Anda di halaman 1dari 200

EVALUASI PEMBANGUNAN NASIONAL

Jalan Taman Surapati No. 2, Menteng


Jakarta Pusat DKI Jakarta 10310
Indonesia
Bahan 1

Pedoman Evaluasi Pembangunan Nasional


Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 1 Tahun 2017

Direktorat Sistem dan Pelaporan Pemantauan, Evaluasi, dan Pengendalian Pembangunan


Kedeputian Pemantauan, Evaluasi, dan Pengendalian Pembangunan
Kementerian PPN/Bappenas

Jakarta, Edisi Oktober 2017


Garis Besar

1. Latar Belakang, perlunya Pedoman Evaluasi Pembangunan


Nasional
2. Pemahaman Dasar, hadirnya Pedoman Evaluasi
Pembangunan Nasional
3. Kerangka Evaluasi dan Persiapan Pelaksanaan
Evaluasi Pembangunan Nasional
4. Jenis dan Metode Evaluasi
5. Mekanisme Evaluasi dan Pelaporan

3
1
Latar Belakang
Latar Belakang
Pedoman Evaluasi Pembangunan Nasional
 Panduan bagi pemerintah dan pihak-pihak lain yang
memerlukan dalam melakukan evaluasi atas
kebijakan/program/kegiatan pembangunan yang ada dalam
Renja K/L, RKP, Renstra K/L dan RPJMN

1
Dokumen rencana
Perlunya pembangunan
Panduan Resmi (Renja K/L, RKP, Renstra
EVALUASI K/L dan RPJMN)
dan Baku untuk 2 PEMBANGUNAN 3
perlu di-evaluasi
Evaluasi NASIONAL pencapaian dan hasil
pelaksanaannya.
Pembangunan

Perlu pengaturan tata cara


evaluasi pembangunan
nasional
Perlunya Standar Evaluasi Pembangunan Nasional

1 Kegiatan Evaluasi dapat Perlu


berjalan secara optimal, Standar Pelaksanaan
karena menggunakan metode Evaluasi
baku....

Pengaturan Hasil evaluasi berpotensi

Tata Cara 2 sebagai bahan


Kegiatan Evaluasi mempunyai pengambilan kebijakan
Evaluasi pendekatan analisis yang dan sebagai input dalam
penyusunan
sistematis.
Pembanguna perencanaan dan
penganggaran.
n Nasional

Hasil kegiatan evaluasi dapat Perlu


3 dimanfaatkan secara Metode Evaluasi
maksimal. Pembangunan Nasional
yang kredibel, dapat
dipahami, dan seragam.
Pedoman Evaluasi Pembangunan Nasional

Kerangka Evaluasi ...sehingga


Pembangunan
Nasional Perlu diatur produk
dalam Pedoman evaluasi dapat
dan diformat dalam
Peraturan Menteri
digunakan
PPN/Kepala sebagai bahan
Jenis dan Bappenas pengambilan
Metode Evaluasi  tentang Pedoman kebijakan dan
Evaluasi sebagai input
Pembangunan dalam
Nasional sebagai
dasar evaluasi RKP
penyusunan
Mekanisme perencanaan dan
Evaluasi dan dan RPJMN
Pelaporan
penganggaran.
Landasan Hukum Penetapan Peraturan Menteri

Kerangka Evaluasi
Pembangunan
Nasional
Peraturan Tata kelola sistem evaluasi
pembangunan
Menteri
PPN/Kepala
Bappenas Jenis dan Metode
Evaluasi
tentang
Pedoman Standar pokok metode dan
pendekatan pelaksanaan
Evaluasi evaluasi pembangunan

Pembangunan
Mekanisme
Nasional Evaluasi dan
Pelaporan
Alur pelaksanaan evaluasi
pembangunan dan
pelaporannya
Kapan Pedoman Dibutuhkan?
Diperlukan ketika Kementerian/Lembaga harus melakukan telaah
paruh waktu atas pelaksanaan Renstra K/L mereka...
...guna mengetahui pencapaian
Pancasila dan
target pada paruh waktu
UUD 1945
pelaksanaan RPJMN 2015-2019...
Perlu di tahun 2017..
Trisakti dan
Nawacita
Pencapaian
2015 2016 2017 2018 2019 Target

RPJMN
2015-2019 RKP 2015 RKP 2016 RKP 2017 RKP 2018 RKP 2019

KPJM 2015-2019 DIPA 2015 DIPA 2016 DIPA 2017 DIPA 2018 DIPA 2019

Renstra KL Renja KL Renja KL Renja KL Renja KL Renja KL


2015-2019 2015 2016 2017 2018 2019

..sehingga tahun 2017 merupakan tahun krusial sebagai tenggat Masih ada waktu untuk adjustment..
waktu pelaksanaan evaluasi pencapaian Renstra KL berdasarkan
pelaksanaan tahunan yang dilakukan K/L menurut Renja K/L
mereka masing-masing.
2
Pemahaman Dasar
Tujuan Hadirnya Pedoman Evaluasi

Panduan
Memberikan panduan bagi pemerintah dan
pihak-pihak lain yang memerlukan dalam
melakukan evaluasi dan pengendalian atas
kebijakan/program/kegiatan pembangunan yang
ada dalam Renja K/L, RKP, Renstra K/L dan RPJMN.

11
Mengapa diperlukan Evaluasi?

Evaluasi secara definisi adalah kegiatan penilaian secara sistematis


dan obyektif atas desain, implementasi dan hasil dari intervensi yang
sedang berlangsung atau yang telah selesai.
Evaluasi diperlukan:
1. Agar proses evaluasi pembangunan sebagai salah satu tahap penting dalam siklus
Manajemen Pembangunan dapat dilaksanakan dengan baik  kondisi saat ini
evaluasi belum berjalan dengan baik dan hasilnya belum dimanfaatkan secara maksimal
untuk perbaikan kebijakan.
2. Agar hasil evaluasi dapat memberikan pembelajaran (lessons learned)  evaluasi
penting untuk menilai keberhasilan/kegagalan pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan
serta menjelaskan permasalahan yang dihadapi.
3. Agar hasil evaluasi pembangunan bermanfaat untuk pengambilan kebijakan,
seperti penghentian kebijakan atau pengembangan kebijakan, dan juga digunakan
sebagai bahan untuk menyusun perencanaan dan penganggaran.

12
Landasan Hukum

1 2
Undang-Undang No. 17 Tahun Undang-Undang No. 25 Tahun 2004
2007 tentang Rencana tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Jangka Panjang Pembangunan Nasional
Nasional 2025

3 4
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun
Undang-Undang No. 17
2006 tentang Tata Cara Pengendalian
Tahun 2003 tentang
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Keuangan Negara
Pembangunan
5
Peraturan Pemerintah No. 6
40 Tahun 2006 tentang Tata Peraturan Pemerintah No. 17
Cara Penyusunan Rencana Tahun 2017 Tentang
Pembangunan Nasional Sinkronisasi Proses
Perencanaan dan Penganggaran
Pembangunan Nasional
13
Landasan Hukum

Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Undang-Undang No. 17 tahun 2007 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Pasal 29 menyebutkan bahwa: 2025:
Pimpinan Kementerian/Lembaga melakukan evaluasi Pasal 7 menyebutkan:
kinerja pelaksanaan rencana pembangunan Pemerintah melakukan pengendalian dan evaluasi
Kementerian/Lembaga periode sebelumnya. pelaksanaan RPJP Nasional.
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah melakukan Pemerintah Daerah melakukan pengendalian dan
evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan evaluasi pelaksanaan RPJP Daerah.
Satuan Kerja Perangkat Daerah periode sebelumnya. Tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan
Menteri/Kepala Bappeda menyusun evaluasi rencana rencana pembangunan ditetapkan lebih lanjut dengan
pembangunan berdasarkan hasil evaluasi pimpinan Peraturan Pemerintah.
Kementerian/Lembaga sebagaimana dimaksud pada Lebih lanjut dalam penjelasan ayat 7 disebutkan:
ayat (1) dan evaluasi Satuan Kerja Perangkat Daerah Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJP Nasional
sebagaimana dimaksud pada ayat (2). dilakukan oleh masing-masing pimpinan
Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kementerian/lembaga. Menteri Negara Perencanaan
menjadi bahan bagi penyusunan rencana pembangunan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Nasional/Daerah untuk periode berikutnya. Pembangunan Nasional (Bappenas) menghimpun dan
Pasal 31 menyebutkan: menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan RPJP
Perencanaan pembangunan didasarkan pada data dan Nasional dari masing-masing pimpinan
informasi yang akurat dan dapat kementerian/lembaga.
dipertanggungjawabkan.
14
Landasan Hukum

Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 2006
Keuangan Negara: tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Pasal 14 ayat (2) menyebutkan bahwa rencana Pembangunan Nasional:
kerja dan anggaran disusun berdasarkan prestasi
kerja yang akan dicapai. Pasal 4 ayat (1), rancangan awal RPJPN disiapkan oleh
Menteri dengan menggunakan antara lain, hasil
evaluasi pembangunan sebelumnya
Pasal 10 ayat (3), Rancangan rencana pembangunan
secara teknokratik meliputi kerangka ekonomi makro,
rencana pembangunan sektoral dan kewilayahan
dihimpun dari hasil evaluasi pelaksanaan RPJMN yang
sedang berjalan dan aspirasi masyarakat.
Pasal 19 ayat (2), Rancangan Awal RKP memuat
rancangan kebijakan umum, prioritas pembangunan
nasional, rancangan kerangka ekonomi makro, rencana
kerja dan pendanaannya yang penyusunannya
memperhatikan kinerja pembangunan nasional tahun-
tahun sebelumnya, serta prakiraan permasalahan,
tantangan, dan peluang yang dihadapi pada tahun
rencana.

15
Landasan Hukum

Peraturan Pemerintah No. 39 tahun 2006 Pasal 14


tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Ayat 1, Menteri melakukan evaluasi pelaksanaan RKP
Pelaksanaan Rencana Pembangunan: periode sebelumnya berdasarkan laporan hasil evaluasi
pelaksanaan Renja K/L sebagaimana dimaksud pada
Pasal 12 ayat (1)
Ayat 1, Evaluasi dilakukan terhadap pelaksanaan Renja Ayat 2, Menteri menggunakan hasil evaluasi RKP
K/L dan RKP untuk menilai keberhasilan pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) guna penyusunan
dari suatu program/kegiatan berdasar indikator dan rancangan RKP untuk periode 2 (dua) tahun berikutnya.
sasaran kinerja yang tercantum dalam Renstra K/L dan Pasal 15
RPJMN. Ayat 1, Pimpinan K/L melakukan evaluasi pelaksanaan
Ayat 2, Evaluasi dilakukan terhadap pelaksanaan RPJMN Renstra K/L.
dan Renstra K/L untuk menilai efisiensi, efektivitas, Ayat 3, Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud ayat 1
manfaat, dampak dan keberlanjutan dari suatu disampaikan ke Menteri paling lambat 4 (empat) bulan
program. sebelum RPJMN berakhir.
Pasal 13 Ayat 4, Menteri melakukan evaluasi RPJMN
Ayat 1, Pimpinan K/L melakukan evaluasi pelaksanaan menggunakan hasil evaluasi Renstra K/L sebagaimana
Renja K/L periode sebelumnya dimaksud pada ayat (1) dan hasil evaluasi pelaksanaan
Ayat 4, Pimpinan K/L menyampaikan laporan hasil RKP periode RPJMN berjalan.
evaluasi pelaksanaan Renja K/L kepada Menteri paling
lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

16
Ruang Lingkup Pedoman Evaluasi

17
3
Kerangka Evaluasi dan Persiapan
Pelaksanaan Evaluasi Pembangunan
Nasional
3.1
Kerangka Evaluasi Pembangunan
Nasional
Kerangka Evaluasi Pembangunan Nasional

Sumber : Buku I RPJMN 2015-2019, hal 7-20 20


Kerangka Evaluasi

Evaluasi dilakukan dalam rangka menilai pencapaian tujuan pembangunan nasional


dan menganalisis permasalahan dan faktor keberhasilan dalam proses pelaksanaan
pembangunan sehingga dapat menjadi umpan balik bagi perbaikan kebijakan
pembangunan pada tahap berikutnya  Perlu penjabaran dari kerangka
evaluasi yang ada di RPJMN 2015-2019 sebagai acuan dalam
pelaksanaan evaluasi.
Kerangka evaluasi meliputi:
1. Tujuan evaluasi.
2. Waktu pelaksanaan evaluasi.
3. Sumber data evaluasi.
4. Pelaksana dan penerima hasil evaluasi.
5. Jenis evaluasi yang digunakan.
6. Mekanisme evaluasi.

21
1 Tujuan Evaluasi
1. Proses Umpan balik  Melalui pedoman ini diharapkan evaluasi
dapat memberikan gambaran pencapaian tujuan pembangunan
dan menganalisis permasalahan serta faktor keberhasilan yang
terjadi sehingga hasilnya dapat menjadi umpan balik bagi
perbaikan kebijakan pembangunan.
2. Akuntabilitas  Evaluasi juga sebagai bentuk akuntabilitas untuk
meyakinkan bahwa tujuan pembangunan tercapai.

Melakukan rekonstruksi logical framework atau Kerangka Kerja Logis (KKL) pada
kebijakan/program/kegiatan  agar pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan secara tepat dan lebih
terukur.
22
2 Waktu Pelaksanaan Evaluasi

Jenis Evaluasi Pendekatan Kapan

1 Evaluasi Ex-ante Dilaksanakan pada tahap perencanaan Ketika dokumen rencana sedang
untuk memilih alternatif kebijakan dan disusun, atau selama sebelum
melihat struktur dan sistematika disahkan.
penyusunan dokumen perencanaan.
2 Evaluasi Pengukuran Membandingkan realisasi dengan target Ketika kebijakan/program/ kegiatan
Kinerja yang telah ditetapkan (gap analysis). sudah selesai dilaksanakan pada suatu
waktu tertentu.
3 Evaluasi Proses Melihat gambaran proses pelaksanaan Ketika kebijakan/program/ kegiatan
kebijakan/program/kegiatan. sedang dilaksanakan.

4 Evaluasi Komprehensif Mengukur Dapat ditambahkan pada salah satu


(evaluasi kebijakan (1) relevansi, tahap waktu evaluasi di atas atau
strategis/program besar) (2) efisiensi, pelengkap atas evaluasi yang
(3) efektivitas, dilaksanakan pada salah satu waktu di
(4) dampak, dan atas.
(5) keberlanjutan atas
kebijakan/program/kegiatan.

23
3 Sumber Data Evaluasi

Jenis Evaluasi Dokumen Sumber Data Pokok

1 Evaluasi Ex-ante Usulan Meta evaluasi, triangulasi metode dan triangulasi sumber.
Kombinasi metode:
(1) Wawancara, focus group, dan kuesioner;
(2) Kuesioner, data existing, dan experts panels;
(3) Observasi, rekaman dan pemetaan program;
(4) Wawancara, catatan harian dan data existing.
2 Evaluasi Pengukuran 1. Renja K/L dan Renstra Hasil pemantauan pelaksanaan/realisasi Renja K/L.
K/L
Kinerja 2. RPJMN dan RKP
Hasil pemantauan pelaksanaan/realisasi RPJMN.
Meta evaluasi, triangulasi metode dan triangulasi sumber.
3 Evaluasi Proses 1. Renja K/L dan Renstra Realisasi pelaksanaan Renja K/L.
K/L
2. RPJMN dan RKP
Realisasi pelaksanaan RPJMN.
Meta evaluasi, triangulasi metode dan triangulasi sumber.
4 Evaluasi 1. Renja K/L dan Renstra Hasil pemantauan pelaksanaan/realisasi Renja K/L dan
K/L
Komprehensif 2. RPJMN dan RKP
RPJMN, atas aspek kebijakan, program, kegiatan,
(evaluasi kebijakan output, suboutput, komponen, lokasi, dan indikator-
strategis/program indikatornya.
besar) Meta evaluasi, triangulasi metode dan triangulasi sumber.

24
4 Pelaksana dan Penerima Hasil Evaluasi

Jenis Evaluasi Pelaksana Penerima

1 Evaluasi Ex-ante K/L pada tahap awal, dilanjutkan Bappenas u.p Deputi Sektor dan
oleh Bappenas. Kemkeu, untuk penyusunan RPJMN dan
Renja K/L dan/atau RKA K/L.
3 Evaluasi Pengukuran 1. K/L: Renja K/L dan Renstra K/L Bappenas u.p Deputi PEPP
Kinerja 2. Bappenas: RPJMN dan RKP Diteruskan ke Deputi Sektor Bappenas.
3. Bappenas: Lintas-K/L (THIS)
2 Evaluasi Proses 1. K/L: Renja K/L dan Renstra K/L Bappenas u.p Deputi PEPP
2. Bappenas: RPJMN dan RKP Diteruskan ke Deputi Sektor Bappenas.

4 Evaluasi 1. K/L: Renja K/L dan Renstra K/L. Bappenas u.p Deputi PEPP
Komprehensif 2. Bappenas: RPJMN dan RKP Diteruskan ke Deputi Sektor Bappenas.
(evaluasi kebijakan Bappenas: Lintas-K/L (THIS)
strategis/program
besar)

25
5 Jenis Evaluasi Yang Digunakan

Jenis
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4
Evaluasi
1 Evaluasi Ex-ante 1.Rekonstruksi KKL Penetapan Pendekatan Evaluasi Ex-Ante: Pelaksanaan Evaluasi Ex- Penyajian hasil penilaian
2.Pemilihan dan penetapan  Kegunaan: perencanaan. Ante  Mekanisme dan rekomendasi.
indikator kinerja  Secara waktu: sedang diusulkan/belum Evaluasi Ex-Ante
Penetapan Unit Analisis  dapat penetapan.
pada level kebijakan, program,  Penetapan sumber data dan pengolahan
kegiatan, output, suboutput, data, pengayaan/ penajaman data,
komponen, dan lokasi. analisis data, dan penyajian hasil analisis
data, sesuai unit analisis yang
1 ditetapkan. 2 3 4
2 Evaluasi 1.Rekonstruksi KKL Penetapan Pendekatan Evaluasi Pengukuran Pelaksanaan Evaluasi Pelaksanaan Analisis
Pengukuran 2.Pemilihan dan penetapan Kinerja Pengukuran Kinerja  Pengukuran Kinerja 
Kinerja indikator kinerja  Kegunaan: gap analysis.  Mekanisme Evaluasi Tata Cara Analisis
Penetapan Unit Analisis: pada  Secara waktu: sudah selesai. Kinerja Pengukuran Kinerja:
level program, kegiatan, output,  Penetapan sumber data, idem. Evaluasi pengukuran
suboutput, komponen. 1 2 3 kinerja sederhana. 4
3 Evaluasi Proses 1.Rekonstruksi KKL Penetapan Pendekatan Evaluasi Proses Pelaksanaan Evaluasi Pelaksanaan Analisis Hasil
2.Pemilihan dan penetapan Pelaksanaan: Proses Pelaksanaan  Evaluasi Proses
indikator kinerja  Kegunaan: gambaran pelaksanaan. Mekanisme Evaluasi Pelaksanaan  Fokus
Penetapan Unit Analisis: pada  Secara waktu: fase implementasi. Proses Pelaksanaan Analisis Hasil Evaluasi
level program, kegiatan, output,  Penetapan sumber data, idem. Proses: situasi
suboutput, komponen. 1 2 3 pelaksanaan. 4
4 Evaluasi 1.Rekonstruksi KKL Penetapan Pendekatan Evaluasi Kebijakan Pelaksanaan Evaluasi Pelaksanaan Analisis Hasil
Komprehensif 2.Pemilihan dan penetapan Strategis/Program Besar: Kebijakan Evaluasi Kebijakan
(evaluasi indikator kinerja Strategis/Program Besar
 Kegunaan: dilaksanakan untuk mengukur Strategis/Program Besar  analisis (1) relevansi,
kebijakan Penetapan Unit Analisis: pada (1) relevansi, (2) efisiensi, (3) efektivitas,  Melakukan
strategis/program seluruh level. (2) efisiensi, (3) efektivitas,
(4) dampak, dan (5) keberlanjutan atas Penelaahan Kriteria (4) dampak, (5)
besar) keberlanjutan.
kebijakan/program/kegiatan. Kebijakan
 Secara waktu: bersamaan/parallel.
1  Penetapan sumber data, idem. 2 3 4
26
6 Mekanisme Evaluasi

Jenis Evaluasi Renja K/L RKP Renstra K/L RPJMN

1 Evaluasi Ex-Ante K/L: Sesuai Bappenas: Sesuai K/L: Sesuai Bappenas: Sesuai
kebutuhan. Kebutuhan. Kebutuhan. Kebutuhan.

2 Evaluasi K/L: Wajib Bappenas: Wajib. Wajib dilakukan oleh Bappenas: Wajib.
Pengukuran Kinerja melakukan pada tiap K/L pada Contoh EPW
seluruh seluruh
kebijakan/program/ kebijakan/program/
kegiatan yang ada kegiatan yang ada
dalam Renja K/L yang dalam Renstra K/L
bersangkutan. yang bersangkutan
3 Evaluasi Proses K/L: Sesuai Bappenas: Sesuai K/L: Sesuai Bappenas: Sesuai
kebutuhan. Kebutuhan. Kebutuhan. Kebutuhan.

4 Evaluasi K/L: Sesuai Bappenas: Sesuai K/L: Sesuai Bappenas: Sesuai


Komprehensif kebutuhan. Kebutuhan. Kebutuhan. Kebutuhan.
(evaluasi kebijakan
strategis/program besar)

27
3.2
Persiapan Pelaksanaan Evaluasi
Pembangunan Nasional
Persiapan Pelaksanaan Evaluasi Pembangunan Nasional (1/9)
Tahap ini merupakan persiapan untuk semua jenis evaluasi.

