Anda di halaman 1dari 281

BUKU AJAR

GOVERNANCE
DIGITAL

Beltahmamero Simamora, S.IP., MPA

PENERBIT

UMA Press
GOVERNANCE DIGITAL
ISBN : 978-623-8183-01-2

Penulis

Beltahmamero Simamora, S.IP., MPA

Editor : Ikbar Pratama, SE, M.Sc


Penata Letak : PGHC
Design Cover : Yovie Prasetio, S.Kom
Cetakan Pertama, 2023

Diterbitkan Oleh UMA Press


Jl. Kolam No.1 Medan Estate
Medan – 20223, Indonesia
Telp : (061) 73668878, 7360168
Fax : (061)7368012
Email : umapress014@gmail.com
Website : https://umapress.uma.ac.id/

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan
cara apapun, termasuk dengan cara penggunaan mesin
fotocopy tanpa izin tertulis dari penerbit.

1|Governance Digital
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT., karena atas
kekuatan dan izin-Nya buku ajar Digital Governance dapat
terselesaikan. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca sekalian, terutama bagi mahasiswa Universitas
Medan Area sebagai bahan bacaan guna menambah wawasan
dalam penguasaan materi dalam konteks Digital Governance
dan juga dalam meningkatkan literasi membaca. Buku ini
merupakan buku ajar matakuliah Digital Governance. Buku
ini berisikan penjelasan secara sederhana mengenai teori serta
pengaplikasian konsep governansi digital pada organisasi
publik yang disusun secara sederhana dan mudah dipahami.

Maka dari itu, penyusun buku ini berharap buku ini


dijadikan media atau fasilitator untuk meraih informasi
selanjutnya dan utuh terkait Governance Digital. Demikian,
semoga Allah membuka pintu hati kita dengan limpahan
rahmat, cinta dan kasihNya. Amin..

Medan, 29 Januari 2023

Penulis

i|Governance Digital
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR I

DAFTAR ISI II

DAFTAR TABEL VIII

DAFTAR GAMBAR IX

SINOPSIS X

BAB I PENGEMBANGAN ICT DALAM SEKTOR


PUBLIK 1

A. Pemerintah dan Teknologi 1

B. Inovasi ICT di Indonesia 5

C. Peluang dan Tantangan Pengembangan E-Government 8

D. Best Practice Penerapan e-Government di Indonesia 21

E. Elemen dalam Pengembangan E-government 24

F. Faktor Implementasi E-Government 31

G. Rangkuman 33

H. Soal Latihan 34

BAB II PERKEMBANGAN E-GOVERNMENT 35

A. Pengembangan E-Government 35

ii | G o v e r n a n c e D i g i t a l
B. Revolusi Teknologi Informasi dan Evolusi Masyarakat
Informasi 37

C. Munculnya Tahapan E-Government 38

D. Implementasi E-Government 43

E. Model Tahapan Pengembangan E-Government 49

F. Tantangan Pemerintah di Era Internet 61

G. E-Government: Konsep Baru dari Administrasi Publik 62

H. E-Government dan Good Governance 64

I. Rangkuman 66

J. Soal Latihan 67

BAB III E-GOVERNMENT & GOOD GOVERNANCE 68

A. Pengertian E-Government 68

B. Tingkat Pengembangan E-Government 70

C. Dasar Pelaksanaan E-Government 72

D. Prinsip-Prinsip E-Government 73

E. Manfaat E-Government 75

F. Konsep Good Governance 76

G. Prinsip-Prinsip Good Governance 77

H. Rangkuman 79

I. Soal Latihan 81

iii | G o v e r n a n c e D i g i t a l
BAB IV PENGUKURAN DAN PENILAIAN TINGKAT
DIGITALISASI DALAM SEKTOR PUBLIK 82

A. Definisi Digitalisasi 82

B. Transformasi Digitalisasi 84

C. Manfaat Digitalisasi 89

D. Pengukuran dan Penilaian Digitalisasi dalam sektor Publik


95

E. Rangkuman 106

F. Soal Latihan 107

BAB V ANALISA BERBAGAI MEDIA PARTISIPASI


MASYARAKAT 109

A. Partisipasi Masyarakat 109

B. Motivasi Partisipasi Masyarakat 113

C. E-Participation 115

D. Media 116

E. Media Sosial 119

F. Karakteristik Dan Tujuan Media Sosial 124

G. Pengaruh Media Sosial terhadap Pemerintahan yang Baik


(Good Governance) 132

H. Optimalisasi Media Sosial Untuk Mencapai Good


Governance 133

I. Rangkuman 145

iv | G o v e r n a n c e D i g i t a l
J. Soal Latihan 148

BAB VI PENINGKATAN KINERJA ORGANISASI


SEKTOR PUBLIK 149

A. Organisasi Sektor Publik 149

B. Kinerja Organisasi Sektor Publik 155

C. Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik 161

D. Tujuan Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik 167

E. Kendala dan Tantangan Pengukuran Kinerja Organisasi


Sektor Publik 169

F. Memperkuat Manajemen Strategis dengan Pengukuran


Kinerja Organisasi Sektor Publik 172

G. Rangkuman 175

H. Soal Latihan 177

BAB VII PEMANFAATAN ICT DALAM SMART CITY


179

A. Pengertian Smart City 179

B. Konsep Smart City d.i Beberapa Kota di Dunia 184

C. Konsep Smart City di Beberapa Kota di Indonesia 187

D. Kebijakan Pengembangan Smart City di Indonesia 193

E. Karakterisitik Smart City 196

F. Pengembangan Layanan Pada Smart City 199

v|Governance Digital
G. Pemanfataan ICT Dalam Smart City 202

H. Rangkuman 205

I. Soal Latihan 208

BAB VIII PEMANFAATAN ICT DAN KORUPSI E-


PROCOREMENT, E-BUDGETING 210

A. ICT ( Information and Communication Technology ) 210

B. E-Procorement 212

C. E-budgeting 220
Tujuan E-Budgeting 224

D. Rangkuman 228

E. Soal Latihan 228

BAB IX KERJASAMA ANTARA TINGKAT


PEMERINTAH YANG BERBEDA DALAM E-
GOVERMENT 230

A. Definisi E-Government 230

B. Kajian Praktik Penyelenggaraan, Kondisi , Serta


Permasalahan Masyarakat 237

C. Keuntungan penerapan e-government 238

D. Tujuan dan Manfaat E-Government 242

E. Rangkuman 258

F. Soal Latihan 259

vi | G o v e r n a n c e D i g i t a l
DAFTAR PUSTAKA 260

vii | G o v e r n a n c e D i g i t a l
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Manfaat E- Governnent.......................................93


Tabel 4. 2 Dimensi Dan Indikator Penilaian E-Government
Di Indonesia........................................................................104
Tabel 5. 1 Tingkat Kembalian Investasi Media Sosial
Pemerintah Pp No. 38 (2012)..............................................144
Tabel 6. 1 Karakteristik Organisasi Sektor Publik..............150

viii | G o v e r n a n c e D i g i t a l
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2. 1 TIPE E-GOVERNMENT (INDRAJIT, 2004)


...............................................................................................44
GAMBAR 2. 2 MODEL LAYNE & LEE DALAM
TAHAPAN E-GOVERNMENT...........................................52
GAMBAR 2. 3 MODEL GARTNEER GROUP DALAM
TAHAPAN E-GOVERNMENT (AS SABER, AASHISH
SRIVASTAVA AND HOSSAIN, 2006)..............................54
GAMBAR 2. 4 MODEL HILLER & BELLANGER
DALAM TAHAPAN E-GOVERNMENT...........................56
GAMBAR 2. 5 MODEL DELLAITE & TOUCH DALAM
TAHAPAN E-GOVERNMENT...........................................59
GAMBAR 3. 1 PRINSIP GOOD GOVERNANCE...............77
GAMBAR 4. 1 DEFINISI PERINGKATAN E-
GOVERNMENT INDONESIA (PEGI)...............................104
GAMBAR 5. 1 METODE POST DALAM PEDOMAN
PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL INSTANSI
PEMERINTAH NO. 83 (2012)..........................................136

ix | G o v e r n a n c e D i g i t a l
SINOPSIS

Buku Governannce Digital ini disusun berdasarkan


RPS pada mata kuliah Governance Digital, yang diwajibkan
bagi mahasiswa pada program studi Administrasi Publik.
Governance Digital adalah mata kuliah wajib yang ditempuh
dengan bebab 2 sks. Mata Kuliah ini, memberikan
pemahaman tentang konsep governansi digital pada
organisasi publik. Dengan capaian pembelajaran :

1. Mampu menjelaskan pengembangan ICT dalam sector


public
2. Mampu memahami perkembangan e-government ke e-
governance
3. Mampu menjelaskan prinsip-prinsip dari digital
government
4. Mampu menguraikan pengkukuran dari penilaian
tingkat digitalisasi dalam sektor public
5. Mampu menganalisis berbagai media partisipasi
masyarakat
6. Mampu memberi argumentasi pemanfaatan ICT dan
korupsi e-procurement, e-budgeting
7. Mampu memberi argumentasi kerjasama antara tingkat
pemerintah yang berbeda dalam e-government

x|Governance Digital
Sasaran kompetensi mata kuliah ini adalah menerapkan
pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam konteks
pengembangan atau implementasi ilmu pegetahuan dan
teknologi serta menerapkan nilai humaniora yang sesuai
dengan bidang keahliannya.

xi | G o v e r n a n c e D i g i t a l
BAB I
Pengembangan ICT dalam Sektor Publik

A. Pemerintah dan Teknologi

Dalam dunia global dorongan teknologi hari ini dengan


cepat menjadi pusat dari paradigma pembangunan
pemerintah. Potensi teknologi baru dalam mengubah cara
pemerintah beroperasi semakin diakui. Penggunaan teknologi
informasi (TI) oleh pemerintah sekarang lebih mapan,
menjadi bagian integral dari bagaimana pemerintah
melakukan bisnis. Dari hari-hari awal tugas pengolahan
massa di daerah seperti mengumpulkan statistik nasional,
penggunaan TI oleh pemerintah telah melebar untuk
mencakup berbagai teknologi dan aplikasi. Memotong TI di
semua sektor pemerintahan untuk membawa efisiensi dan
kesempatan yang lebih besar dari semua layanan
kesejahteraan sosial untuk tenaga kerja dan perdagangan, dan
dari partisipasi masyarakat menuju demokrasi.

Sebuah visi yang jelas, didorong oleh penggunaan dari


Internet yang lebih berkembang menunjukkan bahwa hal itu
bisa memberikan Korea keunggulan kompetitif utama dalam
ekonomi global. Hal ini juga menunjukkan bagaimana e-
government dapat meningkatkan produktivitas nasional.

1|Governance Digital
Karena itu mengartikulasikan tiga tujuan tertentu. Pertama
adalah untuk meningkatkan efektivitas individu dengan
mengurangi kelebihan beban administrasi. Ini melibatkan
penyiapan satu jendela ke sumber daya pemerintah
didistribusikan sehingga, misalnya, anggota masyarakat dapat
memperbarui paspor dengan satu perjalanan ke kantor
pemerintah daripada harus mengunjungi beberapa kantor
untuk menyusun beberapa dokumen seperti sertifikat
kewarganegaraan dan bukti alamat untuk dibawa ke kantor
untuk diproses manual.

Kuncinya adalah bahwa kemungkinan mengejutkan


setelah semua database pemerintah telah dikaitkan muncul
yang tidak hanya berkaitan dengan pelayanan administrasi.
Informasi sistem berbagi menyediakan platform yang
berbagai database otentik diakses oleh instansi pemerintah
memungkinkan pemerintah untuk tampil secara online
sebagai satu kesatuan. Sehingga sangat penting untuk
membuat jelas dari awal bahwa meskipun e-government
terutama tentang administrasi digital, ia memiliki kekuatan
untuk memperpanjang jauh lebih dalam ke dalam kehidupan
sehari-hari dari yang dibayangkan.

Portal live-event, salah satu contoh yang rinci di bagian


G4C dapat dirancang untuk memanusiakan proses birokrasi.
Dengan menawarkan akses langsung ke bentuk, kriteria
2|Governance Digital
aplikasi, dan kontak yang relevan, portal acara hidup dapat
mengurangi kompleksitas layanan pemerintah untuk
mengubah fungsi situs web pemerintah dari presentasi
sederhana informasi untuk persembahan layanan yang
lengkap tanpa hambatan. Tujuan kedua adalah untuk
memberikan dukungan untuk bisnis. Ini berarti mendukung
start up dan R & D, membina sumber daya manusia, dan
melaksanakan reformasi hukum. Hal ini juga melibatkan
fine-tuning standar untuk e-bisnis, memperluas dan
meningkatkan transaksi elektronik dan menciptakan pasar
online yang aman. Akhirnya, egovernment harus membantu
dengan proses pemerintah sendiri. Administrasi dengan
peningkatan produktivitas, transparansi dan demokrasi
tuntutan publik. Tuntutan ini akan puas dengan pemerintahan
yang paperless, meningkatkan produktivitas, dan efisiensi
dalam pelayanan publik yang kembali alur kerja untuk
mengambil keuntungan dari teknologi.

Inti dari e-government adalah untuk mengubah


administrasi publik untuk berinovasi hubungan internal dan
eksternal dengan bantuan teknologi elektronik. Hal ini
menyebabkan titik paling penting: tanpa melupakan fakta
bahwa penekanan dalam e-government harus pada
'pemerintah' dan bukan pada 'e' (OECD, 2003). Setelah titik
ini, masalah e-government ditempatkan dalam konteks

3|Governance Digital
reformasi manajemen publik nasional dan inisiatif
pemerintahan yang baik. Ingat bahwa inisiatif egovernment
pada awalnya dilakukan di bawah kepemimpinan mantan
Wakil Presiden AS Al Gore yang mencoba untuk
menemukan kembali pemerintah melalui aplikasi teknologi
informasi.

Isu-isu inovasi pemerintah telah mengerucut sejak


latihan awal aplikasi TI ke dalam administrasi publik bahkan
melalui dampak yang sebenarnya pada proses pemerintah
meski masih bekerja sangat lambat ketika diintrodusir ke
dunia nyata. Hampir semua negara tempat tujuan inovasi
yang didasarkan atas proposal proyek TI. Sebagai contoh Di
Korea, misi dua kementerian telah didefinisikan ulang untuk
mencerminkan cita-cita ini pada akhir tahun 2003, masing-
masing bersaing dengan yang lain untuk mengatur kecepatan
dalam reformasi egovernment.

Yang pertama adalah pelayanan administrasi


pemerintah Negeri (MOGAHA) dan lainnya kementerian
informasi dan Komunikasi (MIC). Kedua kementerian
memiliki beberapa kesamaan tapi itu memutuskan untuk
menempatkan semua inisiatif e-government di bawah
bendera MOGAHA karena pada akhir hari e-government
bukan tentang inovasi teknis, tapi ini adalah tentang
reformasi pemerintah. Dikatakan bahwa ini adalah
4|Governance Digital
pendekatan yang tepat sebagai perspektif kearah perubahan.
Ada kebutuhan untuk melampaui agenda teknis dan fokus
pada menempatkan warga di pusat proses administrasi. Ini
disadari betul pada saat yang sama bahwa itu bukan hanya
tentang bagaimana mengatur, tetapi tentang seberapa baik
untuk memerintah.

B. Inovasi ICT di Indonesia

Pentingnya inovasi teknologi informasi dalam


penyelenggaraan pelayanan publik di tubuh pemerintah
Indonesia sudah disadari sejak awal. Berbagai lembaga
pemerintah seakan berlomba untuk meluncurkan web atau
situs pelayanannya masing-masing. Walaupun demikian
masih sangat sedikit yang bersifat interaktif. Kebanyakan
hanya menampilkan informasi yang bersifat statis. Teknologi
informasi sebenarnya mulai mendapat perhatian pemerintah,
apalagi dengan dibentuknya Kementerian Kominfo yang
sedianya menjadi penggerak kebijakan informasi dan
komunikasi di negara ini. Namun demikian, dalam
prakteknya banyak kendala yang masih terjadi. Beberapa
masalah lain seputar implementasi ICT di lembaga
pemerintah adalah:

5|Governance Digital
1. Masalah Trust dan Legitimasi
Contoh kasus yang jelas untuk masalah ini adalah TI
KPU. Penyelenggaraan Pemilu di Indonesia telah
melibatkan TI sejak tahun 2004. Walaupun metode
pencoblosan masih bersifat manual, namun penghitungan
suara dari mulai tingkat kecamatan sudah diproses secara
elektronik, dan dikompilasi secara nasional. Kenyataannya
data TI KPU yang online, cepat dan sangat up-to-date
tidak serta merta menjadi dasar perhitungan yang diakui
secara hukum untuk menentukan pemenang Pemilu.
Penghitungan manual dari mulai di tingkat daerah sampai
secara nasional yang memakan waktu berminggu-minggu
justru masih dipercaya.

2. Masalah Willingness dan Akuntabilitas

Persoalan pelayanan pelabuhan yang buruk sampai


sekarang belum bisa diatasi hanya karena willingness yang
lemah dari para pengambil keputusan. Pelayanan
kepelabuhan saat ini belum bisa menyatukan pelayanan
yang terintegrasi dalam satu pintu pelayanan. Sehingga
ketika ada brang yang akan masuk memerlukan waktu dan
biaya yang relatif tinggi dibandingkan dengan pelayanan
sejenis di negara tetangga. Rencana implementasi TI yang
mampu menyatukan dan menyederhanakan pelayanan
ternyata tidak mendapat dukungan dari para pengambil
6|Governance Digital
keputusan. Karena praktekpraktek pelayanan manual
selama ini dianggap masih mampu mengimbangi tuntutan
pelayanan. Terlebih pelayanan manual pada kondisi saat
ini juga secara langsung “menghidupi” banyak orang.

3. Masalah Infrastruktur
Infrastruktur informasi di Indonesia masih jauh dari
memadai. Jangankan untuk sebuah blueprint TI nasional,
untuk memenuhi kualifikasi teknis minimum pun
sepertinya masih jauh dari harapan. Salah satu upaya yang
harus dilakukan adalah menyempitkan kesenjangan
pembangunan infrastruktur telekomunikasi di perkotaan
dengan pedesaan atau kawasan barat dan timur Indonesia.

4. Masalah Literasi dan Gagap Teknologi (Digital Divide)


Masyarakat Indonesia pada umumnya belum
terbiasa benar dengan sistem pelayanan yang serba online.
Tingkat pendidikan masyarakat yang rata-rata belum
tinggi menyebabkan hanya sedikit saja dari masyarakat
yang benarbenar terkoneksi dan mengenal TI, yang
sebagian besar tinggal di perkotaan. Sementara di level
pengguna TI yang mahir atau profesional, terbuka peluang
penyalahgunaan seperti terjadinya beberapa kejahatan
cyber.

7|Governance Digital
5. Masalah Akses dan Daya Beli

Selain karena keterbatasan akses internet, juga


karena biaya akses yang relatif masih tinggi untuk ukuran
daya beli masyarakat. Permasalahan biaya akses yang
tidak seimbang dengan daya beli masyarakat yang rendah
adalah fenomena umum di negara berkembang. Hal
berbeda justru terjadi sebaliknya di negara maju, dimana
daya beli masyarakat relatif tinggi, tetapi biaya akses
sangat rendah, atau bahkan gratis.

C. Peluang dan Tantangan Pengembangan E-


Government

E-government adalah salah satu peluang bagi


permerintah, swasta dan masyarakat untuk menjalankan
manajemen pemerintahan yang baik. Selain itu juga dengan
pemanfaatan e-government dalam manajemen pemerintahan,
hakhak masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang
berkualitas akan terpenuhi.

Ada beberapa manfaat yang diperoleh dengan


penggunaan e-government. Indrajit (2011) menyatakan
beberapa manfaat dari e-government yaitu :

a. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada


para stakeholdernya (masyarakat, kalangan bisnis, dan

8|Governance Digital
industri) terutama dalam hal kinerja efektivitas dan
efisiensi diberbagai bidang kehidupan bernegara.
b. Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas
penyelenggaraan pemerintah dalam rangka pencapaian
konsep good government.
c. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi,
relasi, dan interaksi yang dikeluaran pemerintah
maupun stakeholdernya untuk keperluan aktivitas
sehari-hari.
d. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk
mendapatkan sumbersumber pendapatan baru melalui
interaksinya dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
e. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang
dapat secara tepat menjawab berbagai permasalahan
yang dihadapi sejalan dengan berbagai perubahan
global dan trend yang ada
f. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain
sebagai mitra pemerintah dalam proses pengambilan
berbagai kebijakan publik secara merata dan
demokratis.
g. Menciptakan masyarakat berbasis komunikasi
informasi yang lebih berkualitas.

Dari pendapat Indrajit dapat disimpulkan bahwa dengan


e-government, maka kualitas pelayanan yang diberikan

9|Governance Digital
pemerintah kepada masyarakat menjadi lebih cepat, tepat,
efsisien dan efektif.

Selanjutnya, Sutarman (2009) menyatakan manfaat


penerapan e-government dalam suatu organisasi yaitu :
a. Meningkatnya kompleksitas dari tugas manajemen
b. Pengaruh ekonomi internasional (globalisasi)
c. Perlunya waktu tanggap (response time) yang lebih
cepat
d. Tekanan akibat dari persaingan bisnis.

Sejalan dengan pendapat Sutarman, Campo (2002)


menyatakan beberapa keuntungan bagi implementasi e-
government adalah :

a. Biaya administrasi yang lebih murah (low


administrative cost)
b. Respons terhadap permintaan dan keluhan masyarakat
yang lebih cepat dan tepat (faster and more accurate
response)
c. Memudahkan akses ke semua departemen dan level
pemerintah di berbagai daerah (access to all
department and levels)
d. Meningkatkan kapabilitas pemerintah (better
government capacity)

10 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
e. Mendorong ekonomi local dan nasional melalui
penyediaan fasilitas interface pemerintah-pengusaha
(assistance to local and national economics)

Adapun dimensi yang dapat diperoleh dari


pemanfaatkan e-government menurut Misuraca (2007)
adalah:
a. Dimensi Ekonomi yaitu mengurangi biaya transaksi
untuk kapasitas yang lebih baik dengan target
pelayanan, peningkatan cakupan dan kualitas
penyampaian pelayanan, meningkatkan kapasitas
respon dalam mengatasi permasalahan isu-isu
kemiskinan dan meningkatkan pendapatan
b. Dimensi Sosial yaitu cakupan beragam mulai dari
penciptaan lapangan kerja di sektor ketiga, peningkatan
sistem pendidikan dan kesehatan, penargetan yang
lebih baik atas pelayanan pemerintah, peningkatan
kapasitas dalam penyediaan keselamatan dan
keamanan.
c. Dimensi Pemerintahan yaitu meningkatkan tercapainya
good governance dalam hal peningkatan keterbukaan,
transparansi, akuntabel atau demokratis dibandingkan
pemerintahan yang konvensional. Selain itu juga e-
government dapat meningkatkan partisipasi
masyarakat.

11 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Berkaitan dengan peluang pengembangan e-
government, Mustopadijaya (2003) menyatakan e-
government diperlukan karena jawaban atas perubahan
lingkungan strategik yang menuntut administrasi negara yang
efisien dan efektif, berorientasi pada publik, transparan dan
akuntabel. Jika dilihat dari pendapat para ahli tentang
manfaat penggunaan e-government, maka dapat dinyatakan
bahwa peluang yang akan diperoleh pemerintah, masyarakat
dan dunia usaha (swasta) adalah sebagai berikut :

a. Meningkatnya pengetahuan pemerintah, swasta dan


masyarakat tentang teknologi informasi dan
komunikasi.
Dengan pemanfaatan e-government, maka mau tidak
mau masyarakat dan dunia usaha (swasta) akan terus
berusaha untuk belajar dan meningkatkan pengetahuan
dan keterampilannya dalam rangka cara mengakses dan
memanfaatkan e-government. Demikian halnya dengan
pemerintah juga akan terus belajar (learning by doing)
sarana dan prasarana e-government agar semakin canggih,
lebih simpel dan lebih gampang diakses oleh masyarakat
dan dunia usaha.
b. Menghindarkan diskriminasi pelayanan
Salah satu tugas pemerintah adalah memberikan
pelayanan yang berkualitas kepada semua orang tanpa

12 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
diskriminasi. Oleh karena itu dengan pemanfaatan
egovernment, maka tugas pemerintah menghindari
diskriminasi setiap warga negara. Masyarakat akan tetap
dilayani dengan baik tanpa pandang bulu (suku, agama,
ras dan aliran).
c. Terlaksananya prinsip-prinsip good governance
Prinsip-prinsip good governance menurut UNDP
adalah participation, rule of law, transparancy,
responsiveness, concencus orientation, equity,
efectiveness dan efficiency, accountability, dan strategic
vision. Prinsip-prinsip ini semua akan terpenuhi dengan
pemanfaatan e-government.
d. Menurunnya angka korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN)
Sebelum era good governance di Indonesia angka
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) menunjukkan angka
yang relatif besar. Namun sejak penggunaan egovernment,
maka praktek KKN bisa dicegah atau dieliminir.
Penerapan egovernment akan membentengi pemerintah
untuk selalu mengikuti standar operasional prosedur
(SOP). Data dan informasi sifatnya terbuka (open
management) kepada semua orang. Dengan e-government
pula masyarakat akan dapat melakukan pengawasan

13 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
(social control) terhadap pemerintah khususnya dengan
penerapan e-planning dan e-budgetting.
e. Meningkatkan kerja sama dan koordinasi antar
sektor/bagian.
Pada dasarnya e-government merupakan suatu
sistem. Komponen-komponen atau bagian-bagian yang
turut berperan dalam pelaksanaan e-government harus
saling terkait (berhubungan) antara satu bagian dengan
bagian lainnya. Hal ini membutuhkan kerja sama atau
koordinasi satu sama lain. Ketiadaan kerja sama atau
koordinasi mengakibatkan implementasi e-government
tidak dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh
karena itu dengan implementasi egovernment akan dapat
meningkatkan kualitas kerja sama dan koordinasi antar
bagian.
f. Mempercepat tercapainya tujuan negara yaitu
meningkatkan masyarakat yang adil dan makmur.
Tujuan negara Republik Indonesia adalah
menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Adil dan
makmur dalam hal ini terpenuhinya kebutuhan fisik
maupun nonfisik dari masyarakat secara keseluruhan.
Tujuan ini akan dapat tercapai dengan baik melalui
pemanfaatan e-government yang ajek dan kontinyu.
Walaupun banyak peluang positif yaitu manfaat yang akan

14 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
diperoleh pemerintah, masyarakat dan dunia usaha dengan
pemanfaatan e-government, namun ada beberapa
tantangan yang tidak boleh dipandang sebelah mata.
Tantangan ini harus dapat dieliminir atau bahkan dicegah
atau dihindari agar implementasi e-government dapat
terlaksana dengan baik.
Beberapa tantangan yang harus dihadapi pemerintah
dalam menerapkan egovernment antara lain adalah :

a. Terbatasnya kemampuan dan keterampilan sumber


daya manusia (SDM) pemerintah dalam
mengoperasikan e-government.
E-government adalah pemanfaatan teknologi
informasi komunikasi yang masih relatif baru dalam
manajemen pemerintahan. Di sisi lain, kemampuan dan
keterampilan SDM atau aparatur sipil negara (ASN) dalam
menjalankan egovernment di sektor pemerintah masih
relatif sedikit. Berbeda halnya dengan SDM di sektor
swasta yang sudah sejak awal bahkan sejak rekrutmen
dimulai sudah mengharuskan dan sudah menjadi syarat
SDM nya memiliki kemampuan dan keterampilan dalam
menggunakan teknologi informasi. Hal ini tentu akan
menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah agar mau
meningkatkan kemampuan dan keterampilan SDM atau

15 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
ASN dalam memanfaatkan egovernment baik melalui
pelatihan formal maupun informal ataupun secara mandiri.
b. Budaya organisasi yang belum mendukung.
Budaya organisasi adalah pola tingkah laku serta
nilai-nilai yang dijadikan pedoman bagi SDM dalam
menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Semakin
diterapkan budaya organisasi yang mengharuskan
pelaksanaan e-government dalam manajemen
pemerintahan, maka akan semakin baik pelaksanaan
egovernment dan sebaliknya.
Namun dalam prakteknya belum semua
pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di daerah
menjalankan egovernment, kalaupun ada masih setengah
hati menjalankannya. Sebaikya budaya organisasi
pemerintahan baik di pusat maupun di daerah
mengharuskan implementasi e-government. Ini tentu
menjadi tantangan pemerintah agar membuat peraturan
pemerintah atau peraturan daerah yang mengikat agar
semua organisasi pemerintahan melaksanan e-government.
Menurut Dwiyanto (2005) orientasi pelayanan hanya akan
dapat dikembangkan apabila budaya kekuasaan yang
selama ini berkembang di dalam birokrasi digusur dengan
budaya pelayanan.
c. Biaya penggunaannya yang masih relatif mahal.

16 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Perangkat e-government untuk tahap pertama tentu
membutuhkan biaya operasional yang relatif mahal untuk
membelinya. Namun, jika dibandingkan dengan manfaat
selanjutnya bagi pemerintah peningkatan kualitas
pelayanan kepada masyarakat, maka biaya tersebut tidaklah
besar. Oleh karena itu implementasi e-governmenmt
menjadi tantangan bagi pemerintah agar mau
mengalokasikan dana APBD untuk pengadaan e-
governmennt.
d. Terbatasnya sarana dan prasarana teknologi informasi.
Teknologi informasi dan komunikasi adalah alat
utama bagi implementasi egovernment. Sarana prasana
pengadaan teknologi informasi dan komunikasi tentulah
membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Ini akan menjadi
tantangan bagi pemerintah dalam rangka pengadaannya
secara besar-besaran. Oleh karena itu pemerintah akan
secara bertahap memperlengkapi kualitas sarana prasarana
teknologi informasi dan komunikasi e-government
sehingga menjadi sempurna dan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
e. Kurangnya komitmen pemimpin (e-leadership)
disegala lini untuk menjalankan e-government.
Dalam prakteknya belum semua lembaga
pemerintah baik di pusat maupun di daerah menggunakan

17 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
e-government. Ini menunjukkan masih rendahnya
komitmen pimpinan (e-leadership) dalam menjalankan e-
government. Hal ini dapat saja disebabkan belum adanya
sanksi yang tegas bagi lembaga pemerintah yang
tidak/belum menggunakan e-government. Lebih buruk lagi
jika komitment pemerintah yang kurang perduli dengan
pentingnya pemanfaatan egovernment di pemerintahan.
f. Tuntutan pemerintah, swasta dan masyarakat akan
layanan egovernment yang semakin tinggi.
Sudah menjadi hak masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan yang berkualitas dari pemerintah. Kebutuhan
akan pelayanan pemerintah yang berkualitas dari
masyarakat semakin hari semakin banyak dan dinamis. Ini
tentu menjadi tantangan bagi pemerintah untuk
memenuhinya. Berbagai cara dilakukan pemerintah agar
dapat memberikan pelayanan yang berkualitas kepada
masyarakat.
g. Tuntutan akan koordinasi, sinkronisasi dan integrasi
antar lintas sektoral dalam pelaksanaaan e-government
yang semakin tinggi.
Implementasi e-government sangat membutuhkan
koordinasi, integrasi dan sinkronisasi antar satuan
organisasi. Ego sektoral menjadi salah satu faktor
penghambat terlaksananya koordinasi, integrasi dan

18 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
sinkronikasi dalam implementasi e-government. Ini tentu
menjadi tantangan yang harus disiasati agar jangan ada
ego sektoral, sehingga semua unsure dapat bersatu padu
dalam mewujudkan e-government.
h. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
yang semakin cepat.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
yang semakin cepat menjadikan pemerintah harus
bergerak cepat untuk mengikutinya. Kalau tidak, maka
implementasi e-government akan tertinggal atau bahkan
ditinggalkan oleh masyarakat. Ini tentu menjadi tantangan
bagi pemerintah agar selalu mengikuti perkembangan
informasi teknologi informasi dan komunikasi dalam
rangka mewujudkan e-government yang lebih berkualitas
kepada masyarakat.

Mengacu pada peluang dan tantangan implementasi e-


government yang telah diuraikan sebelumnya, maka ada
beberapa strategi yang wajib dilakukan agar implementasi e-
government dapat berjalan dengan baik antara lain sebagai
berikut.
a. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan sumber
daya manusia yaitu aparatur sipil negara (ASN) dalam
mengoperasikan egovernment. Hal ini disebabkan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

19 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
semakin cepat dan canggih. Perubahan dapat saja
terjadi bahkan dalam hitungan detik.
b. Melakukan sosialisasi tentang pentingnya implementasi
e-government di semua lini baik pemerintah pusat,
pemerintah daerah hingga ke pemerintah desa
sekalipun.
c. Meningkatkan kuantitas dan kualitas aplikasi e-
government, sehingga semakin banyak pelayanan yang
dapat dinikmati masyarakat dengan digital (online).
d. Meningkatkan kualitas jaringan teknologi informasi
(internet). Tanpa jaringan internet, maka koneksi atau
komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat
secara online tidak akan bisa terlaksana.
e. Meningkatkan komitmen pemimpin (e-leadership).
Tanpa komitmen pemimpin baik di tingkat pusat
maupun daerah/desa untuk mengimplementasikan e-
government, maka semuanya tidak ada dapat
terlaksana.
f. Membuat peraturan pemerintah atau peraturan daerah
untuk penggunaan e-government sehingga mengikat
semua pihak tanpa kecuali dengan diiringi prinsip
rewards and punishment

20 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
D. Best Practice Penerapan e-Government di
Indonesia

Meskipun tidak secanggih Belanda, sesungguhnya


egovernment bukanlah barang baru di Indonesia. Ia
diperkenalkan pertama kali di Nusantara ini pada tahun 2000
ditandai dengan dibentuknya Tim Koordinasi Telematika
Indonesia (TKTI) melalui Keputusan Presiden No.50 tahun
2000 tentang Tim Koordinasi Telematika Indonesia. Tim ini
mempunyai tugas pokok sebagaimana dijabarkan dalam
Instruksi Presiden Nomor 6 tahun 2001 tentang
Pengembangan dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia
sebagai berikut:

a. Mengkoordinasikan perencanaan dan memelopori


program aksi dan inisiatif untuk meningkatkan
perkembangan dan pendayagunaan teknologi
telematika di indonesia, serta memfasilitasi dan
memantau pelaksanaannya;
b. Memperkuat kemampuan menggalang sumber daya
yang ada di indonesia guna mendukung keberhasilan
pelaksanaan semua arah pengembangan dan
pendayagunaan teknologi telematika, serta
melaksanakan forum untuk membangun konsensus
antar pihak-pihak terkait di sektor pemerintah dan
swasta baik di tingkat internasional maupun regional,

21 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
serta mengakses pengalaman internasional dalam
mengembangkan sistem infrastruktur informasi
nasional untuk menstimulasi perkembangan telematika,
mendapatkan dukungan teknis, pembiayaan dan
dukungan lainnya secara terpadu. Sesuai Inpres nomor
6 tahun 2001 tersebut, guna menunjang pelayanan
masyarakat dengan berbasis pada teknologi informasi,
pemerintah meluncurkan program G-Online, singkatan
dari Government Online. G-Online adalah program
pemerintah untuk mensukseskan pelayanan kepada
masyarakat melalui media internet. Beberapa kelebihan
dari pelayanan yang berbasis internet adalah sebagai
berikut:
c. Transparansi, karena informasi pelayanan dapat diakses
oleh siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Informasi
yang disajikan berupa jenis layanan yang diberikan,
prosedur baku yang harus dipenuhi, serta yang paling
penting adalah adanya informasi tentang biaya yang
harus dibayarkan oleh masyarakat untuk mendapatkan
layanan tersebut; dan
d. Mengurangi kolusi, karena dengan adanya media
layanan secara online, masyarakat pengguna jasa tidak
perlu lagi bertatap muka dengan petugas pelayanan

22 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
sehingga mencegah terjadinya kesepakatan-
kesepakatan di luar ketentuan yang berlaku.

Selain itu, oleh karena informasi biaya sudah secara


transparan dapat diketahui oleh masyarakat, pembayaran pun
harus dilakukan melalui rekening resmi yang telah tersedia
sehingga masyarakat tidak perlu membayar biaya lebih dari
ketentuan yg ada. Layanan nonstop 24 jam. Layanan secara
online dapat dilakukan selama 24 jam sehari dan 7 hari dalam
seminggu tergantung pada kondisi dan situasi masing-masing
individu pengguna jasa. Efisiensi, karena pelayanan yang
dilakukan secara online akan menghemat penggunaan kertas
dan alat tulis kantor lainnya.

Saat ini, berdasarkan pemaparan Direktur egovernment


dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI,
Firmansyah Lubis, pemerintah tengah mengembangkan
Government Service Bus (GSB) untuk menghubungkan
server-server K/L/Pemda guna proses integrasi data pada
berbasis Nomor Induk Pegawai (NIP) dari Badan
Kepegawaian Negara (BKN), Nomor Induk Kependudukan
(NIK) dari server Kementerian Dalam Negeri (Kemdagri),
dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dari server
Kementerian Keuangan. Proses integrasi data ini
menggunakan aplikasi siMANTRA (Aplikasi Manajemen
Pertukaran Data Pemerintahan) dan PNSbox (Private
23 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Network Security) yang di-instal di data center K/L/D untuk
keamanan dan privasinya. Meskipun infrastruktur
interkoneksi telah disediakan oleh KemKominfo, akan tetapi
belum ada MoU antara K/L/D terkait sehingga belum dapat
dilakukan penggalian data dan informasi antar sistem guna
proses integrasinya.

E. Elemen dalam Pengembangan E-government

Berdasarkan hasil kajian Harvard JFK School of


Government dalam (Nugraha, 2018) ada beberapa elemen
sukses pengembangan E-Government dalam mencapai good
governance, antara lain:

1. Support (Dukungan)

Elemen pertama yang sangat berpengaruh dalam


mencapai kesuksesan pengembangan E-Government
adalah dukungan. Dengan adanya dukungan yang kuat
dari semua pihak maka dapat diyakini bahwa usaha
pencapaian kesuksesan dalam menjalankan e-government
dapat terwujud. Sebaliknya tanpa adanya dukungan yang
kuat dari semua pihak termasuk political will, maka
kesuksesan dalam pegimplementasian e goverment akan
sulit terwujud. Pihak-pihak yang dimaksud disini adalah
pimpinan-pimpinan yang terlibat langsung dengan

24 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
penggunaan dan pengembangan e-goverment. Biasaya
Budaya koordinasi dan birokrasi menggunakan model
manajemen top down.

Oleh karena itu, program e-government akan


berhasil jika pimpinan yang berada pada level tertinggi
telah mendukung kegiatan yang dapat mensukseskan e-
government yang dimaksud. Dukungan yang diharapkan
berupa tindakan-tindakan nyata, tidak sekedar omongan
yang dituangkan dalam konsep atau rencana kerja di atas
kertas.

Dalam elemen dukungan ini, ada beberapa faktor


yang harus diperhatikan guna mencapai kesuksesan
egovernment, antara lain:
a. Adanya kesepakatan bersama dalam menentukan
kerangka egovernment yang akan digunakan.
Langkah awal yang harus dipersiapkan adalah,
dengan menentukan Rencana Induk dari
pengembangan e government. Sebagai tahap awal
yang harus dilakukan adalah dengan menyesuaikan
isi rancangan induk atau blueprint yang akan
ditetapkan dengan visi, misi pemerintah yang telah
ditetapkan sebelumnya. Sehingga arah kebijakan
yang akan dibangun akan menyesuaikan dengan
arah visi dan misi yang ingin dicapai.
25 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Pengembangan e-goverment dapat dilakukan secara
bertahap dan proporsional sesuai dengan
kemampuan dan rencana induk yang disusun.
b. Dialokasikannya berbagai sumber daya (manusia,
finansial, tenaga, waktu, informasi dan lain-lain).
Setelah Rencana Induk atau biasa kita kenal dengan
blueprint di susun dengan baik maka hal selanjutnya
yang harus diperhatikan adalah dengan menganalisa
kondisi sumber daya yang tersedia. Dari mulai
sumber keuangan, sumber daya manusia, serta
tataran pemerintahan dalam membangun konsep
lintas sektoral. Dengan adanya data hasil analisa
sumber daya yang tersedia maka dapat dilakukan
langkah yang tepat dalam mampersiapkan dan
mengembangkan sumber daya tersebut, mengetahui
kondisi terkini yang tersedia serta
permasalahanpermasalahan yang terjadi.
c. Dibangunnya berbagai infrastruktur yang dapat
mendukung terciptanya lingkungan yang kondusif
dalam mengembangkan egovernment seperti yang
ada pada regulasi dari mulai hardware, software,
standar, tool, teknik dan fasilitas. Ditetapkannya
undangundang dan peraturan pemerintah yang jelas
yang dapat menguatkan jalannya e-government yang

26 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
kuat. Mengingat hal ini adalah hal sangat penting.
Jika kita lihat dan amati bahwa infrastruktur yang
memadai merupakan 50% dari kunci keberhasilan
penerapan konsep e-government.
d. Adanya sosialisasi akan penerapan e-government
secara merata, berkelanjutan, konsisten, dan
menyeluruh kepada seluruh kalangan. Setelah
seluruh persiapan telah diselesaikan, maka perlu
adanya sosialisasi kepada masyarakat sebagai calon
pengguna sistem tersebut. Agar tujuan dibangunnya
e government dalam mamberikan layanan publik
yang cepat, efesien, efektif dan praktis dapat
tercapai. Keempat faktor ini merupakan elemen
dasar yang sangat penting dalam pengembangan e-
goverment guna mencapai good governance. Hal ini
telah terbukti dibeberapa kota di indonesia yang
telah menerapkannya.
2. Capacity (Kapasitas)

Elemen kedua adalah kapasitas yang tersedia.


