Anda di halaman 1dari 11

METAGOVERNANCE

Jacob Torfing
Amelia Rahmah Safira
071711133025
 Tujuan pemerintahan interaktif (Sørensen dan Torfing 2007; Heinrich et al. 2009;
Hartley et al. 2013) :

○ Mobilisasi sumber daya dan energi dari aktor publik dan swasta;

○ Menyelaraskan tujuan dan mengkoordinasikan tindakan yang melampaui


batas organisasi;

○ Memecahkan permasalahan yang sukar diatasi;

○ Meningkatkan kualitas demokrasi; dan

○ Meningkatkan inovasi kolaboratif.

 Metagovernance didefinisikan sebagai “tata kelola pemerintahan” yang di


dalamnya terdapat upaya yang disengaja untuk memfasilitasi, mengelola, dan
mengarahkan aktor-aktor dalam pemerintahan interaktif tanpa mengurangi
kapasitas mereka dalam mengatur agendanya sendiri.

(Ansell & Torfing, 2016:525)


METAGOVERNANCE AVANT LA LETTRE
 Konsep metagovernance pertama kali muncul di awal
tahun 1990-an, dan sejak saat itu, istilah ini sering
digunakan (Jessop 1998, 2002; Kooiman 2003;
Sørensen dan Torfing 2007; Meuleman 2008;
Sørensen dan Torfing 2009; Torfing dan Triantafillou
2011).
 Konsep ini didefinisikan sebagai “pemerintahan
tingkat ketiga” yang melibatkan seni mengatur
pemerintahan (yang dapat merumuskan agendanya
sendiri )dan menghasilkan tindakan pemerintah yang
konkret (Kooiman, 1993) .

(Ansell & Torfing, 2016:526)


THEORETICAL APPROACHES TO
METAGOVERNANCE
Interdependence theory
Ahli teori interdependensi setuju bahwa metagovernance dari
proses pemerintahan interaktif bertujuan untuk menstabilkan
pertukaran sumber daya dan mengamankan konflik antara
kepentingan pribadi aktor yang terlibat.
Governability theory
Metagovernance diperlukan untuk mengatasi masalah kolektif
dan melancarkan pertukaran sumber daya berbasis kepercayaan
antar aktor yang memiliki tujuan dan preferensi berbeda.

Institutional theories of normative integration


Metagovernance bukanlah masalah mediasi atau penyelesaian
konflik, melainkan pengembangan identitas dan kapasitas
aktor dalam mempromosikan akuntabilitas dan adaptasi
pengaturan pemerintahan interaktif (March dan Olsen 1995).

Governmentality theory
Metagovernance dilaksanakan melalui promosi dan
(Ansell & penyesuaian tertentu yang mendefinisikan dan melembagakan
Torfing, konsep tentang bagaimana mengatur dan diatur.
2016:527-530)
CONNECTING GOVERNMENT AND GOVERNANCE
THROUGH METAGOVERNANCE

 Konsep metagovernance membantu kita untuk memahami peran negara dalam dunia
pemerintahan interaktif dengan menyediakan konsep yang menghubungkan bentuk-bentuk
pemerintahan tradisional dengan bentuk-bentuk pemerintahan yang baru (Torfing et al.
2012).
 Munculnya bentuk-bentuk baru dalam pemerintahan interaktif ini mencegah negara untuk
melakukan tindakan kontrol yang berlebih atas apa yang dimilikinya. Dengan demikian,
negara telah kehilangan hak monopoli atas pemerintahan dan pembuatan kebijakan, dan oleh
karena itu, negara harus dilihat sebagai "semi-berdaulat" (Katzenstein 1987).
 Konsep metagovernance penting untuk memahami transformasi negara dari pembuat hukum
dan regulator yang berdaulat menjadi fasilitator yang semi-berdaulat.
 Metagovernance menawarkan cara bagi pemerintah untuk melonggarkan kendali tanpa
kehilangan kendali.
 Metagovernance menyediakan mata rantai yang hilang antara "pemerintah" dan
"pemerintahan" dan dengan demikian memungkinkan kita untuk memikirkan kembali
bagaimana "keunggulan politik" dapat dipertahankan di area di mana bentuk-bentuk
pemerintahan interaktif memainkan peran penting (Torfing et al. 2012).

(Ansell & Torfing, 2016:530-531)


GOALS, TOOLS AND
FORMS OF METAGOVERNANCE
Untuk merekrut
aktor yang Menyediakan
relevan dan kondisi yang
terdampak dari stabil bagi proses
adanya bentuk interaksi antar Mencegah adanya Menyelesaikan
baru aktor; perubahan biaya yang konflik;
pemerintahan; tidak rasional.

Metagovernance juga dapat mempengaruhi


bentuk, fungsi dan hasil dari jaringan Memastikan
pemerintahan untuk mewujudkan berbagai tujuan pencapaian
normatif seperti demokrasi, efisiensi, inovasi tujuan;
kebijakan, kesetaraan dan mobilisasi sumber daya
dari sektor swasta (Provan dan Kenis 2008).

