Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ETIKA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAERAH

Tugas.1 Mata Kuliah Etika Administrasi Pemerintahan ( ADPU4533)

OLEH:

NAMA : JOAO ROBIN MARQUES

NIM : 022822751

KODE/NAMA UPBJJ : 79 / KUPANG

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari beberapa provinsi yangtersebar
dibeberapa pulau. Masing-masing provinsi tersebut telah memiliki kewenanganpenuh
dalam penyelenggaraan pemerintahannya. Sehingga dalam pelaksanaanya pundibutuhkan
sebuah administrasi pemerintah daerah. Sejak digulirkannya reformasi pada tanggal 21 mei
1998 maka sistem politik danpemerintahan di indonesia berubah paradigmanya dari
monolitik sentralistik ke “demokrasi”terutama demokrasi lokal atau desentralisasi atau
otonomi. Selama lebih kurang 53 tahun didalam kungkungan sentralistik yang otoritarian,
kebebasan di rasakan sangat kurang, baikdalam kalangan masyarakat maupun daerah-
daerah. Masayarakat dan daerah menjadi sangatbergantung ,tidak saja kepada birokrasi
pemerintah pusat atau pun provinsi ,tetapi jugamasyarakat dan daerah menjadi seakan akan
terbelenggu sehingga tidak memiliki inisiatifdan kreativitas sendiri. Dengan bergulirnya
demokratisasi, kebebasan menjadi dimiliki oleh daerah danmasyarakat , meskipun euphoria
yang terlalu berlebihan. Dampaknya adalah sering terjadiaktivitas –aktivitas, baik yang
dilakukan masyarakat maupun daerah yang keluar dari tatanan,kesepakatan, hukum
peraturan,pranata,maupun kebiasaan yang berlaku di dalam masyarakatdan daerah. Di
dalam kebebasan, kemandirian ini, masyarakat pada umumnya khususnya elitpolitik dan elit
kekuasaan sering lepas kendali, disebabkan oleh belum ditemukannya wujuddan makna
sesungguhnya dari reformasi maupun demokrasi. Kebebasan, kemerdekaan,kemandirian
yang diinginkan dan dirasakan belum memaknai kehidupan seluruh lapisanmasyrakat
diindonesia.Pada zaman demokrasi saat ini setiap daerah diberikan kewenagan untuk
mengelolapemerintahanya sediri, bila kita lihat dengan situasi saat ini dimana situasi
pandemic covid-19 sedang terjadi, para pimpinan daerah tertentu ingin melakukan lock
downwilayahnyatanpa melakukan kordinasi terlebih dahulu dengan pemerintah pusat,
karena takut penyebaran covid-19 bertambah luas di daerahnya, hal ini tentunya tidak sesuai
dengan etika adminisrasidaerah, yang mana secara struktur organisasi setiap pimpinan
daerah wajib melakukankordinasi kepada pimpinan daerah di atasnya.

2. RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang di maksud dengan etika dan etika Administrasi publik?

3. TUJUAN PENULISAN
dari rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui apa defisini etika etika Administrasi public
BAB II

TEORI TENTANG ETIKA DAN ETIKA ADMINISTRASI PUBLIKA.

