Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KEBIJAKAN EKONOMI PUBLIK DALAM


LINGKUP DAERAH (PAJAK DAN RETRIBUSI
DAERAH)

Mata Kuliah : Kebijakan Ekonomi Publik


Dosen Pengampu : Ir. Dyah Poespita E, M.P

Disusun Oleh

Nama : Virginia Elvira Dey Putri


Kelas : B3
No Absen : 23
Npp : 30.1154

STUDI KEBIJAKAN PUBLIK

FAKULTAS POLITIK PEMERINTAHAN

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI (IPDN)

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan

penyertaan-Nya sehingga makalah yang berjudul “Kebijakan Ekonomi

Publik Dalam Lingkup Daerah” dapat terselesaikan dengan baik dan tepat

pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas

mata kuliah Kebijakan Ekonomi Publik pada program Studi Kebijakan

Publik. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan

tentang bagaimana ruang lingkup ekonomi dan kebijakan ekonomi publik

dapat berkembang ditengah masyarakat saat ini.

Saya menyadari, makalah yang disusun ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat

saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya saya selaku penyusun berharap semoga makalah ini

dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita sekalian tentang

kebijakan ekonomi publik, sekian dan terima kasih.

Kupang, 20 September 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................3

PENDAHULUAN..........................................................................................4

1.1 Latar Belakang................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................5

1.2 Tujuan.............................................................................................5

1.3 Manfaat...........................................................................................5

BAB II...........................................................................................................6

PEMBAHASAN............................................................................................6

2.1 Pengertian Kebijakan Ekonomi Publik............................................6

2.2 Perkembangan kebijakan ekonomi publik......................................8

BAB III........................................................................................................12

PENUTUP..................................................................................................12

3.1 Kesimpulan.......................................................................................12

3.2 Saran................................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekonomi publik merupakan suatu studi mengenai kebijakan

ekonomi yang merujuk pada pajak. Perluasan cakupan ekonomi

publik dikendalikan oleh peran sektor publik dalam semua aspek

dengan intervensi pemerintah. Beberapa peran dari sektor publik

yang sering diketahui secara umum, yaitu:

1. Peran alokasi yang membicarakan tentang penggunaan

sumber daya alam

2. Peran regulasi atau kebijakan yang dikeluarkan pemerintah

3. Peran redistribusi yang terkait dengan pemerataan

kebijakan

4. Peran stabilisasi untuk mengontrol adanya fluktuasi

perubahan secara global

Peran-peran tersebut umumnya saling berkaitan satu sama lain.

Apabila salah satu peran tersebut tidak dilakukan maka akan terjadi

ketidakstabilan dalam perekonomian. Contohnya yaitu peran

redistribusi dimana pemerintah mengenakan pajak kepada orang

yang berpenghasilan tinggi untuk kemudian disalurkan kepada

masyarakat yang tidak mampu atau golongan rendah.

Ekonomi publik memiliki sejarah panjang sebagai disiplin dalam

ekonomi dan banyak ekonom terkemuka telah menulis pada subjek


4
ini. Sebagai contoh, Ricardo (1817), Cournot (1838), Edgeworth

(1925) dan Pareto (1909).

Dalam makalah tidak hanya membahas tentang ruang lingkup

ekonomi publik tetapi juga membahas tentang kebijakan ekonomi

dalam lingkup daerah akan sangat berpengaruh terhadap kestabilan

ekonomi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kebijakan ekonomi publik

2. Bagaimana perkembangan kebijakan ekonomi publik dalam lingkup

daerah

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian kebijakan ekonomi public

2. Untuk mengetahui perkembangan kebijakan ekonomi publik dalam

lingkup daerah

1.3 Manfaat

Manfaat pembahasan makalah ini yaitu agar dapat memberikan

pemahaman dan pengetahuan bagi para pembaca sekalian tentang

kebijakan ekonomi publik yang mempunyai peran penting di suatu

daerah dalam membangun daerah tersebut.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kebijakan Ekonomi Publik

Istilah “ekonomi publik” adalah kata majemuk yang berasal

dari dua kata yaitu ekonomi dan publik. Kata ekonomi berarti

kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan (needs) dan

keinginan (wants) untuk peningkatan kualitas kehidupan atau

kesejahteraan masyarakat. Kata publik dapat diartikan sebagai

sesuatu yang berkaitan dengan urusan dan perhatian banyak

orang banyak (publik affairs), pendapat orang banyak (publik

opinion) dan kepentingan orang banyak. Ekonomi publik berarti

aktivitas ekonomi nasional untuk mencapai kesejahteraan

masyarakat, yang bertanggung jawab pada negara dan

dilaksanakan oleh penyelenggara negara atau pemerintah.

