Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PARADIGMA ADMINISTRASI PUBLIK KLASIK

Disusun oleh:

Isnadya Ahsanti (CA181111873)

Rara Rizky A. (CA181111821)

PENGANTAR ILMU ADMINISTRASI NEGARA/PUBLIK

Dr. Ir. A. H. RAHADIAN M.Si

ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

ADMINISTRASI PERPAJAKAN

A4-18-1F

2018-2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami hanturkan kepada Allah Swt karena limpahan rahmat
dan serta Anugerahnya kami mampu untuk menyelesaikan makalah kami yang
berjudul “ Paradigma Klasik” .

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Jakarta , 20 Oktober 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………...........……………………..

KATA PENGANTAR………………………………………..........….…. ….i

DAFTAR ISI ………………………………………………............…….….ii

BAB I PENDAHULUAN………………………….…………….........…….3

I.1.LATAR BELAKANG MASALAH………………..…............… 5

I.2. RUMUSAN MASALAH.. …………….....…………….........…. 5

I.3.TUJUAN MAKALAH……………………………….........……. 5

BAB II KAJIAN TEORI ……………………………………................….. 6

BAB III PEMBAHASAN……………………………………....…......….. 13

BAB IV PENUTUP…………………………………………...…….....….. 17

KESIMPULAN……………………………………. ……..…......... 17

DAFTAR PUSTAKA………………………………………..…. ….......…. 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan di manapun, Administrasi


Publik akanmemainkan sejumlah peran penting diantaranya dalam
menyelenggarakan pelayanan publik guna mewujudkan salah satu tujuan utama
dibentuknya Negara yakni kesejahteraan bagi masyarakatnya. Dalam konteks
Indonesia misalnya, tujuan dari dibentuknya pemerintahan sebagaimana termaksud
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 diantaranya adalah untuk
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Perjalanan
penyelenggaraan peran Administrasi Publik yang demikian, telah mengalami
berbagai macam perkembangan dimulai pada masa sebelum lahirnya konsep
Negara Bangsa hingga lahirnya ilmu modern dari Administrasi Publik yang hingga
saat ini telah mengalami beberapa kali pergeseran paradigma, mulai dari model
klasik yang berkembang dalam kurun waktu 1855/1887 hingga akhir 1980an;

Konsep yang pertama berkembang saat itu adalah konsep The Old Public
Administration. Konsep ini pertama kali dikemukan oleh seorang Presiden AS dan
juga merupakan Guru Besar Ilmu politik, Woodrow Wilson. Beliau menyatakan
bidang administrasi itu sama dengan bidang bisnis. Maka dari itu munculah konsep
ini, konsep Old Public Administration ini memiliki tujuan melaksanakan kebijaka dan
memberikan pelayanan, dimana dalam pelaksanaannya ini dilakukan dengan netral,
profesional, dan lurus mengarah kepada tujuan yang telah ditetapkan. Ada dua kunci
dalam memahami OPA ini, pertama, adanya perbedaan yang jelas antara politik
(policy) dengan administrasi. Kedua, perhatian untuk membuat struktur dan startegi
pengelolaannya hak organisasi publik diberikan kepada manajernya (pemimpin),
agar tugas-tugas dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

Seiring dengan berkembangnya keadaan sosial yang ada di masyarakat dan


perkembangan proses pembangunan bagaimana membangun suatu institusi yang
lebih baik, konsep Old Public Administration (OPA) dianggap tidak lagi relevan

4
dengan keadaan saat itu. OPA lebih dianggap lebih tanggap terhadap kekuasaan
kelompok yang dominan dalam masyarakat, namun tidak tanggap terhadap
kekuasaan diluar struktur kekuasaan yang ada di setiap jenjang pemerintahan.
kemudian muncul suatu konsep baru yaitu New Public Administration.

