Anda di halaman 1dari 17

Deregulasi dan Debirokratisasi Dalam

Menciptakan
Iklim Kemudahan Berusaha di Indonesia
Disusun :
Ade Irawan Taufik (NPM: 1806245303)
Arsjad Yusuf (NPM : 180
Arif Widodo (NPM : 180

Birokrasi dan Good Governance


LATAR BELAKANG
Amanat Konstitusi dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum bangsa Indonesia
Salah satu aspek penting dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umum adalah pembangunan ekonom
i dengan cara investasi dan penanaman modal
Iklim investasi dapat terwujud dengan baik apabila birokrasi mampu memberikan pelayanan
secara professional, efektif dan efisien
Birokrasi professional, efektif dan efisien tersebut dapat terwujud jika sistem hukum baik,
terutama landasan hukum yang mengatur dan dijalankan birokrasi
Keadaan saat ini iklim kemudahaan berusaha di Indonesia
masih jauh dari yang diharapkan

Ombudsman RI mengidentifikasi kendala-kendala dalam dunia usaha, yakni antara lain


persoalan perizinan

persoalan lama
Minimnya partisipasi nya waktu dalam
masyarakat dalam Overlapping mengakses
Pungutan liar
penyelenggaraan perizinan perizinan, dan peraturan izin
pelayanan publik yang belum
sederhana
Permasalahan Perizinan
Birokrasi yang terlalu panjang dan memerlukan waktu yang tidak sedikit, biaya dan ditambah banyaknya
pungutan tidak resmi, membuat investor berhati-hati untuk menanamkan modal di Indonesia.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat ada lima keluhan investor soal hambatan investasi
hambatan izin
Ketersedian pembangunan;
lahan serta kualitas
inkonsistensi Kualitas
infastruktur
peraturan tenaga kerja

pajak
Infographic
Survey Ease of Doing Business (EoDB)
yang dilakukan oleh Bank Dunia

Pada tahun 2019, Indonesia berada pada peringkat 73 atau


Terdapat 3 tantangan pengelolaan regulasi di turun 1 peringkat dari survey 2018.
Indonesia sebagai negara hukum saat ini : Peringkat ini jauh dari target yang ditetapkan oleh
Pemerintah, yakni peringkat 40 besar,
‘obesitas’ regulasi di
1 tingkat pusat dan daerah yang
cenderung menghambat
Pembangunan ekonomi khususnya
investasi swasta;
Rendahnya peringkat EoDB tersebut pada
disharmoni produk regulasi antar instansi dasarnya disebabkan oleh dua hal yakni
pusat; pernasalahan bidang regulasi dan
permasalahan sistem birokrasi perizinan.
disharmoni produk regulasi
antara instansi tingkat pusat dengan
daerah baik substansi maupun
teknik penyusunan;
Saat ini deregulasi dan debirokratisasi dianggap sebagai solusi dalam menghadapi permasalahan tersebut
di atas, namun apakah deregulasi dan debiroktarisasi tersebut dapat efektif dalam menyelesaikan
permasalahan yang begitu kompleksnya

Bagaimana konsep dan bentuk deregulasi dan debirokratisasi dan implikasinya dalam upaya menciptakan iklim k
emudahan berusaha di Indonesia?
Konsepsi Regulasi dan Deregulasi

REGULASI DEREGULASI

Regulasi atau regulation menurut ‘Deregulasi’ atau ‘deregulation’ menurut


Black’s Law Dictionary yakni 1) “the act Black’s Law Dictionary, yaitu “the reduction
of process of controlling by rule of or elimination of government control of
restriction”. 2) “a rule or order, having business, especially to permit free markets
legal force, usually issued by and competition.”.
administrative agency.”
Deregulasi merupakan kegiatan atau
Regulasi dapat diartikan pula sebagai proses menghapuskan pembatasan dan
Peraturan Perundang-undangan. Di peraturan yang bersifat menghambat
dalam Pasal 1 Angka 2 Undang- atau bottlenecking. Deregulasi dapat
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang dipahami pula sebagai pengaturan
Pembentukan Peraturan Perundang- kembali, penataan kembali peraturan
Undangan perundang-undangan yang diakibatkan
oleh berbagai sebab atau alasan
Konsepsi Birokrasi

BIROKRASI birokrasi merupakan salah satu unsur


administrasi negara yang
menjalankan fungsi-fungsi
Terminologi birokrasi berasal dari Bahasa pemerintahan seperti regulasi,
Perancis, yiatu “bureau” (meja atau perijinan, pelayanan publik dan
kantor) dan “cratie” (aturan), atau akhiran pengawasan terhadap pemanfaatan
“kratos” (bahasa Yunani yang berarti sumber daya yang ada. Peran, fungsi
kekuasaan). Dengan demikian, dan otoritas yang dimiliki inilah yang
terminologi birokrasi secara harfiah menjadikan birokrasi sebagai
diartikan sebagai “aturan kantor” atau organisasi yang sangat strategis
“kekuasaan kantor”

Namun demikian, di tengah posisinya


yang cukup strategis, birokrasi di
Indonesia sulit menghindar dari
berbagai kritik yang hadir
KONSEPSI DEBIROKRATISASI
DEBIROKRATISASI dinilai sebagai solusi atas permasalahan birokrasi

