Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 1 KEUANGAN PUBLIK

1. Mengapa paradigma pengelolaan keuangan negara bergeser dari pola yang


sentralistrik ke desentralistrik?
Sejak tumbangnya Orde Baru pada Mei 1998, Indonesia memasuki fase baru dalam
sistem politik dan pemerintahan, yakni terjadinya pergeseran paradigma dari sentralisasi
ke sistem desentralisasi. Kalangan Reformis yang berhasil menumbangkan Rezim Orde
Baru, salah satu cita-citanya adalah mengganti sistem sentralisasi dengan sistem
desentralisasi sebagai bagian dari demokratisasi dan menjalankannya menurut konsep
good governance. Selama masa Orde Baru, harapan yang besar dari Pemerintah Daerah
untuk dapat membangun daerah berdasarkan kemampuan dan kehendak daerah sendiri
ternyata dari tahun ke tahun dirasakan semakin jauh dari kenyataan.
Yang terjadi adalah ketergantungan fiskal dan subsidi serta bantuan Pemerintah Pusat
sebagai wujud ketidakberdayaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam membiayai
Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah (APBD).
Era reformasi saat ini memberikan peluang bagi perubahan paradigma pembangunan
nasional dari paradigma pertumbuhan menuju paradigma pemerataan pembangunan
secara lebih adil dan berimbang.
Perubahan paradigma ini antara lain diwujudkan melalui kebijakan otonomi daerah dan
perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diatur dalam satu paket undang-undang
yaitu UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang telah
diperbaharui dengan UU No. 32 dan 33 Tahun 2004.
Pemberian otonomi daerah diharapkan dapat memberikan keleluasaan kepada daerah
dalam pembangunan daerah melalui usaha-usaha yang sejauh mungkin mampu
meningkatkan partisipasi aktif masyarakat, karena pada dasarnya terkandung tiga misi
utama sehubungan dengan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut, yaitu:
1) Menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah.
2) Meningkatkan kualitas pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat.
3) Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam
proses Pembangunan
Reformasi hubungan Pusat–Daerah yang mendasarkan pada otonomi daerah dan
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah hendaknya dilihat secara
menyeluruh sebagai implikasi dari otonomi dan desentralisasi fiskal.
Reformasi hubungan Pusat–Daerah disamping bertujuan untuk mengubah sistem dan
mekanisme hubungan Pusat–Daerah, juga harus diakui dengan peningkatan kemampuan
manajemen pemerintahan daerah yang didukung oleh perubahan-perubahan mendasar
dari aspek kelembagaan, kerangka hukum, dan manajemen sumber daya manusia di
setiap tingkatan pemerintahan.
Disamping itu, implementasi desentralisasi dan otonomi daerah menjanjikan segi positif
dalam hal kemandirian ekonomi daerah, prospek ekonomi daerah dan kesempatan usaha
yang lebih sesuai dengan potensi dan karakteristik yang ada di setiap daerah. Pemberian
kewenangan pengelolaan anggaran daerah yang lebih besar diharapkan dapat
menciptakan kemandirian ekonomi daerah dan kesempatan berusaha bagi kalangan dunia
usaha.
Yang perlu diingat dan terus dijaga adalah paradigma pengelolaan keuangan negara
bergeser dari pola yang sentralistik ke desentralistik hanyalah salah satu strategi untuk
mendukung kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah.
Keberhasilan otonomi daerah itu sendiri sangat ditentukan oleh peningkatan kapasitas
SDM Aparatur, kapasitas kebijakan (perencanaan, perumusan dan implementasi), serta
kapasitas kelembagaan. Dengan demikian, kapasitas keuangan (financial capacity) lebih
merupakan sub-sistem yang perlu terus disempurnakan secara simultan dengan sub-sub
sistem yang lain.
Selanjutnya Seiring dengan diterapkan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, terjadi pergeseran dalam
pengelolaan keuangan negara di Indonesia. Pergeseran terjadi berkaitan dengan
pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan yang lebih desentralistik.
Pengelolaan sumber-sumber keuangan juga mengalami pergeseran, banyak sumber-
sumber keuangan negara yang didesentralisasikan kepada daerah kabupaten dan kota,
demi terselenggaranya rumah tangga daerah otonom.
Optimalisasi pengelolaan keuangan di daerah dimaksudkan agar pemerintah daerah
sebagai penyelenggara otonomi tidak mengalami defisit fiskal. Oleh karena itu,
dilaksanakan reformasi di segala bidang meliputi reformasi kelembagaan dan reformasi
manajemen sektor publik terutama yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara
demi untuk mendukung terciptanya good governance.