1. Rekonstruksi Kerangka Kerja Logis (KKL)


Tahap 1  Untuk meningkatkan pemahaman bagaimana proses suatu
kebijakan/program/kegiatan dirumuskan dan dilaksanakan.
Persiapan  Jika KKL sudah tersusun baik maka dapat langsung digunakan,
pelaksanaan jika belum perlu dilakukan perbaikan KKL untuk menstrukturkan
evaluasi kembali agar proses penyusunan design evaluasi menjadi
Tahap berikutnya mudah.
ditentukan untuk
proses penetapan 2. Pemilihan dan penetapan indikator kinerja
jenis evaluasinya.
kebijakan/program/kegiatan yang terpenting
Evaluasi Ex-Ante
untuk di evaluasi
Evaluasi Kinerja  Dalam melakukan evaluasi, tidak semua indikator yang ada di
dokumen perencanaan dievaluasi.
Evaluasi Proses  Perlu dipilih indikator kinerja kebijakan/program/kegiatan yang
terpenting untuk di evaluasi.
Evaluasi Strategis

29
Persiapan Pelaksanaan Evaluasi Pembangunan Nasional (2/9)

1. Rekonstruksi Kerangka Kerja Logis (KKL)


Tahap 1
Langkah-langkah Rekonstruksi KKL untuk Evaluasi
Persiapan (1)
1 Pengecekan identifikasi permasalahan dan penyataan
pelaksanaan dampak yang diinginkan.
evaluasi
(2)
2 Pengecekan terhadap rantai sebab-akibat dari
outcome yang menghasilkan dampak yang diperlukan
untuk mengatasi permasalahan.
(3)
3 Pengecekan terhadap apa yang dilakukan program
untuk mencapai setiap manfaat.
(4)
4 Pengecekan kriteria keberhasilan dalam KKL dari
setiap tingkat, yaitu dampak, outcome, output dan
input.
(5)
5 Reviu terhadap indikator-indikator kinerja yang
relevan untuk setiap kriteria sukses (pakai SMART).
SMART (Specific, Measurable, Achieveble, Result Oriented, dan Time-Bound)
30
Persiapan Pelaksanaan Evaluasi Pembangunan Nasional (3/9)

1. Rekonstruksi Kerangka Kerja Logis (KKL)


Tahap 1
Contoh: KKL Pada Level Kebijakan Nasional
Persiapan
pelaksanaan
evaluasi

31
Persiapan Pelaksanaan Evaluasi Pembangunan Nasional (4/9)

1. Rekonstruksi Kerangka Kerja Logis (KKL)


Tahap 1
Langkah Penerapan KKL
Persiapan
pelaksanaan
evaluasi

32
Persiapan Pelaksanaan Evaluasi Pembangunan Nasional (5/9)

1. Rekonstruksi Kerangka Kerja Logis (KKL)


Tahap 1
Langkah Penerapan KKL
Contoh: Penyusunan KKL pada Proyek-proyek Pengembangan Kawasan Industri
Persiapan
pelaksanaan
evaluasi

33
Persiapan Pelaksanaan Evaluasi Pembangunan Nasional (6/9)

1. Rekonstruksi Kerangka Kerja Logis (KKL)


Tahap 1
Langkah Penerapan KKL
Contoh: Penyusunan KKL pada Proyek-proyek Pengembangan Kawasan Industri
Persiapan Dengan kombinasi pendekatan Tematik, Holistik, Integratif, dan Spasial
pelaksanaan
evaluasi

34
Persiapan Pelaksanaan Evaluasi Pembangunan Nasional (7/9)

2. Pemilihan dan penetapan indikator


Tahap 1 Indikator kinerja yang baik adalah indikator yang memenuhi kriteria
Persiapan SMART yaitu:
(1) Specific/Spesifik (S), indikator harus jelas dan fokus sehingga tidak menimbulkan
pelaksanaan
multitafsir.
evaluasi (2) Measurable/Terukur (M), artinya dapat diukur dengan skala penilaian tertentu
(kuantitas atau kualitas). Untuk jenis data dalam bentuk kualitas dapat
dikuantitatifkan dengan persentase atau nominal. Terukur juga berarti dapat
dibandingkan dengan data lain dan jelas mendefinisikan pengukuran.
(3) Achievable (A), artinya dapat dicapai dengan biaya yang masuk akal dan dengan
metode yang sesuai, serta berada di dalam rentang kendali dan kemampuan unit
kerja dalam mencapai target kinerja yang ditetapkan.
(4) Result-Oriented/Relevant (R), artinya terkait secara logis dengan
kebijakan/program/kegiatan yang diukur, tupoksi serta realisasi tujuan dan sasaran
strategis organisasi.
(5) Time-Bound (T), artinya memperhitungkan rentang waktu pencapaian, untuk
analisis perbandingan kinerja dengan masa-masa sebelumnya. Dapat dilakukan
dalam jangka waktu tertentu.

35
Persiapan Pelaksanaan Evaluasi Pembangunan Nasional (8/9)

2. Pemilihan dan penetapan indikator


Tahap 1 Langkah-langkah pemilihan indikator :
(1) Membuat daftar alternatif indikator kinerja untuk setiap
Persiapan kebijakan/program/kegiatan.
pelaksanaan (2) Memilih indikator kinerja yang memenuhi kriteria pemilihan.
evaluasi

(1) Penyusunan Tabel


Pemilihan Indikator
(2) Pendataan indikator
yang akan dipilih
berdasarkan
kebijakan/program/kegia
tan yang terdapat dalam
dokumen rencana
pembangunan.
(3) Pengklasifikasian
indikator.
(4) Penetapan indikator
untuk evaluasi.

36
Persiapan Pelaksanaan Evaluasi Pembangunan Nasional (9/9)

2. Pemilihan dan penetapan indikator


Tahap 1 Langkah-langkah penetapan indikator:
(1) Perumusan Metode, Koridor dan Panduan Pemilihan Indikator 
Persiapan Mekanisme pemilihan indikator kinerja dimulai dengan pengumpulan
pelaksanaan data dan informasi terkait perencanaan dan penganggaran berbasis
evaluasi kinerja. Kemudian Deputi PEPP Bappenas merumuskan koridor dan
metode pemilihan indikator.
(2) Pemilihan Indikator untuk Evaluasi  K/L melakukan pemilihan
indikator berdasarkan koridor dan metode pemilihan indikator yang
mengacu pada poin a dan b pada Tahapan Pemilihan Indikator di atas
dan berkoordinasi dengan Deputi Bidang/Lintas Bidang/Regional
Bappenas terkait dan Kedeputian PEPP Bappenas.
(3) Workshop Pemilihan Indikator  Daftar indikator yang sudah dipilih
kemudian dibahas dalam workshop yang melibatkan K/L, Deputi terkait
di Bappenas dan Deputi Bidang PEPP Bappenas untuk membuat
kesepakatan dalam menetapkan indikator-indikator yang akan dievaluasi.
(4) Penetapan Indikator Terpilih  Indikator yang sudah ditetapkan
disampaikan ke semua stakeholder (pihak yang berkepentingan).

37
Persiapan Pelaksanaan Evaluasi Pembangunan Nasional

2. Pemilihan dan penetapan indikator


Tahap 1
Penetapan Indikator untuk Evaluasi
Persiapan
pelaksanaan
evaluasi

38
4
Jenis dan Metode Evaluasi
Penetapan Metode Evaluasi

Evaluasi Ex-Ante Evaluasi Pengukuran Kinerja


 Merupakan evaluasi yang
digunakan untuk mengukur
Memilih alternatif terbaik dari berbagai
kinerja kebijakan/program/
alternatif yang ada. kegiatan dengan
membandingkan antara
pencapaian dengan target.
Memastikan dokumen perencanaan disusun
secara terstruktur, koheren dan sistematis.  Evaluasi pengukuran kinerja
dilakukan menggunakan
metode Gap Analysis.

Evaluasi Proses Pelaksanaan Evaluasi Kebijakan Strategis (Program Besar)


 Evaluasi proses pelaksanaan Merupakan penilaian secara
melingkupi pertanyaan yang bersifat menyeluruh, sistematis dan
deskriptif untuk menjelaskan situasi obyektif terkait aspek relevansi,
pelaksanaan program/kegiatan. efisiensi, efektivitas, dampak, dan
 Analisis lebih fokus pada penilaian keberlanjutan dari pelaksanaan
yang menunjukkan tingkat kegagalan kebijakan/program dengan
atau keberhasilan pelaksanaan. menunjukkan hubungan sebab-
 Evaluasi proses bertujuan untuk akibat akan kegagalan atau
meningkatkan kinerja dan umumnya keberhasilan pelaksanaan
dilaksanakan selama fase kebijakan/program.
implementasi.
40
4.1
Evaluasi Ex-Ante

Kembali
5
Sebagaimana telah disampaikan di depan: Evaluasi Ex-Ante
Persiapan Pelaksanaan Evaluasi
Pembangunan Nasional (1/9)

1. Rekonstruksi Kerangka Kerja Logis (KKL)


Tahap 1  Untuk meningkatkan pemahaman bagaimana proses suatu
kebijakan/program/kegiatan dirumuskan dan dilaksanakan.
 Jika KKL sudah tersusun baik maka dapat langsung digunakan,
Tahap 2 jika belum perlu dilakukan perbaikan KKL untuk menstrukturkan
kembali agar proses penyusunan design evaluasi menjadi
Tahap 3 mudah.

Tahap 4 2. Pemilihan dan penetapan indikator kinerja


kebijakan/program/kegiatan yang terpenting
untuk di evaluasi
 Dalam melakukan evaluasi, tidak semua indikator yang ada di
dokumen perencanaan dievaluasi.
 Perlu dipilih indikator kinerja kebijakan/program/kegiatan yang
terpenting untuk di evaluasi.

5 42
Evaluasi Ex-Ante

3. Penetapan Pendekatan Evaluasi Ex-Ante


Tahap 1 Alasan dipilih:
Kegunaan: dilaksanakan pada tahap perencanaan untuk memilih
Tahap 2 alternatif kebijakan dan melihat struktur dan sistematika penyusunan
dokumen perencanaan.
Secara waktu: kebijakan/program/kegiatan sedang diusulkan, atau belum
Tahap 3 penetapan sebagai dokumen rencana.

Tujuan
Tahap 4 (1) Memilih alternatif terbaik dari berbagai alternatif yang ada.
(2) Memastikan dokumen rencana disusun secara terstruktur, koheren,
dan sistematis  dapat menggunakan metode penilaian cepat (rapid
assessment)  metode penilaian cepat dilakukan melalui penelaahan dokumen
(document review), wawancara dan Focus Group Discussion (FGD).

5 43
Evaluasi Ex-Ante

4. Pelaksanaan Evaluasi Ex-Ante


Mekanisme Evaluasi Ex-Ante Proses Penyusunan
Tahap 1 Dokumen Perencanaan:
(1) Penelaahan konsistensi antar dokumen perencanaan. Analisis pada
Tahap 2 (2) Penelaahan penyusunan kebijakan/program/kegiatan. evaluasi ex-ante
(a) Mereviu permasalahan. dapat meminjam
(b) Mereviu formulasi sasaran. pendekatan
Benefit-Cost
Tahap 3 (c) Mereviu konsistensi arah kebijakan dan strategi
Analysis dan
pembangunan dengan sasaran. Project
(d) Mereviu ketepatan indikator kinerja  harus Appraisals.
Tahap 4 SMART.
(3) Penyampaian rekomendasi perbaikan.

5 44
4.2
Evaluasi Pengukuran Kinerja

Kembali
5
Sebagaimana telah disampaikan di depan: Evaluasi Pengukuran Kinerja
Persiapan Pelaksanaan Evaluasi
Pembangunan Nasional (1/9)

1. Rekonstruksi Kerangka Kerja Logis (KKL)


Tahap 1  Untuk meningkatkan pemahaman bagaimana proses suatu
kebijakan/program/kegiatan dirumuskan dan dilaksanakan.
 Jika KKL sudah tersusun baik maka dapat langsung digunakan,
Tahap 2 jika belum perlu dilakukan perbaikan KKL untuk menstrukturkan
kembali agar proses penyusunan design evaluasi menjadi
Tahap 3 mudah.

Tahap 4 2. Pemilihan dan penetapan indikator kinerja


kebijakan/program/kegiatan yang terpenting
untuk di evaluasi
 Dalam melakukan evaluasi, tidak semua indikator yang ada di
dokumen perencanaan dievaluasi.
 Perlu dipilih indikator kinerja kebijakan/program/kegiatan yang
terpenting untuk di evaluasi.

5 46
Evaluasi Pengukuran Kinerja

3. Penetapan Pendekatan Evaluasi Pengukuran Kinerja


Tahap 1 Alasan dipilih:
Kegunaan: dilaksanakan untuk membandingkan realisasi dengan target yang
telah ditetapkan (gap analysis)
Tahap 2 Secara waktu: ketika kebijakan/program/ kegiatan sudah selesai
dilaksanakan pada suatu waktu tertentu  dapat dilakukan pada akhir suatu
Tahap 3 Triwulan, pada akhir suatu Semester, dan/atau pada akhir Tahun
(Purnawaktu).
Tujuan:
(1) Pengukuran kinerja
Tahap 4 kebijakan/program/kegiatan dengan
membandingkan antara pencapaian
(pada waktu tertentu) dengan
Gap antara pencapaian kinerja
targetnya.
dengan target kinerja dapat (2) Informasi utama yang digunakan
bernilai posistif (+) maupun dalam melakukan evaluasi
negatif (-). pengukuran kinerja adalah
menggunakan hasil pemantauan,
Gap bernilai (+) jika pencapaian antara lain menggunakan aplikasi e-
kinerja lebih besar dari target monev yang memantau pelaksanaan
kinerja, sebaliknya gap akan rencana pembangunan secara
bernilai (-) jika pencapaian
kinerja lebih kecil dari target
triwulanan.
kinerja
(3) Hasil evaluasi menjadi parameter
early warning system.
5 47
Evaluasi Pengukuran Kinerja

4. Pelaksanaan Evaluasi Pengukuran Kinerja


Tahap 1 Mekanisme Evaluasi Pengukuran
Kinerja:
(1) Identifikasi kondisi aktual dan
Tahap 2 pencapaian kinerja.
(2) Melakukan analisis kesenjangan
(gap analysis) dengan
Tahap 3 membandingkan capaian kinerja
dengan target kinerja.
Tahap 4 (3) Reviu permasalahan/faktor
keberhasilan dengan menggunakan
statistik deskriptif, yaitu dengan
melakukan analisis
permasalahan/faktor keberhasilan
berdasarkan besar atau kecilnya
gap.
(4) Menyusun desain pemecahan
masalah apabila gap negatif.
(5) Menentukan tindak lanjut yang
diperlukan.
5 48
Evaluasi Pengukuran Kinerja

5. Pelaksanaan Analisis Pengukuran Kinerja


Tahap 1 Tata Cara Analisis Pengukuran Kinerja:
(1) Evaluasi pengukuran kinerja sangat sederhana  yaitu hanya dengan
membandingkan pencapaian dengan target, sehingga tidak
Tahap 2 membutuhkan analisis yang rumit.
(2) Oleh sebab itu, evaluasi pengukuran kinerja dapat dilakukan terhadap
keseluruhan dokumen rencana pembangunan.
Tahap 3 (3) Hasil analisis pengukuran kinerja agar memberikan informasi yang
kredibel dan bermanfaat maka harus didukung oleh data dan informasi
Tahap 4 yang akurat dan mutakhir (up to date).
(4) Mekanisme utama untuk pengumpulan data menggunakan aplikasi
pemantauan online (e-monev PP39).
(5) Pengayaan data dan informasi dari hasil penelaahan dokumen dan data
survei baik yang dilakukan sendiri maupun yang dilakukan lembaga lain
seperti BPS, World Bank, UNDP dan sebagainya.

5 49
Evaluasi Pengukuran Kinerja

5. Pelaksanaan Analisis Pengukuran Kinerja


Tahap 1 Contoh Analisis Pengukuran Kinerja

Tahap 2

Tahap 3

Tahap 4

Data Pencapaian
Sasaran Kinerja 
Target dan Realisasi

Kriteria Notifikasi
Pencapaian Kinerja

5 50
4.3
Evaluasi Proses Pelaksanaan

Kembali
5
Evaluasi Proses Pelaksanaan

1. Rekonstruksi Kerangka Kerja Logis (KKL)


Tahap 1  Untuk meningkatkan pemahaman bagaimana proses suatu
kebijakan/program/kegiatan dirumuskan dan dilaksanakan.
 Jika KKL sudah tersusun baik maka dapat langsung digunakan,
Tahap 2 jika belum perlu dilakukan perbaikan KKL untuk menstrukturkan
kembali agar proses penyusunan design evaluasi menjadi
Tahap 3 mudah.

Tahap 4 2. Pemilihan dan penetapan indikator kinerja


kebijakan/program/kegiatan yang terpenting
untuk di evaluasi
 Dalam melakukan evaluasi, tidak semua indikator yang ada di
dokumen perencanaan dievaluasi.
 Perlu dipilih indikator kinerja kebijakan/program/kegiatan yang
terpenting untuk di evaluasi.

5 52
Evaluasi Proses Pelaksanaan

3. Penetapan Pendekatan Evaluasi Proses


Tahap 1 Pelaksanaan
Alasan dipilih:
Tahap 2 Kegunaan: dilaksanakan untuk melihat gambaran proses pelaksanaan
kebijakan/program/kegiatan.
Secara waktu: ketika kebijakan/program/ kegiatan sedang dilaksanakan
Tahap 3 (selama fase implementasi).
Tujuan
Tahap 4 (1) Pendeskripsian proses pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan.
(2) Pengidentifikasian fungsi-fungsi mana yang telah berjalan dengan baik
dan mana yang tidak.
(3) Penilaian pelaksanaannya telah sesuai dengan rencana.
(4) Peninjauan permasalahan dalam pelaksanaan untuk mencegah kegagalan
pelaksanaan.
(5) Evaluasi proses akan selesai dilakukan di akhir pelaksanaan
kebijakan/program/kegiatan dengan melihat pelaksanaan dari awal
hingga akhir.

5 53
Evaluasi Proses Pelaksanaan

3. Penetapan Pendekatan Evaluasi Proses


Tahap 1 Pelaksanaan
Kelebihan Pendekatan Proses Pelaksanaan:
Tahap 2 (1) Dalam pelaksanaan evaluasi proses, data output dikumpulkan dalam waktu reguler untuk mengawasi
dan mendeskripsikan bagaimana aktivitas dari pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan.
(2) Hasil evaluasi proses digunakan untuk memperbaiki pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan
sehingga lebih efektif.
Tahap 3 (3) Evaluasi proses memiliki cakupan yang lebih detail terkait pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan,
sehingga menghasilkan beberapa manfaat tambahan. Manfaat tersebut antara lain memungkinkan
evaluator mengevaluasi secara kritis jumlah dan jenis sumber dana dan sumber daya yang
dialokasikan seperti staf, perjalanan, pelatihan, dan pengeluaran lainnya.
Tahap 4 (4) Evaluasi alokasi sumber dana dan sumber daya pada evaluasi proses juga dapat memberikan umpan-
balik yang lebih mendetail terkait berbagai macam aspek pelaksanaan dimana hal tersebut menjadi
bagian yang sangat penting di dalam perbaikan pelaksanaan.
(5) Dengan evaluasi proses pelaksanaan, evaluator dapat memahami secara lebih baik hubungan antara
intervensi, sumber dana dan sumber daya dengan outcome yang dicapai.
(6) Metode yang dapat diterapkan dalam evaluasi proses adalah metode kualitatif dan kuantitatif atau
kombinasi dari keduanya.
(7) Metode kualitatif dilakukan apabila evaluator hanya memiliki sedikit informasi tentang aktivitas
kebijakan/program/kegiatan, kebijakan/program/kegiatan menggunakan metode yang tidak biasa,
dan dasar pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan meragukan.
(8) Metode kualitatif mampu memberikan informasi yang kaya, detail, mendalam dan memberikan
informasi hubungan antar ide. Namun, apabila evaluator sudah memahami
kebijakan/program/kegiatan dengan baik dan ingin mendapatkan data mengenai frekuensi dan
intensitas pelayanan yang konsisten dan dapat dipercaya, maka dapat menggunakan metode
5 kuantitatif.
54
Evaluasi Proses Pelaksanaan

4. Pelaksanaan Evaluasi Proses Pelaksanaan


Tahap 1 Mekanisme evaluasi proses pelaksanaan
meliputi:
(1) Mendeskripsikan
Tahap 2 kebijakan/program/kegiatan
Pendefinisian dasar penyusunan, tujuan,
sasaran, arah kebijakan, strategi, dan
Tahap 3 outcome yang diharapkan dalam bentuk KKL
pelaksanaan evaluasi proses, data output
dikumpulkan dalam waktu reguler untuk
Tahap 4 mengawasi dan mendeskripsikan bagaimana
aktivitas dari pelaksanaan
kebijakan/program/kegiatan
Deskripsi kebijakan/program/kegiatan harus
lengkap dan detail.
Konsistensi mengacu pada kualitas
implementasi dan sejauh mana target group
menerima dan menggunakan sumber daya
dan sumber dana dan jangkauan mengacu
pada sejauh mana target group utama yang
diinginkan ikut berpartisipasi dalam
pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan.
5 55
Evaluasi Proses Pelaksanaan

4. Pelaksanaan Evaluasi Proses Pelaksanaan


Tahap 1 Mekanisme evaluasi proses pelaksanaan meliputi:
(2) Membangunan Daftar Pertanyaan
 Pelibatan identifikasi dari informasi yang dibutuhkan untuk menjawab setiap
Tahap 2 pertanyaan evaluasi proses.
(3) Menentukan Metode
Tahap 3  Isu-isu utama yang dipertimbangkan dalam merencanakan metode
evaluasi proses yaitu desain (kapan waktu pengumpulan data),
sumber data (darimana informasi diperoleh), alat atau pengukuran
Tahap 4 yang dibutuhkan untuk mengumpulkan data, prosedur pengumpulan
data, strategi manajemen data, dan analisis data atau rencana
sintesis data.
(4) Mempertimbangkan Faktor Internal dan Eksternal
 Pertimbangan faktor internal seperti sumberdaya, konteks, struktur,
sistem organisasi dan karakterisik kebijakan/program/kegiatan dan
faktor eksternal seperti, politik, ukuran dan kompleksitas
kebijakan/program/ kegiatan.

5 56
Evaluasi Proses Pelaksanaan

4. Pelaksanaan Evaluasi Proses Pelaksanaan


Tahap 1 Mekanisme evaluasi proses pelaksanaan meliputi:
(5) Melakukan Finalisasi Rencana Evaluasi Proses
 Finalisasi untuk memastikan bahwa rencana evaluasi proses telah
Tahap 2
sesuai dengan yang diharapkan, dengan cara meninjau kembali
rencana evaluasi proses yang melibatkan berbagai stakeholder.
Tahap 3  Stakeholder diharapkan terlibat dalam proses penilaian dalam
pelaksanaan, apakah tujuan kebijakan/program/kegiatan sesuai
ekspektasi stakeholder, dan sesuai dengan standar utilitas,
Tahap 4 kelayakan, kepatutan dan akurasi evaluasi.
(6) Melaksanakan Evaluasi Proses
 Rencana evaluasi proses yang telah disusun kemudian dilaksanakan
untuk mengevaluasi kegiatan/program/kebijakan yang dikehendaki.

5 57
Evaluasi Proses Pelaksanaan

5. Pelaksanaan Analisis Hasil Evaluasi Proses


Tahap 1 Pelaksanaan
Fokus Analisis Hasil Evaluasi Proses:
Tahap 2 (1) Menjelaskan situasi pelaksanaan program/kegiatan bahkan
hingga pada level output, komponen, dan lokasi yang merupakan
identitas atau profil suatu atau beberapa proyek.
Tahap 3 (2) Menjelaskan penilaian yang menunjukkan tingkat keberhasilan
pelaksanaan program/kegiatan bahkan menjelaskan pula
kegagalannya.
Tahap 4 (3) Memberikan rekomendasi yang mampu meningkatkan kinerja
program/kegiatan yanmg sedang dievaluasi dan umumnya
dilaksanakan selama fase implementasi.

5 58
4.4
Evaluasi Kebijakan Strategis/
Program Besar

Kembali
5
Evaluasi Kebijakan Strategis/Program Besar

1. Rekonstruksi Kerangka Kerja Logis (KKL)


Tahap 1  Untuk meningkatkan pemahaman bagaimana proses suatu
kebijakan/program/kegiatan dirumuskan dan dilaksanakan.
 Jika KKL sudah tersusun baik maka dapat langsung digunakan,
Tahap 2 jika belum perlu dilakukan perbaikan KKL untuk menstrukturkan
kembali agar proses penyusunan design evaluasi menjadi
Tahap 3 mudah.

Tahap 4 2. Pemilihan dan penetapan indikator kinerja


kebijakan/program/kegiatan yang terpenting
untuk di evaluasi
 Dalam melakukan evaluasi, tidak semua indikator yang ada di
dokumen perencanaan dievaluasi.
 Perlu dipilih indikator kinerja kebijakan/program/kegiatan yang
terpenting untuk di evaluasi.

