Anda di halaman 1dari 13

GOVERNANSI DIGITAL

CHAPTER 1

Untuk Kalangan Sendiri


1
GOVERNANSI DIGITAL

CHAPTER 1
PERKEMBANGAN ICT (INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY)
DALAM SEKTOR PUBLIK

Capaian Pembelajaran
Setelah mengikuti chapter ini mahasiswa diharapkan mampu menganalisis Evolusi
perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi, Perubahan polapikir dalam
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, dan peran ICT dalam bidang
pemerintahan.

A. Evolusi Perkembangan Teknologi Informasi


Tidak dapat disangkal bahwa salah satu penyebab utama terjadinya era globalisasi yang
datangnya lebih cepat dari dugaan semua pihak adalah karena perkembangan pesat teknologi
informasi. Implementasi internet, electronic commerce, electronic data interchange, virtual
office, telemedicine, intranet, dan lain sebagainya telah menerobos batas-batas fisik antar
negara. Penggabungan antara teknologi komputer dengan telekomunikasi telah menghasilkan
suatu revolusi di bidang sistem informasi. Data atau informasi yang pada jaman dahulu harus
memakan waktu berhari-hari untuk diolah sebelum dikirimkan ke sisi lain di dunia, saat ini
dapat dilakukan dalam hitungan detik.
Secara garis besar, ada beberapa periode atau era perkembangan sistem informasi, yang
dimulai dari pertama kali diketemukannya komputer hingga saat ini. Era tersebut terjadi tidak
hanya karena dipicu oleh perkembangan teknologi komputer yang sedemikian pesat, namun
didukung pula oleh teori-teori baru mengenai manajemen perusahaan modern. Era tersebut
terjadi tidak hanya karena dipicu oleh perkembangan teknologi komputer yang sedemikian
pesat, namun didukung pula oleh teori-teori baru mengenai manajemen perusahaan modern.
Ahli-ahli manajemen dan organisasi seperti Peter Drucker, Michael Hammer, Porter, sangat
mewarnai pandangan manajemen terhadap teknologi informasi di era modern. Oleh karena itu
dapat dimengerti, bahwa masih banyak perusahaan terutama di negara berkembang (dunia
ketiga), yang masih sulit mengadaptasikan teori-teori baru mengenai manajemen, organisasi,
maupun teknologi informasi karena masih melekatnya faktor-faktor budaya lokal atau setempat
yang mempengaruhi behavior sumber daya manusianya. Sehingga tidaklah heran jika masih
sering ditemui perusahaan dengan peralatan komputer yang tercanggih, namun masih

Hal. 2 dari 13
1
GOVERNANSI DIGITAL
dipergunakan sebagai alat-alat administratif yang notabene merupakan era penggunaan
komputer pertama di dunia pada awal tahun 1960- an.
1. Era Komputerisasi
Periode ini dimulai sekitar tahun 1960-an ketika mini computer dan mainframe
diperkenalkan perusahaan seperti IBM ke dunia industri. Kemampuan menghitung yang
sedemikian cepat menyebabkan banyak sekali perusahaan yang memanfaatkannya untuk
keperluan pengolahan data (data processing). Pemakaian komputer di masa ini ditujukan
untuk meningkatkan efisiensi, karena terbukti untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu,
mempergunakan komputer jauh lebih efisien (dari segi waktu dan biaya) dibandingkan
dengan mempekerjakan berpuluh-puluh SDM untuk hal serupa. Pada era tersebut, belum
terlihat suasana kompetisi yang sedemikian ketat. Jumlah perusahaan pun masih relatif
sedikit. Kebanyakan dari perusahaan-perusahaan besar secara tidak langsung
“memonopoli pasar-pasar tertentu, karena belum ada pesaing yang berarti. Hampir
semua perusahaan-perusahaan besar yang bergerak di bidang infrastruktur (listrik dan
telekomunikasi) dan pertambangan pada saat itu membeli perangkat komputer untuk
membantu kegiatan administrasinya sehari-hari. Keperluan organisasi yang paling
banyak menyita waktu komputer pada saat itu adalah untuk administrasi back office,
terutama yang berhubungan dengan akuntansi dan keuangan. Di pihak lain, kemampuan
mainframe untuk melakukan perhitungan rumit juga dimanfaatkan perusahaan untuk
membantu menyelesaikan problem-problem teknis operasional, seperti simulasi-simulasi
perhitungan pada industri pertambangan dan manufaktur.