Administrasi negara baru muncul mulai pada penghujung tahun-tahun 1960-


an dan permulaan tahun1970-an sebagai suatu tanggapan atas beberapa
rangsangan yang berlanjut menjadi keresahan rasial, berlangsungnya
ketidakpuasan atas basis intelektual administrasi negara, dan perubahan umum
dalam disiplin ilmu sosial. Aneka macam nilai dihubungkan dengan administrasi
negara baru, dan nilai tersebut tidak selalu bersesuaian. Karena itu penulis betul-
betul menolak pemahaman bahwa pasti ada administrasi negara baru yang tunggal,
yang disepakati, disertai model yang sama sekali mengingkari teori-teori dan norma-
norma lampau dalam lapangannya. Apa yang baru dalam administrasi negara baru
langsung mengalir dari nilai-nilai yang telah menuntut administrasi negara tradisional
sehingga administrasi negara baru dapat berjalan logis dari kumpulan pengetahuan
baru dalam ilmu-ilmu sosial dan pengarahan ilmu-ilmu itu pada masalah-masalah
publik.

5
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan

1) Apa yang dimaksud dengan konsep Paradigma Old Public Administration ?


2) Bagaimana perbandingan konsep antara OPA ?
3) Bagaimana implementasi konsep-konsep Paradigma Old Public
Administration ?

1.3 RUANG LINGKUP


1. Pengertian Paradigma Tradisional / klasik
2. Karakteristik Paradigma Klasik
3. Pemahaman paradigma klasik di masyarakat

1.4 TUJUAN MAKALAH


1) Untuk mengetahui apa syang dimaksud dengan Paradigma Old Public
Administration .
2) Memahami fenomena yang terjadi dalam masyarakat dalam penerapan
konsep Paradigma Old Public Administration .

MANFAAT PENELITIAN

Adapun makalah ini dibuat agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana


perkembangan Paradigma Administrasi Publik Di Indonesia , memahami sistem
paradigma klasik

Rawa Selatan, Jakarta Pusat, Indonesia

6
BAB II

KAJIAN TEORI

Pengertian Paradigma

Secara etimologis, kata “paradigm” berasal dari bahasa Yunani


“paradeigma” yang berarti pola ( pattern) atau contoh (example ). Istilah
paradigma pertama kali diperkenalkan dan dipopulerkan oleh Thomas Khun (1962)
, dan Kuhn berpendapat bahwa paradigma adalah cara pandang untuk mengetahui
realitas sosial tertentu secara spesifik. Definisi tersebut dipertegas oleh Robert
friedrichs (1970). Sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu
tentang apa yangmenjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari . Pengertian
lain dikemukakan oleh George Ritzer (1980) , dengan menyatakan paradigma
sebagai pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang
menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari dalam salah satu cabang
disiplin ilmu pengetahuan .

Paradigma sangat diperlukan oleh peneliti dan ilmuwan bukan untuk sekedar
mencari model pemecahan masalah tetapi juga digunakan dalam menanggapi
keilmuan . paradigma bukanlah teori , melainkan cara berpikir atau cara memandang
, seperti yang dikemukakan oleh Gege (1986) bahwa paradigma adalah cara
berpikir atau jalan untuk mengembangkan pemikiran .

Dari pemikiran diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa “paradigma adalah
pandangan atau kerangka pemikiran sebagai dasar dalam menelaah dan atau
mengkaji sesuatu permasalahan “ .

Dasarnya paradigma dapat dibagi tiga elemen yaitu epistemologi , ontologi , dan
metodelogi . epistiemologi mempertanyakan bagaimana cara kita mengetahui
sesuatu , apa hubungan antara peniliti dengan pengetahuan . ontologi berkaitan
dengan pertanyaan dasar tentang hakikat realitas , metedologi memfokuskan
bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan .

7
Dari definisi dan muatan paradigma , maka paradigma sebagai alat bantu untuk
merumuskan hal yang berkaitan dengan : 1. Apa yang harus dipelajari , 2 .
persoalan apa yang harus dijawab , 3 . bagaimana metode untuk menjawabkan , 4.
Aturan apa yang harus diikuti dalam menginterprestasikan informasi yang diperoleh

Secara umum paradigma diartikan sebagai :

 Cara kita memandang sesuatu (point of view), sudut pandang, atau keyakinan
(believe).
 Cara kita memahami dan menafsirkan suatu realitas.
 Paradigma seperti ‘peta’ atau ‘kompas’ di kepala. Kita melihat atau
memahami segala sesuatu sebagaimana yang seharusnya.