5 60
Evaluasi Kebijakan Strategis/Program Besar

3. Penetapan Pendekatan Evaluasi Kebijakan


Tahap 1 Strategis/Program Besar
Alasan dipilih:
Tahap 2 Kegunaan: dilaksanakan untuk mengukur (1) relevansi, (2) efisiensi, (3)
efektivitas, (4) dampak, dan (5) keberlanjutan atas
kebijakan/program/kegiatan.
Tahap 3 Secara waktu: dapat dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan evaluasi ex-
ante, evaluasi kinerja, maupun evaluasi proses pelaksanaan.

Tahap 4 Tujuan:
(1) Pemberian penilaian secara menyeluruh, sistematis dan obyektif terkait
aspek relevansi, efisiensi, efektivitas, dampak, dan keberlanjutan dari
pelaksanaan kebijakan/program dengan menunjukkan hubungan sebab-
akibat akan kegagalan atau keberhasilan pelaksanaan kebijakan/program.
(2) Pemberian informasi yang dapat dipercaya/kredibel, bermanfaat dan
mampu untuk memberikan pembelajaran (lesson learned) ke dalam
proses pengambilan keputusan terkait perencanaan dan penganggaran.
(3) Penajaman analisis  melengkapi salah satu tahap waktu evaluasi di atas
atau pelengkap atas evaluasi yang dilaksanakan pada salah satu waktu di
atas  Memperkuat argumentasi rekomendasi.
5 61
Evaluasi Kebijakan Strategis/Program Besar

3. Pelaksanaan Evaluasi Kebijakan


Tahap 1 Strategis/Program Besar
Melakukan Penelaahan Kriteria Kebijakan Strategis/Program Besar:
Tahap 2 (1) Memiliki dampak langsung dan besar kepada masyarakat;
(2) Memiliki anggaran besar;
(3) Mendukung secara langsung pencapaian agenda pembangunan nasional;
Tahap 3 (4) Mendukung pencapaian prioritas nasional;
(5) Merupakan arahan direktif presiden;
(6) Pertimbangan lainnya.
Tahap 4

5 62
Evaluasi Kebijakan Strategis/Program Besar

4. Pelaksanaan Analisis Hasil Evaluasi Kebijakan


Tahap 1 Strategis/Program Besar
Cara analisis pada Kebijakan Strategis/Program Besar:
Tahap 2 (1) RELEVANSI  Melihat sejauh mana tujuan dari adanya intervensi program dan
kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas penerima program dan kegiatan
tersebut.
Tahap 3 (2) EFISIENSI  Efisiensi fokus kepada hubungan antara kegiatan, output (produk dan
layanan) dan hasil yang diinginkan dengan sarana yang digunakan, apakah untuk
mencapai hasil yang diinginkan menggunakan input/sumber daya (keuangan,
Tahap 4 orang, waktu) serendah mungkin.
(3) EFEKTIVITAS  Merupakan ukuran yang menunjukkan seberapa jauh
kebijakan/program/kegiatan mencapai hasil dan manfaat yang diharapkan.
(4) DAMPAK  Merupakan kondisi perubahan kesejahteraan masyarakat sebagai
hasil dari pencapaian pelaksanaan kebijakan/program, serta melihat akibat-akibat
lain yang tidak diharapkan, baik positif maupun negatif.
(5) KEBERLANJUTAN  Keberlanjutan dapat digambarkan dengan sejauh mana
manfaat yang dihasilkan oleh kebijakan/program berlanjut setelah intervensi
kebijakan/program berakhir dan apa yang terjadi atau mungkin terjadi sebagai
efek positif dari kebijakan/program.

5 63
5
Mekanisme Evaluasi dan Pelaporan
5.1
Evaluasi Renja K/L dan Renstra K/L
Evaluasi Renja K/L dan Renstra K/L

Jenis Evaluasi
Jenis evaluasi dipilih sesuai dengan tujuan evaluasi sebagaimana
digambarkan dalam Kerangka Evaluasi RPJMN 2015-2019

Pemilihan Jenis Evaluasi


 Evaluasi Pengukuran Kinerja untuk pengukuran seluruh
kebijakan/program/kegiatan yang ada dalam dokumen
perencanaan.
 Evaluasi proses pelaksanaan dan evaluasi kebijakan strategis atau
program besar dilaksanakan sesuai kebutuhan

Pelaksanaan Evaluasi
 Evaluasi Renja K/L dilaksanakan tiap tahun
 Evaluasi Renstra K/L dilaksanakan 2x

66
Mekanisme Evaluasi Renja K/L dan Renstra K/L (1/2)

Evaluasi Renja K/L Evaluasi Renstra K/L

Direktur Jenderal/Deputi penanggungjawab bidang Direktur Jenderal/Deputi penanggungjawab bidang


melakukan evaluasi sesuai dengan tugas dan melakukan evaluasi sesuai dengan tugas dan
kewenangan masing-masing kewenangan masing-masing

Hasil evaluasi disampaikan kepada Hasil evaluasi disampaikan kepada


Sekjen/Sesmen/Sestama untuk dikoordinasi dan Sekjen/Sesmen/Sestama untuk dikoordinasi dan
dikonsolidasi menjadi Laporan Evaluasi Renja K/L dikonsolidasi menjadi Laporan Evaluasi Renstra K/L

Laporan Evaluasi Renja K/L disampaikan kepada Laporan Evaluasi Renstra K/L disampaikan kepada
Menteri/Kepala Lembaga masing-masing Menteri/Kepala Lembaga masing-masing

Menteri/Kepala Lembaga menyampaikan hasil Menteri/Kepala Lembaga menyampaikan hasil


Evaluasi Renja K/L kepada Menteri sebagai bahan Evaluasi Renstra K/L kepada Menteri sebagai bahan
Evaluasi RKP Evaluasi RPJMN

67
Mekanisme Evaluasi Renja K/L dan Renstra K/L (2/2)

68
5.2
Evaluasi RKP dan RPJMN
Evaluasi RKP dan RPJMN

Jenis Evaluasi dan Metode


 Jenis evaluasi dipilih sesuai dengan tujuan evaluasi sebagaimana digambarkan dalam
Kerangka Evaluasi RPJMN 2015-2019
 Bappenas juga menggunakan Meta Evaluasi dan didukung dengan metode
triangulasi dalam pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan

Sumber Data
 Sumber data utama dalam melakukan evaluasi RKP adalah hasil evaluasi Renja K/L
yang disampaikan kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas
 Sumber data utama evaluasi RPJMN adalah hasil evaluasi Renstra K/L yang
disampaikan kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas
 Data pendukungnya adalah hasil survei dan penelitian yang dilaksanakan oleh
berbagai lembaga antara lain BPS, lembaga independen, lembaga Internasional,
serta lembaga penelitian dan pengembangan pada Perguruan Tinggi dan K/L terkait

Pelaksanaan Evaluasi
 Evaluasi Renja K/L dan RKP dilaksanakan tiap tahun
 Evaluasi Renstra K/L dan RPJMN dilaksanakan 2x (Evaluasi Paruh Waktu RPJMN dan
Evaluasi Akhir RPJMN)

70
Mekanisme Evaluasi RKP dan RPJMN (1/2)

Evaluasi RKP Evaluasi RPJMN

Deputi Bidang/Lintas Bidang/Regional melakukan Deputi Bidang/Lintas Bidang/Regional melakukan


evaluasi sesuai tugas dan tanggungjawab masing- evaluasi sesuai tugas dan tanggungjawab masing-
masing. Dan Deputi Evaluasi melakukan evaluasi masing. Dan Deputi Evaluasi melakukan evaluasi
Agenda Pembangunan Agenda Pembangunan

Hasil evaluasi disampaikan kepada Deputi Evaluasi Hasil evaluasi disampaikan kepada Deputi Evaluasi
untuk dikoordinasi dan dikonsolidasi menjadi untuk dikoordinasi dan dikonsolidasi menjadi
Laporan Evaluasi RKP Laporan Evaluasi RPJMN

Laporan Evaluasi RPJMN disampaikan kepada


Laporan Evaluasi RKP disampaikan kepada Menteri
Menteri

Menteri menyampaikan hasil evaluasi RKP kepada Menteri menyampaikan hasil evaluasi RPJMN kepada
Presiden Presiden

71
Mekanisme Evaluasi RKP dan RPJMN (2/2)

72
5.3
Jadwal Penyusunan Evaluasi
Jadwal Penyusunan Evaluasi RKP
1

74
Jadwal Penyusunan Evaluasi Paruh Waktu RPJMN
2

75
Jadwal Penyusunan Evaluasi RPJMN
3

76
5.4
Mekanisme Pelaporan
Mekanisme Pelaporan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Tahunan

78
Mekanisme Pelaporan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah

79
L
Lampiran
L1 Alur Penyusunan Laporan Evaluasi RKP (1/3)

81
L1 Alur Penyusunan Laporan Evaluasi RKP (2/3)

82
L1 Alur Penyusunan Laporan Evaluasi RKP (3/3)

83
L2 Alur Penyusunan Laporan Evaluasi Paruh Waktu RPJMN (1/3)

84
L2 Alur Penyusunan Laporan Evaluasi Paruh Waktu RPJMN (2/3)

85
L2 Alur Penyusunan Laporan Evaluasi Paruh Waktu RPJMN (3/3)

86
L3 Alur Penyusunan Laporan Evaluasi RPJMN (1/3)

87
L3 Alur Penyusunan Laporan Evaluasi RPJMN (2/3)

88
L3 Alur Penyusunan Laporan Evaluasi RPJMN (3/3)

89
L4 Matriks Pencapaian Kebijakan/Program/Kegiatan

90
L5 Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Republik indonesia
Nomor 1 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Evaluasi Pembangunan Nasional
Menimbang: 3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi
a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Tahun 2015 Nomor 8);
Pelaksanaan Rencana Pembangunan, Menteri 4. Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2015 tentang
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional
Perencanaan Pembangunan Nasional melakukan evaluasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
Rencana Kerja Pemerintah dan Rencana Pembangunan 112);
Jangka Menengah Nasional; 5. Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2015 tentang Badan
b. bahwa dalam rangka peningkatan kualitas penyusunan Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
evaluasi pembangunan nasional, perlu menetapkan Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 113) sebagaimana
Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 66
Nasional tentang Pedoman Evaluasi Pembangunan Tahun 2015 tentang Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional; Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 43);
Mengingat: 6. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Nomor 4 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); Perencanaan Pembangunan Nasional (Berita Negara
2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 2006 tentang Tata Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 609);
Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor
97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4664);

91
Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Republik indonesia
Nomor 1 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Evaluasi Pembangunan Nasional

MEMUTUSKAN: 5. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau


Menetapkan: lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi
PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan
NASIONAL/KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN yang disertai penyediaan alokasi anggaran, atau kegiatan
NASIONAL TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah.
NASIONAL. 6. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh
satu atau beberapa satuan kerja sebagai bagian untuk
BAB I pencapaian sasaran yang terukur pada suatu program dan
KETENTUAN UMUM terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya
untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk
Pasal 1 barang/jasa.
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 7. Input adalah sumber daya yang diperlukan untuk melakukan
1 Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan kegiatan yang diperlukan dalam rangka untuk menghasilkan
tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, keluaran (output).
dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. 8. Output atau Sasaran Kegiatan adalah barang atau jasa yang
2 Arah Kebijakan adalah penjabaran misi dan memuat dihasilkan oleh suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk
strategi yang merupakan kerangka pikir atau kerangka mendukung pencapaian sasaran dan tujuan
kerja untuk menyelesaikan masalah dalam rangka kebijakan/program.
mencapai sasaran yaitu perubahan kondisi masyarakat 9. Outcome atau Sasaran Program adalah segala sesuatu yang
yang ingin dicapai. dihasilkan dari suatu program yang mencerminkan
3 Strategi adalah langkah-langkah berisikan program- berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan.
program untuk mewujudkan visi dan misi. 10. Impact adalah perubahan jangka panjang pada masyarakat
4 Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi yang ingin dituju sebagai akibat dari pelaksanaan
garis pelaksanaan suatu program. pembangunan.

92
Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Republik indonesia
Nomor 1 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Evaluasi Pembangunan Nasional

11. Pemantauan adalah kegiatan mengamati perkembangan 18. Rencana Pembangunan Jangka Menengah, yang selanjutnya
pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi disingkat RPJM, adalah dokumen perencanaan untuk
serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/atau periode 5 (lima) tahun.
akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin.
12. Evaluasi adalah penilaian yang sistematis dan objektif atas Pasal 2
desain, implementasi dan hasil dari intervensi yang sedang Pedoman Evaluasi Pembangunan Nasional, yang selanjutnya
berlangsung atau yang telah selesai. disebut Pedoman, disusun bertujuan untuk memberikan
13. Menteri adalah pimpinan Kementerian Perencanaan panduan bagi pemerintah dan pihak lain yang memerlukan
Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan dalam melakukan evaluasi atas kebijakan/program/kegiatan
Pembangunan Nasional. pembangunan yang ada dalam Renja K/L, RKP, Renstra K/L, dan
14. Rencana Pembangunan Tahunan Kementerian/Lembaga, RPJMN.
yang selanjutnya disebut Renja K/L, adalah dokumen
perencanaan Kementerian/Lembaga untuk periode 1
(satu) tahun.
15. Rencana Pembangunan Tahunan Nasional, yang
selanjutnya disebut RKP, adalah dokumen perencanaan
Nasional untuk periode 1 (satu) tahun.
16. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah, yang selanjutnya
disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), adalah
dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu)
tahun.
17. Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Kementerian/Lembaga, yang selanjutnya disebut Renstra
K/L, adalah dokumen perencanaan Kementerian/ Lembaga
untuk periode 5 (lima) tahun.

93
Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Republik indonesia
Nomor 1 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Evaluasi Pembangunan Nasional

Pasal 3 BAB II
(1) Pimpinan Kementerian/Lembaga melakukan evaluasi JENIS DAN METODE EVALUASI
kinerja pelaksanaan Renja K/L dan Renstra K/L masing-
masing dan hasilnya disampaikan kepada Menteri. Bagian Pertama
(2) Menteri melakukan evaluasi RKP dengan menggunakan Evaluasi Ex-Ante
hasil evaluasi Renja K/L sebagai sumber data utama,
sedangkan evaluasi RPJMN menggunakan hasil evaluasi Pasal 4
Renstra K/L sebagai sumber data utama dan hasil evaluasi (1) Evaluasi Ex-ante dilakukan sebelum dokumen perencanaan
RKP periode RPJMN berjalan. ditetapkan.
(3) Dalam melakukan evaluasi RKP dan RPJMN sebagaimana (2) Tujuan Evaluasi Ex-ante:
dimaksud pada ayat (2), Menteri menggunakan data a. memilih alternatif kebijakan terbaik dari berbagai
pendukung seperti hasil evaluasi RKPD, Rencana alternatif yang ada; dan
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, hasil survei dan b. memastikan dokumen perencanaan disusun secara
penelitian yang dilaksanakan berbagai lembaga antara lain terstruktur, koheren dan sistematis, antara lain
Badan Pusat Statistik, lembaga independen, lembaga dengan cara menelaah konsistensi antar dokumen
internasional, serta lembaga penelitian dan perencanaan dan menelaah penyusunan
pengembangan pada Perguruan Tinggi dan kebijakan/program/kegiatan dengan mereviu
Kementerian/Lembaga terkait, dan sumber data lainnya. permasalahan, formulasi sasaran, konsistensi arah
(4) Pelaksanaan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kebijakan dan strategi pembangunan dengan sasaran,
dan ayat (2) dapat menggunakan jenis evaluasi yang dan ketepatan indikator kinerja yang digunakan.
berbeda-beda sesuai dengan tujuan evaluasi.
(1) Pelaksanaan evaluasi didahului dengan melakukan
rekonstruksi terhadap kerangka kerja logis
kebijakan/program/kegiatan dan disertai dengan
pemilihan indikator yang tepat untuk dievaluasi.

94
Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Republik indonesia
Nomor 1 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Evaluasi Pembangunan Nasional

Bagian Kedua Bagian Ketiga


Evaluasi Pengukuran Kinerja Evaluasi Proses Pelaksanaan

Pasal 5 Pasal 6
(1) Evaluasi pengukuran kinerja dilakukan untuk melihat (1) Evaluasi proses pelaksanaan rencana pembangunan
capaian kinerja kebijakan/program/kegiatan dengan dilakukan untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan
membandingkan antara target dengan capaian. kebijakan/program/kegiatan secara mendalam.
(2) Evaluasi pengukuran kinerja dilakukan dengan (2) Deskripsi proses pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada
menggunakan metode Gap Analysis. ayat (1) meliputi deskripsi pelaksanaan (siapa, apa, kapan,
(3) Evaluasi pengukuran kinerja dapat dilakukan terhadap dimana, bagaimana), deskripsi latar belakang, deskripsi
keseluruhan dokumen perencanaan. organisasi, deskripsi input, output dan aktivitas pelaksanaan
dan hal lain yang diperlukan.
(3) Evaluasi proses pelaksanaan rencana pembangunan
dilakukan terhadap kebijakan/program/kegiatan terpilih,
antara lain untuk memahami fungsi-fungsi pelaksanaan agar
diketahui fungsi mana yang berjalan dengan baik dan mana
yang tidak, serta mengidentifikasi permasalahan dalam
pelaksanaan untuk mencegah kegagalan pelaksanaan
maupun perbaikan pelaksanaan di masa yang akan datang.

95
Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Republik indonesia
Nomor 1 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Evaluasi Pembangunan Nasional

Bagian Keempat BAB III


Evaluasi Kebijakan Strategis/Program Besar MEKANISME EVALUASI DAN PELAPORAN

Pasal 7 Pasal 8
(1) Evaluasi kebijakan strategis/program besar merupakan Evaluasi RKP dan Renja K/L dilakukan setiap akhir periode.
penilaian secara menyeluruh, sistematis dan obyektif Evaluasi Renstra K/L atau RPJMN dilakukan setidaknya dua kali
terkait aspek relevansi, efisiensi, efektivitas, dampak, dan dalam satu periode yaitu pada pertengahan periode dan akhir
keberlanjutan dari pelaksanaan kebijakan/program dengan periode.
menunjukkan hubungan sebab akibat akan kegagalan atau
keberhasilan pelaksanaan kebijakan/ program.
(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sesuai dengan kebutuhan dan dilakukan terhadap
kebijakan/program terpilih dengan kriteria tertentu karena
membutuhkan waktu, sumber daya dan sumber dana yang
besar.
(3) Kriteria kebijakan strategis/program besar sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. memiliki dampak langsung dan besar kepada
masyarakat;
b. memiliki anggaran besar;
c. mendukung secara langsung pencapaian agenda
pembangunan nasional;
d. mendukung pencapaian prioritas nasional; dan
e. merupakan arahan direktif presiden dan
pertimbangan lain.

96
Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Republik indonesia
Nomor 1 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Evaluasi Pembangunan Nasional

Bagian Pertama Bagian Kedua


Mekanisme Pelaksanaan Evaluasi Renja K/L dan Renstra K/L Mekanisme Pelaksanaan Evaluasi RKP dan RPJMN

Pasal 9 Pasal 10
(1) Direktur Jenderal/Deputi pada masing-masing (1) Evaluasi RKP diawali dengan penyusunan konsep Laporan
Kementerian/Lembaga melakukan evaluasi Renja K/L Evaluasi RKP oleh Bappenas.
sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-masing. (2) Penyusunan draft awal evaluasi RKP dilakukan bersamaan
(2) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan penyusunan evaluasi Renja K/L yang dilakukan oleh
disampaikan kepada Sekretaris Jenderal/Sekretaris Kementerian/Lembaga.
Kementerian/Sekretaris Utama untuk dikoordinasi dan (3) Deputi Bidang, Deputi Lintas Bidang dan Deputi Regional di
dikonsolidasi menjadi Laporan Evaluasi Renja K/L yang Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
selanjutnya disampaikan oleh Menteri/Kepala Lembaga Perencanaan Pembangunan Nasional melakukan evaluasi
masing-masing Kepada Menteri. RKP terhadap bidang, lintas bidang dan kewilayahan sesuai
(3) Evaluasi Renstra K/L dilakukan oleh Direktur dengan tugas dan kewenangan masing-masing.
Jenderal/Deputi sesuai dengan tugas dan kewenangan (4) Deputi Evaluasi melakukan evaluasi terhadap capaian
masing-masing. agenda pembangunan sebagaimana tertuang dalam RKP.
(4) Evaluasi Renstra K/L sebagaimana dimaksud ayat (3) juga (5) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)
memerhatikan hasil evaluasi Renja periode Renstra K/L dilakukan dengan menggunakan hasil evaluasi Renja K/L
berjalan sebagai bahan masukan. sebagai sumber data utama dan didukung dengan sumber
(5) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud ayat (4) disampaikan data lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3).
kepada Sekretaris Jenderal/Sekretaris (6) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan (4)
Kementerian/Sekretaris Utama untuk dikoordinasi dan disampaikan kepada Deputi Evaluasi untuk dikoordinasi dan
dikonsolidasi menjadi Laporan Evaluasi Renstra K/L untuk dikonsolidasi menjadi Laporan Evaluasi RKP yang selanjutnya
selanjutnya disampaikan oleh Menteri/Kepala Lembaga disampaikan kepada Menteri.
masing-masing kepada Menteri.

97
Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Republik indonesia
Nomor 1 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Evaluasi Pembangunan Nasional

Pasal 11 Bagian Ketiga


(1) Evaluasi RPJMN diawali dengan penyusunan konsep Pelaporan Hasil Evaluasi
Laporan Evaluasi RPJMN oleh Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pasal 12
Pembangunan Nasional. (1) Hasil evaluasi Renja K/L disampaikan kepada Menteri paling
(2) Penyusunan draft awal evaluasi RPJMN dilakukan lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
bersamaan dengan penyusunan evaluasi Renstra yang (2) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh Kementerian/Lembaga. digunakan sebagai bahan utama dalam menyusun evaluasi
(3) Deputi Bidang, Deputi Lintas Bidang dan Deputi Regional RKP dan sebagai bahan masukan untuk menyusun Renja K/L
melakukan evaluasi RPJMN terhadap bidang, lintas bidang periode 2 (dua) tahun berikutnya.
dan kewilayahan sesuai dengan tugas dan kewenangan (3) Hasil evaluasi paruh waktu Renstra K/L disampaikan kepada
masing-masing. Menteri paling lambat pada bulan Juli tahun ke-3 (tiga)
(4) Deputi Evaluasi melakukan evaluasi terhadap capaian RPJMN untuk Evaluasi Paruh Waktu, sedangkan untuk
agenda pembangunan sebagaimana tertuang dalam evaluasi akhir, hasil evaluasi Renstra K/L disampaikan paling
RPJMN. lambat bulan Januari tahun ke-5 (lima) RPJMN.
(5) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) (4) Hasil evaluasi paruh waktu Renstra K/L dan sebagaimana
dilakukan dengan menggunakan hasil evaluasi Renstra K/L dimaksud pada ayat (3) digunakan sebagai bahan utama
sebagai sumber data utama dan didukung dengan sumber dalam menyusun evaluasi paruh waktu RPJMN dan hasil
data lainnya sebagaimana disebutkan dalam Pasal 3 ayat evaluasi Renstra K/L sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
(3) dan hasil evaluasi RKP periode RPJMN berjalan. digunakan sebagai bahan utama dalam menyusun evaluasi
(6) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan RPJMN.
ayat (4) disampaikan kepada Deputi Evaluasi untuk (5) Hasil evaluasi RKP dan hasil evaluasi RPJMN disampaikan
dikoordinasi dan dikonsolidasi menjadi Laporan Evaluasi Menteri kepada Presiden.
RPJMN yang selanjutnya disampaikan kepada Menteri.

