Anda di halaman 1dari 14

5 GOVERNANSI DIGITAL

Governansi Digital
5 GOVERNANSI DIGITAL

CHAPTER 5

DAMPAK GOVERNANSI DIGITAL TERHADAP KINERJA ORGANISASI

CAPAIAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari chapter modul ini, mahasiswa diharapkan mampu menganalisis


Dampak Governansi Digital terhadap Kinerja Organisasi

PENDAHULUAN

Menurut O’Brien (2006:28) dalam Wijana (2007) teknologi adalah sarana jaringan
komputer yang terdiri atas berbagai komponen pemrosesan informasi yang menggunakan
berbagai jenis hardwere,softwere, manajemen data dan teknologi jaringan informasi.
Pemanfaatan teknologi informasi adalah perilaku atau sikap menggunakan teknologi
untuk menyelesaikan tugas dan meningkatkan kinerjanya. Pemanfaatan teknologi informasi
menurut Thamson et.al.(1991) dalam wijana (2007) merupakan manfaat yang diharapkan oleh
pengguna sistem informasi dalam melaksanakan tugasnya atau perilaku dalam menggunakan
teknologi pada saat melakukan pekerjaan. Pengukurannya berdasarkan intensitas pemanfaatan,
frekuensi pemanfaatan dan jumlah aplikasi atau perangkat lunak yang digunakan. Pemanfaatan
teknologi yang tepat dan didukung oleh keahlian personil yang mengopersasikannya dapat
meningkatkan kinerja instansi pemerintah. Pemanfaatan teknologi informasi secara intensif
dan masif harus dilakukan untuk mewujudkan reformasi birokrasi. Digital governance
merupakan sebuah solusi dan keniscayaan dalam mengoptimalkan pelayanan publik seperti
pelayanan di bidang bisnis, kesehatan, pendidikan serta bidang lainnya.

ORGANISASI
Organisasi merupakan elemen yang sangat dibutuhkan oleh manusia, organisasi
membantu manusia dalam melaksanakan kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan sebagai
individu. Organisasi adalah satuan/unit sosial yang memiliki fungsi, terdiri dari dua orang atau
lebih, yang saling berkoordinasi untuk mencapai tujuan. Menurt Ernie dan Kurniawan (2010)
organisasi Sekumpulan orang atau kelompok yang memiliki tujuan tertentu dan berupaya untuk
mewujudkan tujuannya tersebut melalui kerjasama.
5 GOVERNANSI DIGITAL

Menurut Robbin dan Judge (2011) “Organization is a consciously coordinated social


unit, composed of two or more people, that functions on a relatively continuous basis to achieve
a common goal or set of goals”.

Berdasarkan pengertian tersebut maka organisasi setidaknya memiliki tiga komponen


utama yaitu: orang, tujuan, dan struktur. Komponen tersebut tersaji dalam gambar berikut ini:

IT GOVERNANCE
IT Governance merupakan konsep yang berkembang dari sektor swasta, namun dengan
berkembangnya penggunaan Teknologi Informasi (TI) oleh sektor publik (organisasi-
organisasi pemerintahan), maka IT Governance juga harus diterapkan di sektor yang banyak
menuntut perbaikan pelayanan. Peranan IT governance tidaklah diragukan lagi dalam
pencapaian tujuan suatu organisasi yang mengadopsi TI. Seperti fungsi-fungsi manajemen
lainnya pada organisasi publik, maka IT Governance yang pada intinya adalah bagaimana
memanaje penggunaan TI agar menghasilkan output yang maksimal dalam organisasi,
membantu proses pengambilan keputusan dan membantu proses pemecahan masalah juga
harus dilakukan. Prinsip-prinsip IT Governance harus dilakukan secara terintegrasi,
5 GOVERNANSI DIGITAL

sebagaimana fungsi-fungsi manajemen dilaksanakan secara sistemik dilaksanakan pada sebuah


