kedua metode
tersebut, sebaiknya lakukan riset terlebih dahulu, seperti keadaan lingkungan dan lainnya.
Sebab, jika salah dalam memilih metode pemupukan, dikhawatirkan hasil panen yang akan
Metode tebar jika anda memilih pemupukan dengan metode tebar, maka anda
sebaiknya menebarkan pupuk pada pinggir piringan, atau pada jarak 0,5 meter dari tanaman
muda dan 1-2,4 meter dari tanaman tua. Dalam metode pemupukan tanaman kelapa sawit
menggunakan jenis pupuk ZA. Pupuk ZA mengandung belerang dan nitrogen. Kandungan nit
rogennya hanya separuh dari urea, sehingga biasanya pemberiannya dimaksudkan sebagai
sumber pemasok hara belerang pada tanah-tanah yang miskin unsur ini.
3. Circle (Piringan)
Piringan adalah pekerjaan membasmi dan membersih rumput (Gulma) yang tumbuh
di piringan pokok termasuk tunggul dan kayu (Risza,2010). Piringan dilakukan di sekitar
lahan tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai tempat untuk menyebarkan pupuk agar efisien
diserap tanaman. Selain itu, piringan juga merupakan daerah jatuhnya buah kelapa sawit.
Karena itu, kondisi piringan senantiasa bersih dari gangguan gulma. Piringan merupakan
daerah yang berada di sekitar pokok kelapa sawit yang berbentuk lingkaran dengan diameter
sawit menghasilkan. Selain bahan tanaman danpemeliharaan tanaman, panen juga salah satu
faktor yang penting dalam pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit. Pengelolaan
tanaman yang sudah baku (Standar) dan potensi produksi di pohon tinggi, tidak ada artinya
jika panen tidak dilaksanakan secara optimal. Hasil panen langsung menjadi sumber
pemasukan uang bagi perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit dan inti kelapa
sawit.
Tujuan panen adalah untuk memanen seluruh buah yang sudah matang panen dengan
mutu yang baik secara konsisten sehingga diperoleh produksi crude palm oil (CPO) per
hektar yang tinggi dan mutu minyak dan inti sawit yang maksimal. Untuk mendapatkan
ekstraksi dan mutu minyak yang tinggi sangat di tentukan oleh mutu TBS dan mutu pekerjaan
panen/potong buah. Oleh karena itu pelaksanaan pemanenan tidak boleh di lakukan secara
sembarangan. Di samping itu perlu menyediakan tenaga pemanen dan alat-alat panen dalam
jumlah yang cukup, agar produksi dapat optimal. Proses pemanenan kelapa sawit meliputi
pekerjaan memotong tandan buah matang, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah dan
1. Kenali tandan yang telah masak siap panen berdasarkan banyaknya buah rontok
yang berserakan di semak sekitar pohon sawit atau yang tersangkut di pangkal
daun sawit di batang pohon. Dengan hanya melihat warna tandan bukanlah cara
yang tepat untuk memulai proses panen pada pohon sawit berukuran tinggi,
karena tandannya mungkin terlihat merah namun mereka bisa jadi belum masak
benar. Tandan sawit hanya boleh dipanen jika terdapat paling tidak satu
brondolan di tanah atau yang tersangkut di pangkal daun di batang pohon sawit
dewasa (Standar Kematangan Minimum). Jika tandan tampak masak namun tidak
Jika memang ada satu atau beberapa buah yang rontok, maka bisa diyakini bahwa
minimum’ dari satu atau beberapa buah rontok ini akan membantu mencegah
pengurangan harga jual di pabrik yang dibebankan untuk tandan buah yang belum
masak atau masih mentah. Catatan: Saat melakukan panen hanya dua kali dalam
sebulan, maka standar kematangan minimum akan terlewati dengan hasil tandan
yang terlalu masak. Dengan begitu akan lebih baik jika melakukan panen
2. Panen tandan dimulai dari memotong daun sawit menggunakan urutan praktis
berikut: Sawit yang berumur lebih dari 6 tahun terhitung sejak ditanam: potong
daun sawit yang berada di bawah tandan, sehingga tandannya lebih terlihat dan
mudah untuk dipanen; Sawit yang berumur kurang dari 6 tahun terhitung sejak
3. Potong pelepah sawit menjadi dua bagian. Tempatkan bagian bawah pelepah
yang kuat dan tebal di belakang pohon, di gawangan mati diantara baris pohon,
dan tempatkan bagian batang pelepah yang tipis diantara pohon satu dengan
melakukan proses panen pada 1 atau dua baris sawit. Pastikan semua brondolan
hari.
