Anda di halaman 1dari 38

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBANGUNAN

1. Pengertian Perencanaan Pembangunan


Arthur W. Lewis (1965) mendefinisikan perencanaan pembangunan
sebagai :
“Suatu kumpulan kebijaksaan dan program pembangunan untuk merangsang
masyarakat dan swasta untuk menggunakan sumberdaya yang tersedia
secara lebih produktif”

Kemudian M.L. Jhingan (1984) seoranng ahli perencanaan pembangunan


bangsa India memberikan definisi yang lebih kongkrit tentang perencanaan
pembangunan tersebut. Menurut dia :
“Perencanaan pembangunan pada dasarnya adalah merupakan
pengendalian dan pengaturan perekonomian dengan sengaja oleh suatu
penguasa (pemerintah) pusat untuk mencapai suatu sasaran dan tujuan
tertentu didalam jangka waktu tertentu pula”.

Khusus untuk meluruskan pemahaman dan pelaksanaan perencanan


pembangunan di Indonesia, Undang-undang No. 25 Tahun 2004
Mendefinisikan prencanaan pembangunan sebagai berikut :
“Sistem Perencnaan Pembangunan Nasional (SPPN) adalah suatu kesatuan
tata-cara perencanaan pembangunan untuk meghasilkan rencana-rencana
pembangunan jangka panjang, jangka menengah dan tahunan, yang
dilaksanakan oleh unsure penyelenggara negra dan masyarakat di tingkat
pusat dan daerah”.

Dari beberapa definisi dan pengertian perencanaan pembangunan di atas


terlihat dengan jelas bahwa komponen utama dari perencanaan
pembangunan adalah sebagai berikut :
(a) Merupakan usaha pemerintah secaraterencana dan sistematis untuk
mengendalikan dn mengatur proses pembangunan.
(b) Mencakup periode jangka panjang, menengh dan tahunan.
(c) Menyangkut dengan variabel-variabel yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan secara keseluruhan baik secara langsung
maupun tidak langsung.
(d) Mempunyai suatu sasaran pembangunan yang jelas sesuai dengan
keinginan masyarakat.

Negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa kebanyakan tidak


menggunakan perencanaan pembangunan. Dalam hal ini proses
pembangunan disorong dan dikendalikan melalui “tangan yang nampak”
(Invisible hand) yng dikenal sebagai mekanisme pasar.
Akan tetapi, pada negara yang menganut paham sosialis semuanya
menggunakan perencaaan pembangunan sebagai alat untuk mendorong dan
mengendalikan proses pembangunan secara keseluruhan. Kenyataan
menunjukan pula bahwa sebagian besar dari Negara-negara sedang
berkembang juga menggunakan perencanaan pembangunan sebagai alat
untuk mendorong dan mengkoordinasikan kegiatan pembangunannya.
Tiga alasan utama mengapa negara berkembang juga memerlukan
perencanaan pembangunan untuk mengendalikan dan mendorong proses
pembangunan untuk mengendalikan dan mendorong proses pembangunan
baik pada tingkat nasional maupun tingkat daerah, yaitu:
(a) Kegagalan Mekanisme Pasar
Bekerjanya mekanisme pasar secara baik dan dapat berfungsi sebagai
“invisible hand” dalam mendorong kegiatan ekonomi tentunya memerlukan
persyaratan tertentu yaitu: (a) terdapatnya kompetensi yang cukup tajam dan
berjalan secara adil dan tidak ada kekuatan monipoli, (b) tidak ada daerah
dan masyarakat yang terisolir sehingga tidak mendapatkan informasi yang
sama dengan golongan masyarakat lainnya dan (c) hokum berjalan dengan
baik sehingga tidak ada golongan masyarakat yang dapat berbuat curang
dan menang sendiri. Bila ketiga unsure ini tidak dipenuhi, maka akan menjadi
“kegagalan mekanisme pasar” (Market Failures) sehingga fungsinya sebagai
invisible hand tidak bekerja dengan baik.
Di negara sedang berkembang menunjukkan bahwa kekuatan monopoli
masih cukup banyak. Akibatnya tingkat persaingan di pasar masih terbatas
dan oersaingan itu sendiri juga masih banyakk yang dilakukan secara tidak
adil dan curang karena pengawasan yang kurang. Pemanfaatan mekanisme
pasar sebagai alat untuk mendorong kegiatan ekonomi dan pembangunan
tidak berjalan dengan baik. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah untuk
mendorong kegiatan ekonomi dan pembangunan melalui pemanfaatan
mekanisme perencanaan pembangunan yang dibiayai dengan investasi
pemerintah.
(b) Ketidakpastian Masa Datang
Masa datang penuh dengan ketidakpastian (uncertainty) sehingga keputusan
yang diambil oleh pihak swasta dan masyarakat secara keseluruhan
seringkali tidak tepat sesuai dengan sasaran yang diharapkan. Hal ini
tentunya akan sangat merugikan bilamana keputusan tersebut menyangkut
dengan kegiatan investasi dan produksi untuk jangka panjang. Untuk
mengatasi hal ini, biasanya pemerintah yang mengambil inisiatif untuk
menggerakkan dan mengkoordinasikan kegiatan ekonomi melalui
penggunaan mekanisme perencanaan pembangunan.
(c) Untuk Mengarahkan Kegiatan Pembangunan
Kegiatan pembangunan secara terpadu, efesiendan berkelanjutan hanya
dapat diwujudkan bila terdapat arah dan pentahapan pembangunan yang
jelas. Peranan perencanaan pembangunan sangat penting guna dapat
mengarahkan aktifitas para pelaku pembangunan, baik pemerintah, swasta
dan masyarakat umum dalam rangka menuju pada suatu sasaran yang jelas
dan bermanfaat untuk seluruh lapisan masyarakat. Dengan demikian,
pemerintah dalam hal ini berfungsi sebagai pendorong proses pembangunan
(Agent og Develoment).
2. Tujuan dan Fungsi Perencanaan Pembangunan
Tujuan dan fungsi pokok tersebut adalah sebagai berikut:
(a) Mendukung koordinasi antar peaku pembangunan.
(b) Menjamin terciptanya integrasi, singkronisasi dan sinergi antar daerah,
waktu dan fungsi pemerintah, baik pusat maupun daerah.
(c) Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan.
(d) Mengoptimalkan pertisipasi masyarakat dalam perencanaan
pembangunan.
(e) Menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efesien, efektif,
dan adil.
(a) Mendukung koordinasi Antar Pelaku Pembangunan
Dalam rangka mendorong dan mewujudkan keterpaduan antara pelaku
pembangunan tersebut, maka perencanaan pembangunan bertujuan dan
berfungsi sebagai alat koordinasi terhadap kegiatan pembangunan yang
dilakukan oleh dinas dan instansi guna dpat mencapai sasaran
pembangunan sebagaimana ditetapkan dalam rencana. Wadah yang dapat
dimanfaatkan untuk pelaksanaan koodinasi ini adalah Forum SKPD (Satuan
Kerja Perangkat Daerah) dan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(MUSRENBANG) yang dilakukan secara berkala.

(b) Menjamin Terciptanya Integrasi, Singkronisasi dan Sinergi Antar Daerah


Dalam menyusun dokumemen perencanaan pembangunan perlu pula
diperhatikan permasalahan dan perkembangan pembangunan pada daerah
sekitarnya sehingga perumusan kebijakan dan program pembangunan dapat
dilakukan secara terpadu dengan wilayah lainnya. Integrasi, singkronisasi
dan sinergi tersebut dapat pula dilakukan antar waktu dan fungsi pemerintah
sehingga terwujud pembangunan yang terpadu dan terarah dalam jangka
panjang.
(c) Menjamin Keterkaitan dan Konsistensi Antara Perencanaan,
Penganggaran, Pelaksanaan dan Pengawasan
Prinsip perencanaan yaitu perlunya dijaga keterkaitan antara Planning,
Programming and Budgetting. Bila keterkaitan dengan anggaran tidak dapat
diwujudkan, maka kebanyakan dari program yang telah ditetapkan tidak akan
dapat dilaksanakan. Keterkaitan antara perencanaan dan pengawasan
sangat diperlukan juga untuk menjamin agar apa yang direncanakan dapat
dilaksanakan (diimplementasikan) dengan baik.