organisasi publik.
Weill dan Ross (2004:2) mendefenisikan IT Governance sebagai keputusan-keputusan
yang diambil, yang memastikan adanya alokasi penggunaan TI dalam strategi-strategi
organisasi yang bersangkutan. IT Governance merefleksikan adanya penerapan prinsip-prinsip
organisasi dengan memfokuskan pada kegiatan manajemen dan penggunaan TI untuk
pencapaian organisasi. Dengan demikian, IT governance pada intinya mencakup pembuatan
keputusan, akuntabilitas pelaksanaan kegiatan penggunaan TI, siapa yang mengambil
keputusan, dan mengatur proses pembuatan dan pengimplementasian keputusan-keputusan
yang berkaitan dengan TI. Suatu IT governance yang efektif berarti penggunaan TI pada
organisasi tersebut mampu meningkatkan dan mensinergiskan antara penggunaan TI dengan
visi,misi, tujuan dan nilai organisasi yang bersangkutan.

IT GOVERNANCE SEKTOR PUBLIK DI INDONESIA


Koordinasi antar instansi pemerintah merupakan kendala yang utama dalam penggunaan
TI di negara Indonesia. Ditambah lagi, budaya untuk berbagi informasi antar institusi juga
masih kurang, sehingga prioritas utama dalam pelaksanaan IT Governance di Indonesia
khususnya di organisasi publiknya adalah untuk meningkatkan koordinasi dan budaya sharing
information. Dengan bantuan Teknologi Informasi yang baik pada setiap unit organisasi
pemerintah maka dapat membantu koordinasi antar organisasi tersebut. Komunikasi dan
adanya motivasi untuk berbagi informasi akan menambah erat koordinasi antar organisasi
tersebut.
Berkaitan dengan implementasi IT Governance di Indonesia diperlukan prinsip-prinsip
IT Governance yang tepat yang sesuai dengan karakteristik institusi publik kita. Menurut Weill
dan Ross (2004:114), prinsip-prinsip penerapan IT Governance yang baik adalah sebagai
berikut:
1. Simpel; artinya mekanisme pengimplementasian IT governance mesti mendefinisikan
dahulu tanggungjawab dan tujuan yang jelas dari tiap-tiap organisasi tersebut. Organisasi
publik kita yang pada intinya bertanggungjawab dalam pemberian pelayanan kepada
masyarakat harus disinergiskan dengan tujuannya yaitu kesejahteraan masyarakat
5 GOVERNANSI DIGITAL

2. Transparan; artinya adanya mekanisme yang efektif dan proses yang jelas bagi siapapun
yang berkaitan dengan keputusan yang dibuat tentang IT.
3. Kecocokan; artinya mekanisme IT Governance nya harus mengikutsertakan individu-
individu yang capable dibidangnya
Kinerja IT Governance dalam sektor publik juga perlu diukur berkaitan dengan nilai atau
motif yang berbeda dengan sektor privat. Pengukuran ini memiliki peran yang penting
berkaitan dengan penentuan strategi organisasi dan pengaturan atau manajemen organisasinya.
Moore dalam Weill dan Ross (2004:191) menentukan tiga faktor utama yang berkaitan dengan
managemen TI di sektor publik, yakni lingkungan, kapabilitas dan value (nilai). Lingkungan
terdiri dari pelanggan, penyedia keuangan, dan kekuatan politik yang ada dimasyarakat;
kapabilitas adalah kemampuan organisasional dan kondisi eksternal organisasi; dan terakhir,
public value yakni barang dan jasa, barang publik dan modal.
Pada intinya memanage IT Governance pada sektor publik dan privat adalah relatif sama,
hanya yang berbeda adalah dari sudut mekanismenya. Misalnya, masalah pembiayaan
pengadaan IT. Hal ini harus disinergiskan dengan lembaga legislatif yang ada dipemerintahan
tersebut. Hal inilah yang membedakan antara sektor publik dan sektor privat, termasuk di
Indonesia. Dengan demikian, adanya peraturan pemerintah pusat dan daerah yang disahkan
oleh lembaga legislatifnya akan mampu memayungi dan sekaligus meningkatkan pelaksanaan
IT Governance di sektor publik di Indonesia, berkaitan dengan proses formulasi dan
implementasi kebijakannya.
Weill dan Ross (2004:214) menyatakan bahwa pelaksanaan IT governance di sector
publik memerlukan fokus yang lebih pada konsensus, dan transparansi , karena semuanya akan
mempengaruhi bentuk IT Governancenya. Adanya komitmen yang tinggi dari pemimpin pusat
dan daerah, pemerintah pusat dan daerah, transparansi penggunaan biaya dan manajemen IT
Governance akan meningkatkan pelaksanaan IT Governance, termasuk di Indonesia. Adanya
keterbatasan dana dalam pengembangan IT Governance di Indonesia, yang dapat diantisipasi
dengan public private partnerships program, membutuhkan transparansi, kerjasama yang erat
antara sektor publik dan sektor privat; tak terkecuali kerjasama antara pemimpin-pemimpin
unit TI ditingkat pusat maupun daerah.
Kebijakan yang terdesentralisasi dari pusat dan daerah tentang pelaksanaan IT
governance, akan meningkatkan pelaksanaan IT Governance di organisaasi publik di
5 GOVERNANSI DIGITAL