3. Pindahkan tandan buah segar dan buah rontok yang telah dikumpulkan ke
4. Tumpuk tandan buah segar dalam beberapa baris. Tumpukan ini harus
6. Kondisional : tandai tandan buah segar pada ujung potongan tangkai tandan
lahan. Setiap tandan harus ditandai, juga pada karung pupuk yang berisi
brondolan.
5. Menanam Mucuna
(Perrenial) yang digunakan sebagai penutup tanah pada lahan budidaya, yang juga disebut
leguminosae cover crop (LCC) yang banyak digunakan oleh petani di kebun sawit dan
Seperti yang diketahui tanaman kacang kacangan ini merupakan tanaman yang paling
ideal utuk dijadikan sebagai tanaman penutup tanah khusunya di wilayah perkebunan sawit.
Hal ini dikarenakan selain membantu menekan pertubuhan gulma ada keunggulan tanaman
kacang di bandingkan tanaman penutup tanah yang lainnya yaitu kemampuannya dalam
1. Benih.
Lukai kulit benih dengan pemotong kuku pada bagian testa agar cotyledon
kelihatan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah absorbsi air dan juga
2. Cara Kerja
1. Isi polibag dengan media tanam yang terdiri dari campuran 2 bagian tanah dan
2. Tanam 1 benih per polibag dengan hilum pada bagian bawah dengan kedala-
man +/- 0,5 cm. Benih yang di tanam adalah benih yang bagus dan sedang.
setiap hari untuk menjaga kelembaban tanah. Di pastikan agar kelebihan air
4. Bedengan bibitan di beri alas plastik supaya akar tidak tembus kedalam tanah
diluar polibag.
3. Penanaman
sawit.
2. Penanaman mucuna bracteata (MB) di lakukan pada baris tanaman kelapa
sawit dengan 2 bibit antar tanaman kelapa sawit. Jarak tanam dari pokok
kelapa sawit adalah 4 meter dan jarak antar bibit mucuna bracteata 1 meter.
sawit dengan jarak 30 cm dari titik tanam sebanyak 2 jalur per baris tanaman
AKP adalah angka yang menunjukkan potensi rata-rata buah matang/pohon yang
terdapat dalam satu luas areal panen. Field yang akan di panen terlebih dahulu di hitung
AKP-nya satu hari sebelum pemanenan. Untuk mengetahui berapa jumlah produksi yang
akan di panen pada esok harinya, juga dapat mengetahui serta dapat menentukan berapa
kebutuhan tenaga yang akan digunakan untuk proses pemanenan pada esok harinya,
4. Dalam perjalanan, di lihat tanaman mana yang siap dipanen pada esok harinya
dengan melihat ke bawah pokok ada atau tidak adanya brondolan. Bila ada
brondolan, maka di catat di form kerja. Namun bila tidak ada buah yang
selanjutnya pindah ke baris selanjutnya dengan kelipatan 10, seperti dibaris 15,
6. Arah jalan masuk yang dilalui umumnya merupakan perjalanan dengan arah
zigzag.
7. Bila telah selesai mensensus tanaman yang akan di panen pada esok harinya,
selanjutnya pindahkan catatan hasil sensus tadi di form kerja kerapatan panen.
8. Dalam Form sensus kerapatan panen, hal yang perlu di isi adalah:
2. Kerapatan buah matang, yang berisi buah sampel dan pohon sampel.
Misalkan dari hasil sensus tadi kita dapatkan buah sampel sebanyak 198
Black bunches bertjuan untuk menentukan buah yang akan di panen 1 – 4 bulan
yang akan datang, buah A 1 – 2 bulan, buah A merupakan buah yang berada di spiral bawah,
1. Masuk mulai dari row yang sudah di tentukan sesuai dengan work sheet
buah, spiral bagian bawah buah, buah terdapat 3 buah yang akan di panen bulan depan atau 2
bulan ke depan, dan buah B terdapat 5 buah, buah B merupakan spiral bagian atas,buah B
akan di panen 3 atau 4 bulan ke depan. Maksimal dalam 1 pohon terdapat 16 buah,
pelaksanaan black bunches di lakukan di seed garden 3 kali dalam 1 tahun, rotasi 4 bulan
sekali.