(d) Mengoptimalkan Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan


Setelah rancangan awal perencanaan pembangunan selesai disusun,
aspirasi masyarakat dapat pula diserap melalui pelaksanaan Musyawarah
Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG) sebagaimana dimanfaatkan
dalam UNdang-undang No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional. MUSRENBANG ini dapat dilakukan secara
bertingkat mulai dari tingkat desa sampai dengan tinggkat kabupaten, kota
dan propinsi.

(e) Menjamin Tercapainya Penggunaan Sumberdaya Secara Efesien,


Efektif, dan Adil
Tanpa perencanaan sebenarnya kegiatan pembangunan juga dapat
dilalaksanakan, tetapi besar kemungkinan tidak terlaksana secara efektif,
efesien dan adil sebagaimana diharapkan. Aspek penting yang perlu terus
diupayakan pemerintah ada;lah mengupayakan agar perencanaan
pembangunan tersebut dapat disusun dengan layak secara teknis dan
mendapat dukungan darib seluruh masyarakat dan elit politik sehingga
pelaksanaannya di lapangan dpat terjamin.
JENIS PERENCANAAN

Perencanaan pembangunan berdasarkan dimensi pendekatan :


1. Perencanaan Makro
Perencanaan Makro adalah perencanaan pembangunan nasional dalam skala
makro atau menyeluruh. Dalam perencanaan makro ini dikaji berapa pesat
pertumbuhan ekonomi dapat dan akan direncanakan, berapa besar tabungan
masyarakat dan pemerintah akan tumbuh, bagaimana proyeksinya, dan hal-hal
lainnya secara makro dan menyeluruh. Kajian ini dilakukan untuk menentukan
tujuan dan sasaran yang mungkin dicapai dalam jangka waktu rencana, dengan
memperhitungkanberbagai variable ekonomi mikro. Perencanaan makro ini
dilakukan dengan melihat dan memperhitungkan keterkaitannya dengan
perencanaan sektoral dan regional secara cermat.
2. Perencanaan Sektoral
Perencanaan Sektoral adalah perencanaan yang dilakukan dengan pendekatan
berdasarkan sektor. Yang dimaksud dengan sektor adalah kumpulan dari
kegiatan atau program yang mempunyai persamaan cirri-ciri serta tujuan.
Pembagian menurut klasifikasi fungsional seperti sektor, maksudnya untuk
mempermudah perhitungan-perhitungan dalam mencapai sasaran makro.
3. Perencanaan Regional
Perencanaan Regional menitikberatkan pada aspek lokasi tempat kegiatan
dilakukan. Pemerintah daerah mempunyai kepentingan yang berbeda dari
instansi-instansi di pusat dalam melihat aspek ruang di suatu daerah. Dalam
merencanakan pembangunan daerah, pemerintah daerah mengupayakan
pendayagunaan ruang di daerahnya, mengisinya dengan berbagai kegiatan (jadi
sektoral) sedemikian rupa sehingga menghasilkan alternative pembangunan
yang terbaik bagi daerah tersebut.
4. Perencanaan Mikro
Perencanaan Mikro adalah perencanaan skala terperinci dalam perencanaan
tahunan, yang merupakan penjabaran rencana-rencana baik makro, sektoral,
maupun regional ke dalam susunan proyek-proyek dan kegiatan-kegiatan
dengan berbagai dokumen perencanaan dan penganggaran lainnya.
Perencanaan ini merupakan unsure yang sangat penting karena pada dasarnya
pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan, baik untuk RPJPN/RPJPD
maupun yang tertulis dalam RPJMN/RPJMD, seluruhnya diandalkan pada
implementasi dari rencana-rencana di tingkat mikro.

Perencanaan pembangunan berdasarkan jangkauan waktu dapat diklasifikasikan atas


tiga jenis yaitu : Perencanaan Jangka Panjang, Perencanaan Jangka Menengah, dan
Perencanaan Jangka Pendek.
1. Perencanaan Jangka Panjang
Perencanan jangka panjang biasanya mencakup jangka waktu 10-25 tahun.
Pada era Orde Baru, pembangunan jangka panjang mencakup jangka waktu 25
tahun sebagaimana diterapkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN). Sedangkan dewasa ini rencana Pembangunan Jangka Panjang , baik
nasional maupun daerah mencakup waktu 20 tahun. Malah ada pula jenis
perencanaan pembangunan yang mempunyai jangka waktu 10 tahun, seperti
Rencana Induk Pembangunan (RIP) dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Rencana jangka panjang (Long-tern Planning) biasanya disebut juga sebagai
perencanaan perspektif (Perspective Planning) yang berisikan arah
pembangunan secara umum. Dengan kata lain, perencanaan jangka panjang
berisikan pandangan jauh ke depan tentang kerangka pembangunan (Blue-
Print) yang disusun sesuai dengan aspirasi masyarakat secara umum.karena itu,
perencanaan jangka panjang lebih bersikap makro (menyeluruh) dan tidak
sampai kepada program dan kegiatan secara rinci. Sedangkan aspek yang
dibahas meliputi bidang ekonomi, sosial-budaya, dan tata ruang. Di samping itu
dalam perencanaan jangka panjang juga tercakup pentahapan pembangunan
untuk masing-masing peiode lima tahunan. Hal ini perlu dilakukan agar
perencanaan jangka panjang tersebut dapat menjadi acuan terhadap
penyusunan perencanaan jangka menegah.
2. Perencanaan Jangka Menengah
Perencanaan jangka menengah (Medium-tern Planning) biasanya mencakup
waktu 4-5 tahun, tergantung dari masa jabatan presiden atau kepala daerah. Di
Indonesia, perencanaan jangka menengah mempunyai jangka waktu 5 tahun
yang disusun baik oleh pemerintah nasional maupun pemerintah daerah.
Perencanaan jangka menengah pada dasarnya merupakan jabaran dari
perencanaan jangka panjang sehingga bersifat lebih operasional. Perencanaan
jangka panjang berisikan perumusan kerangka ekonomi makro, strategi,
kebijakan dan program pembangunan yang disusun berdasarkan visi dan misi
presiden atau kepala daerah terpilih. Di samping itu, perencanaan jangka
menengah memuat juga sasaran dan target pembangunan secara kuantitatif dan
kualitatif supaya perencanaan tersebut menjadi lebih terukur dan mudah
dijadikan sebagai dasar dalam melakukan monitoring dan evaluasi.
3. Perencanaan Jangka Pendek
Perencanaan jangka pendek biasanya mencakupwaktu hanya 1 tahun, sehingga
sering kali juga dinamakan sebagai rencana tahunan (Annual Planning). Rncana
ini pada dasarnya adalah merupakan jabaran dari Rencana Jangka Menengah.
Di samping itu, perencanaan tahunan ini bersifat sangat operasional karena di
dalamnya termasuk program dan kegiatan, lengkap denan pendanaannya.
Bahkan dalam rencana tahunan ini termasuk juga indikator dan target kinerja
untuk masing-masing program dan kegiatan. Karena itu, rencana tahunan ini
selanjutnya dijadikan dasar utama dalam penyusunan Anggaran Pendapatan
dan Belanja baik pada tingkat nasional (RAPBN) maupun tingkat daerah
(RAPBD). Rencana tahunan yang mencakup kesemua sektor dinamakan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sedangkan khusus untuk suatu
sektor atau bidang dinamakan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah
(Renja SKPD).
UNSUR POKOK PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

A. Kondisi Umum Daerah


Penyusunan setiap dokumen perencanaan pembangunan daerah
biasanya selalu dimulai dengan analisis tentang kondisi umum (existing
condition) dari Negara atau daerah bersangkutan. Analisis ini sangat penting
artinya untuk dapat mengetahui secara jelas kondisi objektif yang terdapat pada
Negara atau daerah tersebut yang selanjutnya akan dijadikan sebagai landasan
utama untuk menyusun rencana ke depan secara realistis. Adalah suatu hal
yang sangat tidak realistis dan berbahaya bila suatu perencanaan pembangunan
tidak didasarkan pada kondisi riil yang terdapat daerah bersangkutan. Analisis
tentang kondisi umum daerah tersebut biasanya meliputi aspek geografis,
sumber daya alam, agama dan budaya. Penduduk dan sumber daya manusia,
potensi ekonomi daerah, hukum dan pemerintahan.