American Heritage Dictionary merumuskan paradigma sebagai :

 Serangkaian asumsi, konsep, nilai-nilai, dan praktek-praktek yang diyakini


oleh suatu komunitas dan menjadi cara pandang suatu realitas ( A set of
assumptions, concepts, and values, and practices that constitutes a way of
viewing reality for the community that shares them)

 OLD PUBLIK ADMINISTRATION

Paradigma Administrasi Negara Lama dikenal juga dengan


sebutan Administrasi Negara Tradisional atau Klasik. Paradigma ini
merupakan paradigma yang berkembang pada awal kelahiran ilmu
administrasi negara. Tokoh paradigma ini adalah antara lain adalah pelopor
berdirinya ilmu administrasi negara Woodrow Wilson dengan karyanya “The
Study of Administration”(1887) serta F.W. Taylor dengan bukunya “Principles
of Scientific Management”
Dalam bukunya ”The Study of Administration”, Wilson berpendapat
bahwa problem utama yang dihadapi pemerintah eksekutif adalah rendahnya
kapasitas administrasi. Untuk mengembangkan birokrasi pemerintah yang
efektif dan efisien, diperlukan pembaharuan administrasi pemerintahan
dengan jalan meningkatkan profesionalisme manajemen administrasi negara.
Untuk itu, diperlukan ilmu yang diarahkan untuk melakukan reformasi
birokrasi dengan mencetak aparatur publik yang profesional dan non-partisan.
Karena itu, tema dominan dari pemikiran Wilson adalah aparat atau birokrasi
yang netral dari politik. Administrasi negara harus didasarkan pada prinsip-
prinsip manajemen ilmiah dan terpisah dari hiruk pikuk kepentingan politik.

8
Inilah yang dikenal sebagai konsep dikotomi politik dan administrasi.
Administrasi negara merupakan pelaksanaan hukum publik secara detail dan
terperinci, karena itu menjadi bidangnya birokrat tehnis. Sedang politik
menjadi bidangnya politisi.
Ide-ide yang berkembang pada tahun 1900-an memperkuat paradigma
dikotomi politik dan administrasi, seperti karya Frank Goodnow ”Politic and
Administration”. Karya fenomenal lainnya adalah tulisan Frederick W.Taylor
”Principles of Scientific Management (1911). Taylor adalah pakar manajemen
ilmiah yang mengembangkan pendekatan baru dalam manajemen pabrik di
sector swasta – Time and Motion Study. Metode ini menyebutkan ada cara
terbaik untuk melaksanakan tugas tertentu. Manajemen ilmiah dimaksudkan
untuk meningkatkan output dengan menemukan metode produksi yang paling
cepat, efisien, dan paling tidak melelahkan.Jika ada cara terbaik untuk
meningkatkan produktivitas di sector industri, tentunya ada juga cara sama
untuk organisasi public.Wilson berpendapat pada hakekatnya bidang
administrasi adalah bidang bisnis, sehingga metode yang berhasil di dunia
bisnis dapat juga diterapkan untuk manajemen sektor publik.
Teori penting lain yang berkembang adalah analisis birokrasi dari Max
Weber. Weber mengemukakan ciri-ciri struktur birokrasi yang meliputi hirarki
kewenangan, seleksi dan promosi berdasarkan merit system, aturan dan
regulasi yang merumuskan prosedur dan tanggungjawab kantor, dan
sebagainya. Karakteristik ini disebut sebagai bentuk kewenangan yang legal
rasional yang menjadi dasar birokrasi modern.
Ide atau prinsip dasar dari Administrasi Negara Lama (Dernhart dan Dernhart,
2003) adalah :
 Fokus pemerintah pada pelayanan publik secara langsung melalui
badan-badan pemerintah.
 Kebijakan publik dan administrasi menyangkut perumusan dan
implementasi kebijakan dengan penentuan tujuan yang dirumuskan
secara politis dan tunggal.
 Administrasi publik mempunyai peranan yang terbatas dalam
pembuatan kebijakan dan kepemerintahan, administrasi publik lebih
banyak dibebani dengan fungsi implementasi kebijakan public

9
 Pemberian pelayanan publik harus dilaksanakan oleh administrator
yang bertanggungjawab kepada ”elected official” (pejabat/birokrat
politik) dan memiliki diskresi yang terbatas dalam menjalankan
tugasnya.
 Administrasi negara bertanggungjawab secara demokratis kepada
pejabat politik
 Program publik dilaksanakan melalui organisasi hirarkis, dengan
manajer yang menjalankan kontrol dari puncak organisasi.
 Nilai utama organisasi publik adalah efisiensi dan rasionalitas
 Organisasi publik beroperasi sebagai sistem tertutup, sehingga
partisipasi warga negara terbatas
 Peranan administrator publik dirumuskan sebagai fungsi POSDCORB

Lima paradigma yang muncul dan berkembang pada saat itu.


