Anda di halaman 1dari 15

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI BPJS KESEHATAN

(BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN)

DISUSUN OLEH :

ANNISA ALMAGFIRAH
E011181023

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, kami
panjatkan segala puji syukur atas segala hidayah, rahmat, serta nikmat-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah Implementasi Kebijakan Pemerintah Mengenai BPJS Kesehatan mata kuliah


Kenijakan Publik ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Kami berharap semoga makalah
ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca dan bisa
mempraktekannya ke dalam kehidupan sehari-hari.

Terlepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya masih ada kekurangan baik dari segi
kalimat maupun dari tata bahasanya. Oleh sebab itu, kami menerima segala kritik dan saran
dengan tangan terbuka dari pembaca sekaligus agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Makassar, 15 April 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................................1

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2

DAFTAR ISI................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Implementasi.....................................................................................................................6
B. Kebijakan...........................................................................................................................6
C. Implementasi Kebijakan....................................................................................................7
D. Model-Model Implementasi Kebijiakan...........................................................................8
E. BPJS Kesehatan.................................................................................................................9

BAB III PEMBAHASAN

A. Implementasi Kebijakan Pemerintah Mengenai BPJS Kesehatan....................................11

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................................................14
B. Saran..................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana
dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Istilah ini dapat
diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan kelompok sektor swasta, serta individu.
Kebijakan berbeda dengan peraturan dan hukum. Jika hukum dapat memaksakan atau
melarang suatu perilaku (misalnya suatu hukum yang mengharuskan pembayaran pajak
penghasilan), kebijakan hanya menjadi pedoman tindakan yang paling mungkin memperoleh
hasil yang diinginkan.
Kebijakan publik dapat dirasakan keberadaannya jika sudah diimplementasikan atau
diterapkan kepada masyarakat. Tahap implementasi merupakan penghubung antara formulasi
kebijakan dengan hasil kebijakan (outcome). Pelaksanaan kebijakan publik ini memiliki
proses yang sangat panjang sebelum dampaknya dapat dirasakan oleh masyarakat. Dalam
proses implementasi kebijakan publik terdapat pelaku-pelaku yang berperan penting, dari
peran pelaku tersebutlah nasib pengimplementasian kebijakan publik berada, apakah
kebijakan itu berhasil atau gagal di implementasikan. Namun peran serta masyarakat (Citizen
Participation) juga menjadi penentu keberhasilan implementasi kebijakan, masyarakat harus
menjadi pelaku yang baik dalam implementasi kebijakan. Kebijakan yang telah dibuat oleh
policy maker tidak selalu bisa berhasil diimplementasikan dengan baik. Telah lebih dari
empat dekade sejak Presman dan Wildavsky pada tahun 1970-an melakukan studi untuk
memahami mengapa implementasi berbagai program yang dirancang oleh pemerintah pusat
(federal government) cenderung gagal ketika diimplementasikan oleh pemerintah daerah
(Purwanto dan Sulistyastuti, 2012: 2). Faktanya berbagai kondisi ideal yang tercantum di
undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan menteri, dan program pembangunan
tahunan harus mengalami kesulitan atau bahkan berhenti ketika harus berhadapan dengan
berbagai relitas di lapangan. Tidak sedikit kebijakan pemerintah yang tidak
terimplementasikan dengan baik (non implementation dan unsuccesful implementation).
Rendahnya kualitas pelayanan publik merupakan salah satu sorotan yang diarahkan
kepada birokrasi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Perbaikan

4
pelayanan publik di era/reformasi merupakan harapan seluruh masyarakat namun
perjalanannya ternyata tidak mengalami perubahan yang signifikan. Berbagai tanggapan
masyarakat justru cenderung menunjukkan bahwa berbagai jenis pelayanan publik
mengalami kemunduran yang sebagian ditandai dengan banyaknya penyimpangan dalam
layanan publik yang lamban dalam memberikan pelayanan juga merupakan aspek layanan
publik yang banyak disoroti. Dalam bidang layanan publik, upaya-upaya telah dilakukan
dengan menetapkan standar pelayanan publik dalam mewujudkan standart pelayanan publik
yang cepat, murah dan transparan. Hal tersebut terkait dengan pelaksanaan sistem dan
prosedur pelayanan yang kurang efektif, berbelit-belit, lamban, tidak merespon kepentingan
pelanggan, dan lain-lain adalah sederetan atribut negatif yang dilimpahkan kepada birokrasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang kami angkat ialah
“Bagaimana Implementasi Kebijakan Pemerintah Mengenai BPJS Kesehatan?”