Kondisi umum daerah dapat diketahui dengan menggunakan tiga indeks


utama yaitu : struktur perekonomian, pertumbuhan ekonomi dan potensi
ekonomi. Struktur ekonomi dapat dipresentasikan melalui persentase kontribusi
nilai PDRB dari suatu periode ke periode lainnya. Pertumbuhan ekonomi dapat
diketahui melalui persentase kenaikan nilai PDRB dengan harga konstan untuk
periode tertentu. Sedangkan potensi ekonomi secara relatif dapat diukur dengan
menggunakan Koefisien Lokasi (Location Quotient,LQ) yang merupakan
indicator Keuntungan Komperatif (Comperative Advantage) yang dimiliki oleh
suatu daerah dibandingkan dengan daerah lainnya.

B. Visi dan Misi Pembangunan Daerah


Disamping tujuan, setiap perencanaan pembangunan, baik jangka
panjang dan jangka menengah, disusun dengan mengacu pada visi dan misi
yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini dilakukan agar perencanaan yang
disusun benar-benar mengacu pada tujuan dan saran pada visi dan misi yang
telah disepakati dan ditetapkan tersebut. Visi dan misi pembangunan daerah
yang baik biasanya dijaring secara intensif dari aspirasi dan keinginan dari
masyarakat yang menjadi sasaran utama pembangunan tersebut. Hal ini sangat
penting artinya agar visi dan misi tersebut benar-benar menggambarkan
keinginan dan harapan masyarakat sehingga penyusunan pembangunan
menjadi lebih terarah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat
secara umum.

Sebagaimana diungkapkan oleh Bryson (1995), visi dapat didefinisikan


sebagai kondisi yang ingin dicapai dimasa mendatang setelah
mengimplementasikan strategi dan kegiatan pembangunan.

Perlu dibedakan antara visi nasional atau daerah dan visi Kepala Negara
(Daerah). Visi nasional dan daerah adalah visi dari seluruh masyarakat pada
Negara (daerah) bersangkutan. Visi tersebut biasanya dirumuskan untuk jangkan
panjang (20 tahun) dan ditetapkan secara formal oleh DPR di tingkat nasional
dan DPRD di tingkat daerah sebagai wakil rakyat. Sedangkan visi Kepala
Negara atau daerah ditawarkan oleh calon kepala Negara pada waktu
Pemilihan Presiden (PILPRES) dan calon kepala daerah pada waktu Pemilihan
Kepala Daerah (PILKADA). Bila visi ini dapat diterima oleh masyarakat yang
dibuktikan dengan kemenangan calon bersangkutan dalam pemilihan umum
tersebut, maka visi ini selanjutnya akan dijadikan sebagai dasar penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang kemudian ditetapkan
oleh presiden dan kepala daerah bersangkutan. Dengan cara demikian, apa
yang telah dijanjikan kepada rakyat dalam kampenye pemilihan umum benar-
benar akan dapat dilaksanakan nantinya dalam kenyataan.

Sedangkan, misi pada dasarnya merupakan cara dan upaya umum dan
bersifat pokok yang akan dilakukan dalam mewujudkan dan merealisasikan visi
yang telah ditetapkan tersebut. Karena itu misi berhubungan erat dengan arah,
kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang dilakukan untuk
mewujudkan visi pembangunan . ini berarti bahwa arah, strategi, kebijakan,
program dan kegiatan pembangunan yang dimuat dalam dokumen perencanaan
pembangunan sebaiknya dijabarkan dari misi pembangunan yang telah
ditetapkan semula. Dengan cara demikian diharapkan pencapaian visi dan misi
tersebut akan menjadi lebih terjamin dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan
nantinya.

C. Sasaran dan Target Pembangunan


Perencanaan yang baik mempunyai sasaran dan target yang jelas untuk
periode waktu tertentu. Sasaran pada dasarnya adalah bentuk kongkrit dari
tujuan yang ingin dicapai melalui pelaksanaan pembangunan sesuai yang
direncanakan. Sedangkan target adalah sasaran lebih kongkrit dan spesifik lagi
dalam bentuk kuantitatif yang harus dicapai pada waktu tertentu. Dengan adanya
sasaran dan target yang jelas tersebut, maka perencanaan akan menjadi lebih
jelas, kongkrit dan terukur. Penetapan sasaran dan target ini sangat penting
artinya untuk memudahkan pelaksanaan pembangunan sekaligus monitoring
dan evaluasi bagi instansi pelaksana.
Penentuan sasaran dan target memerlukan teknik proyeksi tertentu
karena menyangkut dengan prediksi masa datang. Proyeksi dapat dilakukan
berdasarkan kecenderungan (trend) yang terjadi di masa lalu dangan
memperhatikan data dan fakta yang tersedia. Bila hasil perkiraan dengan
menggunakann cara ini kurang logis, maka proyeksi dapat pula dilakukan
dengan memperhatikan perkiraan kemampuan daerah dalam melakukan
investasi, baik dengan menggunakan dana pemerintah, swasta atau masyarakat.

D. Strategi Pembangunan
Strategi pembangunan pada dasarnya adalah merupakan cara atau jalan
terbaik untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan semula. Karena itu
strtegi yang baik dn tepat akan dapat menghasilkan pencapaian tujuan secara
tepat dan terarah sehingga tujuan dapat dicapai secara efektif dan efesien.
Tentunya penetapan strategi yang tepat untuk suatu Negara dan daerah akan
sangat ditentukan pula oleh kondisi, potensi yang dimiliki dan permasalahan
pokok yang dihadapi oleh Negara dan daerah tersebut serta sumberdaya
tersedia yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung upaya pencapaian tujuan
dan sasaran pembangunan.

E. Kebijakan Pembangunan Daerah


Kebijakan (wisdom) pada dasarnya adalah merupakan keputusan
pemerintah untuk menciptakan suatu kondisi tertentu yang perlu dilaksanakan
dalam rangka mendorong proses pembangunan daerah bersangkutan.
Kebijakan pembangunan daerah dasarnya merupakan pengambilan keputusan
oleh pimpinan atau elite politik daerah untuk mewujudkan kondisi yang dapat
mendorong dan mendukung pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang
telah ditetapkan semula dalam perencanaan.
Perumusan kebijakan pembangunan daerah perlu dilakuakan secara hati-
hati dengan memperhatikan berbagai aspek penting seperti: visi dan misi
pembangunan, kondisi dan potensi daerah, permasalahan pokok pembangunan
dan proyeksi pembangunan ke depan. Di samping itu, perumusan kebijakan
pembangunan juga harus sesuai, atau tidak berlawanan dengan kondisi social
budaya setempat agar pelaksaan kebijakan tersebut tidak mendapat tantangan
dan reaksi negatif dari masyarakat daerah bersangkutan. Untuk dapat
mewujudkan keterpaduan pembangunan, maka perumusan kebijakan daerah
tersebut juga harus memperhatikan kebijakan pembangunan pada tingkatan
yang lebih tinggi, seperti kebijakan provinsi dan nasional. Baik buruknya suatu
kebijakan akan ditentukan dari seberapa jauh kebijakan tersebut dapat
dilaksanakan dan memberikan hasil (outcome) positif terhadap proses
pembangunan daerah sebagaimana telah direncanakan semula dan diharapkan
oleh masyarakat.