Menurut Guritno (2002), ilmu ekonomi publik adalah cabang

ilmu ekonomi yang menelaah masalah-masalah ekonomi

masyarakat, pemerintah, maupun negara seperti kebijakan

subsidi/pajak, regulasi/deregulasi, nasionalisasi/privatisasi, sistem

jaminan sosial, ketahanan pangan, kebijakan teknologi,

pertahanan dan keamanan, pendidikan, kesehatan, dan

sebagainya.

Kekuasaan Negara dapat dipisahkan menjadi kekuasaan

legislative, eksekutif, dan yudikatif. Dalam prakteknya, kekuasaan

6
eksekutif (pemerintah, yaitu presiden dan para pembantunya)

lazimnya paling berpengaruh terhadap suatu perekonomian.

Peranan pemerintah dalam perekonomian antara lain:

1. Menetapkan kerangka hukum (legal framework) yang

melandasi suatu perekonomian.

2. Mengatur/meregulasi perekonomian dengan alat

subsidi dan pajak.

3. Memproduksi komoditas tertentu yang menyediakan

berbagai fasilitas seperti kredit, pinjaman, simpanan,

dan asuransi.

4. Membeli komoditas tertentu termasuk yang dihasilkan

oleh perusahaan swasta, misalnya persenjataan.

5. Mendistribusikan (membagi ulang) pendapa

Masalah kunci perekonomian adalah masalah mikro

(distribusi produksi, alokasi konsumsi) dan masalah makro

(pengangguran, inflasi, kapasitas prosuksi, pertumbuhan).Sistem

perekonomian berkaitan dengan siapa (pemerintah atau bukan)

atau bagaimana keputusan ekonomi diambil (melalui perencanaa

terpusat atau mekanisme harga). Pandangan-pandangan tentang

peran pemerintah dalam perekonomian semakin konvergen

(cenderung mendekat satu terhadap yang lain), yakni secara

umum swasta harus mengambil peran utama dalam pasar. Namun

bila terjadi kegagalan pasar dan pemerintah berpotensi dapat

7
memperbaiki kegagalan tersebut, maka pemerintah memperbaiki

kegagalan tersebut sepanjang diyakini bahya memang mampu.

2.2 Perkembangan kebijakan ekonomi publik

Menurut Undang – undang No 34 Tahun 2000 tentang Perubahan

atas Undang-undang Republik Indonesia No 18 Tahun 1997 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah bahwa Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah merupakan salah satu sumber Pendapatan Daerah yang penting

untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan

daerah untuk memantapkan Otonomi Daerah yang luas, nyata, dan

bertanggung jawab.

Pajak merupakan bagian dari kebijakan ekonomi publik.

Perkembangan pajak sebagai ekonomi publik Dalam perkembangannya

pada saat ini, pajak daerah terdiri dari berbagai jenis pajak yang terkait

dengan berbagai sendi kehidupan masyarakat, demikian pula dengan

retribusi daerah. Masing-masing jenis pajak daerah dan retribusi daerah

memiliki objek, subjek, tarif, dan berbagai ketentuan pengenaan tersendiri,

yang mungkin berbeda dengan jenis pajak daerah atau retribusi daerah

lainnya. Di sisi lain, semangat otonomi daerah yang diberlakukan di

Indonesia memungkinkan setiap daerah Provinsi atau Kabupaten/Kota

mengatur daerahnya sendiri, termasuk dalam bidang pajak daerah dan

retribusi daerah. Konsekuensinya adalah mungkin saja satu jenis pajak

daerah atau retribusi daerah dipungut pada suatu daerah tetapi tidak

8
dipungut di daerah lainnya, selain itu kalaupun dipungut pada berbagai

daerah, ternyata aturan yang diberlakukan tidaklah sama.

Segala kondisi di atas memang dimungkinkan dalam pengenaan

dan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah. Agar tidak

membingungkan dan merugikan masyarakat, peraturan tentang pajak

daerah dan retribusi daerah harus disosialisasikan kepada masyarakat

sehingga dapat dipahami dengan jelas.

Adanya sumber keuangan yang dalam praktiknya disebut sebagai

sumber pendapatan daerah yang merupakan bagian dari pos sumber

Pendapatan Asli Daerah (PAD), tentu Pemerintah Daerah diharapkan

agar mampu mengelolanya dengan baik sesuai dengan potensi yang ada.

Bahwa pendapatan daerah sebagai sumber pembiayaan bagi Daerah,

maka Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat berfungsi sebagai sokoguru

kelestarian otonomi daerah dan berfungsi sebagai tulang punggung

pembangunan daerah.

