Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2020/21.1 (2020.2)

Nama Mahasiswa : ANDRI WINARTA

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 031443504

Tanggal Lahir : 18-03-1990

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4433 / PERENCANAAN KOTA

Kode/Nama Program Studi : 50 / Ilmu Administrasi Negara

Kode/Nama UPBJJ : 50 / Samarinda

Hari/Tanggal UAS THE : Sabtu/ 16 Januari 2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
Surat Pernyataan
Mahasiswa Kejujuran
Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : ANDRI WINARTA

NIM : 031443504

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4433 / PERENCANAAN KOTA

Fakultas : FISIP

Program Studi : 50 / Ilmu Administrasi Negara

UPBJJ-UT : 50 / Samarinda

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada
laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal
ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan
aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik
yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.

Sabtu, 16 Januari 2021

Yang Membuat Pernyataan

ANDRI WINARTA
JAWABAN

1. Sesuai Analisis saya Pengertian kota yang ditempat tinggal saya adalah yang karakteristiknya
Suatu permukiman yang relatif besar, padat, dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang
heterogen kedudukan sosialnya, Menurut Undang-undang No 26 Tahun 2007 tentang penataan
ruang, setiap daerah Kabupaten dan Kota perlu menyusun rencana tata ruangnya sebagai arahan
pelaksanan pembangunan. Dalam perencanaan pembangunan, baik itu perencanaan nasional
maupun perencanaan daerah, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pendekatan sektoral dan
pendekatan regional. Pendekatan wilayah dilakukan dengan melihat pemanfaatan ruang serta
interaksi-interaksi berbagai kegiatan dalam ruang suatu wilayah, sedangkan pendekatan
sektoral, fokus perhatiannya pada sektor-sektor kegiatan yang ada di wilayah tersebut dan
mengelompokkan kegiatan ekonomi menurut sektor –sektor yang sejenis (Iryanto, 2006)
Sejalan dengan itu, di tahun 2014 Pemerintahan Kota Samarinda telah melahirkan
PeraturanDaerah Nomor 2 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Samarinda
Tahun 2014-2034. Dalam Perda tersebut, disebutkan bahwa kebijakan penataan ruang di Kota
Samarinda diantaranya: peningkatan akses pelayanan regional dan internasional sebagai Pusat
Kegiatan Nasional yang merupakan bagian dari kawasan perkotaan Balikpapan-Tenggarong-
Samarinda-Bontang dan sebagai bagian dari Kapet Sasamba; perwujudan pusat-pusat
pelayanan kota yang bersinergi, efektif dan efisien dalam menunjang perkembangan fungsi
daerah sebagai kota tepian; serta peningkatan peran kota tepian yang ditunjang oleh kegiatan
industri, pertanian, perikanan, perdagangan/jasa dan pariwisata. Adapun salah satu
pertimbangan yang digunakan dalam penyusunan RTRW adalah sector ekonomi atau lapangan
usaha.
Dalam pembangunan yang berwawasan lingkungan dan manusia, dikembangkan pola tata
ruang yang menyeimbangkan tata guna tanah, tata guna hutan, serta tata guna sumber daya
alam lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan yang harmonis dan dinamis, yang ditunjang
oleh pengelolaan perkembangan kependudukan yang serasi dan harmonis. Kegiatan pendekatan
wilayah ini bukan hanya mengidentifikasi fenomena atau hubungan sebab akibat terbentuknya
kondisi wilayah, namun juga pemahaman dan perumusan bagaimana mengembangkan kegiatan
sektor-sektor sosial budaya, ekonomi, sumber daya alam, sumber daya buatan, perlindungan
lingkungan sesuai dengan kondisi sumber daya manusia, pengembangan permukiman serta
rumusan pengembangan infrastruktur pendukung, seperti sistem transportasi secara terpadu
yang dituangkan dalam spatial planning (Iryanto, 2006)