F. Prioritas Pembanguanan Daerah


Tidak dapat disangkal bahwa setiap negara dan daerah mempunyai
keterbatasan tertentu, baik dari segi dana, tenaga kerja, sumber daya alam dan
lain-lainnya. Karena itu dalam rangka mencapai sasaran pembangunan secara
optimal, dalam setiap rencana pembangunan biasanya beberapa prioritas
tertentu. Dengan demikian, prioritas pembangunan pada dasarnya diperlukan
dalam rangka mengoptimalkan pencapaian sasaran pembangunan daerah
dengan dana dan sumber daya yang terbatas. Prioritas pembangunan
didasarkan pada beberapa pertimbangan tertentu, antara lain adalah sebagai
berikut :

1. Program dan sector yang diprioritaskan sebaiknya berhubungan erat dengan


visi dan misi pembangunan daerah yang ditetapkan semula sehingga
pencapaian visi dan misi tersebut menjadi lebih terjamin sesuai dengan janji
yang diberikan pada masyarakat dalam Pilkada;
2. Program dan sektor yang diprioritaskan sebaiknya mencakup sebagian besar
dari kehidupan social ekonomi pada Negara dan daerah bersangkutan,
seperti sector pertanian, sumber daya manusia, sector industri dan lain-
lainnya;
3. Kegiatan dan sektor tersebut merupakan sektor unggulan dan mempunyai
Keuntungan Komperatif tinggi sehingga dapat diharapkan untuk mendorong
peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat pada
Negara dan daerah bersangkutan;
4. Progam dan kegiatan dan tersebut dapat mendukung dan bersinergi dengan
kegiatan kegiatan lainnya sehingga proses pembangunan secara
keseluruhan akan menjadi lebih maju dan berkembang;
5. Program dan kegiatan yang diperioritaskan haruslah yang layak dalam arti
manfaatnya yang dapat diberikan adalah yang lebih besar dari biaya yang
diperlukan untuk pelaksanaannya;
6. Program dan kegiatan tersebut sesuai dengan kondisi social ekonomi daerah
bersangkutan sehingga pembangunan tidak mendapatkan reaksi negatif dari
masyarakat setempat.
G. Program dan Kegiatan Pembangunan Daerah
Program dan kegiatan pembangunan daerah pada dasarnya merupakan
upaya dan tindakan konkret dalam bentuk intervensi pemerintah dengan
menggunakan sejumlah sumber daya, termasuk dana dan tenaga, yang
dilakukan dlam rangka melaksanakan kebijakan pembangunan yang telah
ditetapkan di atas. Dengan kata lain, program pembangunan tersebut
merupakan jabaran konkret dari strategi dan kebijakan yang mempunyai tujuan
dan sasaran tertentu dalam rangka mendorong proses pembangunan nasional
atau daerah. Program tersebut selanjutnya dapat dirinci lebih lanjut dalam bentuk
satu atau beberapa kegiatan yang lebih konkret dan bersifat spesifik dan saling
berkaitan baik pada lokasi tertentu atau tersebar pada beberapa lokasi.
Untuk dapat melaksanakan program dan kegiatan tersebut, pemerintah
menyediakan alokasi dana publik yang diperlukan untuk pelaksanaan
pembangunan sesuai dengan ketetapan dalam anggaran pembangunan yang
telah disetujui oleh pihak eksekutif dan legislative sebagaimana tercantum dalam
dokumen PPAS yang telah disepakati bersama. Deskripsi secara rinci tentangt
rencana kegiatan berikut penyediaan dana yang diperlukan untuk masing-
masingnya sesuai dengan nomor kodenya kemudian ditampilkan dalm dokumen
Rencana Kerja Anggaran (RKA) yang selanjutnya akan dijadikan dasar utama
dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ATAU
Daerah (APBD).dengan demikian, terlihat bahwa bilamana penyususnan
rencana terlalu umum dan tidak sampai pada program dan kegiatan secara rinci,
maka penyususnan anggaran akan mengalami kesulitan .

H. Indikator Kinerja
Mengingat penyusunan anggaran adalah didasarkan pada perencanaan
pembangunan yang telah ditetapkan sesuai dengan prinsip “Planning,
Programing, and Budgeting System (PPBS)” , maka penyusunan dokumen
perencanaan, baik rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RKPD)
tentunya juga harus menggunakan teknik Indikator Kinerja secara eksplisit dalam
penyusunan program dan kegiatannya. Dengan demikian, keterpaduan antara
perencanaan dan penganggaran akan dapat diwujudkan secara baik.
Berdasarkan konsep ilmu, Indikator Kineja dapat ditetapkan dalam 5
unsur yaitu: masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat
(benefit), dan dampak (impact). Unsur masukan yang lazim digunakan dalam
penilaian kinerja pelaksanaan kegiatan pembanguanan adlah dalam bentuk
penggunaan (penyerapan) dana atau tenaga kerja. Keluaran adalah produk
langsung dari pelaksanaan program dan kegiatan tersebut. Sedangkan hasil
adalah tingkat penggunaan dari keluaran btersebut oleh masyarakat sehingga
bermanfaat bagi kegiatan pembangunan. Manfaat adalah kontribusi dari
pelaksaaan program dan kegiatan tersebut terhadap proses pembangunan.
Sedangkan dampak adalah pengaruh yang timbul sebagai hasil dari
pelaksanaan program dan kegiatan tersebut terhadap pembangunan. Perbedaan
antara unsur manfaat dan dampak adalah sangat tipis sekali. Disamping itu,
pengukurannya juga tidak mudah dan memerlukan survey dan observasi
lapangan yang mendalam. Maka Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2008
mewajibkan pelaksanaan evaluasi kinerja pembangunan daerah hanya
mencakup tiga unsus pokok saja yaitu: masukan (input), keluaran (output) dan
hasil (outcome) saja. Unsur hasil sangat penting artinya karena aspek ini
merupakan hasil yang dapat dinikmati oleh masyarakat.
PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
DAERAH (RPJPD)

Undang-undang No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan NAsional (SPPN) mengamatkan agar msing-masing daerah menyusun
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) untuk daerah nya masing-masing.
RPJP Daerah adalah dokumen perencanaan bersifat makro yang memuat
kondisi umum daerah, prediksi kedepan,, visi dan misi serta arah dan pentahapan
pembangunan jangka panjang daerah. Pola penulisan rencana mengikuti ketentuan
berlaku yaitu sesuai dengan Undang-undang No.17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional, Peratutan Pemerintah Republlik Indonesia
No. 40 Tahun 2006 dan Peraturan Pemerintah No. 08 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tata Cara Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah.

1.1. Periode Waktu RPJP Daerah


Sebagaiman diamanatkan dalam Undang-undang 25 Tahun 2004, bahwa rencana
pembangunan jangka panjang adalah untuk periode 20 tahun. Walaupun Presiden dan
Wakil Presiden Susilo Bambang Yudoyono dan Yusuf Kalla dilantik pada tahun 2005,
tetapi RPJP yang final baru dapat ditetapkan menjadi Undang-undang no. 17 pada
tahun 2007. Namun demikian, undang-undang menetapkan pula bahwa secara formal
jangka waktu RPJP tersebut tetap untuk periode 2005-2025 sebagaimana tercantum
dalam naskah awal perencanaan tersebut. Dalam penyususnan RPJP untuk masing-
masing daerah, periode waktu perencanaan tersebut harus sama dengan periode
waktu RPJP nasional yaitu 2005-2025.