Kapasitas yang dimaksud adalah dilihat dari kemampuan
atau kekuatan yang dimiliki oleh pemerintah setempat
guna mewujudkan impian e-government menjadi suatu
kenyataan. Dalam elemen kapasitas ini, menurut
(Nugraha, 2018) ada 3 hal minimum yang harus

27 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
dipersiapkan oleh pemerintah dalam mensukseskan
pelaksanaan egovernment, antara lain:

a. Ketersediaan sumber daya yang memadai dalam


melaksanakan berbagai inisiatif e-government,
terutama yang berkaiatan dengan sumber daya
keuangan. Untuk membagung e-government yang
ideal memang membutuhkan dana yang besar, oleh
karena itu sumber pendanaan yang kuat harus sudah
dipersiapkan dengan matang. Mulai dengan
mempersiapkan sumber daya manusianya, hardware,
software serta infrastruktur dalam mendukung
kesusksesan penggunaan e-goverment.
b. Ketersediaan Infrastruktur Teknologi Informasi yang
memadai. Dalam penggunaan teknologi informasi
yang memiliki perkembangan yang sangat cepat,
maka harus ada trik dan tips khusus dalam
penerapannya, mengingat tidak semua masyarakat
memiliki kemampuan dan fasilitas yang cukup
dalam menggunakan teknologi informasi ini. Harus
ada cara yang tepat agar infrastruktur yang dibangun
tidak menjadi sia-sia.
c. Ketersediaan sumber daya manusia yang telah
memiliki kompetensi dan keahlian yang dibutuhkan.
Sumber daya manusia yang dimaksud disini bukan

28 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
sekedar dari pihak pemerintah selaku penyedia dari
sistem e-government, tetapi termasuk juga
masyarakat yang akan menjadi pegguna dari e-
government tersebut. Hal ini sangatlah penting, agar
penerapan e-government dapat sesuai dengan asas
mafaat yang diharapkan. Jika dilihat dari penjelasan
di atas maka jelas bahwa setiap elemen saling
berkaitan antara satu dengan yang lain. Namun
kekurangan salah satu dari elemen di atas jangan
menjadi satu penghalang untuk dilakukannya
penundaan penerapa e-government. Terlebih lagi
kekurangan yang dimaksud diluar dari kontrol
kemampuan pemerintah. Pemerintah tersebut harus
dapat mencari jalan keluar yang baik serta strategik
yang tepat dalam mencapai ketiga prasyarat
kesuksesan e-government. Misalnya dengan
menggandeng pihak swasta dalam bekerjasama guna
mengatasi masalah yang ada.
3. Value (nilai)

Elemen ke tiga adalah elemen nilai manfaat. Jika


kedua elemen sebelumnya yang menilai adalah penyedia
sistem yaitu pemerintah, sedangkan elemen ini berbeda
dengan elemen sebelumnya. Yang dapat menentukan
seberapa besar nilai manfaat yang diperoleh bukanlah

29 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
pemerintah selaku pembangun dan penyedia sistem,
melainkan masyarakat selaku pengguna dari sistem
tersebut.

Seluruh rencana pengembangan dan pelaksanaan e-


government tidak akan berguna jika tidak ada pihak yang
merasa diuntungkan dengan keberadaan egovernment.
Oleh karena itu pemerintah harus benar-benar teliti dalam
memilih jenis aplikasi apa yang prioritas untuk disediakan
terlebih dahulu. Agar nilai manfaat yang ingin dicapai
dapat benar-benar terwujud dan dirasakan oleh masyarakat
luas. Jika pemerintah salah dalam menafsirkan apa yang
dibutuhkan oleh masyarakat maka dapat dipastikan akan
menimbulkan bumerang bagi pemerintah yang justru akan
mempersulit pemerintah dalam mengembangkan usaha
konsep e-government.

Oleh karena itu, harus dilakukan analisa yang


matang dengan melakukan survey di masyarakat, agar apa
yang menjadi kebutuhan prioritas di masyarakat dapat
benar-benar diketahui. Setelah ketiga elemen tersebut
dipadukan maka langkah penting selanjutnya adalah
dengan membentuk sebuah pusat syaraf jaringan e-
government yang disebut dengan nexus. Ini merupakan
kunci sukses utama penjamin keberhasilan e-governmet.
Setiap daerah memiliki strategi yang berbeda dalam
30 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
penerapan 3 elemen sukses guna mencapai kesuksesan
penerapan egovernment. Dengan kata lain, pengalaman
setiap daerah memperlihatkan bahwa jika elemen yang
menjadi fokus sebuah pemerintah yang berusaha
menerapkan e-government berada diluar area ketiga
elemen yang membentuk nexus.

F. Faktor Implementasi E-Government

Seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya, bahwa


beberapa kota yang telah sukses menerapkan E-Government
di Indonesia telah menerapkan berbagai inovasi dan beberapa
faktor sukses dalam pengimplemantasian e-goverment. Ada
beberapa faktor suskses yang memengaruhi keberhasilan
dalam pengimplementasian e-government, diantaranya adalah
CSF (Critical Success Factors), (Al-kaabi, 2010) Dengan
megetahui CSF, pemerintah dapat fokus dengan beberapa
faktor yang dapat menjamin keberhasilan good governance.
Setiap daerah memiliki faktor kesuksesan yang berbeda-beda.
Namun pada dasarnya memiliki kesamaan.

Jika dilihat dari tabel faktor sukses (Napitupulu, 2015)


ada beberapa faktor sukses implementasi e-Government, di
antaranya yaitu:
1. Perencanaan yang baik
2. Perancangan dan penggunaan aplikasi yang tepat

31 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
3. Sosialisasi penggunaan dan kelebihan sistem kepada
masyarakat pengguna sistem
4. Adanya dukungan kebijakan yang kuat dari pemerintah
5. Pembiayaan yang cukup.
6. Tersedianya Infrastruktur yang memadai dengan
didukung oleh ICT yang canggih.
7. Terjaminnya keamanan sistem
8. Adanya monitoring dan evaluasi
9. Kualitas pelayanan yang baik
10. Memenuhi kepuasan masyarakat pengguna
11. Didukung dengan sistem pembayaran elektronik
12. Peningkatan berkelanjutan
13. Adanya Partisipasi Masyarakat dalam pengambilan
keputusan
14. Adanya panduan pengembangan e-government

Oleh karena itu, beberapa hal yang harus diperhatikan


oleh perancang atau pengembang dari e-goverment dapat
memperhatikan elemen-elemen sukses dalam pengembangan
e-government serta faktor-faktor penting dalam
pengimplementasian e-government agar tujuan pembangunan
e-government dalam menuju good governance dapat tercapai

32 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
G. Rangkuman

E-government adalah salah satu peluang bagi


permerintah, swasta dan masyarakat untuk menjalankan
manajemen pemerintahan yang baik. Selain itu juga dengan
pemanfaatan e-government dalam manajemen pemerintahan,
hakhak masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang
berkualitas akan terpenuhi.

Beberapa masalah seputar implementasi ICT di lembaga


pemerintah adalah:
1. Masalah Trust dan Legitimasi
2. Masalah Willingness dan Akuntabilitas
3. Masalah Infrastruktur
4. Masalah Literasi dan Gagap Teknologi (Digital Divide)
5. Masalah Akses dan Daya Beli

Keuntungan bagi implementasi e-government adalah :


1. Biaya administrasi yang lebih murah (low
administrative cost)
2. Respons terhadap permintaan dan keluhan masyarakat
yang lebih cepat dan tepat (faster and more accurate
response)

33 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
3. Memudahkan akses ke semua departemen dan level
pemerintah di berbagai daerah (access to all
department and levels)
4. Meningkatkan kapabilitas pemerintah (better
government capacity)
5. Mendorong ekonomi local dan nasional melalui
penyediaan fasilitas interface pemerintah-pengusaha
(assistance to local and national economics)

H. Soal Latihan

1. Jelaskan permasalahan terkait penerapan ICT di


Indonesia!
2. Jelaskan bagaimana inovasi ICT di Indonesia!
3. Jelaskan tantangan pengembangan e-government!
4. Apa saja faktor-faktor implementasi e-government?
5. Jelaskan elemen dalam pengembangan e-government!

34 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
BAB II
Perkembangan E-Government

A. Pengembangan E-Government

Pengembangan E-Government berdasarkan Inpres No.


3 Tahun 2003 adalah upanya untuk mengembangkan
penyelenggaraaan kepemerintahan yang berbasis
(menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan
kualitas layanan publik secara efektif dan efesien. Untuk
mengembangkan sistem manajemen dan memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi maka pemarintah harus segara
melaksanakan proses transformasi E-government. Melalui
pengembangan E-Government dilakukan penataan sistem
manajemen dan proses kerja dilingkungan pemerintah dengan
cara :

1. Mengoptimalkan pemanfaatan kemajuan teknologi


informasi untuk mengeliminasi sekat-sekat organisai
dan birokrasi;
2. Membentuk jaringan sistem manajemen dan proses
kerja yang memungkinkan instansi-instansi pemerintah
berkerja secara terpadu, untuk menyederhanakan akses
kesemua informasi layanan publik yang harus
disediakan oleh pemerintah.

35 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Ada banyak manfaat yang dapat dirasakan oleh
pemerintah yang melaksanakan proses transformasi menuju
E-Government, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada


para stake holder nya baik masyarakat maupun
kalangan bisnis dan industri;
b. Meningkatkan transfaransi, kontrol dan akuntabilitas
penyelenggaraan pemerintah;
c. Mengurangi biaya administrasi relasi dan interaksi;
d. Memberiakn peluang bagi pemerintah untuk
mendapatkan sumber pendapatan baru;
e. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat informasi
yang dapat secara cepat dan tepat menjawab berbagai
permasalahan yang dihadapi;
f. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain
sebagai metra pemerintah dalam proses pengambilan
berbagai kebijakan publik secara demokrasi.

Konsep E-Government berkembang di atas


kecendrungan keinginan masyarakat untuk dapat bebas
memilih bilamana dan dimana mereka ingin berhubungan
dengan pemerintahnya, serta bebas memilih berbagai akses
yang sifatnya tradisional maupun moderen yang mungkin
mereka berinteraksi selama 24 (dua puluh empat) jam dan 7
(tujuh) hari dalam seminggu.
36 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
B. Revolusi Teknologi Informasi dan Evolusi
Masyarakat Informasi

“Internet mengubah segalanya." Ungkapan ini secara


kasar memberikan fundamental, pergeseran paradigma dan
fenomena yang disebabkan oleh kemajuan teknologi lebih
dari 35 tahun yang lalu lembaga penelitian dan universitas di
Amerika. Perkembangan teknologi informasi dan aplikasi
telah memiliki pengaruh pada setiap aspek masyarakat.
Seperti layanan sektor publik, dalam e-marketplace, layanan
e-learning, koran internet, dan layanan penyiaran, sulit untuk
menemukan bidang yang tidak terpengaruh oleh teknologi
informasi. Fenomena ini disebut Revolusi Informasi atau
Technology Revolusy dapat dibandingkan dengan Revolusi
Industri di akhir abad 18 dan awal abad 19.

Sejarah penemuan komputer dan komersialisasi


kembali ke awal 1950-an, tapi itu tidak mempengaruhi
kehidupan sehari-hari individu sampai awal 1980-an dengan
penyebaran komputer pribadi. Inovasi teknis yang cepat,
difusi macam komputer pribadi, dan kemajuan teknologi
komunikasi yang dipromosikan yang menyebabkan luasnya
difusi dari ledakan Internet. Hasil perubahan tersebut yang
saat ini sedang kita lihat. Dari sudut pandang teknologi,
revolusi informasi adalah satu hal.

37 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Berikut perubahan ekonomi dan sosial yang disebabkan
oleh inovasi teknologi informasi sebagai evolusi adalah hal
lain. Isi utama dari revolusi informasi tidak dalam
pengembangan dan keberadaan diri dari sistem komputer di
setiap tubuh masyarakat, tetapi dalam sistem ekonomi dan
sosial dan atau perubahan hubungan antara anggota di mana
sistem komputer yang diterapkan. Sebuah masyarakat yang
berubah, sebagai hasil dari difusi dengan aplikasi komputer
dan teknologi komunikasi, disebut masyarakat informasi.
Konten sebenarnya revolusi informasi yang proses
transformasi, penampilan masyarakat informasi, dan
pengaruh di berbagai bidang. Ini adalah cara yang tepat untuk
memahami revolusi informasi, mengamati proses perubahan
ke masyarakat informasi dan pengembangan teknologi
bersama dengan e-government.

C. Munculnya Tahapan E-Government

Istilah e-government sekarang banyak digunakan


untuk menggambarkan aplikasi TI, khususnya internet untuk
mendukung proses administrasi dalam rangka efisiensi,
transparan, dan disederhanakan. Upaya untuk mengubah
proses publik untuk meningkatkan pelayanan publik dengan
aplikasi TI yang lebih tua dari ledakan Internet dan
munculnya konsep e-government. Sementara konsep e-

38 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
government diciptakan dan dipercepat untuk meredakan
berbagai bidang pemerintahan bersama dengan pengenalan
teknologi internet pada pertengahan 1990-an, itu pada awal
pertengahan tahun 1980 bahwa isu-isu di sektor publik telah
populer dibahas dalam konteks mengubah administrasi cara
dioperasikan dan layanan yang disampaikan. Pada akhir
1990-an pemimpin pemerintahan banyak yang berorientasi
pada ide inovasi melalui egovernment dan mendorong
penggunaan internet untuk meningkatkan akses ke informasi
dan layanan pemerintah.

Dengan model evolusi e-government yang bisa


membuat perkiraan dari tingkat perkembangan e-government
masing-masing negara dan bisa mengatur garis panduan
untuk menetapkan tujuan dan arah e-government. Untuk
mencapai tujuan tersebut model evolusi e-government harus
mencakup komponen utama dari e-government secara
seimbang mengevaluasi tingkat e-government. E-government
mencakup empat elemen, proses kerja internal, pelayanan
kepada masyarakat, informasi manajemen sumber daya, dan
pembaharuan hukum.

Jadi model evolusi e-government merupakan empat


cakupan hal tersebut secara selaras. Ketika mengevaluasi
egovernment dengan model keseimbangan empat daerah
menjadi faktor yang lebih penting. Meskipun bentuk e-
39 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
government telah berkembang lebih jauh, tidak ada
kesepakatan tentang cara mendefinisikan bagaimana ia telah
muncul langkah demi langkah. Untuk mengklaim
keberhasilan dalam menjadi egovernment atau untuk
mengevaluasi status e-government masing-masing negara,
organisasi internasional seperti PBB, OECD dan perusahaan
multinasional seperti IBM mengembangkan definisi tahapan
dari e-government. PBB (2000) mengembangkan sebuah
model untuk mengidentifikasi status kesiapan negara anggota
egovernment.

Model mendefinisikan lima tahapan egovernment


evolusi didasarkan pada seberapa baik fungsi dan informasi
pemerintah disajikan di web. Tahap pertama e-government
menyajikan informasi yang terbatas dan mendasar. Kehadiran
secara online egovernment terdiri dari halaman web dan/atau
situs resmi, menghubungkan kementerian dan departemen.
Beberapa informasi yang diarsipkan seperti pesan oleh
departemen kepala mungkin tersedia. Kebanyakan informasi
tetap statis dengan beberapa pilihan bagi warga. Pada tahap
kedua, pemerintah memberikan sumber kebijakan publik dan
pemerintahan yang lebih besar dari informasi saat ini dan
mencapai seperti kebijakan, hukum dan peraturan. Pengguna
dapat mencari informasi dan dokumen dengan bantuan
bantuan fitur seperti peta situs. Pada tahap ketiga (interaktif)

40 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
layanan online pemerintah memasuki modus interaktif
dengan akses ke bentuk untuk aplikasi dan pembaharuan.
Situs ini diperbarui dengan keteraturan yang lebih besar
untuk menyimpan informasi saat ini dan up to date untuk
publik. Tahap keempat (Transactional) memungkinkan
interaksi antara warga dan pejabat pemerintah. Ini termasuk
pilihan untuk bermain pajak, menerapkan untuk kartu ID, dan
paspor. Warga mampu membayar layanan publik yang
relevan. Penyedia barang dan jasa dapat mengajukan
penawaran melalui link aman. Tahap kelima (Networked)
merupakan tingkat yang paling canggih dalam inisiatif
egovernment.

Hal ini dapat ditandai dengan integrasi G2G, interaksi


G2C. Pemerintah mendorong partisipasi pengambilan
keputusan musyawarah dan bersedia untuk melibatkan
masyarakat dalam dialog dua arah yang terbuka. Pemerintah
secara aktif mengumpulkan sejumlah pandangan publik
tentang kebijakan publik, dan pembuatan hukum. Model lima
tahap PBB menyediakan dasar untuk studi benchmarking
internasional bagi negara-negara anggota. Kehadiran web
pemerintah, salah satu dari tiga komponen dalam
benchmarking, terlihat lebih situs portal pemerintah untuk
mencetak masing-masing dari lima tahap.

41 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Dalam survei layanan online untuk negara-negara
yang berpartisipasi dalam proyek e-government, OECD
(2003) diadaptasi model untuk penyampaian layanan
elektronik dari Kantor Audit Nasional Australia. Model
Australia mendefinisikan empat tahap dari pelayanan online.

1. Tahap pertama, mengacu pada Informasi website


yang mempublikasikan informasi tentang layanan.
Tahap ini melibatkan digitalisasi informasi yang
tersedia dan membuatnya tersedia secara online tanpa
banyak fokus pada proses rekayasa ulang;
2. Tahap kedua, Informasi interaktif, pengguna yang
diizinkan untuk mengakses database untuk informasi
publik yang tersedia dan untuk berinteraksi dengan
informasi untuk melakukan pencarian elektronik.
Tahap kedua menuntut investasi yang lebih besar
dalam berpikir tentang bagaimana warga negara dan
bisnis akan menggunakan informasi tersebut;
3. Tahap ketiga, Transaksi, termasuk kemampuan
pengguna untuk memasukkan informasi aman dan
terlibat dalam transaksi dengan organisasi. Jasa
pengiriman di tahap ini membutuhkan real time
respon oleh instansi pemerintah dengan tuntutan
layanan warga dan bisnis. Instansi harus berpikir
tentang standar layanan online, keamanan dan

42 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
perlindungan privasi, proses back-office dan
hubungan antar lembaga; dan
4. Tahap keempat, berbagi data, mengembangkan
kemampuan lembaga untuk berbagi dengan organisasi
lain berbagai informasi dalam proses melaksanakan
misi. Berbagi data yang berisi informasi pribadi akan
memerlukan persetujuan oleh hukum atau persetujuan
individu sebelumnya. Berbagi data membuat
penyederhanaan signifikan dalam administrasi publik
dan mengurangi beban yang dilakukan oleh warga
ketika mereka mendaftar untuk layanan pemerintah.
Berbagi data merupakan prasyarat untuk integrasi
kelancaran proses, sehingga memberikan peluang
untuk inovasi proses untuk efisiensi internal dan
layanan pengiriman ke warga.

D. Implementasi E-Government

Bentuk implementasi e-Government pada prinsipnya


dapat dikategorikan secara umum menjadi 4 kategori atau
tipe e-Government (Yildiz, 2007) yaitu G2C (Government to
Citizen), G2B (Government to Business), G2G (Government
to Government) dan G2E (Government to Employee) seperti
yang disajikan pada Gambar 2.1 di bawah. Tipe e-

43 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Government juga menunjukkan relasi antara pemerintah
dengan stakeholdernya.

Gambar 2. 1 Tipe E-Government (Indrajit, 2004)

Berdasarkan Gambar 2.1 dapat dijabarkan lebih jelas


tentang tipe-tipe e-Government yang telah diimplementasikan
yaitu:

1. Government to Citizen (G2C) merupakan model atau


aplikasieGovernment yang bertujuan untuk
menyediakan akses informasi dan layanan yang
dibutuhkan oleh masyarakat. G2C dikembangkan
sebagai mekanisme interaksi yang modern antara
pemerintah dan warga dengan pemanfaatan TIK dan
Internet. Masyarakat tidak harus datang lagi secara
fisik untuk mengakses layanan pemerintah namun

44 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
dapat menggunakan berbagai saluran teknologi seperti
website, sms, aplikasi, dan lain-lain (Indrajit, 2004).
Dengan adanya G2C, hubungan atau relasi antara
pemerintah dengan warganya semakin dekat. Selain
itu G2C dapat memangkas rantai birokrasi yang
panjang, menghilangkan praktik korupsi seperti
pungutan liar (pungli), meningkatkan transparansi dan
akuntanbilitas pemerintah. Aplikasi yang paling
sederhana dari G2C adalah setiap lembaga pemerintah
baik pusat maupun daerah wajib memiliki website dan
email resmi yang dapat diakses oleh publik untuk
berkomunikasi dengan baik. Hal ini dituangkan dalam
Inpres Nomor 3 Tahun 2003 di mana pembuatan situs
atau website pemerintah yang bersifat interaktif
merupakan salah satu tahapan dari pengembangan e-
Government (Instruksi Presiden, 2003).
2. Government to Business (G2B) merupakan model
atau aplikasi eGovernment yang bertujuan
menyediakan informasi dan layanan bagi dunia bisnis
dan industri. G2B dikembangkan untuk memenuhi
berbagai informasi yang diperlukan bagi
kelangsungan suatu bisnis di mana dalam
menjalankan usahanya, para praktisi bisnis memiliki
kebutuhan untuk berinteraksi dan bertransaksi dengan

45 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
instansi pemerintah misalnya dalam hal pengurusan
surat izin usaha, pendaftaran perusahaan, pelaporan
wajib pajak bahkan informasi terkait regulasi yang
dikeluarkan pemerintah untuk mengatur iklim dunia
usaha. Begitu juga dari sisi pemerintah, terdapat
proses bisnis dalam instansi pemerintah yang
membutuhkan solusi produk atau jasa dari dunia
usaha dan industri misalnya saja pengadaan barang
dan jasa atau yang dikenal dengan e-Procurement.
3. Government to Government (G2G) merupakan model
atau aplikasi eGovernment yang bertujuan untuk
saling bertukar informasi antara instansi pemerintah.
Model G2G ini dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu G2G horizontal dan vertical. G2G yang bersifat
horizontal adalah relasi yang dijalin antara satu unit
pemerintah dengan unit pemerintah lainnya dalam
satu tingkatan (Silalahi, Napitupulu and Patria, 2015).
Sebagai contoh kerjasama antar pemerintah lokal
tingkat II kabupaten/kota dalam bidang perdagangan
dan parwisata; program bersama antara dua buah
kementerian; kerjasama antar direktorat dalam suatu
kementerian; pertukaran informasi dan transaksi antar
kecamatan; atau bahkan antar negara untuk
melakukan hubungan diplomatis. Sementara itu G2G

46 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
yang bersifat vertikal merupakan relasi yang
dilakukan lintas instansi pemerintah dalam tingkatan
yang berbeda misalnya antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, tingkat kelurahan dengan
kecamatan, dll. Manfaat G2G adalah membuka
saluran komunikasi yang selama ini tersekat antara
lembaga pemerintah sehingga dapat menciptakan
peluang kerjasama atau kolaborasi untuk memenuhi
kebutuhan warga dan dunia bisnis (Napitupulu et al.,
2018). Contoh aplikasi G2G yang telah dilakukan
atau diterapkan adalah sistem e-budgeting yang
merupakan suatu mekanisme penyusunan anggaran
pemerintah yang berbasis elektronik dengan tujuan
untuk meningkatkan transparansi pelaksanaan
penganggaran secara nasional. Seperti kita ketahui
kegagalan program pemerintah akibat lemahnya
terjadi akibat lemahnya proses perencanaan yang
dilakukan sejak awal termasuk proses penganggaran
yang tidak terintegrasi (Ramzi, 2020). Oleh karena itu
perencanaan dan penganggaran merupakan rangkaian
kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Hal yang marak
terjadi biasanya tidak adanya konsistensi antara
perencanaan awal dengan hasil perencanaan berupa
dokumen akhir ketika dikaitkan dengan anggaran.

47 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Kelemahan ini sering kali dimanfaatkan oleh sebagian
oknum untuk melakukan manipulasi dan markup
anggaran dengan cara memasukkan berbagai kegiatan
di luar perencanaan awal. E-budgeting hadir sebagai
alternatif solusi bagi pemerintah pusat dan pemerintah
daerah untuk menyusun perencanaan dan
penganggaran secara terpadu melalui situs online.
4. Government to Employee (G2E) merupakan model
atau aplikasi eGovernment yang bertujuan untuk
mendukung pengelolaan sumber daya manusia (SDM)
dalam lingkungan pemerintah. G2E dikembangkan
untuk berbagai kebutuhan seperti membantu
komunikasi internal lembaga pemerintah,
meningkatkan produktivitas kerja pegawai,
menunjang pengembangan karir pegawai, mengelola
pendapatan termasuk gaji dan tunjangan sebagai ASN
(aparatur sipil negara) hingga dana pensiun pegawai.
Banyak hal yang harus dipenuhi oleh pemerintah
terkait kebutuhan ASN agar mereka dapat
memberikan layanan publik dengan baik. Dengan kata
lain, G2E memungkinkan peningkatan efektivitas dan
efisiensi dalam bekerja dan pada gilirannya kepuasan
pegawai dapat meningkat pula. Pegawai pemerintah
memiliki hak dan kewajiban secara seimbang maka

48 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
G2E turut memastikan dan melindungi hak individu
mereka sehingga mereka dapat menunaikan
kewajibannya dengan optimal. Contoh aplikasi G2E
yang sudah diterapkan pada instansi pemerintah yaitu
aplikasi siMAYA (administrasi perkantoran maya).
Aplikasi ini dikembangkan oleh Kementerian
Kominfo berdasarkan Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara (MENPAN) No 6 Tahun 2011
mengenai Tata Naskah Dinas Elektronis di
Lingkungan Instansi Pemerintah (Permenpan & RB,
2011). Aplikasi siMAYA dikembangkan menjadi dua
jenis yaitu aplikasi yang berbasis cloud computing
dan non cloud computing.

E. Model Tahapan Pengembangan E-Government

Dalam tahapan pengembangan E-Government, ada 5


model yang digunakan di antaranya (Muftikhali and Susanto,
2017):

1. Capability Maturity Models

Model Capabality Maturity proses merupakan kategori


model terbaik dalam melakukan pembahasan terkait
materi dari setiap uraian dan dapat menarik kesimpulan
yang baik dan sederhana.

49 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
2. The Governmental Models

Model Governmental dikembangkan oleh pemerintah,


konsultan dan akademis untuk membantu instansi
pemerintah mengidentifikasi dan memperbaiki tingkat
kematangan yang ada.

3. The Holistic Appoarch Models

Model Ini digunakan pada layanan publik dengan


melakukan pengujian langsung kemampuan E-
Government melalui beberapa indikator untuk
mengindikasikan kesuksesan proyek.

4. Evolutionary E-Government

Model Maturity Model ini dikembangkan secara


sistematis pada setiap uraian langkah yang berfokus
terhadap perubahan yang terjadi pada E- Government
sehingga terjadi perkembangan yang lebih matang dari
sebelumnya.

5. Related Special Purpose Model

Model ini membahas tentang konten yang terkait dengan


isu dan cara yang paling berpengaruh terhadap E-
Government itu sendiri. Di antara kelima model diatas,
terdapat model yang selalu dikembangkan oleh para

50 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
praktisi didunia akademik dengan sasaran memperoleh
hasil yang lebih matang (Habibi, 2018).

Dalam perkembangannya, model maturity berevolusi


(Evolutionary EGovernment Model Maturity) karena terdapat
beberapa strategi yang dikembangkan pada model tersebut.
Pada model tersebut ada beberapa model yang dikembangkan
oleh Leyne & Lee, Gartneer Group, Hiller & Belanger,
Dellaite & Touch, dan World Bank sehingga menjadi tahap
tahap yang menjadi perhatian dalam mengembangkan E-
Government.

1. Model Leyne & Lee

Pada Model Layne & Lee pada tahapan pengembangan


E- Government terdiri dari 4 langkah. Agar teknologi
yang dikembangkan dapat terorganisasi secara
menyeluruh, tahapan harus dibangun dengan memulainya
dari tahapan yang sederhana sampai pada tahapan yang
rumit sehingga proyek dalam mengembangkan E-Gov
dapat terintegrasi dan lengkap.

51 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Gambar 2. 2 Model Layne & Lee dalam Tahapan E-Government

Pada gambar 2.2 menjelaskan bahwa dalam tahapan


pengembangan EGovernment model Laynee & Lee sebagai
berikut(Mantikayan and Abdulgani, 2017):

a. Catalogue

Dalam tahap pertama pada katalogisasi, upaya awal yang


dilakukan oleh pemerintah negara adalah:

 Fokus kepada tahapan membangun system


kehadiran layanan on-line
 Presentasi terhadap penggunaan katalaog,
 Menyediakan fasilitas download formulir untuk
masyarakat.

52 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
b. Transaction

Pada tahap transaksi, inisiatif e-Government lebih


difokuskan pada:

 Pelayanan integrasi terhadap system online dan


 Memberikan fasilitas kebutuhan masyarakat
dengan menyediakan ruang penyimpanan
(database) yang dapat bekerja dengan
fundamental untuk proses transaksi online yang
dilakukan oleh pengguna system.
c. Vertical Integratio

Integrasi vertikal mengacu kepada:

 Penetapan system local yang sudah dibangun dan


terhubung ke tingkat yang lebih tinggi
 Tahap pembangunan system pendukung lain yang
memiliki kinerja yang sama dan teringterasi
dengan system local yang ada.
d. Horizontal Integration

Pada tahapan Integrasi horizontal didefinisikan sebagai:

 Sistem sudah terintegrasi keseluruh prosedur dan


fungsi
 Sistem yang sudah selesai dibagun dapat
digunakan secara nyata oleh masyrakat luas.
53 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
2. Gartneer Group

Seperti pada model tahapan Laynee and Lee,


pengembangan e-government Gartneer Group juga
memiliki 4 fase pengembangan. tahapan yang dilakukan
untuk pengembangan E-Government ini lebih difokuskan
pada tahapan Presensi, Interaction, Transaction dan
Transformation. Pada model transaction dan
transformation merupakan tahapan yang sangat kompleks
karena diperlukan biaya yang lebih ekstra mahal sehingga
dapat diimplementasikan secara menyeluruh kepada
masyarakat (Khristtianto, 2007)

Gambar 2. 3 Model Gartneer Group dalam Tahapan E-Government


(As Saber, Aashish Srivastava and Hossain, 2006)

54 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Berdasarkan Gambar 2.2 di atas dapat diketahui bahwa pada
setiap fase memiliki sub sub fase yang harus dilakukan
sebagai berikut:

1. Tahap Presence diindikasikan sebagai berikut:


 Ketersediaan layanan website
 Tersedianya layanan informasi dan didukung
dengan dokumendokumen publik.
2. Tahap Interaction ditandai dengan adanya:
 Database yang dapat diakses,
 Adanya fasilitas untuk menampung tanggapan
dari publik melalui website tersebut atau
alamat email,
 Isi atau konten website yang menarik dan
didukung oleh tenaga dari pengelola website
yang menjadikan website tersebut menjadi up
to date.
3. Tahap Transaction mempunyai ciri sebagai berikut:
 Tersedia layanan atau transaksi online untuk
masyarakat sebagai pengguna
 User dapat menggunakan layanan tersebut
secara gratis (tanpa dipungut biaya
pemakaian).
4. Tahap Transformation dengan ciri adanya:

55 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
 pelayanan satu pintu, adanya akses atau
kemungkinan untuk melakukan kontak,
 Kolaborasi dengan pihak-pihak lain. Tahap ini
merupakan tahap yang berusaha untuk
mentransformasikan birokrasi pemerintahan
untuk menghasilkan kualitas layanan publik
yang lebih baik.
3. Hiller & Bellanger

Pada model Hiller & Bellanger dalam pengembangan E-


Government ada 5 tahapan yang dilakukan dalam
mengevaluasi sasaran pengembangan Electronic
Government, kelima tahapan tersebut adalah sebagai
berikut (Bouty, Koniyo and Novian, 2019):

Fase 5: Participant
Fase 4: Integration
Fase 3: Transaction

Fase 2: Two Way


communications
Fase 1:
Information

Gambar 2. 4 Model Hiller & Bellanger dalam Tahapan E-


Government

56 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Pada Gambar 2.4 adalah fase yang dilakukan dalam
mengembangkan model Hiller & Bellanger dengan
penjelasan sebagai berikut:

a. Information

Pada fase 1 (Information) merupakan fase paling dasar


yaitu fase pedoman penggunaan website yang digunakan
untuk membagikan informasi kepada masyarakat.

b. Two Way communications

Pada fase Two Way Comunication ini digunakan untuk


mengimplementasikan teknologi interaktif dengan
menggunakan komunikasi dua arah antara pemerintah
sebagai pengembang E-Gov dan pengguna (masyarakat)
sehingga antara kedua belah pihak dapat saling
melengkapi.

c. Transaction

Fase ini memungkinkan layanan online dan fasilitas


layanan transaksi lainnya seperti layanan keuangan
sebagai media untuk pembayaran yang bias digunakan
oleh warga negara sebagai user.

d. Integration

57 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Pada tahap ini, semua layanan saling terhubung dan
terintegrasi dengan baik sehingga e-portal tunggal yang
berhasil dibangun dapat digunakan oleh publik untuk
mengakses semua layanan E-Government.

e. Participants

Fase Participant ini digunakan untuk menampilkan


partisipasi politik, memberikan komentar seperti kritik
dan saran serta memberikan suara dari setiap vote-vote
yang ada pada fasiltas E-Government yang tujuannya
sebagai masukan bagi pemerintah untuk melakukan
perbaikan.

4. Dellaite & Touch

Pada Model Dellaite & Touch Analisis terhadap


implementasi egovernment dimulai dengan melakukan
pengecekan terhadap fitur-fitur yang ada di website resmi
masing-masing pemerintahan. Kemudian, fitur-fitur
tersebut akan dipetakan ke tahapan pengimplementasian
e-government. Setiap hasil pemetaan fitur tersebut akan
dikonfirmasikan kembali dengan wawancara kepada
personil terkait (Handayani and Kardia, 2010).

58 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Gambar 2. 5 Model Dellaite & Touch dalam Tahapan E-
Government

5. World Bank

Tahapan yang didefinisikan oleh World Bank merupakan


model yang paling sederhana. Model ini mengukur
derajat interaksi yang diciptakan dari sistem (situs web)
yang dimiliki oleh pemerintah. Bentuk-bentuk
keterlibatan ini seragam dengan model tahapan klasik
yang banyak dikutip tentang evolusi website di dunia E-
Commerce.

Untuk membantu pembuat kebijakan dalam merancang


rencana mereka sendiri dan inisiatif membagi proses
pelaksanaan e-Government menjadi tiga fase. Fase ini tidak
tergantung satu sama lain, tidak memerlukan satu fase selesai

59 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
sebelum yang lain dapat dimulai, tetapi secara konseptual
mereka menawarkan tiga cara untuk berpikir tentang tujuan
e-Government. Tiga cara tersebut sebagai berikut:

1. Publish

Mempublikasikan situs bertujuan untuk menyebarkan


informasi tentang pemerintah dan informasi disusun oleh
pemerintah untuk dapat dibaca oleh pembaca seluas
mungkin. Dalam pelaksanaannya, publikasi situs
merupakan hal utama dalam e-Government.

2. Interact

e-Government yang interaktif mempunyai sifat yang


melibatkan komunikasi dua arah, dimulai dari informasi
kontak email bagi para pejabat pemerintah atau adanya
formulir tanggapan yang mengijinkan pengguna untuk
mengirimkan komentar maupun usulan legislatif,
kebijakan dan organisasi pemerintah yang bersangkutan.

3. Transact

Memungkinkan warga untuk mendapatkan pelayanan


pemerintah atau bertransaksi bisnis dengan pemerintah
secara online. Sebuah website yang memiliki karakter
transaksi, menawarkan link langsung ke layanan
pemerintah dan tersedia di setiap waktu. Situs Transact
60 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
dapat meningkatkan produktivitas baik di sektor publik
dan swasta dengan membuat proses yang membutuhkan
bantuan pemerintah atau persetujuan sederhana, lebih
cepat, dan lebih murah.

F. Tantangan Pemerintah di Era Internet

Revolusi informasi telah memiliki pengaruh pada setiap


aspek masyarakat dan di lingkungan pemerintah juga. Hal ini
diakui bahwa komputer dan teknologi berbasis web secara
efektif dapat memecahkan berbagai masalah pemerintahan
yang ada daripada cara lain. Dengan latar belakang
pemahaman seperti itu, ada terletak pada fitur teknologi
pengolahan data yang cepat, memungkinkan komunikasi
informasi melampaui batas waktu, ruang, dan beberapa
perubahan lingkungan yang membutuhkan fitur tersebut.

Sebagai suatu kematangan demokrasi, peluang


administrasi pejabat publik dan manajemen otoritatif
pemerintah menghadapi resistensi publik. Kedua, sebagai
tingkat mempertinggi kesadaran warga, harapan standar pada
layanan pemerintah, dan sistem pelayanan semua ditinggikan.
Ketiga, setelah era perang dingin persaingan ekonomi global
diidentifikasi dan peran pemerintah terfokus pada fungsi
pendukung. Ini adalah pergeseran dari pengendalian dan
pemantauan kegiatan bisnis untuk mempromosikan

61 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
kewirausahaan dan kreativitas. Keempat, dengan tren
globalisasi yang disebabkan oleh komputer dan ledakan
internet, e-government dipromosikan oleh respon pemerintah
untuk evolusi dari satu komunitas informasi global. Fitur
pemerintahan terakhir berubah dari peraturan, kontrol dan
prosedur formal untuk penekanan pada hasil dan tanggung
jawab Sebagai hasil dari perubahan pada lingkungan sosial,
masyarakat umum serta perusahaan swasta yang
menunjukkan masalah birokrasi lemak. Permintaan untuk
perubahan memungkinkan solusi untuk masalah ini, untuk
meningkatkan kualitas layanan administrasi dan
meningkatkan daya saing internasional. Ini adalah waktu e-
government terbentuk dalam bentuk menerapkan teknologi
informasi untuk proses bisnis internal sistem layanan
pemerintah.

G. E-Government: Konsep Baru dari Administrasi


Publik

Negara-negara maju saat ini sedang melakukan strategi


aktif untuk pemerintah yang berorientasi pada pelanggan
melalui pemanfaatan era Internet untuk mempertahankan
posisi negara-negara terkemuka di abad ke-21.

Sebuah model untuk memeriksa hal tersebut adalah di


Amerika Serikat yang pada 1993 sebuah laporan berjudul,

62 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Laporan Gore Pada Reinventing Government, Membuat
Pemerintah Itu Bekerja Lebih Baik dan Lebih Hemat,
diusulkan untuk menghilangkan birokrasi usang dan
berinovasi dimana semua proses pelayanan publik untuk
memuaskan masyarakat.