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Implementasi

Arti implementasi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) yaitu pelaksanaan /
penerapan. Sedangkan pengertian umum adalah suatu tindakan atau pelaksana rencana yang
telah disusun secara cermat dan rinci (matang). Kata implementasi sendiri berasal dari bahasa
Inggris “to implement” artinya mengimplementasikan. Tak hanya sekedar aktivitas,
implementasi merupakan suatu kegiatan yang direncanakan serta dilaksanakan dengan serius
juga mengacu pada norma-norma tertentu guna mencapai tujuan kegiatan. Dalam kalimat
lain implementasi itu sebagai penyedia sarana untuk melaksanakan sesuatu yang
menyebabkan dampak terhadap sesuatu. Sesuatu tersebut dilakukan agar timbul dampak
berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan serta kebijakan yang telah
dibuat oleh lembaga pemerintah dalam kehidupan bernegara.

Menurut Mazmanian dan Sabatier  implementasi yaitu pelaksanaan dari kebijakan


dasar hukum juga berbentuk perintah keputusan, atau keputusan pengadilan. Proses
pelaksanaannya berlangsung setelah jumlah tahapan seperti tahapan proses undang-undang
yang kemudian output dalam bentuk pelaksanaan kebijakan hingga kebijakan korektif
bersangkutan. Sedangkan menurut Nurdin Usman implementasi ialah Suatu perkara yang
berujung pada aksi tindakan sebab adanya mekanisme dalam suatu sistem. Tidak hanya suatu
kegiatan monoton akan tetapi suatu kegiatan terencana dengan sangat baik guna mencapai
sebuah cita-cita atau tujuan tertentu.

B. Kebijakan

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kebijakan adalah rangkaian konsep
dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,
kepemimpinan, dan cara bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi
dan kelompok sektor swasta, serta individu. Kebijakan atau kajian kebijakan dapat pula
merujuk pada proses pembuatan keputusan-keputusan penting organisasi, termasuk
identifikasi berbagai alternatif seperti prioritas program atau pengeluaran, dan pemilihannya

6
berdasarkan dampaknya. Kebijakan juga dapat diartikan sebagai mekanisme politis,
manajemen, finansial, atau administratif untuk mencapai suatu tujuan eksplisit.

James E. Anderson (Irfan Islamy, 2000: 17) mendefinisikan kebijakan itu adalah
serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh
seseorang pelaku sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu). Sedangkan
Amara Raksasataya menyebutkan bahwa kebijaksanaan adalah suatu taktik dan strategi
yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan.

C. Implementasi Kebijakan

Menurut Van Metter dan Van Horn dalam Agustino (2008: 195) menjelaskan bahwa
implementasi kebijakan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-
individu/ pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan
pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Esensi
utama dari implementasi kebijakan adalah memahami apa yang seharusnya terjadi sesudah
suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan. Pemahaman tersebut mencakup usaha
untuk mengadministrasikannya dan menimbulkan dampak nyata pada masyarakat atau
kejadian-kejadian. Sedangkan menurut Mazmanian dan Sabatier dalam Agustino (2008:
196) implementasi kebijakan adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam
bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-
keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan
tersebut mengidentifikasikan masalah-masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas
tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau
mengatur proses implementasinya.

