Perlu dibedakan antara visi nasional atau daerah dan visi Kepala Negara
(Daerah). Visi nasional dan daerah adalah visi dari seluruh masyarakat pada
Negara (daerah) bersangkutan. Visi tersebut biasanya dirumuskan untuk jangkan
panjang (20 tahun) dan ditetapkan secara formal oleh DPR di tingkat nasional
dan DPRD di tingkat daerah sebagai wakil rakyat. Sedangkan visi Kepala
Negara atau daerah ditawarkan oleh calon kepala Negara pada waktu
Pemilihan Presiden (PILPRES) dan calon kepala daerah pada waktu Pemilihan
Kepala Daerah (PILKADA). Bila visi ini dapat diterima oleh masyarakat yang
dibuktikan dengan kemenangan calon bersangkutan dalam pemilihan umum
tersebut, maka visi ini selanjutnya akan dijadikan sebagai dasar penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang kemudian ditetapkan
oleh presiden dan kepala daerah bersangkutan. Dengan cara demikian, apa
yang telah dijanjikan kepada rakyat dalam kampenye pemilihan umum benar-
benar akan dapat dilaksanakan nantinya dalam kenyataan.
Sedangkan, misi pada dasarnya merupakan cara dan upaya umum dan
bersifat pokok yang akan dilakukan dalam mewujudkan dan merealisasikan visi
yang telah ditetapkan tersebut. Karena itu misi berhubungan erat dengan arah,
kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang dilakukan untuk
mewujudkan visi pembangunan . ini berarti bahwa arah, strategi, kebijakan,
program dan kegiatan pembangunan yang dimuat dalam dokumen perencanaan
pembangunan sebaiknya dijabarkan dari misi pembangunan yang telah
ditetapkan semula. Dengan cara demikian diharapkan pencapaian visi dan misi
tersebut akan menjadi lebih terjamin dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan
nantinya.
D. Strategi Pembangunan
Strategi pembangunan pada dasarnya adalah merupakan cara atau jalan
terbaik untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan semula. Karena itu
strtegi yang baik dn tepat akan dapat menghasilkan pencapaian tujuan secara
tepat dan terarah sehingga tujuan dapat dicapai secara efektif dan efesien.
Tentunya penetapan strategi yang tepat untuk suatu Negara dan daerah akan
sangat ditentukan pula oleh kondisi, potensi yang dimiliki dan permasalahan
pokok yang dihadapi oleh Negara dan daerah tersebut serta sumberdaya
tersedia yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung upaya pencapaian tujuan
dan sasaran pembangunan.
H. Indikator Kinerja
Mengingat penyusunan anggaran adalah didasarkan pada perencanaan
pembangunan yang telah ditetapkan sesuai dengan prinsip “Planning,
Programing, and Budgeting System (PPBS)” , maka penyusunan dokumen
perencanaan, baik rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RKPD)
tentunya juga harus menggunakan teknik Indikator Kinerja secara eksplisit dalam
penyusunan program dan kegiatannya. Dengan demikian, keterpaduan antara
perencanaan dan penganggaran akan dapat diwujudkan secara baik.
Berdasarkan konsep ilmu, Indikator Kineja dapat ditetapkan dalam 5
unsur yaitu: masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat
(benefit), dan dampak (impact). Unsur masukan yang lazim digunakan dalam
penilaian kinerja pelaksanaan kegiatan pembanguanan adlah dalam bentuk
penggunaan (penyerapan) dana atau tenaga kerja. Keluaran adalah produk
langsung dari pelaksanaan program dan kegiatan tersebut. Sedangkan hasil
adalah tingkat penggunaan dari keluaran btersebut oleh masyarakat sehingga
bermanfaat bagi kegiatan pembangunan. Manfaat adalah kontribusi dari
pelaksaaan program dan kegiatan tersebut terhadap proses pembangunan.
Sedangkan dampak adalah pengaruh yang timbul sebagai hasil dari
pelaksanaan program dan kegiatan tersebut terhadap pembangunan. Perbedaan
antara unsur manfaat dan dampak adalah sangat tipis sekali. Disamping itu,
pengukurannya juga tidak mudah dan memerlukan survey dan observasi
lapangan yang mendalam. Maka Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2008
mewajibkan pelaksanaan evaluasi kinerja pembangunan daerah hanya
mencakup tiga unsus pokok saja yaitu: masukan (input), keluaran (output) dan
hasil (outcome) saja. Unsur hasil sangat penting artinya karena aspek ini
merupakan hasil yang dapat dinikmati oleh masyarakat.
PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
DAERAH (RPJPD)
Kekutan utama pola penulisa RPJP versi Bappenas ini adalah lebih bersifat
komprehensif sesuai dengan sifat dan pola penulisan rencana pembangunan jangka
panjang. Pembahasan pada masing-masing aspek dimulai dengan permasalahan
dan kendala yang dihadapi dan kemudian dilanjutkan dengan arah pembangunan
jangka panjang untuk memecahkan permasalahan tersebut. Setelah itu dibahas
pula dampak dari arah pembangunan tersebut terhadap peningkatan proses
pembangunan nasional dan perbaikan kesejahteraan masyarakat. Peryataan-
peryataan yang diberikan lebih bersifat umum sehingga flesibilitas terhadap
perubahan dimasa mendatang dapat dilakukan dengan lebih mudah.
Kelemahan pola penulisan RPJP versi Bappenas ini antara lain adalah terlalu
bersifat normatif sehingga arah pembangunan menjadi kurang kongkrit. Selanjutnya
terlihat pula bahwa analisis terlalu bersifat kualitatif sehingga target-target capaian
yang diharapkan dalam jangka panjang menjadi kabur.