Idenya telah ditandai dengan lahirnya New Public


Management (NPM), menekankan kinerja berorientasi hasil
di sektor publik. Idenya juga telah dikembangkan
berdasarkan sudut pandang bahwa persaingan pasar dan
privatisasi meningkatkan respon pemerintah dan efisiensi,
memberikan alasan untuk model bisnis di sektor publik.
Dalam model NPM warga diperlakukan sebagai pelanggan
dan lembaga pemerintah diharapkan menjadi lebih inovatif
dan berorientasi bisnis. Sebagai sarana untuk memenuhi
usulan bahwa laporan yang memperkenalkan konsep
"Pemerintah Elektronik".

Sebagaimana bank mengembangkan konsep


"Electronic Banking" untuk memberikan pelayanan yang
lebih nyaman untuk pelanggan, sehingga pemerintah
mengembangkan "e-government" untuk memberikan
pelayanan publik yang lebih nyaman untuk masyarakat
sebagai pelanggan pemerintah. Di Korea, istilah "e-
government" pertama kali secara resmi muncul di laporan
kebijakan pemerintah pada tahun 1996. Pada tahun 1995
63 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Pemerintah Korea mendirikan "ICT Promosi Act" untuk
mempercepat masyarakat informasi, dan tahun berikutnya
diusulkan 10 tugas prioritas. Yang pertama dari mereka
adalah proyek e-government yang menganggap orang sebagai
pelanggan. Tujuan pemerintah adalah untuk melayani dan
bermanfaat bagi masyarakat. Konsep e-government adalah
untuk melayani warga melalui pelayanan publik yang sangat
maju yang tidak mungkin dalam pemerintahan yang
sebelumnya.

Dalam keadaan ini e-government secara efektif


membuat reformasi di organisasi pemerintah dan
penyampaian layanan melalui teknologi informasi. Hal ini
penting untuk mengamankan efisiensi administrasi secara
maksimum dan mengembangkan interface dalam
memberikan informasi dan berbagai pelayanan publik kapan
saja dan di mana saja.

H. E-Government dan Good Governance

Istilah good governance pada awalnya digagasi oleh


World Bank dengan tujuan untuk menciptakan tata kelola
pemerintahan yang baik (good government) dan sehat untuk
memenuhi kebutuhan lembaga-lembaga donor di luar negara
terhadap penyelenggaraan pemerintah yang menggunakan
dana pinjaman dari lembaga donor tersebut. Kemudian

64 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
selanjutnya istilah good governance ditujukan bukan hanya
untuk lembaga-lembaga donor internasional tersebut, akan
tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain
itu, seiring dengan perkembangan dunia dan untuk menjamin
“image“ pemerintah dan negara Indonesia sebagai negara
yang semakin berkembang dan maju serta bebas dari korupsi,
kolusi dan nepotisme (KKN), maka pemerintah Indonesia
mau tidak mau harus menerapkan manajemen pemerintahan
yang berbasis good governance antara lain melalui penerapan
e-government.

E-government adalah salah satu wujud dari perubahan


paradigm manajemen pemerintahan dari yang lama yang
disebut dengan istilah bad governance ke paradigma
manajemen baru yang dikenal dengan istilah New Public
Management (NPM) dan New Public Service (NPS) serta
Good Government. Pada paradigm manajemen pemerintahan
yang lama, pelayanan yang diberikan pemerintah kepada
masyarakat cenderung lamban, tidak adil, tidak responsif,
berbelit-belit, tidak transparan dan sangat sarat dengan
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) sangat kontras
dengan prinsip-prinsip good governance yaitu
kepemerintahan yang baik. Istilah good governance muncul
sejak tahun 1980-an, terutama dalam diskusi yang bertajuk
pembangunan nasional. Governance merupakan redefinisi

65 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
dari mendesain dan menemukan kembali konsep administrasi
publik (Wrihatnolo dan Riant, 2007).

Denhart dan Denhart (2000) menyatakan sejak tahun


1990-an ada perubahan ada paradigma dalam administrasi
publik yaitu dari paradigma lama ke paradigma baru (good
governance) dengan cara sebagai berikut :

a. Melayani warga masyarakat, dan bukan pelanggan


(serve citizen not custyomers)
b. Mengutamakan kepentingan publik (seek the public
interest)
c. Lebih menghargai warga negara daripada
kewirausahaan (value citizenship over
entrepreneurship)

I. Rangkuman

Konsep E-Government berkembang di atas


kecendrungan keinginan masyarakat untuk dapat bebas
memilih bilamana dan dimana mereka ingin berhubungan
dengan pemerintahnya, serta bebas memilih berbagai akses
yang sifatnya tradisional maupun moderen yang mungkin
mereka berinteraksi selama 24 (dua puluh empat) jam dan 7
(tujuh) hari dalam seminggu.

66 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Melalui pengembangan E-Government dilakukan
penataan sistem manajemen dan proses kerja dilingkungan
pemerintah dengan cara :
a) Mengoptimalkan pemanfaatan kemajuan teknologi
informasi
b) Membentuk jaringan sistem manajemen dan proses
kerja.

Model tahapan pengembangan e-government:


1. Capability Maturity Models
2. The Governmental Models
3. The Holistic Appoarch Models
4. Evolutionary E-Government
5. Related Special Purpose Model

J. Soal Latihan

1. Bagaimana revolusi pekembangan teknologi


informasi masyarakat?
2. Jelaskan model tahapan pengembangan e-
government!
3. Jelaskan bagaimana implementasi ee-government!
4. Jelaskan bagaimana penataan sistem manajemen dan
proses kerja dilingkungan pemerintah!
5. Jelaskan mengenai model pengembangan Leyne &
Lee!

67 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
BAB III
E-GOVERNMENT & GOOD GOVERNANCE

A. Pengertian E-Government

Menurut Bank Dunia (Samodra Wibawa 2009:113), E-


Government adalah penggunaan teknologi informasi oleh
instansi pemerintah seperti wide area Networks (WAN)
internet, moble competing, yang dapat digunakan untuk
membangun hubungan dengan masyarakat, dunia usaha dan
instansi pemerintah lainnya.

Menurut The Worid Bank Group (Falih Suaedi, Bintoro


Wardianto 2010:54), E-Government ialah sebagai upaya
pemamfaatan informasi dan teknologi komunikasi untuk
meningkatkan efesiensi dan efektivitas, transfaransi dan
akuntabilitas pemerintah dalam memberikan pelayanan
publik secara lebih baik.

Kemudian menurut Depkomenfo (Samodra Wibawa


2009:114), mendefinisikan E-Goverment adalah pelayanan
publik yang diselenggarakan melalui situs pemerintah dimana
domain yang digunakan juga menunjukkan domain
pemerintah Indonesia yakni (go.id)

68 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Menurut Clay G. Weslatt (15 Agustus 2007) dalam
website, E-Goverment adalah menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi untuk mempromosikan pemerintah
yang lebih effisien dan penekanan biaya yang efektif,
kemudian pasilitas layanan terhadap masyarakat umum dan
membuat pemerintah lebih bertanggung jawab kepada
masyarakat.

Sedangkan dalam buku E-Goverment In Action


(2005:5) menguraikan E- Goverment adalah suatu usaha
menciptakan suasana penyelanggaraan pemerintah yang
sesuai dengan objektif bersama (Shared goals) dari sejumlah
komunitas yang berkepentingan, oleh karena itu visi yang
dicanangkan juga harus mencerminkan visi bersama dari
pada stakeholeder yang ada misalnya:

a. Memperbaiki produktifitas dan kinerja operasional


pemerintah dalam melayani masyarakatnya;
b. Mempromosikan pemerintah yang bersih dan
transparans;
c. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat meluli
kinerja pelayanan publik;
d. Menjamin terciptanya penyelengaaan negara yang
demokratis;

69 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Karena visi tersebut berasal “Dari, Oleh dan Untuk”
masyarakat atau komunitas dimana E-Goverment tersebut
diimplementasikan, maka masanya akan sangat bergantung
pada stuasi dan kondisi masyarakat setempat. Sebagaimana
dikemukakan diatas bahwa E-Goverment adalah upaya untuk
penyelanggaraan pamerintah yang berbasis elektronik dalam
rangka mengingkatkan kualitas pelayanan publik secara
efektif dan efesien.

Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa E-


Goverment merupakan proses pemanfaatan teknologi
informasi sebagai alat untuk membantu manjalankan sistem
pemerintah secara efesien.

Ada hal utama yang dapat kita tarik dari pengertian E-


Goverment diatas, yaitu:

a. Penggunaan teknoligi informasi (internet) sebagai alat


baru;
b. Tujuan pemanfaatannya sehingga pemerintah dapat
berjalan secara efektif, efesien dan produktif dalam
penggunaan teknologi internet, seluruh proses atau
prosedur yang berbelit-belit dapat dipangkas.

70 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
B. Tingkat Pengembangan E-Government

Kemajuan teknologi informasi memang telah berubah


tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, merevolusi cara
hidup masyarakat kian bergeser dari masyarakat indusri
kepada masyarakat yang berbasis pengatahuan. Era informasi
memberikan ruang lingkup yang sangat besar untuk
mengorganisasikan kegiatan pemerintah melalui cara-cara
baru yang inovatif, transfaran yang lebih baik serta
memberikan kenyamanan kepada publik dengan jalan
memberikan pelayanan kepada publik yang terintegrasi,
intraktif dan imaginatif.

Berdasarkan sifat transaksi informasi dan pelayanan


publik yang disediakan oleh pemerintah melalui jaringan
informasi, pengembangan E-Government dapat dilaksanakan
melalui 4 (empat) tingkat (Hadwi Soendjojo dalam penelitian
Yunus Jackson Obeng 2005:134) yaitu:

a. Tingkat Pertama (Persiapan)


 Pembuatan situs web sebagai media informasi dan
komunikasi setiap lembaga;
 Sosialisai situs web untuk internal dan publik.
b. Tingkat Kedua (Pematangan)
 Pembuatan situs web informasi publik yang bersifat
interaktif;

71 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
 Pembuatan antar keterhubungan dengan lembaga
lain.
c. Tingkat Ketiga (Pemantapan)
 Pembuatan situs web yang bersifat transaksi
pelayanan publik;
 Pembuatan interoperabilitas aplikasi dan data
dengan lembaga lain.
d. Tingkat Keempat (Pemanfaatan)
Pembuatan aplikasi untuk pelayanan yang bersifat
Government to Government (G2G), Government to
Business (G2B), Government to Citizens/consumers
(G2C).

C. Dasar Pelaksanaan E-Government

E-government yang dijalankan Diskominfo kepada


Dinas Pendapatan Provinsi Riau berdasarkan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2008 Bab IV
Pasal 13 ayat 1 huruf a,b menyebutkan bahwa Untuk
mewujudkan pelayanan cepat, tepat, dan sederhana setiap
Badan Publik:

a. Menunjuk Pejabat Pengelola Informasi dan


Dokumentasi; dan
b. Membuat dan mengembangkan sistem penyediaan
layanan informasi secara cepat, mudah, dan wajar

72 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
sesuai dengan petunjuk teknis standar layanan
Informasi Publik yang berlaku secara nasional.

Kemudian ditindak lanjuti oleh Instruksi Presiden No 3


tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi nasional.
pengembangan E-Government merupakan “angin segar” bagi
penerapan teknologi komunikasi dan informasi di bidang
pemerintahan. Saat ini telah banyak instansi pemerintah pusat
dan pemerintah daerah otonom yang berinisiatif
mengembangkan pelayanan publik melalui jaringan
komunikasi dan informasi dalam bentuk situs web. Namun,
implementasi mayoritas situs web Pemerintah Daerah
Otonom masih berada pada tingkat pertama (persiapan) dan
hanya sebagian kecil yang telah mencapai tingkat dua
(pematangan), sedangkan tingkat tiga (pemantapan) dan
empat (pemanfaatan) belum tercapai. Artinya, implementasi
E-Government di Indonesia baru pada tahap awal, sehingga
banyak lembaga pemerintah yang menyatakan dirinya sudah
mengaplikasikan E-Government, ternyata baru pada tahap
web presence.

D. Prinsip-Prinsip E-Government

Menurut Indrajit (2002, h.11-13) pembuatan visi e-


Government yang baik akan berlandaskan pada 4 prinsip,
yaitu:

73 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
1. Prinsip pertama: fokus pada perbaikan pelayanan
pemerintah kepada masyarakat. Karena begitu
banyaknya jenis pelayanan yang diberikan pemerintah
kepada masyarakatnya, maka harus dipikirkan
pelayanan mana yang harus menjadi prioritas. Prioritas
pelayanan yang dimaksud adalah:
 Memiliki sumber transaksi yang besar dan
melibatkan banyak sumber daya manusia.
 Membutuhkan interaksi dua arah antara pemerintah
dengan masyarakatnya (tidak hanya bersifat satu
arah seperti pemberian informasi dan publikasi).
 Memungkinkan terjadinya kerja sama antara
pemerintah dengan kalangan lain seperti institusi
swasta dan lembaga non-komesial lain.
2. Prinsip kedua: membangun sebuah lingkungan yang
kompetitif yaitu dalam melayani masyarakat tidak
hanya diserahkan pada pemerintah saja tetapi sektor
swasta dan lembaga non-komersial diberikan
kesempatan untuk melakukannya. Dengan demikian
pemerintah dapat bersaing dengan sektor ini dalam
upaya memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.
Dalam persaingan tersebut harus mampu membuat
sebuah lingkungan kompetisi yang adil, obyektif, tidak
memihak, dan kondusif bagi ercapainya e-Government.

74 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
3. Prinsip ketiga: pemberian penghargaan pada inovasi
dan ruang kesempatan bagi kesalahan. Konsep e-
Government merupakan pendekatan yang masih baru,
dimana semua bangsa dan negara sedang melukan
eksperimen. Pemberian penghargaan bagi mereka yang
berhasil menerapkan inisiatif e-Government di tempat
mereka bekerja.
4. Prinsip keempat: prinsip ini penekanannya pada
pencapaian efisiensi. Pemberian pelayanan dengan
memanfaatkan teknologi digital atau internet tidak
selamanya menjadi kanal konvensional karena setelah
masyarakat terbiasa menggunakan kanal digital, jalur
tradisional harus dihapuskan agar pemerintah menjadi
efisien.

E. Manfaat E-Government
Menurut Al Gore dan Tony Blair dalam Indrajit (2002,
h.5) manfaat dari e-Government yaitu berupa:

1) Memperbaiki kinerja suatu pelayanan pemerintah


kepada stakeholdernya.
2) Meningkatkan transparansi, control dan akuntabillitas.
3) Mengurangi biaya administrasi, relasi dan intraksi.
4) Memberikan peluang untuk mendapatkan sumber-
sumber penghasilan baru.

75 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
5) Menciptakan suatu lingkungan masyarakat up to date.
6) Memberdayakan masyarakat dan pihakpihak lain yang
ikut andil dalam pembuatan kebijakan publik secara
merata dan demokratis.

F. Konsep Good Governance

Menurut Zulkarnain & Annisa (2014) good


governance merupakan sesuatu yang baru bagi masyarakat
Indonesia, dimana aplikasi daripada konsep ini seringkali
tergantung pada kerjasama pemerintah dan masyarakat untuk
mencapai dua tujuan yaitu pemerintah yang bersih dan
demokratis.

Kristiadi sebagaimana yang dikutip oleh Suaib (2018)


mengemukakan bahwa good governance menciptakan suatu
keseimbangan antara proses optimalisasi peran administrasi
publik dengan peran mekanisme pasar, sebab kebutuhan akan
good governance dalam pelayanan dan administrasi publik
adalah pentingnya dengan kebutuhan efisiensi mekanisme
pasar.

Pengertian good governance menurut Mardiasmo


(2004) adalah suatu konsep pendekatan yang berorintasi pada
pembangunan sektor publik oleh pemerintahan yang baik.
Lebih lanjut, menurut Bank Dunia yang dikutip Solichin

76 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
(2017) menyebut good governance adalah suatu konsep
dalam penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid
dan bertanggungjawab sejalan dengan demokrasi dan pasar
yang efisien, penghindaran salah alokasi investasi yang
langka dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun
administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan
legal framework bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan.
Selain itu, Bank Dunia juga mensinonimkan good
governance sebagai hubungan sinergis dan konstruktif
diantara negara, sektor swasta dan masyarakat.

G. Prinsip-Prinsip Good Governance

Ada beberapa pendapat mengenai prinsip-prinsip good


governance menurut United Nation Development Programme
(UNDP) dalam Sedarmayanti (2009) mengemukakan bahwa
karakteristik atau prinsip-prinsip yang harus dianut dan
dikembangkan dalam penyelenggaraan kepemerintahan yang
baik, meliputi:

77 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Partisipasi

Aturan
Strategis
Hukum

Efektivitas
Good Transparasi
Governance

Daya
Berkeadilan
Tanggap

Consensus

Gambar 3. 1 Prinsip Good Governance

a. Partisipasi: Setiap warga masyarakat harus memiliki


hak suara yang sama dalam proses pengambilan
keputusan, baik secara langsung maupun melalui
lembaga perwakilan, sesuai dengan kepentingan dan
aspirasinya masing-masing
b. Aturan hukum: Kerangka aturan hukum dan
perundang-undangan haruslah berkeadilan, ditegakkan,
dan dipatuhi secara utuh terutama aturan hukum
tentang hak-hak asasi manusia.
c. Transparansi: Harus dibangun dalam kerangka
kebebasan aliran informasi. Berbagai proses,
kelembagaan, dan informasi harus dapat diakses secara
bebas oleh mereka yang membutuhkannya.

78 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
d. Daya tanggap: Setiap institusi dan prosesnya harus di
arahkan pada upaya untuk melayani berbagai pihak
yang berkepentingan (stakeholders).
e. Berorientasi consensus: Bertindak sebagai penengah
(mediator) bagi berbagai kepentingan yang berbeda
untuk mencapai consensus atau dimungkinkan juga
dapat diberlakukan terhadap berbagai kebijakan dan
prosedur yang akan ditetapkan pemerintah.
f. Berkeadilan: Pemerintahan yang baik akan memberikan
kesempatan yang sama baik terhadap laki-laki maupun
perempuan dalam upaya mereka untuk meningkatkan
dan memelihara kualitas hidupnya.
g. Efektivitas dan Efesiensi: Setiap proses kegiatan dan
kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu
yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan melalui
pemanfaatan yang sebaik-baiknya berbagai sumber
yang tersedia.
h. Akuntabilitas: Para pengambil keputusan dalam
organisasi sektor publik (Pemerintah), swasta, dan
masyarakat madani memiliki pertanggungjawaban
(akuntabilitas) kepada publik, sebagaimana halnya
kepada para pemilik (stakeholders).
i. Bervisi strategis: Para pemimpin dan masyarakat
memiliki perspektif yang luas dan jangka panjang

79 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
tentang penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan
pembangunan manusia (Human Development).

H. Rangkuman
E-Government merupakan sebuah upaya
pemamfaatan informasi dan teknologi komunikasi untuk
meningkatkan efesiensi dan efektivitas, transfaransi dan
akuntabilitas pemerintah dalam memberikan pelayanan
publik secara lebih baik.

Sedangkan good governance merupakan suatu konsep


pendekatan yang berorintasi pada pembangunan sektor publik
oleh pemerintahan yang baik.

Prinsip-prinsip E-Government:

1. Focus pada perbaikan pelayanan pemerintah kepada


masyarakat.
2. Membangun lingkungan yang kompetitif.
3. Memberikan penghargaan terhadap inovasi dan
memberikan ruang kesempatan bagi kesalahan.
4. Penekanan pada pencapaian efisiensi.

Prinsip-prinsip good Governance:

1. Partisipasi
2. Aturan hokum

80 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
3. Transparasi
4. Daya tanggap
5. Berorientasi consensus
6. Berkeadilan
7. Efektivitas dan efisiensi
8. Akuntabilitas
9. Bervisi strategis

I. Soal Latihan
1. Jelaskan konsep E-Goverrnent!
2. Jelaskan perbedaan Good Governance dan E-
Government!
3. Bagaimana dasar pelaksanaan E-Government?
4. Sebutkan manfaat dari diterapkannya E-Government
5. Sebutkan dan jelaskan prinsip-prinsip E-Government
dan Good Governance!

81 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
BAB IV
PENGUKURAN DAN PENILAIAN TINGKAT
DIGITALISASI DALAM SEKTOR PUBLIK

A. Definisi Digitalisasi

Digitalisasi adalah sebuah terminologi yang digunakan


untuk menjelaskan proses peralihan media dari konvensional
menjadi media elektronik baik itu video ataupun audio.
Sehingga Istilah digitalisasi mengacu pada penggunaan
teknologi dan data digital. Digitalisasi adalah komunikasi
digital dan dampak media digital pada kehidupan sosial
kontemporer. Istilah digitalisasi mengacu pada penggunaan
teknologi dan data digital untuk meningkatkan bisnis,
pendapatan, dan menciptakan budaya digital (Crawford et al.,
2020)

Apabila ditarik kebelakang digitalisasi tidak terlepas


dari peran komputer dan internet. Dengan adanya peran
keduanya menciptakan kemudahan lainya yaitu digitalisasi.
Proses Digitalisasi tidak akan terjadi tanpa digitasi. Istilah
digitasi mungkin akan terdengar asing, dikarenakan
masyarakat lebih familiar dengan istilah digitalisasi.
Keduanya sering dianggap sama artinya, tapi dalam praktinya
memiliki arti yang berbeda. Digitasi yang menunjukan
adanya pengurangan biaya, dengan mengoptimalkan proses

82 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
internal, seperti otomasi kerja, meminimalisir penggunaan
kertas dan lain sebagainya. Sehingga lebih fokus pada proses
mengubah sesuatu analog ke dalam digital. Tujuan dengan
adanya digitalisasi adalah membantu masyarakat dalam
memudahkan segala aktivitas dalam pekerjaan sehari-hari.
Selain istilah digitasi dan digitalisasi, adalah transformasi
digital.

Digitalisasi pada sektor publik pertama kali dikenalkan


oleh Tinjauan Kinerja Nasional Amerika Serikat, dimana saat
itu pemahaman dan praktik berkembang menjadi pemerintah
digital yang nantinya untuk mencerminkan bagaimana
pemerintah mencoba menemukan inovasi digital, solusi untuk
tekanan sosial, ekonomi, politik dan lainnya, dan bagaimana
pemerintah mengubah diri mereka sendiri dalam "proses
menuju "lebih banyak kompleksitas yang akan dihadapi di
masa yang akan datang. Kebijakan penerapan e-Government
ini perlu adanya pengukuran dan penilaian. Hal tersebut perlu
dilakukan agar pemerintah dapat mengetahui serta
mengevaluasi seberapa baiknya e-Government yang
diterapkan dalam proses pelayanan yang diberikan agar dapat
pelayanan dapat efektif dan efisien terhadap masyarakat.

83 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
B. Transformasi Digitalisasi

Transformasi digital bisa diartikan adalah bagian proses


dari teknologi yang lebih tinggi, maksudnya adalah suatu
istilah yang ditunjukan unuk suatu perubahan yang berkaitan
pada penerapanya pada seluruh aspek kehidupan manusia dan
singkatnya bisa menjadi gambaran efek dari digitalisasi
dalam masyarakat. Awalnya penggunaan masih secara
manual lalu ber- transformasi ke sistem yang lebih mudah.
Transformasi digital adalah proses transformasi aktivitas,
proses, dan model bisnis secara keseluruhan dengan
memanfaatkan perkembangan teknologi (Fitriasari, 2020).
Tujuan utamanya adalah meningkatkan efisiensi, mengelola
risiko, dan menemukan peluang bisnis baru. Dalam
praktiknya adalah menggunakan aplikasi atau sistem untuk
menganalisa data. Tujuannya untuk mendapatkan insight baru
yang berguna untuk pengembangan produk dan
meningkatkan strategi layanan pelanggan (Crawford et al.,
2020).

Impelemntasi digitalisasi pada pemerintah Indonesia


sudah dirasakan sejak tahun 2003 yang tertuang pada
Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Kebijakan
dan Strategi Pembangunan e-Government di Seluruh Jajaran
Pemerintah. Digitalisasi dalam sektor publik atau e-
Government berarti penggunaan atau pemanfaatan digitalisasi

84 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
oleh suatu instansi pemerintahan dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.

Mengutip jurnal (Arias & Maçada, 2018) dengan judul


"Digital Government for e-Government Service Quality: a
Literature Review menyatakan bahwa Pemerintah Digital
membantu dalam mencapai kepercayaan masyarakat publik
pada pemerintah inklusi sosial, regenerasi masyarakat,
kesejahteraan, dan keberlanjutan. Sehingga, Pemerintah
Digital adalah contoh yang jelas tentang bagaimana
masyarakat bertransformasi dengan inovasi digital. Bahkan,
agar inovasi digital "benar-benar mengubah publik sektor
menjadi instrumen pembangunan berkelanjutan, efisiensi
dalam pemberian layanan juga harus dibarengi dengan
kesetaraan sosial dan memastikan bahwa semua orang dapat
mengakses layanan berkualitas. Ini menyoroti pentingnya
kualitas pelayanan publik publik untuk mencapai
keberlanjutan perkembangan. Pada akhirnya pelayanan
publik yang berkualitas tinggi akan meningkatkan pelayanan
publik.

Arias & Maçada, (2018) mendefinisikan e-Government


sebagai penggunaan TI dalam pemerintahan operasi
pemerintahan, termasuk dampaknya pada pemberian layanan
publik, kepuasan warga negara dan standart demokrasi.

85 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Saat ini banyak lembaga pemerintah yang menyatakan
dirinya sudah mengaplikasikan e-government padahal pada
kenyataannya lembaga-lembaga pemerintahan tersebut baru
dalam tahap web presence, masih belum terlihat adanya
penerapan e-government yang benar-benar dijalankan secara
mendalam. Oleh karena itu banyak yang menyatakan bahwa
pelaksanaan egovernment belum optimal karena secara riil
beberapa pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah masih
menggunakan cara-cara yang manual. Seorang warga harus
secara face to face mendatangi petugas yang bersangkutan di
kantor pemerintahan. Hal ini sangatlah tidak efektif dan
efisien karena mengeluarkan biaya yang lebih banyak dari
biaya sebenarnya dan juga dirasakan menjadi sangat
merepotkan karena harus mendatangi kantor pemerintahan
tersebut.

Secara kuantitatif situs web pemkab dan pemkot sudah


cukup banyak, meskipun secara kualitas baik dalam arti
sudah sesuai dengan beberapa standar yang diperlukan dalam
pembangunan web berdasar panduan yang dikeluarkan oleh
KOMINFO. Namun kekurangannya juga sama dengan
hampir semua situs web pemprov yaitu masih berada pada
tahapan web presence atau tahapan pematangan, meskipun
beberapa diantaranya sedang bergerak ke arah fase ke tiga.

86 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Pada jajaran lembaga tinggi dan lembaga non depar-
temen, secara faktual kuantitatif dan kualitas maka nampak
sekali perbedaannya dengan situs web pemda. Umumnya
hampir setipa lembaga non pemerintahan telah memiliki situs
web dan rata-rata optimalisasi fasilitas di dalamnya sudah
mampu mendahului jenjang tingkatan situs pemda. Infikator
tersebut dapat dilihat dari berbagai fasilitas link dan layanan
yang ada pada situs lembaga yang mendekati kesempuranaan
fase ke tiga yang terdiri dari aplikasi formulir dan
sebagainya. Salah satu contoh situs lembaga yang telah
mengoptimalkan situs web nya adalah www.ristek.go.id.

Dari web ristek tersebut saat ini sudah mampu


membuat aplikasi pendaftaraan online dalam rangka hibah
maupun tawaran bantuan pembiayaan dalam riset dan lain
sebagainya. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa
implementasi e-government di Indonesia lebih banyak
didominasi oleh situs milik pemprov, pemkab dan pemkot.
Namun, situs-situs yang melayani masyarakat dalam urusan
umum tersebut masih belum optimal dalam pelaksanaannya
baik kuantitas mapun kualitasnya. Artinya ada kendala dan
hambatan yang dialami oleh pihak pemda dalam hal
mewujudkan implementasi e-government yang ideal.

Hambatan penerapan e-government dapat dilihat


misalnya dari hasil pengamatan yang dilakukan Kementrian
87 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Komunikasi yang menyimpulkan bahwa mayoritas situs
pemerintah pusat dan pemerintah daerah masih berada pada
tingkat persiapan, apabila ditinjau dari sejumlah aspek,
diantaranya :
1. E-Leadership. Prioritas dan inisiatif negara di dalam
mengantisipasi dan memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi;
2. Infrastruktur Jaringan Informasi. Kondisi infrastruktur
telekomunikasi serta akses, kualitas, lingkup dan biaya
jasa akses;
3. Pengelolaan Informasi. Kualitas dan keamanan
pengelolaan informasi;
4. Lingkungan Bisnis. Kondisi pasar, sistem perdagangan,
dan regulasi yang membentuk konteks perkembangan
bisnis teknologi informasi; dan
5. Masyarakat dan Sumber Daya Manusia.

Difusi teknologi informasi di dalam kegiatan


masyarakat baik perorangan maupun organisasi, serta sejauh
mana teknologi informasi disosialisasikan kepada masyarakat
melalui proses pendidikan. Terdapat sejumlah kelemahan
pembentukan e-government di Indonesia:
1. Pelayanan yang diberikan situs. pemerintah belum
ditunjang oleh sistem manajemen dan proses kerja yang
efektif karena kesiapan peraturan, prosedur dan

88 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
keterbatasan SDM sangat membatasi penetrasi
komputerisasi ke dalam sistem pemerintah; .
2. Belum mapannya strategi serta tidak memadainya
anggaran yang dialokasikan untuk pengembangan
egovernment;
3. Inisiatif merupakan upaya instansi secara sendirisendiri,
dengan demikian sejumlah faktor seperti standarisasi,
keamanan informasi, otentifikasi dan berbagai aplikasi
dasar yang memungkinkan interoperabilitas antar situs
secara andal, aman, dan terpercaya kurang mendapat
perhatian; dan
4. Kesenjangan kemampuan masyarakat untuk mengakses
jaringan internet.(Indrayani, 2020)

C. Manfaat Digitalisasi

Pada sektor pemerintahan dengan adanya digitalisasi


memiliki manfaat yakni: 1) Meningkatkan efisiensi biaya, 2)
meningkatkan efisiensi waktu, 3) memudahkan sistem
pelayanan publik seperti membayar pajak , retribusi, catatan
sipil, dan sebagainya (Saksono et al., 2022).

E-Government membantu dalam mengurangi biaya


yang dikeluarkan oleh masyarakat/warga dan pelaku bisnis
untuk memperoleh layanan dari instansi pemerintah
(Indrayani, 2020). Warga masyarakat hanya menghabiskan

89 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
sedikit usaha untuk mencari tahu bagaimana layanan dapat
diperoleh karena informasi tersebut tersedia di situs web
(aturan penerbitan dan prosedur). Layanan dapat diakses dari
rumah/kantor atau dikirim ke pusat lokasi layanan. Warga
masyarakat memiliki dokumentasi yang lebih baik untuk
tindak lanjutnya. Waktu proses yang cepat mengurangi total
waktu transaksi dan mengurangi waktu tunggu. Ini juga
melibatkan lebih sedikit kunjungan ke pusat-pusat layanan
pemerintah. Meningkatkan layanan kewargamasyarakat
membantu meningkatkan produktivitas dengan mengurangi
waktu yang terbuang diperjalanan, berdiri di antrian dan
mencari informasi.

Dalam kerangka waktu jangka panjang, egovernment


dapat menggeser keseimbangan kekuasaan antara penyedia
layanan dan yang dilayani. Di banyak negara, e-government
telah membuat pemerintah lebih berorientasi pada layanan
warga negara. Beberapa portal mengatur informasi dan
layanan sesuai dengan kebutuhan klien (SINGOV online) dan
tidak sesuai dengan struktur departemen pemerintah. e-
Aplikasi memungkinkan partisipasi yang lebih besar dari
warga yang mengarah ke pemberdayaan masyarakat. Sebagai
contoh, tersedianya layanan pengaduan untuk memudahkan
atau memperkuat umpan balik pada layanan. Pengumpulan

90 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
data statistik memperlihatkan bahwa kinerja dalam pelayanan
juga menjadi mudah.

Secara jelas dua negara besar yang terdepan dalam


mengimplementasikan konsep e-government, yaitu Amerika
dan Inggris melalui Al Gore dan Tony Blair, telah secara
jelas dan terperinci menggambarkan manfaat yang diperoleh
dengan diterapkannya konsep e-governmnet bagi suatu
negara, antara lain:

1. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada


para stakeholder-nya (masyarakat, kalangan bisnis, dan
industri) terutama dalam hal kinerja efektivitas dan
efisiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara;
2. Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas
penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka
penerapan konsep Good Corporate Governance.
Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi,
relasi, dan interaksi yang dikeluarkan pemerintah
maupun stakeholdernya untuk keperluan aktivitas
sehari-hari;
3. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk
mendapatkan sumber-sumber pendapatan baru melalui
interaksinya dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang
dapat secara cepat dan tepat menjawab berbagai
91 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai
perubahan global dan trend yang ada; dan
4. Pemberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain
sebagai mitra pemerintah dalam proses pengambilan
berbagai kebijakan publik secara merata dan
demokratis.

Departemen/lembaga pemerintah yang menerapkan e-


government mungkin dapat mengumpulkan lebih banyak
pajak, mencegah penipuan, mengurangi biaya dan mampu
mengatasinya dengan pertumbuhan transaksi. Dengan
mengotomatisasi pekerjaan administratif rutin, waktu staf
dapat dialihkan untuk tugas-tugas lain yang lebih substantif.
Karyawan bisa mendapatkan informasi yang lebih baik untuk
pemantauan dan pengambilan keputusan.

Adanya e-government diharapkan pelaksaan


pemerintah akan berjalan lebih efisien karena koordinasi
pemerintah dapat dilakukan melalui pemanfaatan teknologi
informasi. Untuk dapat mengembangkan e-Government
dengan baik diperlukan front office dan back office yang
mampu memberikan layanan pada masyarakat di setiap
kantor pemerintah. Selanjutnya akan memberikan value,
seperti: penyederhanaan pelayanan, menghilangkan lapisan-
lapisan pelayanan, memungkinkan semua warga negara
memperoleh informasi dan pelayanan lebih mudah,
92 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
meringkas transaksi melalui integrasi sistem pemerintahan
dan aliran operasional sistem pemerintahan dapat dilakukan
lebih cepat. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada
masyarakat, memperbaiki proses keterbukaan dan
akuntabilitas di lingkungan pemerintahan, mereduksi biaya
transaksi, terjadi komunikasi dan interaksi pada proses
pemerintahan dan menciptakan masyarakat berbasis
komunitas informasi yang lebih berkualitas.

Pemerintah tidak tertutup dengan warga negara karena


tersedianya akses informasi, pelayanan yang modern, antar
lembaga pemerintah dapat berkomunikasi dan kerja lebih
efisien dan efektif serta memungkinkan meningkatkan
pendapatan dari pajak. Secara sederhana manfaat dari e-
governent dapat kita lihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4. 1 Manfaat e- Governnent

Pemangku Manfaat
Kepentingan/Stakeholder

Masyarakat dan Pelaku Penyempurnaan Penyampaian


Bisnis (Citizens and Layanan :
Businesses)
 Waktu yang
digunakan lebih
pendek untuk
menyelesaikan
transaksi;

 Mengurangi

93 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
biayadalam
mengakses layanan;

 Meningkatkan
kualitas dan
kenyamanan;

 Meningkatkan
cakupan geografis
untuk mencapai
segmen yang lebih
besar dari populasi
layanan; dan

 Mengurangi korupsi.

Pegawai Negeri Sipil (Civil Memperbaiki Kinerja :


Servants)
 Meningkatkan
kemampuan manajer
untuk memantau
tingkat penyelesaian
tugas PNS; dan

 Meningkatkan
efisiensi PNS dengan
mengotomatisasi
pekerjaan yang rutin.

Lembaga Pemerintah Memperbaiki Keuangan


(Government Agency) Pemerintah:

 Mengurangi biaya per


unit transaksi,
meningkatkan
pendapatan; pajak dan
non-pajak;

94 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
 Mencegah penipuan
dan kebocoran
pendapatan;

 Peningkatan kontrol
praktik korupsi;

 Memberikan kontrol
yang lebih baik dari
pengeluaran;

 Meningkatkan
kecepatan dan efisiensi
alur kerja intra-dan
antar-lembaga dan
pertukaran data;

 Menghilangkan
redundansi staf; dan

 Kemampuan untuk
mengatasi
pertumbuhan

D. Pengukuran dan Penilaian Digitalisasi dalam


sektor Publik

Pengukuran dan penilaian tingkat digitalisasi dalam


sektor publik merupakan kegiatan yang diadakan dalam
rangka melihat peta kondisi pemanfaatan Teknologi dan
komunikasi oleh lembaga pemerintahan secara nasional.

Penilaian Digitalisasi adalah metodologi untuk


assessment kesiapan pemerintah dalam menerapkan e-

95 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Goverment yang hasil akhimya berupa nilai yang dapat
digunakan untuk menyusun peringkat. Pada tahun 1988, US
Governance Accountability Office mengeluarkan artikel
tentang pengukuran performa IT yang memiliki empat
perspektif yaitu strategis, pengguna, bisnis internal, serta
inovasi dan pembelajaran.

Dari perspektif strategis antara lain misi perusahaan,


manajemen dan analisis portofolio, kinerja finansial dan
investasi, dan penggunaan sumber days IT. Pada perspektif
pengguna IT terdapat tiga objective yaitu kerja sama dan
keterlibatan pengguna, kepuasan pengguna, dan dukungan
proses bisnis. Pada perspektif bisnis internal IT terdapat
perawatan dan pengembangan aplikasi, kinerja proyek,
ketersediaan infrastruktur, dan pelaksanaan standart arsitektur
perusahaan. Terakhir, perspektif inovasi dan pebelajaran IT
terdapat pengembangan dan kompetensi tenaga kerja,
penggunaan teknologi maju, metodologi yang dipakai dan
referensi kepuasan staf (Dodaro, 1989)

Di Indonesia melalui Departemen Kominfo dalam


melaksanakan kebijakan nasional mengenai Government
telah membuat acuan untuk melakukan penilaian
pengembangan melalui pemeringkatan e-Government
Indonesia atau yang disingkat dengan PeGI. PeGI
dimaksudkan dapat membangun dan mengembangkan serta
96 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
pemanfaatan Teknologi Informasi dan komunikasi di sektor
publik. Selain itu untuk mewujudkan Keterbukaan Informasi
publik sesuai dengan amanat UU Nomor 14 Tahun 2008 yang
menegaskan bahwa badan publik wajib menyediakan dan
menerbitkan informasi publik yang berada dibawah
kewenanganya dan seberapa jauh upaya penguatan
manajemen tata kelola teknologi informasi dan komunikasi.

Terdapat 5 dimensi yang terdapat pada acuan PeGI


diantaranya Kebijakan, Kelembagaan, Insfrastruktur,
Aplikasi, Perencanaan. Pemeringkatan e-Government
Indonesia dalam (PeGI, 2012)
1. Kebijakan
a. Merupakan tujuan dasar yang penting untuk
pengembangan dan implementasi e-Government
b. Evaluasi dimensi kebijakan dikerakan pada
kebijakan dalam bentuk yang jelas dari dokumen-
dokumen resmi yang memiliki kekuatan legal
c. Berbagai dokumen tersebut berisi antara lain
penentuan dan penetapan dari arah/tujuan, program
kerja, tata cara atau pengaturan bagi pengembangan
dan implementasi e-government di lingkungan
instansi peserta.

97 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
d. Bentuk dokumen dapat berupa surat keputusan,
peraturan, pedoman atau bentuk dokumen resmi
lainnya
e. Pengalokasian Pembiayaan yang cukup untuk
melakukan pengembangan dan implementasi TIK
secara layak termasuk salah satu aspek.
2. Kelembagaan
a. Dimensi kelembagaan berkaitan erat dengan
keberadaan organisasi yang berwewenang dan
bertanggung jawab terhadap pengembangan dan
pemanfaatan TIK
b. Evaluasi Dimensi Kelembagaan dilakukan terhadap
antara lain:
 Adanya organisasi struktural yang lengkap
sehingga dapat menjalankan fungsi tata kelola
TIK, pengembangan, pengoperasian, penyediaan
layanan TIK dan fungsi-fungsi lain dengan baik.
 Adanya dokumen yang memberikan rumusan
yang jelas mengenai tugas dan fungsi.
 Adanya kelengkapan unit kerja dan aparatur- nya
untuk mendukung pemanfaatan dan
pengembangan TIK yang memadai dari segi
jumlah, kompetensi, jenjang karir, maupun status
kepegawaian.