Kelima paradigma itu antara lain :
 Paradigma I : Dikotomi Politik-Administrasi (1900-1926)
Frank J Goodnow dan Leonard D White dalam bukunya Politics and
Administration menyatakan dua fungsi pokok dari pemerintah yang
berbeda:

1. fungsi politik yang melahirkan kebijaksanaan atau keinginan negara


2. fungsi Administrasi yang berhubungan dengan pelaksanaan
kebijakan negara.

Tokoh – tokoh yang berpengaruh paradigma dikotomi


administrasi dan politik pada waktu itu adalah Frank J. Goodnow,
Leonard D. White. Mereka mengungkapkan bahwa politik harus
memusatkan perhatiannya pada kebijakan atau ekspresi dari kehendak
rakyat, sedangkan administrasi .Implikasi paradigma iniadalah
administrasi harus dilihat sebagai sesuatu yang bebas nilai serta
diarahkan atau berfokus untuk mencapai nilai efisiensi dan ekonomi
dari government bureaucracy. Sedangkan Focusnya yaitu metode atau
kakian apa yang akan dibahas dalam Administrasi Publik kurang
dibahas secara jelas. Administrasi negara memperoleh legitimasi

10
akademiknya lewat lahirnya Introduction To the study of Public
Administration oleh Leoanrd D White yang menyatakan dengan tegas
bahwa politik seharusnya tidak ikut mencampuri administrasi, dan
administrasi negara harus bersifat studi ilimiah yang bersifat bebas
nilai.

 Paradigma II: Prinsip-Prinsip Administrasi Negara (1927-1937)


Di awali dengan terbitnya Principles of Public Adminisration karya W F
Willoughby. Pada fase ini Administrasi diwarnai oleh berbagai macam
kontribusi dari bidang-bidang lain seperti industri dan manajemen,
berbagai bidang inilah yang membawa dampak yang besar pada
timbulnya prinsip-prinsip administrasi. Prinsip-prinsip tersebut yang
menjadi Focus kajian Administrasi Publik, sedangkan Locus dari
paradigma ini kurang ditekankan karena esensi prinsip-prinsip
tersebut, dimana dalam kenyataan bahwa bahwa prinsip itu bisa terjadi
pada semua tatanan, lingkungan, misi atau kerangka institusi, ataupun
kebudayaan, dengan demikian administrasi bisa hidup dimanapun
asalkan Prinsip-prinsip tersebut dipatuhi.

Pada paradigma kedua ini pengaruh manajemen Kalsik sangat besar


Tokoh-tokohnya adalah : F.W Taylor yang menuangkan 4 prinsip dasar
yaitu ; perlu mengembangkan ilmu Manajemen sejati untuyk
memperoleh kinerka terbaik ; perlu dilakukukan proses seleksi pegawai
ilmiah agar mereka bisa tanggung jawan dengan kerjanya ; perlu ada
pendidikan dan pengembangan pada pegawai secara ilmiah ; perlu
kerjasama yang intim ( prinsip management ilmiah Taylor )antara
pegawai dan atasan Kemudian disempurnakan oleh Fayol (POCCC )
dan Gullick dan Urwick ( Posdcorb)

 Paradigma III: Administrasi Negara Sebagai Ilmu Politik (1950-


1970)
Prinsip ManagemenMenurut HERBERT SIMON ( The Poverb
Administration ) ilmiah POSDCORB tidak menjelaskan makna “
Public” dari “public Administration “ menurut Simon bahwa

11
POSDCORB tidak menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh
administrator publik terutama dalam decision making. Kritik Simon ini
kemudian menghidupkan kembali perdebatan Dikotomi administrasi
dan Politik Kemudian muncullah pendapat Morstein-Mark ( element Of
Public Administration yang kemudian kembali Mempertanyakan
pemisahan politik san ekonomi sebagai suatu hal yang tidak realistik
dan tidak mungkin.

