Anda di halaman 1dari 17

4 Governansi Digital

Governansi Digital
4 Governansi Digital

CHAPTER 4
INDEX E-GOVERNMENT

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari chapter modul ini mahasiswa diharapkan mampu menganalisis Index E-
Government baik secara global melalui E-Government Development Index (EGDI) maupun
secara Nasional melalui Pemeringkatan E-Government Indonesia (PeGI)

PENDAHULUAN
Investasi di bidang teknologi informasi dalam suatu organisasi sebagian besar bertujuan
untuk dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap kinerja individual anggota organisasi
dan institusinya. Mahmood dan Mann (1993); Barua et al (1995): Brynjofsson dan Hitt (1996);
Mitra dan Chaya (1996); Rai et al (1997) memberikan bukti secara empiris bahwa investasi di
bidang teknologi informasi memberikan kontribusi terhadap kinerja dan produktivitas suatu
organisasi . Pemanfaatan teknologi sebagai manfaat yang diharapkan oleh pengguna sistem
informasi dalam melaksanakan tugasnya di mana pengukurannya berdasarkan pada intensitas
pemanfaatan, frekuensi pemanfaatan dan jumlah aplikasi atau perangkat lunak yang digunakan
Teknologi memungkinkan untuk menciptakan urban mobility yang lebih efisien dan
berkelanjutan, keberlanjutan lingkungan, bisnis yang ramah dan modal yang menarik, integrasi
dan kohesi sosial, komunikasi dan kedekatan dengan masyarakat, pengetahuan, kreatifitas dan
inovasi, transparansi dan budaya demokrasi, dan akses menyeluruh untuk budaya, pendidikan
dan kesehatan.

INDEX E-GOVENMENT
Dewasa ini, isu e‐Government telah menjadi salah satu area penting dari studi bidang
sistem informasi yang dikaitkan dengan penggunaan ICT oleh lembaga pemerintah dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara elektronik (Nilashi, et.al, 2012). Idealnya
pengembangan e‐ Government diharapkan dapat membantu meningkatkan interaksi antara
pemerintah, masyarakat, dan bisnis sehingga mendorong perkembangan politik dan ekonomi
(Istiyanto dan Sutanta, 2012). Hal ini menyebabkan e‐ Government atau pemerintahan berbasis
4 Governansi Digital

elektronik semakin berperan penting bagi se‐ mua pengambil keputusan pada penyeleng‐
garaan pemerintahan (Yalia, 2011). Bahkan adopsi e‐Government dalam implementasinya
telah meningkat di sebagian besar negara, tetapi pada waktu yang sama kecepatan adopsinya
bervariasi antara negara satu dengan negara lainnya (Furuholt dan Fathul, 2008)
Implementasi e-government merupakan suatu bentuk perubahan baru yang diharapkan
dari sebuah negara yang berkembang. Karena semakin berkembangnya informasi dan semakin
pesatnya kemajuan TIK, perubahan untuk menjadi good government sangat diharapkan
masyarakat. Masyarakat sangat optimis dengan adanya e-government yang nantinya
diharapkan menimbulkan dampak perubahan ke arah yang lebih baik bagi pelayanan dalam
pemerintahan. Bentuk implementasi e-government di setiap negara berbeda-beda disesuaikan
dengan kondisi peraturan yang mengatur jalannya pemerintahan di suatu negara tersebut.
Kondisi e-government dipengaruhi juga oleh faktor internal dan eksternal masing-masing
negara. Hal lain yang berpengaruh adalah budaya, pendidikan, pandangan politik dan kondisi
perekonomian. Visi, misi dan strategi dari sebuah negara yang mengimplementasikan e-
government juga dapat mempengaruhi bentuk dari e-government itu nantinya.
Inisiatif pengembangan sistem elektronik Pemerintah di Indonesia sudah dilakukan sejak
lama, mulai dari sistem Informasi Manajemen Nasional/Simnas (1980- an), Nusantara 21
(1997), National Information Technology Framework/NITF (1998), Program Pengembangan
Infrastruktur Informasi/IIDP (1998), sistem Informasi Nasional/Sisfonas (2002) hingga yang
terakhir Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2003 tentang tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan SPBE. Perjalanan panjang pengembangan sistem elektronik
Pemerintah di Indonesia tersebut telah menguatkan eksistensi sistem elektronik Pemerintah di
segala bidang di dalam instansi pemerintah. Hal ini ditandai dengan investasi Pemerintah di
bidang TIK yang naik dari tahun ke tahun. Menurut Kemenkeu total belanja teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) Pemerintah pada tahun 2017 mencapai Rp. 2,15 triliun.
Namun, investasi yang besar tersebut tidak berbanding lurus dengan kualitas sistem elektronik
Pemerintah yang diberikan. Baik indeks nasional maupun global menunjukkan bahwa
peringkat Indonesia dari tahun ke tahun turun atau bergerak stagnan. Pengukuran index e-
government secara internasional yaitu E-Government Development Index (EGDI) yang
dilakukan oleh United Nation dan Index E-Government oleh Index Waseda, sedangkan index
e-government nasional dilakukan oleh Kementerian Kominfo.
4 Governansi Digital