98 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
 Adanya kewenangan yang cukup sehingga
lembaga dapat menjalankan tugas dan fungsi
dengan baik termasuk fungsi pengendalian dan
pengawasan dari pengembangan dan implemenasi
TIK di instansi peserta.
3. Infrastruktur
a. Dimensi infrastruktur berkaitan dengan sarana dan
prasarana yang mendukung pengembangan dan
pemanfaatan TIK
b. Evaluasi dalam dimensi ini dilakukan terhadap :
 Pusat data (data center) yaitu piranti keras
komputer dan piranti lunak

 Jaringan komunikasi (LAN, WAN, Akses


Internet)

 Peranti keras dan peranti lunak pada pengguna


(desktop, notebook dan lain lain)

 Saluran layanan (service delivery channel)


berbasis web, telepon, sms dan lain lain.

 Fasilitas pendukung sepertantara lain ruangan


khusus, AC, UPS, Genset, serta sarana
pengamanan fasilitas lainnya.

99 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
4. Aplikasi
a. Dimensi aplikasi berkaitan dengan ketersediaan dan
tingkat pemanfaatan piranti lunak aplikasi yang
mendukung layanan E-Government secara langsung
(front office) atau tidak langsung (back office)
b. Evaluasi Dimensi Aplikasi dilakukan terhadap
ketersediaan dan tingkat penerapan dari berbagai
aplikasi yang perlu dalam menjalankan fungsi E-
Government yang sesuai dengan tugas dan fungsi
instansi.
c. Kelompok aplikasi yang dievaluasi:
 Pelayanan, meliputi aplikasi kependudukan,
perpajakan dan retribusi, pendaftaran dan
perijinan, bisnis dan investasi, pengaduan
masyarakat, publikasi informaşi umum dan
kepemerintahan, dan lain-lain
 Administrasi dan Manajemen, meliputi aplikasi
surat elektronik, sistem dokumen elektronik,
sistem pendukung keputusan, kolaborasi dan
koordinasi, manajemen pelaporan pemerintahan,
dan lain-lain
 Legislasi, meliputi aplikasi sistem administrasi
dewan, sistem pemilu daerah, katalog hukum,
peraturan dan perundangan, dan lain-lain.

100 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
 Pembangunan, meliputi aplikasi penunjang data
pembangunan, perencanaan pembangunan
daerah, pengadaan barang dan jasa, pengelolaan
dan monitoring proyek, evaluasi dan informasi
hasil pembangunan, dan lain-lain
 Keuangan, meliputi aplikasi anggaran, kas dan
perbendaharaan, akuntansi daerah, dan lain-lain.
 Kepegawaian, meliputi aplikasi penerimaan
pegawai, absensi, penggajian, penilaian kinerja,
pendidikan dan latihan, dan lain-lain..
 Kepemerintahan, meliputi pengelolaan barang
daerah, pengelolaan pendapatan daerah dan
pengelolaan perusahaan daerah.
 Kewilayahan, meliputi tata ruang dan lingkungan
hidup, potensi daerah, kehutanan, pertanian,
peternakan dan perkebunan, perikanan dan
kelautan, pertambangan dan energi, pariwisata
dan industri kecil dan menengah.
 Kemasyarakatan, meliputi ant lain aplikasi
kesehatan, pendidikan, ketenaga-kerjaan, industri
dan perdagangan, dan jaring pengaman sosial
 Sarana dan Prasarana, meliputi antara lain
aplikasi transportasi, jalan dan jembatan. terminal
dan pelabuhan, dan sarana umum.

101 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
d. Pertimbangan dalam evaluasi aplikasi
 Kesesuaian dengan prioritas kebutuhan instansi
dan pemangku kepentingan yang dilayani
 Kesesuaian dengan kondisi yang ada seperti
ketersediaan infrastruktur, tingkat kompetensi
sumber daya manusia, dan lain- lain.
 Efektivitas dan efisiensi instansi dalam
memberikan kualitas layanan baik internal
maupun eksternal
 Kemampuan untuk mengikuti perubahan dari
waktu ke waktu dengan mudah (kemudahan
perawatan aplikasi).
 Kemandirian instansi dalam arti ketergantungan
yang minimal pada pihak pihak lain
5. Perencanaan
a. Dimensi perencanaan berkaitan dengan tata kelola
atau manajemen perencanaan TIK yang dilakukan
secara terpadu dan berkesinambungan
b. Evaluasi Dimensi Perencanaan dilakukan terhadap:
 Adanya proses perencanaan untuk pengembangan
dan pemanfaatan TIK yang dilakukan secara
nyata (ada tata cara, mekansime kerja yang baku
dan teratur)

102 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
 Adanya kajian kebunuhan dan strategi penerapan
TIK yang lengkap yang berisi sasaran/tujuan,
manfaat, gambaran kondisi saat ini, pemilihan
teknologi, kebutuhan sumber daya, pendekatan,
penentuan priontas, biaya dan antisipasi
kebutuhan di masa yang akan datang.

Kelima dimensi diatas masing-masing memiliki bobot


yang sama. Berdasarkan e-government Indonesia atau (PeGI,
2019) Dalam Penialian PeGI terdapat 4 kategori penialaian
diantaranya :
Skala 1,0 – 1,49 = Sangat Kurang
1,5 – 2,49 = Kurang
2,5 – 3,49 = Baik
3,5 – 4,0 = Sangat Baik

Dibawah ini merupakan gambar dari 5 dimensi


pengukuran dan penilaian tingkat digitalisasi sektor publik
berdasarkan pemeringkatan e-Government Indonesia (PeGI)
sebagaimana terlihat pada gambar berikut :

103 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Gambar 4. 1 Definisi Peringkatan e-Government Indonesia (PeGI)

Masing-masing Dimensi diatas bisa diturunkan menjadi


indikator-indikator lebih rinci unntuk melakukan penilaian
dan pengukuran digitalisasi, seperti yang terlihat pada tabel
berikut ini:

Tabel 4. 2 Dimensi dan Indikator Penilaian E-Government di


Indonesia

Dimensi Indikator

Kebijakan 1. Visi dan misi berkaitan dengan


TIK
2. Strategi penerapan Kebijakan
3. Pedoman
4. Peraturan
5. Ketetapan Instansi
6. Anggaran

104 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
7. Skala Prioritas
8. Audit

Kelembagaan 1. Keberadaan Organisasi


2. Tupoksi
3. SOP
4. SDM
5. Pengembangan SDM

Infrastruktur 1. Data Center


2. Jaringan Data
3. Keamanan
4. Fasilitas pendukung ifrastruktur
TIK
5. Disaster recovery
6. Pemeliharaan TIK
7. Inventarisasi peralatan TIK

Aplikasi 1. Situs wajib (Homepage)


2. Aplikasi fungsional utama 1
(pelayanan)
3. Aplikasi fungsional utama 2
(Administrasi dan Manajemen)
4. Aplikasi fungsional 3 (Legiasi)
5. Aplikasi fungsional utama 4
(Pembangunan)

105 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
6. Aplikasi fungsional utama 5
(Keuangan)
7. Aplikasi fungsional utama 6
(Kepegawaian)
8. Manual petunjuk aplikasi TIK
9. Inventaris aplikasi TIK

Sumber : (Depkominfo, 2009)


Dari indikator yang telah ditetapkan Departemen
Kominfo diatas dapat diterapkan pada lembaga maupun
instansi pemerintah sebagai pengukuran dan penilaian tingkat
digitalisasi pada sektor publik

E. Rangkuman

1. Digitalisasi adalah sebuah terminologi yang digunakan


untuk menjelaskan proses peralihan media dari
konvensional menjadi media elektronik
2. Transformasi digital adalah proses transformasi
aktivitas, proses, dan model bisnis secara keseluruhan
dengan memanfaatkan perkembangan teknologi
3. Pada sektor pemerintahan dengan adanya digitalisasi
memiliki manfaat yakni:
1) Meningkatkan efisiensi biaya,
2) Meningkatkan efisiensi waktu,
3) Memudahkan sistem pelayanan publik

106 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
4) Meningkatkan transparansi, kontrol dan akuntabilitas
4. Di Indonesia melalui Departemen Kominfo dalam
melaksanakan kebijakan nasional mengenai
Government telah membuat acuan untuk melakukan
penilaian pengembangan melalui pemeringkatan e-
Government Indonesia atau yang disingkat dengan
PeGI.
5. Terdapat 5 dimensi yang terdapat pada acuan PeGI
diantaranya Kebijakan, Kelembagaan, Insfrastruktur,
Aplikasi, Perencanaan. Pemeringkatan e-Government
Indonesia.

F. Soal Latihan

1. Jelaskan kelebihan dan kekurangan dari digitalisasi


dalam sektor publik!
2. Menurut pendapatmu, sejauh mana efektivitas
implementasi digitalisasi dalam sektor publik di
Indonesia?
3. Jelaskan pengukuran dan penilaian digitalisasi dalam
sektor publik!
4. Jelaskan apa saja hambatan penerapan digitalisasi
dalam sektor publik!

107 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
5. Bagaimana agar digitalisasi dalam sektor publik di
Indonesia dapat berkembang pesat layaknya yang
terjadi di negara negara maju?

108 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
BAB V
ANALISA BERBAGAI MEDIA PARTISIPASI
MASYARAKAT

A. Partisipasi Masyarakat

Mengenai tentang pemerintahan yang baik (good


governance), salah satu hal utama yang menjadi indikator
penting di dalamnya adalah adanya keterlibatan masyarakat
(partisipasi publik) dalam pemerintahan dan kebijakan.
Dengan demikian, partisipasi publik menjadi sangat penting
dalam penyelenggaraan pemerintahan. Partisipasi publik
merupakan proses yang memberikan ruang bagi masyarakat
untuk ikut serta dalam perencanaan dan pelaksanaan
kebijakan pemerintah. Partisipasi publik diperlukan untuk
meraih keberhasilan dalam proses pembangunan. Dengan
kata lain, masyarakat merupakan bagian terpenting dalam
proses pembangunan. Selain itu, tujuan utama dari
pembangunan juga tentunya bukan untuk pemerintah,
melainkan untuk masyarakat, yaitu agar tercipta masyarakat
yang sejahtera, aman, nyaman, dan tertib (Sutrisno & Akbar,
2018). Penggunaan e-government memiliki keuntungan
utama, yaitu meningkatnya sistem pelayanan publik melalui
partisipasi masyarakat (Peristeras et al., 2009).

109 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 45 Tahun 2017 Tentang Partisipasi Masyarakat
Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah menyebutkan
bahwa masyarakat berperan serta untuk menyalurkan
aspirasi, pemikiran dan kepentingannya dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, bahwa masyarakat
berhak berpartisipasi dalam penyusunan Peraturan Daerah
dan Kebijakan Daerah yang mengatur dan membebani
masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah dapat berwujud pada konsultasi publik,
penyampaian aspirasi, rapat dengar pendapat umum,
kunjungan kerja, sosialisasi atau seminar lokakarya ataupun
diskusi (Kaligisfemmym et al., 2021).

Dalam pendekatan partisipasi, peran serta masyarakat


tidak hanya terbatas dalam pengertian ikut serta secara fisik,
tetapi keterlibatan yang memungkinkan mereka
melaksanakan penilaian terhadap masalah dan potensi yang
terdapat dalam lingkungan sendiri, kemudian menentukan
kegiatan yang mereka butuhkan. Keterlibatan masyarakat ini
adalah keterlibatan yang mengarah pada tumbuhnya
kemampuan-kemampuan mereka untuk lebih berdaya dalam
menghadapi tantangan hidup tanpa harus bergantung pada
orang lain. Ketika masyarakat kuat, peran orang luar semakin

110 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
dikurangi. Itulah sebabnya pendekatan partisipatif disebut
juga dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat.

Menurut (Kaligisfemmym et al., 2021)


mengklasifikasikan partisipasi menjadi 2 (dua) berdasarkan
cara keterlibatannya, yaitu:
a. Partisipasi Langsung Partisipasi yang terjadi apabila
individu menampilkan kegiatan tertentu dalam proses
partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang
dapat mengajukan pandangan, membahas pokok
permasalahan, mengajukan keberatan terhadap
keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.
b. Partisipasi tidak langsung Partisipasi yang terjadi
apabila individu mendelegasikan hak partisipasinya.

Cohen dan Uphoff yang dikutip oleh (Dwiningrum,


2011) membedakan patisipasi menjadi empat jenis, yaitu
pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan. Kedua,
partisipasi dalam pelaksanaan. Ketiga, partisipasi dalam
pengambilan pemanfaatan. Dan keempat, partisipasi dalam
evaluasi.

a. Partisipasi dalam pengambilan keputusan, Partisipasi


ini terutama berkaitan dengan penentuan alternatif
dengan masyarakat berkaitan dengan gagasan atau ide
yang menyangkut kepentingan bersama. Wujud

111 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
partisipasi dalam pengambilan keputusan ini antara lain
seperti ikut menyumbangkan gagasan atau pemikiran,
kehadiran dalam rapat, diskusi dan tanggapan atau
penolakan terhadap program yang ditawarkan.

b. Partisipasi dalam pelaksanaan, meliputi menggerakkan


sumber daya dana, kegiatan administrasi, koordinasi
dan penjabaran program. Partisipasi dalam pelaksanaan
merupakan kelanjutan dalam rencana yang telah
digagas sebelumnya baik yang berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan maupun tujuan.

c. Partisipasi dalam pengambilan manfaat, Partisipasi


dalam pengambilan manfaat tidak lepas dari hasil
pelaksanaan yang telah dicapai baik yang berkaitan
dengan kualitas maupun kuantitas. Kualitas dapat
dilihat dari output, sedangkan dari segi kuantitas dapat
dilihat dari presentase keberhasilan program.

d. Partisipasi dalam evaluasi, Partisipasi dalam evaluasi


ini berkaitan dengan pelaksanaan pogram yang sudah
direncanakan sebelumnya. Partisipasi dalam evaluasi
ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program
yang sudah direncanakan sebelumnya. Berdasarkan
beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan
bahwa partisipasi adalah keterlibatan suatu individu

112 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
atau kelompok dalam pencapaian tujuan dan adanya
pembagian kewenangan atau tanggung jawab bersama.
Partisipasi sebagai prasyarat penting bagi peningkatan
mutu

Menurut (Reddick.C.G, 2011) Partisipasi dalam


pemerintahan dapat dikategorikan dalam tiga bentuk.
Pertama, interaksi satu arah, yaitu pemerintah hanya
memberikan informasi kepada masyarakat. Interaksi ini
disebut manajerial. Kedua, interaksi dua arah dari
pemerintah, dimana pemerintah dan masyarakat dapat saling
berinteraksi. Interaksi seperti ini dikenal juga dengan
konsultatif. Terakhir yaitu tingkat partisipasi yang lebih baik
yaitu interaksi dua arah antara masyarakat dan pemerintah,
dan juga sebaliknya.

B. Motivasi Partisipasi Masyarakat

Partisipasi umumnya dilakukan oleh individu,


kelompok dengan suatu tujuan dan harapan yang ingin
dicapainya. Dengan demikian, secara psikologis, setiap
tindakan partisipatif pasti memiliki motivasi dari dirinya.
Dalam konteks motivasi individu, seseorang yang
memberikan partisipasinya dapat pula disebut seorang
relawan. Kajian tentang motivasi partisipasi dari perspektif
sosiolofis dilakukan oleh Rochester, dimana ia membuat

113 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
empat klasifikasi umum, yaitu (Rochester, 2006): 1) Faktor
Sosial Ekonomi; 2) Motivasi Individu; 3) Kesempatan/Akses;
4) Faktor Historis dan Budaya. Motivasi untuk berpartisipasi
yang didasarkan atas faktor Sosial Ekonomi dicontohkan
individu yang lebih berpendidikan cenderung berkontribusi
lebih pada layanan publik.

Sedangkan alasan motivasi individu didasarkan pada


kecenderungan individu untuk berpartisipasi karena sifat atau
kepribadian mereka. Dalam hal ini motivasi individu
didorong oleh minat sendiri untuk belajar, pengembangan
diri, mendapatkan pengakuan atau perlindungan dari
kelompok. Motivasi untuk perpartisipasi yang didorong oleh
motif Kesempatan atau Akses, biasanya didasarkan oleh
dukungan jaringan sosial yang mengelilingi individu tersebut,
yang dapat saja berupa jaringan dengan kelompok yang
memiliki kepentingan atau visi yang sama. Faktor pendorong
terakhir adalah alasan historis dan budaya, dimana kedua hal
tersebut menjadikan seseorang menyadari perlunya
memperjuangkan hak atas dasar kesamaan histori maupun
budaya, yang biasanya secara ekstrim disebabkan oleh alasan
ketertekanan dari kedua aspek tersebut. Motivasi yang paling
umum terkait dengan keuntungan egois seperti
pengembangan diri, kemajuan karir atau keuntungan yang
dapat diperoleh dari bagian kolektif.

114 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
C. E-Participation

Istilah e-Participation (e-Par) dapat dibagi ke dalam


dua kata utama yaitu huruf e dan Participation. Huruf e
memberikan arti elektronik dan Participation bermakna
partisipasi atau keikutsertaan. e-Participation merupakan
bentuk keikutsertaan warga masyarakat/warga negara di
dalam proses demokratisasi yang dilakukan secara elektronik,
dimana dukungan teknologi informasi sangat diperlukan
sebagai alat penting. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) di dalam situs resminya, dinyatakan bahwa e-Par
adalah keterikatan masyarakat dan keterbukaan, keterlibatan
dalam penataan melalui pemanfaatan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (DESA, 2003)

e-Par memiliki korelasi yang kuat dalam hal


implementasi Pemerintahan modern yang mensyaratkan
hubungan yang erat antara e-Gov dengan partisipasi, e-
Governance dan partipasi, e-Consultation dan e-Patition
(Sæbø et al., 2008). Sedangkan menurut Islam, e-Par
merupakan suatu proses pengetahuan yang intensif (Islam,
2008) dan masyarakat melakukan proses demokrasi secara
digital dimana demokrasi itu dipahami sebagai proses
partisipatif yang bersifat bottom up dengan memberdayakan
partisipasi orang-orang itu untuk mengambil suatu keputusan
yang diharapkan bersama (Fuchs 2006). e-Par sebagai

115 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
sebuah solusi bagi partisipasi warga sudah seharusnya
menyediakan layanan untuk melakukan diskusi di ruang
publik dan bersama-sama dapat menyelesaikan solusi hingga
menghasilkan suatu kebijakan yang mengikat warga dan
Pemerintah. Transformasi diskusi di ruang publik dengan
dukungan TIK ini bertujuan untuk membentuk opini yang
mengarah pada pengambilan keputusan yang efektif ((Kies,
2012).

Dalam penerapan e-Par yang menekankan pada aspek


kepercayaan antara pemerintah dan warganya akan
memberikan dampak positif terhadap peningkatan
manajemen antar warga dan pemerintah, kualitas sosial
warga, kegembiraan warga karena merasa turut terlibat dalam
pengambilan keputusan, serta tingkat penilaian transparansi
kepada pemerintah yang baik (Kim, Soonhee, n.d.).

D. Media

Media berasal dari kata “mediasi” karena mereka hadir


di antara pemirsa dan lingkungan.Istilah ini sering digunakan
untuk menyebutkan media massa. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia media didefinisikan sebagai alat, sarana,
perantara dan penghubung untuk menyebar, membawa atau
menyampaikan sesuatu pesan dan gagasan kepada penerima.
Menurut Arsyad ( dalam Konsep Media Massa, 2001 : 17)

116 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
media merupakan kata yang berasal dari bahasa latin medius,
yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘penerima’ atau
‘pengantar’. Oleh karena itu, media dapat diartikan sebagai
perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima
pesan. Media dapat berupa sesuatu bahan (sofware) dan/atau
alat (hardware). Menurut Gerlach & Elly (dalam Konsep
Media Massa : 56), mengatakan bahwa media jika dipahami
secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi, yang menyebabkan siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
Kemudian dalam Buku Pengantar Ilmu Komunikasi
(Cangara, 2006 : 119) media adalah alat atau sarana yang
digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator
kepada khalayak.

Sejalan dengan pendapat diatas menurut (Eriyanto,


2008) Media adalah sarana yang memungkinkan khalayak
melihat apa yang terjadi di luar sana. Atau media merupakan
sarana belajar untuk mengetahui berbagai peristiwa. Media
massa sebagai forum untuk mempresentasikan berbagai
informasi dan ide-ide kepada khalayak, sehingga
memungkinkan terjadinya tanggapan dan umpan balik. Lebih
jauh media massa tidak hanya sekedar tempat berlalu
lalanngnya informasi, tetapi juga partner komunikasi yang
memungkinkan terjadinya komunikasi yang interaktif .

117 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa
dalam komunikasi antar manusia, maka media yang paling
dominasi dalam berkomunikasi adalah panca indera manusia,
maka media yang paling dominasi dalam berkomunikasi
adalah panca indera manusia seperti mata dan telinga. Pesan-
pesan yang diterima selanjutnya oleh pancaindera diproses
oleh pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan
sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam
tindakan. Association of Education and Communication
Technology (AECT), mengatakan bahwa media adalah segala
bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan
pesan dan informasi. Menurut Alex Sobuu ( dalam Analisis
Teks Media : 10) media adalah sebagai suatu alat untuk
menyampaikan informasi, penlaian, atau gambaran umum
tentang banyak hal, media mempunyai kemampuan untuk
berperan sebagai institusi yang dapat membtuk opini public,
antara lain karena media juga dapat berkembang menjadi
kelompok penekan atas suatu ide atau gagasan, dan bahkan
suatu kepentingan atau citra yang media reprentasikan untuk
diletakan dalam koteks kehidupan yang lebih empiris.

Posisi media sebagai ruang publik tidak bisa dilepaskan


dari karakteristik unik media yang tidak dimiliki oleh bidang
lain. Media selalu berkaitan dengan publik. Media menjadi
tempat masyarakat dapat saling berdiskusi mengenai suatu

118 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
isu secara bebas. Media mengangkat isu yang terjadi di dalam
masyarakat, mengangkat suara dan pendapat masyarakat serta
dapat menampung berbagai umpan balik (Eriyanto, 2008).

E. Media Sosial

Media sosial adalah teknologi web 2.0 yang


memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi dengan
menampilkan identitas digital mereka. Pengguna media sosial
dapat mengunggah, mengomentari, serta membagikan status,
foto, video, halaman web lainnya di halaman media sosial
mereka. Pengguna media sosial juga dapat terhubung,
membangun hubungan, dan membangun kepercayaan dengan
pengguna lainnya (Li.L, 2010). Teknologi memungkinkan
semua ini terjadi tanpa perlu memikirkan jarak, ruang, dan
waktu (Boyd M.D, Ellison, 2010).

Media sosial mengacu pada situs dan platform berbasis


internet yang memfasilitasi interaksi antara pengguna media
dengan memberikan kesempatan untuk membuat, berbagi dan
bertukar konten (informasi, opini dan minat) sambil
membangun identitas, percakapan, konektivitas, hubungan,
reputasi, dan kelompok(Khan, 2017). Menurut (Khan, 2013)
menyatakan, media sosial terdiri dari berbagai alat dan
teknologi yang mencakup proyek kolaboratif, blog,
mikroblog, komunitas konten, situs jejaring sosial, dunia

119 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
sosial virtual dan semua platform berbasis internet lainnya
yang memfasilitasi penciptaan dan pertukaran konten.

Ada beberapa jenis media sosial yang diklasifikasikan


Kaplan & Haenlein dalam Tim Pusat Humas Kementerian
Perdagangan RI, (2014) berdasarkan ciri-ciri penggunaannya
yaitu:

1. Proyek kolaborasi yaitu sebuah website yang


mengizinkan user-nya mengubah, menambah,
membuang content-content yang berada di website,
contohnya Wikipedia;

2. Blog dan mikroblog yaitu user bebas mengekpresikan


sesuatu seperti curhat/kritik terhadap kebijakan
pemerintah, contohnya Twitter;

3. Content yaitu user dan pengguna website untuk saling


share content, misalnya: video, gambar, suara,
contohnya YouTube;

4. Situs jejaring sosial yaitu sebuah aplikasi yang


mengizinkan user saling terhubung dengan orang lain
dan berisikan informasi pribadi yang dapat dilihat
orang lain, contohnya Facebook;

5. Virtual Game World yaitu dunia virtual yang


menggunakan teknologi 3D, dimana user berbentuk
120 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
avatar dan berinteraksi dengan orang lain, contohnya
Games Online; dan

6. Virtual Sosial World yaitu dunia virtual yang user


merasa hidup di dunia maya dan berinteraksi dengan
yang lain, contohnya Second Life.

Berdasarkan jenis penggunaan media sosial ini, Tim


Pusat Humas Kementerian Perdagangan RI, (2014) ciri-ciri
media sosial sebagai berikut:

a. Content yang disampaikan dibagikan kepada banyak


orang dan tidak terbatas pada satu orang tertentu.

b. Isi pesan muncul tanpa melalui suatu gatekeeper dan


tidak ada gerbang penghambat.

c. Isi disampaikan secara online dan langsung.

d. Content dapat diterima secara online dalam waktu lebih


cepat dan bisa juga tertunda penerimaannya tergantung
pada waktu interaksi yang ditentukan sendiri oleh
pengguna.

e. Media sosial menjadikan penggunanya sebagai creator


dan aktor yang memungkinkan dirinya untuk
beraktualisasi diri.

121 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
f. Dalam content media sosial terdapat sejumlah aspek
fungsional seperti identitas, percakapan (interaksi),
berbagi (sharing), kehadiran (eksis), hubungan (relasi),
reputasi (status) dan kelompok (group)

Media sosial memiliki potensi untuk memperluas


layanan pemerintahan, meningkatkan partisipasi masyarakat,
mengumpulkan gagasan-gagasan inovatif dari publik, dan
meningkatkan pengambilan keputusan serta pemecahan
masalah. Media sosial juga memberikan berbagai peluang
bagi praktisi humas pemerintah untuk berinteraksi dengan
masyarakat umum. Penggunaan media sosial yang berbasis
teknologi Web 2.0 sangat berguna untuk ekspresi diri dan
partisipasi warga negara dalam aktivitas pemerintah serta
dapat digunakan oleh pemerintah meningkatkan partisipasi
warga (Dwivedi et al., 2017).

Beberapa organisasi memanfaatkan media sosial


sebagai aset gratis untuk meningkatkan kinerja mereka
(Rosemann, 2011). Pada perusahaan bisnis komersial, media
sosial dimanfaatkan untuk mengiklankan produk serta
menawarkan layanan transaksi kepada pelanggan. Hal ini
juga dapat diberlakukan oleh pemerintah (Hofmann Sara et
all, 2012). Media sosial memungkinkan terjadinya
komunikasi dua arah antara pemerintah dan masyarakat,
persis pada waktu komunikasi itu dilakukan (real time). Hal
122 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
ini menyebabkan lembaga maupun pejabat pemerintah yang
memanfaatkan media sosial dapat lebih mudah diakses oleh
masyarakat, sehingga kinerja pemerintah menjadi lebih
transparan, efektif, dan efisien.

Media sosial dianggap menawarkan berbagai


kemudahan berkomunikasi untuk membangun hubungan
yang interaktif antara pemerintah dan warga negara sehingga
media sosial sering digunakan sebagai instrumen yang
bermanfaat untuk partisipasi aktif warga, berbagi informasi,
komunikasi dan hubungan online antar pihak. Kemudahan
tersebut dapat terjadi karena media sosial memiliki empat
kekuatan potensial yaitu: collaboration, participation,
empowerment and time (Bertot et al., 2010). Hadirnya media
sosial telah mendorong proses reformasi birokrasi dan
menciptakan pemerintahan yang baik (Huda, M., & Yunas,
2016). Media sosial digunakan karena kebutuhan lembaga
pemerintahan untuk terus berkomunikasi dengan warganya
dan menggunakannya untuk menilai aspirasi politik warga
(Roengtam, 2020). Pemerintah menyadari pentingnya
menyediakan layanan secara elektronik dengan berbagai situs
dan aplikasi yang terkoneksi internet guna meningkatkan
kinerja layanan pemerintah yang diberikan kepada berbagai
pemangku kepentingan (warga negara, bisnis dan pemerintah
itu sendiri) (A.Mishaal & Abu-Shana, 2015), yang

123 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
berdampak pada transparansi, akuntabilitas dan legitimasi
lembaga pemerintahan (Gascó-Hernández & Fernández-Ple,
2014).

Interaksi online melalui media sosial antara pemerintah


dan masyarakat harus berpusat pada pemenuhan kebutuhan
masyarakat. Pemerintah secara langsung dapat mengamati
tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah.
Masyarakat pun secara tidak langsung akan dilibatkan dalam
pengambilan kebijakan pemerintah. Melalui media sosial,
pemerintah akan lebih mudah untuk menampung saran dan
kritik dari masyarakat. Media sosial juga dapat membantu
lembaga pemerintah untuk meningkatkan pelayanan publik.
Pemerintah dapat menginformasikan kepada masyarakat
mengenai kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan serta
mempromosikan mengenai layanan-layanan yang diberikan
melalui media sosial. Dengan demikian, media sosial dapat
meningkatkan penggunaan layanan elektronis oleh
masyarakat. Media sosial sangat membantu pemerintah untuk
menjangkau masyarakat lebih luas.

F. Karakteristik Dan Tujuan Media Sosial

Banyaknya variasi dan jenis platform media sosial yang


muncul mempengaruhi karakteristik komunikasi
penggunanya. Zhu dan Chen (Voorveld et al., 2018)

124 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
mengembangkan tipologi berdasarkan dua karakteristik
media sosial, yaitu sifat koneksi (berbasis profil versus
berbasis konten) dan tingkat kustomisasi pesan (sejauh mana
layanan disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan individu
akan preferensi tertentu). Terdapat empat kategori media
sosial yang berdasarkan dua karakteristik di atas, yaitu:

1) Relationship, merepresentasikan platform media sosial


yang berbasis profil dan sebagian besar terdiri dari
pesan khusus. Kategori ini mencakup platform media
sosial seperti Facebook dan LinkedIn;

2) Self-media, merepresentasikan platform media sosial


yang berbasis profil tetapi menawarkan penggunanya
kesempatan untuk mengelola saluran komunikasi media
sosial sendiri, contohnya Twitter;

3) Creative out-late yaitu platform media sosial yang


berbasis konten dan memungkinkan pengguna untuk
berbagi minat dan kreativitas. misalnya Youtube dan
Instagram; dan

4) Collaboration yaitu platform yang berbasis konten


tetapi memungkinkan orang untuk bertanya,
mendapatkan saran, atau menemukan berita dan konten
paling menarik pada saat itu.

125 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Sedangkan menurut (Mayfield, 2008) mengungkap
beberapa karakteristik dari media sosial, yakni: (1) Partisipasi
(participation), media sosial mendorong kontribusi dan
umpan balik dari semua orang yang tertarik
menggunakannya. Hal ini mengaburkan garis pemisah antara
media dan pengguna. (2) Keterbukaan (openness),sebagian
besar layanan terbuka untuk umpan balik dan partisipasi.
Media sosial ini mendorong pemungutan suara, komentar-
komentar, dan pertukaran informasi. Sangat jarang ditemukan
halangan untuk mengakses dan menggunakan isi/konten
media sosial. (3) Percakapan (conversation),dimana media
tradisional berkaitan dengan penyiaran (konten dikirim atau
didistribusikan ke penonton), media sosial lebih dilihat
sebagai percakapan dua arah.(4) Komunitas
(community),media sosial memungkinkan komunitas-
komunitas untuk tampil secara cepat dan berkomunikasi
secara efektif. Komunitas berbagi kesamaan ketertarikan
seperti kesukaan pada fotografi, isu-isu politik dan acara TV
favorit.(5) Konektivitas (connectedness),sebagian besar
media sosial maju pesat karena konektivitasnya,
menggunakan berbagai tautan (links) ke situs web, sumber-
sumber informasi dan masyarakat lainnya.

Popularitas dan karakteristik media sosial yang


menawarkan keterbukaan, membuat partisipasi dan ruang

126 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
untuk berbagi, media sosial menjadi perantara penting untuk
interaksi dan komunikasi terutama antara pemerintah dan
warga negara. Web 2.0 atau teknologi baru lainnya seperti
media sosial dapat diintegrasikan dengan portal pemerintah
yang ada secara mudah dan berpotensi memperluas serta
memperkaya hubungan dan pertukaran informasi antar
lembaga pemerintah dan antara lembaga pemerintahan dan
warga, bisnis, organisasi nirlaba, tingkat pemerintahan dan
cabang pemerintah lainnya.

Karakteristik media sosial inilah yang membuat media


sosial dapat digunakan sebagai alat perubahan sosial.
Wakefield et al., (2011) dari The Institute of Philanthropy
merumuskan setidaknya ada 8 tujuan media sosial terkait hal
ini :

1. Mengkomunikasikan pesan (communicating messages).


Media sosial merupakan salah satu alat komunikasi
yang efektif dan mmurah bagi individu maupun
organisasi untuk menyampakikan pesan ke para
stakeholders ataupun masyarakat luas. Media sosial
mampu melampaui media tradisional yang mungkin
saja sudah diatur dan dikendalikan oleh pihak-pihak
lain.
2. Pertukaran pengetahuan dan pelaporan (knowledge
sharing and reporting). Media penyiaran bisa
127 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
dipergunakan untuk mengirim pesan kepada
masyarakat, media sosial membuat masyarakat mampu
mengirimkan pesan itu kembali. Masyarakat bisa
menyampaikan pesan/berita terkait isu-isu yang mereka
alamai, mereka lihat saat kejadian berlangsung ke
organisasi ataupun pemerintah, sekaligus berbagi
informasi antar masyaakat. Inilah yang membuat media
sosial bisa digunakan untuk menghubungkan seluruh
warga dunia terkait isu global, dan berbagi pemahaman
yang sama pada isu-isu lokal. Dampak media sosial
dalam pertukaran pengetahuan tidak hanya dirasakan,
tetapi sudah terbukti mampu membantu
penanggulangan bencana, memperluas wacana publik,
dan memperkaa wawasan publik tentang masalah
sosial. Pekerja sosial bisa mempergunakannya untuk
melakukan penelitina, organisasi bisa mempergunakan
media osial untuk meningktakan pengetahuan
karyawannya, dan bahkan pemerintah bisa
mempergunakan media sosial untuk memahami
masalah-masalah apa saja yang tengah dialami
masyarakatnya.
3. Mengatasi hambatan inkluasi (overcoming barriers to
inclusion). Ada beberapa kelompok di masyarakat yang
sulit untuk dijangkau dan menjadi terpinggirkan

128 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
diantaranya disebabkan karena faktor lanjut usia,
disabilitas, atau karena latarbelakangnya. Media sosial
bisa menjadi alat bagi mereka untuk bersama-sama
menghadapi hambatanhambatan yang ada, berinterkasi
secara aman, mudah mengakses layanan-layanan yang
ditawarkan bagi mereka, bersosialisasi dan menjadi
terlibat secara aktif dalam berbagai aktivitas dan isu-
isu.
4. Menghubungan masyarakat (connecting people). Media
sosial menjadi alat penghubung antar masyarakat, dan
seringkali mengandung nilai-nilai sosial didalamnya
seperti membantu masyarakat berbagi nasihat,
dukungan dan membentuk komunitas. Media sosial
memungkinkan terjadinya pecakapan antara masyarakat
yang tinggal berdekatan untuk membangun kohesi dan
memperkuat komunitas lokal. Komunitas online juga
mampu menghubungan masyarakat yang terpisah
secara geografis ataupun yang sulit untuk ditemui
secara langsung.
5. Meningkatkan penyampaian pelayanan (improving
service delivery). Saat ini media sosial telah menjadi
kebiasaan dan menjadi semakin penting dalam
kehidupan masyarakat, serta lebih berguna dalam
kehidupan sehari-hari. Masyarakat semakin berharap

129 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
mereka bisa memilih media sosial untuk mengakses
layanan organisasi yang mereka inginkan, dan
menyampaikan apa yang mereka rasakan terkait
layanan tersebut. Ke dapan, organisasi menempatkan
harapan-harapan masyarakat ini untuk meningkatkan
pelayanan pada masyarakat, menjangka komunitas-
komunitas baru dan menyampaikan pelayanan pada
masyarakat yang membutuhkan dan telah
berkomunikasi dengan mereka. Media sosial
menghadirkan kesempatan untuk menautkan pengguna
layanan dengan pemberi layanan, serta menciptakan
lebih banyak partisipasi penuh maknan atara penyedia
layanan dan penerima layanan.
6. Penskalaan secara cepat (scaling fast). Dalam
komunikasi dua arah dan pada waktu kejadian (real
time),media sosial memungkinkan organisasi untuk
melibatkan para pendukungnya ke dalam kegiatan
mereka, dan para pendukung ini juga bisa memberikan
kontribusi secara langsung pada pencapaian misi
organisasi. Hal ini berimplikasi penting pada
pencapaian skala dampak sosial, dimana media sosial
mampu memobilisasi kelompok besar masyarakat
untuk membantu dalam sebuah kegiatan secara cepat
dan murah, dimana mobilisasi ini mungkin sulit

130 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
dilakukan tanpa media sosial. Masyarakat bisa
berkontribusi secara online, membantu menyampaikan
layanan-layanan online atau melakukan tugas-tugas
sederhana untuk menunjang kapasitas kelompok
mereka.
7. Penggalangan dana (fundraising).Beberapa tahun
terakhir, situs web memfasiiliasi donasi secara online
sehingga berkembang dari segi jumlah penyumbang
maupun dana yang disumbangkan. Situs-situs web ini
memungkinkan organsiasi ataupun individu untuk
menciptakan halaman penggalangan dana mereka
sendiri dimana para pendukung bisa dengan cepat dan
mudah memberkan donasi online, dan ini terintegrasi
sehingga penggalang dana bisa secara otomatis
menyebarkan penggalangan dananya melalui akun
Facebook dan Twitter.
8. Transparansi dan Akuntabilitas (transparency and
accountability). Saat ini, individuindividu bisa
menyiarkan informasi online dengan mudah, membuat
organisasi-organisasi dan institusi kesulitan untuk
menjaga informasi-informasi aktivitas privasi mereka.
Media sosial mendorong organisasi-organsiasi untuk
menjadi lebih transparan terkait aktivitas mereka,
dengan mengizinkan organisasi-organisasi kecil dan

131 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
individu-individu menuntut transparansi dari institusi
besar terkait keputusan-keputusan dan pengeluarannya.
Media sosial juga menjadi alat kuat yang membantu
institusi-institusi berbagi informasi dengan masyarakat,
menutup kemungkinan mereka yang tertutup dan tidak
akuntabel menjadi lebih mudah terbuka.

G. Pengaruh Media Sosial terhadap Pemerintahan


yang Baik (Good Governance)

Pemerintahan yang baik (good governance) telah


menjadi keharusan untuk pengambilan keputusan dan
implementasi program bagi banyak negara di seluruh dunia.
Pemerintahan yang baik (good governance) dapat
didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan dan
proses dimana keputusan diimplementasikan dan memastikan
bahwa suara-suara publik (terutama suara-suara mayoritas
dan anggota masyarakat yang rentan) diperhitungkan, dan
pengambilan keputusan itu responsif terhadap kebutuhan
masyarakat saat ini dan di masa depan (Pomeranz &
Stedman, 2020). Bagi warga negara, penyelenggaraan yang
baik adalah yang memberikan kemudahan dan kepastian akan
penyediaan layanan publik yang baik, juga mengacu kepada
keputusan, kebijakan, dan tindakan yang bertujuan untuk
kesejahteraan, kebaikan, atau kepentingan semua warga
negara (Barthwal, 2003).
132 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Media sosial dalam konteks sektor publik telah diyakini
mampu memberikan berbagai peluang bagi interaktivitas
antara lembaga pemerintahan dengan publik. Melalui media
sosial, sektor publik ingin berbagi dan menyebarkan
informasi sekaligus ingin berinteraksi kepada publik tentang
berbagai masalah (Khan et al., 2014). Manfaat penggunaan
media sosial di sektor publik atau lembaga pemerintahan
secara positif mempengaruhi persepsi masyarakat mengenai
lembaga pemerintahan yang semakin partisipatif di media
social.