1.2. Pola Penulisan RPJP


Pola penulisan dokumen perencanaan sangat penting artinya baik bagi badan
perencanaan pembangunan sendiri maupun bagi publik. Bagi badan perencanaan,
pola penulisan ini sangat penting untuk menentukan isi dokumen yang perlu dibuat
dan sekaligus sebagai alat untuk mengkoordinasikan pembagian tugas antara tim
penyususnan rencana. Sedangkan bagi publik, pola penulisan ini juga penting a
tinya untuk mendapatkan gambaran menyeluruh yang jelas tentang isi dokumen
perencanaan pembangunan tersebut. Pola penulisan rencana ini dapat dilihat dari
daftar isi dokumen perencanaan bersangkutan. RPJP tersebut merupakan
perencanaan jangka panjang untuk periode 20 tahun (2005-2025). Secara garis
besarnya RPJP tersebut berisikan analisis tentang kondisi umum daerah, prediksi
untuk 20 tahun kedepan, visi dan misi serta arah pembangunan jangka panjang.
RPJP nasional ini selanjutnya dijadikan dasar untuk penyususnan RPJM Nasional
dan juga menjadi acuan untuk penyusunan RPJP Daerah.

Kekutan utama pola penulisa RPJP versi Bappenas ini adalah lebih bersifat
komprehensif sesuai dengan sifat dan pola penulisan rencana pembangunan jangka
panjang. Pembahasan pada masing-masing aspek dimulai dengan permasalahan
dan kendala yang dihadapi dan kemudian dilanjutkan dengan arah pembangunan
jangka panjang untuk memecahkan permasalahan tersebut. Setelah itu dibahas
pula dampak dari arah pembangunan tersebut terhadap peningkatan proses
pembangunan nasional dan perbaikan kesejahteraan masyarakat. Peryataan-
peryataan yang diberikan lebih bersifat umum sehingga flesibilitas terhadap
perubahan dimasa mendatang dapat dilakukan dengan lebih mudah.
Kelemahan pola penulisan RPJP versi Bappenas ini antara lain adalah terlalu
bersifat normatif sehingga arah pembangunan menjadi kurang kongkrit. Selanjutnya
terlihat pula bahwa analisis terlalu bersifat kualitatif sehingga target-target capaian
yang diharapkan dalam jangka panjang menjadi kabur.

Table 1.1 Pola Penulisan RPJP Nasional Versi Bappenas


Bab 1. Pendahuluan
1.1 Pengantar
1.2 Pengertian
1.3 Maksud dan Tujuan
1.4 Landasan
1.5 Tata Urut
Bab 2. Kondisi Umum
2.1 Kondisi Pada Saat Ini
A. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama
B. Ekonomi
C. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
D. Sarana dan Prasarana
E. Politik
F. Pertahanan dan Keamanan
G. Hukum dan Aparatur
H. Wilayah dan Tata Ruang
I. Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup
2.2 Tantangan
2.3 Modal Dasar
Bab 3. Visi dan Misi Pembangunan
Bab 4. Arah, Tahapan dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-
2025
4.1 Arah Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025
4.2 Tahapan dan Skala Prioritas
Bab 5. Penutup

Tabel 1.2 Pola Penullisan RPJP Versi SE Mendagri


Bab 1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Landasan Hukum
1.4 Hubungan RPJPD Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
1.5 Sistematika Penulisan
Bab 2. Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Utama Daerah
2.1 Kondisi dan Analisis
2.1.1 Geomorfologi dan Lingkungan Hidup
2.1.2 Demografi
2.1.3 Ekonomi dan Sumberdaya Alam
2.1.4 Sosial Budaya dan Politik]
2.1.5 Prasarana dan Sarana
2.1.6 Pemerintahan
2.2 Prediksi Kondisi Umum Daerah

Bab 3. Visi, Misi dan Arah Pembangunan Daerah

3.1 Visi
3.2 Misi
3.3 Arah Pembangunan Daerah

Bab 4. Penutup

Kekuatan utama pola penulisan RPJP Daerah versi SE Mendagri adalah tidak
terlalu filosofis dan mudah dimengertioleh orang awam. Dalam pola SE Mendagri ini
terdapat beberapa prediksi terhadap beberapa indicator utama pembangunan secara
prediksi terhadap beberapa indikator utama pembangunan secara kuantitatif yang
ditujukan oleh adanya sub bab khusus yang membahas tentang prediksi tersebut.
Dengan demikian, rencana pembangunan jangka panjang ini menjadi lebih kongkrit
karena mempunyai sasaran yang lebih kongkrit dibandingkan dengan Pola Bappenas.
Namun demikian, Pola SE Mendagri ini juga mempunyai beberapa kelemahan
yang cukup mendasar. Pertama, pembahasan tentang analisis kondisi umum daerah
menggunakan sistem analisis SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities and
Threat) dirasakan kurang tepat karena pembahasan menyangkut dengan jangka
panjang. Biasanya analisis SWOT ini dilakukan untuk analisis jangka menengah seperti
RPJM dan Renstra SKPD. Kedua, walaupun sudah ada sub bab khiusus tentang
prediksi pembangunan daerah tetapi tidak ada penjelasan tentang indikator apa yang
seharusnya dilakukan prediksi. Ketiga, pada Bab III tentang visi, misi dan arah
pembangunan daerah tidak terlihat sub bab tentang pentahapan pembangunan untuk
masing-masing periode 5 tahun. Pentahapan tersebut penting artinya untuk dapat
memberikan arahan umum untuk penyusunan RPJM pada masing-masing periode
sehingga konsistensi dengan RPJP dapat dijaga.

PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


(RPJMD)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) merupakan salah satu dokumen
perencanaan pembangunan yang diwajibkan penyususnannya kepada pemerintah baik
untuk tingkat nasional maupun tingkat daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Penyusunan
dokumen RPJMD harus sudah dapat diselesaikan dan ditetapkan selambat-lambatnya
3 bulan setelah presiden atau kepala daerah baru dilantik. Dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 39 Tahun 2006 masa penyusunan RPJMD tersebut diperpanjang menjadi
maksimum 6 bulan sesudah kepala daerah resmi dilantik.
Terdapat dua pola penulisan RPJMD yang berlaku di Indonesia. Pertama, adalah
mengikuti pola Bappenas. Pola ini didasarkan pada amanat Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 yang mengamanatkan bahwa penyusunan RPJMD nharus mengacu pada
RPJM Nasional. Kedua, adalah mengikuti pola penulisan sebagaimana ditetapkan
dalam Surat Edaran (SE) Mendagri No. 050/2020/SJ tanggal 11 Agustus 2005 tentang
Petunjuk Penyususnan Dokumen RPJP Daerah yang kemudian dukukuhkan dalam
bentuk Permendagri 54 Tahun 2010.