E-GOVERNMENT DEVELOPMENT INDEX (EGDI)

Pengembangan e‐Government (EDGI, e‐ Government Development Index), yaitu indika‐


tor komposit yang mengukur kemauan dan kapasitas administrasi pemerintahan dimana
Penggunaan ICT untuk memberikan layanan publik. Pengukurannya berdasarkan komponen
layanan online (Online Services Component), komponen infrastruktur telekomunikasi
(Telecommunication Infrastructure Component), dan komponen sumber daya manusia
(Human Capital Component) (Alshomrani, 2012). Hasil ranking dapat digunakan oleh negara‐
negara anggota PBB untuk melihat dan membandingkan, serta mencari penyebab mengapa
mereka tertinggal atau lebih baik. Hasilnya, setiap negara akan lebih memfokuskan pada
pengembangan strategi dan kebijakan e‐Governmentnya. Knowledge base ini memungkinkan
pengambil kebijakan, peneliti dan akademisi untuk mengakses trend tentang pengembangan
infrastruktur, akses online, partisipasi penduduk, dan ranking dari negara‐negara anggota PBB
(Sutrisno dan Istiyanto, 2009). Hasil survei terebut semakin banyak yang mengakui, dan pesan
yang disampaikan dapat diterima di seluruh dunia. Data hasil survei PBB kini digunakan secara
luas dan dikutip banyak organisasi riset terkemuka, termasuk oleh World Bank, Organization
4 Governansi Digital

for Economic Cooperation and Development (OECD), Economist Intelligence Unit (EIU),
European Union (EU), World Economic Forum dan ITU (Simamora, 2011). Dari 193 Negara,
berikut beberapa negara dengan hasil paling tinggi pada tahun 2020.

Tabel
Ranking Negara-negara dengan Nilai EDGI Tertinggi edisi 2020 Berdasarkan
Komponen Layanan Online, Komponen Infrastruktur Telekomunikasi,
dan Komponen Sumber Daya Manusia

Sumber: 2020 United Nations E-Government Survey

Republik Korea merupakan pemimpin global dalam penyediaan layanan online (Online Service
Index /OSI) dan menempati urutan teratas di Asia, diikuti oleh Singapura dan Jepang. Denmark
4 Governansi Digital

memiliki nilai EGDI tertinggi secara global untuk Survei kedua berturut-turut dan merupakan
salah satu dari tujuh negara-negara di Eropa Utara dan satu dari lima negara di Uni Eropa yang
merupakan bagian dari kelas peringkat tertinggi (VH). Negara-negara Uni Eropa/Eropa Utara
lainnya dalam kategori ini telah mencatat peningkatan sejak Survei edisi 2018. Estonia
mencatat paling banyak peningkatan EGDI yang signifikan, dan Finlandia meningkat di ketiga
subindeks EGDI. Swedia dan Inggris, Keduanya mencapai nilai EGDI secara keseluruhan yang
lebih tinggi melalui peningkatan substansial dalam komponen infrastruktur teknis
(Telecommunication Infrastructure Index /TII). Belanda adalah anggota Uni Eropa terakhir
dari kelas peringkat VH (Very High). Islandia dan Norwegia, keduanya di Eropa Utara dan
peringkat kedua belas dan ketiga belas secara keseluruhan, menunjukkan peningkatan pada
ketiga subindeks EGDI.
Australia dan Selandia Baru, pemimpin di Oseania, tetap berada di kelompok EGDI yang
sangat tinggi (sejalan dengan dua edisi terakhir dari Survei). Tak satu pun dari negara-negara
di Afrika yang termasuk dalam kelas peringkat VH (Very High).