98
Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Republik indonesia
Nomor 1 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Evaluasi Pembangunan Nasional

BAB IV Ditetapkan di Jakarta


PENUTUP pada tanggal 1 Februari 2017

Pasal 13 MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/


Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 tercantum KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
dalam Lampiran ini yang merupakan bagian tidak terpisahkan REPUBLIK INDONESIA,
dari Peraturan Menteri ini. ttd
BAMBANG P.S. BRODJONEGORO
Pasal 14 Diundangkan di Jakarta
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. pada tanggal 21 Februari 2017
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya DIREKTUR JENDERAL
dalam Berita Negara Republik Indonesia. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 NOMOR 313


Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum,
RR. Rita Erawati

99
Terima kasih
Bahan 2

Cara Pelaksanaan
Evaluasi Kebijakan Strategis/Program Besar
Pendekatan Cost-Benefit Analysis

Direktorat Sistem dan Pelaporan Pemantauan, Evaluasi, dan Pengendalian Pembangunan


Kedeputian Pemantauan, Evaluasi, dan Pengendalian Pembangunan
Kementerian PPN/Bappenas

Jakarta, Edisi Oktober 2017


Garis Besar

1. Pemahaman Dasar
2. Pemahaman Lanjutan
3. Cara Pelaksanaan Evaluasi Kebijakan
Strategis
4. Studi Kasus
5. Praktek dan Simulasi

102
1
Pemahaman Dasar
1. Cost-Benefit Analysis (CBA)

Pengertian:
• CBA merupakan metode analitis yang digunakan dalam
pengambilan keputusan yang diambil atas investasi untuk melihat
perubahan kesejahteraan.
• CBA bernilai positif apabila manfaat (benefit) yang diterima
melebihi biaya (cost) yang dikeluarkan.
Tujuan:
• Menginformasikan dan mendukung pengambilan keputusan atas
alokasi sumber daya, dengan memperhitungkan manfaat yang
diperoleh atas beberapa alternatif pilihan intervensi.

104
2. Benefit

Pengertian:
• Merupakan jumlah maksimum yang bersedia dibayarkan oleh
setiap orang untuk mendapatkan hasil yang mereka inginkan.
• Merupakan manfaat yang diterima oleh stakeholder (langsung
dan tidak langsung) atas suatu pelaksanaan pembangunan.
• Manfaat (benefit) dapat diperoleh secara langsung maupun tidak
langsung.
• Manfaat secara langsung dapat dilihat melalui dampak
pembangunan yang dirasakan oleh masyarakat.
• Manfaat tidak langsung dapat berupa peningkatan kesejahteraan
dalam jangka waktu tertentu.

105
3. Cost

Pengertian:
• Merupakan biaya maksimal yang bersedia dibayarkan oleh setiap
orang untuk menghindari hasil yang tidak diinginkan.
• Biaya (cost) dapat digolongkan menjadi biaya persiapan, biaya
invenstasi, biaya operasional, serta biaya pemeliharaan dan
perbaikan.

106
4. Externality

Pengertian:
• Eksternalitas merupakan dampak yang diterima oleh pihak ketiga
akibat tindakan/transaksi dari pihak lain (pihak pertama dan
kedua) (pihak ketiga tidak menerima kompensasi).
• Eksternalitas menyebabkan pasar menjadi tidak efisien, sehingga
gagal untuk memaksimumkan total surplus.
• Ketika dampak yang diterima pihak ketiga bersifat merugikan (-),
eksternalitas dikategorikan sebagai eksternalitas negatif.  Asap
rokok, knalpot mobil, limbah pabrik.
• Ketika dampak yang diterima pihak ketiga bersifat
menguntungkan (+), eksternalitas dikategorikan sebagai
eksternalitas positif.  imunisasi, revitalisasi bangunan
bersejarah, riset teknologi baru.

107
5. Discount Rates

Ada 2 jenis:

Financial Discount Rate


• FDR mencerminkan biaya peluang (opportunity cost) atas modal
yang dikeluarkan.

Social Discount Rate


• SDR merupakan tingkat dimana masyarakat bersedia untuk
menunda suatu konsumsi saat ini untuk konsumsi yang lebih
banyak di masa yang akan datang.

108
6. Nett Present Value

Net Present Value (NPV)


• Merupakan total nilai proyek pembangunan, yang dinyatakan
pada nilai saat ini, setelah memperhitungkan biaya dan
manfaatnya.

109
7. Conversion Factor

Pengertian
• Merupakan rasio atas nilai ekonomi dengan nilai finansial. CF
digunakan untuk merubah nilai finansial menjadi nilai ekonomi
yang sesuai dengan harga yang bersedia dibayarkan oleh
konsumen.
• Nilai CF  1, artinya nilai finansial lebih tinggi dibandingkan nilai
ekonomi, vice versa.

110
8. Willingness to Pay (WTP)

Pengertian
• Merupakan jumlah yang bersedia dibayarkan oleh konsumen
untuk mendapatkan barang dan jasa final.

111
9. Shadow Price

Pengertian
• Dimana satuan nilai moneter yang ada tidak dapat mencerminkan
atau sulit untuk menghitung biaya (terdistorsi)..
• Shadow price merefleksikan biaya kesempatan sosial atas barang
dan jasa.
• Bila informasi harga yang ada di pasar tidak tersedia.
• Bila harga yang ada di pasar tidak dapat menggambarkan nilai
sebenarnya atas suatu barang dan jasa.

112
10. Analisis Finansial

Pengertian
• Dilihat dari sudut pandang pelaksana dan/atau yang
berkepentingan langsung dalam proyek pembangunan
• Melihat hasil terhadap modal yang digunakan dalam proyek
pembangunan (perbandingan pengeluaran dengan pemasukan)
• Menggunakan harga pasar
• Pajak dihitung sebagai biaya proyek pembangunan, mengurangi
benefit
• Subsidi mengurangi biaya.
11. Analisis Ekonomi

Pengertian
Dilihat dari sudut pandang perekonomian secara keseluruhan. Misal:
manfaat terhadap masyarakat, pengurangan polusi
Melihat hasil total/produktivitas dan keuntungan dari keseluruhan
sumber yang digunakan
Menggunakan shadow price
Pajak tidak dikurangkan dalam benefit
Subsidi ditambahkan pada harga pasar, tidak mengurangi biaya
12. Prakiraan Kebutuhan Dana

Dana untuk membiayai investasi ditentukan oleh jenis dan skala proyek
dan merupakan jumlah dari seluruh kebutuhan biaya setiap elemen
investasi yang ada.
Biaya tersebut dapat digolongkan menjadi:
1.Capital expenditure (Capex)  Dana untuk membiayai investasi
awal.
2.Operating expenditure (Opex)  Dana untuk menutup pengeluaran
operasi dan perawatan sesudah proyek memasuki tahap operasi
komersial.
3.Working capital (Modal kerja)  Biaya yang diperlukan untuk
mengadakan persediaan yang diperlukan dalam menunjang
keberlangsungan produksi.
115
2
Pemahaman Lanjutan
13. Capital Expenditure (Capex)

Terdiri dari: Keterangan:


• Biaya investasi awal (initial cost), • Biaya penggantian adalah biaya untuk membeli peralatan
• Biaya penggantian (replacement cost) pengganti untuk menjaga kapasitas awalnya. Pembelian
dan peralatan pengganti dilakukan pada suatu saat di dalam
• Nilai residu (residual value), masa operasi.
Di antaranya adalah: • Nilai residu merupakan nilai investasi (tanah, peralatan dll)
1. Biaya penyediaan tapak lahan pada akhir masa hidup proyek. Biaya decommissioning PLTN
(sewa/beli), termasuk ongkos (Pusat Listrik Tenaga Nuklir) perlu mendapat perhatian lebih,
pematangannya. karena mencakup pengeluaran biaya yang sangat besar.
2. Biaya pembelian mesin lengkap dengan • Estimasi biaya dasar proyek (project’s base cost estimate)
alat-alat bantunya, suku cadang dilakukan dengan asumsi komponen-komponennya telah
mandatory serta fasilitas bangunan dan diketahui dengan cukup akurat.
gedung tempat mesin berada. • Selang waktu implementasi proyek dan tanggal operasi
3. Biaya pembuatan sarana dan pra-sarana komersial (commercial operating date) proyek juga perlu
(kantor, rumah karyawan, jalan, diperhatikan dengan baik  Bisa jadi total biaya proyek
kendaraan, instalasi umum dll). pada awal operasi komersial berbeda dengan estimasi biaya
4. Biaya konsultan (teknik, hukum, proyek pada saat proyek masih dalam tahap perencanaan
finansial), perizinan, amdal dan biaya- (base cost).
biaya Kontingensi (contingency), tingkat • Penyebab perbedaan tersebut selain akibat inflasi, bisa juga
bunga selama konstruksi (interest during disebabkan pertambahan jumlah komponen proyek.
construction, IDC), sunk cost dll. Keduanya ditampung dalam: Kontingensi fisik dan
Kontingensi harga.
117
14. Kontingensi Fisik

Adalah wadah bagi perubahan fisik yang mungkin terjadi


dalam kuantitas komponen maupun prosedur
implementasi proyek. Pekerjaan sipil biasanya mempunyai
kontinjensi lebih besar dibanding pekerjaan mesin dan
listrik. Besar kontinjensi fisik bervariasi, namun tidak lebih
besar dari 10% estimasi biaya awal.

118
15. Kontingensi Harga

Adalah wadah kenaikan harga satuan komponen proyek di


luar biaya estimasi awal. Besar Kontingensi harga sangat
dipengaruhi oleh besarnya tingkat inflasi.
Misal:
Sebuah proyek mempunyai estimasi biaya awal ditambah Kontingensi fisik sebesar
$220 (di tahun perencanaan), yaitu $200 ditambah 10% Kontingensi fisik.
Tingkat inflasi per tahun 5% dan tingkat diskon 12%.
Proyek mempunyai rentang hidup 3 tahun.
Faktor kompon [(1+0,12)(1+0,5)]3 = 1,626
Maka biaya proyek pada saat tanggal operasi komersial dimulai menjadi $220 x
1,626 = $ 357,72.

119
16. Interest During Construction (IDC)

• Dalam mengevaluasi proyek (misalnya menggunakan perhitungan IRR) sering diperlukan


presentasi total biaya proyek secara tunggal (lump sum) pada tahun dasar (base year).
• Proyek skala besar pasti memerlukan waktu konstruksi lebih dari satu tahun.
• Tahun dasar dapat dipilih di antara tahun dimulainya konstruksi (commencement year) atau
tahun berakhirnya konstruksi (commissioning year).
• Jika tahun dimulainya konstruksi dipilih sebagai tahun dasar, maka total biaya proyek pada
tahun itu adalah estimasi biaya awal ditambah (jika ada) dengan Kontingensi fisik.
• Jika tahun komisioning dipilih sebagai tahun dasar, maka Kontingensi harga perlu ditambahkan
pada masing-masing arus kas keluar (pembayaran) selama masa konstruksi.
• Arus pembayaran tersebut kemudian dijadikan satu ke tahun komisioning menggunakan faktor
kompon.
• Secara umum, semua biaya proyek yang dihitung ketika proyek masih dalam tahap
perencanaan (pra-konstruksi) harus diikutsertakan dalam arus kas pengeluaran (biaya) selama
masa konstruksi. Kontingensi fi sik dan harga (jika ada) perlu dimasukkan dalam perhitungan,
kemudian arus pembayaran tersebut didiskon dengan tingkat diskon nominal ke tahun dasar.

120
17. Sunk Cost

• Adalah biaya-biaya yang telah dikeluarkan sebelum dimulainya


evaluasi proyek.
• Sebuah investasi dapat digolongkan sebagai sunk cost jika aset yang
dibeli itu tidak bisa digunakan untuk maksud lain, selain dari
maksud awalnya.
• Sunk cost sering terjadi di sektor kelistrikan, misalnya pada perluasan
pusat listrik atau refurbishment gardu induk existing.
• Dalam hal ini, sunk cost tidak perlu dimasukkan lagi sebagai biaya
investasi, karena ia seharusnya sudah termasuk pada perhitungan
biaya proyek terdahulu (proyek sebelumnya).

121
18. Operating Expenditure (Opex)

• Adalah jumlah dari biaya operasi-perawatan tetap (fixed


O&M cost) dan biaya operasi-perawatan variabel (variable
O&M cost).
• Biaya operasi perawatan tetap harus dikeluarkan berapa
pun level produksi, yaitu untuk membayar gaji karyawan,
biaya manajemen dan sebagian biaya perawatan.
• Besar biaya operasi perawatan variabel tergatung pada level
produksi, termasuk air, pelumas, bahan aditif dan sebagian
biaya perawatan.

122
19. Modal Kerja

Adalah biaya untuk persediaan barang untuk memungkinkan produksi secara kontinyu,
antara lain terdiri dari:
• Biaya untuk membeli bahan bakar, suku cadang, bahan baku dan bahan penolong.
• Biaya umum dan biaya lain- lain.
• Biaya jasa-jasa pihak ketiga.
• Kas minimum.

Catatan:
• Besarnya modal kerja yang dibutuhkan perusahaan utamanya ditentukan di bisnis
jenis apa perusahaan berada (what kind of business are you in?)
• Perusahaan pengecer biasanya membutuhkan modal kerja yang lebih besar (dalam
persentase terhadap revenues) karena memerlukan persediaan barang yang besar.
• Pada pusat listrik yang membakar bahan bakar minyak, biaya pembelian BBM bisa
memakan lebih dari separuh keseluruhan biaya produksi listrik.

12
3
20. Sumber Dana Proyek

Kebutuhan dana capex, opex maupun modal kerja dapat dipenuhi dari 3 sumber, yaitu:
• Dana sendiri milik investor dan mitra/partner (ekuitas atau equity).
• Dana pinjaman (debt atau loan).
• Kombinasi dana sendiri, dana milik mitra dan dana pinjaman.

Di negara-negara maju, dana pinjaman jangka panjang disediakan oleh institusi finansial seperti
perusahaan asuransi jiwa dan dana pensiun dengan suku bunga tetap, sedangkan bank-bank
komersial memberikan pinjaman dengan suku bunga mengambang.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pasar pinjaman jangka panjang di antaranya adalah:
• Profitabilitas proyek.
• Kemampuan membayar kembali pinjaman secara tepat waktu.
• Evaluasi atas risiko yang dihadapi proyek.
• Credit rating calon peminjam dana.
• besarnya suku bunga pinjaman.

124
20. Sumber Dana Proyek

Lanjutan ..... Sumber dana proyek


• Manajemen proyek harus mencari struktur permodalan yang optimal, utamanya
dilihat dari sisi proyeksi arus kas.
• Struktur modal dengan perbandingan hutang dan modal sendiri (debt to equity
ratio) yang lebih besar akan berakibat membengkaknya pembayaran bunga
(interest payment) dan cicilan pokok hutang (principal repayment) yang harus
ditanggung.
• Arus kas harus dijaga agar mampu menyediakan likuiditas operasi yang baik atau
arus kas penerimaan lebih besar dibandingkan arus kas pengeluaran.

125
21. Biaya Ekuitas (Cost Of Equity)
Menurut CAPM, biaya ekuitas (Re) ditentukan oleh:
Biaya ekuitas (cost of equity) • Tingkat bunga bebas risiko (Rf)
• Nilai beta B (menggambarkan tingkat risiko aset terhadap
merupakan ongkos yang tingkat risiko hutang dan modal sendiri).
• Premi risiko (selisih tingkat bunga yang diharapkan (Rm)
timbul akibat penggunaan dengan tingkat bunga bebas risiko).
dana ekuitas.
Adapun relasinya adalah sebagai berikut
• Biaya ekuitas Re = Rf + B (Rm – Rf).
mencerminkan tingkat hasil Biaya hutang (cost of debt) dan juga cicilan pokok hutang, timbul
yang diharapkan (expected akibat penggunaan hutang dalam pembiayaan investasi. Biaya
hutang ditentukan oleh:
return) oleh pihak yang • Suku bunga yang berlaku saat hutang disetujui
• Tingkat risiko kebangkrutan perusahaan penghutang
menyediakan ekuitas. • Perpajakan hutang
• Model yang paling popular Catatan:
untuk menghitung biaya • Apabila suku bunga naik, maka biaya hutang perusahaan juga naik.
Demikian pula semakin tinggi risiko kebangkrutan perusahaan, maka
ekuitas adalah capital asset semakin besar biaya hutang.
• Pembahasan berikutnya menunjukkan bahwa besarnya porsi dana milik
pricing model (CAPM). sendiri, porsi dana pinjaman, tingkat ekspektasi keuntungan investor
dan biaya hutang bisa mempengaruhi tingkat diskon (discount rate)
proyek bersangkutan.

126
21. Biaya Ekuitas (Cost Of Equity)
Dalam Jangka Panjang, Kita Semua Sudah Mati Dalam jangka panjang kita semua sudah mati. Jangka pendek lebih berguna
dicermati, sebab dalam jangka pendek kita masih hidup. Sejarah dan kehidupan
John Maynard Keynes (JMK, 1883-1946) adalah seorang intelektual elite Inggris, memang tersusun dari rangkaian sekian jangka pendek.
jenius, eksentrik bahkan kasar. Ia sekolah di sekolah eksklusif Eton, kemudian
masuk ke Universitas Cambridge dan memperoleh gelar sarjana matematika Daftar keeksentrikan JMK bisa lebih panjang:
pada tahun 1925. JMK tidak mendapat pendidikan ekonomi secara formal, • Ia ternyata seorang homoseksual, namun pada usia 40 tahun menikah
namun ia dengan cepat menguasai keahlian mengajar ekonomi. dengan seorang balerina Rusia, Lidya Lopokova.
• JMK tertarik pada chirognomy - ilmu membaca kepribadian manusia lewat
Dalam bukunya berjudul “The General Theory of Employment, Interest and
bentuk tangan. Tak kurang dari presiden Amerika Serikat Franklin D.Roosevelt
Money”, JMK mengkritisi Adam Smith (1723-1790) dengan mengajarkan bahwa
yang diperiksa tangannya. Hasil analisis JMK: “ia kokoh dan keras, tetapi tidak
kapitalisme pada dasarnya tidak stabil dan tidak mengarah kepada skala
cerdas dan kurang cekatan. Kukunya bulat dan pendek seperti kuku
pengerjaan penuh segenap komponen perekonomian. Namun seperti Smith,
JMK juga menolak ide nasionalisasi perekonomian, penetapan kontrol upah- pengusaha….”
harga dan intervensi dalam penawaran dan permintaan. Yang perlu dilakukan • JMK membuat prediksi brilian pada tahun 1925. Saat itu JMK menentang
pemerintah adalah mengendalikan kendaraan kapitalis kembali ke jalan menuju perdana menteri Winston Churchill yang mengambil kebijakan deflasioner,
kemakmuran. Caranya dengan melakukan kebijakan defi sit dan pengeluaran kembali ke standar emas pada nilai tukar tetap £4,86 per gram. JMK
padat karya yang akan menaikkan permintaan dan memulihkan kepercayaan. memperingatkan bahwa deflasi akan memaksa Inggris mengurangi upah riil
Setelah ekonomi kembali ke jalur yang benar dan skala pengerjaan penuh, dan menghalangi pertumbuhan ekonomi. JMK terbukti benar, Inggris
pemerintah tidak perlu lagi menjalankan defi sit. JMK adalah penggagas peran mengalami malaise ekonomi ketika depresi ekonomi besar dunia
pemerintah (G) dengan rumus pendapatan nasional Y=C+I+G, di mana berlangsung.
I=investasi dan C=konsumsi. • JMK terpilih menjadi salah satu anggota perkumpulan rahasia ‘Apostles’.
Keanggotaannya seumur hidup. Anggota lainnya antara lain matematikawan
Satu pernyataan paling eksentrik JMK adalah “dalam jangka panjang kita semua Bertrand Russell.
sudah mati”. Maksud ucapan JMK adalah: kebanyakan ekonom selalu • JMK meninggal dalam keadaan kaya raya. Ia adalah investor pasar saham
menjelaskan efek jangka panjang setiap kebijakan ekonomi. Keynes mengecam: yang keras kepala. Prinsip utama investasi yang dipegangnya adalah: ‘jika
jangka panjang adalah pedoman yang menyesatkan untuk persoalan-persoalan setiap orang mengakui mendapat keuntungan dari suatu investasi, maka
yang muncul sekarang. Sesungguhnya pernyataan sarkastis JMK dibuat untuk investasi itu pasti diburu banyak orang sehingga ia tidak menarik lagi’.
mengejek kelompok Monetarisme, yang menyatakan bahwa infl asi moneter
tidak akan berakibat buruk dalam jangka panjang, sedangkan dalam jangka
pendek hanya akan menaikkan harga-harga. Para ekonom akan melakukan tugas
yang terlalu mudah, namun sia-sia. Ibarat ketika cuaca sedang bergejolak
mereka hanya bisa berkata “kalau badai sudah berlalu, maka laut akan tenang”.

127
22. Nilai Waktu Dari Uang

• Nilai IDR 1.000 hari ini tentu berbeda dengan nilai IDR 1.000 di tahun depan,
apalagi nilai IDR 1.000 dua puluh tahun lagi. Aliran/arus uang yang terjadi pada
waktu berlainan, nilainya perlu disesuaikan terlebih dahulu, dengan merujuk pada
suatu waktu tertentu yang disebut tahun dasar (base year).
• Salah satu penyebab berubahnya nilai waktu dari uang (time value of money)
adalah penggerusan nilai uang oleh infl asi. Pendapatan, pengeluaran dan risiko
yang terjadi hari ini adalah suatu jumlah yang pasti, sebaliknya pendapatan dan
pengeluaran di masa mendatang dapat sangat berubah dari nilainya semula.
• Nilai Sekarang (Present Value) dan Nilai Mendatang (Future Value) merupakan
konsep-konsep penting dalam evaluasi fi nansial. Menilaisekarangkan suatu
besaran finansial dari periode mendatang (F) dilakukan dengan cara mengalikan F
dengan suatu faktor diskon.
• Faktor diskon adalah fungsi dari tingkat diskon (discount rate) = r, sedangkan
tingkat diskon merupakan besarnya imbal-hasil yang dikehendaki investor agar
bersedia menerima pembayaran yang terlambat.

128
22. Nilai Waktu Dari Uang

PV dari F = 1/(1+r)n x F
dengan:
PV = nilai sekarang.
r = tingkat diskon (discount rate) per tahun.
1/(1+r)n = faktor diskon (discount factor).
n = angka tahun
F = nilai mendatang pada tahun ke n
(1+r)n = faktor kompon (compound factor)

Dengan cara yang sama proses pendiskonan dapat dikonversi menjadi proses pengkomponan
(compounding), yaitu proses untuk mengetahui nilai sekarang dari pembayaran yang telah
dilakukan di masa lampau. Faktor kompon (compounding factor) adalah kebalikan dari faktor
diskonto atau sama dengan (1 + r)n.

Dengan demikian rumus faktor diskon = 1/(1+r)n bersifat universal, dalam arti untuk
menilaisekarangkan arus kas di masa depan digunakan n dengan nilai positif (+n), di masa
lampau dengan nilai n negatif (-n) dan n=0 untuk tahun dasar.