2. Kemukakan bahwa peningkatan pengeluaran negara di Indonesia disebabkan:

1) Pertahanan, keamanan dan ketertiban


2) Kesejahteraan
3) Perbankan
4) Pembangunan
Manakah factor yang paling dominan? Jelaskan!
1) Pertahanan, Keamanan Dan Ketertiban
Untuk masa mendatang ketersediaan sumber daya yang semakin berkurang sementara
kebutuhan manusia atas sumber daya terutama sumber daya alam yang terus
meningkat sehingga pada akhirnya akan terjadi kelangkaan, sehubungan dengan hal
tersebut ancaman dari pihak lain baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri
perlu diwaspadai oleh karena itu mutlak dilakukan pengamanan-pengamanan yang
lebih baik mengikuti kemajuan teknologi. contoh ancaman di bidang pertahanan dan
keamanan diantaranya adalah agresi dan invasi, cyber war, Trade war, Climate war,
Space war, Biology war, pelanggaran wilayah, pemberontakan bersenjata, sabotase
dan spionase, serta aksi teror. Untuk itu dibutuhkan pembaruan dari segala lini baik
dari alutsista maupun personel SDM yang terlatih dan terdidik, itu semua
membuthkan investasi yang besar.
2) Kesejahteraan
Untuk masa sekarang dan kedepan peradaban dan kebudayaan manusia yang terus
berkembang terutama kemajuan teknologi yang semakin pesat maka tuntutan
kesejahteraan masyarakat pun semakin tinggi sehingga pemerintah di dalam
penyediaan pelayanan publik dan barang-barang publik juga mengikuti perkembangan
tuntutan masyarakat. Untuk itu pemerintah Indonesia harus menyiapkan SDM-SDM
yang cekatan, terampil, cerdas dan tahan banting, persiapann ini dimulai dari manusia
tersebut dalam kandungan si ibu, untuk itu sangat berhubungan dengan dunia
kesehatan, seiring dengan waktu dilanjutkan dengan Pendidikan moral, pikiran dan
jasmani, yang nantinya diharapkan menjadi manusia-manusia Indonesia yang unggul
dan dapat bersaing di era masa depan tanpa batas. Semua itu membutuh investasi
yang besar baik dari segi finasial maupun waktu.
3) Perbankan
Di dalam masyarakat era terdahulu peran fisik uang adalah sebagai alat pembayaran,
tetapi sekarang ini dan yang akan datang peran fisik uang mulai bergeser kearah yang
lebih sistematis dan efisien, yaitu dengan munculnya sistem pembayaran melalu
Elekronik yang lebih dikenal dengan E-Money, yaitu secara fisik uang itu tidak ada
tetapi secara nilai ada dan mudah ditransaksikan, contoh lainnya uang kripto.
Dengan munculnya jenis baru dari transaksi tersebut hampir diseluruh transaksi