1. Penyususnan RPJMD Pola Bappenas

Daftar Isi RPJM Nasional 2010-2014

BUKU I
Prioritas Nasional
Bab 1. Pendahuluan
Bab 2. Kondisi Umum
Bab 3. Arahan RPJPN 2005-2025
Bab 4. Kebijakan Pembangunan Nasional 2010-2014
Bab 5. Kerangka Ekonomi Makro 2010-2014

BUKU II
Memperkuat Sinergi Antar-Bidang Pembangunan
Bab 6. Kebijakan Pengarusatamaan dan Lintas Bidang
Bab 7. Sosial Budayta dan Kehidupan Beragama
Bab 8. Ekonomi
Bab 9. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Bab 10.Politik
Bab 11.Pertahanan dan Keamanan
Bab 12. Hukum dan Aparatur
Bab 13. Wilayah dan Tata Ruang
Bab 14. Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Bab 15.System Pendukung Manajemen Pembangunan Nasional

BUKU III
Pembangunan Berdimensi Kewilayahan: Memperkuat Sinergi Pusat-Daerah
dan Antar-Daerah

Bab 16. Arah Pembangunan Nasional Pengembangan Wilayah


Bab 17. Pengembangan Wilayah Sumatera
Bab 18. Pengembangan Wilayah Jawa-Bali
Bab 19. Pengembangan Wilayah Kalimantan
Bab 20. Pengembangan Wilayah Sulawesi
Bab 21. Pengembangan Wilayah Nusa Tenggara
Bab 22. Pengembangan Wilayah Maluku
Bab 23.Pengembangan Wilayah Papua
Kekuatan utama dari RPJMD pola penuliasan Bappenas adalah karena pola ini
sangat menjaga keterkaitan antara RPJM dan RPJP sesuai dengan amanat Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Kelebihan lainnya dari pola Bappenas adanya bagian atau buku dalam RPJMD yang
membahas khusus tentang pembangunan berdimensi wilayah.
Kekuatan lainnya dari RPJMD Pola Bappenas adalah karena masing-masing
agenda pembangunan dijabarkan menurut bidang dan sektor sesuai dengan tupoksi
kementrian dan lembaga, maka RPJMD dengan mudah dapat dijadikan pedoman bagi
penyusunan Rencana Strategis (renstra) masing-masing kementrian dan lembaga.
Kelemahan penulisan RPJMD Pola Bappenas periode 2004-2008 ini antara lain
adalah bahwa keterpaduan secara menyeluruh antara strategi, kebijakan, dan program
pembangunan antarbidang dan sektor agak sulit dilihat karena penulisan didasarkan
pada agenda dan prioritas pembangunan daerah yang kemudian dirinci menurut sektor.
.

Daftar Isi RPJMD Pola Permendagri 54 Tahun 2010


Bab 1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Landasan Hukum
1.3 Hubungan RPJM Daerah Dengan Perencanaan Lainnya
1.4 Sistematika Penulisan
1.5 Maksud dan Tujuan
Bab 2.Gambaran Umum Kondisi Daerah
2.1 Aspek Geografi dan Demografi
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
2.3 Aspek Pelayanan Umum
2.4 Aspek Daya Saing Daerah
Bab 3. Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan
3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu
3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu
3.4 Kerangka Pendanaan
Bab 4. Analisis Isu-isu Strategis
4.1 Permasalahan Pembangunan
4.2 Isu Strategis
Bab 5.Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran
5.1 Visi
5.2 Misi
5.3 Tujuan dan Sasaran
Bab 6.Strategi dan Arah Kebijakan
6.1 Strategi Pembangunan
6.2 Arah Kebijakan
Bab 7.Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah
7.1 Kebijakan Umum
7.2 Program Pembangunan Daerah
Bab 8.Penetapan Indikator Kinerja Daerah
Bab 9.Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan

Kekuatan utama pola penulisan RPJMD versi SE Mendagri dan Permendagri 54


Tahun 2010 adalah terletak pada pola penulisan rencana yang tidak lagi terkotak-kotak
berdasarkan bidang dan sektor pembangunan, tetapi dilakukan secara terpadu dengan
melihat pada komponen-komponen perencanaan pembangunan daerah sesuai yang
diperlukan. Sedangkan kelemahan utama RPJMD pola SE Mendagri dan permendagri
54, Tahun 2010 adalah bahwa dokumen ini sulit untuk dijadikan acuan dalam
penyusunan Renstra SKPD karena penyusunan rencana menurut Tupoksi SKPD tidak
terlihat sama sekali. Akibatnya keterpaduan perencanaan antara pelaku pembangunan
menjadi lebih sukar diwujudkan. Indikator kinerja yang ditampilakn dalam matrik
program dan kegiatan hanya sampai keluaran (output) saja, sedangkan Peraturan
Pemerintah (PP) No.8 Tahun 2006 mewajibkan penyusunan indikator kinerja tersebut
sampai dengan hasil (outcome). Permasalahan lain yang muncul dalam penulisan
RPJMD pola Depdagri adalah karena pola ini hanya menekankan pada program dan
kegiatan yang dibiayai dengan APBD saja.
PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH
(RENSTRA SKPD)

Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) pada dasarnya
merupakan dokumen perencanaan untuk sebuah institusi dan bukan untuk suatu
daerah atau wilayah tertentu.

A. Pengertian Rencana Strategis


Rencana strategis pada dasarnya adalah rencana pembangunan yang
berkaitan dengan penyusunan strategi pengembangan suatu institusi dengan
memperhatikan kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman
eksternal yang dialami institusi tersebut. Secara lebih konkert Burhan (1994)
merinci empat karakteristik dari rencana strategis. (a) menyangkut jangkauan
masa depan dari keputusan-keputusan yang dibuat sekarang, (b) merupakan
suatu proses yang dimulai dengan menggariskan saran strategis dan kebijakan
serta mengembangkan rencana pelaksanaan (Action Plan) untuk mencapai hasil
akhir yang diharapkan, (c) merupaka suatu sikap dan cara hidup tertentu karena
rencana strategis menuntut kebiasaan untuk bekerja berdasarkan perkiraan
masa depan, dan (d) mengaitkan tiga rencana sekaligus yaitu: rencana strategis,
rencana jangka menengah, dan anggaran jangka pendek. Pengertian strategis
itu sendiri juga berubah dan berkembang dari suatu masa kemasa yang lain,
yaitu;
1. Chandler (1962): strategi sebagai alat untuk mencapai tujuan perusahaan
(institusi) dalam kaitan dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut
serta prioritas alokasi sumber daya.
2. Learner, Christenten Guth (1965): strategi sebagai alat untuk menciptakan
keunggulan bersaing.
3. Porter (1985): strategi sebagai alat yang sangat penting untuk mencapai
keunggulan bersaing.
4. Hamel dan Prahalad (1995): strategi merupakan tindakkan bersifat
senantiasa meningkat dan dilakukan berdasarkan sudut pandangn tentang
apa yang diharapkan pelanggan dimasa depan.
Sedangkan strategi itu sendiri secara umum dapat pula dikelompokkan menjadi
tiga jenis yaitu;
1. Strategi Manajemen (baik untuk perusahaan maupun para pengelola
pembangunan) dapat dilakukan oleh pimpinan institusi bersangkutan dengan
orientasi pengembangan secara makro (menyeluruh).
2. Strategi Investasi, merupakan strategi berorientasi pada pengembagan
kegiatan investasi yang dilakukan dalam rangka pengembangan kegiatan
usaha.
3. Strategi Bisnis atau Pembangunan yang berorientasi pada pelaksanaan
fungsi-fungsi kegiatan manajemen usaha atau pemerintahan.

Dalam era ekonomi daerah dewasa ini Renstra SKPD adalah merupakan
penjabaran lebih konkert dan operasional dari RPJMD sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi (Tupoksi) dari SKPD bersangkutan.