2. Bagi penduduk dunia, suatu fakta yang tidak dapat dipungkiri lagi adalah masa depan yang akan
dipenuhi oleh perkembangan kota dan area perkotaannya (urban) yang kini telah mengisi
hampir 50% belahan bumi. Pada tahun 2005, populasi penduduk perkotaan mencapai 3.17
milyar, dari total 6, 45 milyar penduduk dunia. Namun, di tahun 2007, pertama kali dalam
sejarah, setengah dari penduduk dunia hidup di perkotaan (The cities Alliance, 2007). Pada
negara berkembang, di antaranya Indonesia, realita kondisi dan kehidupan perkotaan kita
dihadapkan pada tantangan demografi, manajerial dan tantangan sumber daya yang dimiliki.
Populasi dunia diproyeksikan mengalami kenaikan sebanyak 2, 4 milyar manusia dan jumlah
warga kota meningkat 3 milyar (hal ini berarti jumlah warga desa menjadi 0, 6 milyar. Populasi
warga kota di Asia diproyeksikan meningkat 1, 8 milyar dan dengan demikian pada 2050 kota-
kota di Asia harus mengakomodasi kebutuhan masyarakat dua kali lipat dari kebutuhan saat ini.
Di Perkotaan tempat saya tinggal membuat Manajemen pembangunan perkotaan lahan
bekas tambang bertujuan untuk mengembalikan manfaat hutan ssesuai dengan
fungsinya. Kunci keberhasilan manajemen pembangunan perkotaan lahan bekas tambang
batu bara sangat bergantung pada kondisi ekologi daerah yang dikelola. Manajemen
pembangunan perkotaan bekas tambang dimaksudkan untuk mendapatkan kondisi alam
mendekati seperti sebelumnya. Oleh karenanyasangat ditekankan untuk memfungsikan
bekas tambang lokal. Dalam Permenhut RI Nomor 6 Tahun 2009 telah diatur bahwa
komposisi jenis lokal adalah lebih besar atau sama dengan 40 persen terhadap jumlah
pohon. Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin menganalisis lebih jauh untuk
mengenai bagaimana manajemen pembangunan perkotaan dalam penataan lubang bekas
tambang yang berakibat buruk pada lingkungan dan resapan di Kelurahan Loa Buah Kota
Samarinda. Selain itu pemilihan lokasi disebabkan juga oleh faktor letak pertambangan
yang ada di Kota Samarinda, yang sering terjadi banjir akibat pengolahan lahan bekas
tambang yang tidak benar.
Penataan ruang merupakan suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Untuk mencapai kesejahteraan rakyat
seperti yang tercantum pada UU Pasal 33 ayat (3) yang menyatakan bahwa negara
memiliki kekuasaan atas bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
untuk digunakan sebesarbesarnya untuk keperluan rakyat. Dengan kata lain dinas cipta
karya dan tata ruang tentunya juga harus memiliki suatu manajemen pembangunan
perkotaan dalam penataan lubang bekas tambang yang berakibat buruk pada
lingkungan dan resapan di Kelurahan Loa Buah Kota Samarinda. Berdasarkan hasil
penelitian yang penulis lakukan dan telah sajikan diatas maka dapat kita pahami bahwa
penataan ruang yang telah dilakukan dinas cipta karya dan tata ruang masih belum
dapat dirasakan secara maksimal, hal ini dapat dilihat dari proses dan tahap yang
dilakukan sangat panjang dan sekarang pertambangan tidak lagi dikelola oleh
kabupaten atau kota tapi dikelola langsung oleh pihak provinsi dan langsung ke pusat.

Secara keseluruhan pengelolahan bekas galian tambang ini masih belum terwujud
secara nyata. Masyarakat masih mengeluhkan dampak dari tambang yang sangat
berbahaya. Upaya maupun tindakan dari pihak dinas cipta karya dan pihak tambang
yang terkait pun masih belum terlihat. Daerah
Kelurahan Loa Buah masih meresahkan banjir yang sering terjadi disekitar daerah
tambang. Upaya penghijauan selama ini pun masih dilakukkan oleh pihak tambang.
Belum ada sama sekali keterlibatan dinas cipta karyadan tata ruang didalam mengelola
daerah bekas galian tambang. Dilihat dari bagaimana manajemen pembangunan
perkotaan dalam penataan lubang bekas tambang yang terjadi di Kelurahan Loa Buah
Kota Samarinda ini, dapat disimpulkan dinas cipta karya dan tata ruang di dalam
penataan lubang bekas galian tambang di Kelurahan Loa Buah masih belum dapat
dirasakan secara maksimal.

3. Jawaban
a. Mengacu pada Undang-Undang No. 24/1992 tentang Penataan Ruang, wilayah
didefinisikan sebagai ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administrasi
dan atau aspek fungsional.
Pada struktur yang demikian, integrasi fungsional akan lebih merupakan dasar
hubungan ketergantungan atau dasar kepentingan masyarakat di dalam wilayah itu,
daripada merupakan homogenitas semata-mata. Dalam hubungan saling
ketergantungan itu dengan perantaraan pembelian dan penjualan barang-barang dan
jasa-jasa secara lokal, aktivitas-aktivitas regional akan mempengaruhi pembangunan
yang satu dengan yang lainnya. Contoh wilayah nodal adalah DKI Jakarta dan Bodetabek
(Bogor, Depok Tangerang dan Bekasi), Jakarta yang merupakan inti dan Bodetabek
sebagai d Wilayah belakangnya.

b. Setiap kota memiliki permasalahan yang berbeda-beda. Untuk mengaplikasikan Smart


City di Indonesia tidaklah mudah. Belum tentu metode yang dipakai Kota Jakarta untuk
program Smart City bisa dipakai juga oleh kota-kota lain di Indonesia. Untuk itu,
mengetahui kebutuhan setiap kota menjadi penting untuk menciptakan aplikasi yang
tepat. Contohnya adalah Jakarta. Dalam proses pengembangannya, kota Jakarta fokus
terhadap transportasi publik. Banyak aplikasi yang dibuat untuk mempermudah warga
Jakarta mengakses informasi tentang transportasi massal. Informasi mengenai rute,
jadwal, hingga tarif semua jenis transportasi menjadi inti dari aplikasi tersebut. Tentu
fokus kota Jakarta kini untuk mengurai kemacetan yang semakin tidak masuk akal,
tetapi perlu diperhatikan bahwa tidak semua kota di Indonesia memiliki masalah
kemacetan. Untuk daerah rawan bencana, aplikasi yang berfokus pada informasi
tentang bencana, dan rute evakuasi bisa jauh lebih solutif.