H. Optimalisasi Media Sosial Untuk Mencapai Good


Governance
Kehadiran media sosial dengan kekuatan yang
dimilikinya dapat menjadi alternatif pilihan bagi pemerintah
dalam melaksanakan e-government. Besarnya minat
masyarakat menggunakan media sosial, terutama melalui
perangkat genggam/smartphone, bisa menjembatani penetrasi
penggunaan internet yang lebih terpusat di pulau Jawa dan
hambatan infrastruktur. Hal ini diharapkan bisa memperkecil
kesenjangan digital (digital divide) akibat minimnya akses
terhadap teknologi digital pada lingkup masyarakat
berpenghsailan rendah, di daerah kecil, serta grup minoritas
(Biagi, 2010:240).Selain itu, prinsip-prinsip dasar good
governance bisa terwujud dengan penerapan e-government

133 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
melalui media sosial karena selaras dengan prinsip-prinsip
dasar media sosial.

Esensi dari e-government adalah interaksi, lebih


tepatnya mekanisme interaksi baru (moderen) antara
pemerintah dengan masyarakat dan kalangan lain yang
berkepentingan (stakeholders) yang melibatkan penggunaan
TIK (terutama internet) dengan tujuan memperbaiki mutu
(kualitas) pelayanan yang selama berjalan. Media sosial bisa
membuka jalan komunikasi langsung antara pemerintah,
pelaku bisnis dan masyarakat. Satu sisi pemerintah terbantu
dengan hadirnya media sosial karena bisa memberikan
kemudahankemudahan untuk melibatkan partisipasi
masyarakat. Disisi lain, kemudahan dan keterbukaan ini akan
meningkatkan pengawasan publik, yang akan memaksa
pemerintah untuk lebih transparan dan memberikan layanan
yang lebih baik lagi. Secara tidak langsung, kehadiran media
sosial saat ini memberi pengaruh positif bagi terwujudnya
good governance.

Penggunaan media sosial oleh pemerintah sebenarnya


bukan hal yang baru di Indonesia. Beberapa lembaga
pemerintah sudah mulai menggunakannya dan mendapat
respon cukup positif, seperti Traffic Management Center
(TMC) Ditlantas Polda Metro Jaya, Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dan beberapa
134 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Diskominfo di tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi. Hanya
saja minat masyarakat untuk mengakses media sosial insitusi
resmi pemerintah ini jauh lebih rendah dibandingkan minat
masyarakat mengakses media sosial kepala pemerintahan.
Salahsatu contoh pembanding adalah akun media sosial
Walikota Bandung Ridwan Kamil dimana akun twitternya
diikuti oleh 1,7 juta followers dan instagramnya telah diikuti
oleh 4,4 juta akun. Sangat tinggi dibandingkan dengan akun
twitter dan instagram Diskominfo Bandung yang hanya
diikuti 28 ribu dan 20 ribu followers. Hal ini menjadi
tantangan untuk mengemas media sosial institusi resmi
pemerintah sehingga bisa lebih diminati masyarakat.

Pemerintah Indonesia sebenarnya telah berupaya


memandu bagaimana mengunakan media sosial bagi instansi
pemerintah, yakni dengan mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 83 Tahun
2012 Mengenai Pedoman Pemanfaatan Media Sosial Instansi
Pemerintah. Di dalamnya dijelaskan terdapat beberapa
langkah pengelolaan media sosial, namun perlu optimalisasi
dalam penerapannya. Adapun langkah-langkah pengelolaan
media sosial bagi instansi pemerintah dalam PP No.83/2012
(16-20) yaitu:

135 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
1. Perencanaan

Proses perencanaan ini secara sederhana dapat dilakukan


dengan menerapkan metode POST (People-Objective-
Strategy-Technology) yang merupakan empat elemen penting
dalam merancang pengelolaan media sosial.

Khalayak (people)

Sasaran (objectives)

Strategi (strategy)

Teknologi (technology)

Gambar 5. 1 Metode POST dalam Pedoman Pemanfaatan Media


Sosial Instansi Pemerintah No. 83 (2012)

Metode POST yang dikembangkan Forrester ini


melihat khalayak (people) sebagai proses penetapan target
komunikasi instansi dan juga perilaku online dari khalayak
yang didasarkan pada segmentasi teknografis sosial.
Pemahaman khalayak bisa diperluas tidak hanya pada
segmentasinya tetapi juga sebagai fokus utama dalam
perencanaan pengelolaan media sosial, yakni untuk
kesejahteraan masyarakat. Hal ini sesuai dengan langkah
awal model Input/Output Model of IT Planning for Social
Media in Government yaitu perencanaan nilai-nilai pelayanan
publik.Pada model ini, proses perencanaan strategis

136 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
penggunaan dan pengelolaan media sosial oleh pemerintah
mencakup empat proses (Dadashzadeh, 2010), yaitu
perencanaan nilai-nilai pelayanan publik (desired future
public service value), penentuan fokus media sosial yang
akan dibuat pengelola (strategic focus of social media),
inventarisasi kemampuan IT (current IT capabilities) dan
perkembangan teknologi (emerging technologies).

Perencanaan nilai-nilai pelayanan publik dan peran


media sosial dalam mewujudkannya menurut Accenture‟s
Public Service Value Governance Framework (dalam
(Dadashzadeh, 2010) harus memiliki empat prinsip yaitu: 1)
Outcomes-Based Focus, pemanfaatan dan pengelolaan ini
nantinya harus menghasilkan perbaikan nyata untuk kondisi
sosial dan ekonomi warga; 2)Balanced to Ensure Fairness,
pemanfaatan dan pengelolaan ini semata guna melayani
kepentingan umum dan menyediakan akses bagi semua
warga negara; 3). Engagement to Co-Produce Public Value,
dapat melibatkan, mendidik dan membantu warga untuk
meningkatkan kualitas hidup dengan memanfaatkan
pengalaman mereka sendiri (tanpa membuat warga
bergantung pada pemerintah); 4). Meningkatkan akuntabilitas
pemerintah, pemanfaatan dan pengelolaan ini harus dapat
meningkatkan transparansi dan membuka kesempatan warga

137 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
negara memberikan feedback ketika pemerintah gagal
memenuhi pelayanan publik yang sesuai.

Sedangkan sasaran (objective) adalah penentuan tujuan


yang akan dicapai instansi misalnya mendengarkan aspirasi,
memperoleh masukan, menyosialisasikan informasi ataupun
membangun kesadaran khalayak. Pengelola media sosial bisa
lebih fokus pada apa yang bisa diselesaikan melalui media
sosial.

Strategi adalah cara menentukan hubungan dengan


khalayak. Strategi ini dapat disusun dari identifikasi
identifikasi yang dilakukan terhadap khalayak dan kapabilitas
TIK yang dimiliki instansi. Pengelola media sosial
melakukan inventarisasi kesiapan infrastruktur TIK yang
dimiliki, sumber daya manusia pengelola media sosial,
sekaligus memetakan karakteristik penggunaan TIK dan
media sosial di masyarakat termasuk media sosial yang
paling banyak diakses oleh masyarakat dan karakteristik
masyarakat yang mengaksesnya. Hal ini penting terkait
elemen terakhir yakni teknologi.

Teknologi diartikan penentuan aplikasi yang


dibutuhkan. Penting untuk melihat perkembangan teknologi,
seperti perkembangan jenis media sosial, kombinasi dan
integasi beberapa media sosial dan peraturan/kebijakan yang

138 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
terkait penggunaan media sosial. Hal ini untuk mencegah
kesalahan pemilihan media sosial.

2. Kegiatan Media Sosial

Kegiatan media sosial maksudnya ialah menentukan


kegiatan yang terpadu dengan kegiatan instansi pemerintah
secara menyeluruh. Kegiatan media sosial harus diselaraskan
dengan kebijakan umum pemerintah yang tercermin dalam
aktivitas media sosial tersebut. Untuk menjalankan kegiatan
ini dibutuhkan penanggung jawab (administrator) pimpinan
dari instansi yang bersangkutan atas nama pemimpin instansi.
Penanggung jawab sepenuhnya bertanggungjawab atas segala
aktivitas dalam media sosial ini. Namun, pelaksanaan
pengelolaan sehari-hari dijalankan oleh tim dan petugas yang
secara khusus dibentuk. Penentuan pengelola media sosial
(administratror) sangatlah vital, karena harus benar-benar
memahami tujuan dari setiap media sosial yang dikelola,
mampu menyelaraskan semua informasi hingga harapan
ketiga pilar good governance bisa tercapai.

3. Strategi Media Sosial

Proses selanjutnya adalah perancangan dan penyusunan


pesan yang tepat untuk khalayak sasaran dan
menyebarluaskanya pada media yang tepat. Pesan yang
dimaksud disini adalah pesan dalam aktivitas media sosial
139 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
dan juga pesan-pesan pendukung yang akan bersifat sebagai
sosialisasi media sosial. Strategi dibutuhkan untuk membuat
jalannya aktivasi atau pelaksanaan media sosial menjadi lebih
teratur dan dapat dikontrol. Penyusunan pesan disesuaikan
dengan target yang telah disepakati di perencanaan
sebelumnya. Penting untuk menyusun strategi atau pesan ini
karena sangat berpengaruh terhadap ketertarikan warga dan
jalannya aktivitas nanti.

Isi dan penyajian pesan pada media sosial dirancang


agar mampu mengakomodir peran dan kepentingan ketiga
pilar good governance, yaitu pemerintah, pelaku
bisnis/swasta, dan masyarakat. Sedarmayanti (2009:280)
menjabarkan peran-peran setiap pilar sebagai berikut:
a. Pemerintah: menyediakan perangkat aturan dan
kebijakan, menciptakan kondisi poleksos yang stabil,
membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan,
menyediakan publik service yang efektif dan
accountable,menegakkan HAM, Melindungi
lingkungan hidup, mengurus standar kesehatan dan
standar keselamatan publik.
b. Pelaku bisnis/sektor swasta; menggerakkan roda
perekonomian, menjalankan industri, menciptakan
lapangan kerja, menyediakan insentif bagi karyawan,

140 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
meningkatkan standar hidup masyarakat, memelihara
lingkungan hidup, dan mentaati peraturan.
c. Masyarakat: aktivitas swadaya guna mengembangkan
produktivitas ekonomi, efektivitas, dan efisiensi,
menjaga agar hak-hak masyarakat terlindungi,
mempengaruhi kebijakan publik, sebagai sarana chek
and balance pemerintah, mengawasi penyalahgunaan
kewenangan sosial pemerintah, sarana komunikasi
antar anggota masyarakat. Hal ini untuk memenuhi
prinsip transparansi dan akultabilitas. Pada hambatan
penerapan e-government yang telah disebutkan
sebelumnya, tuntutan masyarakat akan transparansi dan
akuntabilitas pemerintah melalui egovernment
menimbulkan kekhawatiran penyalahgunaan data dan
terbongkarnya rahasia-rahasia negara. UU RI No. 14
tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik bisa
dijadikan panduan, mana informasi yang bisa dibuka
kepada masyarakat. Lebih jelasnya pada pasal 9,10 dan
11 tentang informasi yang wajib disediakan dan
diumumkan secara berkala, serta merta dan setiap saat.
Kemudian pasal 17 tentang informasi yang
dikecualikan untuk disiarkan kepada masyarakat.

141 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
4. Pelaksanaan

Langkah-langkah pelaksanaan media sosial terdiri dari


delapan elemen. Pertama ialah menetapkan khalayak sesuai
segmentasi teknografis dan perencaaan yang telah dilakukan.
Kedua, memilih dan membuat media sosial ataupun akun
media sosial yang sesuai dengan khalayak. Ketiga, membuat
dan mengunggah pesan. Pesan yang telah direncanakan
dibuat dan diunggah, dimasukan kedalam media sosial.
Keempat, Memantau percakapan yang terjadi. Melihat
percakapan yang terjadi dan mengamatinya, langkah ini
diperlukan untuk menjawab langkah kelima yaitu berinteraksi
dengan khalayak. Menjawab komentar,masukan dan atau
pertanyaan dari khalayak. Keenam, menganalisa dan
menyarikan seluruh masukan khalayak sebagai umpan balik
pembuat kebijakan.Pada tahap menganalisa dan menyarikan
ini, saran, masukan dan partisipasi lain dari khalayak perlu
dikategorikan dengan rapi dan jelas, tanpa mengurangi,
menambah atau mengubah makna pesan sesungguhnya.
Saran, komentar dan pertanyaan ini kemudian diteruskan
untuk dapat dijadikan bahan pertimbangan pengambil
keputusan. Ketujuh adalah memberikan rekomendasi tindak
lanjut kegiatan, program atau solusi atas masukan dan atau
keluhan masyarakat yang telah masuk dan diproses tadi.
Kedelapan ialah menyebarluaskan kebijakan atau tindak

142 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
lanjut yang telah dilakukan pemerintah kepada masyarakat
luas.

Pada pelaksanaan pengelolaan media sosial ini, peran


pengelola (administrator) baik individu maupun tim kerja
sangatlah penting. Administrator dituntut mampu menyajikan
pesan-pesan yang memenuhi harapan pemerintah, pelaku
bisnis, dan masyarakat sekaligus mersepon umpan balik dari
masyarakat pengguna secara tepat dan cepat (prinsip
responsiveness). Sehingga bisa menarik pengguna-pengguna
baru untuk terus mengakses dan memantau perkembangan
media sosial yang dikelola.

5. Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan media sosia juga dikenal dengan istilah


penyimakan sosial (social listening). Kegiatan ini merupakan
proses identifikasi dan penilaian mengenai persepsi khalayak
terhadap instansi dengan menyimak semua percakapan dan
aktivitas yang ada di media sosial. Untuk mengukur tingkat
feedback dan return of investment di media sosial, digunakan
lima kategori pengukuran seperti dalam tabel berikut:

143 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Tabel 5. 1 Tingkat Kembalian Investasi Media Sosial
Pemerintah PP No. 38 (2012)
Frekuensi dan
Percakapan dan
Jangkauan Lalu Lintas Pengaruh Keberlanjutan
Keberhasilan
Percakapan
Jumlah tautan Jumlah Mengenai Jumlah pesan Keberlanjutan
yang merujuk kunjungan pesan/isi yang diklik anggota
ke pesan yang Jumlah Komentar khalayak komunitas
disampaikan pengunjung tentang Jumlah pesan Loyalitas
Jumlah tweet Jumlah pesan/isi yang diunduh Khalayak yang
dan retweet pengunjung Retweet khalayak sering
tentang pesan yang kembali Jumlah sharing Jumlah pesan berkunjung
yang dimuat dan pesan yang yang diadopsi kembali
Jumlah orang dikirimkan
yang
membicarakan
pesan
Jumlah
hubungan baru
yang berbentuk

Pemantauan ini digunakan untuk mengukur


kecenderungan persepsi, opini dan sikap khalayak terhadap
instansi. Misalnya saja media sosial dikelola oleh pemerintah
pusat untuk menerima aduan dan aspirasi masyarakat.
Melalui pemantauan media dapat dilihat isu-isu apa yang
menjadi laporan atau aduan terfavorit. Kebutuhan apa yang
dibutuhkan masyarakat dan bidang mana yang perlu
mendapat perhatian lebih juga bisa dilihat dari aktivitas
perbincangan di media sosial ini. Pemantauan ini dilakukan
terus-menerus dan secara real time sehingga instansi
pemerintah dapat memantau pergerakan naik atau turunnya
kecenderungan persepsi, opini dan sikap khalayak terhadap
instansi.

144 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Hasil dari pemantauan dan evaluasi pengelolaan media
sosial ini menjadi bahan masukan bagi perencanaan
pengelolaan media sosial berikutnya. Sehingga pengelolaan
media sosial instansi pemerintah bisa lebih optimal.

I. Rangkuman
1. Partisipasi publik merupakan proses yang memberikan
ruang bagi masyarakat untuk ikut serta dalam
perencanaan dan pelaksanaan kebijakan pemerintah.
2. Menurut (Kaligisfemmym et al., 2021)
mengklasifikasikan partisipasi menjadi 2 (dua)
berdasarkan cara keterlibatannya, yaitu:
 Partisipasi Langsung Partisipasi yang terjadi apabila
individu menampilkan kegiatan tertentu dalam
proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila
setiap orang dapat mengajukan pandangan,
membahas pokok permasalahan, mengajukan
keberatan terhadap keinginan orang lain atau
terhadap ucapannya.
 Partisipasi tidak langsung Partisipasi yang terjadi
apabila individu mendelegasikan hak partisipasinya.
3. Alasan motivasi individu didasarkan pada
kecenderungan individu untuk berpartisipasi karena
sifat atau kepribadian mereka. Dalam hal ini motivasi
individu didorong oleh minat sendiri untuk belajar,
145 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
pengembangan diri, mendapatkan pengakuan atau
perlindungan dari kelompok.
4. E-Participation merupakan bentuk keikutsertaan warga
masyarakat/warga negara di dalam proses
demokratisasi yang dilakukan secara elektronik, dimana
dukungan teknologi informasi sangat diperlukan
sebagai alat penting.
5. Media adalah sebagai suatu alat untuk menyampaikan
informasi, penlaian, atau gambaran umum tentang
banyak hal, media mempunyai kemampuan untuk
berperan sebagai institusi yang dapat membtuk opini
public, antara lain karena media juga dapat berkembang
menjadi kelompok penekan atas suatu ide atau gagasan,
dan bahkan suatu kepentingan atau citra yang media
reprentasikan untuk diletakan dalam koteks kehidupan
yang lebih empiris.
6. Media sosial mengacu pada situs dan platform berbasis
internet yang memfasilitasi interaksi antara pengguna
media dengan memberikan kesempatan untuk
membuat, berbagi dan bertukar konten (informasi, opini
dan minat) sambil membangun identitas, percakapan,
konektivitas, hubungan, reputasi, dan kelompok.
7. Media sosial memiliki potensi untuk memperluas
layanan pemerintahan, meningkatkan partisipasi

146 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
masyarakat, mengumpulkan gagasan-gagasan inovatif
dari publik, dan meningkatkan pengambilan keputusan
serta pemecahan masalah
8. karakteristik dari media sosial, yakni: (1) Partisipasi
(participation), media sosial mendorong kontribusi dan
umpan balik dari semua orang yang tertarik
menggunakannya. Hal ini mengaburkan garis pemisah
antara media dan pengguna. (2) Keterbukaan
(openness),sebagian besar layanan terbuka untuk
umpan balik dan partisipasi. Media sosial ini
mendorong pemungutan suara, komentar-komentar, dan
pertukaran informasi. Sangat jarang ditemukan
halangan untuk mengakses dan menggunakan
isi/konten media sosial. (3) Percakapan
(conversation),dimana media tradisional berkaitan
dengan penyiaran (konten dikirim atau didistribusikan
ke penonton), media sosial lebih dilihat sebagai
percakapan dua arah.(4) Komunitas (community),media
sosial memungkinkan komunitas-komunitas untuk
tampil secara cepat dan berkomunikasi secara efektif.
Komunitas berbagi kesamaan ketertarikan seperti
kesukaan pada fotografi, isu-isu politik dan acara TV
favorit.(5) Konektivitas (connectedness),sebagian besar
media sosial maju pesat karena konektivitasnya,

147 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
menggunakan berbagai tautan (links) ke situs web,
sumber-sumber informasi dan masyarakat lainnya.
9. Langkah-langkah pengelolaan media sosial bagi
instansi pemerintah dalam PP No.83/2012 (16-20)
yaitu:
1. Perencanaan
2. Kegiatan Media Sosial
3. Strategi Media Sosial
4. Pelaksaan
5. Pemantauan dan Evaluasi

J. Soal Latihan
1. Jelaskan motivasi seseorang dalam berpartisipasi!
2. Seberapa penting Media Partisipasi Masyarakat pada
saat ini ? Berikan Pendapatmu !
3. Bagaimana cara meningkatkan partsipasi masyarakat
khususnya dalam sektor publik?
4. Menurut pendaptmu sejauh mana Pemerintah daerah
dalam Implementasi E-Governmen tertutama dengan
adanya website/ situs pemerintah?
5. Berikan critical view anda pada salah satu website/
situs pemerintah daerah!

148 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
BAB VI
PENINGKATAN KINERJA ORGANISASI SEKTOR
PUBLIK

A. Organisasi Sektor Publik


Sektor publik seringkali dipahami sebagai segala
sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan umum dan
penyediaan barang atau jasa kepada publik yang dibayar
melalui pajak atau pendapatan negara lain yang diatur dengan
hukum (Mahsun, 2009). Organisasi sektor publik terkait
dengan strategi dan kebijakan yang diambil untuk pemenuhan
kebutuhan publik. Berbagai organisasi yang tercakup dalam
sektor publik diantarnya adalah pemerintah pusat maupun
daerah dan perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah
(BUMN dan BUMD). (Bastian, 2010) mengemukakan
beberapa jenis organisasi sektor publik di Indonesia, yaitu
organisasi pemerintah pusat, organisasi pemerintah daerah,
organisasi partai politik, organisasi LSM, organisasi yayasan,
organisasi pendidikan seperti sekolah, organisasi kesehatan
seperti puskemas dan rumah sakit, dan organisasi tempat
peribatan seperti masjid, gereja, vihara dan pura.

149 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Selanjutnya (Bastian, 2010) mengungkapkan
karakteristik organisasi sektor publik sebagai berikut:

Tabel 6. 1 Karakteristik Organisasi Sektor Publik

Tujuan Untuk mensejahterakan masyarakat


secara bertahap, baik dalam
kebutuhan dasar, dan kebutuhan
lainnya baik jasmani maupun rohani

Aktivitas Pelayanan publik (public services)


seperti dalam bidang pendidikan,
kesehatan, keamanan, penegakan
hukum, transportasi publik, dan
penyediaan pangan

Sumber Pembiayaan Berasal dari dana masyarakat yang


berwujud pajak dan retribusi, laba
perusahan negara, pinjaman
pemerintah, serta pendapatan lain-
lain yang sah dan tidak bertentangan
dengan perundangan yang berlaku

Pola Bertanggungjawab kepada


Pertanggungjawaban masyarakat melalui lembaga
perwakilan masyarakat, seperti
dalam organisasi pemerintahan yang

150 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
meliputi Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), Dewan Perwakilan Daerah
(DPD), dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) seta dalam
yayasan dan LSM seperti dewan
pengampu

Kultur Organisasi Bersifat birokratis, formal dan


berjenjang

Penyusunan Anggaran Dilakukan bersama masyarakat


dalam perencanaan program.
Penurunan anggaran program publik
dipublikasikan untuk dikritisi dan
didiskusikan oleh masyarakat. Dan,
akhirnya, disahkan oleh wakil
masyarakat di DPR, DPD, DPRD,
majelis syuro partai, dewan
pengurus LSM, atau dewan
pengurus yayasan

Stakeholder Dapat dirinci sebagai masyarakat


Indonesia, para pegawai organisasi,
para kreditor, para investor,
lembaga-lembaga internasional
termasuk lembaga donor

151 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
internasional seperti Bank Dunia
(World Bank), International
Monetary Fund (IMF), Asian
Development Bank (ADB),
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),
United Nation Development
Program (UNDP), USAID, dan
pemerintah luar negeri

Menurut (Mahsun, 2009) berdasarkan karakteristiknya


organisasi publik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pure
nonprofit organizations dan quasi nonprofit
organizations.Mahsun, (2009)) menjelaskan bahwa pure
nonprofit organizations adalah organisasi adalah organisasi
publik yang menyediakan atau menjual barang dan/atau jasa
dengan maksud untuk melayani dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, sedangkan quasi nonprofit
organizations merupakan organisasi publik yang
menyediakan atau menjual barang dan/atau jasa dengan
maksud untuk melayani masyarakat dan memperoleh
keuntungan (surplus). Organisasi sektor publik yang
merupakan pure nonprofit organizations seperti LSM, rumah
sakit, puskesmas, sekolah, partai politik dan rumah
peribadatan. Instansi pemerintah dan badan usaha milik

152 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
negara/daerah merupakan contoh dari quasi nonprofit
organizations.

Organisasi sektor publik sebagai suatu aktivitas yang


memberikan pelayanan baik berupa produk atau jasa kepada
publik (masyarakat) memiliki tujuan yang berbeda dengan
organisasi sektor swasta (bisnis). Aktivitas organisasi sektor
publik bergerak dalam pelayanan publik seperti pendidikan,
kesehatan, keamanan, dan transportasi. Bastian, (2010)
menyatakan bahwa organisasi sektor publik bertujuan
memenuhi kesejahteraan masyarakat, sedangkan tujuan
organisasi sektor swasta adalah mencari keuntungan.

Lebih lanjut Bastian mengemukakan karena


kepemilikan dan motif labanya berbeda, budaya atau kultur di
organisasi sektor publik berbeda dengan kultur organisasi
bisnis (swasta). Dalam organisasi publik, manajemen dan
anggota organisasi bekerja untuk mencapai satu tujuan yakni
pemenuhan pelayanan publik. Dalam organisasi swasta
(bisnis), segala aktivitas dan sumber daya manusianya
terfokus pada keuntungan dari persaingan antarorganisasi dan
produk yang dihasilkan.

Organisasi sektor publik memiliki cakupan wilayah


kerja yang luas, dari kota besar hingga ke sudut desa terkecil.
Luasnya cakupan membuktikan besarnya peran dan pengaruh

153 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
organisasi sektor publik pada masyarakat. Organisasi sektor
publik yang memiliki kinerja yang baik akan dapat
memperbaiki kehidupan masyarakat. Untuk itu perlu adanya
perhatian yang lebih terhadap peningkatan kinerja organisasi
sektor publik.

Penilaian organisasi sektor publik tidak hanya dapat


diukur dalam nilai ekonomis saja, namun juga dari pelayanan
kepada masyarakat. Pengukuran kinerja pada organisasi
sektor publik harus bersifat komprehensif dan
menggambarkan pencapaian hasil dari banyak unsur.
Pengukuran kinerja yang baik tidak hanya mengukur unsur
keuangan saja namun juga unsur non keuangan. Pengukuran
kinerja dari unsur keuangan terkadang dicapai dengan
mengorbankan kepentingan jangka panjang. Hsu (2005)
mengemukakan bahwa ukuranukuran keuangan seperti laba,
return on investment, atau return on asset yaitu pertama,
ukuran-ukuran keuangan hanya menekankan pada hasil,
bukan proses operasional yang menfasilitasi pengendalian
kualitas dan kebijakan penurunan kos. Kedua, metode
penilaian kinerja tradisional mempunyai keterbatasan dalam
memprediksi kondisi organisasi di masa mendatang. Ketiga,
meskipun penilaian kinerja tradisional metode ini sangat
efektif biaya, bisa jadi sangat berbahaya dalam jangka
panjang perusahaan manfaat yang bersangkutan. Menurut

154 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Horngren (2004) dalam Kristanti (2006) terdapat dua alasan
adanya perhatian pada ukuran-ukuran non keuangan, yaitu:
a). Mendukung keputusan. Ukuran-ukuran keuangan
berfokus pada hasil dari keputusan yang dibuat dalam kondisi
yang berisiko atau ketidakpastian; b). Perhatian pada
ukuranukuran kinerja non-keuangan dapat menurunkan
tekanan yang berlebihan oleh manajer pada jangka pendek.
Menurut Indriantoro (2000) dalam Cahyono, (2000) dalam
organisasi nirlaba ukuran kinerja dalam perspektif finansial
menjadi kendala, keberhasilan organisasi nirlaba harus diukur
dengan seberapa efektif dan efisien mereka memenuhi
kebutuhan konstituentinya, tujuan tangible (berwujud harus
didefinisikan untuk pelanggan dan konstituenti.

B. Kinerja Organisasi Sektor Publik


Melalui strategi yang tepat maka kinerja organisasi
akan meningkat. Untuk mengetahi tentang konsep kinerja
maka perlu diketahui tentang definisi kinerja. Menurut
Amstrong dan Baron (2005) dalam Sobirin, (2014)
menjelaskan kinerja sebagai sesuatu yang telah dicapai oleh
seseorang atau organisasi. Jadi, Kinerja adalah gambaran
mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan
dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi
yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi.

155 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Indikator kinerja menurut Bastian (2016:267) adalah
ukuran kuantitatif dan kualitatif yang mengambarkan tingkat
pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah di tetapkan,
dengan memperhitungkan indikator masukan (input),
keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dan
danpak (impact). maksud dari indicator masukan, keluaran,
hasil manfaat dan danpak adalah:
1) Indikator masukan (input) adalah segala sesuatu yang
di butuhkan agarpelaksanaan kegiatan dapat berjalan
untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini dapat
berupa dan, sumber daya manusia, informasi, kebijakan
peraturan undang-undang, dan sebagainya.
2) Indikator keluaran (output) adalah sesuatu yang di
harapkan langsug di capai dari suatu kegiatan yang
dapat berupa fisik dan atau non fisik.
3) Indikator hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang
mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada
jangka menengah (efek lansung).
4) Indikator manfaat (benefit) adalah sesuatu yang terkait
degan tujuan ahir dari pelaksanaa kegiatan.
5) Indikator danpak (impact) adalah pengaruh yang di
timbulkan baik fositif maupun negatif terhadap setiap
tingkat indikator berdasarkan asumsi yang telah di
tetapkan.

156 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Faktor- faktor yang memperngaruhi kinerja menurut
Sobirin, (2014), yakni sebagai berikut:

1. Faktor Individu
Sumber daya manusia memiliki peran penting dalam
kehidupan organisasi karena mereka secara riil
menjalankan aktivitas sehari-hari organisasi. Baik
buruknya organisasi dipengaruhi oleh kompetensi,
kemampuan menjalankan tugas, pengetahuan, sikap
kerja, komitmen, dan motivasi serta efikasi diri
karyawan/ pegawai. Semua atribut individu tersebut
pada akhirnya ikut berperan dalam meningkatkan
kinerja organisasi.

2. Faktor Kepemimpinan
Kepemipinan manajer atau pimpinan oganisasi
sangat mempengaruhi kinerja karyawannya/
pegawainya. Oleh karena itu kepemimpinan yang baik
akan mempengaruhi kenerja karyawan/ pegawai yang
akhirnya akan mempengaruhi kinerja organisasi itu
sendiri.

3. Faktor Tim Kerja


Aktivitas yang dilakukan organisasi pada umumnya
dilakukan melalui tim kerjatim kerja. Inividu-individu
dalam organisasi akan bekerja bersama-sama dalam tim

157 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
kerja. Oleh karena itu dukungan tim kerja ini menjadi
penentu kinerja organisasi.

4. Faktor Sistem Organsiasi


Organisasi terdiri dari berbagai sistem yang terkait.
Kelancaran sistem ini mempengaruhi kinerja
organisasi.

5. Faktor Situasi (Konteks)


Faktor situasi (konteks) pada dasarnya adalah faktor
eksternal organisasi. Faktor ini baik secara langsung
atau tidak langsung akan mempengaruhi kinerja
organisasi

Sedangkan menurut Kasmir (2016), faktor – faktor


yang mempengaruhi kinerja yaitu :

1. Kemampuan dan Keahlian


Kemampuan dan keahlian merupakan kemampuan
atau skill yang dimiliki oleh pegawai dalam melakukan
suatu pekerjaan. Semakin baik kemampuan dan keahlian
pegawai maka akan baik juga kinerjanya.

2. Pengetahuan
Pengetahuan adalah pengetahuan yang berkaitan
dengan pekerjaan yang menjadi tugas pegawai. Pegawai

158 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
yang memliki pengetahuan yang baik maka akan baik pula
kinerjanya.

3. Rancangan Kerja
Rancangan pekerjaan disusun untuk memudahkan
dalam melaksanakan pekerjaan. Semakin baik rancangan
kerja maka semakin baik pula kinerja yang dihasilkan.

4. Kepribadian
Kepribadian adalah karakter yang dimiliki pegawai.
Pegawai yang memiliki kepribadian yang baik maka akan
melaksanakan pekerjaan dengan baik.

5. Motivasi Kerja
Motivasi kerja adalah berupa dorongan bagi pegawai
untuk melakukan pekerjaan. Semakin besar motivasi kerja
pegawai maka semakin baik juga kinerjanya.

6. Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan perilaku pemimpin untuk
mengatur, mengelola dan memberikan perintah kepada
bawahannya dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Semakin
baik kepemimpinanya maka semakin baik pula kinerjanya
dan kinerja bawahannyat.

7. Gaya Kepemimpinan

159 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Gaya kepemimpinan adalah gaya atau sikap
pemimpin dalam mengatur, mengelola dan memberikan
perintah kepada bawahannya. Semakin baik gaya
kepemimpinanya makan semakin baik kinerja
bawahannya.

8. Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah kebiasaan-kebiasaan atau
norma-norma yang dimiliki dan berlaku pada organisasi.
Semakin baik budaya organisasi maka semakin baik pula
kinerjanya.

9. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja merupakan perasaan senang atau
gembira sesorang pegawai atas pekerjaan yang dimiliki
dan dilakukannya. Semakin tinggi kepuasan kerja pegawai
maka semakin baik pula kinerjanya.

10. Lingkungan Kerja


Lingkungan kerja merupakan suasana atau kondisi
tempat bekerja. Semakin kondusif lingkungan kerja
sesorang pegawai maka semakin baik pula kinerjanya.

11. Loyalitas
Loyalitas merupakan kesetiaan pegawai dalam
pekerjaan dan organisasinya. Semakin tinggi loyalitas
pegawai maka semakin baik pula kinerjanya.
160 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
12. Komitmen
Komitmen merupakan kepatuhan pegawai terhadap
pekerjaannya dan kepatuhan untuk menjalankan kebijakan
atau peraturan organisasi. Semakin tinggi komitmen
pegawai maka kinerjanya akan semakin baik pula.

13. Disiplin Kerja


Disiplin merupakan usaha pegawai dalam
menjalankan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh dan
sebaik mungkin serta menyelesaikannya tepat waktu.
Semakin tinggi disiplin pegawai maka semakin baik pula
kinerjanya.

C. Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik


Pengukuran kinerja merupakan suatu instrumen yang
digunakan untuk menilai luaran dari suatu kegiatan terhadap
target dan tujuan yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja
menjelaskan secara kuantitatif maupun kualitatif berdasarkan
luaran yang dicapai. Pengukuran kinerja pada organisasi
sektor publik menurut Mardiasmo, (2009) dimaksudkan
untuk:
1) Pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk
membantu memperbaiki kinerja pemerintah,

161 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
2) Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk
pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan,
dan
3) Ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk
mewujudkan pertanggungjawaban publik dan
memperbaiki komunikasi kelembagaan

Pengukuran kinerja dalam organisasi sektor publik


memiliki beberapa manfaat. BPKP (2000) dalam Mahsun
(2009) menjelaskan manfaat pengukuran kinerja baik untuk
internal maupun eksternal organisasi, antara lain:

1. Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran


yang digunakan untuk pencapaian kinerja.
2. Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah
disepakati
3. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan
membandingkannya dengan rencana kerja serta
melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja
4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang obyektif
atas prestasi pelaksana yang telah diukur sesuai dengan
sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati
5. Menjadi alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan
dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi
6. Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah
terpenuhi
162 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
7. Membantu memahami proses kegiatan instansi
pemerintah
8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan
secara obyektif
9. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan
10. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.

Pengukuran kinerja pada organisasi sektor publik harus


dapat menjelaskan kinerja organisasi baik secara kuantitatif
maupun kualitatif. Organisasi sektor publik memiliki
karakteristik yang berbeda dengan organisasi sektor swasta
(bisnis) yang lebih berorientasi pada pencapaian laba. Untuk
itu pengukuran kinerja yang hanya mengandalkan pendekatan
keuangan, tidak begitu tepat digunakan pada organisasi
sektor publik. Dalam organisasi sektor publik, pengukuran
kinerja juga menjelaskan efektivitas dan efisiensi kebijakan
yang diambil oleh manajer publik. Pengukuran kinerja
organisasi sektor publik juga mencerminkan akuntabilitas
pertanggungjawaban atas tindakan atau kebijakan manajer
publik sebagai pengelola organisasi sektor publik.

Mardiasmo (2009) menjelaskan bahwa sistem


pengukuran kinerja adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi
melalui alat ukur sektor publik financial dan non-financial.

163 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Terdapat beberapa metode yang sering digunakan
dalam pengukuran kinerja organisasi sektor publik. Mahsun
(2009) mengemukakan beberapa pendekatan pengukuran
kinerja organisasi sektor publik seperti analisis anggaran,
analisis rasio laporan keuangan, performance audit (value for
money) dan balanced scorecard.

1. Analisis Anggaran
Anggaran dalam organisasi sektor publik merupakan
suatu hal yang penting karena menggambarkan
perencanaan kegiatan suatu oganisasi untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Anggaran dianalisis dengan
membandingkan antara anggaran yang ditetapkan dengan
realisasinya. Tolok ukur kinerja dalam analisis anggaran
adalah keberhasilan organisasi dalam mencapai setiap
program yang telah direncanakan dalam anggaran.

Analisis anggaran lebih ditujukan untuk mengetahui


kinerja pengelolaan keuangan dana publik baik oleh
pemerintah maupun organisasi sektor publik lainnya.
Sebagai alat ukur kinerja, dalam melakukan analisis
anggaran perlu memperhatikan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan/realisasi serta pengawasan yang dilakukan.

164 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
2. Analisis Rasio Laporan Keuangan
Organisasi sektor publik menyusun laporan
keuangan untuk memberikan informasi keuangan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan untuk pengambilan
keputusan. Pada sektor publik, pengambilan keputusan
tidak hanya di bidang ekonomi saja, namun juga di bidang
sosial, politik, dan keamanan. Tidak semua pemangku
kepentingan memahami akuntansi yang merupakan alat
untuk menghasilkan laporan keuangan.

Analisis laporan keuangan dilakukan dengan


membandingkan hubungan antar item dalam laporan
keuangan. Teknik analisis laporan keuangan yang paling
sering digunakan adalah analisis rasio keuangan.
Pengukuran kinerja yang didasarkan atas penghitungan
rasio-rasio keuangan, misalnya rasio likuiditas, rasio
aktivitas, rasio solvabilitas dan rasio pasar (Mahsun,
2009).

3. Performance Audit (Value for Money)


Value for money merupakan pendekatan pengukuran
kinerja yang mengutamakan nilai dari uang. Nilai uang
pada organisasi sektor publik mengacu pada nilai produk
atau layanan jasa yang diberikan kepada masyarakat.
Value for money mengukur kinerja berdasarkan unsur
efisiensi, efektivitas dan ekonomi dalam pengelolaan
165 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
organisasi sektor publik. Efisiensi diukur dari hasil
perbandingan output terhadap input. Suatu organisasi
dianggap efisien apabila rasio efisiensi cenderung di atas
satu (Bastian, 2010). Efektivitas adalah tingkat pencapaian
hasil outcome terhadap output.. Ekonomi adalah
perbandingan harga yang dikeluarkan terhadap perolehan
input. Ekonomi juga mengandung arti menghilangkan atau
mengurangi aktivitas atau biaya tidak diperlukan.

4. Balanced Scorecard
Balanced scorecard dikembangkan oleh Kaplan dan
Norton. Meskipun pada awalnya ditujukan untuk
pengukuran kinerja pada organisasi sektor swasta bisnis,
namun balanced scorecard dapat digunakan sebagai alat
ukur kinerja pada organisasi sektor publik. Penerapan
balanced scorecard pada pengukuran kinerja organisasi
publik bertujuan untuk menyatakan adanya keseimbangan
antara berbagai ukuran internal dan eksternal (Sari, 2013).
Oskar (2007) dalam Sari (2013) menjelaskan bahwa
tujuan penerapan balanced scorecard pada organisasi
sektor publik adalah untuk pemberdayaan institusi,
penganggaran yang lebih rasional, peningkatan kinerja,
meningkatkan komunikasi kepada stakeholders, dan
penyediaan data untuk acuan. Melalui balanced scorecard,
kinerja organisasi sektor publik diukur dari beberapa

166 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
aspek secara menyeluruh, yang terdiri dari empat
perspektif, yaitu perspektif finansial, perspektif pelanggan,
perspektif proses bisnis internal, dan perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan.

Balanced scorecard sebagai suatu sistem


manajemen, pengukuran dan pengendalian yang secara
komprehensif yang digunakan organisasi dalam
berkomunikasi untuk mencapai tujuan jangka pendek
maupun jangka panjang. Balanced scorecard membantu
organisasi menerjemahkan dan mengkomunikasikan visi
dan strategi kepada pihak manajemen dan anggota
organisasi untuk secara bersama mencapainya. Balanced
scorecard memberi saran kepada pihak manajemen sebuah
kerangka kerja yang komprehensif untuk menerjemahkan
visi dan strategi ke dalam seperangkat ukuran kinerja yang
terpadu dan berimbang.