3.1 Visi
3.2 Misi
3.3 Arah Pembangunan Daerah
Bab 4. Penutup
Kekuatan utama pola penulisan RPJP Daerah versi SE Mendagri adalah tidak
terlalu filosofis dan mudah dimengertioleh orang awam. Dalam pola SE Mendagri ini
terdapat beberapa prediksi terhadap beberapa indicator utama pembangunan secara
prediksi terhadap beberapa indikator utama pembangunan secara kuantitatif yang
ditujukan oleh adanya sub bab khusus yang membahas tentang prediksi tersebut.
Dengan demikian, rencana pembangunan jangka panjang ini menjadi lebih kongkrit
karena mempunyai sasaran yang lebih kongkrit dibandingkan dengan Pola Bappenas.
Namun demikian, Pola SE Mendagri ini juga mempunyai beberapa kelemahan
yang cukup mendasar. Pertama, pembahasan tentang analisis kondisi umum daerah
menggunakan sistem analisis SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities and
Threat) dirasakan kurang tepat karena pembahasan menyangkut dengan jangka
panjang. Biasanya analisis SWOT ini dilakukan untuk analisis jangka menengah seperti
RPJM dan Renstra SKPD. Kedua, walaupun sudah ada sub bab khiusus tentang
prediksi pembangunan daerah tetapi tidak ada penjelasan tentang indikator apa yang
seharusnya dilakukan prediksi. Ketiga, pada Bab III tentang visi, misi dan arah
pembangunan daerah tidak terlihat sub bab tentang pentahapan pembangunan untuk
masing-masing periode 5 tahun. Pentahapan tersebut penting artinya untuk dapat
memberikan arahan umum untuk penyusunan RPJM pada masing-masing periode
sehingga konsistensi dengan RPJP dapat dijaga.
BUKU I
Prioritas Nasional
Bab 1. Pendahuluan
Bab 2. Kondisi Umum
Bab 3. Arahan RPJPN 2005-2025
Bab 4. Kebijakan Pembangunan Nasional 2010-2014
Bab 5. Kerangka Ekonomi Makro 2010-2014
BUKU II
Memperkuat Sinergi Antar-Bidang Pembangunan
Bab 6. Kebijakan Pengarusatamaan dan Lintas Bidang
Bab 7. Sosial Budayta dan Kehidupan Beragama
Bab 8. Ekonomi
Bab 9. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Bab 10.Politik
Bab 11.Pertahanan dan Keamanan
Bab 12. Hukum dan Aparatur
Bab 13. Wilayah dan Tata Ruang
Bab 14. Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Bab 15.System Pendukung Manajemen Pembangunan Nasional
BUKU III
Pembangunan Berdimensi Kewilayahan: Memperkuat Sinergi Pusat-Daerah
dan Antar-Daerah
Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) pada dasarnya
merupakan dokumen perencanaan untuk sebuah institusi dan bukan untuk suatu
daerah atau wilayah tertentu.
Dalam era ekonomi daerah dewasa ini Renstra SKPD adalah merupakan
penjabaran lebih konkert dan operasional dari RPJMD sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi (Tupoksi) dari SKPD bersangkutan.
Keterkaitan antara RKPD dan APBD ini perlu dijaga agar terwujud keterpaduan antara
perencanaan dan penganggaran sesuai dengan salah satu prinsip dalam Ilmu
Perencanaan Pembangunan yaitu Planning, Programming and Budgeting System
(PPBS). Melalui penerapan prinsip ini diharapkan apa yang telah direncanakan benar-
benar dapat dilaksanakan dalam praktik. Alasannya adalah karena apa yang
direncanakan tidak akan dapat dilaksanakan bilamana tidak didukung dengan anggaran
yang mencukupi.
B. Kerangka Penulisan RKPD
Sistematika Penulisan RKPD Menurut Permendagri 54 Tahun 2010
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Dasar Hukum Penyusunan
1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan
1.4 Sistematika Penulisan RKPD
1.5 Maksud dan Tujuan
Bab 2 Evaluasi Plaksanaan Tahun Lalu dan Capaian Kinerja Penyelenggaraan
Pemerintah
2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah
2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi
2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
2.1.3 Aspek Pelayanan Umum
2.1.4 Aspek Daya Saing Daerah
2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan Tahun Berjalan dan Realisasi
RPJMD
2.3 Permasalahan Pembangunan Daerah
Bab 3 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah
3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah
3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun Berjalan
3.1.2 Tantangan dan Prospek Ekonomi Daerah
3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah
3.2.1 Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan
3.2.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah
Bab 4 Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah
Bab 5 Rencanab Program dan Kegiatan Prioritas Daerah
Bab 6 Penutup
Perlu dicatat bahwa pagu indikatif ini di perkirakan dengan memperhatikan Standar
Anggaran Belanja (SAB) yang ditetapkan secara berkala oleh pemerintah daerah
setempat. Disamping itu, penentuan pagu indikatif tersebut tentunya juga harus
dilakukan dengan memperhatikan kemampuan keuangan pemerintah daerah
bersangkutan berdasarkan pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya. Namun
demikian, pagu indikatif tersebut adalah bersifat sementara dan tidak mengikat, karena
nantinya kemampuan dana sebenarnya yang lebih riil akan terlihat pada waktu
dokumen Prioritas dan Plafond Anggaran Sementara (PPAS) ditetapkan dalam bentuk
nota kesepakatan anatara DPRD (legislative) dan Kepala Daerah bersangkutan
(eksekutif). Pada waktu itu besarnya pagu dana untuk masing-masing program dan
kegiatan akan dapat disesuaikan kembali.
PENYUSUNAN RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH
(RENJA SKPD)