Kesimpulannya Secara singkat dapat dipahami bahwa fase Paradigma


ini menerapkan suatu usaha untuk menetapkan kembali hubungan
konseptual antara administrasi saat Itu, karena hal itulah administrasi
pulang kembali menemui induk ilmunya yaitu Ilmu Politik, akibatnya
terjadilah perubahan dan pembaruan Locusnya yakni birokrasi
pemerintahan akan tetapi konsekuensi dari usaha ini adalah keharusan
untuk merumuskan bidang ini dalam hubungannya dengan focus
keahliannya yang esensial. Terdapat perkembangan baru yang dicatat
pada fase ini yaitu timbulnya studi perbandingan dan pembangunan
administrasi sebagi bagian dari Administrasi negara.

 Paradigma IV: Administrasi Negara Sebagai Administrasi (1956-


1970)
Istilah Administrative Science digunakan dalam paradigma IV ini untuk
menunjukkan isi dan focus pembicaraan, sebagai suatu paradigma
pada fase ini Ilmu Administrasi hanya menekankan pada focus tetapi
tidak pada locusnya, ia menawarkan teknik-teknik yang memerlukan
keahlian dan spesialisasi, pengembangan paradigma ke-4 ini
bukannya tanpa hambatan, banyak persoalan yang harus dijawab
seperti misal adalah apakah jika fokus tunggal telah dipilih oleh
administrasi negara yakni ilmu administrasi, apakah ia berhak bicara
tentang public (negara) dalam administrasi tersebut dan banyak
persoalan lainnya.

12
 Paradigma V: Administrasi Negara sebagai Administrasi Negara
(1970)
Pemikiran Herbert Simon tentang perlunya dua aspek yang perlu
dikembangkan dalam disiplin Administrasi Negara:

1. Ahli Administrasi Negara meminati pengembangan suatu ilmu


Administrasi Negara yang murni.
2. Satu kelompok yang lebih besar meminati persoalan-persolan
mengenai Kebijaksanaan publik.

Administrasi publik mulai merambah pada teori organisasi, ilmu


kebijakan (policy science) dan ekonomi politik. Pada periode ini,
public affair. mulai bermunculan (Pasolong, 2010 : 30). Focus dari
administrasi pada paradigma ini adalah teori organisasi, sedangkan
locusnya masalah kepentingan publik (T. Keban, 2008:33). Pada
paradigma ini dapat diinterpretasikan bahwa publicness dalam
administrasi publik mulai diperhatikan. Dalam paradigma ini ilmu,
admnistarasi publik (negara) mula menemukan jati dirinya. Adanya
teori bahwa admnistrasi negara merupakan ilmu kebijakan
menjadikan ilmu admnistrasi publik (negara) menjadi lebih dinamis.
Admnistrasi negara tidak lagi hanya berbicara tatanan birokrasi,
tetapi lebih kepada pelayanan publik melalui kebijakan. Serta mulai
melibatkan teori ekonomi untuk mewujudkan kebijakan publik
(policy science).

13
BAB III

PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN

Otonomi daerah adalah wujud dari pemerintahan yang demokrasi. Ketika


kewenangan yang dulu dipegang oleh pemerintah pusat, kini dilimpahkan kepada
pemerintahan daerah yang dianggap sebagai pemerintah yang paling dekat
aksesnya dengan rakyat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun ketika
otonomi ini sudah dijalankan, kemudian banyak pula terjadi penyimpangan oleh
pemerintah daerah itu sendiri. Seolah jika dahulu hanya pusat saja yang bisa
korupsi, tapi sekarang pejabat di tingkat daerah juga bisa ambil bagian. Inilah
ironinya. Dan banyak fakta yang telah membuktikan, seperti salah satu contoh ialah
di daerah saya di Kabupaten Brebes. Bupati yang memperoleh amanah dari rakyat
untuk menjalankan dua kali masa jabatan ini terdakwa menjadi pelaku korupsi atas
pengadaan tanah untuk pembangunan Pasar Brebes dengan kerugian Negara Rp
7,8 miliar , kini sudah nonaktif dari jabatannya dan divonis 2 tahun.

