JUDUL PROGRAM :
IDENTIFIKASI TINJAUAN FILOSOFIS MOTIF , DAN NILAI ESTETIKA
BATIK PEKALONGAN SEBAGAI IDENTITAS BUDAYA
MASYARAKAT PEKALONGAN
BIDANG KEGIATAN :
PKM - PENELITIAN
Diusulkan Oleh
Mustangin
7211413002 / 2013
Rini Handayani
7101413171 / 2013
Fitri Febriyanti
2611411023 / 2011
Niken Larasati
2501413054 / 2013
ii
Daftar Isi
Proposal Pengajuan Program Kreativitas Mahasiswa
HALAMAN COVER
HALAMAN PENGESAHAN ..
DAFTAR ISI .
Ringkasan Proposal Pengajuan Program Kreativitas Mahasiswa
BAB I :
BAB II :
BAB III:
BAB IV:
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah .
b. Perumusan Masalah ...
c. Tujuan Program .
d. Luaran yang Diharapkan dari Program .
e. Kegunaan Program .
TINJAUAN PUSTAKA
a. Tinjauan Pustaka ....
i
ii
iii
iv
1
3
3
3
4
5
METODE PENELITIAN
a. Dasar penelitian
b. Sumber Data ....
c. Pengumpulan Data
d. Validitas Data
e. Penyajian Data ..
6
7
7
8
8
8
9
10
LAMPIRAN LAMPIRAN ..
iii
RINGKASAN
Proposal Pengajuan Program Kreativitas Mahasiswa
Keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia merupakan salah satu ciri khas
yang tidak ternilai harganya, di Indonesia terdapat beraneka ragam suku dan adat
istiadat yang memiliki kebudayaan dan menjadi ciri khas suku-sukunya. Pada
umumnya kebudayaan yang ada di Indonesia sudah ada sejak dahulu dan
dikerjakan secara turun temurun. Salah satu dari keanekaragaman kebudayaan
Indonesia adalah kebudayaan seni batik yang sudah melekat pada masyarakat
Indonesia, khususnya masyarakat Jawa. Di setiap daerah yang sebagian
masyarakat memproduksi batik di Indonesia, bentuk motif batik satu sama lain
berbeda-beda namun memiliki nama yang sama, dalam hal ini saling
mempertahankan tradisi proses teknologinya dan selera masing-masing. Motif
batik pada tiap-tiap daerah itu sampai saat ini masih terlihat jelas unsur-unsur
yang mempengaruhi pertumbuhannya baik dari pewarnaan, corak susunan,
penempatan hiasan, dan isian pada motif dilukiskan. Motif batik yang tercatat
dalam pembendaharaan budaya oleh pemerintah sangatlah banyak dan beragam,
mulai dari kombinasi gambar, bentuk, bangun, warna, garis, sampai corak corak
yang dianggap mewakili budaya masing masing daerah. Batik selain menjadi
budaya juga merupakan identitas yang menerangkan keagungan luhur
masyarakatnya, dalam motif, warna dan nilai estetikanya sangat erat dengan
keadaan masyarakat serta budaya yang dianut oleh masyarakat, namun dewasa ini
masyarakat mulai meninggalkan dan mengacuhkan aspek filosofis dari motif,
warna, corak dan nilai estetika dari batik, masyarakat lebih cenderung memaknai
batik hanya sebagai warisan budaya yang perlu dilestarikan tanpa mengerti arti
filosofis batik yang sesungguhnya. Dengan motif yang khas di masing-masing
daerah tersebut, batik dapat hidup berkembang dan tumbuh sebagai kegiatan yang
bersifat naluri, Membicarakan batik Pekalongan tidak terlepas dari unsur-unsur
keindahan yang melekat pada batik tersebut terutama pada motif batik khas
Pekalongan yang digemari oleh konsumen dalam maupun luar daerah Pekalongan,
sertabentuk proporsi dan komposisi yang diekspresikan dalam bentuk motif yang
terlihat melebar dan dinamis, warnanyapun mencirikhaskan batik khas pesisiran
dengan menampilkan warna-warna yang lebih cerah. Sehingga Luaran dari
Penelitian ini adalah (1) Menghasilkan sebuah Artikel jurnal mengenai nilai
filosofis Motif, Warna, dan nilai estetika batik Pekalongan sebagai identitas
budaya masyarakat kabupaten Pekalongan. Dari jurnal ini maka akan
dipublikasikan sebagai pengenalan budaya secara massive dan bernilai filosofis
yang tinggi. (2) Memberikan solusi kepada pemerintah dalam menerapkan
kebijakan pariwisata, budaya dan pendidikan untuk dapat memasukan nilai nilai
filosofis sebagai karakter luhur sebuah budaya masyarakat yang terkandung dalam
Batik Pekalongan. (3) Eksplorasi budaya daerah secara massive dan terstruktur
dengan memandang aspek filosofi sebagai tumpuan awal yang dapat
meningkatkan budaya dan kesadaran masyarakat terhadap Batik Pekalongan.
