Anda di halaman 1dari 26

PERANAN KEPEMIMPINAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

DALAM PENGELOLAAN SAMPAH


DI INDONESIA

Oleh :

TYASNING PERMANASARI

MAHASISWA PROGRAM STUDI


DOKTOR HUKUM DAN PEMBANGUNAN
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
DAFTAR PERATURAN ii

BAB I LATAR BELAKANG 1


BAB II RUMUSAN MASALAH 4
BAB III PEMBAHASAN 5
BAB IV PENUTUP 18
DAFTAR BACAAN 20

i
DAFTAR PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

1. Undang-Undangan Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68
3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69
4. UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2020 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang
Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota Menjadi Undang-Undang Menjadi
Undang-Undang Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 193
7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245 Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 245
8. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022
Nomor 4
9. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2022 tentang Pembentukan Provinsi Papua Selatan
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 157
10. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pembentukan Provinsi Papua Tengah
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 158
11. Undang-undang Nomor 16 Tahun 2022 tentang Pembentukan Provinsi Papua
Pegunungan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 159
12. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2022 tentang Pembentukan Provinsi Papua Barat
Daya Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 223
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 Tahun 1999 tentang Klasifikasi, Kodefikasi
dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan. Daerah Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1447

ii
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2021 tentang Tata Cara Perhitungan
Tarif Retribusi dalam Penyelenggaraan Penanganan Sampah Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 112
15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 26 Tahun 2021 tentang Dukungan Pendanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bagi Pengelolaan Sampah di Daerah, untuk
sebagai dukungan anggaran APBD Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021
Nomor 231
16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 170 Tahun 2022 Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2022 Nomor 1173 tentang Dana Insentif Daerah untuk Penghargaan
Kinerja Tahun Berjalan Periode Kedua Pada Tahun 2022 Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2022 Nomor 1173
17. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 2 Tahun 2022 tentang
Petunjuk Operasional Penggunaan Dana Alokasi Khusus Fisik Penugasan Bidang
Lingkungan Hidup dan Bidang Kehutanan Tahun Anggaran 2022 Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 97

iii
BAB I
LATAR BELAKANG

Sesuai dengan Perubahan Kedua Pasal 18 Ayat 1 Undang-Undangan Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-
daerah provinsi, dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,
kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.
Sejak tahun 2022, dengan disahkannya UU Nomor 14 Tahun 2022 tentang Pembentukan
Provinsi Papua Selatan, UU Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pembentukan Provinsi Papua
Tengah, UU Nomor 16 Tahun 2022 tentang Pembentukan Provinsi Papua Pegunungan, dan
UU Nomor 29 Tahun 2022 tentang Pembentukan Provinsi Papua Barat Daya, wilayah
Indonesia terdiri dari 38 provinsi, 98 kota dan 416 kabupaten. Daftar provinsi dan ibu kota
provinsi disajikan pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Daftar 38 Provinsi dan Ibu Kota Provinsi1


No Provinsi No Provinsi
1 Nanggroe Aceh Darussalam 20 Daerah Istimewa Yogyakarta
(Ibu Kota Banda Aceh) (Ibu Kota Yogyakarta)
2 Sumatera Utara (Ibu Kota Medan) 21 Jawa Timur (Ibu Kota Surabaya)
3 Sumatera Selatan (Ibu Kota Palembang) 22 Bali (Ibu Kota Denpasar)
4 Sumatera Barat (Ibu Kota Padang) 23 Nusa Tenggara Timur (Ibu Kota Kupang)
5 Bengkulu (Ibu Kota Bengkulu) 24 Nusa Tenggara Barat (Ibu Kota Mataram)
6 Riau (Ibu Kota Pekanbaru) 25 Gorontalo (Ibu Kota Gorontalo)
7 Kepulauan Riau (Ibu Kota Tanjung Pinang) 26 Sulawesi Barat (Ibu Kota Mamuju)
8 Jambi (Ibu Kota Jambi) 27 Sulawesi Tengah (Ibu Kota Palu)
9 Lampung (Ibu Kota Bandar Lampung) 28 Sulawesi Utara (Ibu Kota Manado)
10 Bangka Belitung (Ibu Kota Pangkal Pinang) 29 Sulawesi Tenggara (Ibu Kota Kendari)
11 Kalimantan Barat (Ibu Kota Pontianak) 30 Sulawesi Selatan (Ibu Kota Makassar)
12 Kalimantan Timur (Ibu Kota Samarinda) 31 Maluku Utara (Ibu Kota Sofifi)
13 Kalimantan Selatan (Ibu Kota Banjarbaru) 32 Maluku (Ibu Kota Ambon)
14 Kalimantan Tengah (Ibu Kota Palangkaraya) 33 Papua Barat (Ibu Kota Manokwari)
15 Kalimantan Utara (Ibu Kota Tanjung Selor) 34 Papua (Ibu Kota Jayapura)
16 Banten (Ibu Kota Serang) 35 Papua Selatan (Ibu Kota Merauke)
17 DKI Jakarta (Ibu Kota Jakarta) 36 Papua Tengah (Ibu Kota Nabire)
18 Jawa Barat (Ibu Kota Bandung) 37 Papua Pegunungan (Ibu Kota Jayawijaya)
19 Jawa Tengah (Ibu Kota Semarang) 38 Papua Barat Daya (Ibu Kota Sorong)