8. Aplikasi Tankos
Aplikasi tankos adalah pemberian tandan kosong kelapa sawit dari hasil olahan
pabrik yang diberikan ke tanaman kelapa sawit sebagai pupuk organik, penutup tanah,
menjaga kelembaban tanah, menekan pertumbuhan gulma, dan kaya akan unsur hara makro
serta mikro.
Pada aplikasi tankos di R-4, aplikasi tankos yang diberikan sudah memasuki tahap
N : 2,34%
P : 0,31%
K : 5,53%
Mg : 0,96%
Ca : 1,46%
Air : 52%
( oryctes rhinoceros )
Contoh Soal :
1. Diketahui dosis 1 pohon rata-rata 160 kg, tankos yang dapat di tampung
dalam 1 truck adalah 8000 kg, luas areal 63 Ha, dengan SPH 135, maka
hitunglah :
truck ?
Jawab :
8.000 kg
1. 1 truck dapat di aplikasikan untuk = = 50 pokok
160 kg
1.360,8ton
4. Truck untuk R4 = = 170 truck
8ton
170,1truck
maka banyaknya truck untuk per ha = = 2,7 truk/ha
63 ha
= 3 truk
Jawab :
67.200 kg
3. Kebutuhan truck/hari = = 8,4 truk = 8 truk
8.000
4. Banyaknya hari untuk aplikasi tankos di R4, dimana kita harus mengetahui
terlebih dahulu berapa banyak jumlah pohon di areal R4, yaitu 63 ha x 135
8.505 pokok
Lamanya hari di R4 = = 20,25 hari
420 pokok
= 20 hari
5. Recording
1. Yield
Yield merupakan kegiatan menimbang buah tandan buah kelapa sawit. Di kerjakan
oleh satu tim yang terdiri dari dua orang yang bertugas sbeagai penimbang dan pembawa
timbangan dan satunya lagi yang menulis angka di form. Kegiatan yield bertujuan untuk
mengetahui berat buah kelapa sawit persatu tandan, alat yang di gunakan dalam kegiatan ini
yaitu tripod, timbangan dan lembar data kerja (Form) dan bahan yang digunakan yaitu tandan
2. Buah akan matang 5-6 bulan setelah penyerbukan dan warnanya berubah menjadi
orange. Berat tandan dan ukuran bervariasi tergantung umur tanaman, kesuburan
4. Dalam 1 tandan ada 600-2000 buah, panjang buah 3-5 cm, berat buah 13-30 gr.
berada di luar. Buah matang yang lepas dari tandan disebut brondolan.
1. Buah tersusun dalam sebuah tandan yang di sebut TBS (Tandan buah segar).
2. Satu tandan tanaman dewasa beratnya 15-30 kg tersusun dari 600-2000 buah 13-30
gram.
5. Inti sawit sebanyak 6% yang menghasilkan minyak inti sawit (PKO) 3-4%
Ciri-ciri dari Dura, Psifera dan Tenera terutama di lihat dari buahnya, seperti di
DURA X PISIFERA = TENERA
D X P = T
Tabel 1.2. Perbedaan antara Dura, Pisifera, dan Tenera
Ciri – cirinya Dura Pisifera Tenera
Ketebalan Cangkang (mm) 2-5 mm tidak ada 0,5-1 mm
% cangkang/buah 20-50% - 3 -20%
%mesocarp/buah 20-65% 65-70% 60-90%
% inti/buah 4-20% 3-8% 3-15%
Kadar minyak rendah Sedang Tinggi
Adapun langkah – langkah dalam pengerjaan kegiatan ini yaitu:
timbangan salter
4. Catat berapa berat tandan buah segar yang sudah ditimbang di form.
2. Scoring Ganoderma
kegiatan ini yaitu untuk melihat pertumbuhan perkembangan jamur ganoderma di pohon
kelapa sawit yang terjangkit. Kegiatan ini dilakukan dengan memberi score yang telah
ditetapkan.