Kata Kunci : Batik, Arti Filosofis, Corak, Motif, Nilai Estetika
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia merupakan salah satu ciri
khas yang tidak ternilai harganya, di Indonesia terdapat beraneka ragam suku dan
adat istiadat yang memiliki kebudayaan dan menjadi ciri khas suku-sukunya. Pada
umumnya kebudayaan yang ada di Indonesia sudah ada sejak dahulu dan
dikerjakan secara turun temurun. Salah satu dari keanekaragaman kebudayaan
Indonesia adalah kebudayaan seni batik yang sudah melekat pada masyarakat
Indonesia, khususnya masyarakat Jawa. Di setiap daerah yang sebagian
masyarakat memproduksi batik di Indonesia, bentuk motif batik satu sama lain
berbeda-beda namun memiliki nama yang sama, dalam hal ini saling
mempertahankan tradisi proses teknologinya dan selera masing-masing. Motif
batik pada tiap-tiap daerah itu sampai saat ini masih terlihat jelas unsur-unsur
yang mempengaruhi pertumbuhannya baik dari pewarnaan, corak susunan,
penempatan hiasan, dan isian pada motif dilukiskan.
Motif batik yang tercatat dalam pembendaharaan budaya oleh pemerintah
sangatlah banyak dan beragam, mulai dari kombinasi gambar, bentuk, bangun,
warna, garis, sampai corak corak yang dianggap mewakili budaya masing
masing daerah. Batik selain menjadi budaya juga merupakan identitas yang
menerangkan keagungan luhur masyarakatnya, dalam motif, warna dan nilai
estetikanya sangat erat dengan keadaan masyarakat serta budaya yang dianut oleh
masyarakat, namun dewasa ini masyarakat mulai meninggalkan dan mengacuhkan
aspek filosofis dari motif, warna, corak dan nilai estetika dari batik, masyarakat
lebih cenderung memaknai batik hanya sebagai warisan budaya yang perlu
dilestarikan tanpa mengerti arti filosofis batik yang sesungguhnya.
Dengan motif yang khas di masing-masing daerah tersebut, batik dapat
hidup berkembang dan tumbuh sebagai kegiatan yang bersifat naluri, misalnya di
daerah Wiradesa, Kabupaten Pekalongan. Membicarakan batik Pekalongan di
Kecamatan Wiradesa tidak terlepas dari unsur-unsur keindahan yang melekat pada
batik tersebut terutama pada motif batik khas Pekalongan yang digemari oleh
konsumen dalam maupun luar daerah Pekalongan, serta bentuk proporsi dan
komposisi yang diekspresikan dalam bentuk motif yang terlihat melebar dan
dinamis, warnanyapun mencirikhaskan batik khas pesisiran dengan menampilkan
warna-warna yang lebih cerah. Berdasarkan analisis situasi atau penjelasan data
tersebut, maka dipandang perlu adanya kajian lebih mendalam tentang bentuk
motif, warna, dan nilai estetik batik Pekalongan khususnya pada Wiradesa,
Pekalongan.
C. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana masyarakat memandang motif, warna dan nilai estetika batik
sebagai identitas budaya masyarakat kabupaten Pekalongan?
2. Mengapa masyarakat tidak mengetahui tentang filosofis dari motif, warna
dan nilai estetika batik Pekalongan sebagai identitas budaya masyarakat
kabupaten Pekalongan?
3. Bagaimana solusi terkait ketidak tahuan masyarakat terhadap makna
filosofis dari motif, warna dan nilai estetika batik Pekalongan sebagai
identitas budaya masyarakat kabupaten Pekalongan?
D. TUJUAN PROGRAM
Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pandangan masyarakat pada nilai filosofis dari motid, warna
dan estetika batik Pekalongan sebagai identitas budaya masyarakat
kabupaten Pekalongan.
2. Mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya ketidaktahuan
masyarakat terkait dengan filosofi dari motif, warna dan nilai estetika batik
Pekalongan.
3. Mengetahui solusi yang dapat diterapkan agar masyarakat mengetahui
nilai filosofis batik Pekalongan sebagai identitas budaya masyarakat
kabupaten Pekalongan.
E. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Berdasarkan tujuan penelitian tersebut di atas, luaran yang diharapkan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menghasilkan sebuah Artikel jurnal mengenai nilai filosofis Motif, Warna,
dan nilai estetika batik Pekalongan sebagai identitas budaya masyarakat
kabupaten Pekalongan. Dari jurnal ini maka akan dipublikasikan sebagai
pengenalan budaya secara massive dan bernilai filosofis yang tinggi.
2. Memberikan solusi kepada pemerintah dalam menerapkan kebijakan
pariwisata, budaya dan pendidikan untuk dapat memasukan nilai nilai
filosofis sebagai karakter luhur sebuah budaya masyarakat yang
terkandung dalam Batik Pekalongan.
3. Eksplorasi budaya daerah secara massive dan terstruktur dengan
memandang aspek filosofi sebagai tumpuan awal yang dapat
meningkatkan budaya dan kesadaran masyarakat terhadap Batik
Pekalongan.
F. KEGUNAAN PROGRAM
Adapun kontribusi dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Secara normatif, penelitian ini dapat berkontribusi sebagai sarana
pengembangan dalam membuat kebijakan terutama dalam bidang budaya,
yang terkait dengan bentuk, realita, dan faktor-faktor yang mempengaruhi
implementasinya serta kepentingan-kepentingan di dalamnya.
2. Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang
perkembangan pelaksanaan sosialisasi budaya yang luhur yang
dikemudian hari akan menjadi bahan referensi yang berguna baik dalam
bahan ajar perkuliahan.
3. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan:
(1) Bagi Masyarakat,
Sumbangan pengetahuan kepada masyarakat untuk mengenal
budayanya sendiri dalam balutan Batik Pekalongan pada aspek
filosofis dari motif, warna dan nilai estetika.
(2) Bagi pemerintah,
Dapat digunakan sebagai referensi guna evaluasi mengenai
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah sebagai sarana dalam
perumusan kebijakan selanjutnya dalam mempopulerkan budaya
lokal sebagai langkah awal peningkatan pariwisata.
(3) Bagi mahasiswa,
Dapat dijadikan bahan referensi mahasiswa lainnya untuk
memahami aspek filosofi dari motif, warna dan nilai estetika Batik
Pekalongan dan mengimplementasikannya sebagai nilai luhur
masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Batik merupakan kain atau busana yang dibuat dengan menggunakan
canting sebagai alat mengambar dan malam sebagai zat perintang, termasuk
penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan (Prasetyo, 2010: 1).
Seiring dengan pendapat tersebut Hamzuri menyatakan(1998: 70), batik sebagai
lukisan atau gambar pada mori yang dibuat dengan alat bernama canting. Orang
melukis atau menggambar atau menulis pada mori memakai canting disebut
membatik (bahasa Jawa : ambathik). Dari berbagai pendapat di atas maka dapat
disimpulkan batik adalah teknik menghias permukaan kain atau bahan lain
dengan menggunakan perintang berupa lilin atau malam. Alat yang digunakan
untuk menorehkan malam yaitu canting dan kuas serta penggunaan pewarnaan
dengan teknik celup rintang. Proses pencelupan dilakukan berulang-ulang untuk
menentukan atau membuat beberapa warna. Hasil dari membatik tersebut berupa
selembarkain yang mempunyai ragam hias yang memiliki corak dan warna
khusus yang dimiliki oleh batik itu
sendiri.
Unsur-unsur dalam batik merupakan struktur atau prinsip dasar
penyusunan batik. Struktur batik terdiri dari unsurpola atau motif batik yang
disusun berdasarkan pola atau struktur yang sudah baku (Wulandari, 2011: 105).