Meningkatkan
(Ansell & Torfing, 2016:531-532) kolaborasi;
• Alat-alat metagovernance bisa dibedakan menjadi alat umum dan khusus.
• Alat umum melibatkan “mobilisasi bias” (Schattschneider, 1960) dalam hal
memelihara atau mengubah aspek-aspek tertentu dari lingkungan struktural
pemerintahan interaktif. Adapun bentuk alat umum diantaranya adalah :
– Menonjolkan aturan-aturan konstitusional atau legislatif tertentu;
– Mengubah sistem penganggaran publik;
– Memperkuat lembaga audit publik;
– Mengalihkan kekuasaan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah;
– Menggeser keseimbangan antara sektor publik dan swasta.
• Alat khusus tata kelola pemerintahan adalah tindakan instrumental yang dapat
digunakan oleh para metagovernor untuk mencapai hasil tertentu dan memecahkan
masalah yang muncul dalam arena pemerintahan interaktif. Adapun empat kategori
alat khusus dapat berupa (Sørensen dan Torfing 2009):
– Desain aturan kelembagaan, norma, dan prosedur yang menentukan ruang lingkup,
karakter, dan komposisi jaringan pemerintahan;
– Pengarahan tujuan dan kerangka kerja menuju proses tata kelola interaktif dan
memfasilitasi audit sistematis dengan mengalokasikan sumber daya, menentukan tujuan
bersama, dan menentukan parameter hukum yang memungkinkan penyelesaian masalah;
– Manajemen proses yang bertujuan untuk memfasilitasi kolaborasi dan memastikan
kemajuan dan pencapaian tujuan dengan cara memperkuat hubungan, menyelesaikan
konflik eksternal dan internal, membangun kepercayaan, menurunkan biaya transaksi dan
jaringan; serta
– Partisipasi langsung yang berusaha mempengaruhi agenda, tempat pengambilan
keputusan dan mengemukanan solusi dari permasalahan yang dihadapi.

(Ansell & Torfing, 2016:531-532)


ADMINISTRATIVE AND POLITICAL
METAGOVERNANCE
• Tata kelola metagovernance dapat dilakukan oleh publik maupun aktor
swasta yang berada di dalam, di luar atau jauh dari arena kolaboratif.
• Metagovernance juga dapat dilakukan secara kolektif oleh peserta
jaringan itu sendiri atau ditentukan oleh jaringan pemerintahan yang
memiliki kedudukan yang lebih tinggi.
• Agar dapat mengatur arena pemerintahan interaktif, calon metagovernor
harus memiliki :
– Nodality (N)
– Authority (A)
– Treasure (T), dan
– Organization.
• Pada prinsipnya, setiap orang yang memenuhi apa yang disebut kriteria
NATO (Hood 1986) dapat menjalankan metagovernance.

(Ansell & Torfing, 2016:533-534)


METAGOVERNANCE DILEMMAS

• Enam dilema tata kelola pemerintahan (Jessop 2002; Torfing et


al. 2012) :
– Terkait pertanyaan tentang inklusi dan eksklusi.
– Terait dengan lingkup arena pemerintahan interaktif.
– Apakah bertujuan untuk stabilitas atau fleksibilitas.
– Terkait pertanyaan tentang bagaimana menghindari metagovernance
yang berlebihan atau tidak mencukupi.
– Apakah mengandalkan tata kelola langsung dengan bertindak sebagai
penyelenggara dan fasilitator saja, atau apakah mengandalkan tata
kelola langsung yang membatasi pengaturan mandiri.
– Berkaitan dengan tujuan normatif yang ingin dicapai oleh para
metagovernor.

(Ansell & Torfing, 2016:534-535)


CONCLUSION AND FURTHER RESEARCH

• Meskipun tidak menghilangkan semua masalah, risiko dan tantangan dari


proses dan arena pemerintahan interaktif, metagovernance dapat
membantu politisi terpilih, manajer publik dan calon wakil gubernur
lainnya untuk mengambil manfaat dari pemerintahan kolaboratif. Namun,
dalam pelaksanannya manajer publik dan politisi terpilih ini harus
bertanggung jawab untuk mengatur jaringan tata kelola pemerintahan dan
meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya.
• Penelitian tentang metagovernance baru saja dimulai, dan di masa depan
akan ada kebutuhan untuk studi empiris lebih lanjut. Kita juga masih
kekurangan teori yang memadai tentang tata kelola multi-level dan tata
kelola metagovernance hibrida dari berbagai mode pemerintahan. Selain
itu, diperlukan teori tentang batas-batas metagovernance untuk lebih
memahami kondisi kegagalan metagovernance dan kembalinya
pemerintahan hierarkis berdasarkan perintah dan kendali.

(Ansell & Torfing, 2016:535-536)


THANK YOU!

Anda mungkin juga menyukai