Komparasi Tingkat Dunia


Perbedaan peringkat negara‐negara anggota PBB tersebut, akan diperlihatkan melalui
analisis deskriptif dengan komparasi pengembangan e‐Government negara‐negara anggota
PBB lainnya, baik pada tingkat dunia maupun tingkat ASEAN. Berikut beberapa data negara-
negara yang menempati peringkat teratas pengembangan e‐Government yaitu:
a. Denmark
Strategi Digitalisasi Denmark berfokus pada penciptaan infrastruktur TIK sentral
yang menghubungkan lembaga pemerintah nasional, pemerintah daerah dan kotamadya
untuk layanan umum dan berbagai inisiatif, proyek dan solusi seperti infrastruktur digital,
penggunaan kembali data, keamanan data, kesejahteraan digital dan solusi bisnis digital.
Denmark memiliki portal khusus yang berbeda untuk warga dan bisnis serta satu portal
kesehatan nasional. Baru-baru ini, pemerintah telah meluncurkan serangkaian strategi
digital yang lebih spesifik, seperti Kecerdasan Buatan Strategi Nasional . Sebagai bagian
dari strategi, pemerintah telah mengusulkan dana investasi baru untuk mempercepat
sosialisasi solusi kesejahteraan digital melalui solusi Kecerdasan Buatan. Pemerintah
bermaksud untuk meluncurkan beberapa penandatanganan proyek di sektor kesehatan,
4 Governansi Digital

bidang sosial dan ketenagakerjaan, dan memperkenalkan pemrosesan kasus lintas sektor.
Denmark bekerja sama dengan badan regional dalam Dewan transformasi digital Nordic.

b. Republik Korea
Republik Korea adalah pemimpin dunia dalam penyediaan layanan online (dengan
nilai OSI sebesar 1.000) dan memiliki nilai EGDI tertinggi di Asia. Strategi e-
government nasional diadopsi setiap lima tahun dan didukung oleh rencana
pembangunan sektoral. Rencana Induk e-Government 2020 memastikan bahwa
kebijakan nasional didasarkan pada bukti dan didasarkan pada sains dan terfokus untuk
mencapai pemerintahan yang terbuka dan inovatif bagi warga negara. Selain itu, Master
Plan Pemerintah Cerdas menciptakan kerangka kerja untuk pengembangan dan
pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence) dan data untuk inovasi dalam
administrasi publik dan penyediaan proaktif layanan berbasis warga yang dirancang
untuk mengakomodasi kebutuhan spesifik masyarakat, terutama kebutuhan masyarakat
kelompok yang paling rentan. Strategi implementasi Smart City tercermin dalam
Rencana Fasilitasi Ekonomi Data dan AI, yang berfokus pada penguatan kapasitas data
dan AI (artificial intelligence) dalam rangka membangun fondasi yang kuat bagi
pengembangan ekonomi digital yang berkelanjutan. Mekanisme nasional seperti
Rencana Induk Pengembangan Industri Blockchain, Strategi Implementasi Smart city,
dan Roadmap Industri dan Teknologi Baru memfasilitasi percepatan pengembangan
teknologi baru untuk kepentingan masyarakat dan Peningkatan administrasi publik.
Selain inisiatif yang sedang berlangsung ini, Pemerintah menyediakan platform untuk e-
participation (e-People), open data (data.go.kr) dan e-procurement (KONEPS).
Kerangka kebijakan Negara untuk e-government berfokus pada perlindungan data dan
informasi pribadi dan tentang keamanan digital dan identitas digital.

c. Estonia
Estonia dianggap sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat untuk
transformasi digital di dunia. Warga di Estonia pada dasarnya dapat melakukan apa saja
secara online kecuali untuk beberapa hal seperti menikah atau bercerai dan menjual atau
membeli real estat. X-road, merupakan komunikasi multi-saluran protokol yang
4 Governansi Digital

dikembangkan untuk seluruh penyediaan layanan online, mengamankan fungsi seperti


identitas digital, e-voting, e-taxation, dan e-business, dan lain-lain. Eesti.ee adalah toko
serba ada untuk informasi pemerintah dan layanan elektronik. Negara ini juga memiliki
Strategi Pengembangan Masyarakat Sipil yang mengikutsertakan warga negara dalam
pengembangan kebijakan dan tindakan hukum. Misalnya, Portal Inisiatif Warga
rahvaalgatus.ee memungkinkan warga untuk menulis proposal, mengadakan diskusi,
menulis dan mengirim alamat kolektif yang ditandatangani secara digital ke Parlemen
Estonia.

