Anda di halaman 1dari 7

Lisa Afsari Putri A.

| Perbandingan Agama | STKIP Widya Yuwana Madiun

Relevansi Hukum Cinta Kasih untuk Hidup Beragama di Indonesia Sekarang ini

Abstract

Agama katolik merupakan salah satu agama yang ada di Indonesia. Agama katolik
mendasarkan diri pada Yesus Kristus yang diimani sebagai Allah yang menjadi manusia.
Dalam agama katolik inti ajarannya adalah cinta kasih pada Tuhan dan sesama. Selain
sebagai ajaran cinta kasih merupakan hukum bagi umat katolik di mana setiap hukum
mengundang setiap yang terkait untuk menjadi pelaksana hukum. Hukum ini yang kemudian
digunakan para umat katolik untuk hidup bermasyarakat. Hukum ini mengajarkan setiap
orang untuk berbuat baik dengan sesama dan memiliki kepedulian dengan sesama. Dalam
hidup bermasyarakat dewasa ini umat katolik bersinggungan dengan agama lain yang ingin
menonjolkan ajarannya. Dalam kondisi seperti ini umat katolik secara tidak langsung
ditantang untuk senantiasa menghidupi ajaran cinta kasih untuk hidup keagamaan mereka
bersama dengan masyarakat sekitar.

Keyword: hukum cinta kasih, hidup beragama

Pendahuluan

Indonesia memiliki enam ragam agama dan salah satu diantaranya adalah agama
katolik. Di Indonesia sendiri jumlah umat katolik memiliki presentase sebesar 2,91% atau
sebanyak 6.907.873 bedasarkan data sensus penduduk (BPS) Indonesia pada tahun 2010.
Agama Katolik mendasarkan dirinya pada diri Yesus Kristus yang diimani sebagai Allah
yang menjelma menjadi manusia untuk menebus dosa umat kesayangan-Nya. Selama hidup
di dunia sebagai manusia, Yesus mengajarkan kepada para murid-Nya bahwa kasih
merupakan hukum pertama dan utama yaitu kasih kepada Tuhan dan sesama manusia
(bdk.Mat 22:37-39) dan tidak ada hukum lain yang lebih utama dari kedua hukum ini (bdk.
Mrk 12:31). Bukti dari ajaran kasih ini adalah pribadi Yesus sendiri yang merupakan Sang
Kasih yang dengan kerendahan hati menjelma menjadi manusia(bdk. 1 Yoh 4:8-16).

Setiap agama pastilah memiliki ajaran baik untuk para pemeluknya di mana dari
ajaran tersebut mereka kemudian memiliki sikap hidup yang baik dan diterapkan dalam hidup
bermasyarakat bahkan berbangsa dan bernegara. Hukum kasih yang diajarkan oleh Yesus
sendiri inilah yang kemudian mesti senantiasa digunakan dan diterapkan umat beriman
katolik untuk hidup bersama ataupun berdampingan dengan agama lain di Indonesia terlebih
dengan keadaan dewasa ini yang kerap kali menyulitkan umat katolik di tengah agama yang
ingin selalu menonjolkan diri. Umat katolik ditantang lebih untuk terus menghidupi ajaran
cinta kasih tersebut. Justru dengan situasi seperti ini ajaran maupun hukum cinta kasih lebih

1
Lisa Afsari Putri A. | Perbandingan Agama | STKIP Widya Yuwana Madiun

tampak nyata di tengah masyarakat, yaitu dengan sikap peduli ataupun toleransi yang tidak
berubah dengan agama-agama yang lain atau dengan sikap bebas melakukan kehendak baik
lainnya.

Hukum Cinta Kasih

Agama Katolik mendasarkan dirinya pada Yesus Kristus sebagai Allah yang menjadi
manusia untuk menebus umat-Nya, karena mendasarkan diri itu Gereja dengan demikian
mempondasikan dirinya atas ajaran-ajaran Yesus pula. Selama masa hidupnya di dunia Yesus
mengajarkan kepada para murid-Nya tentang kasih, Yesus mengajarkan kasih itu melalui
banyak praktik seperti Yesus menyembuhkan orang sakit, Yesus membela kaum
miskin,lemah dan berdosa, dan lain sebagainya yang secara garis besarnya Yesus
memperlihatkan kepedulian-Nya dengan sesama. Selain dari praktik yang Yesus lakukan,
sesungguhnya pembuktian ajaran kasih tersebut adalah dengan kesediaan-Nya untuk
menebus dunia dengan menjadi manusia lemah, dengan kata lain bahwa hadirnya Yesus
adalah Sang Kasih itu sendiri (bdk 1 Yoh 4:8-16). Secara lebih jelas Yesus merumuskan
hukum itu dengan bunyi “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu; itulah hukum pertama dan utama. Dan
hukum kedua yang sama dengan itu ialah: kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri”(Mat 22:37-39). Sepeninggalan Yesus dari dunia ini dan kembali ke Surga bersama
Bapa-Nya, hukum ini menjadi warisan yang Tuhan berikan kepada para murid-Nya untuk
senantiasa dijaga. Oleh sebab warisan ini berwujud hukum maka seturut dengan arti hukum
sendiri yaitu setiap orang yang terkait dengan hukum dituntut untuk melaksanakannya maka
hukum kasih ini harus dikonkritkan dalam hidup beriman. Hukum cinta kasih berisikan dua
unsur penting yaitu manusia harus mencintai Allah dengan segenap daya yang ia punya dan
unsur lainnya adalah cinta kepada Allah dikonkritkan dengan cinta kepada sesama sebab ada
juga tertulis bahwa mengasihi sesama sama artinya dengan mengasihi Allah (bdk. 1 Yoh
4:20-21). Dari sini tampaklah bahwa kasih kepada sesama itu mempunyai derajat yang sama
dengan kasih kepada Allah.

Lebih nyata lagi hukum kasih ini mendapat perwujudannya dalam sepuluh perintah
Allah. Pada perintah pertama sampai dengan ketiga mewujudkan cinta kasih manusia kepada
Allah yaitu, hanya berbakti kepada Tuhan Allah saja, menyembah Tuhan Allah secara hormat
dan menguduskan hari Tuhan. Sedangkan wujud konkrit untuk cinta kepada sesama ada pada
perintah keempat sampai dengan kesepuluh yaitu, hormati ayah dan ibu, jangan membunuh,

2
Lisa Afsari Putri A. | Perbandingan Agama | STKIP Widya Yuwana Madiun

jangan berbuat cabul, jangan mencuri, jangan bersaksi dusta terhadap sesama, jangan
mengingini istri sesamamu, dan jangan mengambil milik sesamamu secara tidak adil.

Hidup Beragama Umat Katolik Dewasa Ini

Negara Indonesia adalah negara multikultural. Indonesia memiliki berbagai macam


agama yang tersebar luas di tiap-tiap daerah, dengan persebaran tersebut tidak dapat
dipungkiri bahwa hidup sosial beragama saling bersinggungan dalam artian masyarakat
Indonesia hidup bersama dalam satu daerah tertentu dengan orang yang berbeda agama
dengannya. Bagi masyarakat Indonesia tidak memungkinkan lagi bagi mereka untuk hidup
terisolir ataupun hanya terpaku dengan satu kelompok saja. Secara otomatis mereka perlu
membaur dengan kelompok lain sebab dimanapun mereka tinggal mau tak mau akan
menemukan orang yang berbeda keyakinan dengannya. Dengan demikian maka perlu yang
namanya sikap toleransi antar umat beragama. Perbedaan agama tidak lagi dipermasalhkan,
tidak perlu lagi yang namanya pembedaan satu sama lain sebab hidup beragama bukan lagi
mementingkan ajaran agama melainkan lebih kepada penghayatan akan imannya. Dalam
hidup bermasyarakat ajaran agama rasanya tidak diperlukan lagi yang diperlukan adalah
perbuatan nyata dari ajaran agama tersebut untuk menciptakan masyarakat yang rukun dan
nyaman.

Namun hal tersebut sangat berbeda dengan keadaan negara Indonesia sekarang ini.
Hal ini dipengaruhi oleh komunitas basis agama tertentu yang terlalu menonjolkan diri
hingga memberikan ketidaknyamanan dalam hidup bermasyarakat. Komunitas basis
merupakan merupakan kelompok yang menjadi pioneer atau ujung tombak perkembangan
agama. Kelompok ini ada untuk memekarkan agama dari apa yang telah mereka hidupi
bersama dengan sang guru. Anggota kelompok ini dapat mengembangkan agama sebab ia
hidup dengan model “nyatrik”. Hidup nyetrik ini dilakukan oleh para pendahulu yang secara
nyata hidup bersama dengan Guru besar yang mengajarkan dasar-dasar agama yang dianut,
guru besar yang dimaksud beberapa diantaranya ialah Muhammad (islam) dan Yesus
(Kristen). Melalui cara hidup mereka banyak orang yang akhirnya percaya kepada mereka
dan menjadi pengikut mereka.

Dalam mengajarkan ajarannya tersebut para Guru besar memiliki penolakan dan juga
ancaman dari kelompok-kelompok mereka. Namun meskipun disertai dengan penolakan dan
juga ancaman ajaran para pendiri tetap dapat kita rasakan hingga saat ini di mana kita bisa
mempelajarinya melalui agama yang kita anut. Yang menjadi kendala saat ini adalah

3
Lisa Afsari Putri A. | Perbandingan Agama | STKIP Widya Yuwana Madiun

ancaman kelompok-kelompok basis yang sekarang ini masih berakar dengan situasi dan
kondisi para kelompok pendahulu kemudian tetap mengamplementasikannya dizaman
sekarang. Dari apa yang dialami kelompok basis terdahulu yaitu mengalami pertentangan dan
ancaman sesungguhnya tidak serta merta semua hal tersebut diterapkan di zaman sekarang.
Tentu dari segi manapun keadaan telah berubah, zaman telah berubah dan keadaan telah
berganti. Jika saja keadaan yang sekarang sudah damai dan sekarang juga umat beragama
mengenal yang namanya toleransi maka kekerasan ataupun ancaman tidak lagi diperlukan.
Justru cara kekerasan dan ancaman diterapkan di zaman sekarang malah memecah-belah dan
apa yang sesungguhnya sudah baik menjadi buruk.

Komunitas basis memang membawa manusia kepada pengenalan agama secara lebih
mendalam sebab masing-masing komunitas secara internal memperkuat ajaran maupun
pondasi imannya namun kemudian hal tersebut ternyata menimbulkan efek samping yang
kurang baik yaitu rasa bangga yang terlalu berlebihan. Rasa bangga itu kemudian membuat
mereka mengunggul-unggulkan ajarannya secara berlebihan. Berbagai cara dilakukan bahkan
dengan cara kekerasan dan ancaman seperti yang dialami kelompok basis terdahulu. Kita
lihat saja keadaan Indonesia sekarang ini, persoalan hidup beragama sedang gencar-
gencarnya dimana toleransi agama yang merupakan prinsip hidup bangsa Indonesia tidak
diindahkan lagi. Kelompok basis datang dengan mengumbar ujaran kebencian, kecaman dan
terorisme. Dalam hal ini umat katolik yang menjadi salah satu korbannya, tentu masih segar
diingatan kita pada bulan mei 2018 lalu Gereja Katolik di Surabaya dibom oleh kelompok
yang diduga ISIS. Tentu saja kejadian tersebut lantas meresahkan sekali umat beriman
Katolik yang menjadi korban. Lantas apa yang kemudian dilakukan umat katolik?

Relevansi Hukum Cinta Kasih untuk Hidup Beragama Di Indonesia Sekarang Ini

Menjadi korban terorisme kelompok basis tidak serta merta membuat umat katolik
membalas perbuatan tersebut. Umat katolik tetap tenang dan tidak ingin menabur kebencian
kepada teroris, umat katolik justru mendoakan selalu pengampunan kepada orang yang
berbuat demikian dan tak lupa meminta kekuatan kepada Tuhan dalam menghadapi situasi
ini1. Situasi seperti ini merujuk kepada sikap Yesus ketika mengalami penderitaan sebelum Ia
wafat di salib dimana Ia di siksa begitu hebatnya namun mulut-Nya bungkam tanpa
mengeluarkan sepatah kata saja seperti anak domba yang digiring ke tampat pembantaian
(bdk Kis 8:32). Pribadi Yesus merupakan pribadi yang penuh dengan kasih, Ia tidak pernah
1
Bedasarkan penuturan Romo Paroki Gereja Katolik Santa Maria tak bercela dalam satu rekoleksi di Kampus
Wina

4
Lisa Afsari Putri A. | Perbandingan Agama | STKIP Widya Yuwana Madiun

melakukan hal jahat, Ia selalu menabur kebaikan di manapun Ia berada. Di hina, disiksa dan
diancam merupakan hal yang biasa bagi-Nya. Justru hal yang luar biasa adalah Yesus tidak
membalas perbuatan yang sama seperti yang orang lakukan kepada-Nya. Hal-hal seperti
inilah yang menjadikan perbuatan kasih tumbuh dikalangan para murid-Nya sampai dengan
sekarang ini. Para rasul yang hidup nyantrik bersama dengan Yesus merasakan sendir
bagaimana kasih itu sehingga ia mampu mewartakan dan menyabarluaskan ajaran tersebut.
Agama Katolik juga memiliki komunitas basisnya sendiri guna memperdalam ajaran iman
ataupun memperkuat pondasi iman dan menerapkannya dalam hidup keseharian. Melalui
kelompok basis tersebut umat katolik tentu juga merasa bangga dengan ajaran agamanya
namun hal tersebut tidak membuat mereka lantas melayangkan penanaman nilai agamanya
secara paksa dengan cara kekerasan dan teroris. Umat katolik yang mendasarkan hidupnya
dengan kasih sadar betul bahwa ajaran tersebut cukup disimpan untuk dirinya sendiri dan
untuk aksi keluar hanya penghayatan akan imannya tersebut, bagaimana praktik nyata dalam
hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Menjaga hubungan baik dengan sesama merupakan prioritas penting bagi umat
katolik mengingat hukum kasih yang diajarkan Tuhan yaitu:“Kasihilah Tuhan Allahmu
dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu;
itulah hukum pertama dan utama. Dan hukum kedua yang sama dengan itu ialah: kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”(Mat 22:37-39)menandakan mengasihi Tuhan
sama halnya dengan mengasihi sesama manusia, maka sebagai bentuk cinta akan Tuhan
maka juga harus cinta akan sesama. Itulah yang senantiasa dihidupi umat katolik. Hukum
kasih yang diwariskan Yesus kepada umat-Nya sungguh menjadi jawaban ampuh dalam
menghadapi keadaan social apapun. Hukum kasih tidak mengenal golongan, tidak mengenal
ras, suku, budaya, agama dan hirarki yang lainnya namun hukum kasih merangkul semua
manusia tanpa terkecuali seperti Tuhan Yesus yang merangkul semua manusia untuk
merasakan keselamatan yang datang dari-Nya.

Menghadapi situasi dewasa ini justru menjadi kesempatan besar untuk menerapkan
hukum kasih dalam mewujudkan perdamaian dan meningkatkan martabat manusia yang
direndahkan dengan kesaksian hidup yang bertolak dari hukum kasih itu sendiri. Bukan
karena ingin menonjolkan diri dan terkesan mendoktrinisasi namun benar-benar ingin
menghidupi hidup beragama sebab itulah alasan adanya agama, agama ada untuk diterapkan
nilainya bukan untuk dipertontonkan. Jika saja tidak ada yang berinisiatif memperbaiki
situasi semacam ini apa yang akan terjadi kedepannya, hanya akan ada penderitaan

5
Lisa Afsari Putri A. | Perbandingan Agama | STKIP Widya Yuwana Madiun

berkepanjangan. Tidak ada guna bila iman tidak berkembang, tidak ada gunanya pengajaran
bila tidak diterapkan. Mengaku orang beriman tetapi tidak melakukan apa-apa dalam situasi
seperti ini sama saja bohong(nol besar). Beragama tetapi tidak membela kemanusian yang
sedang dalam keadaan kritis seperti ini sama hal dengan tidak ada guna kita beragama, sebab
sesungguhnya beragama membuat manusia semakin memanusiakan manusia.

Kesimpulan

Seperti Yesus yang tidak serta merta menyerah dalam kondisi yang amat menyulitkan
dan menyudutkan dia begitulah kiranya umat katolik melakukannya. Hukum cinta kasih yang
diberikan Yesus memang sungguh relevan bagi keadaan social apapun maka dengan keadaan
Indonesia seperti sekarang ini umat katolik mesti tetap menjalankan ajaran tersebut. Dengan
tidak menghilangkan religious agama katolik sendiri yang melekat pada komunitas basis,
umat mengambil bagian dalam memperjuangkan kesejahteraan bersama dalam masyarakat
multikultural. Titik tolak partisipasi ini terletak pada penerapan iman yang nyata dalam
tindakan kasih tanpa pandang buluh. Iman sebagai pemberi ilham dan sebagai motivasi aksi
perjuangan dan pembebasan persoalan kemanusiaan ini. Menumbuhkan kembali hidup dalam
bukan hal yang mustahil untuk dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

6
Lisa Afsari Putri A. | Perbandingan Agama | STKIP Widya Yuwana Madiun

Dewantara Agustinus,W. S.S.M.Hum, “Cinta Kasih sebagai inti hidup Kristiani”, Diktat
Perbandingan Agama,20 Februari 2019,hal 71-74

Dewantara Agustinus,W. S.S.M.Hum, “Komunitas Basis dalam Perspktif Ilmu


Perbandingan Agama”, Diktat Perbandingan Agama,20 Februari 2019,hal 71-74

http://www.katolisitas.org/mengasihi-sesama-dengan-kasih-kristus/

Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.

DEWANTARA, A. W. (2016). GOTONG-ROYONG MENURUT SOEKARNO DALAM


PERSPEKTIF AKSIOLOGI MAX SCHELER, DAN SUMBANGANNYA BAGI NASIONALISME
INDONESIA (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

Anda mungkin juga menyukai