Sumber: (Cash 1992)

Hal. 3 dari 13
1
GOVERNANSI DIGITAL
2. Era Teknologi Informasi
Kemajuan teknologi digital yang dipadu dengan telekomunikasi telah membawa
komputer memasuki masa-masa “revolusi”-nya. Di awal tahun 1970-an, teknologi PC
atau Personal Computer mulai diperkenalkan sebagai alternatif pengganti mini
computer. Dengan seperangkat komputer yang dapat ditaruh di meja kerja (desktop),
seorang manajer atau teknisi dapat memperoleh data atau informasi yang telah diolah
oleh komputer (dengan kecepatan yang hampir sama dengan kecepatan mini computer,
bahkan mainframe). Kegunaan komputer di perusahaan tidak hanya untuk meningkatkan
efisiensi, namun lebih jauh untuk mendukung terjadinya proses kerja yang lebih efektif.
Tidak seperti halnya pada era komputerisasi dimana komputer hanya menjadi “milik
pribadi” Divisi EDP (Electronic Data Processing) perusahaan, di era kedua ini setiap
individu di organisasi dapat memanfaatkan kecanggihan komputer, seperti untuk
mengolah database, spreadsheet, maupun data processing (end-user computing).
Pemakaian komputer di kalangan perusahaan semakin marak, terutama didukung dengan
alam kompetisi yang telah berubah dari monompoli menjadi pasar bebas. Secara tidak
langsung, perusahaan yang telah memanfaatkan teknologi komputer sangat efisien dan
efektif dibandingkan perusahaan yang sebagian prosesnya masih dikelola secara manual.
Pada era inilah komputer memasuki babak barunya, yaitu sebagai suatu fasilitas yang
dapat memberikan keuntungan kompetitif bagi perusahaan, terutama yang bergerak di
bidang pelayanan atau jasa.

Sumber: (Cash 1992)

Hal. 4 dari 13
1
GOVERNANSI DIGITAL
Teori-teori manajemen organisasi modern secara intensif mulai diperkenalkan di
awal tahun 1980-an. Salah satu teori yang paling banyak dipelajari dan diterapkan adalah
mengenai manajemen perubahan (change management). Hampir di semua kerangka teori
manajemen perubahan ditekankan pentingnya teknologi informasi sebagai salah satu
komponen utama yang harus diperhatikan oleh perusahaan yang ingin menang dalam
persaingan bisnis. Tidak seperti pada kedua era sebelumnya yang lebih menekankan pada
unsur teknologi, pada era manajemen perubahan ini yang lebih ditekankan adalah sistem
informasi, dimana komputer dan teknologi informasi merupakan komponen dari sistem
tersebut. Kunci dari keberhasilan perusahaan di era tahun 1980-an ini adalah penciptaan
dan penguasaan informasi secara cepat dan akurat. Informasi di dalam perusahaan
dianalogikan sebagai darah dalam peredaran darah manusia yang harus selalu mengalir
dengan teratur, cepat, terus-menerus, ke tempat-tempat yang membutuhkannya
(strategis). Ditekankan oleh beberapa ahli manajemen, bahwa perusahaan yang
menguasai informasilah yang memiliki keunggulan kompetitif di dalam lingkungan
makro “regulated free market”.
Pada dalam periode ini, perubahan secara filosofis dari perusahaan tradisional ke
perusahaan modern terletak pada bagaimana manajemen melihat kunci kinerja
perusahaan. Organisasi tradisional melihat struktur perusahaan sebagai kunci utama
pengukuran kinerja, sehingga semuanya diukur secara hirarkis berdasarkan divisi-divisi
atau departemen. Dalam teori organisasi modern, dimana persaingan bebas telah
menyebabkan customers harus pandai-pandai memilih produk yang beragam di pasaran,
proses penciptaan produk atau pelayanan (pemberian jasa) kepada pelanggan merupakan
kunci utama kinerja perusahaan. Keadaan ini sering diasosiasikan dengan istilah-istilah
manajemen seperti “market driven” atau “customer base company” yang pada intinya
sama, yaitu kinerja perusahaan akan dinilai dari kepuasan para pelanggannya. Sangat
jelas dalam format kompetisi yang baru ini, peranan komputer dan teknologi informasi,
yang digabungkan dengan komponen lain seperti proses, prosedur, struktur organisasi,
SDM, budaya perusahaan, manajemen, dan komponen terkait lainnya, dalam membentuk
sistem informasi yang baik, merupakan salah satu kunci keberhasilan perusahaan secara
strategis Tidak dapat disangkal lagi bahwa kepuasan pelanggan terletak pada kualitas
pelayanan.
Pada dasarnya, seorang pelanggan dalam memilih produk atau jasa yang
dibutuhkannya, akan mencari perusahaan yang menjual produk atau jasa tersebut:
cheaper (lebih murah), better (lebih baik), dan faster (lebih cepat). Di sinilah peranan