A. Etika
Dalam ensiklopedi Indonesia, etika disebut sebagai ilmu kesusilaan yang menentukan
bagaimana sepatutnya manusia hidup dalam masyarakat; apa yang baik dan apa yang
buruk. Sedangkan secara etimologis, etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang
berarti kebiasaan atau watak. Etika menurut bahasa Sansekerta lebih berorientasi
kepada dasardasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). Etika menurut
Bertens dalam (Pasolong, 2007: 190) adalah kebiasaan, adat atau akhlak dan watak.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah etika selalu berhubungan
dengan kebiasaan atau watak manusia (sebagai individu atau dalam kedudukan
tertentu), baik kebiasaan atau watak yang baik maupun kebiasaan atau watak buruk.
Watak baik yang termanifestasikan dalam kelakuan baik, sering dikatakan sebagai
sesuatu yang patut atau sepatutnya. Sedangkan watak buruk yang termanifestasikan
dalam kelakuan buruk, sering dikatakan sebagai sesuatu yang tidak patut atau tidak
sepatutnya. Dalam lingkup pelayanan publik, etika administrasi publik (Pasolong,
2007: 193) diartikan sebagai filsafat dan profesional standar (kode etik) atau right rules
of conduct (aturan berperilaku yang benar) yang seharusnya dipatuhi oleh pemberi
pelayanan publik atau administrasi publik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
etika administrasi publik adalah aturan atau standar pengelolaan, arahan moral bagi
anggota organisasi atau pekerjaan manajemen; aturan atau standar pengelolaan yang
merupakan arahan moral bagi administrator publik dalam melaksanakan tugasnya
melayani masyarakat. Aturan atau standar dalam etika administrasi negara tersebut
terkait dengan kepegawaian, perbekalan, keuangan, ketatausahaan, dan hubungan
masyarakat.
B. Pengertian pemerintah
Pemerintah adalah suatu ilmu dan seni. Dikatakan sebagai seni karena beberapa banyak
pemimpin pemerintahan yang tanpa pendidikan pemerintahan, mampu berkiat serta
berkharismatik menjalankan roda pemerintahan.
Pemerintah dikatakan sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan karena memenuh syarat-
syarat yaitu dapat di pelajari dan diajarkan, memiliki objek baik material maupun
formal, universal sifatnya sistematik serta spesifik(khas).
Pemerintah adalah sebuah disiplin ilmu yang mandiri bahkan juga seni(seni
memerintah) dan moral (moral pejabat ).
Pemerintahan adalah semua aktivitas,fungsi,tugas dan kewajiban yang dijalankan oleh
lembaga untuk mencapai tujuan negara.
C. Pengertian Pemerintahan daerah
Pemerintahan daerah menurut Pasal 1 huruf d UU Nomor 22 Tahun 1999 diartikan
sebagai penyelenggara pemerintahan daerah otonom oleh pemerintah daerah dan
DPRD menurut asas desentralisasi. Menurut UU nomor 32 tahun 2004 dalam pasal 1
angka 2, pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintah daerah dan
DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam system dan prinsip negara kesatuan republik indonesia(NKRI).
Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah adalah
