Anda di halaman 1dari 4

Jawaban:

1. Good Corporate Governance/Tata Kelola Perusahaan (GCG) adalah suatu sistem peraturan
dalam perusahaan yang didalamnya mengendalikan hal berhubungan dengan pengaturan,
pengelolaan dan pengawasan terkait dengan resiko perusahaan dan hubungan antara para
pengelola perusahaan dengan pemegang saham dan stakeholder untuk meningkatakan nilai
pasar dan mencapai tujuan bersama yang diinginkan semua pihak.

Kita sering mendengar banyak perusahaan yang terpuruk karena tata pemerintahan sebuah
perusahaan tersebut tidak baik sehingga banyak fraud atau praktik korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN) yang terjadi, sehingga terjadinya krisis ekonomi dan krisis kepercayaan para
investor, yang mengakibatkan tidak ada investor yang mau membeli saham perusahaan tersebut.
artinya, bisa dikatakan jika perusahaan tersebut tidak menerapkan Corporate Governance
dengan baik.

Sejarah lahirnya GCG muncul atas reaksi para pemegang saham di Amerika Serikat pada tahun
1980-an yang terancam kepentingannya. Maraknya skandal perusahaan yang menimpa
perusahaan-perusahaan besar, baik yang ada di Indonesia maupun yang ada di Amerika Serikat,
maka untuk menjamin dan mengamankan hak-hak para pemegang saham, muncul konsep
pemberdayaan komisaris sebagai salah satu wacana penegakan GCG. Di Indonesia, konsep
GCG mulai dikenal sejak krisis ekonomi tahun 1997 krisis yang berkepanjangan yang dinilai
karena tidak dikelolanya perusahaan-perusahaan secara bertanggungjawab, serta mengabaikan
regulasi dan sarat dengan praktek (korupsi, kolusi, nepotisme) KKN. Bermula dari usulan
penyempurnaan peraturan pencatatan pada Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia)
yang mengatur mengenai peraturan bagi emiten yang tercatat di BEJ yang mewajibkan untuk
mengangkat komisaris independent dan membentuk komite audit pada tahun 1998, Corporate
Governance (CG) mulai di kenalkan pada seluruh perusahaan publik di Indonesia.

Untuk mewujudkan konsep dan penerapan Good Corporate Governance (GCG) yang efisien
dan efektif, ada lima konsep yang telah ditentukan oleh Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG). Konsep itu dikenal dengan istilah TARIF (Transpararency,
Accountability, Responsibility, Independency, dan Fairness). Konsep inilah yang kemudian
diterapkan dalam suatu korporasi atau perusahaan.

1) Transparency (Transparan)
Konsep ini berguna untuk menjaga objektivitas suatu perusahaan atau korporasi dalam
menjalankan bisnis, yaitu dengan menyediakan informasi terbuka, jelas, mudah diakses, dan
bisa dipertanggungjawabkan. Apalagi dengan kemajuan teknologi, tidak ada lagi alasan bagi
perusahaan untuk tidak mengambil inisiatif dalam mengungkapkan berbagai informasi yang
menyangkut proses pengambilan keputusan dan kebijakan yang dianggap penting oleh
stakeholders.
2) Accountability (Akuntabilitas)
Konsep ini dibutuhkan untuk menganalisis sejauh mana kinerja yang telah dihasilkan oleh
suatu korporasi atau perusahaan. Perusahaan harus mempertanggungjawabkan dan memberi
kejelasan mengenai struktur, fungsi, sistem, dan elemen penting lainnya kepada
stakeholders, dan juga menjelaskan segala pertanyaan yang diajukan oleh stakeholders
terhadap hasil pencapaian perusahaan.
3) Responsibility (Pertanggungjawaban)
Konsep ini menuntut perusahaan untuk patuh terhadap regulasi dan peraturan yang berlaku,
seperti masalah pajak, kesehatan dan keselamatan kerja, hubungan industrial, menjaga
lingkungan agar tetap kondusif, dan lainnya. Dengan kata lain, perusahaan tidak hanya
dituntut untuk bertanggung jawab terhadap stakeholders internal saja, tetapi juga
bertanggung jawab kepada stakeholders eksternal.
4) Independency (Kemandirian)
Konsep ini mendorong perusahaan untuk profesional dalam mengelola bisnis sehingga tidak
terjadi konflik kepentingan, bisa menciptakan kemandirian, dan tidak bisa diintervensi oleh
pihak mana pun. Selain itu, perusahaan juga harus mampu menciptakan nilai-nilai (values)
agar bisa menciptakan daya saing.
5) Fairness (Kesetaraan & Kewajaran)
Konsep ini menuntut hadirnya perlakuan yang adil dan bijaksana dalam rangka pemenuhan
hak-hak stakeholders yang sesuai dengan peraturan per UU yang berlaku. Prinsip kesetaraan
ini diharapkan bisa mendorong perusahaan untuk memberikan jaminan perlakukan adil
terhadap pihak-pihak yang terlibat atau para pemangku kepentingan.