B. Proses Penyusunan Renstra SKPD


Proses dan prosedur penyusunan Renstra SKPD tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Karena penyusunan Renstra SKPD harus mengacu pada RPJM daerah
bersangkutan, maka langkah pertama yang perlu dilakukan oleh tim penyusun
rencana adalah mempelajari RPJMD tersebut secara baik dan mendalam. Aspek
yang sangat perlu diperhatikan adalah visi dan misi, strategi dan kebijakan yang
dirumuskan dalam RPJMD tersebut, khususnya yang terkait secara langsung
atau tidak dengan TUPOKSI SKPD bersangkutan.
2. Menyusun naskah awal Renstra tersebut oleh masing-masing SKPD
bersangkutan yang didahului dengan melakukan evaluasi secara mendalam
dengan menggunakan analisis SWOT tentang kondisi umum daerah sesuai
dengan TUPOKSI SKPD bersangkutan. Analasis ini perlu dilakukan secara jujur
tanpa ada yang ditutupi atau dilebihkan agar perumusan strategi, kebijakan, dan
program pembangunan dalam Renstra SKPD ini menjadi lebih tepat dan terarah
sesuai dengan potensi dan permasalahan yang dihadapi oleh daerah
bersangkutan.
3. Melakukan pertemuan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(MUSRENBANG) jangka menengah yang sekurang-kurangnya melibatkan
aparatus SKPD bersangkutan, aparatur perencanaan dan tokoh-tokoh
masyarakat yang peduli dengan aspek pembangunan yang terkait dengan
TUPOKSI SKPD bersangkutan. Sasaran utama pelaksanaan MUSRENBANG ini
adalah untuk dapat memanfaatkan partisipasi masyarakat dengan jalan
memberikan masukan dari para pemangku kepentingan (stakeholders) untuk
perbaikan naskah awan Renstra SKPD tersebut. Sedangkan peruses dan
prosedur pelaksanaan MUSRENBANG ini juga diatur secara terpisah dan
Pemendagri tersendiri.
4. Menyususn naskah akhir Renstra SKPD dengan memasukan saran dan koreksi
yang diberikan oleh para pemangku kepentingan terkait dalam MUSRENBANG
tersebut. Dengan cara demikian diharapkan Renstra SKPD yang sedang
disususn tersebut akan dapat pula disesuaikan dengan aspirasi dan harapan
yang berkembang pada masyarakat setempat.
5. Melakukan penetapan dan pengesahan Renstra SKPD tersebut oleh Kepala
SKPD bersangkutan sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.

Pemendagri 54 Tahuun 2010


Daftar isi Renstra SKPD untuk masing-masing daerah ditetapkan sebagai berikut :
Bab 1.Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Landasan Hukum
1.3 Maksud dan Tujuan
1.4 Sistematika penulisan
Bab 2.Gambaran Umum Pelayanan SKPD
2.1 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD
2.2 Sumber Daya SKPD
2.3 Kinerja Pelayanan SKPD

Bab 3. Isu-isu Strategis


3.1 Identifikasi Permasalahan
3.2 Faktor-faktor Penentu Strategis
Bab 4.Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran, Stratrgi, dan Kebijakan
4.1 Visi danMisi SKPD
4.2 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah
4.3 Strategi dan Kebijakan
Bab 5.Rencana program dan Kegiatan, Indikator Kinerja, dan Pendanaan Indikatif
Bab 6. Indikator Kinerja SKPD
Bab 7. Penutup

Dalam penentuan prioritas program dan kegitan pembangunan daerah, paling


kurang ada empat aspek yang harus diperhatikan oleh seorang perencana. Pertama,
kesesuian program dan kegiatan tersebut dengan visi dan misi yang telah ditetapkan
dalam Renstra tersebut. Kedua, seberapa jauh program dan kegiatan tersebut dapat
bersinergi atau dapat mendorong kegiatan lain yang terkait. Ketiga, tingkat kelayakan
ekonomi dan finansial program dan proyek bersangkutan yang ditentukan oleh
besarnya manfaat dibandingkan biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan program dan
kegiatan tersebut. Program dan kegiatan yang dikatakan layak adalah apabila nilai
manfaat lebih besar dari kebutuhan biaya yang diperlukan untuk pelaksanaannya.
Keempat, apakah program dan kegiatan tersebut sesuaidengan kondisi sosial dan
budaya setempat, terutama menyangkut dengan hal-hal yang bersifat sangat sensitive.
Agar penetapan program dan kegiatan pembangunan menjadi lebih konkert dan
jelas dianjurkan pula untuk melakukan penyususnan Matrik Program dan Kegiatan yang
biasanya ditempatkan pada lampiran Renstra SKPD tersebut. Matrik tersebut berisikan
uraian kegiatan untuk masing-masing program dan kegiatan pembangunan lengkap
dewngan indikator dan target kinerjanya masing-masing selama 5 tahun. Disamping itu,
masing-masingprogram kegiatan tersebut ditentukan pula besarnya kebutuhan dana
yang diperlukan, sumber pembiayaannya serta unit dalam SKPD bersangkutan yang
bertanggung jawab untuk melaksanakannya. Namun demikian, penetapan dana
iniadalah bersifat sebagai “pagu indikatif” yang nantinya akan disesuaikan lagi dengan
penetapan dana dalam dokumen prioritas dan plafond anggaran sementara (PPAS)
melalui kesepakatan bersama antara kepala daerah sebagai eksekutif dengan DPRD
setempat sebagai legislatif.
PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan penjabaran dari RPJMD


dan mengacu pada RKP (Nasional) yang memuat rancangan kerangka ekonomi derah,
prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang
dilaksanakan secara langsung oleh pemerintah daerah manapun yang ditempuh
dengan mendorong pertisipasi masyarakat.
Rencana awal RKPD tersebut dibahas dalam FORUM SKPD dan Musyawarah
Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) tahunan yang dilaksanakan oleh Bappeda
daerah bersangkutan. RKPD tersebut ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah
bersangkutan.
Ada tiga alasan penting yang menyebabkan penyususnan rencana tahunan
tersebut menjadi sangat penting dalam system perencanaan pembangunan secara
keseluruhan. Pertama, melalaui penyususnan RKPD tersebut akan dapat dilakukan
penyesuaian secara berkala terhadap RPJMD sesuai dengan perubahan kondisi sosial
ekonomi serta kebijakan pemerintah pada tingkat nasional maupun regional. Dengan
kata lain perencanaan tahunan dapat sebagai alat untuk mewujudkan perencanaan
bergulir (Rolling Plan) sehingga perencanaan pembangunan yang ada dapat terus
disesuaikan dengan perkembangan situasi dan kondisi yang terdapat dalam
masyarakat setempat. Kedua, melalui penyususnan rencana tahunan tersebut, maka
dokumen perencanaan pembangunan yang ada menjadi lebih rinci dan operasional
karena RKPD lebih menekankan pada penyusunan program dan kegiatan yang bersifat
operasional. Dengan demikian, keluhan para aparatur pemerintah daerah dan
masyarakat yang sering mengatakan bahwa dokumen perencanaan pembangunan
yang dibuat selama ini terlalu umum dan normatif sehingga tidak dapat ditetapkan
dalam masyarakat secara operasional dalam praktik, akan menjadi berkurang atau
hilang sama sekali. Ketiga, denga disusunnya RKPD tersebut yang selanjutnya
dijadikan dasar utama penyusunan RAPBD, maka akan dapat diwujudkan keterpaduan
antara perencanaan dan penganggaran sesuai dengan prinsip teori perencanaan
pembangunan yaitu: Planning, Programming dan Budgeting System (PPBS).