d. Finladia
Finlandia bertujuan untuk membangun masyarakat digital yang berpusat pada
manusia dengan cara yang aman dan etis dengan semua layanan publik dapat diakses
secara digital pada tahun 2023. Negara ini membayangkan kontribusi dari pemerintah
lokal, kota, bisnis, akademisi dan masyarakat sipil dan memberikan prioritas untuk
peningkatan efisiensi, efektivitas dan produktivitas di seluruh sektor publik. Pemerintah
memiliki portal one stop shop multi saluran terpusat sehingga meningkatkan akses semua
orang ke pelayanan digital atas dasar kesetaraan. Platform ini terhubung dengan portal
khusus lainnya seperti untuk e-participation, open government data dan e-taxation.
Program Digitalisasi Finlandia, saat ini berada di bawah pengawasan Kementerian
Keuangan dengan Direktur Jenderal ICT pada sektor publik, strategi pengelolaan e-
government lintas lembaga.

e. Australia
Australia memiliki nilai EGDI tertinggi di Oseania dan menempati peringkat
kelima di dunia dalam perkembangan e-government. Pendekatan negara pada Agenda
2030 adalah mengintegrasikan Sustainable Development Goals (SDGs) menjadi
kebijakan, strategi dan program nasional. Pada tahun 2018, Pemerintah merilis Strategi
Transformasi Digital, memberikan visi yang jelas untuk modernisasi layanan publik
Australia pada tahun 2025. Strategi ini mencakup fokus yang kuat pada pembuatan
lembaga publik berpusat pada pengguna dan memperluas aksesibilitas layanan digital
untuk memastikan ketersediaan mereka untuk semua. Untuk menanamkan Strategi
4 Governansi Digital

nasional dalam struktur subnasional dan lokal, negara telah membentuk Dewan Digital
Australia. Australia memiliki strategi investasi untuk rentang teknologi baru yang
didukung oleh Agenda Inovasi dan Sains Nasional dan strategi ekonomi digital yang
ditetapkan dalam Masa Depan Teknologi Australia. Kerangka hukum Australia
memastikan bahwa data digital masyarakat dilindungi dan memberi mereka hak de facto
atas pemerintahan digital. NS negara ini memiliki portal e-government pusat yang
menampung lebih dari 900 situs web pemerintah Australia. Portal ini menyediakan cara
sederhana dan aman untuk mengakses layanan pemerintah online seperti sebagai
jobactive (JobSearch.com.au), Australian Taxation Office (ato.gov.au), Services
Australia: Dukungan Anak (servicesaustralia.gov.au/individuals/child-support), My
Aged Care (myagedcare. gov.au), My Health Record (myhealthrecord.gov.au), dan
Skema Asuransi Disabilitas Nasional (ndis.gov.au). Komitmen negara terhadap e-
participation tercermin dalam keseluruhan pemerintahan inisiatif seperti Kemitraan
Pemerintah Terbuka

f. Sweden
Swedia secara substansial meningkatkan infrastruktur teknisnya dan dalam
strateginya berfokus pada lima prioritas yaitu: keterampilan digital, inovasi digital,
keamanan digital, kepemimpinan digital, dan digital infrastruktur. Untuk mewujudkan
prioritas ini, Dewan Digitalisasi telah dibentuk di Otoritas Pos dan Telekomunikasi
Swedia. Government.se adalah portal nasional resmi yang terhubung dengan berbagai
portal dan layanan e-Government lainnya yang diselenggarakan oleh Kementerian yang
berbeda. Portal OGD (open government data) menyediakan kumpulan data dan informasi
yang luas untuk memastikan aksesibilitas data dan transparansi semua pelayanan publik
bagi warga. Badan Pengadaan Umum Nasional menyediakan semua layanannya kepada
warga dan bisnis secara digital. Swedia mengidentifikasi AI (artificial intelligence) dan
teknologi baru sebagai katalis penting untuk inovasi, untuk mengimplementasikan SDGs
(Sustainable Development Goal), memerangi perubahan iklim dan menyediakan
kesempatan lapangan kerja baru kepada warga.