1. Score 0 : Menunjukan pokok kelapa sawit dalam keadaan sehat ( tidak terserang
jamur)
2. Score 1 : Menunjukan gejala sudah ada ( daun tajuk lebih dari 3 dan jamur sudah
tumbuh)
3. Score 2 : Menunjukan gejala jamur sudah banyak dan terjadi pengeroposan pada
batang
4. Score 3 : Menunjukan gejala jamur sudah banyak dan terjadi pengeroposan pada
5. Score 4 : Menunjukan gejala jamur sudah banyak dan terjadi pengeroposan pada
batang dan daun menguning dan pelepah mulai kebawah daun mongering
4. Yang di berikan score (0-5) pkok kelapa sawit yang tadi sesuai gejala yang di
alami pokok.
untuk mengetahui potensi perkembangan batang, mengukur diameter batang di lakukan oleh
3 orang :1 orang membawa alat ukur berupa capit ukur dan mengukur batang, 1 orang
Kelapa sawit tergolong tanaman yang memiliki biji keping satu (Monokotil) oleh
karenanya batang kelapa sawit tidak berkambium dan pada umumnya tidak tumbuh
bercabang, kecuali pada tanaman yang tumbuh abnormal. Batang kelapa sawit tumbuh tegak
lurus (Phototropi) dan di bungkus oleh pelepah daun. Bagian bawah batang umumnya lebih
besar di banding bagian atasnya. Hingga umur tanaman tiga tahun, batang kelapa sawit masih
belum dapat terlihat karena masih terbungkus oleh pelepah daun. Cara mengukur diameter
batang + 1,5 m dari pangkal batang mengugunakan alat ukur diameter batang. Mengukur
diameter batang dilakukan 1 kali seumur hidup diambil rata-rata pada umur 4 tahun.
Cara kerja:
Tinggi batang (High Measurement) bertujuan mengukur tinggi batang adalah untuk
mengetahui pertumbuhan tinggi pokok kelapa sawit dan untuk mengetahui rata-rata
pertumbuhan pada pokok kelapa sawit. Pengukuran tinggi tanaman kelapa sawit tidak di ukur
di atas permukaan tanah di karnakan hasil/data tidak akurat (efesien) karna bisa saja
permukaan tanah tersebut bisa tererosi sehingga keadaan permukaan tanah tidak rata
(bergelombang), jadi pengukuran tinggi tanaman kelapa sawit menggunakan alat ukur seperti
sebagaimana bisa di tentukan bakal buah yang akan jadi buah, apakah jadi seutuhnya (Full
Fruit Seed) atau sebagian (Low Fruit Seed). Kelapa sawit merupakan tanaman monoccious (
Berumah Satu) artinya, bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak
pada tandan yang sama, bunga muncul dari ketiak daun. Tujuan flowering ialah untuk
mengetahui potensi tumbuh bunga di awal. flowering di hitung selama 1 bulan sekali di awal
tahun setelah penanaman. Penandaan bunga ditandai dengan cat merah dan biru. Tujuan di
bedakan warna agar tidak salah menghitung antara bulan ini dengan bulan sebelumnya.
Penghitungan jumlah bunga kelapa sawit dengan menghitung seluruh spikelet pada
karangan bunga betina, dalam satu tandan terdapat sekitar 100 spica (Spikelet) dengan lebih
dari 4000 kuncup bunga. Spikelet berkembang akropetal di dalam karangan bunga (semakin
muda semakin dekat dengan ujung tandan). Tiap spikelet mempunyai 12 – 30 bunga. Tandan
mempunyai 600 – 1500 bunga jantan, sehingga jumlah total bunga jantan dalam satu tandan
dapat mencapai 126.000 bunga dengan jumlah pollen sekitar 900 juta dengan berat
40g/tandan. Pada bunga jantan terdapat duri pada ujung spikelet. Kondisi lingkungan
Bunga terdiri dari 3 jenis yaitu bunga jantan,bunga betina dan hemaprodit.
1. Bunga Betina
Bunga betina tersusun oleh bracteole pada pangkal bunga, perianthium (Perhiasan
Bunga) dan putik (Stigma) yang mempunyai 3 carpella (Daun Buah). Sebelum
anthesis, stigma menutup dan setelah anthesis stigma nampak/muncul. Stigma pada
bunga yang belum di buahi berwarna putih dan pink sampai coklat, setelah di buahi
berwarna hitam.
2. Bunga Jantan
3. Bunga Hemaprodit
Adapun alat dan bahan yang di gunakan pada kegiatan flowering ialah cat dan
5. Leaf Measurement
Leaf measuerment merupakan mengukur pelepah dan daun kelapa sawit ,dengan
mengukur tebal pelepah, panjang pelepah, diameter pelepah, panjang daun , dan lebar daun.