Pokok masalah yang masih mengakar adalah karakter pemerintahan


sentralistik para birokrat yang menjalankan roda pemerintahan, atau disebut Old
Public Administration (OPA). Jika pola pikir yang terbentuk masih dalam paradigma
tersebut, maka sampai kapan pun sistem yang ada tak akan memberi kemajuan
dalam penyelenggaraan pemerintahan. Ibaratnya seperti mobil bekas yang dipoles
sedemikian rupa tampilannya sehingga terlihat baru, namun pada hakikatnya
berkarat dan keropos dimana-mana. Mobil itu bisa berjalan, tapi selalu mogok dan
mengalami perbaikan karena kerusakan yang diderita.

Untuk memperoleh tatanan birokrasi yang sesuai dengan kebutuhan


masyarakat dan perkembangan zaman ialah dengan menerapkan paradigma New
Publik Service (NPS) atau Layanan Publik Baru . Paradigma ini berdasarkan citizen/
warga Negara, demokrasi, dan pelayanan kepentingan umum sebagai alternative
model yang kini dominan yang didasarkan pada teori ekonomi dan kepentingan
pribadi. Teori-teori, nilai, dan keyakinan adalah apa yang memfasilitasi atau
menghambat jenis tindakan tertentu. Paradigm ini cair, tidak hanya tentang
bagaimana kita melihat warga yang dilayani tapi juga perubahan dalam cara birokrat

14
melihat dirinya sendiri dan tanggung jawab mereka, bagaimana mereka
memperlakaukan satu sama lain, bagaimana mereka mendefinisikan tujuan dan
sasaran, bagaimana pemerintah mengevaluasi diri sendiri dan yang lain, bagaimana
pemerintah membuat keputusan, bagaimana mereka memandang kesuksesan dan
kegagalan, bagaimana mereka berpikir tentang legitimasi tindakan mereka. Ini
adalah perhatian pemerintah pada cita-cita demokrasi dan kepentingan publik,
kewarganegaraan dan martabat manusia, pelayanan dan komitmen sebagai dasar
dari segala yang pemerintah atau birokrat lakukan.

Jadi, birokrasi pascareformasi ini harus mengikuti perkembangan yang ada.


Ketika masyarakat semakin maju dengan pemikiran dan peradabannya, maka akan
semakin besar tuntutan mereka untuk dapat mengakses pelayanan birokrasi yang
memuaskan, efektif dan efisien.

 Old Public Administration


Dalam paradigma OPA, gerakan untuk melakukan perubahan yang
lebih baik telah diprakarsai oleh Woodrow Wilson. Ia menyarankan agar
administrasi publik harus dipisahkan dari dunia politik (dikotomi politik-
administrasi). Berdasarkan pengalaman Wilson, negara terlalu memberi
peluang bagi para administrator untuk mempratekan sistem nepotisme dan
spoil. Karenanya ia mengeluarkan doktrin untuk melakukan pemisahan antara
dunia legislatif (politik) dengan dunia eksekutif, dimana para legislator hanya
merumuskan kebijakan dan para administrator hanya mengeksekusi atau
mengimplementasikan kebijakan. Sosok birokrasi yang ditawarkan Wilson ini
sejalan dengan jiwa atau semangat bisnis. Wilson menuntut agar para
administrator publik selalu mengutamakan nilai efisiensi dan ekonomis
sehingga mereka harus diangkat berdasarkan kecocokan dan kecakapan
dalam bekerja ketimbang keanggotaan atau kedudukan dalam suatu partai
politik. Ajakan Wilson untuk meniru dunia bisnis ini membawa suatu implikasi
penting dalam pemerintahan yaitu bahwa prinsip-prinsip dalam dunia bisnis
yang diparkasai oleh Taylor pantas untuk diperhatikan. Metode keilmuan,
menurut Taylor, harus menggeser metode rule of thumb. Tenaga kerja harus
diseleksi, dilatih dan dikembangkan secara ilmiah, dan didorong untuk bekerja