g. United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland


4 Governansi Digital

United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland telah mengembangkan


portal "gov.uk" berdasarkan prinsip " build once and re-use ", sebuah konsep yang telah
menjadi salah satu kerangka kerja konseptual seluruh pemerintah yang paling populer
untuk penyediaan layanan di dunia. Pada Februari 2017, negara ini meluncurkan strategi
transformasi Pemerintah yang berpusat pada warga negara 2017-2020, dilengkapi
dengan kerangka hukum yang kuat. Hal tersebut memastikan bahwa semua warga negara
memiliki akses ke layanan e-Government dengan identitas digital yang dipersonalisasi
yang sekaligus melindungi privasi data mereka melalui Undang-Undang Perlindungan
Data 2018 dan GDPR UE. Pada tahun 2019, Pemerintah telah menerbitkan Strategi
Inovasi Teknologi, yang menetapkan Roadmap untuk inovasi pemerintah melalui
teknologi baru yang terus disempurnakan bersama dengan teknologi yang berubah
lanskap yang cepat. Pada tahun 2019 DGS dan Office for Artificial Intelligence (OAI)
Inggris telah menerbitkan panduan tentang penggunaan kecerdasan buatan di sektor
publik

h. New Zealand
Selandia Baru adalah negara terkemuka lainnya di Oseania dan terus menunjukkan
kinerja EGDI yang luar biasa tercermin dalam dua Survei edisi terakhir. Selandia Baru
memiliki fokus domestik dan internasional yang kuat pada pembangunan berkelanjutan,
dan Pemerintah mengaktifkan komitmen SDG negara dengan membangun yang lebih
produktif, berkelanjutan, inklusif dan ekonomi siap masa depan yang akan meningkatkan
kesejahteraan semua orang. Di dalam Departemenn Urusan Dalam Negeri, Selandia Baru
memiliki struktur kepemimpinan dan tata kelola yang solid untuk e-government yang
mencakup Menteri Layanan Digital Pemerintah, Pejabat Kepala Digital Pemerintah,
Kepala Pejabat Data Pemerintah, dan Kepala Pejabat Keamanan Informasi Pemerintah,
serta Kemitraan Pemerintah Digital dan Dewan Digital untuk Aotearoa Selandia Baru.
Pada tahun 2019, Pemerintah menerbitkan Strategi Layanan Publik Digital, yang
mengidentifikasi sejumlah bidang utama di mana pemberian layanan publik harus
dimodernisasi untuk kepentingan negara. Selandia Baru sedang dalam proses
mengkonsolidasikan tiga portal utamanya untuk e-Government (digital.govt.nz, govt.nz
dan ict.govt.nz), (digital.govt.nz dan govt.nz). Departemen pemerintah menawarkan
4 Governansi Digital

layanan elektronik tambahan melalui situs web mereka sendiri; diantaranya adalah situs
Identitas dan Paspor (passport.gov.nz), situs Pendapatan Dalam Negeri (ird.govt.nz), dan
MyMSD (my.msd.govt.nz); MyMSD digunakan untuk memeriksa pembayaran,
mengelola janji temu publik, mengkomunikasikan perubahan dan melamar manfaat.
Selain itu, Pemerintah Selandia Baru merupakan bagian dari beberapa kemitraan publik-
swasta dan forum multistakeholder yang didedikasikan untuk meningkatkan e-
Government, termasuk Kelompok Penasihat Menteri Ekonomi Digital dan Inklusi
Digital dan Panel Penasihat Ahli untuk Kemitraan Pemerintah Terbuka. Pemerintah perlu
untuk menyertakan integrasi pemangku kepentingan non-pemerintah dalam diskusi
tentang masa depan ekonomi digital dan inklusi digital

i. Netherlands
Strategi Digital Belanda mencakup semua sektor ekonomi negara. Negara memiliki
Strategi Digitalnya sendiri yang berfokus pada pengembangan dan pengelolaan TIK
Sektor Publik, dan infrastruktur TIK umum yang merampingkan solusi digital di semua
tingkat institusi. kerangka peraturan khusus yang mendukung investasi pada infrastruktur
digital, dan kerangka hukum yang melindungi hak-hak dasar dan nilai-nilai publik juga
tersedia. Belanda memiliki portal pemerintah one-stop-shop terpusat, yang menyediakan
informasi tentang layanan dari semua bidang pemerintahan. Portal tertentu ditautkan dan
tersedia untuk e-partisipasi dan layanan elektronik. Apalagi adanya komitmen kuat dari
pemerintah untuk menggunakan teknologi baru. Kementerian Dalam Negeri bekerja
sama dengan berbagai kota untuk membuat koalisi Blockchain untuk merancang Smart
City dengan penekanan pada peningkatan nilai-nilai publik baik di masyarakat dan dalam
sistem politik

j. Singapore
Di Singapura, Badan Teknologi Pemerintah bertanggung jawab atas
pengembangan dan implementasi strategi dan layanan e-government antar-lembaga
nasional. Pada tahun 2014, Singapura meluncurkan inisiatif Smart Nation, di mana
pemerintahan digital merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Pada tahun 2018, Cetak
4 Governansi Digital