Bertujuan untuk mengetahui lebar canopi dan luas permukaan daun. Kegiatan ini di lakukan 4
orang setiap orang mempumyai tugas masing-masing yaitu: 1 orang menurunkan pelepah, 1
orang menghitung jumlah anak daun, lebar dan tebal pelepah, 1 orang mengukur panjang dan
lebar daun, 1 orang menulis data dan mengukur panjang pelepah. Biasanya tanaman kelapa
sawit mempunyai 40 hingga 65 pelepah, jika tidak dipangkas bisa lebih dari 60 helai.
Tanaman kelapa sawit tua membentuk 2-3 daun setiap bulan, sedang yang lebih muda
menghasilkan 3-4 daun perbulan. Produksi daun di pengaruhi oleh faktor-faktor: umur,
lingkungan, musim, iklim dan genetik. Produksi daun berdasarkan umum pada palma yang
terdapat di Afrika adalah sebagai berikut. Produksi daun meningkat sampai dengan umur 6-7
tahun, kemudian menurun pada umur 12 tahun, seterusnya produksi daun tetap berkisar 22-24
daun pertahun.
Susunan daun tanaman kelapa sawit mirip dengan tanaman kelapa yaitu membentuk
susunan daun majemuk. Daun-daun tersebut akan membentuk suatu pelepah daun yang
panjangnya mencapai kurang lebih 7,5m-9m. Jumlah anak daun pada tiap pelepah berkisar
Alat dan bahan kegiatan ini adalah jangka sorong, meteran kain, penggaris.
Cara kerja:
2. Di ambil pelepah pada daun 1 dan di ukur panjang pelepah di mulai dari racist
5. Di ambil 3 daun kanan dan kiri 60 – 70% dari pangkal dan di ukur panjang daun
Global observasi merupakan kegiatan mengamati penyakit dan hama pada tanaman
kelapa sawit dengan melihat keseluruhan morfologi tanaman kelapa sawit. Tujuan di
lakukannya kegiatan ini adalah untuk melihat perkembangan layak atau tidaknya kelapa
sawit. Kegiatan ini di lakukan mulai dari penanaman awal tanaman kelapa sawit di areal
terbuka dan dilakukan oleh satu orang pengamat. Global sensus dilakukan per 3 bulan sekali,
salah satunya untuk mengamati pertumbuhan kelapa sawit, untuk menentukan kerapatan
tamanan di suatu variatas tersebut. lakukan dengan menghitung keseluruhan pohon tersebut
baik batang, tinggi tanaman, panjang pelepah, lebar daun, hama, kemiringan pohon, keadaan
Batang tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai struktur pendukung tajuk (daun,
bunga, dan buah). Kemudian fungsi lainnya adalah sebagai sistem pembuluh yang
mengangkut unsur hara dan makanan bagi tanaman. Tinggi tanaman biasanya bertambah
secara optimal sekitar 35-75 cm/tahun sesuai dengan keadaan lingkungan jika mendukung.
Umur ekonomis tanaman sangat dipengaruhi oleh pertambahan tinggi batang/tahun. Semakin
rendah pertambahan tinggi batang, semakin panjang umur ekonomis tanaman kelapa sawit.
1. Melihat dan mengamati gejala yang terdapat pada tanaman kelapa sawit
daun dari setiap blok di lahan untuk keperluan analisis daun di laboratorium, di tujukan untuk
hara yang dibutuhkan pokok kelapa sawit. Adapun tujuan dari pelaksanaan pengambilan
Dalam pengabilan sampel ini alat-alat yang dibutuhkan adalah sebagsi berikut :
1. Area Statement
2. Peta
3. Field
4. Observation Card
5. Alat Tulis
7. Kantung Plastik
8. Kartu Label
9. Gunting
10.Parang
11.Aquadest
12.Oven
13.Kapas
daun merupakan salah satu pertimbangan yang sangat menentukan. Faktor yang
oleh proses pengambilannya di lapangan. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam proses
1. Jenis Tanah
Jenis tanah yang berbeda harus dipisahkan dalam penentuan kesatuan contoh
daun LSU (Leaf Sampling Unit). Karena kandungan hara untuk jenis tanah yang
berbeda maka dalam perekomendasian pupuk jaga akan berbeda, jika tidak
dipisahkan, akan memberikan interpretasi yang keliru oleh rekomendator apabila
digabungkan.