Debirokratisasi menurut Weber dalam Griffin, adalah upaya untuk menyederhanakan


suatu prosedur yang dianggap terlalu berbelit-belit, debirokratisasi juga diartikan
sebagai prasyarat bagi pembangunan ekonomi dan upaya penciptaan industri modern.
Tanpa debirokratisasi tidak mungkin dicapai ekonomi modern yang berkelanjutan,
industrialisasi yang cepat dan "take-off into selfsustained growth". Sedangkan
debirokratisasi dipahami sebagai upaya bagaimana memperpendek jalur birokrasi dan
mengembangkan partisipasi publik dalam birokrasi
Bentuk Pelaksanaan Deregulasi dan Debirokratisasi Dalam Menciptakan Iklim
Kemudahan Berusaha

Berdasarkan konsepsi deregulasi dan debirokratisasi di atas, maka dapat dikatakan bahwa
deregulasi dan debirokratisasi memiliki tujuan yang sama demi memudahkan dan mempercepat
proses pembangunan ekonomi dengan memangkas dan mengurangi kebijakan-kebijakan yang
tidak perlu dan tidak cocok (irrelevant regulations) dengan kebutuhan birokrasi terutama pada
bidang ekonomi kemaritiman .

Pada tahun 2015, tahap pertama implementasi kebijakan deregulasi dan debirokratisasi
dilakukan melalui antara lain: a) Mengurangi Peraturan (Deregulasi); b) Mempermudah
Pelayanan Birokrasi (Debirokrasi); dan c) Meningkatkan Penegakan Hukum dan Kepastian
Usaha. Adapun cakupan kegiatan industri yang direlaksasi, di antaranya: a) Kemudahan
Investasi; b) Efisiensi Industri; c) Kelancaran Perdagangan dan Logistik; d) Kepastian
Pengadaan Bahan Baku Sumber Dalam Negeri, terutama untuk sektor pertanian kelautan dan
perikanan, hasil hutan, dan barang tambang
Implikasi Deregulasi dan Debirokratisasi dan Problematika Yang Masih dihadapi

Terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menilai


apakah deregulasi dan debirokratisasi yang telah dilakukan itu
mencapai tujuan yang diharapkan atau tidak. Indikator yang
dipergunakan, antara lain Indeks Persepsi Korupsi (IPK), Opini
BPK (WTP, Integritas Pelayanan Publik, Peringkat Kemudahan
Berusaha (Ease of Doing Business), Government
Effectiveness Index, maupun Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP).
Indikator yang digunakan untuk menilai
deregulasi dan debirokratisasi

Hasil pemeriksaan Tahun 2017 masih


terdapat 8 Kementerian/lembaga yang
belum memperoleh opini WTP

Indek persepsi korupsi Opini bpk EODB

tahun 2018, Indonesia


Indonesia. Tahun 2018
berada pada peringkat
berada pada peringkat
89 dari 180 negara,
72 atau naik 19
dengan nilai 38 dari
peringkat.
total nilai 100.
Tantangan dan hambatan yang belum dapat diselesai
kan dengan deregulasi
pembatalan
tumpeng
Peraturan
tindih Para
banyak daerah oleh
peraturan Menteri
peraturan Kepala
perundang- mempuyai
daerah Daerah bukan
undangan kewenanga
yang tidak Menteri
dari tingkat n untuk
selaras dalam
Undang- menerbitka
dengan Negeri /
Undang n izin di
kebijakan Pemerintah
sampai sektor
pemerintah Pusat
dengan masing-
pusat (Putusan
peraturan masing
daerah Mahkamah
Konstitusi No.
137/PUU-
Kesimpulan
01 Deregulasi dan debirokratisasi merupakan salah satu cara untuk
dapat menciptakan iklim kemudahan di Indonesia..

Kompleksitasnya permasalahan regulasi di Indonesia, maka dalam


02 menciptakan iklim kemudahan berusaha di Indonesia tidak cukup
dengan melakukan deregulasi dan debirokratisasi namun juga
perlu didukung dengan melakukan upaya konsep Penataan
Regulasi

Penataan regulasi dilakukan dengan melakukan simplikasi regulasi


03 dan juga penataan kelembagaan pembentuk regulasi
Penataan Regulasi Sebagai Penyempurna Deregulasi dan
Debirokratisasi

1
Inventarisai regulasi
2
identifikasi masalah dan stakeholders.

Evaluasi regulasi bermasalah .

4
mencabut yang tidak diperlukan, merevisi yang 5
diperlukan tetapi berkualitas buruk,
mempertahankan yang baik dan diperlukan
Konsep penataan regulasi yang perlu dilakukan pada tahap selanjutnya

1. rekonseptualisasi tata cara pembentukan regulasi melalui perubahan Undang-Undang No.


12 Tahun 2011
2. restrukturisasi kelembagaan pembentuk regulasii
3. penguatan atau pemberdayaan sumber daya manusia

4. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah regulasi adalah dengan melakukan penguatan
kelembagaan. Penguatan itu dilakukan dengan cara membentuk suatu organ atau institusi
tunggal (single centered body) pembentuk peraturan perundang-undangan. Gambaran
umum dari organ tersebut, antara lain organ tersebut akan menjadi leader
kementerian/lembaga dalam penyusunan peraturan perundang- undangan

5. Beberapa contoh kelembagaan seperti ini, antara lain Ministry of Government Legislation di
Korea Selatan, The Office of Information and Regulatory Affairs di Amerika Serikat, Cabinet
Legislation Bureau di Jepang, dan The Office of Best Practice Regulation di Australia
Thank you

Anda mungkin juga menyukai