penyelenggaraan urusan pemerintah oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dan unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah
adalah gubernur, bupati , walikota dan perangkat daerah. Definisi Pemerintahan Daerah
berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah pasal 1 ayat 2, adalah
sebagai berikut : “Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
oleh pemerintahan daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.”
D. Undang-Undang Pemerintahan Daerah
Sebagai pelaksana pasal 18 UUD 1945 dibidang ketatanegaraan pemerintah
melaksanakan pembagian daerah-daerah dengan bentuk susunan pemerintahan yang
ditetapkan dengan Undang-undang pemda.
Oleh karena itu,sejak proklamasi kemerdekaan RI kita lihat beberapa kali pemerintah
mebentuk undang-undang pemda .Perubahan-perubahan terlihat karena masing-masing
undang-undang menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi saat terjadinya. Beberapa
undang-undang pemda yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1945 Tentang kedudukan Komite Nasional Daerah
(KND) yang merupakan langkah pertama menerapkan demokrasi didaerah.
Undang-Undang ini terlalu singkat bunyinya karena hanya mengatur KND sebagai
penjabaran dari KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat ) yang merupakan badan
legislatif darurat. Selanjutnya didaerah KND berubah menjadi BPRD (Badan
Perwakilan Rakyat Daerah).
b. Undang-Undang Nomor 22 tahun 1948 tentang pemda. Undang-Undang ini
merupakan penghapusan perbedaan antara cara pemerintahan di jawa dan Madura
(Uniformitas). Karena undang-undang ini diapit oleh keadaan darurat akibat agresi
militer Belanda,akhirnya undang-undang ini tidak sempat dijalankan secara
sempurna.
c. Undang-undang Nompe 44 Tahun 1950 tentang NIT(Negara Indonesia Timur) ini
hanya bersifat separitis. Hal ini akibat berlakunya konstitusi RIS(Republik Indonesia
Serikat).untunglah undang-undang ini tidak sempat dilaksanakan karena disusul
dengan pembentukan negara kesatuan republik indonesia (NKRI)kembali yang
berakibat terhadap pembubaran NIT
d. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang pokok-pokok pemda.undang-undang
ini sebagai usaha untuk uniformitas menyatukan undang-undang tentang pokok-
pokok otonomi daerah bagi seluruh Indonesia yang akiat keadaan sebelumnya
menjadi beraneka warna,pada undang-undang ditemukan istilah daerah swantra.
e. Undang-undang Nomor 18 Tahun1965 tentang poko-poko pemda. Undang-undang
ini dibuat sebelum meletusnya pemberontakan PKI. Dalam undang-undang ini
kental bermuatan PKI karena pada setiap keberadaan kepemimpinan DPRD untuk
terwujudnya demokrasi terpemimpin harus mencerminkan unsur nasakom. Jadi,
walaupun hanya satu orang PKI yang ada di suatu daerah akan tetapterjamin
menduduki piminan DPRD.
f. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah.
Undang-undang ini mencerminkan adanya pemberian otonomi yang nyata,dinamis
Dan bertanggung jawab. Penekanan kata bertanggung jawab adalah agar
membangun sejalan dan tidak bertentangan dengan pengarahan-pengarahan yang
telah diberikan.