2. Umur Tanaman
Umur tanaman yang berbeda, seharusnya dalam proses penentuan LSU nya
juga harus di pisah. Karena umur tanaman yang berbeda, akan memiliki
3. Topografi
penentuan LSU. Hal ini untuk memberikan suatu gambaran status hara yang ada
4. Luasan
Pada umumnya, luas yang kesatuan contoh daun adalah 1 blok minimal (16
Ha), yang merupakan satu kesatuan terkecil dalam rekomendasi pemupukan atau
5. Kultur Teknis
Penentuan LSU juga harus memperhatikan kultur teknis. Untuk pola tanam
6. P dan D
6. Polinations
Pollinations salah satu bagian dari kegiatan yang terdapat di area perkebunan PT. ADS
Bakrie Sumatra Plantations Tbk. Seed Garden. Pollination merupakan kegiatan pernyerbukan
atau peristiwa jatuhnya serbuk sari (pollen) ke kepala putik (stigma) sehingga akan terjadi
1. Flower Cencus
Flower Sensus adalah kegiatan pemilihan bunga yang sudah antesis dan siap untuk di
1. Cheking atau datangi setiap pohon induk yang di tentukan tech. Advisor akan
di bagging.
2. Bagging
antesis sekitar 10-40%. Tujuan dari bagging yaitu agar bunga tidak terkontaminasi oleh
pollen yang ada disekitar lingkungan tanaman itu sendiri. Persiapan alat dan bahan:
1. Tas tampat alat bagging. Sebagai tempat peralatan seperti bag, busa, sevin,
membersihkan duri pelepah dan buah yang meganggu disekitar bunga betina
baggging
pembungkus / bunga.
6. Cabel tie (tali pengikat , ukuran 550 mm × 9.0 mm) sebagai alat pengikat
7. Hand sprying sebagai tempat decis dengan tujuan untuk mengindari serangan
hama pada bunga betina yang di bungkus dan untuk dosis 25 mm / bunga
8. Botol eks bedak sebagai tempat sevin dengan dosis 20 gr / bunga dengan
9. Busa (ukuran 10 cm × 30 cm) sebagai alas pengikat pada pangkal bunga agar
tidak terluka dan sebagai penutup ujung kantong agar hama tidak masuk ke
10. Label identitas bunga untuk mencatat no palm, tanggal bagging, nama
seludang bunga betina dan apabila terdapat buah sebagai penghalang dapat
dilakukan pembuangan.
2. Membersikan kotoran yang ada di ketiak pelepah dan disekitar bunga betina
3. Membuka seludang bunga betina dengan hati - hati agar bunga tidak patah dan
terluka.
5. Taburkan sevin di sekitar pangkal tangkai bunga betina agar serangga tidak
6. Balut pangkal tangkai bunga dengan busa agar saat di ikat tidak melukai
tangkai bunga.
7. Lakukan pembungkuan bunga betina dengan hati - hati agar tidak patah.
8. Sebelum di ikat dengan kabel tie dipastikan posisi busa berada di tengah -
9. Setelah semua baik taburkan kembali savin kesekeliling tangkai bunga betina.
11. Setelah proses bagging 4 hari kemudian di lakukan cross check sampai masa
12. Mekanisme pengecekan atau program kerja setiap hari asisten, mandor besar
dan mandor harian setiap hari mengawasi dan mengecek kelokasi untuk
3. Polinasi
Polinasi adalah peristiwa jatuhnya serbuk sari (pollen) kekepala putik (stigma)
sehingga akan terjadi proses pembuahan. Dalam kegiatan polinasi, hal utama yang harus
diperhatikan adalah masa antesis dari bunga betina tanaman kelapa sawit itu sendiri, Antesis
merupakan fase saat bunga mulai mekar atau terbuka dan terjadi secara bersamaan dengan
Masa antesis bunga betina berumur 10-25 hari. Jika masa antesis sebelum 10 hari,
maka dinamakan antesis dini dan langsung bag dibuka /rijek,. Sedangkan bila lewat dari 25
hari, maka bunga betina sudah tidak bisa di polinasi. dan untuk pollen atau serbuk sarinya,
biasanya perusahaan seed garden mengimport langsung pollennya dari ASD .Costa Rica.