Berdasarkan rumusan implementasi kebijakan sebagaimana dikemukakan diatas, maka


implementasi kebijakan dapat dimaknai sebagai pelaksanaan kegiatan/aktifitas mengacu pada
pedoman-pedoman yang telah disiapkan sehingga dari kegiatan/aktifitas yang telah
dilaksanakan tersebut dapat memberikan dampak/akibat bagi masyarakat dan dapat
memberikan kontribusi dalam menanggulangi masalah yang menjadi sasaran program.
Implementasi kebijakan ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya. Ide
dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan ditransformasikan, setelah itu implementasi

7
kebijakan dapat dilakukan. Keberhasilannya ditentukan oleh derajat implementabilitas dari
kebijakan tersebut.

D. Model-Model Implementasi Kebijakan

1. Model Implementasi Kebijakan Van Metter dan Van Horn


Model implementasi kebijakan yang dirumuskan oleh Van Metter dan Van Horn
menjelaskan bahwa proses implementasi kebijakan merupakan sebuah abstraksi atau
performansi yang pada dasarnya secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja
implementasi dan dipengaruhi oleh enam variabel, yaitu: ukuran dan tujuan kebijakan,
sumber daya, karakteristik agen pelaksana, sikap dan kecenderungan para pelaksana,
komunikasi antarorganisasi dan lingkungan sosial, ekonomi juga politik.

2. Model Implementasi Kebijakan Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier

Model implementasi kebijakan yang dikemukakan oleh Mazmanian dan Sabatier disebut
dengan A Framework for Policy Implementation Analysis. Model ini berpendapat bahwa
peran penting dari implementasi kebijakan publik adalah kemampuannya dalam
mengidentifikasikan variabel-variabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan
formal pada keseluruhan proses implementasi. Variabel-variabel yang dimaksud dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kategori besar, yaitu:

 Mudah tidaknya masalah yang akan digarap, meliputi: kesukarankesukaran


teknis, keberagaman perilaku yang diatur, tingkat dan ruang lingkup perubahan
perilaku yang dikehendaki

 Kemampuan kebijakan menstruktur proses implementasi secara tepat

 Faktor-faktor di luar undang-undang yang mempengaruhi implementasi

3. Model Implementasi Kebijakan George C. Edward III


Model implementasi kebijakan dengan menggunakan pendekatan top down, dalam
menganalisa implementasi kebijakan model ini berfokus pada empat variabel yang
dianggap menentukan proses implementasi kebijakan, yaitu: komunikasi, sumberdaya,
disposisi,dan struktur birokrasi.

8
4. Model Implementasi Kebijakan Eguene Bardach
Model implementasi kebijakan yang dikemukakan Eguene Bardach dalam melakukan
analisa lebih menekankan pada tawar menawar, persuasi, dan manuver oleh kelompok-
kelompok kepentingan guna memaksimalkan pengaruh mereka dalam hal pelaksanaan
atau implementasi.

5. Model Implementasi Kebijakan Christopher Hood


Model impelementasi kebijakan yang dirumuskan oleh Christopher Hood dalam bukunya
Limit To Administration menjelaskan bahwa sekurangkurangnya terdapat lima syarat
agar implementasi kebijakan dapat berlangsung sempurna, yaitu: implementasi adalah
produk dari organisasi yang padu seperti militer dengan garis komando yang jelas,
norma-norma ditegakkan dan tujuan ditentukan dengan jelas, orang-orangnya dipastikan
dapat melaksanakan apa yang diminta, harus ada komunikasi yang sempurna di dalam
dan antar organisasi, tidak ada tekanan waktu.

E. BPJS Kesehatan

BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan) merupakan Badan


Hukum Publik yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan memiliki tugas untuk
menyelenggarakan jaminan Kesehatan Nasional bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama
untuk Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis
Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa. BPJS
Kesehatan merupakan penyelenggara program jaminan sosial di bidang kesehatan yang
merupakan salah satu dari lima program dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yaitu
Jaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, dan
Jaminan Kematian sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan (dahulu bernama Jamsostek )


merupakan program pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang
diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. Untuk BPJS Kesehatan mulai beroperasi sejak
tanggal 1 Januari 2014, sedangkan BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi sejak 1 Juli 2015.