Indonesia. Kebijakan dalam bentuk perda di tingkat kabupaten dan kotamadya akan
meingkatkan secara stratejik pelaksanaan IT Governance, karena langsung menyentuh kepada
pelaksanaan pengambilan keputusan dan akuntabilitas pelaksanaan IT Governance. Namun
kebijakan-kebijakan tersebut harus mampu memayungi seluruh keputusan yang berkaitan
dengan proses manajemen, transparansi, akuntabilitas dan kinerja birokrat yang berkaitan
dengan IT Governance di sektor publik.

KINERJA ORGANISASI
Wibowo (2013:7) menjelaskan kinerja berasal dari pengertian Performance. Ada pula
yang memberikan pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja, namun
sebenarnya kinerja mempunyai makna yang luas, bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk
bagaimana proses pekerjaan berlangsung. Moeheriono (2012:95) mengatakan bahwa kinerja
atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
program kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan
melalui perencanaan strategis suatu organisasi. Terkait dari konsep kinerja tersebut, Rummler
dan Brache dalam (Sudarmanto,2009:7-8) mengemukakan ada tiga level kinerja, yaitu :
1. Kinerja organisasi. Merupakan pencapaian hasil pada level atau unit analisis organisasi.
Kinerja pada level organisasi ini terkait dengan tujuan organisasi, rancangan organisasi,
dan manajemen organisasi.
2. Kinerja proses Merupakan kinerja pada proses tahapan dalam menghasilkan produk atau
pelayanan. Kinerja pada level proses ini dipengaruhi oleh tujuan proses, rancangan
proses dan manajemen proses.
3. Kinerja individu/pekerjaan Merupakan pencapaian atau efektivitas pada tingkat pegawai
atau pekerjaan. Kinerja pada level ini dipengaruhi oleh tujuan pekerjaan dan manajemen
pekerjaan serta karakteristik individu.
Menurut Amitai Etzioni (Keban, 2008:227) kinerja organisasi menggambarkan seberapa
jauh suatu organisasi merealisasikan tujuan akhirnya. Sedangkan menurut Bastian
(Tangkilisan, 2005:175) kinerja organisasi adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi, dalam upaya mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan
visi organisasi tersebut.
5 GOVERNANSI DIGITAL