keuangan, perbankan dan perdagangan saat ini menggunakan sistem web dan digital
tersebut, menyebabkan dunia keuangan dan perbankan pun juga harus menyesuaikan
dengan keadaan yang ada saat ini.
Melihat keadaan yang terjadi tersebut dibutuhkan kecanggihan peralatan dan sistem
terbaru, seperti contohnya satelit khusus untuk dunia keuangan dan perbankan,
aplikasi-aplikasi terbaru yang mudah digunakan di segala jenis gadget dan tentunya
sistem keamanan yang mumpuni serta canggih agar tidak disalahgunakan pihak-pihak
yang tidak bertanggung jawab.
Dikarenakan perubahan yang drastis dan cepat tentunya pemerintah juga harus cepat
tanggap dalam menjawab tantangan tersebut dengan investasi yang besar juga,
sehingga lalu lintas transaksi perbankan dan keuangan akan tumbuh cepat yang akan
menopang sektor perdagangan.
4) Pembangunan
Pelaksanaan Pembangunan di Indonesia Pembangunan merupakan proses perubahan
yang berangkat dari situasi nasional tertentu untuk mencapai kondisi nasional yang
lain yang lebih baik. Sejak awal pembangunan kita bersepakat untuk
memanusiawikan pembangunan kita. Kita tidak ingin menjadi manusia mesin tanpa
jiwa dan kalbu, dan sekedar menjadi masyarakat teknologis.
Masyarakat maju dan mandiri di Indonesia yang diinginkan dan dikehendaki rakyat
dan bangsa bukanlah masyarakat modern sekuler tanpa kendali agama dan moral. Kita
tidak ingin terjebak dan terperosok kedalam penderitaan dan kesalahan bangsa lain
dalam pembangunan masa depan yang diinginkan rakyat Indonesia adalah masyarakat
yang berkeseimbangan kesejahteraan lahir dan batin.
Pemerataan pembangunan merupakan sebuah langkah yang cukup besar untuk
menuju pemerataan ekonomi. Dengan kemampuan ekonomi yang lebih baik, sebuah
daerah maupun negara dapat menghidupi dirinya sendiri. Setelah tercapainya
infrastruktur yang baik, maka semua akan mendapatkan kesempatan yang sama untuk
terlibat dalam proses ekonomi di dalamnya.
Pengeluaran pemerintah untuk pembangunan dan kesejahteraan berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi sedangkan untuk Perbankan dan Pertahanan, keamanan
serta ketertiban tidak berpengaruh signifikan. Selanjutnya, pengeluaran pemerintah untuk
pembangunan dan kesejahteraan berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan penduduk
kabupaten/kota, sedangkan untukPerbankan dan Pertahanan, keamanan serta ketertiban
tidak berpengaruh signifikan.

3. Menurut APBN pendapatan negara dibedakan menjadi beberapa sumber. Sebutkan


dan jelaskan sumber pendapatan negara tersebut!
Sumber pendapatan Negara Indonesia secara umum dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :
1) Sumber Pendapatan Dari Pajak,
2) Sumber Pendapatan Bukan Dari Pajak
3) Pendapatan Dari Hibah
Ketiga sumber pendapatan negara di atas masih terbagi menjadi berbagai macam, adapun
detail dan penjelasannya sebagai berikut :
1) Sumber Pendapatan Negara Dari Pajak
Pajak menjadi sumber penerimaan Negara yang menyumbang paling besar, lebih dari
80% dari total pendapatan. Pajak sendiri terdiri dari berbagai macam pajak.
A) Pendapatan PPH
Pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak.
Contohnya Realisasinya :
Dalam APBN 2019, pendapatan dari pajak penghasilan (PPH) diproyeksikan
mencapai Rp. 894,4 Triliun. Jumlah ini didominasi oleh PPH Nonmigas Badan
sebesar Rp. 440,6 Triliun dan PPH Nonmigas orang pribadi sebesar Rp. 387,6
Triliun. Proyeksi APBN 2019 yang sudah jalan ini belum 100% terealisasi.
Namun walaupun sebatas proyeksi, data ini cukup bisa diandalkan karena
mempertimbangkan APBN tahun sebelumnya.
B) Pendapatan PPN
Singkatan dari Pajak Pertambahan Nilai, yaitu pungutan yang dikenakan pada
proses distribusi maupun transaksi. Pemungutan PPN cukup sering ditemukan
dalam kegiatan sehari-hari, seperti makan di restoran, berbelanja di mall hingga
membeli minuman di coffee shop
Contoh Realisasinya :
Sumber pendapatan negara terbesar kedua berasal dari PPN. Pajak pertambahan
nilai (PPN) diproyeksikan mencapai Rp. 655,4 Triliun. Jumlah tersebut terdiri dari
PPN dalam negeri sebesar Rp. 410,7 Triliun, PPN impor sebesar Rp. 223,3
Triliun, sisanya disumbangkan oleh PPN lainnya. Proyeksi PPN ini jauh lebih
tinggi dari outlook APBN 2018 sebesar Rp. 564,7 Triliun dan realisasi 2017
sebesar Rp. 480,7 Triliun.
C) Pendapatan Cukai
Cukai merupakan pungutan yang dikenai oleh pemerintah terhadap barang
tertentu yang peredarannya perlu diawasi dan dikontrol. Cukai sebenarnya tidak
sama dengan pajak, hanya saja setiap barang yang dikenai cukai hampir pasti
dikenai pajak. Tapi barang yang dikenai pajak belum tentu dikenai cukai.
Contoh Realisasinya :
Di Indonesia dalam APBN 2019, cukai diproyeksikan menyumbang pendapatan
sebesar Rp. 165,5 Triliun. Sumber pendapatan cukai terbesar berasal dari cukai
hasil tembakau (rokok, cerutu, dll). Lalu disusul cukai minuman yang
mengandung etil alkohol (MMEA) dan konsentrat yang mengandung etil alkohol
(KMEA).
D) Pendapatan Bea Masuk dan Bea Keluar
Bea masuk dan bea keluar daerah pabean. Bea masuk adalah pungutan negara
berdasarkan undang-undang kepabeanan yang dikenakan terhadap barang yang di
impor. Bea keluar adalah pungutan negara erdasarkan undang-undang kepabeanan
yang dikenakan terhadap barang ekspor.
Contoh Realisasinya :
Hampir sama dengan pajak dan cukai, bea merupakan salah satu sumber
pendapatan negara yang cukup banyak menyumbang APBN. Bea merupakan
pungutan dari pemerintah untuk eksport dan impor. Untuk anggaran 2019,
pemerintah menargetkan bea masuk (import) sebesar Rp. 38,9 Triliun, dan bea
keluar (eksport) Rp. 4,4 Triliun.
E) Pendapatan PBB
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang selanjutnya disebut
pajak adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan
untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
Contoh Realisasinya :
Pajak bumi dan bangunan (PBB) merupakan sumber pendapatan negara yang
mampu menyumbang sebesar Rp. 19,1 Triliun dalam APBN 2019. Pemerintah
hampir mengenakan pajak terhadap semua tanah dan bangunan yang memiliki
atau dimanfaatkan, baik oleh orang pribadi maupun badan

2) Sumber Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)


Walaupun sumber pendapatan negara dari PNBP tidak sebesar pendapatan pajak,
namun PNBP cukup signifikan terhadap APBN. Pada anggaran 2019, pemerintah
menargetkan sebesar Rp. 378,3 Triliun, ini meningkat dari outlook 2018 sebesar Rp.
349,2 Triliun dan 2017 sebesar Rp. 311,2 Triliun. Sumber pendapatan PNBP sendiri
berasal dari beberapa kinerja dan pemanfaatan pemerintah melalui sumber berikut ini:
A) PNBP SDA Migas
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Sumber Daya Alam (SDA) dari
pertambangan non minyak bumi dan gas alam , adalah sumber PNBP yang
diperoleh dari kegiatan antara lain dari pertambangan umum, panas bumi,
kehutanan, dan perikanan. Selain itu akan diungkapkan penerimaan PNBP, yaitu
pajak daerah dan retribusi daerah.
Contoh Realisasinya :
Pemanfaatan SDA Migas atau Sumber Daya Alam Minyak dan Gas Bumi terus
digenjot oleh pemerintah. Di tahun 2019, sumber pendapatan negara dari SDA
Migas dipatok di angka Rp. 159,8 Triliun. Ini meningkat dari outlook 2018
sebesar Rp. 144,3 Triliun dan 2017 sebesar Rp. 81,8 Triliun. SDA Migas
merupakan sumber pendapatan terbesar di PNBP, jadi wajib dimaksimalkan.
B) Pendapatan Kekayaan Yang Dipisahkan
Dalam penjelasan UU Nomor 19 tahun 2003 yang dimaksud dengan kekayaan
negara yang dipisahkan adalah pemisahan kekayaan negara dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk dijadikan penyertaan modal
negara pada BUMN untuk selanjutnya pembinaan dan pengelolaannya tidak lagi
didasarkan pada sistem APBN, namun pembinaan dan pengelolaannya didasarkan
pada prinsip-prinsip perusahaan yang sehat.
Contoh Realisasinya :
Pendapatan kekayaan yang dipisahkan adalah sumber penerimaan negara yang
berasal dari bagian laba BUMN. Di Indonesia sendiri ada banyak sekali BUMN,
beberapa contohnya PT. Jasa Raharja, PT. Bank Mandiri, PT. Pegadaian, PT.
Wijaya Karya, Perum Bulog, PT. Garuda Indonesia, dan masih banyak lagi.
Secara total, pada 2017 BUMN mampu menyumbangkan pendapatan sebesar Rp.
43.9 Triliun, outlook 2018 sebesar Rp. 44.7 Triliun, dan 2019 ditargetkan sebesar
Rp. 45.6 Triliun.
C) Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)
Pendapatan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat
dan hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain merupakan
pendapatan operasional BLU
Contohnya :
Badan Layanan Umum (BLU) adalah badan yang memiliki tujuan utama untuk
melayani masyarakat. Walaupun layanannya tidak 100% gratis, namun BLU tidak
mengutamakan keuntungan. BLU didominasi oleh layanan kesehatan dan
pendidikan, semua rumah sakit milik pemerintah dan Universitas Negeri
merupakan contoh dari BLU.
D) PNBP SDA Non Migas
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Sumber Daya Alam (SDA) dari
pertambangan non minyak bumi dan gas alam , adalah sumber PNBP yang
diperoleh dari kegiatan antara lain dari pertambangan umum, panas bumi,
kehutanan, dan perikanan. Selain itu akan diungkapkan penerimaan PNBP, yaitu
pajak daerah dan retribusi daerah.
Hampir mirip dengan SDA Migas, SDA Nonmigas artinya pemanfaatan sumber
daya alam selain minyak dan gas bumi. Di Indonesia, sumber pendapatan negara
SDA Nonmigas yang paling dominan berasal dari pertambangan mineral dan
batubara, disusul dari pemanfaatan kehutanan, perikanan, dan panas bumi.

3) Sumber Pendapatan Negara Dari Hibah


Hibah merupakan sumber pendapatan negara yang diterima dari pihak lain secara
sukarela tanpa ada kewajiban apapun. Karena tidak menimbulkan kewajiban apapun,
pendapatan ini murni sebagai bantuan, bukan pinjaman maupun semacam kontrak
khusus.
Hibah bisa berasal dari pihak manapun, baik dalam negeri maupun luar negeri. Tapi
biasanya dari lembaga luar negeri maupun negara lain.Beberapa lembaga yang pernah
memberikan bantuan dana kepada Indonesia misalnya World Bank, Asean
Development Bank (ADB), dan International Monetary Fund (IMF).

Anda mungkin juga menyukai