Selain itu untuk pemerintahan daerah UUD 1945 juga diamandemen sebagai berikut :

Pasal 18

a. Negara Kesatuan Republik Indonesia di bagi atas daerah-daerah dibagi atas daerah-
daerah provinsi dan daerah provinsi itu di bagi atas kabupaten dan kota yang tiap-
tiap provinsi kabupaten dan kota itu
b. Pemerintahan daerah provinsi,daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
c. Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki DPRD yang
anggota-anggotanya di pilih melalui pemilu.
d. Gubernur, bupati, dan walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah
provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokratis.
e. Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecualiurusan
pemerintahan yang oleh undang-undang di tentukan sebagai urusan pemerintah
pusat.
f. Pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peruran-peraturan lain
untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
g. Susunan dan tata cara enyelenggaraan pemerintahan daerah di atur dalam undang-
undang.
E. Kewenangan Daerah
Tujuan peletakan kewenangan dalam penyelenggaran otonomi daerah adalah untuk
mendorong upaya peningkatan kesejahteraan rakyat,pemerataan dan
keadilan,demokratisasi dan penghormatan terhadap budaya lokal serta memperhatikan
potensi dan keanekaragaman daerah.
Atas dasar itu, undang-unang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
memberikan kewenangan luas,nyata dab bertanggung jawab kepada daerah sehinggaa
memberi peluang kepada Daerah agar leluasa mengatur dan melaksanakan
kewenangannya atas praksa sendiri seseuai dengan kepentingan masyarakat setempat
dan potensi setiap daerah. Kewaenangan ini pada dasarnya merupakan upaya untuk
membatasi kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom,
karena pemerintah dan provinsi hanya diperkenankan menyelenggarakan kegiatan
otonomi sebatas yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah nomor 25 Tahun 2000
tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom.
Kewenangan pemerintah daerah dilaksanakan secara luas,utuh dan bulat yang meliputi
perencanaan,pelaksanaan,pengawasan pengendalian, dan evaluasi pada aspek
pemerintahan.
Kewenagan pemerintah, sebagaimana tercantum dalam pasal 7 ayat (1) Undang-undan
Nomor 22 Tahun 1999 tetang pemerintahan daerah adalah penyelenggara politik luar
negeri,pertahannan,keamanan,peradilan monoter dan fisiskal,agama serta kewenangan
dibidang lainnya.
Kewenangan provinsi sesuai dengan kedudukannya sebagai daerah otonom yang
meliputi penyelenggaraan kewenangan pemerintah otonom yang bersifat lintas
kabupaten/ kota dan kewenangan pemerintah dibidang lainnya.
PENUTUP
Dari paparan di atas, dapat ditegaskan bahwa penyimpangan terhadap mal-administrasi seperti
KKN dengan segala skala dan dimensi yang seringkali terjadi saat ini banyak sekali yang
disoroti publik. Hal demikian dapat menggeroti rasa kepercayaan masyarakat kepada
pemerintah. Oleh karena itu mengimplementasikan etika dalam administrasi publik menjadi
suatu keharusan bagi setiap administrator publik. Karena etika berfungsi sebagai pedoman dan
acuan bagi administrator publik dalam menjalankan tugas dan kewenangannya, sekaligus
sebagai standar penilaian perilaku dan tindakan administrator publik. Dengan diwujudkannya
etika administrasi publik yang baik yang memiliki budaya organisasi dan manajemen yang baik
diharapkan dapat menumbuhkan budaya organisasi dan manajemen pemerintahan yang baik
pula.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Ibrahim. 2008. Pokok-Pokok Administrasi Publik Dan Implementasinya.