129
23. Prediksi Arus Kas

• Dalam studi kelayakan proyek, pengertian arus kas, tingkat diskon dan nilai sekarang
menduduki posisi yang sangat penting. Secara umum kelayakan finansial sebuah rencana
investasi dapat diraba dari nilai sekarang arus kas, dalam arti jika nilai sekarang arus kas
masuk (cash infl ow) lebih besar dari arus kas keluar (cash outfl ow), maka dipandang dari
aspek finansial rencana investasi tersebut layak dilaksanakan.

• Arus kas dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian: arus kas awal (initial), arus kas
operasional dan arus kas terminal. Arus kas initial terdiri dari pengeluaran investasi pada
periode awal proyek. Arus kas awal mungkin tidak hanya sekali, namun terjadual sesuai
disbursement schedule. Aliran kas yang terjadi selama masa operasi proyek (sepanjang
umur ekonomisnya) disebut sebagai aliran kas operasional. Aliran kas yang diperoleh ketika
proyek telah berakhir masa hidupnya disebut sebagai aliran kas terminal.

• Sumber kesalahan terbesar dalam memprediksi arus kas barangkali adalah terlewatkannya
(overlooking) elemen-elemen pekerjaan penting, baik di sisi biaya maupun penerimaan.
Untuk menghindari overlooking, terduplikasi atau overlaps, maka seluruh pekerjaan yang
ada perlu diuraikan dalam suatu Work Breakdown Structure (WBS).

130
23. Prediksi Arus Kas

• Pada WBS, level 1 merupakan lapisan puncak (level proyek). Proyek memiliki beberapa
elemen pekerjaan utama (level 2). Masing-masing elemen pekerjaan utama kemudian
terbagi dalam beberapa pekerjaan level 3 dan seterusnya. Selain menunjukkan relasi antar
elemen pekerjaan, WBS juga berperan dalam mengeliminasi aktivitas kurang relevan yang
bisa menyesatkan hasil studi.

• Estimasi elemen-elemen arus kas harus dilakukan dengan cermat, agar hasilnya mendekati
kebenaran. Ada berbagai faktor internal dan eksternal yang bisa berpengaruh. Yang
termasuk faktor internal utamanya terkait dengan efi siensi sistem: kualitas manajemen,
moda operasi, teknologi produksi, kualitas SDM, tata letak fasilitas produksi dll. Faktor
eksternal erat kaitannya dengan ketidakpastian yang mungkin terjadi di masa depan:
tingkat infl asi, nilai tukar mata uang, tingkat bunga, daya beli masyarakat, situasi
perekonomian global dll. Teknik estimasi elemen arus kas yang sering digunakan adalah:
indexing, biaya per-unit dan teknik power-sizing.

131
23. Prediksi Arus Kas
Lanjutan... Prediksi Arus Kas Teknik power-sizing disebut juga model eksponensial, biasa
digunakan untuk mengestimasi fasilitas yang lebih komplek,
Indexing: Biaya atau harga (barang dan jasa) bisa berubah,
antara lain dipengaruhi oleh infl asi, ketersediaan dan Ca / Cb = (Sa / Sb) x
perubahan teknologi. Index adalah angka tanpa satuan yang dengan
menunjukkan eskalasi atau perubahan harga dibandingkan Ca : biaya atau harga fasilitas A
terhadap biaya atau harga pada tahun dasar. Cb : biaya atau harga fasilitas B
Cn = Ck (In / Ik) Sa : size fasilitas A
dengan Sb : size fasilitas B
Cn : biaya atau harga pada tahun n x : faktor harga-kapasitas, misalnya 0,8
Ck : biaya atau harga pada tahun ke k
In : nilai index pada tahun ke n
Ik : nilai index pada tahun ke k

Biaya atau harga per unit merupakan nilai rerata biaya atau harga
barang/jasa dari transaksi yang telah terjadi sebelumnya. Meskipun
sangat berguna dalam estimasi pendahuluan, metoda ini hasilnya
kurang akurat. Harga barang/jasa pada suatu saat adalah resultan dari
bermacam-macam faktor dan tidak harus berbanding lurus dengan
nilai intrinsiknya: harga persaingan, membuka pasar baru,
mempertahankan pelanggan, menghabiskan stok lama dll.
Contoh biaya/harga per unit misalnya:
• Harga turbin gas per kW terpasang
• Biaya perawatan per kWh produksi
• Harga bangunan per meter persegi

132
23. Prediksi Arus Kas
Konsep nilai sekarang sebagai bagian dari konsep time value Arus kas dapat dihitung berdasarkan accrual basis atau cash
of money jamak digunakan dalam perhitungan arus kas. basis.
Konsep nilai sekarang secara implisit mengandung • Pada accrual basis arus kas penerimaan dan pengeluaran
pengertian bahwa arus kas di masa mendatang dipandang diakui pada saat terjadinya transaksi, sekali pun belum
dari saat ini hanya berupa taksiran atau prediksi. Evaluator terjadi penerimaan atau pengeluaran per kas.
proyek mempunyai tugas elementer untuk melakukan • Pada cash basis, pengakuan atas penerimaan dan biaya
taksiran atas semua jenis arus kas sepanjang umur ekonomis adalah pada saat terjadinya realisasi penerimaan dan
proyek. Keakuratan penaksiran nilai arus kas bisa pembayaran per kas.
mempengaruhi kesimpulan studi kelayakan dan pada
gilirannya kemudian berpengaruh terhadap perjalanan bisnis Arus kas pada analisis kelayakan rencana investasi
proyek. menggunakan accrual basis, karena arus kas di masa depan
diambil dari laporan keuangan pro forma, dengan penerimaan
Dalam laporan arus kas dikenal tiga aktivitas yang dan pengeluaran kas belum terjadi atau masih berupa
batasannya tidak terlalu ketat, yaitu aktivitas operasi, prakiraan. Secara umum, perhitungan arus kas bersih untuk
aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan (fi nancing). investasi yang sebagiannya menggunakan dana pinjaman
Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama adalah sebagi berikut:
pendapatan. Sebuah usaha dikatakan mempunyai
fundamental yang kuat apabila laba bersih yang Penerimaan (Revenues) - Pengeluaran (Expenses) = EBITDA
diperolehnya ditopang oleh laba operasi yang memadai (di EBITDA - Depresiasi & Amortisasi (DA) = EBIT
atas rata-rata industri) dan bukan oleh laba dari aktivitas EBIT - Bunga (Interest) = Laba Sebelum Pajak (EBT)
lain-lain. EBT - Pajak (Taxes) = Laba Bersih (EAT)
EAT + DA + (1-t) x Bunga = Cash Flow from Operation (CFO)

133
23. Prediksi Arus Kas
Depresiasi & Amortisasi perlu ditambahkan kembali karena CFO juga merupakan sumber dana untuk membayar
D&A tidak dibayarkan secara kas, sehingga bukan bagian cicilan pokok pinjaman, dividen kepada pemegang
dari arus kas. D&A di sini hanya berperan sebagai sarana
saham biasa dan saham preferen serta laba ditahan
penghematan pajak. Umur aset yang berbeda
mempengaruhi besarnya D&A. Jadi besarnya EBIT akan
(jika ada) (Aswath Damodaran, “Security Analysis for
Investment and Corporate Finance”, John Wiley & Sons, New
berbeda, sedangkan besarnya EBITDA tidak terpengaruh
oleh pilihan umur maupun metoda perhitungan penyusutan York, 1994).
aset.
Laba ditahan merupakan komponen pembentuk modal yang berasal dari
operasi. Secara akuntansi, ukuran baku laba perusahaan adalah laba
Beban bunga sesungguhnya timbul dari aktivitas pendanaan bersih (EAT). Namun CFO merupakan arus kas operasi yang selalu menjadi
karena timbulnya hutang. Beban bunga juga bukan biaya fokus utama penilaian perusahaan yang menggunakan sistem discounted
operasi, sehingga harus ditambahkan kembali. Namun bunga cash flow. Perlu kecermatan dalam menghitung pembayaran bunga dan
yang ditambahkan kembali hanya sebesar bunga sesudah cicilan pokok pinjaman, disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
1. Dana untuk pembiayaan investasi awal, replacement maupun modal
pajak, dengan tarif pajak sebesar = t.
kerja biasanya berasal dari pinjaman (kredit) dan modal sendiri.
Investor yang menggunakan modal sendiri untuk membiayai
Jika seluruh sumber dana proyek berasal dari modal milik keseluruhan investasi (self fi nancing project) sangat jarang ditemui,
investor sendiri (tanpa pinjaman eksternal), maka beban terutama untuk proyek skala besar. Perbandingan komposisi pinjaman
bunga menjadi nol atau CFO = EAT + DA. dan modal sendiri dikenal dengan istilah debt to equity ratio (DER).
2. Pada masa pra-operasi, institusi pemberi pinjaman dana investasi
Sebaliknya pendapatan bunga timbul karena investasi, biasanya memberikan masa tenggang pembayaran cicilan pinjaman
sehingga seharusnya pendapatan bunga masuk dalam investasi (grace period). Pada masa itu, investor hanya diwajibkan
aktivitas investasi. Namun dalam laporan arus kas, membayar bunga, sedangkan cicilan pinjaman investasi baru mulai
pendapatan bunga dapat diklasifi kasikan dalam aktivitas dilakukan setelah berakhirnya grace period.
operasi. 3. Metode depresiasi yang dipilih, metode garis lurus (straight line
method) atau metode saldo menurun (declining balanced method).

134
23. Prediksi Arus Kas
Contoh: Tingkat pajak perseroan adalah 25% dan investor
mengharapkan imbal hasil dari proyek ini sebesar 20%.
• Sebuah proyek investasi membutuhkan dana investasi
sebesar Rp 9.000.000.000, untuk investasi awal dan Modal pinjaman = 60% x Rp 9.000 jt = Rp 5.400 jt.
modal kerja. Bunga 10% dari modal pinjaman = Rp 540 jt per tahun.
• Kebutuhan dana tersebut dipenuhi dari 40% modal Nilai residu = 10% x Rp 9.000 jt = Rp 900 jt.
sendiri dan 60% pinjaman. Depresiasi per tahun = [(1 -10%)/5] x Rp 9.000 jt = Rp 1.620 jt.
• Di pasar modal, tersedia kredit untuk masa pinjaman Tingkat diskon = 0,4 x 20% + 0,6 x 10% = 14%
selama 5 tahun, dengan bunga 10%. Perhitungan arus kas proyek investasi di atas adalah seperti
• Umur ekonomis proyek adalah 5 tahun. berikut:
• Depresiasi menggunakan metoda garis lurus dan pada
akhir tahun ke-5 proyek masih mempunyai nilai residu Tabel
Contoh Perhitungan Arus Kas, Tingkat Diskon 14% Per Tahun
sebesar 10%.
• Pendapatan dan biaya selama 5 tahun berturut-turut
diprakirakan sebagai berikut:

Total nilai sekarang CFO = Rp 9.697 juta.

135
24. Nilai Sekarang Bersih
Nilai Sekarang Bersih Tabel
Arus Kas Riil Adalah Pendapatan Bersih Setelah Terdiskon
Seluruh (estimasi) arus kas tahunan di masa depan dapat
dihitung nilai sekarangnya, dengan cara menjumlahkan hasil
kali arus kas tahunan dengan faktor diskon tahun yang
bersangkutan.

PV = Mo + M1/(1+r)1 + M2/(1+r)2 + M3/(1+r)3 + …


= Σ Mn/(1+r)n
N

dengan:
Mn = arus kas pada tahun ke n.
r = tingkat diskon (discount rate).
Arus kas di masa depan dapat diestimasi dalam bentuk arus kas riil
Sepanjang masa hidup proyek, selalu terdapat dua jenis arus dan arus kas nominal. Lebih mudah memprediksi arus kas dalam
bentuk riil, karena informasi pada hari ini dapat langsung diperoleh
finansial tahunan, pertama: arus kas keluar atau biaya
tanpa perlu diasumsikan. Penggunaan bentuk riil mengeliminasi
(termasuk modal kerja dan biaya operasi-perawatan = Cn)
perlunya suatu faktor yang belum diketahui dari masa mendatang,
dan kedua: arus kas masuk atau pendapatan (Bn). misalnya inflasi.

Selisih kedua jenis arus kas = (Bn-Cn) adalah laba bersih (net Apabila inflasi diperhitungkan, maka tingkat diskon nominal tidak
benefi t). Jumlah nilai sekarang net benefi t tahunan sama dengan tingkat diskon riil.
menghasilkan nilai sekarang bersih (net present value = Tingkat diskon nominal besarnya = [(1+r)(1+r*)] - 1.
NPV). Misalkan tingkat diskon riil r = 10% dan tingkat inflasi r* = 5%, maka
tingkat diskon nominal = [(1+0,1) (1+0,05)] - 1 = 15,5%. Arus kas
NPV = Σ (Bn-Cn)/(1+r)n nominal hanya diperlukan dalam menyusun commercial financial
N statement.

136
25. Pemilihan Discount Rate
Pada proyek bersifat padat modal seperti proyek Tingkat diskon juga merupakan cut-off rate, yaitu jika
kelistrikan, salah satu faktor terpenting dalam imbal hasil ternyata lebih kecil dibandingkan tingkat
analisis finansial adalah tingkat diskon (discount diskon maka tidak elok untuk melanjutkan investasi.
rate). Dampak tingkat diskon dalam estimasi net Tingkat diskon proyek pemerintah biasanya ditentukan
present value bahkan bisa berpengaruh pada oleh lembaga pemerintah yang berwenang untuk itu.
keputusan untuk meneruskan atau membatalkan Bank Dunia dan bank-bank pembangunan regional selalu
proyek. mempertimbangkan situasi ekonomi makro, untuk
menentukan besarnya tingkat diskon sosial (social
Tingkat diskon merupakan biaya kapital discount rate) yang sesuai bagi negara peminjam.
oportunitas (opportunity cost of capital), yaitu
imbal hasil yang diperoleh dari kapital yang telah Jika tanpa mempertimbangkan infl asi, proyek swasta
diinvestasikan pada sebuah proyek. Setelah memerlukan tingkat diskon untuk kompensasi atas:
pajak diperhitungkan, tingkat diskon paling tidak (i) Imbal hasil bebas risiko (the risk-free rate of
harus memberikan: interest), besarnya bisa dihitung dengan
(i) Kompensasi atas reduksi daya beli akibat mengurangkan inflasi terhadap imbal hasil obligasi
inflasi, pemerintah.
(ii) Imbal hasil usaha bagi investor, (ii) Premi atas risiko, besarnya tergantung pada
(iii) Kompensasi atas risiko penempatan kapital evaluasi pasar terhadap risiko investasi yang
pada proyek. mungkin timbul.
(iii) Perpajakan, karena investor swasta lebih tertarik
pada imbal hasil setelah pajak dibandingkan
sebelum pajak.
137
25. Pemilihan Discount Rate
Dengan mempertimbangkan imbal hasil bebas risiko ditambah Harga bahan bakar misalnya, mempunyai risiko lebih tinggi
premi risiko, infl asi dan perpajakan, maka boleh jadi angka dibandingkan parameter lainnya. Gamang dalam memilih
tingkat diskon akan menjadi besar. Diperlukan upaya untuk tingkat diskon yang pas, evaluator proyek sering memilih
membatasi besarnya tingkat diskon, di antaranya yang terpenting besarnya tingkat diskon berdasarkan selera, kemudian
adalah melalui strukturisasi kapital (dengan meningkatkan debt berusaha memperkecil dampak ketidakakuratan yang
to equity ratio) dan mengalihkan sebagian risiko ke konsumen
ditimbulkan dengan melakukan beberapa analisis sensitivitas.
melalui regulasi tarif.

Bentuk lain tingkat diskon adalah (i) rerata tertimbang biaya Pendekatan paling sederhana dalam memilih tingkat diskon
kapital (weighted average cost of capital, WACC) dan (ii) multiple adalah dengan rumus:
discount rate (MDR). WACC merupakan rerata tertimbang biaya r = Fs x PR + Fp x BR
modal sendiri dan pinjaman. Penggunaan MDR dimungkinkan, dengan:
mengingat setiap jenis proyek memiliki risiko berbeda (misalnya Fs = porsi modal sendiri
antara proyek PLTN dengan PLTGU). Oleh karena itu dalam Fp = porsi modal pinjaman
memilih alternatif biaya terendah, lebih dari satu tingkat diskon PR = tingkat keuntungan yang diharapkan investor (cost of equity)
dapat digunakan. MDR dapat juga diterapkan pada berbagai
BR = suku bunga pinjaman (cost of debt).
komponen biaya proyek.

Biaya operasi umumnya terdiri dari beberapa komponen: Dengan porsi modal sendiri 30%, keuntungan yang diharapkan
• bahan bakar, investor sebesar 15% dan suku bunga pinjaman bank 5%, maka
• gaji karyawan, tingkat diskon
• suku cadang, r = 0,3 x 15% + (1 – 0,3) x 5% = 8%.
• pajak,
• asuransi
• dll.

138
26. Biaya Terendah Adalah Solusi
Biaya Terendah Adalah Solusi Menghitung nilai sekarang dilakukan dengan mendiskon semua
biaya (cost), merujuk pada saat tertentu yang disebut tahun
Pusat listrik harus mampu men-deliver ongkos produksi yang dasar (base year). Seluruh arus biaya, baik yang terjadi sebelum
kompetitif. Namun kompetisi ongkos produksi listrik antar maupun sesudah tahun dasar didiskon ke tahun dasar dengan
berbagai jenis pusat listrik harus dilakukan di arena cara mengalikannya dengan faktor diskon = 1 / (1+ r) n, di mana
permainan yang setara (level playing fi eld). Sebagai contoh, n positif atau negatif tergantung pada posisi tahun arus kas
pusat listrik pemikul beban dasar tidak bisa dibandingkan terhadap tahun dasar dan r = tingkat diskon.
head to head dengan pusat listrik pemikul beban menengah
atau beban puncak. Pusat listrik pemikul beban puncak Tahun dasar proyek pusat listrik biasanya dipilih di tahun awal
harus mampu menyajikan daya listrik (cadangan) dalam operasi komersial pusat listrik tersebut. Alternatif yang memiliki
waktu yang sangat singkat, sedangkan pusat listrik tenaga nilai sekarang biaya paling kecil merupakan alternatif terpilih.
uap tidak memiliki kemampuan seperti itu dan selalu
dioperasikan sebagai pemikul beban dasar. Faktor kapasitas Dengan tingkat diskon 10%, biaya per kWh terdiskon untuk
(capacity factor) pusat listrik pemikul beban puncak selalu alternatif-1 adalah
lebih rendah dibanding faktor kapasitas pemikul beban USD 213,63/2715,2 = USD 0,0787;
dasar.
sedangkan untuk alternatif-2 adalah
Evaluasi dilakukan guna memastikan alternatif yang dipilih USD 235,26/3336,2 = USD 0,0705.
mempunyai biaya terendah. Terdapat dua metoda evaluasi
untuk memilih biaya terendah, yaitu: Alternatif-2 merupakan solusi biaya terendah.
• metode nilai sekarang, the present value (PV) method.
• metode biaya tahunan ekivalen, the equivalent annual
cost (EAC) method.

139
26. Biaya Terendah Adalah Solusi
Tabel Equivalent Annual Cost (EAC) atau biaya tahunan ekivalen investasi atau
Memilih alternatif berdasarkan biaya terendah disebut juga levelized investment cost adalah [nilai sekarang investasi
dibagi dengan faktor anuitas], atau [nilai sekarang investasi kali CRF].
Sebagai contoh, EAC dari investasi sebesar USD 2.000.000 selama 10
tahun pada tingkat bunga 12% per tahun adalah:

= USD. 2.000.000 / [1/0,12 – 1/(0,12x(1+0,12)10)]


= USD. 2.000.000 x [0,12x(1+0,12)10/(1+0,12)10 – 1]
= USD. 2.000.000 x 0,17698 = USD 353.960 per tahun.

Pilihan antara metode PV dengan metode EAC tergantung keadaan. Di


Amerika Serikat, metode EAC lebih sering digunakan, karena lebih mudah
dipahami sebagai landasan pengambilan keputusan bisnis. Di sektor
kelistrikan, biaya tahunan sangat bervariasi akibat utilisasi fasilitas listrik
yang tak beraturan dari tahun ke tahun.
Biaya Tahunan Ekivalen didefi nisikan sebagai suatu angka
setara dengan uang yang dibayarkan setiap akhir tahun Metode PV lebih disukai untuk mencari solusi biaya terendah, karena
anuitas untuk menutup biaya investasi, pada tingkat diskon = memungkinkan bervariasinya output, biaya operasi dan faktor-faktor
r % dan jangka waktu = n tahun. Faktor anuitas adalah nilai lainnya.
sekarang dari semua faktor diskon tahunan untuk seluruh
Indikator kinerja pusat listrik lainnya seperti: jadual konstruksi, emisi CO2,
periode, kecepatan start-up dan kemampuan laju pembebanan dapat
Faktor Anuitas = 1/r - 1/[r x (1+r)n] ditambahkan guna lebih mempertajam evaluasi. Indikator kinerja
tersebut dapat dibandingkan antar pusat listrik, misalnya dengan
Capital Recovery Factor (CRF) merupakan kebalikan dari menggunakan scoring system.
faktor anuitas, atau sama
dengan [1/faktor anuitas], Metode Biaya Tahunan Ekivalen juga lebih mudah digunakan untuk
CRF = r x (1+r)n/(1+r)n - 1 membandingkan beberapa alternatif proyek dengan umur yang berbeda.
Kriterianya tetap sama: pilihan jatuh pada proyek yang memiliki biaya
tahunan ekivalen terendah.

140
27. Ukuran Manfaat Investasi
Ukuran Manfaat Investasi Biaya Tahunan Ekivalen

Proyek pusat listrik seringkali direncanakan dalam keadaan Biaya terpasang PLTGU adalah $ 600/kW dan PLTU $
terpaksa: mengejar pertumbuhan beban, mengatasi 1.000/kW, masing-masing dengan harapan jangka waktu
kekurangan pasokan, bahkan diversifi kasi energi dan lain- operasi berturut-turut 20 dan 30 tahun. Biaya operasi-
lain. Proyek dilaksanakan karena memang output-nya perawatan dan bahan bakar masing-masing 3,8 c$/kWh dan
dibutuhkan, namun proyek tidak boleh melupakan solusi 3,6 c$/kWh. Setiap pembangkit beroperasi pada beban
biaya terendah dan perolehan manfaat fi nansial bagi penuh, masing-masing sekitar 8.000 jam/tahun dan 7.000
investor. Sejak privatisasi infrastruktur dan ekonomi pasar jam/tahun. Kedua pembangkit diasumsikan mulai beroperasi
merebak di seluruh dunia, analisis profi tabilitas investasi komersial pada saat bersamaan. Pada discount rate 10%,
makin menjadi keharusan. faktor anuitas untuk 20 dan 30 tahun berturut-turut adalah
8,514 dan 9,427. Biaya produksi kedua alternatif tersebut
Metode analisis yang secara tradisional sering digunakan adalah:
untuk mengakses apakah proyek memberikan manfaat
adalah dengan menghitung: PLTGU = [($600 : 8,514)/7.000] + 3,8 c = 4,81 cUSD/kWh.
Internal Rate of Return (IRR). PLTU = [$1.000 : 9,427)/8.000] + 3,6 c = 4,93 cUSD/kWh.
Net Present Value (NPV).
Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) dan Metode biaya tahunan ekivalen merupakan metode
Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C). tersingkat untuk membandingkan beberapa alternatif, serta
menghitung dengan cepat biaya produksi. Karena
Dengan berkembangnya sistem komputasi, analisis manfaat mengandung banyak asumsi dan penyederhanaan, maka
proyek lebih mudah dilakukan menggunakan pendekatan hasilnya kasar. Metode ini harus digunakan dengan hati-hati.
Analisis Sensitivitas dan Simulasi Monte Carlo. Metode
analisis non-diskon yang paling populer adalah Payback
Period (PP) dan Accounting Rate of Return (ARR).