15
sama dalam menyelesaikan berbagai tugas pekerjaan sesuai prinsip-prinsip
keilmuan. Dunia telah mengakui kebesaran Taylor dalam membangun prinsip
manajemen yang profesional.
Max Weber, ahli hukum dan sosiologi terkenal, sekaligus filsuf ilmu sosial
yang terkenal , melahirkan adanya suatu konsep birokrasi ideal untuk
dijalankan dalam suatu negara . konsep itu adalah Weber mengemukakan
karakteristik-karakteristik teori birokrasi miliknya, :
 Adanya pembagian tugas/tanggung jawab yg jelas dan formal,
sehingga batas-batas otoritas atau peran dari setiap unit organisasi
dapat diketahui dengan jelas dan tegas
 Adanya hierarki tanggung jawab dan wewenang, dimana unit bawahan
dikontrol oleh unit atasan. Mata rantai komando disusun secara resmi,
prosedural, jelas dan tegas
 Pengelolaan kegiatan dan interaksi antara unit-unit organisasi
dilakukan berdasarkan dokumen-dokumen resmi
 Hubungan bersifat impersonal
 Pembagian tugas dan penunjukan jabatan resmi dilakukan
berdasarkan pertimbangan kompetensi teknis
 Para individu dalam birokrasi dituntut bekerja sepenuh waktu (full time)
dan umumnya dalam jangka waktu yang panjang (bahkan umumnya
sampai pensiun)
 Para birokrat atau pengelola birokrasi bertindak atau berperan dengan
harus mengikuti peraturan-peraturan tertentu è para birokrat dilindungi
secara hukum, bebas dari tekanan pihak manapun
Birokrasi tidak memihak atau secara politik adalah netral è harus
bertindak secara profesional juga mengajak untuk melaksanakan prinsip-
prinsip Taylor. Menurut Weber, ketika masyarakat berkembang semakin
kompleks maka dibutuhkan atau diperlukan suatu institusi yang rasional yaitu
“birokrasi”. Dalam birokrasi ini diatur perilaku yang tidak saja produktif tetapi
juga loyal terhadap pimpinan dan organisasi. Perilaku yang “impersonal” dan
“saklek” harus diterapkan. Hubungan kekeluargaan, kelompok sosial dan
sebagainya tidak mendapat tempat untuk dipertimbangkan dalam birokrasi.
Karenanya, para anggota organisasi harus ditempatkan berdasarkan

16
kemampuan yang dimiliki, dikembangkan dan dituntun dengan peraturan
yang jelas dalam menjalankan tugasnya.

Dalam perkembangannya, doktrin OPA di atas menghadapi masalah


(fallacies). Misalnya, Taylor sangat yakin bahwa hanya ada satu cara terbaik
(one best way of doing the task) untuk melakukan tugas, padahal dalam
perkembangan jaman terdapat banyak cara lain untuk bekerja terbaik, hasil
rekayasa teknologi dan ilmu pengetahuan (Taylor fallacy). Demikian pula,
Wilson cenderung melihat dunia administrasi publik sebagai kegiatan yang
tidak politis, padahal dalam kenyataannya bersifat politis (Wilson fallacy).
Weber yakin sosok organisasi birokrasi sangat ideal, padahal dalam
perkembangannya bisa berubah sifatnya menjadi sangat kaku, karena tidak
ada inovasi dari para karyawannya. bertele-tele karena sangat struktural
hierarkis , dan penuh red-tape atau pemnyimpangan-penimpangan dalam
suatu birokrasi itu sendiri. (Weber fallacy).

Menurut Owen E.Hughes (1994), ada 6 alasan munculnya paradigma


baru yaitu :

1) Administrasi publik tradisional telah gagal mencapai tujuannya secara


efektif dan efisien sehingga perlu diubah menuju ke orientasi yang
lebih memusatkan perhatian pada pencapaian hasil(kinerja) dan
akuntabilitas;
2) Adanya dorongan yang kuat untuk mengganti tipe birokrasi klasik
yang kaku menuju ke kondisi organisasi public, kepegawaian, dan
pekerjaan yang lebih luwes;
3) Perlunya menetapkan tujuan organisasi da pribadi secara jelas dan
juga perlu ditetapkan alat ukur keberhasilan kinerja lewat indicator
kinerja;
4) Perlunya para pegawai senior lebih punya komitmen politik pada
pemerintah yang sedang berkuasa daripada bersikap netral atau non
partisan;
5) Fungsi-fungsi yang dijalankan pemerintah hendaknya lebih
disesuaikan dengan tuntutan dan signal pasar; dan

17
6) Adanya kecenderungan untuk mereduksi peran dan fungsi
pemerintah dengan melakukan kontrak kerja dengan pihak lain
(contracting out) dan privatisasi.
Meski demikian, dari paradigma OPA ini dapat dipelajari bahwa untuk
membangun birokrasi diperlukan profesionalitas, penerapan aturan dan
standardisasi secara tegas, sikap yang netral dan perilaku yang mendorong
efisiensi dan efektivitas.