Hal. 5 dari 13
1
GOVERNANSI DIGITAL
sistem informasi sebagai komponen utama dalam memberikan keunggulan kompetitif
perusahaan. Oleh karena itu, kunci dari kinerja perusahaan adalah pada proses yang
terjadi baik di dalam perusahaan (back office) maupun yang langsung bersinggungan
dengan pelanggan (front office). Dengan memfokuskan diri pada penciptaan proses
(business process) yang efisien, efektif, dan terkontrol dengan baiklah sebuah perusahaan
akan memiliki kinerja yang handal. Tidak heran bahwa di era tahun 1980-an sampai
dengan awal tahun 1990-an terlihat banyak sekali perusahaan yang melakukan BPR
(Business Process Reengineering), re-strukturisasi, implementasi ISO-9000,
implementasi TQM, instalasi dan pemakaian sistem informasi korporat (SAP, Oracle,
BAAN), dan lain sebagainya. Utilisasi teknologi informasi terlihat sangat mendominasi
dalam setiap program manajemen perubahan yang dilakukan perusahaan-perusahaan

Sumber: (Cash 1992)

3. Era Globalisasi Informasi


Fenomena yang terlihat adalah bahwa sejak pertengahan tahun 1980-an,
perkembangan di bidang teknologi informasi (komputer dan telekomunikasi) sedemikian
pesatnya, sehingga kalau digambarkan secara grafis, kemajuan yang terjadi terlihat
secara eksponensial. Tidak ada yang dapat menahan lajunya perkembangan teknologi
informasi. Keberadaannya telah menghilangkan garis-garis batas antar negara dalam hal
flow of information. Tidak ada negara yang mampu untuk mencegah mengalirnya
informasi dari atau ke luar negara lain, karena batasan antara negara tidak dikenal dalam
virtual world of computer.

Hal. 6 dari 13
1
GOVERNANSI DIGITAL
Penerapan teknologi seperti LAN, WAN, GlobalNet, Intranet, Internet, Ekstranet,
semakin hari semakin merata dan membudaya di masyarakat. Terbukti sangat sulit untuk
menentukan perangkat hukum yang sesuai dan terbukti efektif untuk menangkal segala
hal yang berhubungan dengan penciptaan dan aliran informasi. Perusahaan-perusahaan
pun sudah tidak terikat pada batasan fisik lagi. Melalui virtual world of computer,
seseorang dapat mencari pelanggan di seluruh lapisan masyarakat dunia yang terhubung
dengan jaringan internet. Sulit untuk dihitung besarnya uang atau investasi yang mengalir
bebas melalui jaringan internet. Transaksi-transaksi perdagangan dapat dengan mudah
dilakukan di cyberspace melalui electronic transaction dengan mempergunakan
electronic money. Tidak jarang perusahaan yang akhirnya harus mendefinisikan kembali
visi dan misi bisnisnya, terutama yang bergelut di bidang pemberian jasa. Kemudahan-
kemudahan yang ditawarkan perangkat canggih teknologi informasi telah merubah
mindset manajemen perusahaan sehingga tidak jarang terjadi perusahaan yang banting
stir menggeluti bidang lain. Bagi negara dunia ketiga atau yang sedang berkembang,
dilema mengenai pemanfaatan teknologi informasi amat terasa. Di suatu sisi banyak
perusahaan yang belum siap karena struktur budaya atau SDM-nya, sementara di pihak
lain investasi besar harus dikeluarkan untuk membeli perangkat teknologi informasi.
Tidak memiliki teknologi informasi, berarti tidak dapat bersaing dengan perusahaan
multi nasional lainnya.