Susunan tersebut meliputi motif utama, motif pengisi, dan isian. Istilah estetik
adalah hal-hal yang dapat diserap dengan panca indra (Gie, 1975: 15). Estetika
sendiri baru muncul tahun 1750 oleh seorang filsuf minor bernama Baumgarten
(1714-1762) istilah ini diambil dari bahasa Yunani kuno aistheton yang berarti
kemampuan melihat lewat penginderaan (Sumardjo, 2000: 24). Djelantik (1999:
17), menyatakan bahwa unsur benda atau peristiwa kesenian mengandung tiga
aspek yang mendasar, yaitu: (1) wujud atau rupa, (2) bobot atau isi, (3)
penampilan atau penyajian Menurut Kuswadi (1981) , Secara etimologis batik
mempunyai pengertian akhiran tik dalam kata batik berasal dari kata menitik
atau menetes. Dalam bahasa kuno disebut serat, dan dalam bahasa ngoko disebut
tulis atau menulis dengan lilin. mbatik berasal dari kata tik yag
berarti kecil. Dengan demikian dapat dikatakan mbatik adalah menulis
atau menggambar serba rumit (kecil-kecil).
Arti batik dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia ialah kain dan
sebagainya yang bergambar (bercorak beragi) yang pembuatannya dengan
cara titik (mula-mula ditulisi atau ditera dengan lilin lalu diwarnakan dengan
tarum dan soga) (WJS Poerwadarminta,1976:96). Pendapat senada dikemukakan
Murtihadi dan Mukminatun (1997:3) yang menyatakan batik adalah cara
pembuatan bahan sandang berupa tekstil yang bercorak pewarnaan dengan
menggunakan lilin sebagai penutup untuk mengamankan warna dari perembesan
warna yang lain di dalam pencelupan.
4
BAB III
METODE PENELITIAN
Untuk memperoleh data dan informasi yang akurat tentang permasalahan
yang dibahas sehingga hasilnya memuaskan dan dapat dipertanggungjawabkan
kepada semua pihak perlu diadakan kajian-kajian dan penelitian serta pengamatan
terhadap objek penelitian. Oleh karena itu diperlukan metode-metode yang tepat
dan sesuai dengan apa yang dilakukan dalam memperoleh data-data baik secara
kualitas maupun kuantitas. Metode disini diartikan sebagai suatu cara atau teknis
yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan
sebagai sebagai upaya dalam bidang Ilmu Pengetahuan yang
dalam penelitian ini, maka teknik-teknik pengumpulan datayang
digunakan dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan
sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran (Mardalis, 2004 :
24).
A. DASAR PENELITIAN
Penelitian ini penelitian deskriptif kualitatif yaitu metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alami dengan pendekatan
kualitatif untuk menghasilkan data deskriptif tentang uraian obyek berupa batik
Pekalongan yang diteliti sebagai sesuatu yang mengandung makna keindahaan
melalui pengamatan secara langsung. Penelitian kualitatif yaitu mempunyai tujuan
untuk memberikan gambarkan secepat mungkin tentang suatu individu, keadaan,
gejala, atau kelompok tertentu dan untuk mendeskripsikan data secara sistematis
terhadap fenomena yang dikaji berdasarkan data yang diperoleh untuk mencapai
tujuan penelitian secara kualitatif.
Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan sumber data yang
digunakan untuk dapat menjawab dan menjelaskan pokok permasalahan dalam
penelitian ini adalah metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam
penelitian ini teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi
data, karena data yang diperolehbersifat kualitatif dan memerlukan penjelasan
secara deskriptif. Trianggulasi data, yaitu teknik yang digunakan seorang peneliti
guna menyilangkan informasi yang diperoleh dari sumber, sehingga data yang
benar-benar absah dan digunakan fakta yang di proses lebih lanjut (Ruslan, 2004:
16).
B. SUMBER DATA
Sumber data penelitian dibagi 2 (dua) macam, sumber data primer dan
sumber data sekunder, hal ini untuk kembali mencocokan data agar valid dan
teruji keabsahannya.
D. VALIDITAS DATA
Validasi data kekerasan dimaksudkan agar setiap data yang dikumpulkan
adalah data yang shahih, kuat dan akurat, bukannya estimasi atau perkiraan.
E. PENYAJIAN DATA
Data-data yang telah terkumpul, baik data kualitatif maupun kuantitatif
diklasifikasikan sesuai dengan jenis-jenis datanya. Setelah itu hasil penelitian
disusun secara sistematis dan runtut dengan menggunakan metode induktif, yaitu
dengan berdasarkan pada kajian-kajian pesoalan yang bersifat khusus untuk
mengambil dasar-dasar pengetahuan yang bersifat umum. Kesimpulan akan
ditarik sebagai jawaban atas permasalahan yang ada.
(1) Tempat penelitian
Semua data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa
tempat narasumber yang berkaitan dengan masalah ini yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
A. JADWAL KEGIATA
No
1
1)
2)
3)
4)
2
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
3
1)
2)
3)
4)
5)
Kegiatan
Bulan ke:
2
3
4
Jenis
Peralatan penunjang
Sewa Handycam
Sewa Kamera
Recorder
Angket
a.
b.
c.
d.
Kuantitas
2 Kali
Rp. 250.000
2 Kali
Rp. 250.000
1 Buah
Rp. 300.000
250 Angket Rp. 10.000
Toal Biaya Peralatan Penunjang
Rp. 500.000
Rp. 500.000
Rp. 300.000
Rp. 2.500.000
Rp. 3.800.000
Rp. 672.000
Rp. 2.100.000
Rp. 2.772.000
Rp. 900.000
Rp. 900.000
Rp. 1.800.000
Rp. 100.000
Rp. 50.000
Rp. 160.000
Rp. 500.000
Rp. 100.000
Rp. 50.000
Rp. 200.000
Rp. 100.000
Rp. 1.260.000
Rp. 9.632.000
10
DAFTAR PUSTAKA
Djelantik. 1999.
Sebuah
Pengantar Estetika.
Indonesia. Bandung.
Doellah Santosa. 2002.
Penerbit ITB.
Hamzuri. 1998. Batik Klasik. Jakarta: Djambatan.
Kuswadji.1981. Mengenal Seni Batik di Yogyakarta. Yogyakarta : Proyek
Pengembangan Permuseuman Yogyakarta
Moleong, Leksy. 2002.
RosdaKarya.
Murtihadi dkk. 1979. Pengembangan Teknologi Batik Menurut SMIK.
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Nian S. Djoemena.1990. Ungkapan Sehelai Batik. Jakarta: Djambatan
Prasetyo Anindito. 2010.
Balai
vi
vii
viii
ix
No
Jenis
Peralatan penunjang
Sewa Handycam
Sewa Kamera
Recorder
Angket
e.
f.
g.
h.
Kuantitas
2 Kali
Rp. 250.000
2 Kali
Rp. 250.000
1 Buah
Rp. 300.000
250 Angket Rp. 10.000
Toal Biaya Peralatan Penunjang
Rp. 500.000
Rp. 500.000
Rp. 300.000
Rp. 2.500.000
Rp. 3.800.000
Rp. 672.000
Rp. 2.100.000
Rp. 2.772.000
Rp. 900.000
Rp. 900.000
Rp. 1.800.000
Rp. 100.000
Rp. 50.000
Rp. 160.000
Rp. 500.000
Rp. 100.000
Rp. 50.000
Rp. 200.000
Rp. 100.000
Rp. 1.260.000
Rp. 9.632.000
xi
Nama / NIM
Program
Studi
Akuntansi
Mustangin
Rini Handayani
Pendidikan
Ekonomi
Fitri Febriyanti
Niken Larasati
Pendidikan
Bahasa
Jawa
Pendidikan
Bahasa
Jawa
Bidang Ilmu
Kajian
Filosofis
Batik
Pendidikan
Akuntansi
Kajian
Budaya
Sastra Jawa
Alokasi
Uraian Tugas
Waktu
18 Jam / Ketua
Tim,
Minggu
Managerial dan
Penelitian
16 Jam / Anggota
Tim,
Minggu
Administrasi dan
Artikel
16 Jam / Anggota
Tim,
Minggu
Tinjauan Budaya
dan Publikasi
16 Jam / Anggota Tim,
Minggu
xii
xiii