Bandung: Refika Aditama.
Edwin, Flippo. 1983. Administrative Responsibility dalam Felix A. Nigro & Lloyd G. Nigro,
Modern Public Administration, terjemahan DS. Widodo. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Harbani, Pasolong. 2008.Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.
Rasyid. 1998. Desentralissai Dalam Menunjang Pembangunan Daerah Dalam
Pembangunan Administrasi Di Indonesia. Jakarta; LP3ES.
Suyamto, 1989. Norma Dan Etika Pengawasan. Jakarta: Sinar Grafika. Wahyudi,
Kumorotomo. 1992. Etika Administrasi Negara. Jakarta: Raja Grafinda Persada
2. Pengertian 3 asas luhur dalam kehidupan manusia yaitu keutuhan watak, keadilan
dan kesusilaan
Dalam menjalani kehidupan, seseorang harus memperdulikan beberapa norma yang berlaku
perihal hak dan kewajiban seseorang terhadap orang lain agar tercipta suatu kebahagiaan
hidup. Seseorang tak pernah luput dari interaksi di setiap waktunya. Entah bersama teman,
keluarga, rekan kerja, dan sebagainya baik di kehidupan nyata maupun dunia maya (jejaring
sosial). Interaksi yang berjalan itu harus mengindahkan beberapa asas atau norma supaya
terjalin hubungan yang berkualitas. Asas-asas itu antara lain keutuhan watak, keadilan, dan
kesusilaan.
a) Asas keutuhan watak.
Keutuhan watak adalah kesempurnaan akhlak pribadi dari seseorang dalam menjalani
hidupnya dan melaksanakan pekerjaan serta mencakup tiga kebajikan utama dalam
kehidupan berupa kejujuran (hasrat untuk bertindak lurus tanpa menyimpang dari norma
kebenaran), kesetiaan (kesadaran untuk setulusnya patuh pada tujuan bangsa, konstitusi
negara, peraturan perundangan, badan instansi, tugas jabatan, dan pihak atasan demi
tercapainya cita-cita bersama yang ditetapkan), dan pengabdian (hasrat untuk
menjalankan tugas dengan sepenuh tenaga, semangat, dan perhatian tanpa pamrih
pribadi).
Bahkan tak seorang pun memiliki keutuhan watak karena tidak mampu menggunakan
keutuhan watak atau memang tidak mau berlaku demikian.
b) asas kesusilaan.
Asas kesusilaan berarti suatu asas yang menunjukkan kebajikan pribadi dalam diri
seseorang yang senantiasa berusaha mempunyai akhlak yang baik dan menunjukkan
kelakuan yang benar, sehingga setiap anggota masyarakat harus bersungguh-sungguh
berusaha mempunyai kesusilaan dalam dirinya dan melaksanakan dalam hidupnya
sehingga masyarakat menjadi hidup aman, damai, dan tenteram.
c) Asas Keadilan
Asas keadilan berarti suatu asas yang menunjukkan kebajikan pribadi dalam diri
seseorang yang senantiasa berusaha mempunyai akhlak yang baik dan menunjukkan
kelakuan yang benar, sehingga setiap anggota masyarakat harus bersungguh-sungguh
berusaha mempunyai kesusilaan dalam dirinya dan melaksanakan dalam hidupnya
sehingga masyarakat menjadi hidup aman, damai, dan tenteram.
Dengan bertindak adil kita telah berbuat baik dan benar kepada seseorang sesuai dengan
apa yang diusahakannya, sebab semakin kita menuntut keadilan maka semakin
ketidakadilan yang akan kita dapatkan. Artinya adil tak harus sama rata, jika sama rata
itu namanya pemerataan.
Nilai-nilai luhur tersebut harus ada dalam diri kita agar mampu mencapai kebahagiaan
hidup. Hal ini dikarenakan oleh manfaat yang sungguh luar biasa bila kita mampu
menanamkan nilai luhur tersebut dalam pikiran pikiran kita.
bilamana asas luhur tersebut diimplementasikan dalam pelayanan terutama para abdi
masyarakat pelayan publik tentu menjadikan suatu kondisi pelayanan publik yang
optimal, prima dan maksimal. Berdasarkan penjelasan pengertian di atas, kita patut
memiliki sikap yang mencerminkan keutuhan watak (kejujuran, kesetiaan dan
pengabdian), keadilan (memberikan apa yang semestinya diberikan pada seseorang dan
tidak melanggar hak-haknya), dan kesusilaan (menunjukkan kebajikan pribadi yang
berusaha memiliki akhlak baik dan kelakuan benar). Bilamana setiap orang memiliki
tiga sikap Luhur tersebut, niscaya kehidupan yang aman, damai, tenteram, dan sejahtera
dapat tercapai secara singkat dan abadi sepanjang masa.
Jika seorang administrator pemerintahan memiliki ketiga sikap luhur tersebut, maka
menjadikan suatu tugas administrator berjalan nyaman dan memberikan pelayanan
kepada masyarakat secara prima dan optimal, maka tak akan lagi terdengar masalah
pelayanan buruk, administrator pemerintah yang judes atau tak peduli hingga calo-calo
yang bertebaran. Jadi, ketiga asas luhur kehidupan tersebut amat penting peranannya
bagi administrator pemerintahan sebab menghasilkan suatu pelayanan yang prima dan
optimal, sehingga seluruh masyarakat akan menerima layanan pemerintah dan
dipastikan sejahtera. Bila tidak maka sebaliknya, masyarakat akan terlantar dalam
pelayanan publik, tujuan negara tak tercapai hingga konflik dari berbagai masyarakat
untuk menolak pemerintah.