Membahas kinerja pasti terkait dengan ukuran atau standart kinerja Ukuran atau standart
kinerja terkait dengan parameter – parameter yang dijadikan dasar oleh organisasi untuk
mengukur kinerja. Menurut Bambang Wahyudi dalam kutipan Umam (2010:191), penilaian
atau pengukuran kinerja adalah suatu evaluasi kinerja termasuk pengembanganya, sedangkan
menurut Henry Simamora masih dalam kutipan Umam Khaerul, pengukuran kinerja atau
penilaian kinerja diartikan sebagai proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi
pelaksanaan kinerja.
Menurut Agus Dwiyanto (2008: 50), ada beberapa indikator yang digunakan untuk
mengukur kinerja birokrasi publik, yaitu sebagai berikut :
1. Produktivitas Konsep produktivitas tidak hanya mengukur pada tingkat efisiensi, tetapi
juga efektivitas. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagi rasio antara input dengan
output. Konsep produktivitas dirasa terlalu sempit dan kemudian General Accounting
Office (GAO) mencoba mengembangkan satu ukuran produktivitas yang lebih luas
dengan memasukkan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan
sebagai satu indikator kinerja yang penting.
2. Kualitas Layanan Sumber data utama dari kualitas layanan didapat dari pengguna jasa
atau masyarakat dalam melakukan penilaian terhadap kualitas pelayanan. Isu mengenai
kualitas layanan cenderung semakin menjadi penting dalam menjelaskan kinerja
organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai
organisasi publik muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan
yang diterima dari organisasi publik.
3. Responsivitas adalah kemampuan organisasi dalam mengenali kebutuhan masyarakat
untuk menyusun prioritas pelayanan, serta pengembangan program-program pelayanan
publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan
sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung
menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya,
terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah
ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara pelayanan dengan kebutuhan masyarakat.
Hal tersebut jelas menunjukkan kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan
organisasi publik.
5 GOVERNANSI DIGITAL

4. Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu


dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan
kebijakan organisasi. Hal ini dapat dinilai dari analisis terhadap dokumen dan laporan
kegiatan organisasi dengan mencocokkan pelaksanaan kegiatan dan program organisasi
dengan prosedur organisasi dan ketentuan-ketentuan dalam organisasi.
5. Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi
publik tunduk pada para pejabat publik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah
bahwa para pejabat politik tersebut terpilih karena dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya
akan selalu merepresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep dasar
akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan
kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. Kinerja
organisasi publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh
organisasi publik atau pemerintah, seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus
dinilai dari ukuran eksternal, seperti nilai – nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat.

Sedangkan pengukuran kinerja organisasi yang disampaikan oleh Jerry Harbour


(Sudarmanto, 2009: 13) merekomendasikan dengan enam aspek, yaitu :
1. Produktivitas : kemampuan dalam menghasilkan barang dan jasa.
2. Kualitas : memproduksi barang dan jasa yang dihasilkan memenuhi strandar
kualitas.
3. Ketepatan waktu (timelines) : waktu yang diperlukan dalam menghasilkan produk
barang dan jasa tersebut.
4. Putaran waktu : waktu yang dibutuhkan dalam setiap proses perubahan barang dan
jasa tersebut, kemudian sampai pada pelanggan/konsumen.
5. Penggunaan sumber daya : sumber daya yang diperlukan dalam menghasilkan
produk barang dan jasa tersebut.
6. Biaya : biaya yang diperlukan.