Sumber: (Cash 1992)

Hal. 7 dari 13
1
GOVERNANSI DIGITAL

Dalam bidang manajemen, kenyataan bahwa lingkungan bisnis yang ada pada saat
ini sedemikian seringnya berubah dan dinamis. Perubahan yang terjadi tidak hanya
sebagai dampak kompetisi yang sedemikian ketat, namun karena adanya faktor-faktor
external lain seperti politik (demokrasi), ekonomi (krisis), sosial budaya (reformasi),
yang secara tidak langsung menghasilkan kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan
baru yang harus ditaati perusahaan. Secara operasional, tentu saja fenomena ini sangat
menyulitkan para praktisi teknologi informasi dalam menyusun sistemnya. Tidak jarang
di tengah-tengah konstruksi sistem informasi, terjadi perubahan kebutuhan sehingga
harus diadakan analisa ulang terhadap sistem yang akan dibangun. Dengan mencermati
keadaan ini, jelas terlihat kebutuhan baru akan teknologi informasi yang cocok untuk
perusahaan, yaitu teknologi yang mampu adaptif terhadap perubahan. Para praktisi
negara maju menjawab tantangan ini dengan menghasilkan produk-produk aplikasi yang
berbasis objek, seperti OOP (Object Oriented Programming), OODBMS (Object
Oriented Database Management System), Object Technology, Distributed Object, dan
lain sebagainya.

B. Perubahan Pola Pikir Sebagai Syarat


Dari beberapa era di atas, terlihat bagaimana alam kompetisi dan kemajuan teknologi
informasi sejak dipergunakannya komputer dalam industri hingga saat ini terkait erat satu dan
lainnya. Memasuki abad informasi berarti memasuki dunia dengan teknologi baru, teknologi
informasi. Mempergunakan teknologi informasi seoptimum mungkin berarti harus merubah
mindset. Merubah mindset merupakan hal yang teramat sulit untuk dilakukan, karena pada
dasarnya “people do not like to change”. Apabila pada saat ini dunia maju dan negara-negara
tetangga Indonesia sudah memiliki komitmen khusus untuk mengambil bagian dalam
penciptaan komponen-komponen sistem informasi, bagaimana dengan Indonesia? Masih ingin
menjadi negara konsumen? Atau sudah mampu menjadi negara produsen? Paling tidak, hal
yang harus ada terlebih dahulu di setiap manusia Indonesia adalah kemauan untuk berubah.
Tanpa “willingness to change”, sangat mustahillah bangsa Indonesia dapat memanfaatkan
teknologi informasi untuk membangun kembali bangsa Indonesia.

Hal. 8 dari 13
1
GOVERNANSI DIGITAL

C. ICT (Information and Communication Technology)


Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu ingin berinteraksi dengan manusia lain
untuk keberlangsungan hidup. Namun dengan adanya keterbatasan waktu dan tempat maka hal
tersebut tidak mudah untuk dilakukan. Teknologi diciptakan untuk memperbaiki keterbatasan
tersebut dan menjadi alat (tools) dalam berkomunikasi dan menambah pengetahuan. Saat ini
kita tengah berada dalam era informasi yaitu suatu keadaan dimana informasi menjadi suatu
komoditas yang sangat penting dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik. Aktifitas
informasi seperti: mengakses informasi, memproduksi informasi, mengolah informasi serta
menyebarluaskan informasi telah dipraktekan dalam berbagai bidang, baik individual maupun
institusional. Semua aktifitas tersebut dapat kita lakukan melalui media teknologi komunikasi
dan informasi atau sering disebut dengan ICT (Information and Communication Technology).
Investasi ICT bisa menghasilkan gain/margin/benefit baik tangible maupun intangible.
Di sisi lain, ICT dapat mengubah operasi suatu organisasi dan melakukan rekayasa ulang
proses bisnis yang sudah berjalan. Dengan rekayasa ulang proses bisnis tersebut akan
mempengaruhi power dari untuk mencapai keunggulan bersaing organisasi. Sebagaimana
disampaikan oleh Brucher dalam (Tjahjono 2009) bahwa ICT yang terdiri dari hardware,
software, jaringan, memory, internet berkontribusi dalam organisasi sektor swasta dan public
untuk meningkatkan 3 domain kritis yaitu efisiensi, kualitas dan transparansi. Pemanfaatan
ICT dalam berbagai organisasi juga meningkat pesat. Ketergantungan organisasi terhadap ICT
begitu besar sehingga sebuah organisasi tidak dapat eksis dan menjalankan fungsinya tanpa
memanfaatkan kemajuan ICT. Penerapan ICT dalam organisasi akan membuat kinerja
organisasi lebih efektif, efisien, dan kompetitif (Arkadun 2006) . Jenis organisasi pada
dasarnya dapat dibagi dua yaitu organisasi publik dan swasta. Organisasi publik mempunyai
tanggung jawab sosial sebagai fungsi utamanya, sementara organisasi swasta dengan prinsip
utama profit making dan menjalankan tanggung jawab sosial sebagai fungsi laten. Hadirnya
ICT (Information and Communication Technology)juga telah membawa perubahan tatakelola
pemerintahan. ICT hadir seiring munculnya paradigma baru dalam pemerintahan berjejaring
(network) yang membutuhkan kolaborasi. Pemerintah tidak dapat menjalankan urusannya
sendiri, melainkan membutuhkan kerjasama dengan aktor-aktor lainnya seperti swasta, LSM,
masyakarkat serta lainnya.
Aplikasi ICT di sektor bisnis maupun publik menjadi trend global. Bersama dengan
perguruan tinggi yang menerapkan E-Learning, sektor swasta dengan E-Commerce dan E-

