Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS CAPACITY BUILDING PADA RUKUN TETANGGA

DI DESA MODONG KECAMATAN TULANGAN

Dosen Pengampu:
Dewi Casmiwati, S.IP., M.Si

PENYUSUN:
Nur Vivi Dwi Ambarwati (2018.05.1.0051)

ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2020
Latar Belakang Masalah
Dalam sistem pemerintahan republik indonesia, ada salah satu lembaga
kemasyarakatan yang berada di wilayah kelurahan atau desa, dapat dikenal dengan
istilah Rukun Tetangga dan Rukun Warga (RT/RW) istilah Rukun Tetangga (RT)
yang merupakan suatu lembaga kemasyarakatan yang berada di wilayah kelurahan
atau desa. Masyarakat indonesia yang berdasarkan kegotongroyongan dan
kekeluargaan serta untuk membantu meningkatkan kelancaran peleksanaan tugas
pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan di Desa dan Kelurahan.
Pembangunan merupakan proses perubahan sosial yang ke arah yang lebih baik
melalui upaya-upaya yang dilakukan secara terencana. Tujuan utama pembangunan
adalah tercapainya kesejahteraan masyarakat.

Morrison (2001), pengembangan kapasitas organisasi sebagai suatu proses untuk


melakukan sesuatu atau serangkaian gerakan, perubahan multi level di dalam
individu, kelompok-kelompok organisasi-organisasi dan sistem-sistem dalam rangka
untuk memperkuat kemampuan penyesuaian individu dan organisasi sehingga dapat
tanggap terhadap perubahan lingkungan yang ada.

Sejalan dengan dinamika sosial saat ini organisasi rukun tetangga menjadi lebih
penting. Pembentukan organisasi rukun tetangga harus dilengkapi dengan
membangun kapasitas mereka sehingga organisasi rukun tetangga secara posotif akan
memberikan dampak horizontal dan vertikal. Diantara organisasi yang ada di
pemerintahan desa lainnya, yang memiliki peran penting untuk lingkungan yang ada
di desa merupakan keberadaan dan fungsi dari rukun tetangga sebagai organisasi yang
mewakili satu komponen utama pemerintah desa yang berpusat pada masyarakat.
Rukun tetangga merupakan linear depan dalam memberikan layanan kepada
masyarkat karena kedekatan mereka tehadap masyarakat. Oleh karena itu
pengembangan kapasitas untuk organisasi rukun tetangga ini menjadi kebutuhan
segera yang membutuhkan respon positif. Kebijakan yang kuat harus diformulasikan
untuk memanfaatkan keberadaan dan fungsi mereka sehingga dapat berkontribusi
pada pembangunan sosial. Dalam meningkatkan effisiensi, efektivitas, dan
responsivitas kinerja. Melalui pengembangan kapasitas diharapkan dapat membenahi
kinerja Rukun tetangga sebagai organisasi yang berdekatan dengan masyarakatnya
dan dapat dijadikan cerminan sebagai sebuah pemerintahaan yang baik (Good
Governance)
Analisis

Sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 19 tahun 2011 mengenai


pedoman pembentukan lembaga kemasyarakatan di Desa dan kelurahan termasuk
Rukun tetangga merupakan lembaga yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat
setempat dalam rangka pelayanan pemerintahan dan kemasyarakatan yang ditetapkan
oleh pemerintah desa atau lurah. Rukun Tetangga atau RT adalah organisasi di
lingkungan masyarakat yang dibentuk berdasarkan kedekatan tempat tinggal yang
saling bertetangga. Tujuannya untuk membina kerukunan hidup antar tetangga. Setiap
RT mempunyai pengurus yang terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, wakil
sekretaris, bendahara, dan seksi-seksi. Setiap RT juga mempunyai program kerja,
misalnya program kebersihan lingkungan, pemeliharaan jalan dan selokan, dan
peringatan hari untuk dirayakan seperti kemerdekaan Republik Indonesia. Masyarakat
yang menjadi anggota RT harus mematuhi peraturan yang ada. Ada beberapa hal yang
menjadi hambatan dalam pengembangan kapasitas di suatu lingkungan baik terkecil
seperti RT karena setiap masalah yang muncul tidak selalu dapat diselesaikan dengan
mudah, dilihat dari SDM-nya yang dapat mengatasi masalah yang dilaporkan oleh
warganya dengan tindakan-tindakan yang akan dilakukan. Dari hal tersebut kapasitas
SDM-nya sebagai RT dilihat dapat memenuhi kebutuhan serta sarana dan prasarana
yang memang menjadi kewajiban untuk warganya.
Peraturan Daerah No. 12 tahun 2012 tentang Rukun Tetangga pasal 7, yaitu :
Tugas Rukun Tetanggan dan Rukun Warga adalah :
a. Membantu terwujudnya kehidupan masyarakat yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945 ;
b. Menggerakkan Gotong Royong swadaya dan partisipasi masyarakat ;
c. Membantu terciptanya ketentraman dan ketertertiban dalam masyarakat ;
d. Membantu terciptanya kebersihan dan keindahan lingkungan ;
e. Membantu menyebarluaskan dan mengamankan setiap program Pemerintah dan
Pemerintah Daerah ;
f. Menjembatani hubungan antar sesama anggota masyarakat dan antara anggota
masyarakat dengan Pemerintah Daerah ;
g. Membantu menciptakan dan memelihara kelertarian lingkungan hidup