DAMPAK DIGITAL GOVERNANCE PADA KINERJA ORGANISASI


5 GOVERNANSI DIGITAL

Di era digitalisasi, manusia tidak lepas dengan yang namanya teknologi. Teknologi
informasi merupakan suatu sistem pengolahan data dan sistem telekomunikasi secara
elektronik atau sering juga disebut sebagai perpaduan antara komputer dan komunikasi.
Teknologi informasi sangat berpengaruh dalam aspek kehidupan manusia dan ikut berperan
dalam kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah organisasi. Organisasi sangat
membutuhkan teknologi informasi di karenakan untuk memudahkan pekerjaan. Teknologi
Informasi dapat meningkatkan produktivitas kinerja organisasi atau individu karena teknologi
informasi menghasilkan informasi yang akurat. Teknologi membuat perubahan pada cara
anggota organisasi dalam menyampaikan informasi, mengerjakan tugas mereka, dan bekerja
sama tanpa batasan waktu, batasan wilayah dan tanpa terkendala oleh peraturan. Teknologi
Informasi juga membuat perubahan dalam cara kerja, memproduksi, mengendalikan dan
perubahan–perubahan di sebuah organisasi karena pemanfaatan teknologi informasi.
Teknologi informasi sangat berperan besar dalam sebuah organisasi.
Dampak Positif teknologi informasi dalam organisasi yang pertama adalah kemajuan
teknologi komunikasi yang cepat dapat mempermudah komunikasi antara suatu tempat dan
tempat yang lain, yang kedua yaitu lebih mudah dan cepat mencari informasi. Selanjutnya,
lebih mudah saat mencari data, menganalisis data dan memproduksi, lalu mengubah proses
manual menjadi otomatis, sehingga dapat mengurangi biaya untuk tenaga kerja, biaya untuk
kertas, alat tulis. Selanjutnya pengambilan keputusan menjadi lebih cepat, karena dengan
teknologi maka data yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan cepat, lalu menghemat biaya
untuk promosi dan pemasaran. Karena promosi dapat dilakukan melalui website yang sangat
mudah dan konsumen dapat melihat profil perusahaan dari mana saja di seluruh dunia. Dampak
selanjutnya, teknologi membuat sistem dapat terintegrasi di semua kantor atau organisasi.
Sehingga pihak manajemen akan bekerja dengan cepat tanpa datang ke kantor cabang yang
jauh.
Dampak negatif teknologi informasi dalam organisasi yaitu cara berkomunikasi menjadi
berubah yang awalnya tatap muka atau face to face menjadi tidak. Hal ini dapat menyebabkan
komunikasi menjadi hampa. Selanjutnya seseorang yang terus menerus menggunakan
komputer atau sering di depan komuputer membuat seseorang kurang bersosialisasi .
Selanjutnya terdapat cyber crime seperti manipulasi data, carding dan sebagainya. Saat
organisasi tidak ada teknologi, hal yang terjadi yaitu pertama waktu yang lebih lama. Yang
5 GOVERNANSI DIGITAL

dimaksud waktu yang lama adalah penggunaan waktu yang lama ini disebabkan oleh pekerjaan
yang dilakukan secara langsung. Misalnya, dalam pengerjaan suatu laporan keuangan yang
pengerjaannya tanpa di bantu oleh alat, tapi dengan menggunakan keahlian dan tenaga dari
manusia seluruhnya. Contoh lainnya, ketika ingin menghubungi seseorang dilakukan hanya
dengan langsung bertatap muka. Yang kedua adalah Tenaga yang lebih berat. Contohnya pada
saat kita ingin melakukan komunikasi dengan orang lain kita memerlukan tenaga perjalanan
untuk menemui orang tersebut secara langsung.
Keadaan organisasi setelah adanya teknologi informasi yaitu kecepatan (Speed),
komputer dapat mengerjakan sesuatu perhitungan yang kompleks dalam hitungan detik, sangat
cepat, jauh lebih cepat dari yang dapat dikerjakan oleh manusia. Yang kedua, konsistensi
(Consistency). Hasil pengolahan lebih konsisten tidak berubah-ubah karena formatnya
(bentuknya) sudah standar, walaupun dilakukan berulang kali, sedangkan manusia sulit
menghasilkan yang persis sama. Ketiga yaitu ketepatan (Precision), komputer tidak hanya
cepat, tetapi juga lebih akurat dan tepat (persis). Komputer dapat mendeteksi suatu perbedaan
yang sangat kecil, yang tidak dapat dilihat dengan kemampuan manusia, dan juga dapat
melakukan perhitungan yang sulit. Oleh karena itu, teknologi sangat penting untuk organisasi.
Penggunaan teknologi informasi mendapatkan pemanfaatan yang besar, walaupun teknologi
informasi terdapat dampak negatif. Tapi organisasi mendapatkan banyak dampak positif.
Teknologi Informasi membuat mengurangi biaya dan membuat cepat saat pengambilan
keputusan.
Teknologi Informasi dan Komunikasi yang dikembangkan dalam pemerintahan atau
yang disebut E-Government membuat masyarakat semakin mudah untuk mengakses kebijakan
pemerintah bahwa pemerintah menyusun program untuk berjalan lancar. E-Government juga
dapat mendukung pemerintahan yang lebih efisien, dan dapat meningkatkan komunikasi antara
pemerintah dengan sektor usaha dan industri. Masyarakat dapat memberikan masukan terhadap
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sehingga dapat meningkatkan kinerja pemerintah. E-
Government mengacu pada penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah, seperti
penggunaan intranet dan internet, yang memiliki kemampuan untuk menghubungkan
kebutuhan penduduk, bisnis dan kegiatan lainnya. Berikut ini terdapat beberapa dampak
teknologi informasi dalam bidang pemerintahan, terdiri atas:
1. Dampak Positif Teknologi Informasi Bidang Pemerintahan
5 GOVERNANSI DIGITAL

a. Pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat, dapat diakses kapanpun dan
dimanapun
b. Peningkatan hubungan antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat umum,
keterbukaan (transparansi) maka diharapkan hubungan antara berbagai pihak
menjadi lebih baik, keterbukaan ini menghilangkan saling curiga dan kebencian di
semua sisi.
c. Pemberdayaan masyarakat melalui informasi yang mudah diperoleh.
d. Dengan informasi yang memadai, masyarakat akan belajar untuk dapat
menentukan pilihannya. Misalnya, data tentang sekolah: jumlah kelas, daya
tampung murid, passing grade, dan sebagainya, dapat ditampilkan secara online
dan digunakan oleh orang tua untuk memilih sekolah yang tepat untuk anak
mereka.
e. Pelaksanaan pemerintahan yang lebih efisien. Koordinasi pemerintahan dapat
dilakukan melalui e-mail atau bahkan video conference. Untuk Indonesia, daerah
ini sangat besar, hal ini sangat membantu. Pembekalan, koordinasi, diskusi antara
pimpinan daerah dapat melakukannya tanpa semua harus berada di lokasi fisik
yang sama.
f. Permintaan publik untuk pemerintahan yang baik telah mendesak untuk
dilaksanakan oleh aparatur pemerintah. Salah satu solusi yang diperlukan adalah
integrasi sistem administrasi pemerintahan melalui jaringan sistem informasi on-
line antar instansi pemerintah di pusat dan daerah akses ke semua data dan
teknologi informasi terutama yang berhubungan dengan pelayanan publik.
g. Dalam sektor pemerintah, perubahan lingkungan dan kemajuan teknologi
mendorong pejabat pemerintah untuk mengantisipasi hal-hal baru dan
meningkatkan kinerja dan meningkatkan pelayanan terhadap realisasi
pemerintahan yang baik (good govermance).
h. Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk membawa transformasi lengkap
pemerintah. Sektor TI untuk berkontribusi terhadap pendapatan pemerintah dalam
dua cara yaitu pertama, Pemerintah mendapatkan penghasilan ketika mereka
menjual lisensi atau privatisasi perusahaan milik negara. Mereka juga mendapatkan
penghasilan dari pajak dan pembayaran biaya lisensi tahunan. Kedua, Sektor TI
5 GOVERNANSI DIGITAL

menghasilkan pendapatan dengan jumlah yang sangat besar bagi pemerintah.


Negara-negara di mana basis pajak terbatas indeveloping, pendapatan ini
merupakan bagian penting dari pendapatan pemerintah secara keseluruhan.
i. Dalam upaya untuk mengurangi kemiskinan, pemerintah menetapkan program
Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pengurangan kemiskinan yang
mendirikan pusat teknologi informasi dan komunikasi, khususnya di daerah
pedesaan seperti telecenter.
j. Pejabat pemerintah membantu melaksanakan tugas dengan kemajuan alat-alat
teknologi informasi, seperti Komisi (KPK), yang berhasil menangkap penjahat
yang merugikan negara dengan memanfaatkan ponsel koruptor. Ponsel korup ini
disadap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) agar Komisi dapat
menentukan tindak pidana korupsi korupsi.
k. Polisi berhasil menangkap para penjahat dengan menggunakan alat-alat teknologi
informasi, yaitu pemasangan kamera CCTV.
l. Pemerintah di negara-negara berkembang dapat menjembatani kesenjangan antara
lingkungan global, pegawai pemerintah, dan warga negara mereka. Memiliki akses
ke informasi ini memungkinkan pemerintah untuk meletakkan dasar bagi kebijakan
dan membuat komitmen untuk memperbaiki kondisi tersebut. Mampu memperoleh
informasi dari luar akhirnya membantu meningkatkan nasib rakyatnya.
m. Di negara-negara yang tidak memiliki akses internet dan sistem komputerisasi,
teknologi informasi tentu dapat lebih efisien. Memperkaya kehidupan orang miskin
di negara berkembang dapat dicapai melalui penggunaan teknologi modern seperti
database perawatan medis, ponsel untuk meningkatkan mata pencaharian, dan
komputer untuk mengaktifkan kemampuan warga untuk bersaing untuk pekerjaan
online di pasar global. Pemerintah mungkin lebih dekat dengan rakyat melalui
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga meningkatkan efisiensi
dan membantu untuk membuat hidup mereka lebih baik.