D. Tujuan Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor


Publik
Pengukuran kinerja merupakan alat untuk menilai
kesuksesan organisasi, yang dalam konteks organisasi sektor
publik akan digunakan untuk mendapatkan dukungan dan
legitimasi dari publik. Masyarakat akan menilai keberhasilan
organisasi lewat kemampuan organisasi dalam memberikan

167 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
layanan publik yang relatif murah dan berkualitas. Sehingga
pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai
akuntabilitas organisasi dan pimpinan dalam menghasilkan
pelayanan publik yang lebih baik.Teague dan Eilon (Wilson,
2000) mengemukakan bahwa menurut pandangan tradisional,
pengukuran kinerja memiliki tiga tujuan penting yaitu:
menjamin pencapaian tujuan atau sasaran, mengevaluasi,
mengendalikan dan meningkatkan prosedur dan proses, serta
untuk membandingkan dan menilai kinerja organisasi, tim
dan individu yang berbeda.

Menurut Mahmudi (2007) tujuan dilakukannya


pengukuran kinerja organisasi sektor publik adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi
2. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai
3. Memperbaiki kinerja periode berikutnya
4. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam
pembuatan keputusan pemberian reward dan
punishment
5. Memotivasi pegawai
6. Menciptakan akuntabilitas publik

Secara umum, tujuan sistem pengukuran kinerja


menurut Mardiasmo (2009) adalah sebagai berikut:

168 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
1. Mengkomunikasikan strategi secara lebih baik dengan
menggunakan metode top down dan bottom up.
2. Mengukur kinerja finansial dan nonfinansial secara
berimbang sehingga dapat ditelusuri perkembangan
pencapaian strategi.
3. Mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer
level menengah dan level bawah serta memotivasi
untuk mencapai goal congruence.
4. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan
pendekatan individual dan kemampuan kolektif yang
rasional.

E. Kendala dan Tantangan Pengukuran Kinerja


Organisasi Sektor Publik
Pengukuran kinerja merupakan proses mencatat dan
mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan ke arah
pencapaian tujuan melalui hasil-hasil yang ditampilkan baik
berupa produk, jasa maupun suatu proses. Kebanyakan
organisasi swasta menggunakan laba sebagai ukuran
kinerjanya. Namun tidak demikian dengan organisasi publik,
karena laba bukanlah merupakan tujuan utama, namun
organisasi lebih memusatkan perhatian pada peningkatan
pencapaian kesejahteraan rakyat. Disamping itu, output
organisasi publik umumnya bersifat intangible dan indirect,
atau menurut Mardiasmo (2009), karena sifat

169 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
multidimensional kinerja organisasi sektor publik, maka tidak
ada indikator tunggal yang dapat digunakan untuk
menunjukkan kinerja secara komprehensif. Artinya ukuran
finansial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja organisasi
sektor publik, perlu dikembangkan ukuran kinerja yang
bersifat nonfinansial.

Sebagaimana dikemukakan oleh Johnson dan Kaplan


MacAdam (2002), bahwa rentang pengukuran yang
digunakan dalam organisasi sektor publik harus mencakup
finansial dan nonfinansial. Ukuran kinerja digunakan oleh
pihak legislatif untuk menentukan kelayakan biaya pelayanan
(cost of service) yang akan dibebankan kepada masyarakat
pengguna jasa publik. Sehingga pemerintah mempunyai
kewajiban untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pelayanan publik atau memberikan banyak pelayanan dengan
biaya murah (do more with less). Masyarakat tentu tidak
ingin terus menerus ditarik pungutan, namun tidak ada
peningkatan kualitas pelayanan yang mereka terima.

Mahsun, (2009) mengemukakan beberapa kendala


pengukuran kinerja organisasi sektor publik antara lain:
1. Kinerja organisasi sektor publik tidak bisa dinilai hanya
berdasar rasiorasio keuangan, karena tujuan organisasi
bukan memaksimalkan laba.

170 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
2. Output berupa pelayanan biasanya bersifat kualitatif,
intangible dan indirect sehingga sulit diukur
3. Antara input dan output tidak mempunyai hubungan
secara langsung (discretionary cost center ) karena
sulitnya menetapkan standar sebagai tolok ukur
produktivitas.
4. Tidak beroperasi berdasarkan market forces sehingga
tidak ada pembanding yang independen dan
memerlukan instrumen pengganti mekanisme pasar
dalam mengukur kinerja.
5. Mengukur kepuasan masyarakat yang heterogen dari
jasa pelayanan organisasi sektor publik tidak mudah
dilakukan.

Pelayanan publik dilakukan dengan menggunakan


anggaran tertentu dan kelompok masyarakat pengguna
layanan harus bersaing untuk sumberdaya yang terbatas.
Solusi pasar untuk situasi ini adalah dengan memperkenalkan
prinsip pembayaran pengguna layanan dalam pelayanan yang
dipilih sehingga pengguna layanan tersebut adalah
merupakan orang yang sesungguhnya membayar pelayanan
tersebut.

171 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
F. Memperkuat Manajemen Strategis dengan
Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik
Pada tahun 1992, David Osborne dan Ted Gaebler
mempublikasikan karya bestseller mereka yaitu Reinventing
Government, yang memberikan pandangan yang luas tentang
sejumlah strategi yang mereka percayai dapat meningkatkan
kinerja organisasi publik. Kemudian pada tahun 2000 dengan
The Reinventor Fieldbook.Tools for Transforming Your
Government Appearded, bersama Peter Plastrik menawarkan
instrumen elaborasi dari ide sebelumnya. Salah satu
instrumen pengukuran kinerja adalah jika sebuah organisasi
publik ditegaskan produk dan layanannya dan kemudian
dibuat indikator untuk mengukur outputnya. Hasil penetapan
produk dan indikator kinerjanya, dapat digunakan sebagai
dasar perencanaan dan siklus pengendalian yang dapat
meningkatkan kinerja organisasi.

Ministry Foreign Affairs (Bruijn, 2002) mengemukakan


fungsi pengukuran kinerja organisasi sektor publik adalah
sebagai berikut:
1. Transparency: organisasi dapat membuat dengan jelas
produk apa yang mereka tawarkan, bagaimana analisis
input- outputnya, termasuk biayanya
2. Learning: organisasi menjadi selangkah lebih maju jika
dia menggunakan pengukuran kinerja untuk belajar,

172 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
transparansi yang diciptakan mengajarkan pada
organisasi apa kebaikan-kebaikan yang dimiliki dan di
mana kemungkinan pengembangannya.
3. Appraising: kineja berbasis penilaian dapat dikatakan
sebagai berfungsinya organisasi
4. Sanctioning: penilaian dapat diikuti dengan sanksi
positif jika ternyata kinerjanya bagus, dan sanksi
negatif jika kinerjanya buruk

Ide pokok pengukuran kinerja adalah organisasi publik


memformulasikan kinerja yang dipertimbangkan dan
membuat indikasi bagaimana kinerja ini dapat diukur, dengan
menetapkan indikator kinerja. Menurut Smith (Bruijn, 2002),
kinerja pemerintahan adalah sulit untuk diukur disebabkan
outcome sebagai dampak akhir sangat tergantung pada
banyak faktor. Misalnya jangka waktu pencapaian yang
dilakukan dengan dampak yang timbul mungkin terlalu lama
jarak waktunya.

Sehingga yang dapat diukur kemudian adalah dampak


yang langsung (output), misalnya:jumlah putusan yang
dikeluarkan oleh pengadilan, jumlah pasien yang ditangani
dokter, jumlah lulusan yang dihasilkan oleh universitas dan
lain-lain. Inilah mengapa banyak sistem pengukuran kinerja
memusatkan perhatian pada output. Prosesnya adalah sebagai
berikut: produksi dan layanan didefinisikan, organisasi
173 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
menetapkan target produksi, out put diukur dan hasilnya
dilaporkan secara berkala. Bruijn (2002), mengemukakan
berbagai dampak positif pengukuran kinerja organisasi publik
yang pada akhirnya membawa implikasi pada penguatan
manajemen strategisnya sebagai berikut:

1. Pengukuran kinerja membawa ke arah


transparansi
Pengukuran kinerja memberikan wawasan bagi
organisasi tentang produk utama, besarnya biaya, dan juga
bagaimana aktivitas organisasi atau bagian tertentu dari
organisasi dalam memberikan kontribusi pada output.
Transparansi dapat menghasilkan berbagai bentuk
rasionalisasi, dan mungkin dapat memicu berbagai diskusi
internal tentang bagaimana berbagai aktivitas dapat
meningkatkan kinerja organisasi Juga terdapat pedoman yang
jelas bagaimana menilai suatu struktur atau prosedur yang
baru terutama bagaimana mereka dapat memberikan
kontribusi pada peningkatan kinerja organisasi.

2. Pengukuran kinerja adalah insentif bagi output


Pada awalnya pengukuran kinerja memberikan dampak
pada output, dan selanjutnya hal tersebut pada akhirnya akan
memberikan sumbangan kepada kinerja organisasi. Beberapa
hasil penelitian yang menggambarkan adanya hubungan
antara pengenalan pengukuran kinerja dengan peningkatan
174 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
output telah dilakukan misalnya pada suatu pemerintah kota,
Osborne dan Plastrik, (1997).

3. Pengukuran kinerja merupakan cara yang elegan


untuk menciptakan akuntanbilitas
Ketika tugas organisasi publik menjadi semakin
kompleks, maka wacana otonomi menjadi penting dan ketika
otonomi diberikan maka implikasinya adalah pada
akuntabilitas, mempertanggungjawabkan kinerjanya.
Informasi tentang kinerja diukur secara sistimatis dan
dihitung sehingga menambah kemampuan beberapa periode
tertentu.informasi juga mudah dikomunikasikan, dan
informasi dapat disediakan secara periodik setiap tahun.

G. Rangkuman
 Organisasi sektor publik sebagai suatu aktivitas yang
memberikan pelayanan baik berupa produk atau jasa
kepada publik (masyarakat) memiliki tujuan yang
berbeda dengan organisasi sektor swasta (bisnis).
 Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi
yang tertuang dalam strategic planning suatu
organisasi.

175 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
 Indikator kinerja menurut Bastian (2016:267) adalah
ukuran kuantitatif dan kualitatif yang mengambarkan
tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang
telah di tetapkan, dengan memperhitungkan indikator
masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome),
manfaat (benefit), dan danpak (impact).
 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu :
Kemampuan dan keahlian, Pengetahuan, Rancangan
Kerja, Kepribadian, Motivasi Kerja, Kepemimpinan,
Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi, Kepuasan
Kerja, Lingkungan Kerja, Loyalitas, Komitmen, dan
Disiplin Kerja
 Pengukuran kinerja merupakan suatu instrumen yang
digunakan untuk menilai luaran dari suatu kegiatan
terhadap target dan tujuan yang telah ditetapkan.
 Manfaat pengukuran kinerja baik untuk internal
maupun eksternal organisasi, antara lain:
1. Memastikan pemahaman para pelaksana akan
ukuran yang digunakan untuk pencapaian kinerja.
2. Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah
disepakati
3. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja
dan membandingkannya dengan rencana kerja serta
melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja

176 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang
obyektif atas prestasi pelaksana yang telah diukur
sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah
disepakati
5. Menjadi alat komunikasi antar bawahan dan
pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja
organisasi
6. Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah
terpenuhi
7. Membantu memahami proses kegiatan instansi
pemerintah
8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan
dilakukan secara obyektif
9. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan
10. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.

 Pendekatan pengukuran kinerja organisasi sektor publik


seperti analisis anggaran, analisis rasio laporan
keuangan, performance audit (value for money) dan
balanced scorecard.

H. Soal Latihan
1. Jelaskan mengapa diperluka organisasi sektor publik !
2. Jelaskan mengapa kinerja organisasi sektor publik itu
penting !

177 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
3. Jelaskan karakteristik organisasi sektor publik !
4. Jelaskan dampak positif dari pengukuran organisasi
sektor publik !
5. Bagaimana cara melakukan peningkatan kinerja
organisasi sektor publik?

178 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
BAB VII
PEMANFAATAN ICT DALAM SMART CITY
A. Pengertian Smart City
Smart city adalah sebuah impian dari semua kota-kota
besar di seluruh dunia.Konsep smart city sendiri sebenarnya
dapat didefiniskan secara luas, bahkan dapat dikatakan tidak
ada definisi yang benar-benar tepat atau absolut. Sebagai
parameter, terdapat beberapa sudut pandang yang berbeda
tentang definisi smart city. Smart City adalah pengembangan
kota berbasis ICT dimana tersedianya informasi dan
infrastruktur terintegrasi antara pemerintah daerah dengan
komponen bisnis, masyarakat dan potensi daerah kota
tersebut.

Sebutan Smart City ataupun yang kerap disebut pula


sebagai Kota Cerdas jadi sangat terkenal di golongan
masyarakat, baik melalui media cetak atau pula melewati alat
social. Maksud dari kota cerdas pertama kali dipopulerkan di
kota Surabaya dengan mencapai apresiasi Nasional di
Surabaya serta mencapai Smart City Award pada tahun 2011.
Memenangkan apresiasi serta manfaat dari bermacam
kesuksesan rancangan cerdas di antara kota- kota lain yang
ada di Indonesia.

179 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Smart City merupakan suatu pendekatan komprehensif
yang dapat meningkatkan efisiensi operasional kota,
meningkatkan kualitas hidup masyarakat atau penduduk, dan
mengembangkan perekonomian daerah. Kota pintar memulai
penggunaan konsep tata kota dengan mengambil manfaat dari
perkembangan teknologi yang nantinya suatu saat akan
membantu masyarakat dalam menciptakan kehidupan yang
lebih mudah dan sehat, serta tingkat efisiensi dan efektivitas
yang sangat tinggi.

Beberapa orang ahli mempertimbangkan konsep kota


pintar menjadi smart city yang diharapkan dapat membantu
dalam memenuhi kebutuhan untuk meningkatkan kemudahan
serta kesehatan hidup para penduduk. Konsep dasar dari
smart city masih dapat berbeda-beda sedangkan dalam
perbincangan oleh para ahli, masih belum terdapat definisi
serta konsep pasti yang dapat diterapkan pada setiap kota di
dunia ini. Untuk itu, saat ini konsep kota pintar masih dapat
berbeda-beda, tergantung kota itu sendiri serta tingkat
perkembangan dari kota tersebut.

Smart City atau Kota Pintar secara sederhana juga


dapat diartikan sebagai kota cerdas yang menawarkan
peningkatan kualitas hidup masyarakat agar menjadi lebih
baik lagi, serta menawarkan kenyamanan bagi penduduk di
kota tersebut. Kota Pintar juga dipandang sebagai suatu kota
180 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
dengan warga yang lebih manusiawi. Kota Pintar dapat
diartikan juga sebagai suatu konsep pembuatan rencana,
penataan serta pengelolaan kondisi kota dimana hampir
seluruh aspek kehidupan didalamnya saling terintegrasi,
untuk mendukung terwujudnya masyarakat yang pintar dan
berpendidikan, mempunyai moral, dan juga mendapat
perbaikan kualitas hidup yang harus terus berlanjut. Dalam
prosesnya, suatu kota pintar akan melakukan sebuah bantuan
pada penggunaan komunikasi serta teknologi informasi.

Beberapa ahli mencoba memberikan definisi untuk


Smart City ini dengan pendapat yang berbeda-beda, tentunya
berdasarkan bidang keilmuannya masing-masing. Beberapa
ahli yang mendefinisikan kota pintar yaitu sebagai berikut:

1. Guido Perbiolia menjelaskan bahwa Smart city merujuk


kepada beberapa aspek, yang dimana penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi, bisa
diimplementasikan untuk mendukung adanya sistem
yang lebih efisien serta saling terhubung satu sama lain
dalam kehidupan masyarakat perkotaan sehari-hari
Ikhwan, M., & Sutriadi, (2018)
2. Menurut Carangliu, D., dkk. Smart city diartikan juga
sebagai suatu kota yang dapat menggunakan modal
sosial, infrastruktur telekomunikasi modern, serta
sumber daya manusia untuk dapat mencapai
181 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
pertumbuhan ekonomi yang terus berkelanjutan dan
kualitas kehidupan yang semakin lebih baik, dengan
adanya pemerintahan yang melakukan manajemen
sumber daya secara bijak dan berbasis partisipasi dari
masyarakat (Ikhwan, M., & Sutriadi, 2018)
3. Menurut Washburn, D., dkk. Kota pintar diartikan
sebagai suatu cara dalam menggunakan teknologi
tertentu dengan komputasi yang pintar untuk
menghubungkan setiap komponen penting dari suatu
infrastruktur serta layanan dalam suatu kota, seperti
komponen pendidikan, komponen keselamatan publik,
transportasi, real estate, administrasi kota, serta
keperluan-keperluan yang lain, dimana setiap langkah
penggunaan tersebut harus dilakukan secara cerdas,
saling berhubungan, serta dilakukan secara efisien
(Shinta Esabella, S.T., 2018)
4. Menurut Hall, R. E., Kota pintar merupakan suatu kota
yang melakukan pengawasan dan menghubungkan
kondisi dari setiap infrastruktur pada kota tersebut,
termasuk jembatan, terowongan, jalan, kereta bawah
tanah, bandara, komunikasi, pelabuhan, bahkan air dan
listrik, serta seluruh bangunan pemerintahan. Hal
tersebut dilakukan agar dapat mengoptimalkan
penggunaan sumber daya, mengatur rencana kegiatan,

182 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
mengawasi keamanan dan juga untuk memaksimalkan
pelayanan yang dapat diberikan kepada masyarakat
yang tinggal disana (Shinta Esabella, S.T., 2018)
5. Menurut Cohen Boyd, (2013).Kota Pintar yakni suatu
pendekatan yang bersifat luas, saling terhubung untuk
meningkatkan efisiensi dalam menjalankan suatu kota,
menaikkan tingkat kualitas hidup masyarakat, serta
menumbuhkan ekonomi pada kawasan tersebut. Cohen
secara lebih spesifik mendefinisikan Kota Pintar
dengan pembobotan aspek lingkungan sehingga
menjadi: Kota Pintar menggunakan ICT secara cerdas
dan juga efisien pada penggunaan berbagai sumber
daya, sehingga dalam hal biaya dan energi menjadi
lebih hemat, meningkatkan aspek pelayanan dan juga
kualitas hidup penduduk, serta mengurangi jejak
lingkungan karena semua aspeknya mendukung kota
tersebut untuk menuju ke arah inovasi dan ekonomi
yang ramah terhadap lingkungan (Hasibuan, A., &
Sulaiman, 2019)
6. Giffinger (2010) dalam Jung Hoon (2014), menjelaskan
bahwa Kota Pintar merupakan suatu kota yang berdiri
dengan investasi bermodalkan manusia dan sosial,
dilengkapi dengan transportasi dan juga infrastruktur
komunikasi yang modern serta pembangunan ekonomi

183 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
yang berkelanjutan. Kota Pintar juga menawarkan
kualitas hidup yang tinggi, dengan manajemen Sumber
Daya Alam yang dilakukan secara bijak, melalui tata
pemerintahan yang partisipatif (Hasibuan, A., &
Sulaiman, 2019)

Salah satu tujuan dari Kota Pintar yang lain adalah agar
dapat mewujudkan sesuatu kondisi kota yang tentram, aman,
damai, nyaman, serta harus juga memiliki kekuatan ekonomi
dan daya saing. Dengan berjalannya waktu konsep Smart
City atau kota pintar ini yang dengan konsep awal Smarter
Planet, seperti halnya cakupan Smart City yang harus
semakin lebih luas, maka Smart City tidak hanya terbatas
pada suatu kota saja (City), akan tetapi bisa dalam bentuk
tatanan hirarki pada suatu daerah atau wilayah dan
geografisnya. Salah satu contohnya yaitu lingkup negara,
provinsi, pulau, desa, serta di sekolah maupun pada
perguruan tinggi.

B. Konsep Smart City d.i Beberapa Kota di Dunia


Pengembangan smart city merupakan sebuah investasi
besar-besaran yang terus dikembangkan di berbagai kota di
dunia. Konsep dan model yang digunakan pun sangat
bervariasi.

a. Amsterdam Smart City (Belanda)

184 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Amsterdam mengembangkan smart city dengan 5
(lima) area pengembangan utama:
1. Smart Living: yaitu minimalisasi penggunaan energi
dan pengeluaran kadar emisi seperti C02.
2. Smart Working: yaitu peningkatan pengadaan
lapangan kerja, meningkatkan teknologi dan
keamanan dalam bekerja sehingga bisa bekerja
dengan cerdas.
3. Smart Mobility: yaitu pengembangan sarana
transportasi cerdas (bus, kereta,dan lain-lain) yang
mendukung pergerakan masyarakat dengan kadar
emisi yang rendah, dan juga pembangunan
infrastruktur yang cerdas.
4. Smart Public facilities : pengembangan fasilitas
umum yang cerdas, nyaman dan mudah diakses
seperti Rumah Sakit, taman, perpustakaan,dan lain-
lain.
5. Smart Open data : penyediaan sumber data yang
mudah didapat dan dikelola.
b. Lyon Smart City (Perands)
Lyon merupakan salah satu kota di Perancis yang
berhasil dengan baik dalam mengembangkan smart city.
Konsep utama smart city Lyon terdiri atas 4 (empat)
komponen.

185 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
1. Lingkungan (Smart Environment) untuk mengatasi
tantangan terkait lingkungan dan energi.
2. Jaringan (network) antara aktor-aktor utama seperti
pemerintah daerah, masyarakat dan swasta.
3. Partisipasi (participation)pengguna dalam desain
produk dan layanan untuk pengembangan konsep
smart city.
4. Teknologi baru (inclusion of new technologies)
seperti teknologi informasi dan komunikasi.
c. Seoul Smart City (Korea Selatan)
Seoul mengemukakan 3 (tiga) komponen utama
dalam mengembangkan smart city:
1. Smart ICT Infrastructure yaitu peningkatan dan
perluasan infrastruktur teknologi informasi dan
komunikasi untuk menunjang semua layanan dan
inovasi yang berbasis smart city.
2. Integrated city management framework: yaitu
pengembangan kerangka pengelolaan kota yang
terintegrasi.
3. Smart Users dimana menekankan kepada pengguna
yang cerdas yang mampu berinteraksi dengan
layanan cerdas sehingga menjadikan layanan
semakin bermanfaat.

186 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
C. Konsep Smart City di Beberapa Kota di Indonesia
Berbagai penelitian dan pengembangan terhadap
konsep smart city terus menyebar secara luas, termasuk di
beberapa kota di Indonesia. Dalam kajian ini, ulasan
mengenai implementasi konsep Smart City difokuskan pada 3
(tiga) kota percontohan yaitu Kota Bandung, Bogor, dan
Makassar. Kota Bandung, Bogor dan Makassar dipilih
menjadi kota-kota percontohan dikarenakan beberapa
pertimbangan, diantaranya adalah komitmen yang kuat dari
masing-masing pemerintah daerah dalam mewujudkan
konsep smart city dan telah adanya langkah-Iangkah awal
yang dilakukan para pemerintah kota tersebut dalam
mewujudkan Smart City.

a. Kota bandung
Kota Bandung merupakan salah satu kota yang
sangat gencar dalam mengembangkan penggunaan
teknologi dalam pencapaian tujuan smart city.Dengan
mengusung 5 (lima) konsep utama yang diterapkan, Kota
Bandung berusaha menciptakan sebuah kota yang cerdas.
Kelima komponen smart city tersebut adalah:
1. Smart ICT Infrastructure (infrastruktur ICT yang
cerdas.
2. Smart government (pemerintah kota yang cerdas).

187 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
3. Bandung open government (konsep layanan
pemerintahan untuk masyarakat yang
mengedepankan asas keterbukaan.
4. Bandung empowerment (pemberdayaan masyarakat
dengan penguatan internet literacy, citizen
engagement dan digital industry).
5. Bandung technopolis (pengelolaan kota menuju kota
yang modern dan berbasis teknologi.

Secara umum, beberapa aplikasi yang telah diterapkan


kota Bandung adalah:
1. 5000 access point Ban dung juara untuk melayani
akses internet a tau wifi diberbagai tempat di Kota
Bandung.
2. 83 % layanan kepada masyarakat sudah berbasis
TIK
3. 63 % kegiatan administrasi pemerintahan sudah
berbasis TIK • 100% pengelolaan keuangan sudah
berbasis TIK
4. Program bansos (bantuan sosial) dan hibah online
5. Layanan lapor.ukp.go.id, sebagai media untuks
pelaporan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan
6. Layanan Bandung government official twitter
sebagai media komunikasi terbuka antara

188 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
pemerintah Kota Bandung (termasuk walikota)
dengan warga Bandung
7. Layanan Portal Tanya jawab Bandung, sebagai
media komunikasi dan diskusi tentang kota Bandung
8. Layanan Bandung open Apps, sebagai penyedia
aplikasi penunjang layanan, komunikasi dan
transaksi untuk akses melalui smart phone.
b. Kota Bogor
Kota Bogor juga merupakan salah satu kota yang
sedang berusaha mengimplementasikan konsep Smart
City. Pemerintah Kota Bogor telah menerapkan rencana
penggunaan teknologi informasi sejak tahun 2009.
Pemerintah Kota Bogor pun terus berbenah menerapkan
teknologi informasi menuju smart city melalui 3 tahap
pengembangan. Ketiga tahapan tersebut terdiri dari :
1. Tahun 2009-2010, merupakan fase elektronik
2. Tahun 2011 -2013, fase infrastruktur
3. Tahun 2014, fase integrasi aplikasi

Dengan tahapan-tahapan tersebut diharapkan Kota


Bogor mampu mencapai layanan teknologi makasimal
dalam penerapan smart city. Komponen yang menjadi area
penerapan smart city Kota Bogor adalah sebagai berikut:
1. Smart citizen - Dengan konsep ini Kota Bogor
mengembangkan agar masyarakat memiliki pola

189 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
pikir yang terus berkembang dan memaksimalkan
penggunaan teknologi informasi. Memiliki wawasan
yang luas dan akses yang tidak terbatas terhadap
internet.
2. Smart government - Dikembangkan secara kontinu,
pemerintah kota bogor menargetkan seluruh layanan
yang disediakan oleh pemerintahan dapat diakses
dengan mudah oleh masyarakat. Dengan kemudahan
akses partisipasi dan transparansi terhadap layanan
menjadi. target berikutnya yang terus diperbaiki.
3. Smart business - Smart business ditargetkan sebagai
poros dalam meningkatkan perekonomian di kota
Bogor. Berbagai layanan transaksi didukung oleh
penggunaan teknologi informasi sehingga transaksi
dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan aman.
4. Smart infrastructure - Smart infrastructure menjadi
modal utama pemerintahan Kota Bogor dalam
mengembangkan smart city. Dukungan infrastruktur
melalui pengembangan berbagai jaringan terus
dibangun untuk mendukung tercapainya smart city.

Lebih lanjut selain keempat poros utama dalam


mengembangkan smart city tersebut, Kota Bogor juga
tengah melakukan pendekatan lain yaitu smart living,
smart economy, smart environment dan smart mobility.

190 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Secara umum, beberapa implementasi yang telah
dilakukan oleh Pemerintah Kota Bogor terkait
pengembangan Smart City antara lain:
1. SIM (Sistem Informasi Manajemen) Puskesmas
dikembangkan untuk memantau sekaligus
memaksimalkan layanan kesehatan terhadap
masyarakat.
2. SIM (Sistem Informasi Manajemen) Kelurahan
digunakan untuk pemantauan dan pelayanan
terhadap layanan kependudukan.
3. Berbagai infrastruktur dibangun sebagai backbone
terbentuknya layanan online menuju smart city
seperti fiber optic, wifi, micro system dan
pendukung infrastruktur layanan TIK lainnya yang
dibangun secara berkelanjutan. Saat ini terdapat 68
kelurahan, 26 SKPD dan 4 Puskesmas di Kota
Bogor telah memiliki jaringan berbasis wifi serta
252 menara micro cell.
4. Layanan Pajak dan PBB on line dikembangkans
sebagai sistem pengawasan dan peningkatan
ekonomi di Kota Bogor.
5. Sistem £-government di implementasikan diberbagai
SKPD untuk terbentuknya efesiensi dan transparansi
terhadap layanan pemerintahan.

191 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
6. CCTV dikembangkan sebagai bentuk pengawasan
langsung terhadap kondisi kota. 7. Pengembangan
situation room untuk mengawasi seluruh kegiatan
baik layanan masyarakat di pemerintahan ataupun
kondisi masyarakat.
c. Kota Makassar

Terkait dengan implementasi konsep Smart City,


Pemerintah Kota Makasar menerapkan 5 (lima) konsep
utama dalam mengembangkan smart cityyaitu smart
economy, smart environment, smart mobility, smart
governance, dan smart people berikut ini:
1. Smart economy - Konsep smart ekonomi dilakukan
dengan melakukan pengembangan dan penataan
pusat-pusat bisnis yang terintegrasi. Melakukan
penerapan teknologi informasi tepat guna sehingga
memudahkan dalam melakukan transaksi.
2. Smart mobility - Smart mobility berfokus pada
kemudahan dalam melakukan akses terhadap ruang
publik melalui peningkatan sarana dan prasaran
teknologi transportasi sehingga tercipta kemudahan,
ketertiban, keamanan dan kenyamanan dalam
melakukan mobilitas keberbagai tempat.
3. Smart environment - Smart environment
dikembangkan dengan mengembalikan beberapa

192 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
fungsi ruang publik, pengembangan lingkungan
yang nyaman untuk ditempati dengan berbagai
infrastruktur yang lengkap, serta melakukan
revitalisasi terhadap ruang-ruang lingkungan hidup
sebagai pendukung hidup masyarakat.
4. Smart people - Tujuan dari smart people ini untuk
menciptakan masyarakat yang melek terhadap
teknologi, menyadarkan masyarakat tentang
berbagai manfaat yang bisa di dapat dari teknologi
khususnya teknologi informasi juga memberikan
pandangan ten tang dampak negatif tentang
teknologi itu seridiri.
5. Smart governance - Smart governance
dikembangkan dan diterapkan untuk melakukan
optimasi terhadap layanan pemerintahan yang
dibutuhkan dan dapat diakses oleh publik. Dalam hal
ini masyarakat diberikan kemudahan untuk
mendapatkan informasi, layanan maupun partisipasi
dalam pemerintahan yang transparan.

D. Kebijakan Pengembangan Smart City di Indonesia


Green City - Liveable City - Smart City Dalam rangka
perwujudan Smart City di Indonesia, target kota hijau (Green
City) merupakan pijakan awal.Pencapaian Kota Hijau (Green
City) tersebut yang telah dinisiasi melalui program P2KH

193 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
(Program Pengembangan Kota Hijau) dari Kementerian
Pekerjaan Umum, diharapkan dapat mewujudkan sebuah kota
hijau di Indonesia yang mampu menjaga dan memupuk
sumberdaya alam, lingkungan, dan kualitas prasarana kota
untuk menjawab isu perubahan iklim melalui tindakan
mitigasi dan adaptasi. Lebih lanjut, Program Pengembangan
Kota Hijau a tau P2KH merupakan inisiatif untuk
mewujudkan kota hijau secara inklusif dan komprehensif
melalui 8 (del a pan) atribut kota hijau.

Delapan Atribut Kota Hijau


1. Perencanaan dan perancangan kota yang ramah
lingkungan (green planning and design).
2. Ketersediaan ruang terbuka hijau (green open space).
3. Konsumsi energi yang efisien (green energy).
4. Pengelolaan air yang efektif (green water).
5. Pengelolaan limbah dengan prinsip 3R (green waste).
6. Bangunan hemat energi atau bangunan hijau (green
building).
7. Penerapan sistem transportasi yang berkelanjutan
(green transportation), dan
8. Peningkatan peran masyarakat sebagai komunitas hijau
(green community)

Apabila implementasi P2KH (Green City) dapat


tercapai dengan baik, maka target dan tingkatan berikutnya
194 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
adalah menuju Liveable City (kota layak huni). Pada intinya,
Liveable City adalah konsep pengembangan kota yang dapat
memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup warganya
dengan tetap menjaga kualitas lingkungan hidup.
Selanjutnya, ketika sebuah kota telah mampu memenuhi
targetnya menjadi kota hijau (green city) dan kota layak huni
(liveable city), maka kota tersebut dapat bertransformasi
menuju pencapaian target sebuah smart city. Tahapan
transformasi dari green city menuju smart city dapat dilihat
dalam gam bar berikut:

1. dibangun dengan tidak mengorbankan asetnya,


melainkan terus memupuk sumber daya alam,
lingkungan, dan kualitas prasarana kota untuk
menjawab isu perubahan ildim melalui tindakan
mitigasi dan adaptasi.
2. dapat memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup
warganya sehingga dapat mencapai kesejahteraan
dengan lebih mudah, serta tetap mampu menjaga
kualitas lingkungan.
3. mampu menggunakan SDM, modal sosial, dan
infrastruktur telekomunikasi modern (ICT) untuk
mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan
kualitas kehidupan tinggi, dengan manajemen sumber

195 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
daya yang bijaksana melalui pemerintahan berbasis
partisipasi masyarakat.

E. Karakterisitik Smart City


Rudolf Giffinger, didalam salah satu tulisannya tentang
Smart City atau kota pintar di sejumlah kota besar di Eropa,
beliau membagi karakteriistik smart city ke dalam enam
buah karakteristik utama. Enam buah karakteristik ini
menjadi dimensi sekaligus menggambarkan kemampuan kota
dalam mengelola potensinya dalam menyelesaikan masalah
atau hal-hal yang terjadi ataupun yang dialami. Adapun enam
karakteristik tersebut adalah :
1. Ekonomi Cerdas (Smart Economy) Suatu inovasi baru
dapat tercipta karena meningkatknya kualitas kota
sehingga mampu bersaing. Apabila semakin banyak
inovasi baru yang mengalami peningkatan, maka
semakin banyak pula sebuah peluang usaha baru dan
tentunya persaingan yang semakin besar di pasar usaha
maupun di pasar modal. Kota juga pasti menjadi salah
satu tempat kegiatan ekonomi yang berkelanjutan. Hal
tersebut dapat dicapai melalui dengan adanya
produktivitas tinggi yang diikuti dengan rasa semangat
dan inovasi yang tinggi juga. Contohnya dapat
diperhatikan dengan adanya industri kreatif, digital,
infrastruktur maupun regulasi yang sudah didukung.

196 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
2. Mobilitas Cerdas (Smart Mobility) Suatu keahlian
dalam memajukan perkembangan pada suatu
pembangunan transportasi serta pembangunan
infrastruktur untuk mendukung kekuatan pada sistem
perencanaan dalam hal infrastruktur perkotaan.
Pengelolaan infrastruktur di perkotaan juga pastinya
akan dikembangkan untuk ke depannya dan merupakan
sistem manajemen yang terintegrasi dan berorientasi
pada keselarasan dengan kepentingan umum. Kota juga
diharapkan agar mampu mewujudkan dan menyediakan
sebuah infrastruktur, sistem dan juga tentunya layanan
transportasi yang ada di darat, udara maupun di air
yang bersifat nyaman dan inovatif dan tentunya harus
aman, serta dapat mendukung expositions mobilitas
masyarakat.
3. Lingkungan Cerdas (Smart Environment)
Keberlanjutan yang ada pada sumber daya, lingkungan
pintar tersebut berarti merupakan lingkungan yang
dapat memberikan kenyamanan serta tentunya sebuah
keberlanjutan sumber daya, baik disadari maupun tidak,
bagi setiap masyarakat maupun publik. Lingkungan
yang bersih, tertata, RTH yang stabil juga merupakan
salah satu contoh dari penerapan lingkungan pintar atau
smart city.

197 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
4. Masyarakat Cerdas (Smart People) Kreativitas dalam
pembangunan pastinya senantiasa membutuhkan
sebuah modal, baik modal ekonomi, usaha maupun
modal sosial. Kemudahan dalam mengakses modal dan
juga segala pelatihanpelatihan khususnya untuk
UMKM yang dapat meningkatkan sebuah kemampuan
serta keterampilan mereka untuk mengembangkan
usahanya. Modal sosial juga termasuk dalam elemen-
elemen tersebut contohnya kepercayaan, toleransi,
saling menerima dan saling berkolaborasi sosial juga
memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
pertumbuhan ekonomi yang tentunya dapat melalui
berbagai mekanisme contohnya seperti meningkatnya
rasa tanggung jawab yang besar tentunya terhadap
kepentingan publik, memperbanyak partisipasi pada
demokrasi, serta kekuatan keserasian masyarakat dan
tentunya harus menurunkan tingkat kejahatan yang ada
di masyarakat.
5. Hidup Cerdas atau Kualitas Hidup (Smart Living)
Berbudaya sama saja artinya dengan manusia yang
harus mempunyai sebuah kualitas dalam hidupnya dan
harus teratur. Kualitas itu pun juga termasuk hal yang
dinamis, yang artinya masyarakat harus selalu berusaha
untuk memperbaiki diri mereka masing-masing. Secara

198 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
langsung pencapaian budaya untuk manusia ataupun
masyarakat yang secara langsung maupun tidak tentu
merupakan salah satu hasil dari sebuah pendidikan.
Oleh karena itu, pendidikan yang berkualitas akan
menjadi jaminan dari kualitas budaya itu sendiri.
6. Pemerintah yang Cerdas (Smart Governance) Hal yang
menjadi kunci terpenting atas keberhasilan dalam
penyelenggaraan pemerintahan itu merupakan hal yang
terbaik, yang juga merupakan paradigma dan proses
penyelenggaraan serta juga proses pembangunan
pemerintahan yang menganut suatu prinsip
kemanusiaan, demokrasi serta yang lainnya. Ditambah
dengan suatu komitmen terhadap berdirinya nilai serta
suatu prinsip tertentu, daya dan juga hasil agar
terciptanya pemerintahan yang bersih, dapat
bertanggung jawab, dan juga mempunyai daya saing.
Kota juga diharapkan mampu mempunyai sebuah tata
kelola yang tentunya baik untuk membuat sebuah kota
pintar, yang dimana nantinya akan memerlukan sebuah
kerja sama yang sangat baik untuk semua pemerintah
dan juga bagi masyarakat.

F. Pengembangan Layanan Pada Smart City


Pelayanan informasi yang bersifat cepat dan juga akurat
sangat dibutuhkan, sebab masyarakat saat ini membutuhkan

199 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
informasi setiap saat. Dengan penerapan dari konsep kota
pintar, masalah tersebut dapat diatasi dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi dalam memberikan
pelayanan masyarakat yang lebih efektif dan lebih efisien.
Dengan penerapan konsep kota pintar, masyarakat juga dapat
menyampaikan saran dan masukan kepada pemerintahan
dengan lebih cepat dan lebih mudah. Melalui dukungan dari
teknologi IT yang sesuai, maka berbagai layanan informasi
dan data dapat dikembangkan sehingga terhubung satu sama
lain dan dapat ditingkatkan menjadi pelayanan yang lebih
baik. Sebagai contoh, kamera tilang elektronik yang
memberikan kemudahan kepada petugas dalam
melaksanakan pelayanan tersebut. Smart city juga kerap
disebut sebagai suatu upaya yang bersifat inovatif dalam
mengambil langkah yang hebat demi memajukan kota di
suatu wilayah dengan berbasiskan kepada teknologi
informasi dan komunikasi. Konsep kota pintar juga dirancang
sedemikian rupa sehingga mampu meningkatkan efisiensi
pengelolaan sumber daya.

Kota pintar memanfaatkan teknologi informasi dan


komunikasi serta dukungan dari teknologi Internet of Things
(IoT), sehingga dapat menaikkan tingkat efisiensi operasional
pelayanan publik, sehingga dapat juga meningkatkan
kesejahteraan dan kenyamanan masyarakat yang tinggal di

200 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
kota tersebut. Di Indonesia sendiri telah ada beberapa kota
yang menerapkan konsep kota pintar, pihak yang
berpartisipasi tidak hanya pemerintahan akan tetapi juga
masyarakat dan pihak swasta. Berdasarkan hasil kajian dari
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian di tahun
2017, penerapan konsep kota pintar menjadi penting karena
terus bertambahnya tingkat penduduk di daerah perkotaan.
Dengan terus terjadi nya perubahan perilaku penduduk juga
semakin membuat penerapan konsep kota pintar menjadi
lebih penting, karena masyarakat juga membutuhkan
pelayanan yang lebih mudah dan cepat yang dapat mereka
akses cukup dari ponsel pintar masing-masing.