141
27. Ukuran Manfaat Investasi
25.1. Internal Rate of Return (IRR) Jika hasil hitungan IRR = r lebih besar dibandingkan MARR
atau tingkat diskon sosial (pada proyek pemerintah), maka
proyek dinilai layak. Perusahaan swasta, pemerintah dan
IRR adalah tingkat diskon yang membuat arus kas biaya (Ct) bank pembangunan biasanya menentukan sendiri kriteria
sama dengan arus kas pendapatan (Bt) proyek. IRR juga MARR, tergantung pada jumlah dan ketersediaan dana,
merupakan rate yang akan membuat NPV proyek sama dengan serta tingkat suku bunga pasar dan risiko yang dihadapi
nol. Presentasi IRR adalah r dalam persamaan berikut: proyek.
Σ[Ct/(1+r)t] = Σ[Bt/(1+r)t]
IRR = r Konsep IRR memiliki keunggulan dibanding konsep lain,
karena dalam perhitungannya tidak memerlukan estimasi
tingkat diskon. Namun konsep IRR memiliki kelemahan,
Tingkat diskon yang membuat NPV semua arus kas (cash-infl ows yaitu kurang efektif sebagai penakar kelayakan beberapa
dan cash-outfl ows) sama dengan nol, disebut sebagai Internal alternatif proyek yang bersifat saling meniadakan
Rate of Return (IRR) investasi. Lebih spesifik lagi, IRR adalah (mutually exclusive project).
interest rate yang membuat nilai sekarang pengeluaran sama
dengan nilai sekarang penerimaan. Istilah internal dalam IRR Perlu dipahami perbedaan pengertian antara Project IRR
dengan Equity IRR. Pada Project IRR, yang diperhitungkan
merujuk pada kenyataan bahwa perhitungan IRR tidak sebagai infl ow adalah keseluruhan dana yang dibutuhkan
melibatkan faktor-faktor atau data dari luar proyek, seperti suku proyek, sedangkan outfl ow-nya adalah semua
bunga, tingkat infl asi dan lain-lain sebagainya. penerimaan yang dihasilkan proyek. Hampir semua
proyek (besar) menggunakan sumber dana pinjaman
Biasanya investor akan memilih tingkat diskon tertentu sebagai (debt), selain dana milik sendiri (equity). Inflow yang
acuan dalam evaluasi kelayakan. Tingkat diskon dimaksud digunakan dalam perhitungan Equity IRR adalah seluruh
dana yang dibutuhkan proyek minus dana pinjaman, atau
disebut minimum acceptable rate of return (MARR) atau dengan kata lain hanya sebesar equity saja. Sedangkan
minimum attractive rate of return (MARR) atau hurdle rate atau outfl ow-nya adalah arus kas penerimaan dikurangi
cut off rate atau cost of capital. pembayaran bunga dan cicilan pengembalian hutang.

142
27. Ukuran Manfaat Investasi
25.2. Net Present Value (NPV) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa NPV adalah indikator nilai
investasi, sedangkan IRR merupakan indikator efi siensi investasi. IRR
NPV sebuah proyek adalah jumlah nilai sekarang seluruh arus kas, baik lebih valid digunakan untuk membuat keputusan apakah sebuah investasi
arus kas pendapatan maupun arus kas pengeluaran (biaya). NPV dapat diterima atau tidak.
sangat dipengaruhi oleh tingkat diskon yang digunakan dan oleh
karena itu pemilihan tingkat diskon yang tepat merupakan hal yang Contoh perhitungan NPV, sebuah proyek bernilai investasi saat ini USD
sangat krusial dalam valuasi proyek menggunakan metode NPV. 280 memakan biaya operasi USD 20 dan mempunyai pendapatan USD 80
Tingkat diskon yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah per tahun. Proyek berakhir dalam empat tahun dan menggunakan tingkat
opportunity cost faktor produksi yang berlaku umum di masyarakat. diskon 10%. Nilai residu proyek USD 60.

NPV dihitung dengan menjumlahkan semua arus kas terdiskon,


Tabel
dengan tingkat diskon yang dipilih. NPV bisa digunakan untuk menilai Contoh perhitungan NPV. Perhatikan jangka waktu konstruksi proyek adalah
kelayakan proyek, yaitu apabila NPV positif maka proyek dinyatakan satu tahun
layak. NPV positif memberi sinyal bahwa proyek bersangkutan akan
memberi hasil kas dalam jumlah tertentu, sesuai dengan tingkat
diskon yang diharapkan. NPV merupakan indikator ampuh kesehatan
proyek. Namun NPV juga memiliki kelemahan, yaitu keuntungan yang
ditunjukkan oleh NPV tidak memiliki korelasi nyata dengan besarnya
kapital investasi.
Meskipun NPV secara konseptual memang lebih mudah diterima
nalar, namun pada kenyataannya IRR lebih banyak disukai.
Penyebabnya adalah karena pengguna metode IRR terhindar dari
kesulitan dalam memilih tingkat diskon yang sesuai. Bank Dunia
misalnya, memakai IRR dalam mengukur profi tabilitas proyek-proyek
pembangunan yang didanainya.

143
27. Ukuran Manfaat Investasi
25.3. Net Benefi t Cost Ratio (Net B/C) Keunggulan metode-metode ini adalah terkaitnya pendapatan terhadap
biaya proyek. Kriteria penilaian kelayakan metode Net B/C dan Gross B/C
Net B/C dihitung dengan terlebih dahulu menghitung (Bt – Ct) / (1 + r)t sama, yaitu hanya proyek dengan nilai B/C > 1 disebut layak. Semakin
untuk setiap tahun t, untuk mengetahui benefi t netto yang positif dan besar Gross B/C semakin besar pula perbandingan antara pendapatan
negatif. Nilai Net B/C merupakan rasio antara jumlah (Bt – Ct) / (1 + r)t (benefi t, B) dengan biaya (cost, C), yang berarti proyek relatif semakin
yang positif dan yang negatif. Sedangkan Gross Benefi t Cost Ratio menguntungkan. Gross B/C juga berguna dalam menyusun ranking
(Gross B/C), disebut juga Profi tability Index (PI), membandingkan beberapa proyek yang telah dinilai layak, manakala jumlah dana investasi
total pendapatan (benefi t) terdiskon dengan total biaya terdiskon. terbatas.
Perlu diingat bahwa Gross B/C tetap hanya sebuah ratio, oleh karena itu
Net B/C = [Σ(Bt - Ct) / (1 + r)t] / [Σ(Ct - Bt) / (1 + r)t] tidak dianjurkan untuk dipergunakan dalam analisis benefi t-cost.
t=0 t=0
NPV menghitung secara mutlak selisih antara nilai sekarang arus kas
Gross B/C = PI = ΣBt/(1+r)t / ΣCt/(1+r)t operasi dan nilai sekarang arus kas investasi, sementara Gross B/C
t=0 t=0 membandingkan keduanya. NPV sejatinya merupakan sebuah penakar
nilai proyek.
Menggunakan angka-angka di Tabel Contoh perhitungan NPV. Perhatikan
jangka waktu konstruksi proyek adalah satu tahun diperoleh jumlah (Bt –
Ct)/(1+r)t yang positif adalah Gambar: Diagram garis contoh investasi pada Tabel Contoh perhitungan NPV.
244,82 = 54,54+49,58+45,08+ 95,62 Perhatikan jangka waktu konstruksi proyek adalah satu tahun
sedangkan jumlah (Bt – Ct)/(1+r)t yang negatif adalah
228 = 88+140
Dengan demikian diperoleh
Net B/C = 244,82/228 = 1,074
Jumlah pendapatan terdiskon adalah
374,58 = 0+80+72,73+66,12+60,11+95,62
sedangkan jumlah biaya terdiskon adalah:
357,74 = 88+220+18,18+16,53+15,03
Dengan demikian diperoleh Gross B/C = 374,58/357,74 = 1,047

144
27. Ukuran Manfaat Investasi
25.4. Analisis Sensitivitas (AS) Pendekatan yang lebih komprehensif untuk mengatasi
kelemahan AS adalah Analisis Pengambilan Keputusan (APK)
atau disebut juga Decision Analysis. Wujud APK minimal tiga
• AS menghitung perubahan yang terjadi pada output dan buah skenario:
mengevaluasi kepekaannya, jika estimasi variabel input Skenario dasar: menggunakan input dan output yang paling
berubah. AS juga bisa membantu menakar besar dampak mungkin terjadi dipandang dari sudut pandang evaluator.
Skenario optimistik: melibatkan segenap variabel input yang
dan kedalaman risiko yang dihadapi proyek. Sekali output lebih mendukung kesuksesan proyek, dibandingkan variabel
yang memiliki kepekaan tinggi terhadap input tertentu yang muncul pada saat evaluasi.
Skenario pesimistik: memperhitungkan situasi di masa depan
teridentifi kasi, studi lebih cermat perlu dilakukan guna yang mungkin tidak sebagus saat ini.
mendapatkan estimasi input yang lebih baik dan
menghasilkan perhitungan NPV dan IRR yang lebih pasti. Probabilitas input masing-masing skenario perlu dinyatakan
secara eksplisit. Banyaknya variabel input yang terlibat
• Kelemahan utama AS adalah tiadanya informasi tentang mungkin mengakibatkan proliferasi pekerjaan evaluasi.
kapan dan probabilitas terjadinya perubahan input. AS juga Pertanyaan tentang tingkat diskon (discount rate) mungkin
muncul di sini: skenario pesimistik tentu mempunyai risiko
tidak memperhitungkan efek perubahan sebuah input lebih besar dibanding skenario optimistik.
terhadap input lainnya. Tidak terlalu berguna jika hal-hal
APK memang menawarkan perbaikan terhadap AS, namun
tersebut diasumsikan. APK juga mempunyai kelemahan. Pemilihan asumsi dan
• Sebagai contoh, perubahan harga bahan bakar sangat probabilitas dalam APK bersifat arbitrary atau dapat
dipertanyakan. Situasi acak terjadi pada saat menyusun
mungkin terjadi dibandingkan perubahan-perubahan input distribusi probabilitas. Valuasi elemen-elemen biaya dan
lainnya. Harga bahan bakar tentu tidak hanya berpengaruh pendapatan bisa jadi hanya berdasarkan pengalaman dan
pada NPV dan IRR, namun boleh jadi berpengaruh juga pemahaman sang evaluator terhadap pasar dan proyek-
proyek sebelumnya.
pada harga jual dan besarnya kebutuhan (demand).
Perlakuan yang sama terhadap berbagai jenis perubahan
bisa memberikan kesimpulan yang keliru.
145
27. Ukuran Manfaat Investasi
25.5. Simulasi Monte Carlo (SMC)

• SMC adalah pendekatan yang lebih canggih dibandingkan APK. Di samping


mengidentifi kasi variabel input terpenting serta korelasi antar input, SMC mendekati
ketidakpastian input dengan masing-masing distribusi probabilitas. Simulasi
perhitungan output proyek kemudian dilakukan berulang-ulang (iterasi) dengan input
acak. NPV dan IRR yang dihasilkan memiliki distribusi probabilitas masingmasing,
lengkap dengan mean outcomes, variances dan standard deviation.

• SMC dengan demikian mampu memberikan gambaran lengkap mengenai output


proyek dan kemungkinan terjadinya. SMC juga membantu untuk fokus pada variabel
input yang mempunyai dampak signifi kan terhadap output proyek, sehingga para
analis risiko dapat berkonsentrasi mempelajarinya. Risiko yang secara teoritis diduga
paling mungkin terjadi, tidak harus muncul di masa mendatang. Pada saat simulasi
dilakukan, ia hanya merupakan the best judgement yang bisa dilakukan oleh evaluator
proyek.

146
27. Ukuran Manfaat Investasi
25.6. Payback Period (PP) Method Dari contoh
pada Tabel
• PP method atau metoda masa pengembalian modal investasi Contoh
perhitungan
didefinisikan sebagai selang waktu sejak investasi berawal hingga
NPV.
akumulasi arus kas bersih dari operasi mencapai sama besar dengan Perhatikan
investasi. Metoda ini sederhana dan hasilnya kasar, biasanya hanya jangka waktu
digunakan pada investasi skala kecil. Metoda PP sama sekali tidak konstruksi
menunjukkan besarnya keuntungan yang diperoleh investor. Juga proyek adalah
pengaruh inflasi diabaikan dan karenanya tidak bisa digunakan untuk satu tahun,
proyek infrastruktur padat modal jangka panjang. Kriteria kelayakan maka payback
metoda PP adalah sebagai berikut: proyek dinilai layak jika masa period adalah
lebih dari tiga
pengembalian investasi lebih pendek dari umur ekonomis proyek.
tahun.
• Meskipun memiliki kelemahan, metode PP berguna dalam memilih
proyek yang didasarkan pada masa pengembalian modal investasi
tercepat. Metoda PP juga berguna dalam meramal risiko proyek, yaitu
proyek yang payback period-nya lebih lama tentu memiliki risiko lebih
besar dibanding proyek yang mempunyai masa pengembalian modal
lebih singkat.

147
27. Ukuran Manfaat Investasi
25.7. Accounting Rate of Return (ARR) Kelemahan metode ARR
adalah digunakannya laba
ARR atau Tingkat Laba Akuntansi Rerata menilai kelayakan investasi akuntansi dan bukannya arus
kas. Selain itu, ARR tidak
berdasarkan laba akuntansi rerata (the average after-tax profit). Metode ini mempertimbangkan nilai
berbeda dengan metode-metode lain yang menggunakan arus kas sebagai waktu uang.
dasar perhitungan.
Sebuah survei tentang
ARR = (Laba Rerata Setelah Pajak atau EAT) / (Investasi) x 100% penggunaan metode-metode
penilaian investasi
menyimpulkan hal-hal sebagai
Metode ARR menggunakan konsep akuntansi yang berbasis akrual. Baik laba
berikut:
maupun besarnya investasi direrata selama umur ekonomis proyek. Kriteria • Perusahaan besar lebih
kelayakan ARR: sepanjang nilai ARR bertanda positif, maka proyek yang senang memakai metode IRR
dianalisis berada dalam posisi memiliki laba. dibanding perusahaan kecil.
• Perusahaan dengan
Menggunakan angka-angka di Tabel Contoh perhitungan NPV. Perhatikan komposisi hutang besar lebih
jangka waktu konstruksi proyek adalah satu tahun, rerata laba akuntansi menyukai analisis sensitivitas
AS.
(pendapatan bersih) per tahun adalah • Perusahaan publik lebih
menyukai NPV dan IRR
= (-80-140+60+60+60+140)/5 = USD 20. dibandingkan perusahaan
Dengan investasi = USD 280, maka ARR = 20/280 = 7,14%. tertutup.

148
28. Laporan Keuangan Pro Forma
Laporan Keuangan Pro Forma Booming laporan pro forma
terjadi sejak awal 1990-an,
• Pada saat studi kelayakan proyek dilaksanakan,
ketika banyak perusahaan
besarnya arus kas (keluar atau masuk) masih berupa dot-com berusaha
prediksi, ramalan atau prakiraan. menyembunyikan kerugian
• Kenyataan yang terjadi pada saat proyek beroperasi fi nansial dibandingkan jika
mereka menggunakan
belum tentu sama dengan prediksi yang ada. Istilah pro
laporan akuntansi standar.
forma berasal dari bahasa Latin yang berarti “for the Laporan pro forma
sake of form” atau “as a matter of form”. bagaimana pun tetap
• Laporan keuangan pro forma menggambarkan prediksi berguna. Perusahaan atau
proyek baru pasti akan
aktivitas finansial yang dilakukan proyek/perusahaan,
membuat laporan keuangan
tanpa mengikutsertakan berbagai transaksi tak biasa pro forma, sebagai
(misalnya biaya restrukturisasi perusahaan atau informasi prospektif bagi
terjadinya penurunan nilai investasi perusahaan). pihak-pihak terkait. Angka-
angka pro forma
• Perhitungan finansial yang dilakukan berdasarkan
seharusnya ditandai
laporan pro forma, dengan demikian menghasilkan demikian rupa dan diberi
perhitungan yang selalu lebih bagus. alasan yang masuk akal jika
terjadi penyimpangan.

149
29. Work Breakdown Structure
Work Breakdown Structure Susunan Organization Breakdown Structure (OBS) mirip WBS. Level paket OBS
terendah berpasangan dengan level paket WBS terendah. Misalnya, disain (di
Telah disampaikan sebelumnya, sumber kesalahan terbesar dalam prakiraan
WBS) terkait dengan disainer (di OBS), sedangkan pekerjaan pemasangan (WBS)
arus kas adalah terlupakannya (overlooked) satu atau beberapa elemen
terkait dengan crew tukang pasang (OBS). Selain amat berguna dalam proses
pekerjaan, sehingga elemen pekerjaan tersebut terlewatkan atau tidak
menyusun prediksi arus kas, WBS juga merupakan langkah pertama dalam
masuk dalam estimasi arus kas. Jika hal ini terjadi, maka prakiraan arus kas-
membuat jadual pekerjaan. WBS selanjutnya berperan penting dalam
nya keliru (atau tidak mencerminkan kondisi proyek yang sesungguhnya).
monitoring dan pengawasan proyek.
Pada ujungnya semua keputusan yang diambil berdasarkan studi kelayakan
yang mengandung kekeliruan arus kas menjadi tidak valid. Gambar Ilustrasi tipikal Work Breakdown Structure
Proses perencanaan proyek mengenal tiga struktur uraian: Work Breakdown
Structure (WBS), Organization Breakdown Structure (OBS) dan Cost
Breakdown Structure (CBS).
Peran ke tiga struktur tersebut adalah:
What : Work Breakdown Structure
How : Rencana dan spesifi kasi
Who : Organization Breakdown Structure
How much : Estimasi biaya via Cost Breakdown Structure
When : Jadual
Selain amat berguna dalam proses menyusun prediksi arus kas, WBS juga
berperan penting dalam penjadualan, pengendalian dan pengawasan
proyek. WBS merangkai secara hirarkis elemen-elemen rinci pekerjaan (work
packages) yang memiliki inter-relasi, sedemikian rupa hingga
keseluruhannya membentuk totalitas lingkup pekerjaan proyek.
Elemen pekerjaan yang tidak tercakup dalam WBS bukan menjadi lingkup
pekerjaan proyek. Setiap paket elemen pekerjaan (work package)
mempunyai ciri: berada pada level terbawah, masing-masing berbeda dari
paket elemen pekerjaan lainnya, pertanggungjawabannya tunggal,
mempunyai jadual awal dan akhir tertentu dan memiliki anggaran tersendiri.

150
3
Cara Pelaksanaan Evaluasi
Kebijakan Strategis
Penetapan Metode Evaluasi

Evaluasi Ex-Ante Evaluasi Pengukuran Kinerja


 Merupakan evaluasi yang
digunakan untuk mengukur
Memilih alternatif terbaik dari berbagai
kinerja kebijakan/program/
alternatif yang ada. kegiatan dengan
membandingkan antara
pencapaian dengan target.
Memastikan dokumen perencanaan disusun
secara terstruktur, koheren dan sistematis.  Evaluasi pengukuran kinerja
dilakukan menggunakan
metode Gap Analysis.

Evaluasi Proses Pelaksanaan Evaluasi Kebijakan Strategis (Program Besar)


 Evaluasi proses pelaksanaan Merupakan penilaian secara
melingkupi pertanyaan yang bersifat menyeluruh, sistematis dan
deskriptif untuk menjelaskan situasi obyektif terkait aspek relevansi,
pelaksanaan program/kegiatan. efisiensi, efektivitas, dampak, dan
 Analisis lebih fokus pada penilaian keberlanjutan dari pelaksanaan
yang menunjukkan tingkat kegagalan kebijakan/program dengan
atau keberhasilan pelaksanaan. menunjukkan hubungan sebab-
 Evaluasi proses bertujuan untuk akibat akan kegagalan atau
meningkatkan kinerja dan umumnya keberhasilan pelaksanaan
dilaksanakan selama fase kebijakan/program.
implementasi.
152
Persiapan Pelaksanaan Evaluasi Pembangunan Nasional (1/9)
Tahap ini merupakan persiapan untuk semua jenis evaluasi.

1. Rekonstruksi Kerangka Kerja Logis (KKL)


Tahap 1  Untuk meningkatkan pemahaman bagaimana proses suatu
kebijakan/program/kegiatan dirumuskan dan dilaksanakan.
Persiapan  Jika KKL sudah tersusun baik maka dapat langsung digunakan,
pelaksanaan jika belum perlu dilakukan perbaikan KKL untuk menstrukturkan
evaluasi kembali agar proses penyusunan design evaluasi menjadi
Tahap berikutnya mudah.
ditentukan untuk
proses penetapan 2. Pemilihan dan penetapan indikator kinerja
jenis evaluasinya.
kebijakan/program/kegiatan yang terpenting
Evaluasi Ex-Ante
untuk di evaluasi
Evaluasi Kinerja  Dalam melakukan evaluasi, tidak semua indikator yang ada di
dokumen perencanaan dievaluasi.
Evaluasi Proses  Perlu dipilih indikator kinerja kebijakan/program/kegiatan yang
terpenting untuk di evaluasi.
Evaluasi Strategis

153
Persiapan Pelaksanaan Evaluasi Pembangunan Nasional (2/9)

1. Rekonstruksi Kerangka Kerja Logis (KKL)


Tahap 1
Langkah-langkah Rekonstruksi KKL untuk Evaluasi
Persiapan (1)
1 Pengecekan identifikasi permasalahan dan penyataan
pelaksanaan dampak yang diinginkan.
evaluasi
(2)
2 Pengecekan terhadap rantai sebab-akibat dari
outcome yang menghasilkan dampak yang diperlukan
untuk mengatasi permasalahan.
(3)
3 Pengecekan terhadap apa yang dilakukan program
untuk mencapai setiap manfaat.
(4)
4 Pengecekan kriteria keberhasilan dalam KKL dari
setiap tingkat, yaitu dampak, outcome, output dan
input.
(5)
5 Reviu terhadap indikator-indikator kinerja yang
relevan untuk setiap kriteria sukses (pakai SMART).
SMART (Specific, Measurable, Achieveble, Result Oriented, dan Time-Bound)
154
Persiapan Pelaksanaan Evaluasi Pembangunan Nasional (3/9)

1. Rekonstruksi Kerangka Kerja Logis (KKL)


Tahap 1
Contoh: KKL Pada Level Kebijakan Nasional
Persiapan
pelaksanaan
evaluasi

155
Persiapan Pelaksanaan Evaluasi Pembangunan Nasional (4/9)

1. Rekonstruksi Kerangka Kerja Logis (KKL)


Tahap 1
Langkah Penerapan KKL
Persiapan
pelaksanaan
evaluasi

156
Persiapan Pelaksanaan Evaluasi Pembangunan Nasional (5/9)

1. Rekonstruksi Kerangka Kerja Logis (KKL)


Tahap 1
Langkah Penerapan KKL
Contoh: Penyusunan KKL pada Proyek-proyek Pengembangan Kawasan Industri
Persiapan
pelaksanaan
evaluasi

157
Persiapan Pelaksanaan Evaluasi Pembangunan Nasional (6/9)

1. Rekonstruksi Kerangka Kerja Logis (KKL)


Tahap 1
Langkah Penerapan KKL
Contoh: Penyusunan KKL pada Proyek-proyek Pengembangan Kawasan Industri
Persiapan Dengan kombinasi pendekatan Tematik, Holistik, Integratif, dan Spasial
pelaksanaan
evaluasi

158
Persiapan Pelaksanaan Evaluasi Pembangunan Nasional (7/9)

2. Pemilihan dan penetapan indikator


Tahap 1 Indikator kinerja yang baik adalah indikator yang memenuhi kriteria
Persiapan SMART yaitu:
(1) Specific/Spesifik (S), indikator harus jelas dan fokus sehingga tidak menimbulkan
pelaksanaan
multitafsir.
evaluasi (2) Measurable/Terukur (M), artinya dapat diukur dengan skala penilaian tertentu
(kuantitas atau kualitas). Untuk jenis data dalam bentuk kualitas dapat
dikuantitatifkan dengan persentase atau nominal. Terukur juga berarti dapat
dibandingkan dengan data lain dan jelas mendefinisikan pengukuran.
(3) Achievable (A), artinya dapat dicapai dengan biaya yang masuk akal dan dengan
metode yang sesuai, serta berada di dalam rentang kendali dan kemampuan unit
kerja dalam mencapai target kinerja yang ditetapkan.
(4) Result-Oriented/Relevant (R), artinya terkait secara logis dengan
kebijakan/program/kegiatan yang diukur, tupoksi serta realisasi tujuan dan sasaran
strategis organisasi.
(5) Time-Bound (T), artinya memperhitungkan rentang waktu pencapaian, untuk
analisis perbandingan kinerja dengan masa-masa sebelumnya. Dapat dilakukan
dalam jangka waktu tertentu.