Biru Pemerintah Digital dikembangkan untuk memanfaatkan data dengan lebih baik,
memanfaatkan teknologi baru, dan mendorong upaya yang lebih luas untuk membangun
ekonomi digital dan masyarakat digital untuk mendukung Strategi Smart Nation.
Singapura memiliki portal pemerintah satu atap (Gov.sg) yang menyediakan akses ke
portal khusus yang melayani e-participation (reach.gov.sg), e-services
(citizenconnectcentre.sg), keterbukaan data (data.gov.sg), dan pengadaan publik
(gebiz.gov.sg). Pemerintah juga telah menciptakan platform digital untuk warga
sehingga mereka dapat merencanakan dan memantau masalah tabungan atau laporan
jaminan sosial mereka dengan pelayanan pemerintah. Dalam hal mekanisme hukum yang
berkaitan dengan e-government, negara telah mengadopsi Undang-Undang Perlindungan
Data Pribadi 2012 serta undang-undang tentang keamanan cyber menguraikan berbagai
kewajiban untuk memastikan bahwa tindakan yang tepat dilakukan untuk mencegah,
mengelola dan menanggapi ancaman dan insiden keamanan cyber

k. Iceland
Satuan Tugas Masyarakat Informasi Islandia mengawasi pelaksanaan tugas-tugas
yang sangat terdesentralisasi, terkoordinasi di tingkat pusat dan daerah pada program
transformasi digital. Portal Nasional e-government "Government.is" terhubung dengan
kementerian dan dialihkan ke beberapa platform one-stop-shop khusus seperti portal
“Island” - yang berpusat pada warga untuk mengakses informasi dan sejumlah besar
layanan publik; “EUGO: untuk orang yang ingin memulai bisnis; “Iceland” gerbang
resmi untuk orang asing; dan “Pusat Informasi Multikultural” dirancang untuk
memberikan bantuan kepada imigran. Pada 2018, pemerintah menandatangani
kesepakatan dengan Institut Nordik untuk Solusi Interoperabilitas untuk merampingkan
dan mengotomatisasi proses pertukaran data menggunakan platform Estonian X-Road
yang sudah digunakan di Estonia dan Finlandia.

l. Norway
4 Governansi Digital

Norwegia telah menjadikannya persyaratan hukum bagi sektor publik dan swasta
untuk mengembangkan Infrastruktur universal TIK yang bertujuan untuk
memodernisasi, menyederhanakan, dan meningkatkan sektor publik. Norge.no dan
Government.no adalah portal nasional untuk memandu warga ke layanan digital publik
di semua tingkat pemerintah. Karena struktur desentralisasi di Norwegia berfokus pada
kotamadya dan ada juga beberapa portal khusus yang melayani berbagai kelompok
sasaran dan tujuan. Misal seperti Altin.no merupakan portal untuk bisnis dan warga untuk
melaporkan secara online ke lembaga pemerintah, Data. norge.no untuk OGD (open
government data) dan Anskafelser.no untuk e-procurement. Sejak 2016 ada kerjasama
antara semua pemerintah Nordik yang disebut Smart Government, berfokus pada proyek
lintas batas pada interoperabilitas, aliran data otomatis, aturan pertukaran data bisnis,
serta komunikasi dan keterlibatan pemangku kepentingan. Otoritas pajak Norwegia,
Denmark, Islandia, Finlandia dan Swedia mengoperasikan Nordisk e-Tax,- portal yang
dibuat bekerja sama dengan Dewan Menteri Nordik.