A. UnsurPokok Rencana Tahunan


Rencana tahunan paling kurang harus memuat unsur-unsur pokok berikut ini :
1. Program dan kegiatan apa yang perlu dilakukan pada tahun bersangkutan
berikut spesifikasi okasi dan rincian aktivitasnya.
2. Berapa dana yang dibutuhkan dan siapa yang akan melakukan dan
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program dan kegiatan tersebut,
berikut tata hubungan kerja antara unit yang terkait.
3. Jadwal waktu pelaksanaan program dan kegiatan tersebut berikut kebutuhan
dana sumber pembiayaannya.
4. Bentuk kinerja pembangunan, baik keluaran (output) dan hasil (outcome),
yang dapat diharapkan dapat diwujudkan melalui pelaksanaan program dan
kegiatan tersebut.
Aspek-aspek yang perlu ada dan dilakukan menurut Bintoro (1976) paling kurang
adalah sebagai berikut :
1. Review, yaitu tinjauan dan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan
pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun sebelumnya berikut
permasalahan dan kendala yang dihadapi. Evaluasi ini sangat penting artinya
untuk merumuskan program dan kegiatan yang akan dimasukkan dalam
rencana tahunan berikutnya.
2. Forecast, yaitu melakukan perkiraan (proyeksi) perkembangan kondisi tahun
depan yang akan dilalui oleh rencana tahun tersebut. Perkiraan ini meliputi
kondisi ekonomi, sosial dan fisik prasarana serta peraturan dan kebijakan
pemerintah nasional baru yang mempengaruhi proses pembangunan daerah
bersangkutan. Dengan demikian, perkiraan ini sekaligus merupakan koreksi
terhadap target dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan dlam
RPJMD sebelumnya.
3. Resource Assesment, yaitu penilaian terhadap ketersediaan dan kecukupan
sumber daya pembangunan yang dimiliki oleh daerah bersangkutan
khususnya menyangkut dengan dana, jumlah dan kualitas tenaga kerja serta
aparatur daerah dan sumber daya alam yang dimiliki. Seandainya data dan
informasi tentang jumlah kualitas tenaga kerja serta deposit sumber daya
alam ini tidak tersedia, paling kurang penilaian perlu dilakukan terhadap
kondisi keuangan daerah dan sumber pembiayaan pembangunan yang
dimiliki daerah bersangkutan;
4. Policy Formulation, yaitu perumusan kebijakan pembangunan daerah untuk
tahun bersangkutan setelah memperhatikan hasil evaluasi pelaksanaan
program dan kgiatan pada tahun berjalan, peramalan kondisi sosial budaya
dan penilaian terhadap sumber daya yang tersedia. Kebijakan yang
ditetapkan ini sekaligus sebagai penyesuaian terhadap kebijakan yang telah
ditetapkan sebelumnya dalam RPJMD sedang berjalan dari daerah
bersangkutan.
5. Programming and Activity Planning, yaitu penyususnan program dan kegiatan
pembangunan yang akan dilakukan pada tahun bersangkutan yang
direncanakan secara rinci, lengkap dengan kebutuhan dana, indikator dan
target kinerjanya serta bagian atau unit yang akan melaksanakan dan
bertanggung jawab. Di samping itu, perlu pula diberikan gambaran konkert
tentang rencana pelaksanaan program dan kegiatan tersebut (Action Plan)
sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.

Keterkaitan antara RKPD dan APBD ini perlu dijaga agar terwujud keterpaduan antara
perencanaan dan penganggaran sesuai dengan salah satu prinsip dalam Ilmu
Perencanaan Pembangunan yaitu Planning, Programming and Budgeting System
(PPBS). Melalui penerapan prinsip ini diharapkan apa yang telah direncanakan benar-
benar dapat dilaksanakan dalam praktik. Alasannya adalah karena apa yang
direncanakan tidak akan dapat dilaksanakan bilamana tidak didukung dengan anggaran
yang mencukupi.
B. Kerangka Penulisan RKPD
Sistematika Penulisan RKPD Menurut Permendagri 54 Tahun 2010
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Dasar Hukum Penyusunan
1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan
1.4 Sistematika Penulisan RKPD
1.5 Maksud dan Tujuan
Bab 2 Evaluasi Plaksanaan Tahun Lalu dan Capaian Kinerja Penyelenggaraan
Pemerintah
2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah
2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi
2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
2.1.3 Aspek Pelayanan Umum
2.1.4 Aspek Daya Saing Daerah
2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan Tahun Berjalan dan Realisasi
RPJMD
2.3 Permasalahan Pembangunan Daerah
Bab 3 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah
3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah
3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun Berjalan
3.1.2 Tantangan dan Prospek Ekonomi Daerah
3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah
3.2.1 Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan
3.2.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah
Bab 4 Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah
Bab 5 Rencanab Program dan Kegiatan Prioritas Daerah
Bab 6 Penutup

Perlu dicatat bahwa pagu indikatif ini di perkirakan dengan memperhatikan Standar
Anggaran Belanja (SAB) yang ditetapkan secara berkala oleh pemerintah daerah
setempat. Disamping itu, penentuan pagu indikatif tersebut tentunya juga harus
dilakukan dengan memperhatikan kemampuan keuangan pemerintah daerah
bersangkutan berdasarkan pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya. Namun
demikian, pagu indikatif tersebut adalah bersifat sementara dan tidak mengikat, karena
nantinya kemampuan dana sebenarnya yang lebih riil akan terlihat pada waktu
dokumen Prioritas dan Plafond Anggaran Sementara (PPAS) ditetapkan dalam bentuk
nota kesepakatan anatara DPRD (legislative) dan Kepala Daerah bersangkutan
(eksekutif). Pada waktu itu besarnya pagu dana untuk masing-masing program dan
kegiatan akan dapat disesuaikan kembali.
PENYUSUNAN RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH
(RENJA SKPD)

A. Pengertian Renja SKPD


Renja SKPD pada dasarnya merupakan penjabaran dari Renstra SKPD daerah
bersangkutan dan mengacu pada RKPD. Renja SKPD ini membuat Rancangan
kerangka pembangunan SKPD bersangkutan, prioritas pembangunan, rencana
kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh SKPD
bersangkutan maupun yang ditempuh dengan mendorong pertisipasi
masyarakat.
B. Keterkaitan Renstra SKPD Dengan Dokumen Lainnya
Konsistensi antara Renja SKPD dengan RKPD yang disusun oleh
Bappeda juga perlu dijaga. Pertama, RKPD meerupakan jabaran dari RPJMD
yang didasarkan pada visi dan misi kepala daerah bersangkutan. Karena itu,
untuk menjaga keterpaduan proses pembangunan dalam daerah bersangkutan,
maka konsistensi antara program dan kegiatan Renja SKPD dan RKPD perlu
dijaga. Kedua, sesuai dengan ketentuan perundangan berlaku, penyususnan
anggaran tidak didasarkan pada Renja SKPD, tetapi dengan RKPD. Karena itu
konsistensi antarkedua dokumen ini perlu dijaga agar program dan kegiatan
yang direncanakan oleh SKPD bersangkutan dapat diupayakan masuk kedalam
APBD daerah bersangkutan. Konsistensi yang peru dijaga adalah antara Renja
SKPD dan RKA yang disusun oleh SKPD bersangkutan. Setelah Pioritas dan
Plafond Anggaran Semantara (PPAS) melalui Nota Kesepakatanb antara kepala
daerah dan Ketua DPRD daerah setempat, maka SKPD meyussun RKA sesuai
dengan Plafond anggaran yang ditetapkan dalam nota kesepakatan terebut.
Dengan cara demikian, maka keterpaduan antar perencanaan, penetapan
program, dan penganggaran akan dapat diwujudkan sesuai prinsip pokok dalam
ilmu perencanaan pembangunan yaitu Planning, Programming, and Budgeting
System (PPBS).
Departemen Dalam Negeri, melaui Permendagri 54 Tahun 2010 juga
memberikan kerangka penulisan auntuk acuan penyusunan Renja SKPD pada
tingkat daerah, baik provinsi, kabupaten, dan kota.

Kerangka penulisan atau daftar isi Renja SKPD


Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Landasan Hukum
1.3 Maksud dan Tujuan
1.4 Sistematika Penulisan
Bab 2 Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Tahun Lalu
2.1 Capaian Pembangunan Tahun Lalu
2.2 Analisi Kinerja Pelayanan SKPD
2.3 Isu-isu Penting Penyelenggaraan Tugas SKPD
2.4 Ususlan Program dan Kegiatan Masyarakat
Bab 3 Tujuan, Program, dan Kegiatan
3.1 Kebijaksanaan Nasional dan Regional
3.2 Tujuan dan Sasaran Renja SKPD
3.3 Program dan Kegiatan
Bab 4 Penutup

Anda mungkin juga menyukai