159
Persiapan Pelaksanaan Evaluasi Pembangunan Nasional (8/9)

2. Pemilihan dan penetapan indikator


Tahap 1 Langkah-langkah pemilihan indikator :
(1) Membuat daftar alternatif indikator kinerja untuk setiap
Persiapan kebijakan/program/kegiatan.
pelaksanaan (2) Memilih indikator kinerja yang memenuhi kriteria pemilihan.
evaluasi

(1) Penyusunan Tabel


Pemilihan Indikator
(2) Pendataan indikator
yang akan dipilih
berdasarkan
kebijakan/program/kegia
tan yang terdapat dalam
dokumen rencana
pembangunan.
(3) Pengklasifikasian
indikator.
(4) Penetapan indikator
untuk evaluasi.

160
Persiapan Pelaksanaan Evaluasi Pembangunan Nasional (9/9)

2. Pemilihan dan penetapan indikator


Tahap 1 Langkah-langkah penetapan indikator:
(1) Perumusan Metode, Koridor dan Panduan Pemilihan Indikator 
Persiapan Mekanisme pemilihan indikator kinerja dimulai dengan pengumpulan
pelaksanaan data dan informasi terkait perencanaan dan penganggaran berbasis
evaluasi kinerja. Kemudian Deputi PEPP Bappenas merumuskan koridor dan
metode pemilihan indikator.
(2) Pemilihan Indikator untuk Evaluasi  K/L melakukan pemilihan
indikator berdasarkan koridor dan metode pemilihan indikator yang
mengacu pada poin a dan b pada Tahapan Pemilihan Indikator di atas
dan berkoordinasi dengan Deputi Bidang/Lintas Bidang/Regional
Bappenas terkait dan Kedeputian PEPP Bappenas.
(3) Workshop Pemilihan Indikator  Daftar indikator yang sudah dipilih
kemudian dibahas dalam workshop yang melibatkan K/L, Deputi terkait
di Bappenas dan Deputi Bidang PEPP Bappenas untuk membuat
kesepakatan dalam menetapkan indikator-indikator yang akan dievaluasi.
(4) Penetapan Indikator Terpilih  Indikator yang sudah ditetapkan
disampaikan ke semua stakeholder (pihak yang berkepentingan).

161
Persiapan Pelaksanaan Evaluasi Pembangunan Nasional

2. Pemilihan dan penetapan indikator


Tahap 1
Penetapan Indikator untuk Evaluasi
Persiapan
pelaksanaan
evaluasi

162
Evaluasi Kebijakan Strategis/Program Besar

1. Rekonstruksi Kerangka Kerja Logis (KKL)


Tahap 1  Untuk meningkatkan pemahaman bagaimana proses suatu
kebijakan/program/kegiatan dirumuskan dan dilaksanakan.
 Jika KKL sudah tersusun baik maka dapat langsung digunakan,
Tahap 2 jika belum perlu dilakukan perbaikan KKL untuk menstrukturkan
kembali agar proses penyusunan design evaluasi menjadi
Tahap 3 mudah.

Tahap 4 2. Pemilihan dan penetapan indikator kinerja


kebijakan/program/kegiatan yang terpenting
untuk di evaluasi
 Dalam melakukan evaluasi, tidak semua indikator yang ada di
dokumen perencanaan dievaluasi.
 Perlu dipilih indikator kinerja kebijakan/program/kegiatan yang
terpenting untuk di evaluasi.

163
Evaluasi Kebijakan Strategis/Program Besar

3. Penetapan Pendekatan Evaluasi Kebijakan


Tahap 1 Strategis/Program Besar
Alasan dipilih:
Tahap 2 Kegunaan: dilaksanakan untuk mengukur (1) relevansi, (2) efisiensi, (3)
efektivitas, (4) dampak, dan (5) keberlanjutan atas
kebijakan/program/kegiatan.
Tahap 3 Secara waktu: dapat dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan evaluasi ex-
ante, evaluasi kinerja, maupun evaluasi proses pelaksanaan.

Tahap 4 Tujuan:
(1) Pemberian penilaian secara menyeluruh, sistematis dan obyektif terkait
aspek relevansi, efisiensi, efektivitas, dampak, dan keberlanjutan dari
pelaksanaan kebijakan/program dengan menunjukkan hubungan sebab-
akibat akan kegagalan atau keberhasilan pelaksanaan kebijakan/program.
(2) Pemberian informasi yang dapat dipercaya/kredibel, bermanfaat dan
mampu untuk memberikan pembelajaran (lesson learned) ke dalam
proses pengambilan keputusan terkait perencanaan dan penganggaran.
(3) Penajaman analisis  melengkapi salah satu tahap waktu evaluasi di atas
atau pelengkap atas evaluasi yang dilaksanakan pada salah satu waktu di
atas  Memperkuat argumentasi rekomendasi.
164
Evaluasi Kebijakan Strategis/Program Besar

3. Pelaksanaan Evaluasi Kebijakan


Tahap 1 Strategis/Program Besar
Melakukan Penelaahan Kriteria Kebijakan Strategis/Program Besar:
Tahap 2 (1) Memiliki dampak langsung dan besar kepada masyarakat;
(2) Memiliki anggaran besar;
(3) Mendukung secara langsung pencapaian agenda pembangunan nasional;
Tahap 3 (4) Mendukung pencapaian prioritas nasional;
(5) Merupakan arahan direktif presiden;
(6) Pertimbangan lainnya.
Tahap 4

165
Evaluasi Kebijakan Strategis/Program Besar

4. Pelaksanaan Analisis Hasil Evaluasi Kebijakan


Tahap 1 Strategis/Program Besar
Cara analisis pada Kebijakan Strategis/Program Besar:
Tahap 2 (1) RELEVANSI  Melihat sejauh mana tujuan dari adanya intervensi program dan
kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas penerima program dan kegiatan
tersebut.
Tahap 3 (2) EFISIENSI  Efisiensi fokus kepada hubungan antara kegiatan, output (produk dan
layanan) dan hasil yang diinginkan dengan sarana yang digunakan, apakah untuk
mencapai hasil yang diinginkan menggunakan input/sumber daya (keuangan,
Tahap 4 orang, waktu) serendah mungkin.
(3) EFEKTIVITAS  Merupakan ukuran yang menunjukkan seberapa jauh
kebijakan/program/kegiatan mencapai hasil dan manfaat yang diharapkan.
(4) DAMPAK  Merupakan kondisi perubahan kesejahteraan masyarakat sebagai
hasil dari pencapaian pelaksanaan kebijakan/program, serta melihat akibat-akibat
lain yang tidak diharapkan, baik positif maupun negatif.
(5) KEBERLANJUTAN  Keberlanjutan dapat digambarkan dengan sejauh mana
manfaat yang dihasilkan oleh kebijakan/program berlanjut setelah intervensi
kebijakan/program berakhir dan apa yang terjadi atau mungkin terjadi sebagai
efek positif dari kebijakan/program.

166
4
Studi Kasus
Project Dossier
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Latar Belakang pemilihan Provinsi Nusa Tenggara Barat menjadi Kabupaten ini juga memiliki pontensi keindahan alam berupa pantai
satuan wilayah pengendalian pada tahun 2017 adalah sebagai yang sangat indah dan eksotis dan berdekatan dengan Kawasan
berikut: Ekonomi Khusus Mandalika Lombok (yang merupakan KEK Pariwisata).

Pertama, aspek perencanaan. Pada aspek perencanaan, Keempat, keunggulan geostrategis. Kabupaten Sumbawa Barat
Provinsi Nusa Tenggara Barat ditetapkan oleh RPJMN 2015-2019 memiliki wilayah daratan 1.849,02 km2 (184.902 Hektar):Lahan Sawah
sebagai salah satu daerah yang partumbuhan ekonominya didodong 11.105 Ha (6,01 %), dan Lahan Kering 173.797 Hektar (93,99 %) dan
dari sektor sumber daya alam mineral (logam) bijih tembaga dengan wilayah laut 1.243 Km2 (124.300 Hektar), panjang garis pantai 167,80
penciptaan lapangan kerja untuk mewujudkan daya saing daerah. km dan pulau-pulau kecil 16 buah. Kabupaten Sumbawa Barat
Dokumen rencana pembangunan yang menjadi rujukan awal dalam direncakanan akan dikembangkan menjadi KEK go Green untuk
penetapan aspek ini adalah (1) RPJMN dan Renstra K/L; (2) RPJMD mendukung KEK Mandalika yang berwawasan lingkungan dengan
dan Renstra SKPD; (3) RKP dan Renja K/L; (4) RKPD dan Renja SKPD; pengembangan Kawasan Industri Pertambangan Bijih Tembaga (melalui
(5) RKA-K/L dan RKA SKPD; dan (6) RTRW. pembangunan Smelter).
Kedua, pemicu pembangunan. Pengembangan kawasan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Sektor
industri bijih tembaga menjadi pemicu pembangunan Pertambangan dan Penggalian
perekonomian di wilayah Nusa Tenggara Barat, serta untuk
menunjang percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi
20.518.229
nasional.
Ketiga, sumberdaya dan potensi alam yang unggul. Secara
geoekonomi wilayah Kabupaten Sumbawa Barat memiliki
sumberdaya mineral bijih tembaga terbesar di Indonesia. Selain itu, 25.000.000,00
8.781.758,87
20.000.000,00
9.030.264,20
Memiliki produksi konsentrat tembaga sekitar 73 ribu 15.000.000,00 2015**
8.751.193,11
ton, dengan 20 persen dijual ke pabrik smelter 10.000.000,00 2014*
Gresik serta diekspor 2013
5.000.000,00
2012
-
Sumber: Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka, Tim SPPEPP Bappenas (diolah 2017)

3
1.1 Latar Belakang
Kelima, lapangan kerja. Sektor mineral bijih tembaga di Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tematik yang ditentukan adalah
Kabupaten Sumbawa Barat menyediakan lapangan kerja yang industri dengan fokus industri pertambangan mineral bijih tembaga di Batu
sangat besar di tengah pertumbuhan penduduk yang terus Hijau Kabupaten Sumbawa Barat.
meningkat. Pekerjaan di sektor pertambangan mencapai 5.023
orang.
Jumlah penduduk tahun 2016 sebanyak 134.343 jiwa.
Kepadatan wilayah 70 jiwa per km2, kepadatan agraris 383
jiwa per km2. IPM Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2014
mencapai 67,19 persen, di atas IPM Provinsi NTB (64,31
persen) dan merupakan peringkat ke-3 (setelah Kota Mataram
dan Kota Bima).
Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2015
Laki-laki Perempuan
No Lapangan Pekerjaan Jumlah
2015 2015
Pertanian, Kehutanan,
1 13.316 6.316 19.632
Perburuan, dan Perikanan
2 Pertambangan dan Penggalian 4.451 572 5.023
3 Industri Pengolahan 1.301 1.513 2.814
4 Listrik, Gas, dan Air 185 182 367
5 Bangunan 3.065 154 3.219
Perdagangan Besar, Eceran,
6 4.126 8.995 13.121
Rumah Makan, dan Hotel
Angkutan, Pergudangan, dan Pada pemantauan 2017 dipilih SWP 52.2
7 2.639 - 2.639 karena proyek-proyek yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Komunikasi
Keuangan, Asuransi, Usaha khususnya pada SWP 52.2. sesuai meliputi proyek prioritas nasional,
8 Persewaan Bangunan, Tanah, 314 224 538 proyek strategis nasional, dan proyek regular yang diduga mempunyai
dan Jasa Perusahaan kemanfaatan pada perwujudan tematik pengembangan Industri
Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan pertambangan bijih tembaga.
9 7.041 6.080 13.121
Perorangan
Jumlah 36.438 24.036 60.474

4
1.2 Perincian Objek Pemantauan

SWP 52.2

SWP 52.1 SWP 52.3

5
Profil Proyek
di Kabupaten Sumbawa Barat
2.1 Profil Proyek Konektivitas
Proyek Jalan Benete – Sejorong – lunyuk - & Benete – Simpang Negara (SWP 52.2)
Proyek Jalan Benete – Simpang Negara terbagi menjadi beberapa ruas jalan, yaitu: (1) ruas simpang negara - tano, (2) jereweh, (3) jereweh –
benete. Kondisi ruas jalan ini relative bagus, karena terus dilakukan program pemeliharaan, baik untuk pelebaran maupun perawatan. Untuk
proyek jalan Benete – Sejorong – Lunyuk sudah ditangani sejak empat sampai lima tahun lalu oleh Balai Pelaksanaan (9) Mataram (karena dulu
merupakan jalan provinsi). Hanya ada sekitar 12 km yang belum tertangani dengan baik.

Sumber: Hasil Kunjungan Lapangan, (8 -10 Mei 2017)

7
2.1 Profil Proyek Konektivitas
Proyek Pelabuhan Benete (SWP 52.2)
Proyek Pelabuhan Benete merupakan proyek yang berada dibawah pelaksanaan Kementerian Perhubungan. Aset yang dimiliki pelabuhan ini
sepenuhnya merupakan milik Kementerian Perhubungan. Pelabuhan ini memiliki dua status pengelolaan, yaitu sebagai pelabuhan umum dan
pelabuhan khusus. Saat ini pengelolaan khusus karena melayani aktivitas bongkar muat yang dilakukan oleh perusahaan PT Amman Mineral
Industri.

Sumber: Hasil Kunjungan Lapangan, (8 -10 Mei 2017)

8
2.2 Profil Proyek Sumber Daya Energi
Proyek PLTU 2 x 7 MW PLN Sumbawa Barat (SWP 52.2)
Scope of : EPC Contract PLTU 2 x 7
Works MW
Contractor : Cons of PT TWINK
INDONESIA – PT PERFECT
CIRCLE ENGINEERING
No & Date : No. 320.PJ/041/DIR/2011 &
Contract 8 Juli 2011
Contract : USD 8.700.395 + Rp
Value 185.720.676.559,-
(Incl.10% PPN) – Original
Contract
USD 8.700.395 + Rp.
211.776.836.512,-
(Incl.10% PPN) –
Amandemen No.
A.02/2013 tanggal 7
Januari 2013
Effective : 3 Mei 2012
Date : 3 Januari 2014 (Unit #1) &
COD (Original 3 Maret 2014 (Unit 2)
contract) 14 Desember 2017 (Unit
COD #1) & 26 Maret 2018 (Unit
(Estimate) #2)

Design : PT PLN (Persero) UIP XI &


Review & PT AMYTHAS
Approval
Drawing
Sumber: Hasil Kunjungan Lapangan, (8 -10 Mei 2017)
Construction : PT. Rekadaya Elektrika
Supervision & Consult (RECONSULT)
QA/QC
Consultant

9
2.3 Profil Proyek Industri Pengolahan
Proyek Smelter PT Amman Mineral Industri (SWP 52.2)
Perusahaan ini mulai kegiatan produksi dan operasi pada tahun 2000, dan telah memproduksi sekitar 3,6 juta ton tembaga serta 8 juta juta
ounces emas. Fasilitas yang dimiliki perusahaan ini sangat lengkap termasuk armada peralatan tambang yang besar, pabrik pengolahan dengan
kapasitas 120.000 ton per hari, pembangkit listrik tenaga batubara 112 MW, pelabuhan dengan termimal kapal feri, layanan udara, dan townsite
yang tertata dengan baik.

10
Pendekatan dan Analisis
3.1 Sebaran Lokasi Proyek di Kabupaten Sumbawa Barat
Berdasarkan tematik bahwa di daerah Batu Hijau Kabupaten Sumbawa Adapun sebaran lokasi proyeknya sebagai berikut:
Barat akan dikembangkan kawasan industri pengolahan bijih tembaga,
maka dilakukan pemantauan atas beberapa proyek yang dibutuhkan
untuk mendukung industri pengolahan bijih tembaga itu.

Perencanaan
Persiapan
Pelaksanaan
Hampir Selesai
Sudah Termanfaatkan

Sumber: Hasil GPS Tracking, (8-10 Mei 2017)

12
3.1 Sebaran Lokasi Proyek di Kabupaten Sumbawa Barat
1 Kelompok Penyiapan Industri (Smelter) PT. Amman Mineral Industri Status 7 Kelompok Penyiapan Lingkungan Status
1.1 Penyiapan zona Industri - Instalasi Industri 7.1 Penyiapan lingkungan - Fasos kesehatan
1.2 Penyiapan zona Industri – gudang 7.2 Penyiapan lingkungan - Fasos pendidikan
1.3 Penyiapan zona Industri - Terminal 7.3 Penyiapan lingkungan - Fasos pelatihan
1.4 Penyiapan zona Industri - Moda angkutan 7.4 Penyiapan lingkungan - Fasos perkantoran
1.5 Penyiapan zona Industri - Limbah 7.5 Penyiapan lingkungan - Fasum taman terbuka hijau
2 Kelompok Penyiapan Kawasan (Smelter) PT. Amman Mineral Industri 7.6 Penyiapan lingkungan - Fasum transportasi lokal
2.1 Penyiapan kawasan - Studi -studi 7.7 Penyiapan lingkungan - Fasum air
2.2 Penyiapan kawasan - DED 7.8 Penyiapan lingkungan - Fasum transportasi antar-moda
2.3 Penyiapan kawasan - Penyiapan Lahan 7.9 Penyiapan lingkungan - Fasum terminal/halte transportasi lokal
dan antar-moda
2.4 Penyiapan kawasan - Perijinan 7.10 Penyiapan lingkungan - Fasum keamanan
2.5 Penyiapan kawasan - Regulasi 7.11 Penyiapan lingkungan - Fasum persampahan
2.6 Penyiapan kawasan - Sosialisasi 7.12 Penyiapan lingkungan - Fasum penanggulangan bencana
2.7 Penyiapam kawasan - Pembiayaan 8 Kelompok Fasilitas Luar Kawasan
2.8 Penyiapan kawasan - Pembangunan kawasan (lengkap:kantor 8.1 Fasilitas luar kawasan - Pelabuhan
pusat,litbang,PMK,tenisi,dll)
2.9 Penyiapan kawasan - Pembangunan/Peninngkatan /Rehabilitasi jalan poros 8.2 Fasilitas luar kawasan - Kapal petikemas
2.10 Penyiapan kawasan - Pembangunan/peningkatan/Rehabilitasi jalan arteri 8.3 Fasilitas luar kawasan - Dermaga petikemas
2.11 Penyiapan kawasan - Pembangunan/Peningkatan/Rehabilitasi jalan akses 8.4 Fasilitas luar kawasan - Bandara
3 Kelompok Pengelolaan Kawasan (Smelter) PT. Amman Mineral Industri 8.5 Fasilitas luar kawasan - Jalan provinsi
3.1 Pengelolaan kawasan - Pemasaran 8.6 Fasilitas luar kawasan - Jalan nasional
3.2 Pengelolaan kawasan - Operasional dan Pemeliharaan 8.7 Fasilitas luar kawasan - Kodim
3.3 Pengelolaan kawasan - Pengembangan 8.8 Fasilitas luar kawasan - Polres
4 Kelompok Penyiapan Energi (PLTU Sumbawa Barat) 9 Kelompok Penyiapan Tenaga Kerja
4.1 Penyiapan energi - PLTU 2x7 MW 9.1 Penyiapan tenaga kerja - Pengembangan dan pengelolaan
kawasan
4.2 Penyiapan energi - Gardu induk 70 kV 9.2 Penyiapan tenaga kerja - Industri
4.3 Penyiapan energi - jaringan transmisi tegangan tinggi 70 kV 9.3 Penyiapan tenaga kerja - Energi
5 Kelompok Penyiapan Air Baku (Waduk Bintang Bano) 9.4 Penyiapan tenaga kerja - Airbaku
5.1 Penyiapan air baku - SPAM 9.5 Penyiapan tenaga kerja - Logistik
5.2 Penyiapan air baku - Waduk 9.6 Penyiapan tenaga kerja - Fasum
5.3 Penyiapan air baku - Pipanisasi 9.7 Penyiapan tenaga kerja - Fasos
6 Kelompok Penyiapan Jaringan Logistik 9.8 Penyiapan tenaga kerja - Transportasi
6.1 Penyiapan jaringan logistik - Dryport 9.9 Penyiapan tenaga kerja - Keamanan
6.2 Penyiapan jaringan logistik - Alat bongkar muat 9.10 Penyiapan tenaga kerja - Persampahan
9.11 Penyiapan tenaga kerja - Penanggulangan bencana
13
3.1 Sebaran Lokasi Proyek di Kabupaten Sumbawa Barat
Detail
Tantangan Kebutuhan Tujuan Input Proses Output
Input

Pembangunan ekonomi, Pembangunan industri Lihat detail 1. Kesiapan


1 1. Pertumbuhan ekonomi 1. Kelompok Penyiapan
memanfaatkan keunggulan pengolahan Bijih kelompok 1 Industri
daerah Penyiapan Industri
komparatif daerah Tembaga

Peningkatan keunggulan 2. Kelompok Lihat detail 2. Kesiapan


komparatif daerah Penyiapan Kawasan
Penyiapan Kawasan kelompok 2
(potensi daerah) menjadi Pembangunan kawasan
2 2. Pemerataan pembangunan modal dasar peningkatan
kesejahteraan masyarakat 3. Kelompok 3. Kelompok
Lihat detail Pengelolaan
Pengelolaan Pengelolaan
kelompok 3 Kawasan
Kawasan