 Kelebihan paradigma klasik

Kelebihan dari administrasi publik klasik adalah politik yang tidak mencampuri
kegiatan administrasi di pemerintahan. Sehingga tidak ada hasil dari kegiatan
administrasi terhadap publik yang berbau politik. Administrasi publik klasik juga
memampukan birokrasi memiliki daya stabilitas yang sangat tinggi, karena para
birokrat diputuskan berdasarkan pertimbangan obyektif, para birokrat dilindungi dari
kesewenangan hukum, dan masa depan para birokrat terjamin. Struktur birokrasi
yang kompleks dan formal serta berdasarkan dokumen resmi akan menghindarkan
birokrasi dari penyalahgunaan wewenang baik oleh birokrasi karier maupun birokrasi
politisi yang berkuasa untuk sementara. Administrasi publik klasik ini juga dapat
diimplementasikan di negara berbentuk kerajaan. Selanjutnya, sifat netral dari
administrasi publik klasik ini dapat menghindarkan birokrasi dari kepentingan figur
atau kelompok-kelompok tertentu.

 Karakteristik Administrasi Publik Tradisional

NO Administrasi Publik Tradisional


1 Berorientasi “survival”
2 Satu pola administrasi terbaik
3 Berorientasi praktis
4 Pengukuran kuantifkasi
5 Penekanan pengalaman
6 Rasionalistis

18
7 Manusia mengetahui
8 Orienrtasi Manajemen
9 Efsiensi
10 Ketepatan
11 Hierarki
12 Segi Internal organisasi
13 Dampak minimal lingkungan
14 Tidak bermoral
15 Standarisasi
16 Proses-taknis
17 Nonpartisipatoris
18 Noninovatif
19 Lembaga-program permanen

BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Dari dinamika paradigma administrasi yang telah dipaparkan, dapat


ditarik konklusi bahwa perkembangan paradigma akan terus berlanjut karena
kebutuhan dan aspek lebih representatif dan relevan terhadap perkembangan
zaman. Setiap kegagalan dalam implementasi konsep paradigma akan
ditindaklanjuti dengan evaluasi dan kritik untuk memperbaiki paradigma.
Selain itu, paradigma juga disesuaikan dengan ekologi masyarakat untuk
dapat mewujudkan administrasi publik yang ideal dalam memberikan
kontribusi pelayanan pada publik.
Paradigma Administrasi Negara Lama dikenal juga dengan sebutan
Administrasi Negara Tradisional atau Klasik. Paradigma ini merupakan
paradigma yang berkembang pada awal kelahiran ilmu administrasi negara.
Tokoh paradigma ini adalah antara lain adalah pelopor berdirinya ilmu
administrasi negara Woodrow Wilson dengan karyanya “The Study of
Administration”(1887) serta F.W. Taylor dengan bukunya “Principles of
Scientific Management”

19
DAFTAR PUSTAKA

 Indah mindarti, Leli.2007.Revolusi Adinistrasi Publik,Malang : Bayu Media


Publishing.
 http://birokrazy08.wordpress.com/2010/12/21/administrasi-publik/
(Tanggal 19, 17:15)
 http://ikamullahakmal.blogspot.com/2013/03/teori-dalam-administrasi-
publik-klasik.html (tgl 20, 16:45)
 https://agungblacklist.wordpress.com/2011/11/11/pradigma-administrasi-
negara/ (tgl 20, 17:05)
 http://ilmuitukece.blogspot.com/2016/10/pengaruh-old-public-
administration.html (tgl 19, 19:15)
 Pasolong, Dr. Harbani. 2012. Metode Penelitian Administrasi Publik.
Bandung: ALFABETA, cv.
 http://jabirical.blogspot.com/2011/04/perbandingan-opa-npm-dan-nps.html
(tgl 20 , 19:10)
 http://id.scribd.com/doc/121751739/Paradigma-Old-Public-Administration
(tgl 20 , 20:15)

20

Anda mungkin juga menyukai