Anda di halaman 1dari 4

Nama : Putri Ramadhona Sri Utami

NIM : 031152585

Tugas 1.

Kerjakan Tugas Berikut :

SEBUTKAN DAN JELASKAN:

1.. Bagaimanakah Bentuk dan karakteristik Badan usaha milik negara dan daerah !

BERIKAN ANALISIS:

Apakah masyarakat telah menikmati   Sumber Daya Alam yang dikelola BUMN/D,  ? sesuai
dengan UUD pasal 33,  cabang-cabang  produksi  yang  menguasai  hajat  hidup  orang banyak, 
kemudian  bumi,  air,  dan  kekayaan  alam  yang  terkandung  di dalamnya.  Itu  juga  harus 
dikuasai  oleh  negara  untuk  sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Apakah telah benar-benar dapat mensejahterakan Rakyat ?? silahkan analisis dari keadaan saat
ini, menurut pendapat saudara sendiri.

Jawaban :
Terkait upaya menciptakan keseragaman cara menguasai, mengelola dan menyeragaman bentuk
hukum usaha-usaha milik negara, pemerintah telah menerbitkan UU no. 9 tahun 1969 yang
mengelompokkan BUMN ke dalam tiga badan hukum yaitu :
- PERJAN.
- PERUM.
- PERSERO.

Karakteristik pokok yang dimiliki ketiga badan hukum tersebut pada dasarnya dapat dilihat dari
sifat usahannya, kedudukan dan tugasnya, modal dan keuangannya, serta aspek kepegawaiannya.
Hal ini mencerminkan tekad pemerintah untuk mengembangkan BUMN sesuai dengan fungsinya
masing-masing.
UU no. 19 tahun 2003 tentang BUMN dimaksudkan untuk memenuhi visi pengembangan
BUMN di masa yang akan datang dan meletakan dasar-dasar atau prinsip-prinsip tata kelola
perusahaan yang baik (good corporate governance). Dalam undang-undang ini, usaha-usaha
negara di sederhanakan bentuknya menjadi dua badan hukum yaitu :
- Perusahaan umum dan,
- Perusahaan perseroan (persero).
Modal BUMN seluruh atau sebagian besar dimiliki oleh negara melalui penyertaan langsung
yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Penyertaan modal negara dalam rangka
pendirian atau penyertaan pada BUMN bersumber dari APBN, papasitas cadangan, dan sumber
lainnya.
Di samping itu kita mengenal pula BUMN yang mempunyai karakteristik khusus dan tunduk
pada ketentuan peraturan perundang-undangan tersendiri, di antaranya BUMN perbankan.
Pembentukan BUMD tidak terlepas dari fungsiya sebagai penyelenggara pelayanan publik di
daerah dan sekaligus sebagai sumber pendapatan daerah yang akan digunakan bagi pembiayaan
pembangunan daerah. UU no. 32 tahun 2004 pasal 177 menyebutkan bahwa, pemerintah daerah
dapat memiliki BUMD yang pembentukan, penggabungan, pelepasan kepemilikan, dan/ atau
pembubarannya ditetapkan dengan perda yang berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
Untuk menjamin penglolaan BUMND dapat terselenggarakan secara efektif, efisien dan
produktif maka melalui Instruksi Menteri Dalam Negeri no. 5 tahun 1990 BUMND digolongkan
ke dalam PERUMDA dan PERSERODA, Selain itu, kita mengenal pula bentuk BUMD lainnya,
di antaranya BPD dan BPR.
BPD maupun BPR merupakan alat kelengkapan daerah dalam bidang keuangan atau perbankan
yang didirikan dengan maksud untuk membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan
pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.

Apakah masyarakat telah menikmati   Sumber Daya Alam yang dikelola BUMN/D,  ? sesuai
dengan UUD pasal 33,  cabang-cabang  produksi  yang  menguasai  hajat  hidup  orang banyak, 
kemudian  bumi,  air,  dan  kekayaan  alam  yang  terkandung  di dalamnya.  Itu  juga  harus 
dikuasai  oleh  negara  untuk  sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Apakah telah benar-benar dapat mensejahterakan Rakyat ??

Menurut saya belum benar-benar mensejahterakan rakyat, karena dalam pelaksanaannya


ditemukan berbagai kendala substansi materi kedua undang-undang tersebut sudah tidak sesuai
lagi dengan perkembangan sekarang maupun kebutuhan masa depan.

Dalam menghadapi kebutuhan dan tantangan global pada masa yang akan datang, kegiatan usaha
minyak dan gas bumi dituntut untuk lebih mampu mendukung kesinambungan pembangunan
nasional dalam rangka peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Antara harapan seperti dituangkan dalam pasal 33 dan 34 UUD 1945 dan kenyataan yang
dihadapi bagaikan siang dengan malam. Orang Jepang, Korea, China, Singapura, dan Malaysia
bangga dengan negeri dan tanah airnya karena mereka sendiri yang punya dan menguasai bumi,
air, dan segala isinya yang dinikmati oleh rakyatnya sendiri. Kalaupun ada orang luar yang ikut
serta, mereka adalah tamu dan tunduk kepada ketentuan-ketentuan yang berlaku. Di kita,
Indonesia, sebaliknya. Kita malah bagaikan tamu atau orang asing di rumah sendiri. Tanah, air,
dan bahkan udara yang kita jawat secara turun-temurun dari nenek moyang kita hanya namanya
kita yang punya, tetapi praktis seluruhnya mereka yang kuasai.

Padahal, alangkah luas, kaya, dan indah negara ini sehingga menempati empat terbesar di dunia.
Akan tetapi, kita hanya menguasai secara de jure di atas kertas, de facto dikuasai kapitalis
mancanegara dan konglomerat non pribumi yang sudah mencengkamkan kukunya sejak dulu.
Lihatlah, hampir semua warga Indonesia terkaya ukuran dunia adalah mereka, diselingi satu dua
elite pribumi yang hidup sengaja mendekat dan/ atau bagian dari api unggun kekuasaan itu.
Untuk mengembangkan usaha makro di bidang perkebunan, kehutanan, galian alam, misalnya,
pemerintah bahkan mengambil alih tanah ulayat milik rakyat yang dipusakai turun-temurun.
Tanah itu lalu diserahkan berupa hak guna usaha, yang bisa diperpanjang setelah 30 tahun, ke
kapitalis mancanegara dan konglomerat. Sekali tanah ulayat menjadi tanah negara, kendati sudah
habis masa pakai ataupun tak lagi dipakai, tak juga bisa dikembalikan ke pemiliknya: rakyat! Hal
itu hanya karena penafsiran Ayat 3 Pasal 33 UUD 1945 yang sangat negara-sentris, harfiah,
bahwa ”bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Kata ”dikuasai” secara harfiah tentu
saja tidak sama dengan ”dimiliki”. Pemiliknya tetap adalah rakyat yang mengulayati tanah itu
secara turun-temurun.

Anda mungkin juga menyukai