2. Dampak Negatif Teknologi Informasi Bidang Pemerintahan


a. Akses umum gratis ke situs akan membuka peluang bagi kejahatan cyber yang
dapat merusak sistem ICT dalam e-government. Sebagai contoh, kasus
pembobolan situs Komisi ketika penyelenggaraan Pemilu oleh seorang cracker.
5 GOVERNANSI DIGITAL

b. Biaya. Meskipun politik digunakan pemerintah informasi dan teknologi dapat


melakukan pengeluaran kurang dari konvensional, tetapi sebelum membuat
infrastruktur dan teknisi akan memiliki biaya yang sangat mahal.
c. Mencapai akses. Harus diakui bahwa tidak semua orang melek teknologi. Bagi
orang-orang yang jauh di pedalaman akan sulit untuk mengakses website, blog,
atau streaming video tentang politik Indonesia.
d. Transparansi. Di beberapa negara maju, banyak yang meragukan berita yang
diterbitkan oleh negara negara sendiri. Alasannya adalah bahwa hal tersebut
penulisan berita negara dan penerbit adalah negara. Modifikasi berita kecurigaan
dapat terjadi.
e. Privasi. Sebuah entitas politik seperti negara memerlukan tanggapan dari warga.
Jika negara terus meminta informasi, privasi orang semakin sulit untuk
dipertahankan. Ini akhirnya menjadi dilema, di satu sisi data dari masyarakat
berkumpul untuk mengembangkan kegiatan di dalam negeri, tetapi negara-negara
lain juga harus menegakkan hak-hak privasi warga negaranya.
f. Penggunaan persenjataan canggih untuk menyerang orang lain untuk kekuasaan
dan kekayaan. Terorisme semakin merajalela.
g. Kurangnya privasi suatu negara karena kerahasiaan tidak dijamin oleh
meningkatnya kecanggihan deteksi alat-alat. Kasus sering menghujat saling antar
kelompok.
h. Mudah menyalahgunakan media sosial untuk tujuan politik.
i. Pemerintah menyimpan informasi rahasia, seperti data dari keamanan data spesifik
berbangsa dan bernegara. Karena semua informasi ke digital dan tersedia untuk
siapa saja yang ingin melihatnya, hal tersebut ada kemungkinan terjadi pelanggaran
keamanan. Sementara banyak perusahaan telah memiliki skandal informasi
pelanggan bocor atau hack, pemerintah lebih rentan, karena jarang menarik orang-
orang terbaik di bidang IT.

EVALUASI PEMBELAJARAN

Buatlah resume pada chapter modul diatas


5 GOVERNANSI DIGITAL

REFERENSI

Dwiyanto, Agus. 2008. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Yogyakarta: PPSK-UGM

Moeheriono. 2012. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada

Robbins, Stephen P. & A. Judge, Timothy (2011). Organizational behavior. Fourteenth Edition.
Pearson education. New Jersey 07458. 77-89

Sudarmanto. 2009. Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar.

Tangkilisan, Hassel Nogi S. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: PT. Gramedia

Weill, P. & Ross, J.W., “IT Governance, How Top Performers Manage IT Decision Rights for
Superior Results”, Harvard Business School Press, Boston, 2004.

Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Budiati, ayuning.2006. IT Governance Sektor Publik Di Indonesia: Konsep Dan Kebijakan.


Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia 3-4
Mei 2006, Aula Barat & Timur Institut Teknologi Bandung

Wijana, Nyoman. 2007. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Pengaruhnya pada Kinerja
Individual pada Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Tabanan. Jurnal. Universitas
Udayanan. Bali

Anda mungkin juga menyukai