Menurut Morrison bahwa Capacity Building (Pengembangan Kapasitas) adalah


serangkaian strategi yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan
responsifitas dari kinerja. Lebih lanjut Morrison mengatakan bahwa : Capacity
Building adalah pembelajaran, berawal dari mengalirnya kebutuhan untuk mengalami
suatu hal, mengurangi ketidaktahuan dan ketidakpastian dalam hidup, dan
mengembangkan kemampuan yang dibutuhkan untuk beradaptasi menghadapi
perubahan.
Tujuan dari Capacity Building (pengembangan kapasitas) adalah :
a. Secara umum diidentikkan pada perwujudan sustainabilitas (keberlanjutan)suatu
sistem.
b. Secara khusus ditujukan untuk mewujudkan kinerja yang lebih baik dilihatdari
aspek :
1) Efisiensi dalam hal waktu (time) dan sumber daya (resources)
yangdibutuhkan guna mencapai suatu outcome
2) Efektifitas berupa kepantasan usaha yang dilakukan demi hasil yang
diinginkan
3) Responsifitas yakni bagaimana mensinkronkan antara kebutuhan dan
kemampuan untuk maksud tersebut.
4) Pembelajaran yang terindikasi pada kinerja individu, grup, organisasi dan
sistem.
Karakteristik Capacity Building (Pengembangan kapasitas) dicirikan dengan hal-hal
sebagai
berikut :
a) Merupakan sebuah proses yang berkelanjutan.
b) Memiliki esesensi sebagai sebuah proses internal.
c) Dibangun dari potensi yang telah ada.
d) Memiliki nilai intrinsik tersendiri.
e) Mengurus masalah perubahan.
f) Menggunakan pendekatan terintegrasi dan holistik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Capacity Building Terdapat banyak faktor yang


mempengaruhi penyelenggaraan maupun kesuksesan program pengembangan
kapasitas. Namun secara khusus Soeprapto mengemukakan bahwa faktor-faktor
signifikan yang mempengaruhi pengembangan kapasitas adalah sebagai berikut:
a. Komitmen bersama.
Collective commitments dari seluruh aktor yang terlibat dalam sebuah organisasi
sangat menentukan sejauh mana pengembangan kapasitas akan dilaksanakan
ataupun disukseskan. Komitmen bersama ini merupakan modal dasar yang harus
terus menerus ditumbuhkembangkan dan dipelihara secara baik oleh karena
faktor ini akan menjadi dasar dari seluruh rancangan kegiatan yang akan
dilakukan oleh sebuah organisasi. Tanpa adanya komitmen baik dari pimpinan
tingkat atas, menengah maupun bawah dan juga staff yang dimiliki, sangatlah
mustahil mengharapkan program pengembangan kapasitas bisa berlangsung
apalagi berhasil dengan baik.
b. Kepemimpinan.
Faktor conducive leadership merupakan salah satu hal yang paling mendasar
dalam mempengaruhi inisiasi dan kesuksesan program pengembangan kapasitas
personal dalam kelembagaan sebuah organisasi. Dalam konteks lingkungan
organisasi publik, harus terus menerus didorong sebuah mekanisme
kepemimpinan yang dinamis sebagaimana yang dilakukan oleh sektor swasta. Hal
ini karena tantangan ke depan yang semakin berat dan juga realitas keterbatasan
sumber daya yang dimiliki sektor publik. Kepemimpinan kondusif yang
memberikan kesempatan luas pada setiap elemen organisasi dalam
menyelenggarakan pengembangan kapasitas merupakan sebuah modal dasar
dalam menentukan efektivitas kapasitas kelembagaan menuju realisasi tujuan
organisasi yang diinginkan.
c. Reformasi peraturan.
Kontekstualitas politik pemerintahan daerah di indonesia serta budaya pegawai
pemerintah daerah yang selalu berlindung pada peraturan yang ada serta lain-lain
faktor legal-formalprosedural merupakan hambatan yang paling serius dalam
kesuksesan program pengembangan kapasitas. Oleh karena itulah, sebagai sebuah
bagian dari implementasi program yang sangat dipengaruhi oleh faktor
kepemimpinan maka reformasi (atau dapat dibaca penyelenggaran peraturan yang
kondusif) merupakan salah satu cara yang perlu dilakukan dalam rangka
menyukseskan program kapasitas ini.
d. Reformasi kelembagaan.
Reformasi peraturan di atas tentunya merupakan salah satu bagian penting dari
reformasi kelembagaan ini. Reformasi kelembagaan pada intinya menunjuk
kepada pengembangan iklim dan budaya yang kondusif bagi penyelenggaraan
program kapasitas personal dan kelembagaan menuju pada realisasi tujuan yang
ingin dicapai. Reformasi kelembagaan menunjuk dua aspek penting yaitu
struktural dan kultural. Kedua aspek ini harus dikelola sedemikian rupa dan
menjadi aspek yang penting dan kondusif dalam menopang program
pengembangan kapasitas karena pengembangan kapasitas harus diawali pada
identifikasi kapasitas yang dimiliki maka harus ada pengakuan dari personal dan
lembaga tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki dari kapasitas yang
tersedia (existing capacities). Pengakuan ini penting karena kejujuran tentang
kemampuan yang dimiliki merupakan setengah syarat yang harus dimiliki dalam
rangka menyukseskan program pengembangan kapasitas.