Hal. 9 dari 13
1
GOVERNANSI DIGITAL
Business, maka pemerintah juga memasuki era baru dengan E-Government. Alasan utama
penerapan E-Government karena electronic channel telah digunakan secara luas di sektor
swasta, sehingga E-Government digunakan untuk reformasi sektor publik. Richard Heeks
menjelaskan: “To understand e-government, we must therefore understand IT. What does IT
do: it handles data to produce information. The next step to understanding e-government, then,
is to understand that e-government systems are information systems. At their heart lie data and
information (the latter being defined as data that has been processed to make it useful to a
recipient). These are handled by digital (and sometimes non-digital) information
technologies”. (Richard Heeks 2006)
James D Thompson menyebut teknologi merupakan variabel penting untuk memahami
tindakan organisasi yang kompleks. Variasi teknologi organisasi dapat berupa: (1) teknologi
berantai panjang (the long linked technology); (2) teknologi perantara (the mediating
technology); dan (3) teknologi intensif (intensive technology). E-Government dapat
dikategorikan “teknologi perantara” atau “teknologi penghubung” organisasi publik
(pemerintah pusat dan pemerintah kota/daerah) dengan warga negara (citizens) dan pihak
swasta (private sector) melalui konsep good governance (Thompson dalam Akil: 2012)

D. Peran ICT (Information and Communication Technology) dalam bidang


Pemerintahan

Hal. 10 dari 13
1
GOVERNANSI DIGITAL
Perkembangan teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja dan memungkinkan
berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akurat, sehingga akhirnya akan
meningkatkan produktivitas. Perkembangan teknologi informasi memperlihatkan
bermunculannya berbagai jenis kegiatan yang berbasis pada teknologi ini, seperti egovernment,
e- commerce, e-education, e-emedicine, e-laboratory, dan lainnya, yang kesemuanya itu
berbasiskan elektronika.
Peran yang dapat diberikan oleh aplikasi teknologi informasi ini adalah mendapatkan
informasi untuk kehidupan pribadi seperti informasi tentang kesehatan, hobi, rekreasi, dan
rohani. Kemudian untuk profesi seperti sains, teknologi, perdagangan, berita bisnis, dan
asosiasi profesi. Sarana kerjasama antara pribadi atau kelompok yang satu dengan pribadi atau
kelompok yang lainnya tanpa mengenal batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi,
ideologi atau faktor lainnya yang dapat menghambat bertukar pikiran. Dalam kehidupan kita
dimasa mendatang, sektor teknologi informasi dan telekomunikasi merupakan sektor yang
paling dominan. Siapa saja yang menguasai teknologi ini, maka dia akan menjadi pemimpin
dalam dunianya. Teknologi informasi banyak berperan dalam berbagai bidang, khususnya
Pemerintahan.
E-government mengacu pada penggunaan teknologi informasi oleh pemerintahan, seperti
menggunakan intranet dan internet, yang mempunyai kemampuan menghubungkan keperluan
penduduk, bisnis, dan kegiatan lainnya. Bisa merupakan suatu proses transaksi bisnis antara
publik dengan pemerintah melalui sistem otomasi dan jaringan internet, lebih umum lagi
dikenal sebagai world wide web. Pada intinya egovernment adalah penggunaan teknologi
informasi yang dapat meningkatkan hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain.
penggunaan teknologi informasi ini kemudian menghasilkan hubungan bentuk baru seperti:
G2C (Governmet to Citizen), G2B (Government to Business), dan G2G (Government to
Government).
Manfaat e-government yang dapat dirasakan antara lain: (1) Pelayanan servis yang lebih
baik kepada masyarakat. Informasi dapat disediakan 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu,
tanpa harus menunggu dibukanya kantor. Informasi dapat dicari dari kantor, rumah, tanpa harus
secara fisik datang ke kantor pemerintahan. (2) Peningkatan hubungan antara pemerintah,
pelaku bisnis, dan masyarakat umum. Adanya keterbukaan (transparansi) maka diharapkan
hubungan antara berbagai pihak menjadi lebih baik. Keterbukaan ini menghilangkan saling
curiga dan kekesalan dari semua pihak. (3) Pemberdayaan masyarakat melalui informasi yang
mudah diperoleh. Dengan adanya informasi yang mencukupi, masyarakat akan belajar untuk
dapat menentukan pilihannya. Sebagai contoh, data-data tentang sekolah: jumlah kelas, daya