Dalam kerangka otonomi daerah, yang dimaksud Pemerintahan Daerah menurut


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244 (selanjutnya disebut UU

1
Kementerian Komunikasi dan Informasi, 2023, Daftar 38 Provinsi di Indonesia, Sabtu, 26 November
2022, terakhir diakses Senin, 23 Oktober 2023, artikel selengkapnya dapat dilihat melalui:
https://indonesia.go.id/mediapublik/detail disitasi 20 Oktober 2023/1866

-1-
Pemda) adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan
perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang terdiri
atas Gubernur/Bupati/Walikota beserta perangkat eksekutifnya dan DPRD.
Gubernur/Bupati/Walikota dipilih secara langsung dan demokratis oleh rakyat sesuai
dengan Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2020 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Perubahan
Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan
Wali Kota Menjadi Undang-Undang Menjadi Undang-Undang Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 193 (selanjutnya disebut sebagai UU Pilkada). Peraturan ini
juga mengatur bahwa Gubernur dilantik oleh Presiden, Bupati dan Wali Kota dilantik oleh
Gubernur.
Pasal 1 ayat 6 UU Pemda secara eksplisit menyatakan bahwa pengertian Otonomi Daerah
adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Sebagai negara otonom maka dilakukan pembagian urusan dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk menjalankan urusan pemerintah
sebagaimana diatur pada Pasal 9 UU Pemda, yang terdiri atas urusan pemerintah absolut,
urusan pemerintah konkuren dan urusan pemerintah umum, sesuai dengan 3 (tiga) asas
otonomi daerah yang terdapat pada Pasal 1, yaitu: desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas
pembantuan.
Adapun yang dimaksud dengan urusan pemerintah konkuren terdapat pada Pasal 11 UU
Pemda yaitu urusan pemerintah wajib dan urusan pemerintah pilihan. Sedangkan yang
dimaksud dengan Urusan Pemerintah Wajib adalah Urusan Pemerintahan Wajib yang
berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan
dengan Pelayanan Dasar, dengan rincian pembagian yang ditetapkan pada Pasal 12. Urusan
Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar, meliputi: pendidikan; kesehatan;
pekerjaan umum dan penataan ruang; perumahan rakyat dan kawasan permukiman;
ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat; dan sosial. Urusan
Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar, meliputi: tenaga kerja;
pemberdayaan perempuan dan pelindungan anak; pangan; pertanahan; lingkungan hidup;
administrasi kependudukan dan pencatatan sipil; pemberdayaan masyarakat dan Desa;