m. Japan
Di Jepang, Rencana Transformasi Digital Pemerintah berpusat pada penggunaan
teknologi baru dan pengembangan sumber daya manusia untuk memperkuat
pemerintahan dan meningkatkan taraf hidup warga. Negara ini membentuk citra
administratif barunya di era digital antara lain dengan hal-hal berikut yaitu: optimalisasi
investasi TI, pelaksanaan reformasi pengadaan, dan fasilitasi aktivasi rencana pemerintah
digital nasional di tingkat kota. Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Inovasi sedang
mengerjakan sejumlah inisiatif e-government yang bertujuan untuk memfasilitasi berbagi
dan diseminasi informasi serta mendukung pengembangan bisnis di tanah air. Jepang
memiliki portal pusat untuk pemerintahan digital (e-gov.go.jp), serta e-government
tambahan platform e-participation (e-testimony), open data (data.go.jp) dan pengadaan
publik (geps. go.jp). Kerangka hukum untuk e-government berfokus pada keamanan
digital pribadi dan akses data digital (undang-undang yang relevan termasuk Undang-
Undang tentang Perlindungan Informasi Pribadi, Undang-Undang tentang Tanda Tangan
Elektronik dan Bisnis Sertifikasi, Undang-Undang tentang Akses ke Informasi Dimiliki
4 Governansi Digital

oleh Organ Administratif, dan Undang-Undang tentang Akses Informasi yang Dimiliki
oleh Administrasi Berbadan Agensi)

n. Indonesia
Dari 193 negara, Penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SBPE)
Indonesia berada pada posisi 88 dengan nilai Online Service Index sebesar: 0,6824,
Telecommunication Infrastructure Index sebesar: 0,5669 dan Human Capital Index
sebesar: 0,7342. Indonesia mengalami peningkatan 19 peringkat dari penilaian
sebelumnya pada tahun 2018, di mana berada pada rangking 107.
Penerapan SPBE membutuhkan proses. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi
secara berkala untuk mengetahui kondisi penerapan SPBE pada masing-masing instansi
pemerintah sehingga dapat menghasilkan rekomendasi untuk peningkatan pada masing-
masing instansi dan menjamin kualitas pelaksanaan sesuai dengan tujuan SPBE. Evaluasi
SPBE merupakan proses penilaian terhadap penerapan SPBE di instansi pemerintahan
untuk menggambarkan tingkat kematangan (maturity level) yang ditunjukkan oleh nilai
indeks. Tahun ini, karena berada di tengah situasi pandemi, evaluasi SPBE dilakukan
melalui metode daring. Evaluasi mandiri dan penilaian lainnya melalui website aplikasi
evaluasi SPBE yang dapat diakses di halaman https://monev.spbe.go.id. Sementara
tahapan sosialisasi dan wawancara menggunakan media video conference.
Hasil evaluasi SPBE 2019 telah dilakukan terhadap 637 instansi pemerintah.
Predikat baik diraih oleh 60 persen kementerian/lembaga, 50 persen pemerintah provinsi,
dan 23 persen pemerintah kabupaten/kota. Adanya evaluasi ini diharapkan dapat
memberikan perhatian lebih kepada instansi yang mendapat predikat kurang dan cukup
di tahun lalu untuk meningkatkan indeks SPBE di instansinya.

PEMERINGKATAN E-GOVERNMENT INDONESIA (PeGI)


PeGI merupakan kerangka kerja (framework) yang digunakan untuk mengukur
sejauhmana pemanfaatan TIK khususnya e-Government seluruh lembaga pemerintah di
Indonesia. Framework PeGI yang terdiri dari 5 (lima) dimensi. Lima dimensi PeGI memilki
bobot yang sama dalam penilaian karena semua penting, saling terkait, dan saling menunjang
4 Governansi Digital

antara satu dengan yang lainnya. Kelima dimensi PeGI mempunyai total 35 atribut atau
indikator pengukuran yang terdiri dari: dimensi kebijakan terdapat 8 atribut, 5 atribut dimensi
kelembagaan, 7 atribut infrastruktur, 10 atribut dimensi aplikasi, dan 5 atribut dimensi
perencanaan (Romayah, Suroso & Ramadhan, 2014; Kautsarina, 2015).