Menurut Stephen Ezell (dalam Prabancono, 2015)


Smart city dapat mengembangkan pelayanan jenis
transportasi, sehingga sistem transportasi menjadi lebih
efisien serta terhubung atau terkoneksi, hal ini dapat
meningkatkan mobilitas masyarakat yang tinggal di kota
tersebut. Dengan konsep kota pintar, dapat pula mewujudkan
kondisi rumah serta bangunan yang lebih hemat dalam hal
penggunaan energi, menjadi lebih ramah lingkungan, serta
sudah beralih menggunakan sumber energi terbarukan. Selain
itu, kondisi lingkungan dapat menjadi lebih baik, menjadi
lebih lestari dengan pemanfaatan konsep pengaturan limbah
serta konsep pengelolaan air yang lebih baik pula

201 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Pengembangan layanan dengan konsep kota pintar
salah satu yang terpenting yaitu untuk membuat layanan e-
government menjadi lebih cepat implikasinya kepada
penduduk dan bisa mendukung terciptanya kota yang layak
dan lebih baik di masa mendatang, menjadi kota yang bersifat
nyaman, aman serta meningkatkan daya saing kota tersebut di
sisi perekonomian. Kota pintar diharapkan juga dapat
memberikan solusi dari setiap permasalahan yang dihadapi
oleh daerah perkotaan dengan adanya transparansi serta
partisipasi dari masyarakat, perbaikan pada sisi transportasi
publik, transaksi yang dapat dilakukan dengan non-tunai, dan
lain sebagainya dengan dukungan dari teknologi.

G. Pemanfataan ICT Dalam Smart City


ICT memiliki manfaat yang sangat banyak dalam
pengembangan smart city Pada dasarnya, ICT memiliki
fungsi untuk memudahkan pekerjaan manusia melalui
implementasi teknologi dan sistem informasi.

Adapun beberapa tujuan penggunaan ICT, di antaranya:


1. Peningkatan kualitas produk dan layanan.
2. Dalam dunia pembelajaran, ICT dapat mempercepat
dan mengefektifkan proses belajar mengajar.
3. Meningkatkan efisiensi.
4. Meningkatkan kualitas dan produktifitas SDM.

202 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Contoh penerapan ICT Karena memiliki banyak manfaat
untuk memudahkan pekerjaan manusia, kini ICT telah
banyak diterapkan di berbagai bidang. Berikut adalah
beberapa bidang yang telah menerapkannya, antara lain:

a. Smart Economy
Pada dimensi ini, inovasi dapat berupa sesuatu yang
berkaitan dengan informasi terkait pekerjaan, peluang
usaha, atau berupa inovasi yang dapat mendorong
perkembangan ekonomi melalui industri kreatif, bisa
juga dalam bentuk lain yang pada dasarnya dapat
menarik minat investor, dan mempercepat pertumbuhan
ekonomi. Contoh aplikasi untuk dimensi ini yaitu
website belabeliku.com, yang merupakan marketplace
untuk mewadahi setiap UMKM Kabupaten Kulon
Progo dalam menjual produk mereka secara online,
sehingga dapat meningkatkan aktivitas ekonomi di
daerah tersebut.
b. Smart Governance
Untuk dimensi iniberupa pelayanan publik yang
terpusat dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi, seperti misalnya pada Kota Yogyakarta
terdapat Jogja Smart Service yang memungkinkan
masyarakat untuk mengakses berbagai pelayanan
melalui 1 aplikasi saja. Dengan adanya inovasi tersebut,

203 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
akan memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada
masyarakat untuk dapat menjalankan prosedur
pelayanan dengan lebih efisien.
c. Smart Living
Inovasi yang dibawa dengan kategori dimensi ini
berupa hadirnya aplikasi/program pariwisata,
kesehatan, ataupun program yang berkaitan dengan
kegiatan budaya. Inovasi tersebut pada dasarnya dibuat
dengan tujuan untuk memberikan suatu fasilitas berupa
informasi baik mengenai kesehatan, atau yang lainnya,
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
masyarakat. Contoh penerapan inovasi dengan konsep
Smart Living oleh pemerintah Kabupaten Banyuwangi
yaitu peningkatan layanan kesehatan untuk masyaraka
miskin secara online, program pendidikan terpadu,
ambulans desa, dan lain sebagainya.
d. Smart environment
Contoh inovasinya yaitu penerapan water management,
waste management, dan pemanfaatan energi alternatif
yang ramah dengan lingkungan. Di Indonesia sendiri
sudah banyak program dilakukan untuk melakukan
daur ulang sampah plastik serta untuk memperlambat
pertumbuhannya.
e. Smart Mobility

204 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Inovasi yang dibawa berupa peningkatan kualitas
transportasi publik untuk daerah perkotaan dengan
menghadirkan solusi untuk mengatasi permasalahan
mobilitas masyarakat, tentunya dengan memanfaatkan
berbagai teknologi informasi dan komunikasi yang
sesuai.
f. Smart People
Untuk mencapai terwujudnya masyarakat cerdas, maka
inovasi yang dibawa tentu harus disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat itu sendiri, misalnya dengan
menghadirkan program seperti kursus bahasa asing,
memfasilitasi internet gratis di kawasan tertentu,
ataupun dengan meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam memasarkan produk.

H. Rangkuman
Smart City merupakan suatu pendekatan komprehensif
yang dapat meningkatkan efisiensi operasional kota,
meningkatkan kualitas hidup masyarakat atau penduduk, dan
mengembangkan perekonomian daerah. Kota pintar memulai
penggunaan konsep tata kota dengan mengambil manfaat dari
perkembangan teknologi yang nantinya suatu saat akan
membantu masyarakat dalam menciptakan kehidupan yang
lebih mudah dan sehat, serta tingkat efisiensi dan efektivitas
yang sangat tinggi. Beberapa orang ahli mempertimbangkan

205 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
konsep kota pintar menjadi smart city yang diharapkan dapat
membantu dalam memenuhi kebutuhan untuk meningkatkan
kemudahan serta kesehatan hidup para penduduk. Konsep
dasar dari smart city masih dapat berbeda-beda sedangkan
dalam perbincangan oleh para ahli, masih belum terdapat
definisi serta konsep pasti yang dapat diterapkan pada setiap
kota di dunia ini. Untuk itu, saat ini konsep kota pintar masih
dapat berbeda-beda, tergantung kota itu sendiri serta tingkat
perkembangan dari kota tersebut.

Tahapan transformasi dari green city menuju smart city


dapat dilihat:
1. dibangun dengan tidak mengorbankan asetnya,
melainkan terus memupuk sumber daya alam,
lingkungan, dan kualitas prasarana kota untuk
menjawab isu perubahan ildim melalui tindakan
mitigasi dan adaptasi.
2. dapat memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup
warganya sehingga dapat mencapai kesejahteraan
dengan lebih mudah, serta tetap mampu menjaga
kualitas lingkungan.
3. mampu menggunakan SDM, modal sosial, dan
infrastruktur telekomunikasi modern (ICT) untuk
mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan
kualitas kehidupan tinggi, dengan manajemen sumber

206 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
daya yang bijaksana melalui pemerintahan berbasis
partisipasi masyarakat.

Smart city memiliki enam karakteristik yaitu:


1. Ekonomi Cerdas (Smart Economy) Suatu inovasi baru
dapat tercipta karena meningkatknya kualitas kota
sehingga mampu bersaing.
2. Mobilitas Cerdas (Smart Mobility) Suatu keahlian
dalam memajukan perkembangan pada suatu
pembangunan transportasi serta pembangunan
infrastruktur untuk mendukung kekuatan pada sistem
perencanaan dalam hal infrastruktur perkotaan.
3. Lingkungan Cerdas (Smart Environment)
Keberlanjutan yang ada pada sumber daya, lingkungan
pintar tersebut berarti merupakan lingkungan yang
dapat memberikan kenyamanan serta tentunya sebuah
keberlanjutan sumber daya, baik disadari maupun tidak,
bagi setiap masyarakat maupun publik. Lingkungan
yang bersih, tertata, RTH yang stabil juga merupakan
salah satu contoh dari penerapan lingkungan pintar atau
smart city.
4. Masyarakat Cerdas (Smart People) Kreativitas dalam
pembangunan pastinya senantiasa membutuhkan
sebuah modal, baik modal ekonomi, usaha maupun
modal sosial. Kemudahan dalam mengakses modal dan

207 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
juga segala pelatihanpelatihan khususnya untuk
UMKM yang dapat meningkatkan sebuah kemampuan
serta keterampilan mereka untuk mengembangkan
usahanya.
5. Hidup Cerdas atau Kualitas Hidup (Smart Living)
Berbudaya sama saja artinya dengan manusia yang
harus mempunyai sebuah kualitas dalam hidupnya dan
harus teratur.
6. Pemerintah yang Cerdas (Smart Governance) Hal yang
menjadi kunci terpenting atas keberhasilan dalam
penyelenggaraan pemerintahan itu merupakan hal yang
terbaik, yang juga merupakan paradigma dan proses
penyelenggaraan serta juga proses pembangunan
pemerintahan yang menganut suatu prinsip
kemanusiaan, demokrasi serta yang lainnya. Ditambah
dengan suatu komitmen terhadap berdirinya nilai serta
suatu prinsip tertentu, daya dan juga hasil agar
terciptanya pemerintahan yang bersih, dapat
bertanggung jawab, dan juga mempunyai daya saing.

I. Soal Latihan
1. Jelaskan bagaimana penerapan manfaat ict dalam smart
city?
2. Jelaskan apa saja yang perlu dilakukan dan dibutuhkan
untuk dapat mewujudkan terbentuknya smart city?

208 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
3. Tantangan apa yang dihadapi dalam pembangunan
dengan konsep smart city?
4. Bagaimana penerapan smart city yang ada di Indonesia
pada saat ini? Apakah dapat dikatakan telah berjalan
dengan baik? Apabila iya silahkan berikan tanggapan
anda!
5. Bagaimana konsep smart city yang tepat untuk
diterapkan di Indonesia?

209 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
BAB VIII
PEMANFAATAN ICT DAN KORUPSI E-PROCOREMENT,
E-BUDGETING

A. ICT ( Information and Communication Technology )


Definisi

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah


teknologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk
memproses dan menyampaikan informasi. TIK mencakup
dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi
komunikasi. Istilah Teknologi informasi meliputi segala hal
yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat
bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan
teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan
mentransfer data dari satu perangkat ke lainnya.1 Dengan
demikian, teknologi informasi dan komunikasi adalah dua
buah konsep yang tidak terpisahkan. Teknologi Informasi dan
Komunikasi mengandung pengertian luas yaitu segala
kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi,
pengelolaan, pemindahan informasi antar media. Istilah TIK
muncul setelah adanya perpaduan antara teknologi komputer
(baik perangkat keras maupun perangkat lunak) dengan

210 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
teknologi komunikasi pada pertengahan abad ke-20
Perpaduan kedua teknologi tersebut berkembang pesat
melampaui bidang teknologi lainnya. Hal ini mencakup
komputer, Internet, teknologi penyiaran (radio dan televisi),
dan Telepon. (Sutopo, 2012).

Manfaat

Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi


(TIK) oleh pemerintahan memunculkan beberapa
keuntungan:
1. Meningkatkan efisiensi, penggunaan TIK dapat
meningkatkan efisiensi dalam berbagi data atau
informasi di dalam maupun antar pemerintahan.
2. Meningkatkan pelayanan, penggunaan TIK dapat
meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat.
3. Membantu mencapai suatu kebijakan tertentu,
penggunaan TIK dapat membantu menyosialisasikan
kebijakan pemerintah kepada masyarakat sehingga
pihak-pihak terkait dapat berbagi ide dan informasi
terkait dengan suatu kebijakan tertentu.
4. Membantu kontribusi terhadap kebijakan ekonomi,
penggunaan TIK dalam egovernment dapat mengurangi
korupsi, meningkatkan keterbukaan dan kepercayaan
terhadap pemerintah.

211 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
5. Meningkatkan kontribusi terhadap reformasi,
penggunaan TIK telah mengubah atau mereformasi
berbagai bidang, seperti: memperbaiki transparansi dan
fasilitasi berbagi informasi.
6. Meningkatkan kepercayaan antara pemerintah dengan
masyarakatnya, penggunaan TIK dapat meningkatkan
good governance melalui peningkatan trans-paransi,
mengurangi korupsi sehingga dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggara
pemerintah. (Mukhsin, 2020)

B. E-Procorement
Definisi

E-Procurement adalah proses pengadaan barang/jasa


pemerintah yang pelaksanaannya dilakukan secara elektronik
dan berbasis web/internet dengan memanfaatkan fasilitas
teknologi komunikasi dan informasi yang meliputi
pelelangan umum secara elektronik yang diselenggarakan
oleh Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)
Kementerian Keuangan, Biro Manajemen BMN dan
Pengadaan.

E-procurement adalah bentuk E-Commerce untuk


perantaraan barang dan jasa atau digunakan untuk tendering
barang dan jasa antara perusahaan dengan pemasok. E-

212 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
procurement kebanyakan diakses dari web oleh perusahaan-
perusahaan besar dan badan-badan usaha umum. E-
procurement juga merupakan aplikasi E-Commerce untuk
proses negosiasi dan perjanjian (Contracting).

Pengertian E-Procurement sesuai (PERWALI 14,2007)


adalah system pengadaan barang/jasa yang didalamnya
termasuk program komputer berbasis web untuk
memfasilitasi rangkaian proses pemilihan penyedia
barang/jasa yang meliputi: 1) E-Tendering, adalah pelelangan
umum dalam rangka mendapatkan barang/jasa, dengan
penawaran harganya dilakukan satu kali pada hari, tanggal,
dan waktu yang telah ditentukan dalam dokumen pengadaan,
untuk mencari harga terendah tanpa mengabaikan kualitas
dan sasaran yang telah ditetapkan dengan menggunakan
media elektronik yang berbasis web dengan memanfaatkan
fasilitas tekhnologi komunikasi dan informasi; 2) E-
Selection, adalah seleksi umum dalam rangka pengadaan jasa
konsultasi yang prosesnya dilakukan secara elektronik.

E-procurement adalah sebuah sistem lelang dalam


pengadaan barang/jasa pemerintah dengan memanfaatkan
teknologi, informasi dan komunikasi berbasis internet, agar
dapat berlangsung secara efektif, efisien, terbuka, dan
akuntabel (Sutedi dalam Nurchana dkk, 2014). Hal ini hampir
sama dengan penjelasan dari Indrajit dalam Andrianto (2007)
213 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
bahwa e-procurement diartikan sebagai sebuah proses
digitalisasi tender/lelang pengadaan barang/jasa pemerintah
berbantuan internet. Definisi lebih sederhana menurut
Andrianto (2007), bahwa e-procurement adalah proses
pengadaan barang/jasa yang dilakukan melalui lelang secara
elektronik.

E-procurement menurut Oliviera adalah proses


pembelian barang dan jasa yang diperlukan bagi kebutuhan
operasional organisasi secara elektronik (Djojosoekarto,
2008). E-Procurement dalam pengertian umum diterapkan
pada sistem data base yang terintegrasi dan area luas yang
berbasis internet dengan jaringan sistem komunikasi dalam
sebagian atau seluruh proses pembelian. E-Procurement
merupakan suatu implementasi untuk mewujudkan proses
pengadaan barang dan jasa pemerintah menjadi efisien dan
transparan. Dengan diterapkannya elektronik procurement ini
akan terjadi kegiatan efisiensi, efektifitas, akuntabilitas, dan
trasparansi dalam pembelanjaan uang negara.

Beberapa pengertian e-procurement di atas dapat


disimpulkan bahwa e- procurement adalah proses pengadaan
barang dan jasa yang berbasis internet untuk mewujudkan
proses pelelangan secara efektif, efisien, dan transparansi.

214 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Perbedaan Sistem Pengadaan Barang Dan Jasa
Konstruksi :

Konvensional :

1. Pemasukan dan pengambilan dokumen dilakukan


dengan tatap muka
2. Pengumuman hanya dilakukan di media cetak
3. Daerah cakupan pemberitahuan terbatas Terbukanya
kesempatan untuk berkolusi antara panitia pengadaan
dan penyedia jasa
4. Kurang transparan

E-Procurement
1. Pemasukan dan pengambiln dokumen dapat dilakukan
melalui internet
2. Pengumumam dilakukan di internet melalui website
yang ada
3. Daerah cakupan pemberitahuan sangat luas (bisa
seluruh dunia)
4. Kesempatan untuk berkolusi antara panitia dan
penyedia jasa bisa dikatakan kecil
5. Lebih transparan

Manfaat

215 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Internet telah muncul sebagai media efektif dari segi
biaya dan dapat diandalkan untuk melakukan transaksi bisnis
online. Semakin banyak perusahaan yang mengadopsi media
ini dalam melakukan pengadaan barang. Menurut Seth Miller
dalam artikelnya keuntungan utama e-procurement meliputi
menghemat uang, waktu, dan beban kerja tambahan yang
normalnya berhubungan dengan pekerjaan tulis menulis.
Proses pengadaan konvensional biasanya melibatkan banyak
pemrosesan kertas-kertas, yang mana menghabiskan
sejumlah besar waktu dan uang.

Keuntungan e-procurment tidak hanya meliputi


penghematan uang tetapi penyederhanaan keseluruhan
proses. Rencana-rencana yang optimal dapat
dikomunikasikan dengan cepat kepada penyedia-penyedia
jasa, oleh karena itu dapat mengurangi biaya dan
pemborosan. Keuntungan e-procurement meliputi
pengurangan biaya overhead seperti pembelian agen, juga
peningkatan kendali inventori, dan keseluruhan peningkatan
siklus manufaktur. Sistem e-procurement membantu
perusahaan-perusahaan mengkonsolidasikan data tentang
pengadaan bermacam-macam barang baik secara langsung
maupun tidak langsung. Tujuan dari implementasi e-
procurement adalah :

216 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
a) Meningkatkan efektivitas dan efesiensi dalam
pengadaan barang/jasa.
b) Meningkatkan transparansi dan akutanbilitas.
c) Memudahkan sourching dalam memperoleh data dan
informasi tentang pengadaan jasa konstruksi.
d) Menjamin persamaan kesempatan, akses dan hak yang
sama bagi para pihak pelaku pengadaan jasa dan
konstruksi.
e) Menciptakan situasi yang kondusif agar terjadi
persaingan yang sehat antar penyedia jasa konstruksi.
f) Menciptakan situasi yang kondusif bagi aparatur
pemerintah dan menjamn terselenggaranya komunikasi
secara online untuk mengurangi intensitas pertemuan
langsung antara penyedia jasa konstruksi dengan
panitia pengadaan dalam mendukung pemerintah yang
bersih dan bebas dari KKN.

Manfaat e-procurement, adalah:


a. Pelaksanaan pengadaan barang atau jasa dapat berjalan
secara transparan adil dan persaingan sehat.
b. Masyarakat luas dapat berperan aktif dalam
pelaksanaan pelelangan dan mempermudah masyarakat
dalam memperoleh informasi.

217 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
c. Tidak terjadi pengadaan barang/jasa yang bernuansa
KKN, karena semua peserta pengadaan barang/jasa
dapat saling mengawasi.
d. Tercapainya mutu produk, waktu pelaksanaan,
pemanfaatan dana, sumberdaya manusia, teknologi
dalam pelaksanaannya.
e. Mereduksi tenaga sumber daya manusia, menghemat
biaya penyelenggaraan pelelangan dan mengoptimalkan
waktu pelaksanaan.

Tahapan Pelaksanaan

Pelaksanaan e-procurement perlu dilakukan secara


bertahap guna penerapan yang semakin baik. Secara umum
tahapan pelaksanaan e-procurement dibagi dalam empat
tahap, antara lain:
a. Penayangan informasi Terdiri dari informasi umum dan
paket pekerjaan.
b. Pelaksanaan copy to internet (CTI) Adalah penayangan
informasi, proses, dan hasil pengadaan barang/jasa
c. Pelaksanaan semi e-procurement Yaitu kegiatan
pengadaan barang dan jasa yang sebagian prosesnya
dilakukan melalui media internet secara interaktif
antara peserta lelang dan panitia lelang
d. Pelaksanaan full e-procurement Yaitu proses
pengadaan barang dan jasa yang dilakukan dengan

218 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
transaksi secara penuh melalui media internet, namun
dalam pelaksanaanya full eprocurement belum dapat
dilakukan di Indonesia

Metode pelaksanaan

Dalam kegiatan e-procurement terdapat metode-metode


pelaksanaannya yaitu :

a. E-Tendering
E-Tendering adalah tata cara pemilihan pemasok
yang dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh
semua pemasok yang terdaftar pada sistem pengadaan
secara elektronik.
b. E-Bidding
E-Bidding merupakan pelaksanaan pengadaan
barang dan jasa dengan cara penyampaian informasi
dan/atau data pengadaan dari penyedia barang dan jasa,
dimulai dari pengumuman sampai dengan pengumuman
hasil pengadaan, dilakukan melalui media elektronik
antara lain menggunakan media internet, intranet dan/atau
electronic data interchange (EDI).
c. E-Catalogue
E-Catalogue adalah sistem informasi elektronik yang
memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga barang
tertentu dari berbagai penyedia barang dan jasa.

219 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
d. E-Purchasing
E-Purchasing adalah tata cara pembelian barang dan
jasa melalui sarana E-Catalogue.

C. E-budgeting
Definisi e-bugeting

Budgeting merupakan bagian dari proses sistem


perencanaan dan pengendalian manajemen yang mencakup
kegiatan perencanaan dan pengendalian. Hasil dari proses
penganggaran (budgeting) ini disebut dengan anggaran
(budget). Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun
secara sistematis dalam bentuk angka dan dinyatakan dalam
unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan
untuk jangka waktu (periode) tertentu di masa yang akan
datang. Anggaran tidaklah mutlak dalam suatu institusi.

Banyak ditemui institusi yang mampu beroperasi tanpa


membuat anggaran. Namun suatu institusi yang semakin
besar akan mengalami kesulitan dalam mengevaluasi kinerja
bila tidak menyusun anggaran. Efisiensi dan produktivitas
kerja pun kurang dapat dioptimalkan. Dengan kata lain,
penyusunan anggaran dalam suatu institusi akan sangat
membantu institusi tersebut dalam mencapai tujuannya.

220 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Anggaran negara adalah urat nadi bagi suatu negara
dalam menjalankan pemerintahan. Anggaran adalah rencana
keuangan yang dibuat secara rinci dan sistematis yang
memuat rencana penerimaan dan rencana pengeluaran.
Dalam sebuah organisasi anggaran memegang peran yang
sangat penting karena anggaran mengarahkan penggunaan
sumber daya yang dimiliki organisasi dalam rangka mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Dalam konteks kehidupan bernegara, anggaran


merupakan alat bagi pemerintah untuk melakukan alokasi
sumber daya secara tepat, distribusi pendapatan yang lebih
adil dan menjaga stabilitas perekonomian. Dalam
menjalankan anggaran negara pemerintah harus mampu
menjamin bahwa anggaran yang dilaksanakan sepenuhnya
dapat dipertanggungjawabkan bagi kemakmuran rakyat.
Indonesia dalam implementasi e-government sudah dilakukan
oleh banyak daerah.

Berbagai sistem informasi yang ada pada berbagai


Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) secara totalitas
membentuk e-government. Penerapan e-government
dianggap sebagai solusi lintas-sektor sehingga mengandalkan
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
adalah strategi meningkatkan kinerja pemerintah daerah
dalam melayani masyarakat. Kemajuan teknologi informasi
221 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk kepentingan
masyarakat di segala bidang, salah satunya adalah bidang
pelayanan publik dalam rangka memberikan pelayanan
publik yang baik dan akuntabel.

Selain itu dengan adanya kemajuan teknologi yang


cukup pesat Sistem e-budgeting diciptakan untuk dapat
menjamin anggaran dikelola secara baik serta implementasi
dari reformasi anggaran yang diisyaratkan oleh pemerintah
melalui Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah yang menunjukkan adanya
perubahan mendasar bagi pengelolaan keuangan daerah yang
berarti pula reformasi anggaran daerah sedang dijalankan.

Target utama dalam pelaksanaan E-Budgeting ini


adalah perwujudan pemerintah yang baik untuk memberikan
kepuasan publik pula bagi seluruh masyarakat. Kota
Surabaya dinilai mampu melakukan inovasi, efisiensi dan
unggul dalam manajemen proyek di sekitar pusat data yang
merupakan merupakan fasilitas teknologi informasi yang
dapat dinikmati masyarakat Kota Surabaya secara gratis guna
mendapatkan pelayanan dan data secara transparan, akuntabel
dan memangkas birokrasi. (Uma, 2004)

Manfaat e-budgeting

222 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
E-Budgeting memiliki manfaat yang sangat penting
bagi sebuah perusahaan atau instansi terkait yaitu sebagai
berikut :
a. Kontrol akan lebih mudah dilakukan Dengan adanya
kontrol menggunakan e-budgeting dapat dengan mudah
mengetahui siapa saja yang berhak mengakses dan
mengubah anggaran. Namun demikian manfaat dari
kontrol ini harus diseimbangkan dengan asumsi orang
yang berhak dan dapat dipercaya.
b. Kontrol dapat dilakukan sejak tahap perencanaan, jadi
pada tahap ini ebudgeting di desain untuk dapat
menolak segala usulan yang dianggap tidak relevan,
seperti anggaran yang “mengada-ada” dapat
diminimalkan. Sehingga pada proses kontrol yang
dilakukan sejak tahap perencanaan sangat penting
karena untuk meminimalisir kejahatan dalam
pengaturan anggaran.
c. Transparansi anggaran dapat ditingkatkan, dengan
adanya tranparansi anggaran, maka semua anggaran
yang dikeluarkan akan menjadi terlihat pengeluarannya.
Jadi semua bentuk pengeluaran tetap dalam
pengawasan oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
Sehingga kemungkinan kecil kejahatan seperti korupsi
dapat diatasi.

223 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
d. Kontrol realisasi anggaran akan menjadi lebih mudah
dilakukan. Pelaksanaan program dan keterserapan
anggaran dapat diketahui secara langsung ketika sudah
dilaporkan ke sistem. Dengan catatan, sistem E-
Budgeting memuat segala fitur yang akan dicapai
nantinya. Dengan demikian, pemerintah menjadi lebih
akuntabel, karena setiap rupiah pengeluaran dapat
dilacak dengan mudah.

Tujuan E-Budgeting

Anggaran sangat dibutuhkan oleh sebuah perusahaan


karena anggaran dapat mencegah pengeluaran-pengeluaran
bagi hal-hal atau aktivitas-aktivitas yang tidak dibenarkan
oleh undang-undang. Berikut merupakan tujuan dalam
pengaplikasian E-Budgeting yaitu :
a. Meningkatkan efisiensi anggaran belanja dan
produktifitas proses bisnis korporasi atau perusahaan di
semua area manajemennya.
b. Digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam
memilih sumber dan investasi dana.
c. Memberikan batasan atas jumlah dana yang dicari dan
digunakan.
d. Merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis
investasi dana, sehingga dapat memudahkan
pengawasan.

224 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
e. Merasionalkan sumber dan investasi dana agar dapat
mencapai hasil yang maksimal.
f. Menyempurkan rencana yang telah disusun, karena
dengan anggaran lebih jelas dan nyata terlihat.
g. Menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap
usulan yang berkaitan dengan keuangan.
h. Meningkatkan proteksi anggaran serta pengawasan atas
anggaran tersebut baik penggunaan maupun pada saat
penyusunan.
i. Mengatasi tindak korupsi melalui penyelewengan
anggaran

Ciri-ciri E-Budgeting

E-Budgeting memiliki beberapa ciri-ciri yaitu sebagai


berikut :
a. Anggaran diklasifikasikan menurut jenis pengeluaran
dan penerimaan.
b. Berorientasi ke belakang (Backward oriented), artinya
anggaran tahun sebelumnya dijadikan acuan untuk
menyusun anggaran tahun berjalan.
c. Bersifat inkremental karena memasukan unsur
tambahan atau marjinal terhadap anggaran tahun yang
lalu sebagai dasar penyusunan anggaran tahun
berikutnya.

225 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
d. Menitikberatkan pada input dari semua kegiatan
daripada outputnya.

Keuntungan dan Kekurangan E-Budgeting

Terdapat berbagai keuntungan dan kekurangan dari


penggunaan EBudgeting. Keuntungan Penggunaan E-
Budgeting, terdapat berbagai keuntungan yang diberikan
dalam penggunaan E- Budgeting yaitu sebagai berikut :
a. Dapat meningkatkan efisiensi anggaran belanja dan
produktifitas proses bisnis korporasi atau perusahaan di
semua area manajemennya (Riset pengembangan,
pemasaran, sumber daya manusia, produksi dan
keuangan).
b. Meminimalisir adanya korupsi dan penyelewengan
anggaran belanja.
c. Memudahkan pengawasan dan menghindari tatap muka
dalam bertransaksi.
d. Backward oriented dapat menjamin kepastian
dibandingkan dengan forward oriented karena keadaan
dimasa depan sulit untuk diprediksi.
e. Sederhana dan mudah dioperasikan karena tidak
memerlukan analisis yang rumit.

226 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
f. Anggaran tidak bisa diubah oleh siapapun, sebab
password hanya akan diketahui oleh Kepala Daerah
atau otoritas tertentu.
g. Semua anggaran yang dikeluarkan lebih efektif
dipergunakan untuk kepentingan masyarakat atau
korporasi.
h. Semua pertanggung jawaban anggaran menjadi lebih
transparan.

Terdapat berbagai kekurangan yang diberikan dalam


penggunaan EBudgeting yaitu sebagai berikut :
a. Sistem dapat dibobol dari luar oleh orang-orang yang
tidak bertanggung jawab, jika pengamanan dari sistem
E-Budgeting tidak di perkuat sebelumnya.
b. Pada tahap dan proses pembuatan keputusan dan
kebijakan implementasi E-Budgeting sarat dengan
kepentingan politis dan kepentingan pribadi. Contohnya
yaitu para petualang politik penguasa dan kepentingan
pribadi bersekongkol dengan pengusaha atau supplier
E-Budgeting untuk pengadaannya. Sehingga untuk
harga dan pembagian keuntungannya dapat diatur dan
tahu sama tahu.
c. Dimanfaatkannya anggaran belanja ataupun
penggelembungan dana sebelum diinputkan ke sistem,
oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

227 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
d. Memanfaatkan ketelatenan pemimpin dalam
menggunakan sistem ebudgeting ini, ketelatenan
pemimpin sangat diharapkan dalam pengawasan ini .

D. Rangkuman
a. ICT ( Information and Communication Technology )

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah


teknologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk
memproses dan menyampaikan informasi. TIK mencakup
dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi
komunikasi. Istilah Teknologi informasi meliputi segala hal
yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat
bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan
teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan
mentransfer data dari satu perangkat ke lainnya.

b. E-Procurement
E-procurement adalah bentuk E-Commerce untuk
perantaraan barang dan jasa atau digunakan untuk tendering
barang dan jasa antara perusahaan dengan pemasok. E-
procurement kebanyakan diakses dari web oleh perusahaan-
perusahaan besar dan badan-badan usaha umum. E-
procurement juga merupakan aplikasi E-Commerce untuk
proses negosiasi dan perjanjian (Contracting).
228 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
E. Soal Latihan
1. Jelaskan konsep ICT dalam pemerintahan serta
pengaplikasiannya dalam aspek kepemerintahan!
2. Jelaskan bagaimana pengimplementasian e-
procurement di Indonesia! apakah dapat di kategorikan
telah dilaksanakan dengan baik?
3. Bagaimana cara melakukan pencegahan KKN (korupsi,
kolusi, dan nepotisme ) melalui e-procurement!
4. Jelaskan bagaimana konsep penerapan E-budgeting
yang ada di Indonesia!
5. Jelaskan manfaat e-procorement!

229 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
BAB IX
KERJASAMA ANTARA TINGKAT PEMERINTAH YANG
BERBEDA DALAM E-GOVERMENT

A. Definisi E-Government
(E-Government) merupakan suatu mekanisme interaksi
modern antara pemerintah dengan masyarakat dan kalangan
lain yang berkepentingan yang melibatkan penggunaan
teknologi informasi (terutama Internet) dengan tujuan
memperbaiki mutu pelayanan yang telah berjalan menjadi
lebih baik.

E-government memiliki 4 hubungan dasar :


Government to Citizen/G2C (Pemerintah dengan warga),
Government to Business/G2B (Pemerintah dengan swasta),
Government to Government/G2G (Pemerintah dengan
pemerintah), Government-to-Employee/G2E (Pemerintah
dengan Pegawainya/ASN). Alshehri dan Drew
mengemukakan bahwa G2E adalah suatu bentuk relasi antara
Institusi Pemerintahan dengan pegawainya, yang tujuannya
adalah memberikan pelayanan kepada para pegawai
pemerintahan secara elektronik.

230 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
E-government diIndonesia didasari oleh Inpres no. 3
Tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi nasional tentang
pengembangan e-government. Egovernment didasari oleh
kebutuhan masyarakat yang menginginkan pemerintah yang
akuntabel, transparan, efektif dan efisien. Melalui
pemanfaatan E-service dapat mewujudkan e-government
yang akhirnya bermuara kepada Good Governance.

Pengembangan e-government merupakan upaya untuk


mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang
berbasis (menggunakan) elektronik dalam rangka
meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan
efisien. Melalui pengembangan e-government dilakukan
penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan
pemerintah dengan mengoptimasikan pemanfaatan teknologi
informasi. Pemanfaatan teknologi informasi tersebut
mencakup 2 (dua) aktivitas yang berkaitan yaitu pengolahan
data, pengelolaan informasi, sistem manajemen dan proses
kerja secara elektronis.

Disamping itu, sistem e-government lingkup fungsinya


juga cukup besar (menyangkut semua hal yang berhubungan
dengan pemerintahan) sehingga dalam pembangunannya
hampir dapat dipastikan melibatkan banyak vendor, sehingga
diperlukan mekanisme komunikasi baku antar sistem,
sehingga masing-masing sistem aplikasi dapat saling
231 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
bersinergi untuk membentuk layanan e-government yang
lebih besar dan kompleks.

Oleh karena itu, dalam membangun sistem aplikasi e-


government diperlukan standarisasi kebutuhan
pengembangan sistem aplikasi yang akan menjamin bahwa
komunikasi antar sistem tersebut dapat dilakukan oleh
siapapun vendor pengembang sistem.

Tujuan implementasi e-government antara lain


meningkatkan mutu layanan publik melalui pemanfaatan
teknologi informatika dalam proses penyelenggaraan
pemerintahan, terbentuknya kepemerintahan yang bersih,
transparan, dan mampu menjawab tuntutan perubahan secara
efektif, perbaikan organisasi, sistem manajemen, dan proses
kerja kepemerintahan, pembentukan jaringan informasi dan
transaksi pelayanan publik yang berkualitas dan terjangkau,
pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha untuk
meningkatkan dan memperkuat kemampuan perekonomian
menghadapi perubahan dan persaingan perdagangan
internasional, pembentukan mekanisme komunikasi antar
lembaga pemerintah serta penyediaan fasilitas bagi partisipasi
masyarakat dalam proses kepemerintahan, pembentukan
sistem manajemen dan proses kerja yang transparan dan
efisien serta memperlancar transaksi dan layanan antar
lembaga pemerintah. Selanjutnya, membangun e-government
232 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
bukan saja membangun infrastruktur komunikasi data dan
informasi, tetapi juga berarti membangun infrastruktur sistem
aplikasi, standarisasi meta data, pengembangan sumber daya
manusia, pengembangan prosedur, kebijakan dan peraturan.

Memanfaatkan perkembangan teknologi dapat


meningkatkan efisiensi serta efektifitas dari penyebaran
informasi, penghematan sumber daya, bahkan dapat
meningkatkan kinerja dari pemerintahan. Dengan
menerapkan konsep Smart Government, artinya suatu daerah
sepakat untuk mengambil tindakan memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat dengan
memaksimalkan pemanfaatan dari teknologi informasi dan
komunikasi. Untuk itu, berbagai daerah di seluruh penjuru
dunia mulai menerapkan konsep Smart Government untuk
menghadapi berbagai permasalahan yang kerap dialami oleh
masing-masing daerah tersebut.

 Di kalangan masyarakat dunia, maraknya penggunaan


media komunikasi berbasis internet telah mempengaruhi dan
mendorong mekanisme kerja pemerintah di seluruh negara
untuk menyesuaikan kerja dan kinerjanya. Perkembangan
tekhnologi komunikasi yang ada telah merubah paradigma
komunikasi dominan yang sebelumnya terasa berlangsung
satu arah – antara pemerintah kepada masyarakat.
Perkembangan tekhnologi komunikasi juga memperluas
233 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
kesempatan terjadinya komunikasi dua arah, yaitu antara
masyarakat kepada pemerintah dan sebaliknya. Disinilah
terjadi perubahan atau transformasi dalam mekanisme kerja
pemerintah yang kini berorientasi pada pengelolaan informasi
dan strategi komunikasi.

Electronic Government atau  e- government  atau e-


govt  merupakan penggunaan jaringan internet dalam
penyebaran informasi dan pelayanan pemerintah kepada
masyarakat - "The employment of the Internet and the world-
wide-web for delivering government information and services
to the citizens" (United Nations, 2006). Penerapan e-
government  (atau dalam bahasa Indonesia disebut
pemerintahan elektronik)  yang kemudian dikenal dengan
sebutan digital government, online government atau dalam
konteks tertentu  transformational government terbukti
mempermudah terjadinya interaksi timbal balik – secara
digital tentunya – antara pemerintah dengan masyarakat.

Terjadinya model penyampaian informasi dua arah


yang semakin mudah tidak  hanya antara pemerintah dan
masyarakat (Government-to-Citizen/G2C); tapi juga antara
pemerintah dan pihak swasta (Government-to-Business/G2B)
atau pemerintah dan pemerintah (Government-to-
Government/G2G). Hal ini  merupakan bentuk inovasi dalam
strategi komunikasi, yang tentunya akan bermanfaat dalam
234 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
menunjang peran dan fungsi pemerintah, masyarakat dan
pihak swasta dalam kebersamaan  membangun kehidupan
bangsa. Tentunya manfaat yang paling diharapkan dari e-
government adalah peningkatan efisiensi, kenyamanan, serta
aksesibilitas yang lebih mudah bagi masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan dari pemerintah.

Singkatnya, e-govt memberikan peluang bagi


peningkatan kualitas pelayanan pemerintah kepada
masyarakat dan pihak swasta melalui peningkatan
transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan
pemerintahan. Adapun manfaat lain apabila e-govt  dikelola
dengan baik, akan mampu membuka kesempatan bagi
masyarakat untuk berdialog, berpartisipasi, dan termotivasi
sebagai mitra pemerintah dalam proses pengambilan
kebijakan-kebijakan publik. Karakter masyarakat yang
sebelumnya bersikap pasif hanya sebagai penerima informasi,
mampu berubah menjadi pihak yang aktif dalam memberi
sekaligus menerima informasi.

Hal ini sesuai dengan Instruksi Presiden Republik


Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan e-Government, yang
menyebutkan terbentuknya kepemerintahan yang bersih,
transparan, dan mampu menjawab tuntutan perubahan secara
efektif; yaitu:
235 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
1. Masyarakat menuntut pelayanan publik yang
memenuhi kepentingan masyarakat luas di seluruh
wilayah negara, dapat diandalkan dan terpercaya, serta
mudah dijangkau secara interaktif.
2. Masyarakat menginginkan agar asiprasi mereka
didengar dengan demikian pemerintah harus
memfasilitasi partisipasi dan dialog publik di dalam
perumusan kebijakan negara.

Contoh dari penerapan e-goverment adalah adanya


situs-situs resmi lembaga pemerintah dan tersedianya
pelayanan terpadu dengan sistem daring (online). Demi
terjaganya manfaat dan tercapainya tujuan dari e-govt, maka
pengelolaannya perlu dilakukan secara cerdas dan
profesional. Profesional dengan selalu mengutamakan
terjadinya dialog yang baik dan cerdas dalam menjaga
keamanan dari situs yang dikelola dari “kejahilan” para
peretas (hackers)  yang tidak bertanggung jawab dan tentu
saja akan sangat menganggu; baik bagi pemilik
situs (website) dan masyarakat pengguna tentunya. Bahkan
berdasarkan data Indonesia Cyber Security Report dari tahun
belakangan ini terdapat belasan ribu situs telah diserang oleh
kelompok peretas yang mengakibatkan terjadinya kebocoran
data yang luar biasa.

236 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
B. Kajian Praktik Penyelenggaraan, Kondisi , Serta
Permasalahan Masyarakat
E-government di Indonesia sudah diiniasiasi sejak
tahun 2001 (berdasarkan inpres no. 6 tahun 2001 tentang
telematika) 10 , beberapa inisiatif telah dilakukan untuk
meningkatkan dan mempercepat penetrasi e-government di
instansi pemerintah. Namun implementasi e-government
yang ada saat ini dirasakan belum memberikan manfaat yang
optimal, masih mempunyai banyak kekurangan yang
diperlukan perbaikan-perbaikan.