Peningkatan peranserta
masyarakat lokal dalam 4. Kelompok Lihat detail 4. Kesiapan
3 Sumberdaya manusia Penyiapan
3. Kesempatan kerja pembangunan daerah Penyiapan Energi kelompok 4 Energi
lokal

5. Kelompok Lihat detail 5. Kesiapan Air


Penyiapan
Penyiapan Air Baku kelompok 5

Model Logika Proyek Pengembangan Kawasan 6. Kelompok Lihat detail 6. Kesiapan


Penyiapan Jaringan Penyiapan
Industri Mineral Bijih Tembaga kelompok 6 Logistik
Logistik

7. Kelompok Lihat detail 7. Kesiapan


Penyiapan Penyiapan Lingkungan
kelompok 7
Lingkungan

8. Kelompok 8. Kesiapan
Lihat detail Pembangun Fasilitas Luar
Fasilitas Luar kelompok 8 an
Kawasan Kawasan

9. Kelompok Lihat detail 9. Kesiapan


Penyiapan Tenaga Penyiapan Tenaga Kerja
kelompok 9
Waktu Kerja

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

14
3.1 Sebaran Lokasi Proyek di Kabupaten Sumbawa Barat

Intermediate-
Output Final-Outcome Impact1 Impact2
Outcome

1. Kesiapan Industri

2. Kesiapan Kawasan

3. Kelompok
Pengelolaan
Kawasan

4. Kesiapan Energi

Operasional seluruh Keberlanjutan


Produksi seluruh sistem Kontribusi sistem pada
sistem (cash flow seluruh sistem (nilai
5. Kesiapan Air (produktivitas sistem) wilayah
system) tambah sistem)

6. Kesiapan Logistik

7. Kesiapan
Lingkungan Indikator:
Indikator: Indikator:
Indikator: Produksi Masing-masing Produksi Domestik
Peresmian Nilai Tambah Sistem
Sub-sistem Regional Bruto Sistem
8. Kesiapan Fasilitas
Luar Kawasan

9. Kesiapan Tenaga
Kerja

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7

Waktu 15
3.2 Kesesuaian Proyek
Berdasarkan pemantauan pada kesesuaian proyek-proyek yang (1) PLTU 2x7 MW PLN Sumbawa Barat, (2) Waduk Bintang Bano (Sumbawa
dibangun di Sumbawa Barat terhadap pengembangan kawasan Barat, NTB), (3) Jalan Benete - Sejorong – Lunyuk, (4) Jalan Benete - Simpang
industri Mineral Tembaga di Nusa Tenggara Barat, maka Negara, (5) Pelabuhan Benete, (6) Pelabuhan Penyeberangan Plesengan di
didapatkan beberapa proyek yang sesuai. Proyek-proyek tersebut Pelabuhan Pototano, (7) Penanganan Kumuh Perkotaan Kabupaten Sumbawa
meliputi sebagai berikut: Barat dan (8) RTRW Kabupaten Sumbawa Barat.
Proyek Prioritas Nasional
Jalan Benete - Sejorong - Lunyuk
Proyek Prioritas Nasional
PLTU 2x7 MW PLN Sumbawa Barat

Proyek Prioritas
Nasional
Proyek Prioritas Nasional Pelabuhan Benete
Proyek Smelter PT Amman Mineral Industri

Proyek Prioritas Nasional


Jalan Benete - Simpang Negara Proyek Prioritas
Nasional
Waduk Bintang Bano
(Sumbawa Barat,
NTB)

Perencanaan
Persiapan PT Amman Mineral Industri
Pelaksanaan
Hampir Selesai
Sudah Termanfaatkan
Sumber: Hasil GPS Tracking, (8-10 Mei 2017) 16
3.2 Kesesuaian Proyek
Penyiapan zona Industri - Instalasi Industri Status
Tantangan Kebutuhan Tujuan Input Penyiapan zona Industri - gudang Output
Penyiapan zona Industri - Terminal Proses
Penyiapan zona Industri - Moda angkutan
Penyiapan zona Industri - Limbah
Pembangunan ekonomi,
Pertumbuhan memanfaatkan Pembangunan 1. Kesiapan
1 1. Kelompok Penyiapan kawasan - Studi -studi Penyiapan
ekonomi daerah keunggulan komparatif industri Industri
Penyiapan Industri Penyiapan kawasan - DED
daerah pengolahan Penyiapan kawasan - Penyiapan Lahan
Penyiapan kawasan - Perijinan
Penyiapan kawasan - Regulasi
Peningkatan keunggulan Penyiapan kawasan - Sosialisasi
komparatif daerah 2. Kelompok Penyiapam kawasan - Pembiayaan
2. Kesiapan
Penyiapan Kawasan
(potensi daerah) menjadi Pembangunan Penyiapan Kawasan
Pemerataan modal dasar peningkatan kawasan
2 Pengelolaan kawasan - Pemasaran
pembangunan kesejahteraan Pengelolaan kawasan - Operasional dan Pemeliharaan
masyarakat 3. Kelompok 3. Kelompok
Pengelolaan kawasan - Pengembangan
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan
Kawasan Kawasan

Peningkatan peranserta Penyiapan energi - PLTU 2x7 MW


Penyiapan energi - Gardu induk 70 kV
masyarakat lokal dalam 4. Kelompok Penyiapan energi - jaringan transmisi tegangan tinggi 70 4. Kesiapan
3 Kesempatan kerja Sumberdaya Penyiapan
pembangunan daerah Penyiapan Energi kV Energi
manusia lokal

5. Kelompok Penyiapan air baku - SPAM Penyiapan 5. Kesiapan Air


Penyiapan Air Baku Penyiapan air baku - Waduk
Penyiapan air baku - Pipanisasi
Proyek Prioritas Nasional
6. Kelompok
1 PLTU 2x7 MW PLN Sumbawa Barat Penyiapan Jaringan Penyiapan
6. Kesiapan
Logistik
2 Waduk Bintang Bano (Sumbawa Barat, NTB) Logistik
Penyiapan jaringan logistik - Dryport
Penyiapan jaringan logistik - Alat bongkar muat
3 Jalan Benete - Sejorong - Lunyuk
7. Kelompok 7. Kesiapan
4 Jalan Benete - Simpang Negara Penyiapan Penyiapan Lingkungan
Lingkungan
5 Pelabuhan Benete Penyiapan lingkungan - Fasos kesehatan
Penyiapan lingkungan - Fasos pendidikan
6 Pelabuhan Penyeberangan Plesengan di Pelabuhan 8. Kelompok Penyiapan lingkungan - Fasos pelatihan
Pembangun
8. Kesiapan
Pototano Fasilitas Luar Penyiapan lingkungan - Fasos perkantoran Fasilitas Luar
an Kawasan
Kawasan
7 Penanganan Kumuh Perkotaan Kab. Sumbawa Barat
9. Kelompok Fasilitas luar kawasan - Jalan provinsi
8 RTRW Kab. Sumbawa Barat Fasilitas luar kawasan - Jalan nasional 9. Kesiapan
Penyiapan Tenaga Fasilitas luar kawasan - Kodim
Penyiapan Tenaga Kerja
Kerja Fasilitas luar kawasan - Polres

Penyiapan tenaga kerja - Pengembangan dan


pengelolaan kawasan
Penyiapan tenaga kerja - Industri
Penyiapan tenaga kerja - Energi
17
3.2 Kesesuaian Proyek
Status Intermediate-
Output Final-Outcome Impact1 Impact2
Proses Outcome

Penyiapan 1. Kesiapan Industri

Penyiapan 2. Kesiapan Kawasan

3. Kelompok
Pengelolaan Pengelolaan Kawasan

Penyiapan 4. Kesiapan Energi

Operasional seluruh Keberlanjutan


Produksi seluruh sistem Kontribusi sistem pada
sistem (cash flow seluruh sistem (nilai
Penyiapan 5. Kesiapan Air (produktivitas sistem) wilayah
system) tambah sistem)

Penyiapan 6. Kesiapan Logistik


Penjelasan:
Terlihat dalam alur proses
7. Kesiapan terdapat dua kelompok:
Penyiapan Lingkungan kesiapan lingkungan dan
kesiapan tenaga kerja Indikator: Indikator: Indikator:
masih dalam status Produksi Masing-masing Nilai Tambah Sistem Produksi Domestik
perencanaan. Apabila Sub-sistem Regional Bruto Sistem
Pembangun 8. Kesiapan Fasilitas pada kedua kelompok ini
an Luar Kawasan tidak segera dilakukan
percepatan, maka
dipastikan final outcome
9. Kesiapan Tenaga akan mengalami kendala
Penyiapan
Kerja

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7

Waktu
18
3.3 Rumusan Pengendalian Pengembangan Kawasan Industri Mineral Tembaga di Sumbawa Barat
1.1 Pengembangan Kawasan
1. Pelabuhan Benete & Labulalar Industri PT. Amman Mineral 1.1. 1 Penyusunan Rencana Detail
Kawasan Industri Beroperasi 100% Tata Ruang (Kawasan Industri)
Industri
OPERASIONAL
1.1. 2 Peraturan Daerah
Kabupaten Sumbawa Barat
1.3 Kualitas Jalan yang baik
2. Kualitas Jalan yang Baik 1.2. 1 Penguatan PLTU Sumbawa
digunakan 1.3. 1 Perawatan dan 1.2 Listrik Andal Barat
Pemeliharaan sekitar pelabuhan
3. Listrik Andal 1.2. 1.1 Pembangunan SUTET
1.3. 1.1 Peraturan Gubernur
NTB/Peraturan Pemerintah
1.2. 2 Pembangunan Gardu Induk
4. Regulasi yang mendukung 1.3. 2 Peningkatan status jalan
sekitar Pelabuhan
5. Partisipasi Masyarakat 1.2. 2.1 Pembangunan SUTET
1.3. 2.1 Peraturan Gubernur
Sekitar NTB/Peraturan Pemerintah
1.3.1.1. Penanganan Jalan Benete 1.4 Legalitas Perijinan dan Tata
6. PT. Amman Mineral Ruang
- Sejorong - Lunyuk
Industri
1.3.1.2. Penanganan Jalan Benete 1.4.1 Peraturan Daerah Kabupaten
- Simpang Negara Sumbawa Barat
7. Promosi Kawasan Industri

1.2.1.3 Kontrol Muatan


7.1 SISTEM INFORMASI
UPDATE
1.3.2.1. Peraturan Pemerintah

4.2 Perlindungan Kawasan 4.3 Pembangunan Wilayah


4.1 Kemudahan Administrasi 5.1 Tenaga Kerja Lokal
Lindung sekitar

4.1.1 Insentif 5.1.1 Penyiapan SDM


4.2.1 Disinsentif 4.3.1 CSR
Kabupaten Sumbawa Barat
4.1.1.1 Perda Kabupaten 4.2.1.1 Perda Kabupaten 4.3.1.1 Perda Kabupaten 5.1.1.1 Pelatihan Kerja
Sumbawa Barat Sumbawa Barat Sumbawa Barat
19
Kesimpulan dan Rekomendasi
4.1 Kesimpulan
Laporan ini menyimpulkan: • Penuntasan persoalan pengalihan dan pemindahan aset
1. Pembangunan kawasan industri pengolahan bijih tembaga di Pelabuhan Benete dan Pelabuhan Labulalar perlu dilakukan
Batu Hijau di Kabupaten Sumbawa Barat mempunyai potensi
segera, mengingat kondisi Pelabuhan Labulalar saat ini sudah
ekonomi besar. Kemanfaatan ekonomi besar diperkirakan akan
banyak diterima oleh pihak pengelola industri dan masyarakat dapat digunakan namun, tidak dapat operasionalisasi dengan
sekitar. optimal. Merupakan kewenangan Pemerintah Pusat Ditjen
2. Pembangunan kawasan industri pengolahan bijih tembaga di Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan.
Sumbawa Barat diperkirakan akan dapat meningkatkan daya beli • Oleh sebab itu Kementerian PPN/Bappenas perlu
masyarakat lokal. mempertemukan para pihak dalam penentuan pengalihan dan
pemindahan asset serta penerbitan regulasi terkait.

4.2 Rekomendasi
Kedua, Kementerian PPN/Bappenas perlu mendorong Kementerian
Perhubungan guna percepatan pembangunan:
Laporan ini merekomendasikan:
(1)Usulan Proyek Regulasi = Peningkatan status pelabuhan.
Pertama, Kementerian PPN/Bappenas perlu mendorong
(2)Peningkatan Kerjasama = pengelolaan.
penanganan prioritas untuk Pelabuhan Benete & Pelabuhan
Percepatan kedua usulan proyek regulasi tersebut dibutuhkan agar:
Labulalar. Dalam rangka percepatan penanganan Proyek
• Aktivitas PT. Amman Mineral Industri dan rencana pembangunan
Pelabuhan Benete dan Pelabuhan Labulalar agar difokuskan
Smelter Emas bila sudah berjalan pada 2018 tidak mengganggu
pada:
masyarakat local dalam memanfaatkan fungsi pelabuhan
• Proyek Penanganan Pelabuhan Benete dan Pelabuhan
tersebut.
Labulalar saat ini merupakan kegiatan pemindahan fungsi
• Semakin meningkatkan aktivitas bongkar muat di Pelabuhan
pelabuhan dari Benete ke Labulalar, membutuhkan regulasi
Benete dapat menurunkan biaya logistik yang menjadi beban
pengalihan dan pemindahan asset dari Kementerian
pelaku industri pengolahan.
Perhubungan ke Pemerintah Daerah Sumbawa Barat (karena
di Pelabuhan Benete terdapat aktivitas operasional pelabuhan
khusus untuk pertambangan). Solusinya adalah segera
mempertemukan Ditjen Perhubungan Laut, Kementerian
Perhubungan dan Pemerintah Daerah Sumbawa Barat.

21
Rencana Pengendalian Proyek-proyek Pendukung Kawasan
4.2 Rekomendasi 4.3 Industri Pengolahan Bijih Tembaga

Ketiga, Kementerian PPN/Bappenas perlu mendorong Kementerian Guna mengimplementasikan rekomendasi, maka dalam laporan ini
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk meningkatkan disusun Rencana Pengendalian Proyek-proyek Pendukung
status beberapa ruas jalan kabupaten dan memberikan dukungan Pengembangan Kawasan Industri Pengolahan Bijih Tembaga di
Sumbawa Barat.
DAK Infrastruktur agar Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa
• Rencana Pengembangan Kawasan mengacu kepada Rencana
Barat dapat merasakan adanya kontribusi dukungan dari Pembangunan dan Rencana Tata Ruang (statutory) yang selaras
Pemerintah Pusat. Masyarakat lokal banyak menggantungkan diri yang dijabarkan ke dalam siteplan dan DED sebagai panduan
pada pekerjaan sebagai buruh di PT. Amman Mineral Industri. konstruksi, sehingga proyek-proyek dapat terintegrasi secara
spasial mendukung tematik Pengembangan Kawasan Industri
Keempat, Kementerian PPN/Bappenas perlu mendorong Pengolahan Bijih Tembaga.
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat beserta Kabupaten
Sumbawa Barat, Sumbawa, dan Lombok Timur segera bersama-
sama menyusun kebijakan pengembangan SDM lokal dengan cara
menyusun program kerja terintegrasi Balai Latihan Kerja khusus
untuk mempersiapkan masyarakat lokal terlatih dan terampil
sehingga mempunyai daya saing tinggi untuk bekerja sesuai dengan
kebutuhan tenaga kerja di Kawasan Industri tersebut.

22
4.3 Rencana Pengendalian Proyek-proyek Pendukung Pengembangan Kawasan Industri Tembaga di Sumbawa Barat
Dana
No Nama Kegiatan (Rp COD Progress Status (2017) Hasil Identifikasi Upaya Tindak Lanjut Penanggung Jawab
Miliar)
1 PLTU 2x7 MW 198,5 Tahun 70% • Insulation Boiler Unit #1 setelah • Kurangnya Manpower • Mengoptimalkan Ditjen
PLN Sumbawa 2017-2018 Hydrotest terutama untuk pekerjaan manpower yang ada Ketenagalistrikan,
Barat • Pekerjaan instalasi WTP, Main Mekanikal dan Elektrikal dengan material yang ada KEMENTERIAN
Steam Pipe, Lube Oil Pipe. untuk mempercepat di lapangan. ENERGI DAN
• Individual Test Switchyard 70kV. penyelesaian proyek. • Menginstruksikan SUMBER DAYA
• Erection Turbin Generator Unit #1. • Tidak direkomendasikannya kontraktor untuk segera MINERAL
• Pekerjaan water way. izin pemanfaatan ruang menambah manpower
• Commisioning Agustus 2017 untuk pembangunan dan membantu
pelabuhan khusus batubara pengurusan perijinan TKA
PLTU Sumbawa Barat 2x7MW untuk memperlancar
oleh BKPRD Kab. Sumbawa administrasi ijin kerja di
Barat karena tidak sesuai site.
dengan RTRW. • Saat ini engineer china di
site berjumlah 16 orang,
dan akan menambah 9
orang di pertengahan
bulan Mei 2017
2 Waduk Bintang 1.011,92 Tahun 28,05% Total biaya yang dibutuhkan untuk • Longsoran tebing atas shaft • Melakukan pekerjaan Ditjen Sumber Daya
Bano (Sumbawa 2019 pembangunan Bendungan Bintang • Cuaca (Hujan) - Banjir pembersihan material Air, KEMENTERIAN
Barat, NTB) Bano dan supervisi konstruksi sesuai • Jam Kerja alat tidak maksimal longsoran dan galian PEKERJAAN UMUM
dengan nilai yang terkontrak adalah • Jumlah alat kurang serta proteksi tebing DAN PERUMAHAN
sebesar Rp. 915.045.000.000,- menggunakan shortcrete RAKYAT
dengan rincian sebagai berikut: • Pengalihan pekerjaan
• Paket I, Pembangunan yang tidak terhambat
Bendungan Utama dengan nilai oleh hujan dan banjir
Kontrak sebesar Rp. • Diberlakukan lembur /
667.711.002.000,- long shift
• Paket II, Pembangunan Spillway
dengan nilai Kontrak Rp.
209.000.001.000,-
• Paket III, Konsultan Supervisi
Pembangunan Bendungan
Bintang Bano di KSB dengan nilai
Kontrak Rp. 37.004.583.000,-
Sumber: RPJMN 2015-2019, TIM SPPEPP BAPPENAS (diolah 2017)
23
4.3 Rencana Pengendalian Proyek-proyek Pendukung Pengembangan Kawasan Industri Tembaga di Sumbawa Barat

Dana
No Nama Kegiatan (Rp COD Progress Status (2017) Hasil Identifikasi Upaya Tindak Lanjut Penanggung Jawab
Miliar)
3 Jalan Benete - 136,0 Tahun 100% Sudah Termanfaatkan Dilaksanakan oleh Balai Sudah dilakukan koordinasi Ditjen Bina Marga,
Sejorong - Lunyuk 2015-2019 Pelaksanaan (IX) Mataram: intensif antara Pemerintah KEMENTERIAN
• Sudah 4 sampai 5 tahun yang Daerah dengan Balai PEKERJAAN UMUM
lalu ditangani Pelaksanaan (IX) Mataram. DAN PERUMAHAN
• Dulu jalan strategis nasional RAKYAT
(merupakan jalan provinsi)
• Ada 12 km yang belum
ditangani, namun (bisa
dianggarakan ke Provinsi
NTB)
4 Jalan Benete - 7,5 Tahun 100% Sudah Termanfaatkan Terbagi dari beberapa ruas: 1. Sudah dilakukan Ditjen Bina Marga,
Simpang Negara 2015-2019 simpang negara tano, ruas: 2 pembahasan internal KEMENTERIAN
jereweh, dan ruas: 3 jereweh- Pemerintah Kabupaten PEKERJAAN UMUM
benete. Kondisi ruas jalan relativ Sumbawa Barat dengan DAN PERUMAHAN
bagus. Terus dilakukan program Pemerintah Provinsi. RAKYAT
pemeliharanaan, baik untuk
pelebaran maupun perawatan.
Ada beberapa hal yang sudah
disampaikan ke Provinsi:
Simpang Negara - Pelabuhan
Tano. khusus untuk pelabuhan
Tano diusulkan menjadi 4 lajur.
(belum jelas lahan ) dari KSB -->
Pemda sudah sosialisasi dan
Pemda KSB hanya butuh profil
batasan wilayah. (desain dan
struktur pendaan sudah siap).
Sumber: RPJMN 2015-2019, TIM SPPEPP BAPPENAS (diolah 2017)

24
4.3 Rencana Pengendalian Proyek-proyek Pendukung Pengembangan Kawasan Industri Tembaga di Sumbawa Barat

Dana
No Nama Kegiatan (Rp COD Progress Status (2017) Hasil Identifikasi Upaya Tindak Lanjut Penanggung Jawab
Miliar)
5 Pelabuhan Tahun On- Dalam Tahap Pelaksanaan Pelabuhan Benete sudah Dokumen-dokumen sudah Ditjen Perhubungan
Benete 2015-2019 Progress terdapat Pelabuhan Khusus. Dan disiapkan untuk merubah Laut, KEMENTERIAN
Pelabuhan Umum yang dikelola fungsi Pelabuhan Labulalar. PERHUBUNGAN
Unit Penyelenggara Pelabuhan Ada Komitmen dari PT Aman
Benete (Aset Milik Kemenhub). Mineral Nusa Tenggara.
Berkaitan dengan Pembangunan
Pelabuhan Lalar --> akan
digunakan untuk Umum dan
digunakan khusus untuk suplay
PLN dalam bongkar muat
Batubara. (status regional
umum) (Khusus--> Internasional)
6 Pelabuhan Tahun On- Dalam Tahap Pelaksanaan Ada 2 dermaga beroperasi --> Ditjen Perhubungan
Penyeberangan 2015-2019 Progress mungkin untuk pengembangan Laut, KEMENTERIAN
Plesengan di dan antisipasi peningkatan PERHUBUNGAN
Pelabuhan kapasitas.
Pototano
7 Penanganan Tahun On- Dalam Tahap Pelaksanaan Sampai sekarang belum pernah Dalam renja 2018 akan Ditjen Cipta Karya,
Kumuh Perkotaan 2015-2019 Progress menangani masalah penanganan dialokasikan (800 juta) utk KEMENTERIAN
Kab. Sumbawa kumuh. Karena belum memiliki kegiatan pencegahan dan PEKERJAAN UMUM
Barat dokumen penanganan kumuh pengananan kawasan DAN PERUMAHAN
sebagaimana kebijakan pusat kumuh, dilanjutkan RAKYAT
(RP2KPKP). penyusunan DED
Penanganan Kumuh sampai
2019. (fisik 2019 bisa
dilaksanakan). dari KEMEN
PU --> hanya bisa menangani
yang kapasitas 15 Ha. KSB
selama ini melaksanakan
sebagaimana ketentuan
Bappenas --> arahan dari Dit
Perkim.
8 RTRW Kabupaten Tahun 100% Dalam Tahap Pelaksanaan Diperlukan penyesuian RDTR Akan diadakan Rapat Khusus KEMENTERIAN
Sumbawa Barat 2015-2019 terkait usulan pengembangan untuk pembahasan Integrasi AGRARIA DAN TATA
Kawasan Industri Mineral di Kebijakan Pengembangan RUANG/BPN
Kabupaten ini. Kawasan Industri Mineral
Emas. 25
5
Praktek dan Simulasi
Praktek dan Simulasi

• Data proyek
• Excel
• Laptop

194

Anda mungkin juga menyukai