-2-
pengendalian penduduk dan keluarga berencana; perhubungan; komunikasi dan informatika;
koperasi, usaha kecil, dan menengah; penanaman modal; kepemudaan dan olah raga; statistik;
persandian; kebudayaan; perpustakaan; dan kearsipan.
Lebih lanjut lagi pada Pasal 24 ayat 5 UU Pemda dinyatakan bahwa Pemetaan Urusan
Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan
Pilihan digunakan oleh Daerah dalam penetapan kelembagaan, perencanaan, dan penganggaran
dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. Sementara
itu penyelenggara pemerintahan daerah ditekankan untuk memprioritaskan pelaksanaan Urusan
Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar sebagaimana diatur pada Pasal 18
UU Pemda, baik dari sisi kebijakan dan program, termasuk dalam hal pengalokasian dan
menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Adapun yang dimaksud
dengan APBD sebagaimana diatur pada Pasal 1 angka 32 UU Pemda adalah rencana keuangan
tahunan Daerah yang ditetapkan dengan Perda. Lingkungan hidup termasuk kedalam Urusan
Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar.

-3-
BAB II
RUMUSAN MASALAH

Kedudukan urusan lingkungan hidup, termasuk didalamnya urusan pengelolaan


sampah dalam UU Pemda, sangat tidak menguntungkan karena masuk kedalam Urusan Wajib
yang Tidak Berkaitan dengan Pelayanan Dasar. Hal ini mengakibatkan pengelolaan sampah
menjadi tidak prioritas bagi pemerintah daerah sehingga kebijakan pemerintah pun tidak
berpihak pada bidang pengelolaan sampah. Kondisi ini telah memicu munculnya permasalahan
pengelolaan sampah di daerah, yaitu; 1) keterbatasan alokasi dan penggunaan APBD yang
kurang efisien; 2) keterbatasan penyediaan sarana prasarana pengelolaan sampah; dan 3)
rendahnya kualitas SDM yang ditempatkan untuk menangani bidang pengelolaan sampah.
Di sisi lain, permasalahan persampahan sangat kompleks karena besarnya timbulan
sampah, rendahnya kepedulian masyarakat, melibatkan banyak sektor (multisectors), dan
penanganannya membutuhkan jangka waktu yang sangat lama. Jelas terlihat bahwa
ketidakberpihakan kebijakan pada pengelolaan sampah tidak sebanding dengan kondisi
eksisting permasalahan persampahan.

-4-
BAB III
PEMBAHASAN

Pendelegasian wewenang pengelolaan sampah dari pemerintah pusat ke pemerintah


daerah telah membawa konsekuensi pada letak tanggung jawab pengelolaan sampah di
pemerintah daerah, dalam hal ini adalah kepala daerah beserta perangkat jajarannya. Posisi
pengelolaan sampah sebagai bagian dari lingkungan hidup yang merupakan Urusan Wajib
yang Tidak Berkaitan dengan Pelayanan Dasar membuat respon pemerintah daerah yang
berbeda-beda dalam penanganan permasalahan persampahan. Banyak daerah yang kemudian
seolah-olah mengesampingkan bidang pengelolaan sampah.
Pemilihan sumberdaya manusia yang membidangi pengelolaan sampah seringkali
dikesampingkan. Meskipun tidak terjadi di semua wilayah, namun tidak jarang dibanyak
daerah sering terdengar bahwa bidang lingkungan hidup merupakan “buangan”, karena
anggaran kecil dengan tupoksi yang banyak, sehingga SDM-nya pun juga merupakan orang-
orang “buangan”. Bahkan, penempatan di instansi lingkungan hidup daerah seringkali
dianggap sebagai “teguran atau hukuman” yang diberikan kepada pegawai daerah. Dengan
kualitas SDM yang seperti ini, maka tidak mengherankan apabila penyusunan program dan
kebijakan lingkungan hidup hanya bersifat rutinitas semata, tidak secara bersungguh-sungguh
berkeinginan untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup, khususnya pengelolaan
sampah. Tidak mengherankan apabila kemudian terjadi penggunaan anggaran yang kurang
efisien. Keterbatasan anggaran pun secara otomatis berkorelasi terhadap rendahnya
kemampuan pemerintah daerah dalam menyediakan sarana prasarana pengelolaan sampah.
Dikaitkan dengan penganggaran, hubungan keuangan dalam penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah sudah diatur pada Pasal 279 UU Pemda, yang
meliputi: 1) pemberian sumber penerimaan daerah berupa pajak daerah dan retribusi daerah;
2) pemberian dana bersumber dari perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah; 3) pemberian dana penyelenggaraan otonomi khusus untuk Pemerintahan Daerah
tertentu yang ditetapkan dalam undang-undang; dan 4) pemberian pinjaman dan/atau hibah,
dana darurat, dan insentif (fiskal). Pada Pasal 1 UU Pemda juga telah dinyatakan bahwa dana
penyelenggaraan otonomi daerah yaitu: Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi
Hasil dan Dana Insentif Daerah (DID).
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disingkat APBN adalah
rencana keuangan tahunan Pemerintah Pusat yang ditetapkan dengan undang-undang.
Sedangkan Dana Insentif Daerah ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 170