Dalam sektor pelayanan publik, survei integritas yang


dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tahun
2013 menunjukkan bahwa kualitas pelayanan publik
Indonesia baru mencapai skor 6,80 dari skala 10. Rata-rata
nilai integritas instansi pusat tahun ini (7,37), instansi vertikal
(6,71) dan pemerintah daerah (6,82). Skor integritas ini
menunjukkan karakteristik kualitas dalam pelayanan publik,
yang diukur dari indikator-indikator antara lain pengalaman
korupsi, cara pandang terhadap korupsi, lingkungan kerja,
sistem administrasi, perilaku individu, dan pencegahan
korupsi.

faktor penentu kesuksesan e-government, yaitu:


a. Kebijakan dan Regulasi
b. Kelembagaan dan SDM

237 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
c. Perencanaan dan Anggaran
d. Infrastruktur dan Aplikasi

Selain itu, paradigma e-government harus bergeser dari


government driven kepada citizen services oriented, dari
sumber daya terpisah secara linear (silo resources) menjadi
sumber daya yang dapat digunakan secara bersama-sama
(shared resources), dan dari electronic services menjadi
ubiquotus services.

C. Keuntungan penerapan e-government


Keuntungan penerapan e-government dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara adalah sebagai berikut :
1. E-government meningkatkan efisiensi dan efektifiktas :
TIK membantu meningkatkan efisiensi dan efektifitas
tugas pemrosesan massal dan operasi administrasi
publik. Aplikasi berbasis internet dapat melakukan
penghematan pengumpulan dan transmisi data, serta
penyediaan informasi dan komunikasi dengan
pelanggan. Efisiensi yang signifikan di masa
mendatang dilakukan melalui proses berbagi data
antara pemerintah.
2. E-government meningkatkan layanan: Mengadopsi
fokus pelanggan adalah inti dari agenda reformasi sat
ini. Layanan yang berhasil adalah yang dibangun atas

238 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
pemahaman kebutuhan pelanggan. Fokus pelanggan
menyiratkan bahwa pengguna tidak perlu memahami
struktur dan hubungan pemerintah untuk berinteraksi
dengan pemerintah. Internet dapat membantu mencapai
tujuan ini dengan memunculkan pemerintah sebagai
organisasi terpadu yang memberikan layanan online
dengan lancar. Sama dengan semua layanan, layanan e-
government juga harus dikembangkan berdasarkan
permintaan dan nilai pengguna.
3. E-government membantu mencapai hasil kebijakan
tertentu: TIK dapat membantu pemangku kepentingan
berbagi informasi dan ide, untuk kemudian
berkontribusi dalam menentukan hasil kebijakan.
Misalnya, informasi dapat mendorong penggunaan
program pelatihan dan pendidikan serta proses berbagi
informasi antara pemerintah pusat dan daerah untuk
memfasilitasi kebijakan lingkungan. Meskipun
demikian, proses berbagi informasi pada individu, akan
memunculkan isu perlindungan privasi, serta kompromi
harus dipertimbangkan secara cermat.
4. E-government berkontribusi terhadap tujuan kebijakan
ekonomi: Egovernment membantu mengurangi korupsi,
meningkatkan keterbukaan dan kepercayaan terhadap
pemerintah, serta berkontribusi terhadap tujuan

239 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
kebijakan ekonomi. Dampak spesifik mencakup
penurunan pengeluaran pemerintah daerah melalui
program yang lebih efektif, efisiensi serta peningkatan
produktivitas bisnis melalui penyederhanaan
administrasi yang dimungkinkan oleh TIK dan
peningkatan informasi pemerintah daerah.
5. E-government adalah kontributor reformasi utama:
Mayoritas Negara sedang menghadapi isu modernisasi
dan reformasi manajemen publik. Perkembangan saat
ini berarti bahwa proses reformasi harus berkelanjutan.
TIK telah mendukung reformasi dibanyak wilayah,
misalnya dengan meningkatkan transparansi,
memfasilitasi proses berbagi informasi dan menyoroti
inkonsistensi internal.
6. E-government membantu membangun kepercayaan
antara Pemerintah dan warganya: Membangun
kepercayaan antara pemerintah dan warganya sangat
fundamental bagi pemerintahan yang baik.TIK dapat
membantu membangun kepercayaan dengan
memungkinkan keterlibatan warga dalam proses
kebijakan, mempromosikan pemerintah yang terbuka
dan bertanggung jawab serta membantu mencegah
korupsi.

240 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
7. E-government meningkatkan transparansi dan tanggung
jawab: TIK membantu meningkatkan transparansi
dalam proses pengambilan keputusan dengan
memudahkan informasi untuk dapat diakses –
mempublikasikan debat dan rapat, anggaran dan
pengeluaran, hasil dan alasan pemerintah untuk
mengambil suatu keputusan penting dan lain-lain.

Selanjutnya jika dilihat dalam paradigma negara


hukum, maka egovernment dapat dikatakan memenuhi
amanat konstitusi, yakni:
1. Perlindungan Hak Asasi Manusia
2. Jaminan keterbukaan informasi publik untuk parsitipasi
publik dan pengawasan oleh masyarakat
3. Kelancaran Pelayanan Publik dan Interoperabilitasnya
4. Transparansi kewenangan yang sesuai dengan maksud
dan tujuan serta sesuai dengan prinsip hukum
(efektifitas)
5. Optimalisasi dan Efisiensi Sumber Daya yang
mensejahterakan masyarakat, khususnya pembelanjaan
negara untuk dinamika modernitas sistem penyadapan
(satu gerbang untuk semua kewenangan)
6. Kepastian informasi untuk investasi
7. Jaminan akuntabilitas penyelengaraan sistem
pemerintahan.

241 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
D. Tujuan dan Manfaat E-Government
Tujuan pengembangan E-government berdasarkan
Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan
dan Strategi Nasional Pengembangan E-government yaitu :
a. Untuk mengembangkan penyelenggaraan
kepemerintahan yang berbasis elektronik dalam rangka
meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif
dan efisien. Melalui pengembangan e- government
dilakukan penataan sistem manajement dan proses kerja
di lingkungan pemerintahan dengan mengoptimalkan
pemanfaatan Information and Communication
Technologies (ICT). Pemanfaatan Information and
Communication Technologies (ICT) tersebut mencakup
dua aktivitas yang berkaitan yaitu : (1) pengelohan
data, pengelolaan informasi, sistem manajeman dan
proses kerja secara elektronis: (2) pemanfaatan
kemajuan teknologi informasi agar pelayanan publik
dapat diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat
di seluruh wilayah negara.
b. Untuk melaksanakan maksud tersebut pengembangan
e-government diarahkan untuk mencapai 4 (empat)
tujuan, yaitu : (1) pembentukan jaringan informasi dan
transaksi pelayanan publik yang memiliki kualitas dan
lingkup yang dapat memuaskan masyarakat luas serta

242 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
dapat terjangkau di seluruh wilayah Indonesia pada
setiap saat tidak dibatasi oleh sekat waktu dan dengan
biaya yang terjangkau oleh masyarakat; (2)
pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha
untuk meningkatkan perkembangan perekonomian
nasional dan memperkuat kemampuan menghadapi
perubahan dan persaingan perdagangan internasional;
(3) pembentukan mekanisme dan saluran komunikasi
dengan lembaga-lembaga Negara serta penyediaan
fasilitas dialog publik bagi masyarakat agar dapat
berpartisipasi dalam perumusan kebijakan negara; (4)
pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang
transparan dan efisien serta memperlancar transaksi dan
layanan antara lembaga pemerintah dan pemerintah
daerah otonom.

Manfaat yang diperoleh dengan diterapkannya


electronic government menurut Indrajit (2005:5) antara lain :
1) Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada
para stakeholder-nya (masyarakat, kalangan bisnis dan
industri) terutama dalam hal kinerja efektivitas dan
efisiensi diberbagai bidang kehidupan bernegara;
2) Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas
penyelenggaraan pemerintah dalam rangka penerepan
konsep Good Corporate Governance;

243 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
3) Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi,
relasi, dan interaksi yang dikeluarkan pemerintah
maupun stakeholder-nya untuk keperluan aktivitas
sehari-hari;
4) Memberikan peluang bagi pemerintah untuk
mendapatkan sumbersumber pendapatan sumber-
sumber pendapatan baru melalui interaksinya dengan
pihak-pihak yang berkepentingan; dan
5) Menciptakan suatu lingkungan masyrakat baru yang
dapat secara cepat dan tepat menjawab berbagai
permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai
perubahan global dan tren yang ada; serta
6) Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain
sebagai mitra pemerintahan dalam proses pengambilan
berbagai kebijakan publik secara merata dan
demokratis.

Berikut merupakan bentuk hasil dari kerja sama


pemerintahan dalam e-government dalam berbagai aspek
bidang pemerintahan :

Akta Online

Akta kelahiran merupakan suatu dokumen yang


menunjukkan identitas autentik terkait status seseorang serta
menjadi suatu bukti kewarganegaraan orang tersebut. Setiap

244 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
kelahiran mesti dilaporkan kepada lembaga terkait maksimal
60 hari setelah hari kelahiran, dan proses penerbitan Kutipan
Akta Kelahiran dapat memakan waktu hingga 2 minggu.
Akta kelahiran merupakan dokumen yang wajib di urus
karena merupakan salah satu dokumen yang wajib dimiliki
oleh semua warga, karena akta kelahiran adalah bukti yang
sah terkait status kelahiran seseorang yang dikeluarkan oleh
Disdukcapil atau Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.
Berbagai macam urusan administrasi anak dimasa depan akan
memerlukan dokumen tersebut. Selain pengurusan akta
kelahiran anak sendiri, bayi yang telah dilaporkan
kelahirannya akan didaftarkan kepada Kartu Keluarga serta
diberikan NIK. Beberapa syarat yang diperlukan untuk
mengurus Akta Kelahiran diantaranya :
1. Surat pengantar yang diterbitkan oleh RT/RW
setempat.
2. Surat keterangan kelahiran dari Rumah
Sakit/Bidan/yang berkaitan
3. KK Orang Tua.
4. KTP Orang Tua.
5. Surat Nikah.
6. KTP Saksi Kelahiran.

Berdasarkan pentingnya pengurusan dokumen akta


kelahiran tersebut, serta dengan didorongnya oleh

245 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
perkembangan teknologi yang semakin maju, maka
diterapkanlah suatu sistem baru yang membuat masyarakat
dapat melakukan pengurusan akta secara online tanpa perlu
mendatangi langsung pihak / lembaga terkait untuk
melakukan pengurusan akta kelahiran. Prosedur yang
dilakukan untuk membuat akta kelahiran secara online
(dalam Ratnasari, 2021) adalah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan dokumen/syarat yang diperlukan.
2. Melakukan pendaftaran melalui website Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil setempat, seperti
disdukcapil.bogorkab.go.id.
3. Pendaftaran dilakukan dengan menggunakan NIK
Kepala Keluarga beserta nomor ponsel yang masih
aktif.
4. Selanjutnya pemohon dapat mengikuti petunjuk yang
tersedia, dengan mengisi setiap data yang diminta
dengan benar.
5. Setelah semua tahapan dilalui, maka pemohon akan
menerima akta kelahiran dalam bentuk dokumen
melalui surel.
6. Dokumen tersebut dapat dicetak sendiri atau dibawa ke
Dinas terkait untuk dicetak.

246 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
E-Arsip

Dengan kemajuan teknologi, membuka peluang bagi


setiap bidang untuk membuat berbagai inovasi baru dengan
memanfaatkan perkembangan teknologi tersebut. Salah satu
inovasi dalam perkembangan teknologi ini yaitu di bidang
pengarsipan, dimana setiap dokumen dapat diarsipkan ke
dalam bentuk elektronik untuk meningkatkan efektifitas serta
efisiensi dalam penjagaan arsip. Arsip elektronik atau E-
Arsip, merupakan suatu aplikasi yang menyimpan berbagai
informasi yang tertera pada arsip fisik. Dengan adanya
aplikasi E-Arsip tersebut, pengguna dapat melihat kembali isi
dari dokumen yang dimasukkan kedalam aplikasi ini dalam
bentuk dokumen hasil scan. Dengan adanya aplikasi yang
dapat membantu dalam mengelola arsip secara elektronik ini,
meningkatkan keamanan dan menjamin ketersediaan dari tiap
dokumen kapan saja. Selain itu, dengan memanfaatkan E-
Arsip, dapat meningkatkan efisiensi serta efektifitas kegiatan.

Beberapa manfaat dari penggunaan aplikasi E-Arsip


diantaranya:
1. Memberikan kemudahan kepada pengguna dalam
mencari dan menelusuri informasi arsip.
2. Pengguna dapat melakukan pemantauan terhadap
volume arsip yang disimpan pada Satuan Kerja.

247 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
3. Dapat melakukan inventarisir arsip yang bernilai guna
tinggi serta bernilai kesejahteraan yang disimpan oleh
Satuan Kerja.
4. Tingkat keamanan arsip menjadi lebih baik, karena
untuk dapat mengakses E-Arsip, dibutuhkan otoritas
tertentu sehingga tidak semua orang dapat melakukan
hal tersebut.

Layanan E-Arsip dapat diakses secara online melalui


komputer atau perangkat apapun dengan akses internet,
sedangkan untuk kebutuhan lain dalam pelayanan tersebut,
pengguna dapat menyiapkan scanner dan juga printer.

E-Kelurahan

Kelurahan elektronik atau E-Kelurahan adalah suatu


pelayanan dalam bentuk aplikasi untuk mempermudah dan
mengotomatiskan proses administrasi pelayanan publik pada
kantor desa / kelurahan agar dapat berjalan dengan lebih
optimal, mudah dan lebih akurat. Tujuan dari E-Kelurahan
sendiri adalah untuk dapat mencapai tingkat pelayanan yang
lebih cepat kepada masyarakat, juga mencapai transparansi
proses pelayanan, karena salah satu syarat mencapai Good
Governance yaitu pelayanan yang dapat terukur dan mudah
untuk dilaksanakan. Beberapa pelayanan yang dapat
dioptimalkan dengan adanya E-Kelurahan diantaranya yaitu

248 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
pembuatan surat keterangan, melakukan pendataan
penduduk, serta melakukan arsip. Selain itu, surat dan
perizinan dapat di pantau perkembangannya, sehingga bisa
diketahui proses yang berjalan apakah sudah selesai atau
belum, tanpa mengharuskan masyarakat untuk datang secara
langsung ke kantor kelurahan. Masyarakat juga tidak perlu
mengantri untuk mendapatkan pelayanan sehingga dapat
menghemat waktu dalam proses pengelolaan administrasi
dengan berbasis teknologi informasi. Sementara dari sisi
kelurahan, dapat meningkatkan produktifitas dalam bekerja
karena dengan adanya pemanfaatan teknologi yang optimal
dan tools yang tepat, pegawai kelurahan dapat melaksanakan
berbagai operasional dengan cepat tanpa harus menyediakan
tenaga khusus IT pada kantor kelurahan.

Tujuan utama dari program E-Kelurahan yaitu untuk


mencapai pelayanan yang prima, dengan penerapan program
tersebut juga dapat meminimalisir praktik pungli (pungutan
liar) yang kerap ditemukan oleh masyarakat dalam proses
pelayanan. Hadirnya program E-Kelurahan menawarkan
sistem yang terintegrasi dengan internet, dimana data dari
kelurahan tersebut akan terhubung dengan dinas. Sehingga
selain membantu staf dalam melakukan pekerjaan mereka,
hal ini juga dapat membantu masyarakat dalam mengakses
data kependudukan mereka, misalnya untuk pembuatan Kartu

249 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Keluarga baru, masyarakat hanya perlu datang untuk
mengikuti proses input data, kemudian KK yang diinginkan
langsung dapat dicetak tanpa harus menunggu update yang
lebih lama dari pusat. Masyarakat juga dapat melihat atau
melakukan cek status kependudukan mereka melalui aplikasi
E-Kelurahan ini, seperti misal ketika seseorang ingin melihat
status sosial ekonomi untuk mengurus Surat Keterangan
Tidak Mampu (SKTM), cukup dengan melakukan input data
NIK (Nomor Induk Kependudukan) maka masyarakat sudah
dapat melihat informasi yang diinginkan tersebut.

Program E-Kelurahan yang termasuk bagian dari


program E-Kelurahan merupakan sebuah kontribusi dari
Telkom Group untuk pemerintah kota sebagai bentuk
dukungan mereka terhadap langkah mewujudkan Smart City.
Melalui E-Pemerintahan, kinerja pemerintah daerah dapat
menjadi lebih efisien, layanan kepada masyarakat menjadi
lebih baik, serta membantu mendukung peningkatan kualitas
ekonomi daerah. Secara umum, EPemerintahan tersusun oleh
Smart City Monitoring dan E-Kelurahan / EKecamatan,
sehingga telah mempunyai fitur yang lengkap untuk dapat
menyelenggarakan tata kelola pemerintahan yang lebih baik.
Pada Smart City Monitoring, terdapat beberapa fitur
diantaranya Customize City Dashboard, Visual BI, bahkan
terdapat fitur yang memungkinkan pemerintah untuk

250 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
mengetahui ada berapa orang yang memberikan pengajuan
surat lengkap dengan keterangan waktu, dll. secara instan.
Selain itu, terdapat email notification sehingga warga bisa
mendapatkan informasi progress dari pengajuan surat merek
yang berjalan. Berikut langkah-langkah dalam mengakses E-
Kelurahan, yaitu:
1. Membuka website e-kelurahan, seperti www.
(namakelurahan).epemerintahan.com.
2. Mengikuti prosedur login, dengan username dan
password.
3. Setelah masuk ke dalam aplikasi, maka kita akan
diberikan beberapa fitur pilihan seperti Dashboard,
Buat Surat, Data Warga, dll.
4. Kemudian pilih pelayanan yang di inginkan, misalnya
membuat surat SKTM Kesehatan.
5. Selanjutnya akan ditampilkan beberapa syarat yang
harus dipenuhi, seperti Nama, alamat, No. KTP, No.
KK, dan sebagainya, sesuai dengan arahan yang
diberikan.
6. Setelah berbagai form dan persyaratan terpenuhi,
kemudian kita dapat melakukan peninjauan melalui
tombol preview.
7. Setelah semua selesai, maka surat sudah dapat langsung
di proses.

251 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Didalam program ini, staf dapat melihat profil dari
warga yang menggunakan pelayanan, lengkap dengan
keterangan aktivitasnya masing-masing, sehingga pelayanan
apa saja yang sering digunakan oleh warga dapat dipantau
dan diketahui dengan mudah.

E-Office

Perkembangan teknologi yang sangat pesat membuka


peluang kepada pemerintahan untuk membuat suatu sistem
dengan model yang baru. Perkembangan teknologi tersebut
mendorong terjadinya perubahan dari sistem birokrasi yang
dilakukan secara tradisional menuju paradigma Smart
Government yang menekankan pemanfaatan teknologi dalam
mendukung terwujudnya kemudahan, ketepatan, kecepatan
serta kenyamanan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan
terbaik.

Electronic Office atau E-Office adalah suatu pelayanan


dalam bentuk aplikasi yang mempunyai tujuan agar dapat
memberikan kemudahan dalam pengelolaan administrasi
perkantoran. Dengan aplikasi ini, pemerintah daerah dapat
melakukan pengelolaan dokumen atau surat menyurat, serta
aktivitas lainnya dimana saja, karena dapat diakses secara
online. Aplikasi tersebut dikembangkan dengan konsep
paperless, dimana dengan penerapan konsep tersebut berarti

252 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
akan mengurangi penggunaan kertas fisik dalam proses
administrasi perkantoran dan segala bentuk kegiatan surat-
menyurat bagi semua karyawan perusahaan. Dengan
penerapan E-Office tersebut, akan membawa sistem
pemerintahan kearah modernisasi administrasi sehingga
mempercepat dan memberikan kemudahan dalam
penyelesaian dokumen serta pengelolaan surat. Beberapa
tujuan dan manfaat dari penerapan E-Office diantaranya:
1. Mempermudah pengelolaan surat-menyurat karena
dilakukan secara elektronik.
2. Menambah kecepatan pengelolaan dokumen.
3. Meningkatkan efisiensi serta efektifitas pengelolaan.
4. Mewujudkan birokrasi modern di instansi pemerintahan

E-PBB

E-PBB merupakan sebuah aplikasi untuk memberikan


pelayanan wajib pajak bumi dan bangunan, aplikasi ini dapat
dimanfaatkan untuk melakukan pengecekan tagihan
pembayaran pajak bumi dan bangunan, informasi pelayanan,
dan lain sebagainya. Aplikasi E-PBB tersedia versi Android,
dimana pengguna dapat melihat status pembayaran, saran,
tempat pembayaran, informasi sppt, sampai penyampaian
saran dan masukan kepada pihak terkait untuk mendapatkan
respon yang lebih cepat.

253 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Wajib pajak dapat melakukan pendaftaran secara online
dengan aplikasi EPBB, sehingga setelah melakukan
pendaftaran, wajib pajak dapat menerima Surat
Pemberitahuan Pajak Terhutang melalui e-mail. Untuk
melakukan pendaftaran Surat Pemberitahuan Pajak
Terhutang, cukup dengan mengisikan data wajib pajak seperti
NIK, NOP, alamat surel, serta nomor telepon yang aktif,
selain itu juga diperlukan untuk mengunggah scan/foto SPPT,
KTP, dan STTS. Verifikasi data akan dilakukan oleh tim
verifikasi e-SPTT di Bappeda, jika verifikasi berhasil, maka
fitur pengiriman Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang
melalui email dan SMS akan diaktifkan. Dengan adanya
aplikasi ini, diharapkan wajib pajak mendapatkan kemudahan
dalam mengakses berbagai informasi melalui aplikasi ini,
diharapkan juga dengan adanya kemudahan tersebut dapat
membantu mendorong realisasi pendapatan pajak daerah.

Di Indonesia sendiri, E-PBB sudah diluncurkan dan


diterapkan oleh Kota Depok, E-PBB yang bersifat online
tersebut dinilai akan memberikan kemudahan untuk setiap
wajib pajak dalam mengakses berbagai informasi terkait
dengan perpajakan, selain itu dengan adanya pendaftaran E-
SPPT secara online juga menambah keuntungan masyarakat
dengan adanya aplikasi tersebut. Wajib pajak juga dapat
mengajukan layanan PBB seperti pengurangan, mutasi, dll.

254 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
terkait dengan pembayaran, pemerintah kota Depok akan
bekerja sama dengan berbagai Bank, untuk mempermudah
dan melancarkan transaksi wajib pajak melalui aplikasi ini

Beberapa aplikasi terkait dengan perpajakan daerah,


diantaranya:
1. Sistem Informasi Manajemen Pajak Bumi dan
Bangunan (SIMPBB), yaitu sebuah sistem yang dapat
digunakan untuk melayani berbagai kebutuhan terkait
pengelolaan pajak bumi dan bangunan pedesaan
ataupun perkotaan dengan basis web yang terintegrasi.
2. Sistem Informasi Manajemen Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan (SIMBPHTB), yaitu sebuah
aplikasi pelayanan setiap kebutuhan untuk pengelolaan
dengan berbasis komputer.
3. Sistem Informasi Manajemen Pendapatan Asli Daerah
(SIMPAD), yaitu suatu aplikasi yang dapat digunakan
untuk fungsi kearsipan serta mempercepat rekapitulasi
data pendapatan asli daerah dengan berbasis website.

Beberapa aplikasi sistem informasi pajak terpadu


tersebut akan cocok atau sesuai digunakan oleh Badan
Keuangan Daerah, Badan Pengelolaan Pajak Daerah, atau
lembaga lain yang terkait.

255 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
E-Perizinan

Informasi menjadi suatu aset yang sangat penting di era


globalisasi seperti saat ini, maka dari itu informasi mestinya
dapat disebarkan dan diterima oleh pihak yang membutuhkan
dengan lebih cepat dan efektif. Salah satunya dalam hal
pengajuan perizinan, pihak pengelola membutuhkan
informasi yang diperlukan untuk melanjutkan pengurusan
perizinan sementara masyarakat yang menggunakan
pelayanan tersebut juga membutuhkan informasi mengenai
syarat apa saja yang mestinya disiapkan. Dengan prosedur
tradisional, masyarakat biasanya melakukan hal tersebut
dengan cara mendatangi langsung pihak terkait untuk
mengurus perizinan, bahkan untuk sekedar menanyakan
syarat apa saja yang perlu dipenuhi. Tentu skenario kejadian
tersebut akan menyita waktu yang tidak sedikit, maka perlu
dilakukan perubahan agar dapat mendorong berjalannya
prosedur perizinan dengan lebih efektif dan efisien, sehingga
dapat memberikan kemudahan kepada masyarakat ataupun
pihak terkait lainnya.

Dalam menghadapi permasalahan perizinan tersebut,


maka munculah terobosan untuk memberikan solusi terhadap
permasalahan tersebut, yaitu EPerizinan. E-Perizinan
merupakan sebuah aplikasi yang dapat digunakan
mendapatkan layanan pendaftaran perizinan untuk

256 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
masyarakat yang dapat dilakukan secara online melalui
jaringan internet. Dengan begitu, masyarakat tidak perlu lagi
datang langsung ke pihak terkait untuk melakukan pengajuan
perizinan, aplikasi ini juga diusung dengan konsep paperless,
dimana penggunaan kertas fisik dapat diminimalisir karena
tidak memerlukan berkas dalam bentuk fotokopi. Beberapa
manfaat dari penerapan E-Perizinan ini diantaranya:
1. Informasi terkait pelayanan yang bisa diproses dapat
dilihat secara langsung pada website masing-masing E-
Perizinan tanpa perlu datang langsung ke kantor terkait.
2. Dapat mewujudkan transparansi terkait proses
perizinan, karena masyarakat selaku pemohon dapat
melakukan pemantauan proses tersebut dengan fitur
Tracking Izin
3. Pengajuan permohonan izin dapat diproses secara
online, sehingga memberikan kemudahan kepada
masyarakat untuk dapat melakukan hal tersebut dengan
lebih cepat.
4. Tindakan yang tidak baik seperti pencaloan dapat
diminimalisir, karena dengan adanya aplikasi ini,
pemohon dapat secara langsung melakukan pengisian
data dengan mudah, serta cukup dengan bantuan
koneksi internet.

257 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
5. Dengan menggunakan aplikasi ini, masyarakat dapat
menghemat pengeluaran, karena selain dapat dilakukan
dirumah saja, proses pengajuan izin ini tidak
membutuhkan fotokopi dokumen, cukup dengan
memanfaatkan file scan digital.
6. Apabila ditemukan kecurangan, pemohon dapat
langsung melaporkan kejadian tersebut melalui fitur
Pengaduan Online.

E. Rangkuman
(E-Government) merupakan suatu mekanisme interaksi
modern antara pemerintah dengan masyarakat dan kalangan
lain yang berkepentingan yang melibatkan penggunaan
teknologi informasi (terutama Internet) dengan tujuan
memperbaiki mutu pelayanan yang telah berjalan menjadi
lebih baik (Handbook, O. D., n.d.2021).

Faktor penentu kesuksesan e-government, yaitu:


a. Kebijakan dan Regulasi
b. Kelembagaan dan SDM
c. Perencanaan dan Anggaran
d. Infrastruktur dan Aplikasi

Berikut merupakan pelayanan government di bidang


pemerintahan dalam berbagai aspek:
1. Akta online

258 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
2. E-arsip
3. E-kelurahan
4. E-office
5. E-pbb
6. E-perizinan

F. Soal Latihan

1. Adakah Manfaat bagi pemerintah dalam melaksanakan


proses transformasi menuju e-government jelaskan?
2. Mengapa e-government sangat diperlukan pada
penyelenggaraan pemerintahan di masa depan?
3. Bagaimana caranya Indonesia dapat menjadikan e-
government ini sebagai system andalan penyelenggara
pemerintahan?
4. Bagaimana konsep e-government dapat menjaga
penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dari
perilaku korupsi?
5. Bagaimana konsep bentuk kerjasama pemerintah
dengan e-goverment dalam berbagai aspek ?

259 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
DAFTAR PUSTAKA

A.Mishaal, D., & Abu-Shana, E. b. (2015). The Effect of


Using Social Media in Governments: F r a m e w o r k o
f C o m m u n i c a t i o n Success. International
Conference on Information Technology, 357–364.
https://doi.org/10.15849/icit.2015.0069

Andrianto, Nico. (2007). Good E-Government: Transparansi


dan Akuntabilitas Publik Melalui E-Government.
Banyumedia Publishing. Malang.

Arias, M. I., & Maçada, A. G. (2018). Digital Government


for e-Government Service Quality: a Literature Review.

Barthwal, C. (2003). E-Governance For Good Governance.


Indian Political Science Association, 64(1), 285–308.

Bastian, I. (2010). Akuntansi Sektor Publik : Suatu


Pengantar. Erlangga.

Bertot, Carlo, J., Jaeger, P. T., M. S., & Glaisyer, T. (2010).


Social Media Technology and Government
Transparency. Computer, 43(11), 53–59.
https://doi.org/10.1109/MC.2010.325

Biagi, S. (2010). Media/Impact: Pengantar Media Massa


(9th ed.). Salemba Humanika.

Boyd M.D, Ellison, B. . (2010). Social NetworkSites:


Definition, History, and Scholarship, communities
online. The Qualitative Report, 1270–1276.

Bruijn, H. de. (2002). Performance Measurement in The


Public Sector: Strategies to Cope with The Risks of

260 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Performance Measurement. The International Journal of
Public Sector Management. https://doi.org/10.11081
095135 5021044

Cahyono, D. (2000). Pengukuran Kinerja Balanced Scorecard


untuk Organisasi Sektor Publik. Jurnal Bisnis Dan
Akuntans, 2(3).

Crawford, J., Butler-Henderson, K., Rudolph, J., Malkawi,


B., Glowatz, M., Burton, R., Magni, P., & Lam, S.
(2020). View of COVID-19: 20 countries’ higher
education intra- period digital pedagogy responses.
Journal of Applied Learning and Teaching, 3 No.1.
https://doi.org/https://doi.org/10.37074/jalt.2020.3.1.7Co
pyright

Dadashzadeh, M. (2010). Social Media In Government: From


eGovernment To eGovernance. Journal of Business &
Economics Research, 8(11), 81–86.

Depkominfo. (2009). Implementasi Pemeringkatan E-


Governement Indonesia (PeGI) Tahun 2009.

DESA, U. (2003). E-Participation. Division for Public


Administration and Development Management
(DPADM).
ttps://publicadministration.un.org/en/eparticipation.

Djojoesoekarto, Agung Purwanto, 2008. E-Procurement di


Indonesia. Pengembangan Layanan Pengadaan
Barangdan Jasa Pemerintah Secara Elektronik.
Kemitraan: Jakarta

Dodaro, G. . (1989). Measuring Performance and


Demonstrating Results of Information Technology
Investments.

Duarmas, D., Rumapea, P., & Rompas, W. Y. (2016).


261 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Pelayanan
Publik Di Kantor Camat Kormomolin Kabupaten
Maluku Tenggara Barat. Jurnal Administrasi Publik, 1.
https://ejournal.unsrat.ac.id/

Dwivedi, Y. K., Rana, N. P., Tajvidi, M. Lal, B., Sahu, G. P.,


& Gupta, A. (2017). Exploring the Role of Social Media
in e-Government. Proceedings of the 10th International
Conference on Theory and Practice of Electronic
Governance, 97–106.

Eriyanto. (2008). Konsentrasi Kepernilikan Media dan


Ancaman Ruang Publik. Junral Ilmu Sosial Ilmu Politik,
12(2), 121–256.

Fitriasari, F. (2020). How do Small and Medium Enterprises (


SMEs ) survive the COVID-19 outbreak ? 05(02), 53–
62.

Gascó-Hernández, M., & Fernández-Ple, C. (2014). Open


Government and Social Media Strategies: A New
Management Technique or Real Contribution to
Strengthening Democracy. International Research
Society for Public Management, 1–25.

Handbook, O. D., (n.d.). (n.d.). Apakah Data Terbuka Itu?


Handbook, O. D., (n.d.). Apakah Data Terbuka Itu?
[Online] Available at:
%0Ahttps://opendatahandbook.org/guide/id/what-is-
open-data/%0A[Accessed 01 22 2022]

Hasibuan, A., & Sulaiman, O. K. (2019). Smart City, Konsep


Kota Cerdas Sebagai Alternatif Penyelesaian Masalah
Perkotaan Kabupaten/Kota, Di Kota-Kota Besar
Provinsi Sumatera Utara’. Bulletin Utama Teknik, 14, n.

Hidayat, Lianto. 2015. E-Budgeting. diakses melalui

262 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
https://www.linkedin.com/pulse/e-budgeting-lianto-
hidayat. Pada tanggal 21 Januari 2022.

Hofmann Sara et all. (2012). Old Blunders in New Media?


How Local Governments Communicate with Citizens in
Online Social Networks. IEEE Computer Society, 2023–
2032.

Hsu, K. (2005). Using Balanced Scorecard and Fuzzy Data


Envelopment Analysis for Multinational R&D Project
Performance Assessment. The Journal of American
Academy of Business, 7(1), 189–196.

Huda, M., & Yunas, N. S. (2016). The Development of E-


Government System in Indonesia. Jurnal Bina Praja,
8(1), 97–108. http://jurnal.kemendagri/

Indrayani, E. (2020). E-Government Konsep, Implementasi


dan Perkembangannya di Indonesia. In Ipdn (Issue
February). LPP Balai Insan Cendekia.
https://www.academia.edu/download/60457564/Buku_E
-government20190901-116843-z73m6i.pdf

Indrajit, Richardus Eko. 2005. E-Government in action.


Yogyakarta : Andi Offset

Ikhwan, M., & Sutriadi, R. (2018). Adaptasi Pengembangan


Komponen Ketercapaian Smart City ( Studi Kasus
Pengukuran Tingkat Smart City Di Kota Palu. Jurnal
Perencanan Wilayah Dan Kota.

Islam, M. S. (2008). Towards a Sustainable E-Participation


Implementation Model. European Journal of EPractice.

Kaligisfemmym, M. F., Tulusan, F. M. ., & Ruru, J. M.


(2021). Partisipasi Masyarakat Pada Era New Normal Di
Kelurahan Perkamil Kecamatan Paal II Kota Manado.
Jurnal Administrasi Publik, VII(101), 29–50.
263 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Kasmir. (2016). Analisis Laporan Keuangan. Grafindo
Persada.

Khan, Feroz, G., Swar, B., & Lee, S. K. (2014). Social Media
Risks and Benefits: A Public Sector Perspective. Social
Science Computer Review, 35(2), 606–627.

Khan, G. F. (2013). The Government 2.0 utilization model


and implementation scenarios. Information
Development, 31(2), 135–149.

Khan, G. F. (2017). Social Media For Government.

Kies, R. (2012). Promises and Limits of Web-Deliberation.

Kim, Soonhee, and J. L. (n.d.). E-Participation,


Transparency, and Trust in Local Government. 2012.
https://doi.org/10.111/j.1540-6210.2012.02593

Kristanti, P. (2006). Pengukuran Kinerja dan Perannya dalam


Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Kajian Bisnis, 14(2).

Li.L, G. M. F. (2010). The Role of Social Networks in


Emergency Management. International Journal of
Information Systems for Crisis Response and
Management, 2(4), 44–58.

MacAdam, et. al. (2002). Sustaining Quality in the UK


Public Sector. Quality Measurements Framework.
International Journal of Quality & Reliability
Management, 19(5), 581–595. https://doi.org/10.
1108102656710210427548

Mahmudi. (2007). Manajemen Kinerja Sektor Publik. BP FE


UGM.

Mahsun, M. (2009). Pengukuran Kinerja Sektor Publik.


BPFE.

264 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Mardiasmo. (2009). Akuntansi Sektor Publik. Andi.

Mayfield, A. (2008). What is Social Media?


http://www.icrossing.com/uk/sites/default/files_uk/insig
ht_pdf_files/What is Social Media_iCrossing_ebook.pdf

Mukhsin, M. (2020). Peranan Teknologi Informasi Dan


Komunikasi Menerapkan Sistem Informasi Desa Dalam
Publikasi Informasi Desa Di Era Globalisasi. Teknokom,
3(1), 7–15. https://doi.org/10.31943/teknokom.v3i1.43

Mohammed Alshehri and Steve Drew, E-Government


Fundamentals, IADIS International Conference ICT,
Society and Human Beings, 2010.

PeGI. (2012). Pemeringkatan e-government di Indonesia.


Kementerian Informasi dan Teknologi.

Peristeras, V., Mentzas, G., Tarabanis, K. A., & Abecker, A.


(2009). Transforming E-government.

Pomeranz, E. F., & Stedman, R. C. (2020). Measuring good


governance: piloting an instrument for evaluating good
governance principles. Journal of Environmental Policy
and Planning, 22(3), 428–440.

Prabancono, H. (2015). Smart City: Ini Manfaat Smart City


untuk Masyarakat.

Reddick.C.G. (2011). Citizen Interaction and E-Government:


Evidence for the Managerial, Consultative, and
Participatory Models. Transforming Government:
People, Process and Policy, 5(2), 167–184.

RI, T. P. H. K. P. (2014). Panduan Optimalisasi Media Sosial


untuk kementrian perdagangan RI. Kementerian
Perdagangan RI.
http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2015/01/15/buku-
265 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
media-sosial-kementerian-perdagangan-id0-
1421300830.pdf

Rochester, C. (2006). Making Sense of Volunteering A


Literature Review. The Comission of the Future of
Volunteering.
http://practicalwisdomr2z.co.uk/consultancy/wp-
content/uploads/2011/05/Making-sense-of-volunteering-
ROCHESTER-2006.pdf

Roengtam, S. (2020). The effectiveness of social media use


for local governance development. Systematic Reviews
in Pharmacy, 11(12), 218–225.

Rosemann, M. et all. (2011). Digital Complementary Assets.


In Proceedings of the International Conference on
Information Systems 2011.

Sæbø, Ø., Rose, J., & Flak, L. S. (2008). The Shape of


eParticipation: Characterizing an Emerging Research
Area. Government Information Quarterly.
https://doi.org/10.1016/j.giq.2007.04.007

Saksono, H., Hutasoit, W. L., Jabbar, A., Curtinawati, R. F.,


Iskandar, A., Uang, Y., Mouw, E., Kusnandi, I. H.,
Mustanir, A., Razak, M. R. R., & Kraugusteeliana.
(2022). Governansi Digital (A. Hendrayady (ed.)).
Media Sains Indonesia.

Sari, L. (2013). Balanced Scorecard pada Organisasi Sektor


Publik (Sebuah Studi Literatur). Ilmiah, V(11).

Sedarmayanti. (2009). Reformasi Administrasi Publik,


Reformasi Birokrasi, dan Kepemimpinan Masa Depan.
PT Refika Aditama.

Shinta Esabella, S.T., M. T. (2018). Menuju Konsep Smart


City.
266 | G o v e r n a n c e D i g i t a l
Sobirin, A. (2014). Manajemen KIinerja. Universitas
Terbuka.

Sutrisno, B., & Akbar, I. (2018). E-partisipasi dalam


pembangunan lokal (studi implementasi. Jurnal
Sosioteknologi, 17(2), 8–12.
http://journals.itb.ac.id/index.php/sostek/article/view/63
84/3402

Sutopo, A. H. (2012). Teknologi Informasi dan Komunikasi


Dalam Pendidikan. Graha Ilmu.

Udoyono, Kodar. 2012. E-procurement Dalam Pengadaan


Barang dan Jasa Untuk Mewujudkan Akuntabilitas di
Kota Yogyakarta. Jurnal Studi Pemerintahan Vol.3 No.1
2012.

Uma. (2004). E-Government Strategi Pembangunan Dan


Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis
Teknologi Digital. Andi Offset.

Voorveld, H. A. M., Van Noort, G., Muntinga, D. G., &


Bronner, F. (2018). Engagement with Social Media and
Social Media Advertising: The Differentiating Role of
Platform. Journal of Advertising, 47(1), 38–54.

Wakefield, D., Sklair, A., & Gibson, A. (2011). Philanthropy


and Media Social.

Wilson, A. (2000). The Use of Performance Information in


the Management of Service Delivery. Marketing
Intelligence & Planning, 18(3), 127–134.

267 | G o v e r n a n c e D i g i t a l

Anda mungkin juga menyukai