9
BPJS Kesehatan juga menjalankan fungsi pemerintahan (governing function) di bidang
pelayanan umum (public services) yang sebelumnya sebagian dijalankan oleh badan usaha
milik publik dan sebagian lainnya oleh lembaga pemerintahan. Gabungan antara kedua
fungsi badan usaha dan fungsi pemerintahan itulah, yang dewasa ini, tercermin dalam status
BPJS Kesehatan sebagai badan publik yang menjalankan fungsi pelayanan umum di bidang
penyelenggaraan jaminan sosial nasional.

10
BAB III
PEMBAHASAN

A. Implementasi Kebijakan Pemerintah Mengenai BPJS Kesehatan

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman kolonial


Belanda. Pelayanan kesehatan dilanjutkan setelah zaman kemerdekaan Indonesia. Setelah
mendapat pengakuan kedaulatan oleh Pemerintah Belanda, Pemerintah Indonesia
melanjutkan kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, khususnya bagi Pegawai
Negeri Sipil (PNS) beserta keluarga. Menteri Kesehatan Prof. G.A. Siwabessy periode 1966-
1978, mengajukan sebuah gagasan untuk menyelenggarakan Program Asuransi Kesehatan,
karena program ini mulai diberlakukan di sejumlah negara maju. Programnya berkembang
dengan pesat. Pada saat penerapan Program Asuransi Kesehatan, penerima manfaat dari
program ini masih terbatas bagi PNS beserta anggota keluarga. Namun Prof. G.A. Siwabessy
sudah yakin, kelak suatu saat, Program Asuransi Kesehatan bisa dinikmati seluruh
masyarakat Indonesia ini demi terjaminnya pelayanan kesehatan.

Adapun cikal bakal kelahiran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan di


Indonesia, berawal dari terbitnya Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU-
SJSN) di zaman kepemimpinan Presiden ke-5 Megawati Soekarno Putri. Dalam UU tersebut,
memuat penyelenggaraan jaminan sosial secara menyeluruh dengan mengembangkan Sistem
Jaminan Sosial Nasional bagi seluruh rakyat Indonesia. Seiring berjalannya waktu, aturan
tersebut diperkuat dengan diterbitkannya UU BPJS No.24 tahun 2011.

Implementasi BPJS Kesehatan mengenai peng-alokasian dana kesehatan terlihat


bermasalah. Sejak 2014 lalu, fakta bahwa BPJS menuai defisit sudah mulai terdengar di
mana-mana. Kini di tahun 2018 lalu, nilai defisitnya makin bertambah tinggi, yakni
mendekati angka Rp. 9 triliun. Sudah menjadi rahasia umum jika pemerintah sempat
kewalahan menutupi defisit yang ada. Dalam kenyataannya, kebijakan public itu
mengandung risiko untuk mengalami kegagalan.

Dana yang dikeluarkan oleh pemerintah di bidang kesehatan memang tidak termasuk
yang tertinggi, kerana hanya mendapat porsii sebesar 5% dari keseluruhan APBN. Untuk

11
menjaga keberlanjutan program BPJS, pemerintah telah menambah anggaran kesehatan dari
yang berjumlah Rp. 104 triliun di tahun 2017 menjadi Rp. 111 triliun di tahun 2018 lalu.

Namun, program yang telah membantu banyak warga ini, ternyata harus berhadapan
dengan kenyataan pahit di lapangan. Selain ancaman defisit, ternyata kebijakan ini juga tidak
membuat taraf kesehatan masyarakat meningkat. Akses kepada pengobatan memang menjadi
lebih mudah, tetapi pencegahan terhadap penyakit tidak meningkat seperti yang dirasakan
masyarakat. Selain itu, BPJS juga menciptakan ketimpangan karena selama ini pemakainya
didominasi dari Pulau Jawa, terutama yang tinggal di daerah urban (kota), sementara daerah
Indonesia Timur dan kalangan yang berdomisili di daerah rural atau pedesaan masih belum
banyak tersentuh oleh BPJS. Mungkin sudah ada beberapa yang tersentuh tapi dalam
pelayanan yang masih kurang memadai. Bagaimana tidak mau disebut demikian, program
BPJS dianggap berani memfasilitasi akses pengobatan dan kesehatan yang biasa dilakukan
oleh Negara-Negara besar, berupa pemeriksaan gigi gratis, obat-obatan, fisioterapi, sampai
transplantasi organ.