-5-
Tahun 2022 Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 1173 tentang Dana Insentif
Daerah untuk Penghargaan Kinerja Tahun Berjalan Periode Kedua Pada Tahun 2022
(selanjutnya disebut Permenkeu DID). Berdasarkan pasal 1 Permenkeu DID, Dana Insentif
Daerah yang selanjutnya disingkat DID adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan
dan belanja negara yang diberikan kepada daerah tertentu berdasarkan kriteria tertentu dengan
tujuan untuk memberikan penghargaan atas perbaikan dan/atau pencapaian kinerja tertentu di
bidang tata kelola keuangan daerah, pelayanan umum pemerintahan, pelayanan dasar publik,
dan kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 26/PMK.07/2021
Tahun 2021 tentang Dukungan Pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bagi
Pengelolaan Sampah di Daerah, sebagai dukungan APBD. Pada Pasal 2 Permenkeu Nomor
26/PMK.07/2021 Tahun 2021 secara umum menyatakan bahwa dukungan pendanaan ini
diberikan kepada badan usaha dan pemerintah daerah dengan mempertimbangkan:
1) kemampuan keuangan daerah, 2) kesinambungan fiskal, 3) pengelolaan risiko fiskal, dan
4) kinerja pemerintah daerah dan/atau badan usaha. Dukungan pendanaan tersebut meliputi:
1) Belanja Pemerintah Pusat, 2) Transfer ke Daerah; dan/ atau Pembiayaan Anggaran.
Meskipun sudah mendapat intervensi keuangan melalui berbagai mekanisme
penganggaran dari pemerintah pusat untuk menyelenggarakan kebijakan pengelolaan sampah
di daerah, namun tetap saja sumber pendanaan utama pengelolaan sampah seharusnya berasal
dari pemerintah daerah karena pengelolaan sampah sudah didelegasikan kepada pemerintah
daerah. Dalam hal ini, pemerintah daerah tidak bisa hanya menggantungkan pendanaan dari
kucuran dana pemerintah pusat semata. Ketika kemampuan APBD terbatas dan persentase
alokasi anggaran untuk pengelolaan sampah sangat minim, maka harus dicari sumber
pendanaan lain untuk mengatasi kebutuhan anggaran pengelolaan sampah. Sumber pendanaan
lain dapat melalui optimalisasi APBD, kreatifitas inovasi daerah, pengembangan kerjasama
dan investasi maupun identifikasi dan menggali sumber-sumber pendanaan lain.
Kurang berpihaknya postur keuangan pemerintahan daerah pada bidang pengelolaan
sampah diawali dari lemahnya prioritasi urusan lingkungan hidup. Penetapan anggaran
pengelolaan sampah dalam APBD pun mengikuti hal tersebut. Ini artinya bahwa APBD tidak
dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan anggaran pengelolaan sampah sepanjang
kedudukan urusan lingkungan hidup belum bergeser menjadi Urusan Wajib yang Berkaitan
dengan Pelayanan Dasar. Persentase APBD yang dialokasikan untuk pengelolaan sampah di