1. Tas. Sebagai tempat peralatan seperti bag, busa, sevin, decis, notes, worksheet
5. Selang tembaga ukuran ¼ “. Sebagai selang pemisah antara tabung satu dan
tabung dua
6. Tabung reaksi ukuran 25 mm × 150 mm. Yang terdiri dari 2 tabung, tabung
7. Silica jall. Untuk menyaring angin yang tercampur oleh air liur, pada saat
meniup
8. Busa atau kapas. Untuk membersihkan jendela bag yang terkontaminasi oleh
10. Plaster atau lakban hitam. Sebagai alat penutup jendela bag ketika ada yang
koyak
11. Tabung pyrex yang berisi pollen. Sebagai wadah yang berisi pollen.
1. Cara pelaksanan di lakukan pengecekan data bagging dari hari 8 sampai hari
ke 20 setelah bagging.
bakteri.
4. Setelah di semprotkan alcohol kejendela bag tusukan alat polinasi yang sudah
5. Setelah selesai pollinator menutup lubang pada jendela yang koyak dengan
4. Netting
Penyerbukan (Polinasi) selama 15 hari, dengan tujuan agar buah tidak jatuh dan tidak tertuka
2. Masker
3. Helem
4. Sarung tangan
5. Kaca mata
6. Pisau begging
7. Netting
8. Norefrensi
9. Kawat label
12. Worksheet
Pelaksanaan Netting :
1. Data yang di kerjakan atau yang di pasang netting setelah 15 hari dari bunga
hari, lalu polination bag di buka dan digantikan jaring lalu di ikatkan di
tangkai buah agar brondol tidak jatuh untuk antisipasi pencurian benih.
5. Harvesting
Harvesting polinasi sama dengan harvesting tanaman kelapa sawit pada umumnya
yaitu 5 - 6 bulan setelah proses polinasi, tetapi buah yang di polinasi di beri jarring buah agar
tidak bercampur brondolan dengan tandan lainnya guna mendapatkan kecambah yang murni,
pengamanan security juga lebih maksimal agar tidak terjadi pencurian karena berondolan
2. Dodos ukuran 4”
3. Egrek
4. Kampak
5. Angkong
6. Kawat lebel
7. Alat tulis
8. Worksheet
Pelaksanan harvesting :
1. Pelaksanan cek buah yang siap di lakukan sebelum pelaksanaan panen.
3. Harvesting membawa data cek yang siap di panen sehari sebelum di panen.
6. Lalu dicatatkan ke bunches delivery slip ke SPU dan di samakan dengan data
melakukan panen buah polinasi sesuai dengan data pollen dan data label
6. Jamur Ganoderma
jamur sejati yang memiliki tubuh buah. Dinding sel terdiri atas kitin yang tidak memiliki klorofil.
Jamur ini termasuk jamur tular tanah yang bersifat saprofit dan parasit pada tumbuhan. Tubuh buah
ganoderma bisa mencapai diameter 30 Cm. Warna permukaan atas tubuh buah kecoklatan
dengan tepi putih kekuningan. Saat matang warnanya mengkilat. Permukaan bagian bawah
berwarna putih kusam dan berpori tempat terbentuknya basidium spora. Spora jamur ini
dapat bertahan dalam tanah dalam keadaan dorman sampai beratuh-tahun. Letaknya saling
1. Taksonomi Ganoderma
Jamur penyebab busuk pangkal batang pada kelapa sawit ini termasuk dalam :
Kingdom : Fungi
Phyllum : Basidiomycota
Class : Basidiomycetes
Subclass : Agaricomycetidae
Ordo : Polyporales
Family : Ganodermataceae
Genus : Ganoderma
Gejala serangan pada tanaman dewasa hampir serupa dan dapat dibagi menjadi
Stadium I : Warna daun menguning, buram, tidak mengkilat, layu seperti kekurangan air dan
terdapat nekrosis pada helaian daun mulai dari pelepah tertua. Jika pelepah pucuk paling atas lebih
kecil dibanding pelepah daun dibawahnya, maka ini merupakan tanda-tanda awal serangan jamur ini.
Stadium II : Gejala pada stadium I terus meluas dan muncul miselium benang-benang putih pada
pangkal batang dan akar di sekitarnya. Gejala nekrosis semakin meluas sampai pada pucuk daun
termuda.
Stadium III : Miselium berubah menjadi tubuh batang jamur yang muncul pada pangkal batang, daun
tombak yang tidak terbuka ≥3 pelepah di ujung tanaman serta pelepah ke 4,5 dan 6 patah dan
menggantung (sengkleh).