Fenomena yang terjadi di Indonesia sekarang ini tentang tingkat kesehatan dalam
masyarakat adalah sulitnya akses dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Hal ini
tidak saja terjadi di perkotaan namun juga terjadi di pedesaan sehingga muncul kata dalam
masyarakat bahwa orang miskin dilarang sakit. Kesulitan pelayanan tersebut utamanya
dipengaruhi oleh faktor finansial. Faktor penyebab lainnya adalah sumber daya manusia yang
relatif rendah yang menyebabkan keterbatasan informasi, misalnya tentang aturan hak dan
kewajiban masyarakat sebagai pasien yang membutuhkan pelayanan medis agar dapat
terhindar dari hal yang tidak diinginkan seperti pelayanan dari tenaga medis yang kurang
menyenangkan.

Untuk mengantisipasi goncangan, ada baiknya Pemerintah melakukan antisipasi dengan


mengurangi manfaat pelayanan, menaikkan premi, menambah suntikan dana dari
Pemerintah. Dari beberapa opis, memang yang paling memungkinkan adalah menaikkan
iuran premi, sebab kenaikan iuran premi yang terjadi di tahun 2016 lalu, ternyata mampu
menumbuhkan pendapatan sebesar 21% untuk program BPJS. Mengingat kondisi
permasalahan tersebut, maka diperlukan solusi yang terintegrasi, terpadu dan menyeluruh

12
baik dari segi rekayasa kesehatan maupun manajemen kesehatan yang didukung oleh semua
pihak baik regulator, operator, maupun masyarakat.

Implementasi yang tidak berhasil biasanya terjadi saat suatu kebijakan tertentu telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana, namun karena kondisi eksternal ternyata tidak
menguntungkan sehingga kebijakan tersebut tidak berhasil mewujudkan dampak atau hasil
akhir yang dikehendaki. Kebijakan memiliki resiko gagal karena faktor pelaksaannya buruk,
kebijakannya sendiri yang buruk, ataupun kebijakan tersebut bernasib buruk.

Kurangnya implementasi Program Jaminan Kesehatan Nasional tersebut juga dipicu dari
pihak masyarakatnya yang kurang mengetahui akan pentingnya mengikuti program yang
diadakan pemerintah tersebut, dengan kata lain masyarakat sudah lebih dulu beranggapan
bahwa pelayanan yang akan diberikan akan lambat, sehingga masyarakat lebih memilih
untuk merogoh kocek dari kantong sendiri ketika sedang mengalami sakit, padahal
pemerintah juga telah memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat kurang mampu,
seperti Jamkesmas, namun ada juga masyarakat miskin yang belum mempunyai kartu JKN
tersebut, justru kebanyakan yang terjadi sekarang orang yang seharusnya mampu juga
menjadi peserta JKN (Jamkesmas).

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat kami ambil ialah BPJS merupakan kebijakan dari
Pemerintah yang sejak lama sudah di programkan. Tinggal bagaimana Pemerintah
meningkatkan dan mengembangkan program tersebut. Meskipun dalam lapangan sebuah
kebijakan tidak sesuai seutuhnya dengan yang diharapkan dan direncanakan. Salah satu
faktor penyebabnya adalah sumber daya manusia yang relatif rendah yang menyebabkan
keterbatasan informasi, misalnya tentang aturan hak dan kewajiban masyarakat sebagai
pasien yang membutuhkan pelayanan medis agar dapat terhindar dari hal yang tidak
diinginkan seperti pelayanan dari tenaga medis yang kurang menyenangkan.

B. Saran

Makalah ini masih memiliki berbagai kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.silabus.web.id/model-implementasi-kebijakan/

https://id.wikipedia.org/wiki/BPJS_Kesehatan

http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/619/5/118520019_file5.pdf

http://digilib.unila.ac.id/16786/47/BAB%20II.pdf

https://alihamdan.id/implementasi/

15

Anda mungkin juga menyukai