Gambar Dimensi PeGI

Dimensi kebijakan merupakan landasan utama bagi pengembangan dan implementasi e-


Government yang menunjukkan arah atau tujuan, program kerja dan tata cara sebagai bukti
komitmen pimpinan terhadap pelaksanaan e-Government. Dimensi kelembagaan berkaitan erat
dengan keberadaan organisasi yang berwenang dan bertanggungjawab terhadap
pengembangan dan pemanfaatan TIK. Adanya kelengkapan unit kerja dan aparaturnya serta
kewenangan yang cukup diperlukan sehingga lembaga dapat menjalankan tugas dan fungsi
dengan baik termasuk fungsi pengendalian dan pengawasan dalam pengembangan e-
Government di instansinya. Dimensi infrastruktur berkaitan dengan sarana dan prasarana yang
mendukung pengembangan dan pemanfaatan TIK. Kebutuhan akan pusat data, jaringan
komunikasi, saluran layanan hingga fasilitas pendukung seperti AC, UPS, genset, dan ruangan
khusus serta sarana pengamanan fasilitas lainnya. Dimensi aplikasi berkaitan dengan
ketersediaan dan tingkat pemanfaatan piranti lunak aplikasi yang mendukung layanan e-
Government secara langsung (front office) atau tidak langsung (back office). Sedangkan
dimensi perencanaan berkaitan dengan tata kelola atau manajemen perencanaan TIK yang
4 Governansi Digital

dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan. Adanya proses perencanaan, kajian


kebutuhan, dan strategi penerapan TIK yang komprehensif tentang sasaran/tujuan, manfaat,
gambaran kondisi saat ini (existing), pemilihan teknologi sampai dengan penentuan prioritas
dan biaya (Fitriansyah, Budiarto & Santoso, 2013; Romayah, Suroso & Ramadhan, 2014).

Tabel Dimensi dan Atribut PeGI


No Dimensi Atribut
1 Kebijakan Manajemen/Proses Kebijakan TIK
Visi dan Misi TIK
Strategi Penerapan Kebijakan
Pedoman
Peraturan
Keputusan Instansi
Skala Prioritas TIK
Evaluasi/Manajemen Risiko TIK
2 Kelembagaan Keberadaan Organisasi
Tupoksi
SOP
SDM
Pengembangan SDM
3 Infrastruktur Data Center
Jaringan Data
Keamanan
Fasilitas Pendukung Infrastruktur TIK
Disaster Recovery Center
Pemeliharaan TIK
Inventaris Peralatan TIK
4 Aplikasi Situs Wajib (Homepage)
Aplikasi Fungsional Utama (Pelayanan)
Aplikasi Fungsional Utama (Administrasi dan Manajemen)
Aplikasi Fungsional Utama (Legislasi)
Aplikasi Fungsional Utama (Pembangunan)
Aplikasi Fungsional Utama (Keuangan)
Aplikasi Fungsional Utama (Kepegawaian)
Manual Petunjuk Aplikasi TIK
Inventaris Aplikasi TIK
Interoperabilitas
5 Perencanaan Pengorganisasian/Fungsi
Sistem Perencanaan
Dokumentasi Masterplan
4 Governansi Digital

Implementasi Masterplan
Anggaran/Pembiayaan

EVALUASI PEMBELAJARAN
Buatlah resume materi materi pada chapter modul ini

REFERENSI
Bappenas. 2018. Policy Paper/Policy Brief Pengembangan Digital Government

Fitriansyah, A., Budiarto, H. & Santoso, J. (2013) Metode Pemeringkatan eGovernment


Indonesia (PeGI) Untuk Audit Tata Kelola Teknologi Informasi. In: Seminar Nasional Sistem
Informasi Indonesia (SESINDO) 2013. 2013 pp. 10–20

Napitupulu, Darmawan Baginda. 2016. Pengujian Kerangka Kerja Pemeringkatan E-


Government Di Indonesia (Pegi): Studi Kasus Di Tingkat Kementerian. Jurnal Penelitian
Komunikasi Vol. 20 No. 1, Juli 2017: 15-30

Prihanto, Igif G. 2013. Studi Komparasi Pengembangan e‐Government Negara‐Negara


Anggota Perserikatan Bangsa Bangsa untuk Mendukung Pengembangan e‐Government di
Indonesia. IPTEK‐KOM, Vol. 15 No. 2, Desember 2013: 155‐170

Romayah, S., Suroso, A.I. & Ramadhan, A. (2014) Evaluasi Implementasi Egovernment di
Instansi XYZ. Jurnal Aplikasi Manajemen. [Online] 12 (4), 612–620. Available from:
http://www.jurnaljam.ub.ac.id/index.php /jam/article/view/711

United Nation.2020. E-Government Survey 2020 Digital Government in the Decade of Action
for Sustainable Development. Newyork:publicadministration.un.org.

Anda mungkin juga menyukai