2. Dalam penerapan Good Corporate Governance (GCG) hal ini tidak terlepas dari budaya
organisasi yang berlaku di dalam organisasi itu sendiri. Budaya disini menurut Schein (2010:5)
adalah fenomena dinamis dalam kondisi “disini dan saat ini” dan sebuah latar belakang sturktur
paksaan yang berpengaruh pada kelompok melalui beberapa cara. Budaya itu sendiri secara
terus-menerus diterapkan dan tercipta oleh interaksi yang dilakukan kelompok dengan terbentuk
oleh perilaku kelompok itu sendiri. Greertz (dalam Driskill & Brendton 2010: 8) berpendapat
pada budaya organisasi terdiri dari jaringan yang signifikan yang terus dipintal oleh organisasi
itu sendiri, serta dibangun melalui adanya interaksi.

Setiap organisasi memiliki cara-cara yang unik dari apa yang mereka lakukan. Hal ini sama
halnya dengan budaya nasional maupun masyarakat, yang memiliki hal-hal yang unik,seperti
Bahasa, benda-benda peninggalan sejarah, nilai-nilai, perayaan-perayaan, pahlawan-pahlawan,
sejarah dan norma-norma, dan setiap organisasi juga memiliki hal unik yang berbeda-beda pula.
Indonesia sebagai negara yang terdiri dari beragam jenis suku, ras, budaya dan etnis yang
beragam telah terbentuk menjadi satu dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Segala kebudayaan nasional, lokal maupun asing sekalipun telah ada dan terbentuk bahkan
sejak Indonesia belum merdeka pada tahun 1945. Budaya yang telah terbentuk itu kemudian
terefleksikan pada budaya-budaya organisasi yang ada di Indonesia yang bertujuan untuk
mencapai kesinambungan dan ketahanan dalam jangka panjang, meningkatkan kinerja dan pada
akhirnya meningkatkan nilai tambah bagi organisasi untuk kepentingan pihak-pihak di dalam
organisasi itu sendiri.

Penerapan konsep Good Corporate Governance (GCG) yang sesuai dengan budaya Indonesia,
masih terdapat beberapa kendala yang perlu dijadikan perhatian bersama oleh para pilar
governance, yaitu pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat, yang akan mempengaruhi
stakeholders, diantaranya:
1) Masih kurangnya transparansi perusahaan dalam membuat rencana perusahaan
2) Kurangnya SDM yang berkualitas/memadai
3) Kurangnya pelatihan SDM dalam mencapai Good Corporate Governance
4) Pelanggaran yang banyak dilakukan oleh pelaku usaha
5) Kurangnya kesadaran pelaku usaha akan prosedur Corporate Governance yang benar
6) Pengelolaan organisasi di Indonesia masih banyak dominasi dan dipengaruhi oleh bangsa
asing di dalam organisasi-organisasi di Indonesia.
7) Wilayah-wilayah di Indonesia yang belum mempuinyai infrastruktur dan fasilitas yang
tersebar dengan baik.
8) Adanya kesenjangan antara kesempatan kerja dengan kompetensi yang dimilik oleh
masyarakat.
Penerapan konsep GCG yang sesuai dengan budaya Indonesia adalah dengan memperkuat 5
prinsip GCG (Transparency, Accountability, Responsibility, Independency, and Fairness) yang
diimplementasikan secara berkesinambungan serta terus-menerus dan dilakukan evaluasi
berkala oleh setiap pilar pelaksana GCG itu sendiri, yaitu pemerintah, pelaku usaha serta
masyarakat.