Dari indikator-indikator di atas dapat dimaknai bahwa Capacity Building merupakan


suatu proses yang berlangsung secara berkelanjutan, bukan berangkat dari pencapaian
hasil semata, seperti yang telah dijelaskan bahwa Capacity Building adalah proses
pembelajaran akan terus melakukan keberlanjutan untuk tetap dapat bertahan terhadap
perubahan lingkungan yang terjadi secara terus menerus. Capacity Building bukan
proses yang berangkat dari nol atau ketiadaan, melainkan berawal dari membangun
potensi yang sudah ada untuk kemudian diproses agar lebih meningkat kualitas diri,
kelompok, organisasi serta sistem agar tetap dapat beratahan di tengah lingkungan
yang mengalami perubahan secara terus-menerus.
Capacity Building bukan hanya ditujukkan bagi pencapaian peningkatan kualitas pada
satu komponen atau bagian dari sistem saja, melainkan diperuntukkan bagi seluruh
komponen,bukan bersifat parsial melainkan holistik, karena Capacity Building
bersifat multi dimensi dan dinamis dimana dicirikan dengan adanya multi aktifitas
serta bersifat pembelajaran untuk semua komponen sistem yang mengarah pada
sumbangsih terwujudnya kinerja bersama (kinerjakolektif).
Walaupun konsep dasar dari Capacity Building ini adalah proses pembelajaran,
namun Capacity Building pada penerapannya dapat diukur sesuai dengan tingkat
pencapaiannya yang diinginkan, apakah diperuntukkan dalam jangka waktu yang
pendek, menengah atau panjang. Proses Capacity Building dalam tingkatan yang
terkecil merupakan proses yang berkaitan dengan pembelajaran dalam diri individu,
kemudian pada tingkat kelompok, organisasi dan sistem dimana faktor-faktor tersebut
juga difasilitasi oleh faktor eksternal yang merupakan lingkungan pembelajarannya.
Dalam jangka waktu yang sangat panjang dan terus menerus, maka pengembangan
kapasitas memerlukan aktifitas adaptif untuk meningkatkan kapasitas semua
stakeholder-nya.

Kesimpulan
Pengembangan Kapasitas (Capacity Building) secara umum merupakan suatu proses
pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan keahlian yang
dimiliki oleh individu, kelompok atau organisasi serta sistem untuk memperkuat
kemampuan diri, kelompok dan organisasi sehingga mampu mempertahankan diri/
profesinya ditengah perubahan yang terjadi secara terus menerus. Pengembangan
Kapasitas atau Capacity Building Pada Sumber daya Manusianya merupakan yang
paling penting dalam peningkatan di lingkungan Rukun Tetangga faktor komitmen
bersama, kepemimpinan, reformasi peraturan dan reformasi kelembagaan
mempengaruhi dalam meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan responsifitas dari
kinerja. Oleh karena itu pengembangan kapasitas di lingkungan Rukun Tetangga di
desa Modong Kecamatan Tulangan dapat meningkatkan dengan ditekankan pada
aspek pembelajaran individu dalam rangka mendapatkan sumber daya manusia yang
berkualitas dalam ruang lingkup penciptaan peningkatan keterampilan-keterampilan
dalam diri individu, penambahan pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat
ini, peningkatan tingkah laku untuk memberikan tauladan, dan motivasi agar bekerja
lebih baik dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya untuk mencapai tujuan
lembaga/organisasi yang telah dirancang

DAFTAR PUSTAKA
Morrison, Terrence (2001), Actionable Learning - A Handbook for Capacity Building
Through Case Based Learning, ADB Institute

Pengembangan kapasitas, Fokus.  http://nidaimekingofblue.blogspot.com/2011/05/


pengembangan-kapasitas- sumberdaya.html(diakses pada 24 Maret 2013)

Manfaat. http://chevichenko.wordpress.com/2009/11/26/tujuan-dan-manfaat-pengemb
angan-sumber-daya-manusia/ (diakses pada 24 Maret 2013)

Sumber Lain :
- Peraturan Daerah No. 19 tahun 2011 tentang Pedoman Pembentukan Lembaga
Kemasyarakatan Di Desa dan Kelurahan
- Peraturan Daerah No. 12 tahun 2012 tentang Rukun Tetangga pasal 7
- Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan

Anda mungkin juga menyukai