Stadium IV : Pangkal batang dan akar keropos sehingga tanaman mudah roboh. Pada stadium ini
tanaman sudak tidak mungkin bisa disembuhkan serta kemungkinan menjalar ke tanaman di
Bunch analisis bertujuan untuk mengetahui kadar minyak, berat tangkai, kadar air,
1. Panen
2. Chopping
Chopping adalah memisahkan spikelet dengan tangkainya, buah kelapa sawit telah
ditentukan dengan kualitas buah yg baik, lalu buah tersebut di tempatkan di bunch analisis,
kemudian buah sawit (tandan) tersebut dilepaskan/ dipotong menggunakan kapak untuk
memisahkan spikelet dengan tangkai tandannya, lalu buah yg masih melekat di spikelet
dengan spikelet diawali dengan melepaskan buah satu persatu dari spikeletnya dimana buah
tersebut telah diperam ( di diamkan) selama +3 hari. Lalu di pisahkan buah yang bagus
dengan buah partino lalu di letakan ditempat seperti keranjang berukuran kecil mewakili
5. Screping
proses ini di lakukan setelah proses pemisahan buah dengan spikeletnya, lalu buah yang telah
di pilih mewakili buah per tandannya, di kupas dengan sampai bersih hingga menemukan
cangkangnya.
6. Drying
Draying adalah untuk menentukan kadar air/presentasi air perbuah. Untuk mengetahui
kadar air tersebut dilakukan dengan dua metode yaitu metode pemanasan dengan
7. Cracking
Cricking adalah memisahkan inti dengan cangkangnya, inti kelapa sawit ini di
pecahkan dengan menggunakan mesin yaitu ripple mill. Dengan menggunakan alat ini bisa
mengambil inti kelapa sawit dengan lebih sedikit kemungkinan intinya ikut pecah. Setelah di
lakukan pemisahan inti dengan cangkangnya maka akan di lakukan pengepresan yang
menghasilkan fibre dan juga biji kelapa sawit yang disebut dengan palm kernel cake.
IV PEMBAHASAN
Berdasarkan dari hasil praktek kerja lapangan (PKL) dapat diketahui bahwa kami
sangat merasa puas dengan apa yang diberikan oleh pembimbing lapangan mengenai materi
serta cara kerja dilapangan, karena kami dapat membedakan teori dengan dilapangan ternyata
sangat berbeda. Satu hal yang menarik kami dapatkan dilapangan adalah ketika di Polinasi.
Dimana pada kegiatan di Polinasi kami diajarkan mulai dari Penentuan Pohon Induk,
Pemilihan bunga yang sudah antesis, Pembungkusan bunga betina, Penyerbukan, dan Sampai
Pada kegiatan ini memberi kami ilmu tentang penyerbukan serbuk sari (pollen) ke
kepala putik (stigma) sehingga terjadi proses pembuahan yang baik dan menghasilkan buah
yang bagus. Kegiatan yang paling menarik di Polinasi yaitu pada saat Penyerbukan buah,
karena pada kegiatan ini dilakukan dengan kami memanjat pohon kelapa sawit hingga ke atas
dan melakukan penyerbukan serbuk sari ke kepala putik dengan berbagai tahap dan ini
menjadi penentu keberhasilan untuk menhasilkan buah yang bagus. Dan yang menjadi
kendala ketika di lapangan adalah tidak semua kegiatan dapat di dokumentasikan hanya
Untuk dilapangan Seed Garden PT. ASD-Bakrie Oil Palm Seed Indonesia semua
kegiatan yang kami lakukan sangat bermafaat karena dapat membangun pola pikir dan kerja
sama antara karyawan yang ada, dan juga dapat menjadi bekal ketika selesai di perguruan
tinggi. Yang menjadi kendala di Seed Garden PT. ASD-Bakrie Oil Palm Seed Indonesia
2. Faktor cuaca seperti hujan yang menghambat pelaksanaan beberapa kegiatan seperti
beroperasi pada saat musim panen sehingga menyebabkan terjadi buah restan
dilapangan
2. Mengganti hari lain saat cuaca dirasa mendukung untuk melakukan kegiatan tersebut
V PENUTUP
5.1 Lampiran
Foto Bersama Asisten Seed Garden Foto Bersama Mabes Seed Garden