3. Pada dasarnya manusia dalam kehidupannya tidak bisa hidup dengan seenaknya
sendiri, karena dalam kehidupan masyarakat terdapat berbagai aturan, dimana aturan-
aturan tersebut sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang sesuai dengan kaidah
yang berlaku di masyarakat. Sehingga manusia atau individu yang memiliki moral baik,
dapat bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat.

Pentingnya mengetahui dan menerapkan secara nyata norma, nilai, dan kaidah-kaidah
moral dalam bersosialisasi di kehidupan masyarakat mempunyai alasan pokok, yaitu
salah satunya untuk kepentingan dirinya sendiri sebagai individu. Apabila individu
tidak dapat menyesuaikan diri dengan tingkah lakunya yang tidak sesuai dengan norma,
nilai dan kaidah sosial yang terdapat dalam masyarakat, maka dimanapun ia hidup, ia
tidak dapat diterima oleh masyarakat.
Kita berharap bahwa individu yang mempunyai moral baik kemungkinan dapat
mempengaruhi karakter moral masyarakat secara keseluruhan. Hanya manusialah yang
dapat menghayati norma-norma, serta nilai-nilai dalam kehidupannya sehingga
manusia dapat menetapkan tingkah laku yang baik dan bersifat susila.

A. Nilai
Pengertian Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai ada pada suatu benda
untuk memuaskan manusia. Jadi nilai itu pada hakikatnya adalah sifat dan kualitas yang
melekat pada suatu obyek. Dengan demikian, maka nilai itu adalah suatu kenyataan
yang tersembunyi dibalik kenyataan-kenyataan lainnya. Menilai berarti menimbang,
suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain
kemudian untuk selanjutnya diambil keputusan.
Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong dan mengarahkan (motivator)
sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai suatu sistem merupakan salah satu wujud
kebudayaan di samping sistem sosial dan karya. Alport mengidentifikasikan 6 nilai-
nilai yang terdapat dalam kehidupan masyarakat, yaitu: nilai teori, nilai ekonomi, nilai
estetika, nilai sosial, nilai politik dan nilai religi. Hierarki nilai sangat tergantung pada
titik tolak dan sudut pandang individu sampai dengan masyarakat terhadap suatu obyek.
Misalnya kalangan materialis memandang bahwa nilai tertinggi adalah nilai material.
B. Moral
Moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim
dengan kesusilaan, tabiat atau kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan
buruk, yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia. Seorang pribadi yang
taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma yang berlaku dalam
masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral.
Jika sebaliknya yang terjadi maka pribadi itu dianggap tidak bermoral. Moral dalam
perwujudannya dapat berupa peraturan dan atau prinsip-prinsip yang benar, baik,
terpuji dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma
yang mengikat kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Norma tersebut adalah
perwujudan martabat manusia sebagai makhluk budaya, sosial, moral dan religi. Norma
merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai untuk
dipatuhi.
C. Norma Sosial
Dikatakan bahwa nilai berperan sebagai pedoman yang menentukan kehidupan setiap
manusia. Nilai manusia berada dalam hati nurani, kata hati dan pikiran sebagai suatu
keyakinan dan kepercayaan yang bersumber pada berbagai sistem nilai. Nilai
bersumber pada budi yang berfungsi mendorong dan mengarahkan (motivator) sikap
dan perilaku manusia. Wujud nyata dari hubungan antara nilai dan moral tercerminkan
pada norma sosial. Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan
perilaku dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Norma akan
berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya, sering
juga disebut dengan peraturan sosial. Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas
dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat
bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan
sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara
manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan.
Norma tidak boleh dilanggar. Siapa pun yang melanggar norma atau tidak bertingkah
laku sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam norma itu, akan memperoleh
hukuman. Misalnya, bagi siswa yang terlambat dihukum tidak boleh masuk kelas, bagi
siswa yang mencontek pada saat ulangan tidak boleh meneruskan ulangan. Norma
merupakan hasil buatan manusia sebagai makhluk sosial. Pada awalnya, aturan ini
dibentuk secara tidak sengaja. Lama-kelamaan norma-norma itu disusun atau dibentuk
secara sadar. Norma dalam masyarakat berisis tata tertib, aturan, dan petunjuk standar
perilaku yang pantas atau wajar.
D. Sikap
Fishbein (1975) mendefenisikan sikap adalah predisposisi emosional yang dipelajari
untuk merespon secara konsisten terhadap suatu objek. Sikap merupakan variabel laten
yang mendasari, mengarahkan dan mempengaruhi perilaku. Sikap tidak identik dengan
respons dalam bentuk perilaku, tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat
disimpulkan dari konsistensi perilaku yang dapat diamati. Secara operasional, sikap
dapat diekspresikan dalam bentuk kata-kata atau tindakan yang merupakan respons
reaksi dari sikapnya terhadap objek, baik berupa orang, peristiwa, atau situasi.
Menurut Chaplin (1981) dalam Dictionary of Psychology menyamakan sikap dengan
pendirian. Chaptin menegaskan bahwa sumber dari sikap tersebut bersifat kultural,
familiar, dan personal. Artinya, kita cenderung beranggapan bahwa sikap-sikap itu akan
berlaku dalam suatu kebudayaan tertentu, selaku tempat individu dibesarkan. Jadi, ada
semacam sikap kolektif (collective attitude) yang menjadi stereotipe sikap kelompok
budaya masyarakat tertentu. Sebagian besar dari sikap itu berlangsung dari generasi ke
generasi di dalam struktur keluarga. Akan tetapi, beberapa darin tingkah laku individu
juga berkembang selaku orang dewasa berdasarkan pengalaman individu itu sendiri.
Para ahli psikologi sosial bahkan percaya bahwa sumber-sumber penting dari sikap
individu adalah propaganda dan sugesti dari penguasa-penguasa, lembaga pendidikan,
dan lembaga-lembaga lainnya yang secara sengaja diprogram untuk mempengaruhi
sikap dan perilaku individu.

Anda mungkin juga menyukai