6 Indikator Smart City


Untuk tercapainya program Smart City di Indonesia, ada beberapa indicator yang perlu
diperhatikan dalam pengembangannya. Menurut Beesmartcity, perusahaan penyedia
solusi perkotaan asal Jerman menyebutkan bahwa ada enam indikator Smart City.
Indikator yang pertama adalah Smart Economy. Mendorong berkembangnya
ekonomi melalui industri kreatif pada bidang digital, merupakan contoh dari
pengembangan Smart Economy. Dengan memanfaatkan teknologi digital, banyak
peluang usaha baru yang muncul dan tak jarang yang menghasilkan solusi efektif untuk
suatu masalah perkotaan. Namun, solusi tidak berhenti pada industri kreatif saja.
Keseluruhan iklim bisnis juga perlu diperhatikan.
Yang kedua adalah Smart Environment. Waste management, water management, dan
energi alternatif yang ramah lingkungan menjadi objek untuk dikembangkan. Misalnya,
kini pemerintah Indonesia sedang gencar mengurangi sampah plastik.
Smart Government menjadi indikator Smart City yang ketiga. Sebagai salah satu agen
terpenting Smart City, pemerintah harus dapat memfasilitasi perubahan, dan
perkembangan social dengan baik.
Smart Mobility berfokus pada peningkatan kualitas transportasi bagi masyarakat
urban. Apalagi, kemasyhuran Jakarta sebagai kota macet, MRT & LRT dipandang sebagai
solusi pengurai macet Jakarta.
Dan indikator yang terakhir adalah Smart People. Bagaimana bisa menjalankan Smart
City di Indonesia kalau masyarakatnya belum smart? Semua indikator kuncinya yaitu
pada kualitas masyarakat dan pemerintahnya.

4. Jawaban
a. Melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 ini dilakukan pengaturan yang bersifat
afirmatif yang dimulai dari pemetaan Urusan Pemerintahan yang akan menjadi prioritas
Daerah dalam pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya. Melalui pemetaan tersebut
akan tercipta sinergi kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian yang Urusan
Pemerintahannya di desentralisasaikan ke Daerah. Sinergi Urusan Pemerintahan akan
melahirkan sinergi kelembagaan antara Pemerintah Pusat dan Daerah karena setiap
kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian akan tahu siapa pemangku
kepentingan (stakeholder) dari kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian
tersebut di tingkat provinsi dan kabupaten/kota secara nasional. Sinergi Urusan
Pemerintahan dan kelembagaan tersebut akan menciptakan sinergi dalam perencanaan
pembangunan antara kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian dengan
Daerah untuk mencapai target nasional. Manfaat lanjutannya adalah akan tercipta
penyaluran bantuan yang terarah dari kementerian/lembaga pemerintah
nonkementerian terhadap Daerah-Daerah yang menjadi stakeholder utamanya untuk
akselerasi realisasi target nasional tersebut. Sinergi Pemerintah Pusat dan Daerah akan
sulit tercapai tanpa adanya dukungan personel yang memadai baik dalam jumlah
maupun standarkompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. Dengan cara tersebut Pemerintah
Daerah akanmempunyai birokrasi karir yang kuat dan memadai dalam aspek jumlah
dan kompetensinya. Langkah berikutnya adalah adanya jaminan pelayanan publik yang
disediakan Pemerintah Daerah kepada masyarakat. Untuk itu setiap Pemerintah Daerah
wajib membuat maklumat pelayanan publik sehingga masyarakat di Daerah tersebut
tahu jenis pelayanan publik yang disediakan, bagaimana mendapatkan aksesnya serta
kejelasan dalam prosedur dan biaya untuk memperoleh pelayanan publik tersebut serta
adanya saluran keluhan manakala pelayanan publik yang didapat tidak sesuai dengan
standar yang telah ditentukan.

b. Informasi pembangunan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 391 ayat (1) huruf a
memuat informasi perencanaan pembangunan Daerah yang mencakup:
a. kondisi geografis Daerah;
b. demografi;
c. potensi sumber daya Daerah;
d. ekonomi dan keuangan Daerah;
e. aspek kesejahteraan masyarakat;
f. aspek pelayanan umum; dan
g. aspek daya saing Daerah.

Anda mungkin juga menyukai