Di Indonesia, dewasa ini dikenal berbagai jenis pajak dan

diberlakukan meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat. Banyak ahli

pajak yang memberikan/membuat pembagian pajak, yang memiliki

perbedaan antara satu ahli dengan ahli lainnya. Pembagian pajak yang

berbeda tersebut dikaitkan dengan sudut pandang masing-masing ahli

terhadap pajak tersebut. Salah satu pembagian yang umumnya dilakukan

adalah berdasarkan lembaga pemungut pajak. Ditinjau dari lembaga

pemungutnya, pajak dibedakan menjadi dua, yaitu pajak pusat (disebut

juga pajak negara) dan pajak daerah. Pembagian jenis pajak ini di

9
Indonesia terkait dengan hierarki pemerintahan yang berwenang

menjalankan pemerintahan dan memungut sumber pendapatan negara,

khususnya pada masa otonomi daerah dewasa ini. Secara garis besar,

hierarki pemerintahan di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah. Kemudian, Pemerintah Daerah dibagi lagi

menjadi dua, yaitu Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Dengan demikian, pembagian jenis pajak menurut lembaga pemungutnya

di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu pajak pusat dan pajak daerah (yang

terbagi menjadi pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota). Setiap

tingkatan, pemerintah hanya dapat memungut pajak yang ditetapkan

menjadi kewenangannya, dan tidak boleh memungut pajak yang bukan

kewenangannya.

Pungutan pajak menjadi salah satu sumber utama penerimaan

negara dalam APBN. Bahkan angkanya bisa di atas 80 persen dari

total penerimaan negara. Dalam APBN tahun 2017 menempatkan

penerimaan pajak sebesar 85,7 persen dari total penerimaan dalam

APBN. Dari sisi rasio pajak (tax ratio) yaitu perbandingan antara

penerimaan pajak terhadap pendapatan nasional atau produk

domestik bruto (PDB), juga masih di bawah standar yang ditetapkan

Bank Dunia sebesar 15 persen. Tax rasio tahun 2014 sebesar 13,7

persen dan dan 2017 hanya 10,7 persen.

Realisasi penerimaan pajak masih rendah tampaknya juga

sejalan dengan penurunan pertumbuhan ekonomi nasional.

Bagaimanapun terdapat hubungan positif antara pertumbuhan

10
ekonomi dan penerimaan pajak. Pertumbuhan ekonomi meningkat,

akan mendorong kenaikan penerimaan pajak.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa realisasi

pertumbuhan ekonomi Indonesia secara kumulatif sampai bulan

September 2018 (kuartal III) sebesar 5,17 persen. Sedangkan kuartal

II/2018 sebesar 5,27 persen. Untuk memperbaiki pertumbuhan

penerimaan pajak sektor industri pengolahan/manufaktur dengan

memperbaiki kinerja sektor ini agar dapat meningkatkan kontribusinya

terhadap PDB dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dipastikan lebih

efektif, ketimbang menaikkan tarif pajak, sebagaimana teori Arthur

Betz Laffer, dalam Kurva Laffer.

Memperbaiki kinerja sektor industri manufaktur tersebut, antara

lain bisa dilakukan melalui menjaga stabilitas makroekonomi dan

struktur perekonomian nasional yang kuat. Kemudian, pengembangan

kawasan industri secara menyeluruh di seluruh Indonesia. Ini mesti

didukung dengan insentif yang memadai dan pemerataan infrastruktur

industri yang berkualitas.

Penyediaan sumber daya manusia yang mampu mengimbangi

aplikasi teknologi dan inovasi sektor manufaktur baik melalui

pelatihan, bimtek maupun kursus-kursus singkat. Lalu, membuka

perluasan akses pasar terhadap semua industri manufaktur melalui

perjanjian perdagangan yang mengikat dan jangka panjang.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Ekonomi publik berarti aktivitas ekonomi nasional untuk

mencapai kesejahteraan masyarakat, yang bertanggung jawab

pada negara dan dilaksanakan oleh penyelenggara negara atau

pemerintah.

 Realisasi penerimaan pajak masih rendah tampaknya juga

sejalan dengan penurunan pertumbuhan ekonomi nasional.

Bagaimanapun terdapat hubungan positif antara

pertumbuhan ekonomi dan penerimaan pajak. Pertumbuhan

ekonomi meningkat, akan mendorong kenaikan penerimaan

pajak.

3.2 Saran

Salah satu poin penting dalam memperbaiki perkembangan

pemasukan pajak di Indonesia adalah dengan memperbaiki

kinerja sektor industri manufaktur tersebut, antara lain bisa

dilakukan melalui menjaga stabilitas makroekonomi dan

struktur perekonomian nasional yang kuat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Brotodihardjo, R. Santoso. 1993. Pengantar Ilmu Hukum Pajak.

PT Eresco. Bandung.

Prasetya, Ferry. 2012. Teori Ekonomi Publik. Malang

Idris, Amiruddin.2018. Ekonomi Publik. PT Deepublish.

Yogyakarta

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah.

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah.

https://www.pajakku.com/read/5d81d5a074135e0390823af9/

Pajak-dan-Pertumbuhan

13

Anda mungkin juga menyukai