Hal. 11 dari 13
1
GOVERNANSI DIGITAL
tampung murid, passing grade, dan sebagainya, dapat ditampilkan secara online dan digunakan
oleh orang tua untuk memilihkan sekolah yang pas untuk anaknya. (4) Pelaksanaan
pemerintahan yang lebih efisien. Sebagai contoh, koordinasi pemerintahan dapat dilakukan
melalui e-mail atau bahkan video conference. Bagi Indonesia yang luas areanya sangat besar,
hal ini sangat membantu. Tanya jawab, koordinasi, diskusi antara pimpinan daerah dapat
dilakukan tanpa kesemuanya harus berada pada lokasi fisik yang sama. Tidak lagi semua harus
terbang ke Jakarta untuk pertemuan yang hanya berlangsung satu atau dua jam saja.
Tuntutan masyarakat akan pemerintahan yang baik sudah sangat mendesak untuk
dilaksanakan oleh aparatur pemerintah. Salah satu solusi yang diperlukan adalah keterpaduan
sistem penyelenggaraan pemerintah melalui jaringan sistem informasi on- line antar instansi
pemerintah baik pusat dan daerah untuk mengakses seluruh data dan informasi terutama yang
berhubungan dengan pelayanan publik. Dalam sektor pemerintah, perubahan lingkungan
strategis dan kemajuan teknologi mendorong aparatur pemerintah untuk mengantisipasi
paradigma baru dengan upaya peningkatan kinerja birokrasi serta perbaikan pelayanan menuju
terwujudnya pemerintah yang baik (good govermance). Hal terpenting yang harus dicermati
adalah sektor pemerintah merupakan pendorong serta fasilitator dalam keberhasilan berbagai
kegiatan pembangunan, oleh karena itu keberhasilan pembangunan harus didukung oleh
kecepatan arus data dan informasi antar instansi agar terjadi keterpaduan sistem antara
pemerintah dengan pihak penggunan lainnya. Upaya percepatan penerapan e-Government,
masih menemui kendala karena saat ini belum semua daerah menyelenggarakannya.

Evaluasi Pembelajaran
Setelah mempelajari chapter ini, buatlah resume terkait materi yang anda pelajari!

Hal. 12 dari 13
1
GOVERNANSI DIGITAL
Referensi
Akil, Muhammad Anshar. 2012. “Teknologi Komunikasi Dan Informasi Sektor Publik.”
Jurnal Dakwah Tabligh Vol. 13, N(Juni 2012): 31–46.

Arkadun. 2006. Teknologi Informasi Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Cash, James I. 1992. “Corporate Information System Management.” In Irwin: Homewood.

Richard Heeks. 2006. Implementing and Managing E-Government. London: Sage Publication
Limited.

Tjahjono, Budi. 2009. “Peran Teknologi Komunikasi Dan Informasi Terhadap Kekuatan
Stakeholder Dalam Mewujudkan E-Democracy Di Indonesia.” Seminar Nasional
Informatika 2009 2009 (semnasIF): 94–98.

Hal. 13 dari 13

Anda mungkin juga menyukai