Anda di halaman 1dari 17

Pertemuan-13

Penegakan Hukum dan Akuntabilitas Hukum,


Perlindungan Hukum dalam HAN

Dosen : Dr. Yurisman Star, SE, M.Si


Asisten: Desmar Panggarbesi
Berdasarkan teori trias politika lembaga eksekutif
secara politis dikontrol oleh lembaga legislatif dan
secara yuridis dikontrol oleh lembaga yudikatif,
karena pejabat administrasi negara menjalankan fungsi
eksekutif maka lembaga yudikatif yang mengontrol secara
yuridis adalah pengadilan administrasi negara (PTUN).

Fungsi kontrol yuridis pengadilan administrasi negara


(PTUN) bertujuan disamping untuk memberikan
perlindungan hukum bagi masyarakat dan pejabat
administrasi negara itu sendiri, juga sebagai lembaga
penegakan hukum administrasi negara yang bercita-cita
untuk mewujudkan suatu pemerintahan yang baik dan
berwibawa (good governance)
Penegakan hukum merupakan aktivitas penyerasian
hubungan nilai yang teremban dalam norma hukum
atau dengan lain perkataan adalah pandangan
dan penerapan secara mantap sejalan dengan
nilai-nilai kaidah dan mengejawantahkan sikap,
tindak dan perilaku sebagai rangkaian penjabaran
nilai akhir, yang pada hakikatnya adalah mencapai:

1. Menciptakan kedamaian pergaulan hidup


bermasyarakat
2. Memelihara kedamaian pergaulan hidup
bermasyarakat
3. Mempertahankan kedamaian pergaulan
hidup bermasyarakat
Penegakan hukum (law enforcement atau recht hand having)
adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau
berfungsinya norma-norma hukum sebagai pedoman
hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.

Pengertian penegakan hukum dari sudut objeknya


yaitu segi hukumnya.pengertiannya mencakup
makna yang luas dan sempit

 Dalam arti sempit, penegakan hukum hanya menyangkut


penegakan peraturan yang formal dan tertulis saja.

 Dalam arti luas, penegakan hukum itu mencakup pada nilai-


nilai keadilan yang terkandung di dalam ketentuan formal
maupun nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat.
Menurut Soerjono Soekanto (Ridwan, Hukum Administrasi
di Daerah, FH.UII Press, Yogyakarta, 2009, hlm.143), ada
lima faktor yang mempengaruhi penegakan hukum yaitu:

1. Faktor hukumnya sendiri.


2. Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang
membentuk maupun yang menerapkan hukum.
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung
penegakan hukum.
4. Faktor masyarakat, yaitu lingkungan dimana hukum
tersebut berlaku atau diterapkan.
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan
rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam
pergaulan hidup.
Penegakan Hukum dalam Hukum Administrasi Negara di
Belanda dikenal dengan sebutan: “Eenzijdige Handhaving
Rech door Overheid” merupakan kewenangan administrasi
negara untuk meluruskan terjadinya pelanggaran norma
hukum administrasi negara guna mengakhiri pelanggaran
tersebut dengan melakukan suatu tindakan nyata.

Tujuan dari penegakan norma hukum administrasi


negara adalah terwujudnya tertib hukum (legal
order) dalam rangka melindungi kepentingan umum
Segala ketentuan atau peraturan hukum tidak
ada kecualinya harus dipatuhi oleh semua
anggota masyarakat, bahkan penguasa,
penindak, penuntut hukum sendiri kalau ternyata
melakukan pelanggaran, kejahatan atau
melakukan perbuatan diluar batas
kewenagannya, tidak luput dari hukum, jadi
keadilan dalam hukum adalah keadilan umum,
yang tidak memihak kepada siapapun juga dan
tanpa pandang atau pilih bulu.
Akuntabilitas Hukum dalam HAN

Berdasarkan Pasal 24 ayat (3) Amandemen ketiga


Undang-Undang Dasar 1945 yang disahkan 10 November
2001 Jo pasal 10 ayat (2) UU No. 4 Tahun 2004 Tentang
Kekuasaan Kehakiman dikenal 4 lingkungan lembaga
peradilan, yaitu:

1. Peradilan Umum,
2. Peradilan Agama,
3. Peradilan Militer, dan
4. Peradilan Tata Usaha Negara
Di Indonesia, pengadilan administrasi negara dikenal
dengan pengadilan tata usaha negara sebagaimana diatur
dalam UU No.5 Tahun 1986 Jo UU No. 9 Tahun 2004

Karakteristik atau unsur utama penyelenggaraan


kepemerintahan yang baik (good governance),
menurut Bahatta dan Nisjar adalah adalah:

1. akuntabilitas (accountability),
2. Transparansi (transparacy),
3. Keterbukaan (openess), dan
4. Aturan hukum (rule of law) ditambah dengan
5. kompetensi managemen (managemen competence) dan
6. hak -hak asasi manusia (human right)
Akuntabilitas atau tanggunggugat lembaga eksekutif
selain disebabkan oleh adanya tuntutan perkembangan
paradigma good governance dan perkembangan
demokratisasi juga karena kesadaran kritis masyarakat
yang sudah mulai tumbuh subur

Akuntabilitas diartikan sebagai asas yang menentukan bahwa


setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan
negara dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi sesuai
dengan ketentuan perundang –undangan yang berlaku.
Dari rumusan tersebut dapat diketahui bahwa akuntabilitas
adalah pertanggungjawaban setiap proses dan hasil akhir
penyelenggaraan negara.
Asas legalitas menentukan bahwa semua
ketentuan yang mengikat warga negara
harus berdasarkan pada undang-undang.

Asas legalitas merupakan prinsip negara hukum yang


diartikan bahwa setiap tindakan hukum pemerintah,
baik dalam menjalankan fungsi pengaturan maupun
fungsi pelayanan, harus berdasarkan pada wewenang
yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan
yang berlaku
Perlindungan Hukum dalam Hukum Administrasi Negara

Perlindungan Hukum adalah memberikan pengayoman


kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan
perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar
mereka dapat menikmati semua hak- hak yang diberikan oleh
hokum (Satjipto Raharjo)
Perlindungan Hukum adalah perlindungan akan harkat dan
martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang
dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari
kesewenangan. (Philipus M. Hadjon)
Perlindungan Hukum adalah berbagai upaya hukum yang
harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan
rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan
berbagai ancaman dari pihak manapun (CST Kansil)
Perlindungan hukum bagi rakyat terhadap
tindakan hukum pemerintah, dalam kapasitasnya
sebagai wakil dari badan hukum publik, dilakukan
melalui peradilan umum.
Kedudukan pemerintah dalam hal ini tidak
berbeda dengan seseorang atau badan hukum
perdata, sehingga pemerintah dapat menjadi
tergugat maupun penggugat.
Konteks ini sesuai dengan Pasal 27 UUD 1945
yang menyatakan kesamaan kedudukan dimuka
hukum (equality before the law).
Kranenburg memaparkan secara kronologis adanya tujuh
konsep mengenai permasalahan apakah negara dapat
digugat dimuka hakim perdata, yakni:
1. Konsep negara sebagai lembaga kekuasaan dikaitkan dengan konsep hukum sebagai
keputusan kehendak yang diwujudkan oleh kekuasaan, menyatakan bahwa tidak ada
tanggung gugat negara.
2. Konsep yang membedakan negara sebagai penguasa dan Negara sebagai fiscus.
Sebagai penguasa, negara tidak dapat digugat dan sebaliknya sebagai fiscus Negara
dapat digugat.
3. Konsep yang mengetengahkan kriteria sifat hak, yakni apakah suatu hak dilindungi
oleh hukum publik ataukah hukum perdata.
4. Konsep yang mengetengahkan kriteria kepentingan hukum yang dilanggar.
5. Konsep yang mendasarkan pada perbuatan melawan hukum sebagai dasar untuk
menggugat Negara.
6. Konsep yang memisahkan fungsi dan pelaksanaan fungsi.
7. Konsep yang mengetengahkan suatu asumsi dasar bahwa negara dan alat-alatnya
berkewajiban dalam tindak-tanduknya, apapun aspeknya (hukum publik atau hukum
perdata) memperhatikan tingkah laku menusiawi yang normal.
Dua macam perlindungan hukum bagi rakyat:

 Perlindungan hukum Preventif yaitu memberikan rakyat


kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya
sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang
defintif. (bersifat mencegah terjadinya sengketa)

 Perlindungan hukum Represif yaitu bertujuan untuk menyelesaikan


sengketa. Prinsip perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah
ini bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan dan
perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia dan pengakuan dari
negara tersebut.
Menurut Sjachran Basah, perlindungan hukum dan penegakan
hukum merupakan qonditio sine qua non untuk merealisasikan
fungsi hukum itu sendiri.

Fungsi hukum yang dimaksud adalah sebagai berikut:

 Direktif, sebagai pengarah dalam membangun untuk membentuk


masyarakat yang hendak dicapai sesuai dengan tujuan kehidupan
bernegara.
 Integrative, sebagai Pembina kesatuan bangsaStabilitatif, sebagai
pemelihara dan menjaga keselarasan, keserasian dan keseimbangan
dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
 Perfektif, sebagai penyempurna.Korektif, sebagai pengoreksi atas sikap
tindak baik administrasi Negara maupun warga apabila terjadi
pertentangan hak dan kewajiban untuk mendapatkan keadilan.
(Sjachran Basah, dalam Ridwan HR (Hukum Administrasi Negara). Hlm. 291)
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai