Anda di halaman 1dari 17

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2020/21.1 (2020.2)

Nama Mahasiswa : Lucky Chandra Pratama


Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 030935035
Tanggal LahiR :13- 01-1991
Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4230
Kode/Nama Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Kode/Nama UPBJJ : 76/ UPBJJ- UT JEMBER
Hari/Tanggal UAS THE : Selasa, 08 Desember

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada
halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran
akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran
akademik.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS
TERBUKA
Surat Pernyataan
Mahasiswa
Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan


di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Lucky Chandra Pratama

NIM :03093535

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4230/SISTEM

Fakultas : FHISIP

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

UPBJJ-UT :UPBJJ-UT JEMBER/76

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari
aplikasi THE pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun
dalam pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan
mengakuinya sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan
hukuman sesuai dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas
akademik dengan tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal
dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta tindakan tidak terpuji
lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di
kemudian hari terdapat pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia
bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.

Jember, 08- Desember- 2020

Lucky Chandra Pratama


1. Jawaban soal no 1
Hierarki atau tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia merujuk
pada Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dan perubahannya yang terdiri
atas:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Kekuatan hukum peraturan perundang-undangan di atas sesuai dengan hierarki
tersebut dan peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Jenis
peraturan perundang-undangan selain yang dimaksud di atas mencakup
peraturan yang ditetapkan oleh:

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (“MPR”);


2. Dewan Perwakilan Rakyat (“DPR”);
3. Dewan Perwakilan Daerah (“DPD”);
4. Mahkamah Agung;
5. Mahkamah Konstitusi (“MK”);
6. Badan Pemeriksa Keuangan;
7. Komisi Yudisial;
8. Bank Indonesia;
9. Menteri;
10.Badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-
Undang (“UU”) atau pemerintah atas perintah UU;
11.Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (“DPRD”) Provinsi dan DPRD
kabupaten/kota;
12.Gubernur, bupati/walikota, kepala desa atau yang setingkat.

pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah sebagaimana yang


diatur dalam UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah jelas tidak
mencerminkan otonomi luas.

Dalam pasal 18A UUDNRI Tahun 1945 disebutkan secara jelas tentang hubungan
wewenang dan keuangan antara pusat dan daerah adalah sebagai berikut:
1. hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi,
kabupaten dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan
undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keberagaman daerah; dan
2. hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam lainnya
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur dan dilaksanakan secara adil
dan selaras berdasarkan undang-undang.

Berdasarkan hal tersebut dapat dipahami dan diketahui dengan cara dan proses
bagaimanakah hubungan antara pemerintah pusat dan daerah itu dilaksanakan
meskipun tidak dijelaskan lebih detail mengenai kedua hubungan tersebut. Namun,
berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa secara garis
besar hubungan antara pusat dan daerah, baik yang menyangkut hubungan
kewenangan maupun keuangan harus dilaksanakan secara adil, selaras dan
memperhatikan kekhususan dan keberagaman daerah serta harus diatur dengan
undang-undang.
Sumber BMP IPEM4425 MODUL 2
2. Jawaban soal no 2

Dalam Undang undang No 25. Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan nasional (SPPN) disebutkan bahwa perencanaan adalah suatu proses
untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan
memperhitungkan sumber daya yang tersedia dalam perencanaan sebagai kegiatan
yang berkenaan dengan penyusunan garis-garis besar yang memuat apa yang harus
di kerjakan dan metode-metode untuk melaksanakan dalam rangka mencapai tujuan.
Perencanaan yang berorientasi pada pelaksaan kegiatan dan kaitannya erat dengan
penganggaran, tujuan di buatnya penganggaran dalam suatu perencanaan agar
supaya mendapat kepastian apa yang di rencanakan dapat dilaksanakan. Perencaan
pembiayaan merupakan landasan bagai pemberian input dalam pelaksanaan rencana
kegiatan yang di telah di susun oleh masing-masing lingkup pemerintahan dalam
kurun waku tahunan. Perencanaan pembiayaan ini di sebut proses penyusunan
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ( RAPBN). Di dalam
perencanaan dan penganggaran tentunya terdapat pengawasan, pengawasan juga
dapat merupakan salah satu fungsi organik manajemen, yang murpakan proses
kegiatan pimpinan untuk memastikan dan menjamin bahwa tujuan dan sasaran seta
tugas-tugas organisasi telah terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana,
kebijakan, instruksi dan ketentuan –ketentuan yang telah di tetapkan dan berlaku di
( SANKR)

Tujuan penawasan adalah


1. Menjamin ketepatan pelaksanaan sesuai dengan rencana, keijakan dan
perintah;
2. Mencegah penyelewengan dan ( korupsi, kolusi, dan nepotisme) serta
pemborosan anggaran,
3. Mensingkronisasi kegiatan – kegiatan ,
4. Menertibkan koordinasi kegiatan- kegiatan,
5. Menjaga dan membina kepercaaan masyarakan terhadap kepemimpinan
organisasi,
6. Menjamin terwujudnya kepuasan publik atau konsumen atas barang atau jasa
yang diberikan

Pentingnya pengawasan bagi seorang pemimpin adalah dalam rangka;

1. Mencegah kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan,


dan ketidaktertiban;
2. Menghentikan dan menghilangkan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan,
pemborosan, hambatan, dan ketidak tertiban;
3. Mempertahankan sistem yang sudah baik dan mencari alternatif yang lain
dalam rangka mencapai tujuan dan melaksanakan tugas tugas organisasi.

Sumber Modul ADPU 4230 MODUL 4


3. Jawaban soal no 3
Jenis pelayanan berdasarkan konseptual dan peraturan formal:
1. Berdasarkan fungsi pemerintah
a. Enviromental services misalnya penyediaan sarana prasarana publik
seperti jalan, jembatan, taman, kebersihan
b. Development services yang bersifat enabling dan facilitating guna
meningkatkan pertumbuhan ekonomi antara lain pelayanan di bidang
pendidikan, kesehatan, keagamaan
c. Protective services seperti pelayanan keamanan dan perlindungan
2. Berdasarkan Kempenpan Nomor 63/Kep/M.Pan/7/2003
a. Kelompok pelayanan administratif, yaitu pelayanan yang menghasilkan
berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan masyarakat. Misalnya
status kewarganegaraan, sertifikat kompetensi, kepemilikan atau
penguasaan terhadap suatu barang.
b. Kelompok pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan
berbagai bentuk/jenis barang bisalnya jaringan telepon, penyediaan
tenaga listrik, dan air bersih.
c. Kelompok pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai
bentuk jasa, misalnya pendidikan, pemeliharaan kesehatan,
penyelenggaraan transportasi dan pos.
3. Berdasarkan ekonomi
a. Pelayanan profit oriented yang dilakukan BUMN/BUMD yang
modalnya milik negara, sepenuhnya berlaku kaidah-kaidah dan standar
pelayanan dunia usaha privat.
b. Pelayanan sebagai instrumen pajak, berupa pemberian hak-hak tertentu
atas tanah dan bangunan, hak pengelolaan dan sebagainya, yang dikenai
pungutan dengan kualifikasi pajak atau retribusi.
Pelayanan eksternal merupakan kegiatan fundamental yang wajib dilaksanakan oleh
penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan pihak
penerima layanan, dan sebagai pelaksanaan dari ketentuan yang telah diatur menurut
perundang-undangan.
Setiap penyelenggaraan pelayanan harus memiliki standar dan dipublikasikan sebagai
jaminan adanya kepastian bagi penerima layanan. Standar pelayanan merupakan
ukuran yang wajib ditaati oleh pemberi dan/atau penerima layanan. Dalam menyusun
standar pelayanan, pertama-tama harus diketahui output atau produk pelayanannya,
kemudian segala upaya mencapai output pelayanan tersebut dijabarkan yang paling
tidak meliputi:
1. Prosedur pelayanan. Berisi deskripsi seluruh kegiatan pelayanan sampai keluar
output pelayanan yang dibakukan, baik bagi pemberi maupun penerima
pelayanan, termasuk pengaduan.
2. Pada setiap simpul kegiatan diberi bobot atau janji pelayanan untuk
mengakomodasi parameter keprimaan pelayanan seperti keramahan, kerapian,
keterbukaan, kompetensi, aksesibilitas, sarana, prasarana, dan sebagainya.
3. Waktu penyelesaian, yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai
dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.
4. Biaya pelayanan. Biaya pelayanan termasuk apabila gratis, sesuai dengan
kategori pelayanan berdasarkan pertimbangan ekonomi.
Dalam menyelenggarakan pelayanan, instansi pemerintah dapat menerapkan masing-
masing atau kombinasi pendekatan sebagai berikut:
1. Fungsional. Pelayanan diberikan oleh penyelenggara pelayanan sesuai dengan
tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing instansi pemerintah.
2. Terpusat. Demi kepentingan nasional dan harus berdasar peraturan perundang-
undangan, pelayanan dapat diberikan secara tunggal di tingkat pemerintah
pusat oleh instansi penyelenggara pelayanan berdasarkan pelimpahan
wewenang dari penyelenggara pelayanan terkait lainnya.
3. Terpadu
a. Terpadu satu atap. Diselenggarakan dalam satu tempat yang meliputi
berbagai jenis pelayanan yang tidak mempunyai keterkaitan proses dan
dilayani melalui beberapa pintu.
b. Terpadu satu pintu. Diselenggarakan pada satu tempat yang meliputi
berbagai jenis pelayanan yang memiliki keterkaitan proses dan dilayani
melalui satu pintu.

Pelayanan internal merupakan serangkaian upaya dan kegiatan pelayanan yang


dilakukan di dalam organisasi kepada pegawai atau unit organisasi agar mampu
berdaya guna dan berhasil guna dalam memberikan pelayanan eksternal. Pelayanan
internal adalah tugas dan fungsi utama manajemen perkantoran. Seiring dengan
perkembangan dalam bidang informasi, peran manajemen perkantoran sangat besar
karena berkaitan dengan aktivitas mengumpulkan, memproses, menyimpan,
memakai, mendistribusikan, dan menyampaikan informasi untuk membantu
pimpinan dalam pengambilan keputusan. Semua itu bermuara pada kualitas
pelayanan eksternal.
Pengelolaan dalam konteks pekerjaan kantor dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu:
1. Pengorganisasian secara sentralisasi
2. Pengorganisasian secara desentralisasi
3. Pengorganisasian secara gabungan
Sedangkan ruang lingkup kegiatan pengelolaan perkantoran dapat diklasifikasikan
antara lain meliputi:
1. Pengelolaan gedung dan tata ruang kantor
2. Korespondensi atau kearsipan

IPEM 4429
4. Jawaban soal no 4
Akuntabilitas instansi lembaga negara dibedakan menjadi:
 Akuntabilitas manajerial / internal, yaitu pertanggungjawaban instansi
bawahan kepada pimpinan atau manajemen
 Akuntabilitas publik, yaitu akuntabilitas instansi pemerintah kepada publik
yang dilayani

Dengan bentuk laporan pertanggungjawaban ada dua jenis yaitu pertanggungjawaban


lisan dan pertanggungjawaban tertulis.

Hal-hal yang harus termuat dalam Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP):

 AKIP menyajikan informasi kinerja berupa hasil pengukuran kinerja, evaluasi,


dan analisis akuntabilitas kinerja, termasuk menguraikan keberhasilan dan
kegagalan, hambatan/kendala, permasalahan, serta langkah-langkah antisipatif
yang akan diambil.
 Disertakan uraian mengenai aspek keuangan yang secara langsung mengaitkan
hubungan antara anggaran negara yang dibelanjakan dengan hasil atau manfaat
yang diperoleh (akuntabilitas keuangan).
 Diuraikan juga secara singkat Renstra dan Renja tahun bersangkutan beserta
sasaran yang ingin dicapai pada tahun itu dan kaitannya dengan capaian tujuan,
misi, dan visi.

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) mendorong instansi fokus pada


pencapaian sasaran. Dalam upaya pencapaian sasaran perlu sebuah alat ukur yang
dinamakan indikator kinerja. Indikator kinerja berupa :

 Hasil (outcome): bagaimana tingkat pencapaian kinerja yang diharapkan


terwujud, berdasarkan output (keluaran) atas kebijakan atau program yang
sudah dilaksanakan
 Keluaran (output): bagaimana produk yang dihasilkan secara langsung oleh
adanya kebijakan atau program, berdasarkan input (masukan) yang digunakan.

Pertanggungjawaan kepala pemerintahan baik di pusat maupun daerah (eksekutif)


dilakukan melalui media pelaporan pertanggungjawaban di hadapan lembaga
perwakilan rakyat (legislatif). Mekanisme ini dikenal sebagai checks and balances, di
mana Lembaga perwakilan rakyat melakukan kontrol terhadap kepala pemerintahan
atas penyelenggaraan kekuasaan dan kewenangan pemerintahan negara yang
dipercayakan rakyat kepada eksekutif tidak dimanfaatkan secara sewenang-wenang
untuk kepentingan eksekutif sendiri dan/atau kelompok-kelompok masyarakat
lainnya.

Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan pada akhir masa jabatannya
menyampaikan pidato pertanggungjawaban di hadapan siding paripurna MPR untuk
menyampaikan seluruh perkembangan pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan yang dipimpinnya selama lima tahun masa jabatan kepresidenan.

Sistem e-government sejatinya sangat penting untuk pengembangan umat manusia


dan pencapaian tujuan pembangunan. Oleh karenanya, semua negara didorong untuk
mengimplementasikan sistem e-government. Indonesia memulai
mengimplementasikan e-government secara nasional sejak 2001 melalui Instruksi
Presiden No. 6/2001. Tujuan e-government di Indonesia adalah meningkatkan proses
demokratik, meningkatkan akuntabilitas dan transparansi dan mewujudkan
transformasi menuju masyarakat informasi.

Sebagian besar pemerintah daerah menerapkan sistem elektronik untuk proses


internal (G2G-Government to Government dan G2E-Government to Employees).
Beberapa pemerintah daerah, departemen dan badan-badan pemerintah juga sudah
mulai menyediakan situs untuk berinteraksi dengan pemangku kepentingan atau
stakeholders (G2C-Government to Citizens dan G2B-Government to Businesses).
Bentuk lain dari egovernment adalah pelayanan terpadu atau one stop service, atau
juga sering juga disebut pelayanan satu atap. Pada dasarnya pelayanan satu atap
adalah layanan terpadu yang disediakan oleh lembaga fungsional pemerintah untuk
meningkatkan kenyamanan dan kepuasan para penggunanya.

Berdasarkan sifat transaksi informasi dan pelayanan publik yang disediakan oleh
pemerintah melalui jaringan informasi, pengembangan e-government dapat
dilaksanakan melalui 4 (empat) tingkatan sebagai berikut (Inpres No.3 tahun 2003):

a. Tingkat 1 - Persiapan yang meliputi:

1. Pembuatan situs informasi disetiap lembaga


2. Penyiapan SDM
3. Penyiapan sarana akses yang mudah misalnya menyediakan sarana
Multipurpose Community Center, Warnet, SME-Center, dll.
4. Sosialisasi situs informasi baik untuk internal maupun untuk publik.

b. Tingkat 2 - Pematangan yang meliputi :

1. Pembuatan situs informasi publik interaktif;


2. Pembuatan antar muka keterhubungan dengan lembaga lain;

c. Tingkat 3 - Pemantapan yang meliputi :

1. Pembuatan situs transaksi pelayanan publik;


2. Pembuatan interoperabilitas aplikasi maupun data dengan Lembaga lain.

d. Tingkat 4 - Pemanfaatan yang meliputi :

1. Pembuatan aplikasi untuk pelayanan yang bersifat G2G, G2B dan G2C yang
terintegrasi.

Salah satu contoh penerapan e-government yang telah dilakukan pemerintah


Indonesia beberapa tahun belakangan ini adalah melalui e-procurement.
Eprocurement merupakan salah satu layanan e-government yang merupakan proses
pengadaan barang/jasa pemerintah yang pelaksanaannya dilakukan secara elektronik,
berbasis web/internet dengan memanfaatkan fasilitas teknologi informasi dan
komunikasi yang meliputi pelelangan umum secara elektronik yang diselenggarakan
oleh Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE).

E-procurement di Indonesia di fasilitasi oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan


Barang/Jasa (LKPP), yang mempunyai tugas melaksanakan pengembangan dan
perumusan kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah. Lembaga ini juga berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden dan dibentuk berdasarkan Perpres No
106 tahun 2007. LKPP dikoordinasikan oleh Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional.

Berdasarkan data dari Warta Ekonomi, pengadaan barang dan jasa yang telah
ditransaksikan melalui sistem e-procurement terus meningkat. Hingga tahun 2011
telah terjadi peningkatan menjadi 11.800-an paket dengan nilai transaksi Rp 19,8
Trilyun dengan efisiensi Rp 2,7 Trilyun, padahal pada tahun 2010 paket yang
ditransaksikan baru sebesar 6.200 paketdengan nilai transaksi Rp 13 Trilyun dengan
efisiensi Rp 1,3 Trilyun.

Berdasarkan Perpres No. 54 tahun 2010, semua instansi-instansi pemerintah memiliki


kewajiban melaksanakan e-procurement pada tahun 2012. Melalui eprocurement
telah terjadi efisiensi penggunaan anggaran instansi pemerintah sebesar 11% pada
tahun 2010, dan berhasil menghemat 14%. Contoh lainnya adalah pada Pemerintah
kota Surabaya dimana memperoleh efisiensi anggaran hingga 10% karena adanya
standarisasi harga dan analisa standar belanja, efisiensi terhadap alokasi yang telah
ditetapkan hingga 25%, terencananya proses pengadaan barang/jasa, dan pelaporan
yang jelas atas kegiatan dan penyerapan anggaran dapat diakses oleh pimpinan dan
masyarakat secara terbuka dan kapan saja melalui internet. Dari sisi penyedia barang
dan jasa, implementasi e-procurement kota Surabaya mampu memberikan
kesempatan merata dan lebih luas kepada pengusaha kecil menengah hingga 96,4%
perusahaan local.
Dengan adanya e-procurement diharapkan dapat terus membantu pemerintah dalam
meningkatkan keefektifan, efisiensi dan transparansi dalam penyelenggaraan tender
dan guna mendorong tercapainya clean and good governance dimasa mendatang

Anda mungkin juga menyukai