3. Alasan pelaku perusahaan perlu untuk menerapkan GCG diantaranya:

1) GCG meningkatkan nilai perusahaan dimata para investor dan masyarakat pada umumnya
2) GCG mampu meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan untuk berinvestasi
didalam perusahaan tersebut
3) GCG mampu meningkatkan kekuatan perusahaan terhadap segala bentuk krisis finansial
dan krisis ekonomi
4) GCG adalah standar perusahaan jikalau ingin meng-internasionalisasi pasar perusahaannya
5) GCG mengurangi biaya-biaya yang tidak efektif/diperlukan
6) GCG menciptakan dukungan stakeholder terhadap lingkungan perusahaan terkait dengan
keberadaan, strategi dan kebijakan perusahaan.
7) GCG menjadi standar pengukuran kesesuaian dan peyimpangan dalam pencapaian tujuan
organisasi atau perusahaan.
8) GCG merupakan sistem yang dapat melihat sejauh mana organisasi atau perusahaan dalam
mengelola sumber daya-sumber daya yang tersedia dan dapat diinformasikan,
dipertanggung jawabkan dan dapat dipertanyakan alokasinya kepada para pemangku
kepentingan.

4. Budaya berasaskan GCG itu sendiri secara terus-menerus diterapkan dan tercipta oleh interaksi
yang dilakukan kelompok dengan terbentuk oleh perilaku kelompok itu sendiri. Greertz (dalam
Driskill & Brendton 2010: 8) berpendapat pada budaya organisasi terdiri dari jaringan yang
signifikan yang terus dipintal oleh organisasi itu sendiri, serta dibangun melalui adanya
interaksi. Budaya organisasi di Indonesia terbentuk dari beragam jenis suku, ras, budaya dan
agama yang telah menciptakan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Budaya yang telah
terbentuk itu kemudian terefleksikan pada budaya-budaya organisasi yang ada di Indonesia
yang bertujuan untuk mencapai kesinambungan dan ketahanan dalam jangka panjang,
meningkatkan kinerja dan pada akhirnya meningkatkan nilai tambah bagi organisasi di
Indonesia untuk kepentingan pihak-pihak di dalam organisasi itu sendiri.
Korelasi di antara GCG, perusahaan dan masyarakat pada umunya adalah masyarakat pada
dasarnya menciptakan budaya-budaya keorganisasian, yang seterusnya diterapkan pada
perusahaan, dalam hal ini prosedur GCG memungkinkan perusahaan untuk menambah,
meningkatkan dan mempertahankan konsep-konsep yang baik bagi masyarakat dan masyarakat
pada umumnya, serta pula membuang hal-hal yang buruk bagi kelangsungan hidup organisasi
dan masyarakat.
Daftar Pustaka

Driskill, Gerald W. & Angela Laird Brenton. 2010. Organizational Culture in Action: A Cultural
Analysis Workbook. California: SAGE Publication Inc.
Kartiwa, Asep & Sawatiri Utami. 2020. Usaha-usaha Milik Negara dan Daerah. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Peraturan OJK Nomor 73/POJK.05/2016 Tahun 2016 tentang Tata Kelola Perusahaan yang Baik Bagi
Perusahaan Perasuransian.
Schein, Edgar H. 2010. Organizational Culture and Leadership. San Fransisco: John Wiley & Sons,
Ltd.
Tim Edusaham. 2020. Pengertian Good Corporate Governance dan Prinsip Implementasi GCG.
https://www.edusaham.com/2019/02/pengertian-good-corporate-governance-prinsip-implementasi-
gcg.html. Diakses pada tanggal 4 Mei 2021 pukul 17:10
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Anda mungkin juga menyukai