-6-
hampir seluruh wilayah di Indonesia tidak jauh dari kisaran 1% APBD2, padahal menurut
kajian konsultan di Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan
Infrastruktur (PDPPI) Kementerian Keuangan tahun 2021 komitmen anggaran untuk
pengelolaan sampah semestinya ditingkatkan menjadi berkisar 3-5 % dari total anggarannya.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) mengatakan
hasil kajian FITRA dan Systemiq proporsi rata-rata belanja pengelolaan sampah oleh
pemerintah kabupaten dan kota hanya 0,7% dari APBD3. Bahkan menurut data Sistem
Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) Kemendagri rata-rata anggaran daerah secara nasional
untuk sub urusan pengelolaan sampah pada tahun 2022 hanya sebesar 0,51% dari total
anggaran daerah4. Dari exercise postur anggaran APBD 8 kabupaten/kota di Jawa Barat tahun
2022 diperoleh hasil bahwa 80% APBD digunakan untuk gaji pegawai dan urusan prioritasi,
sisanya sebesar 20% digunakan untuk membiayai seluruh urusan lainnya termasuk untuk
lingkungan hidup5. Saking minimnya alokasi anggaran pengelolaan sampah jika dibandingkan
dengan besarnya permasalahan persampahan, telah membuat pemerintah daerah melakukan
tugasnya secara “ala kadarnya”.
Kota Surabaya merupakan contoh yang baik dalam hal penganggaran pengelolaan
sampah. Rasio belanja pengelolaan sampah dibanding APBD terbesar dimiliki oleh Pemerintah
Kota Surabaya dengan 4,1%, diikuti Kota Tangerang sebesar 3%, DKI Jakarta 2,5% dan Kota
Semarang 2,3%. Secara rata-rata daerah yang angka capaian pengelolaan sampahnya lebih
dari 90% memiliki rasio anggaran pengelolaan sampah lebih dari 2% APBD, sedangkan yang
angka capaian pengelolaan sampahnya rendah cenderung hanya mengucurkan dana untuk
belanja pengelolaan sampah yang kurang dari 1% APBD6.

2
Sutana,I.W., 2023, Optimalisasi Pengelolaan Sampah di Indonesia, 28 September 2022, terakhir
diakses Senin, 23 Oktober 2023, artikel selengkapnya dapat dilihat melalui:
https://kpbu.kemenkeu.go.id/read/1114-1275/umum/kajian-opini-publik/optimalisasi-pengelolaan-sampah-di-
indonesia
3
Wardyah,N.S., 2023, Anggaran Pengelolaan Sampah Daerah Masih Terbatas, Sabtu, 5 November 2022,
terakhir diakses pada Senin, 23 Oktober 2023, artikel selengkapnya dapat dilihat melalui:
https://www.antaranews.com/berita/3225189/sekjen-apkasi-sebut-anggaran-pengelolaan-sampah-daerah-masih-
terbatas
4
Kemendagri, 2022, Kemendagri Lakukan Public Expose Atas Kajian Perhitungan Biaya Penanganan
Sampah dan Penerapan Skema Retribusi untuk Kota Denpasar, 28 September 2022, terakhir diakses Senin, 23
Oktober 2023, artikel selengkapnya dapat dilihat melalui:
https://bangda.kemendagri.go.id/berita/baca_kontent/854/kemendagri_lakukan_public_expose_atas_kajian_perh
itungan_biaya_penanganan_sampah_dan_penerapan_skema_retribusi_untuk_kota_denpasar
5
Waste4 Change, 2022, Pandangan Isu Persampahan Indonesia, Disampaikan pada Kunjungan Kerja
Spesifik Komisi IV DPR RI ke Pengelolaan Sampah Waste4Change pada tanggal 26 Agustus 2022.
6
Wisanggeni, S.P., M Rosalina, P., dan Krisna, A., 2022, Anggaran Rendah Sampah Melimpah, 20 Mei
2022, terakhir diakses 23 Oktober 2023, artikel selengkapnya dapat dilihat melalui:
https://www.kompas.id/baca/desk/2022/05/19/anggaran-rendah-sampah-melimpah

-7-
Biaya pengelolaan sampah, jika mengandalkan dari sumber APBD saja tidak akan
mampu mengatasi beban timbulan sampah, apalagi jika mindset dan gaya hidup masyarakat
tidak berubah menuju gaya hidup minim sampah atau green lifestyle. Wacana penarikan iuran
atau retribusi pengelolaan sampah dapat dilakukan sebagai salah satu bentuk penerapan dari
asas Pencemar Membayar (polluter pay principle). Sejatinya asas ini ditujukan kepada
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sebagaimana Pasal 34 Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 68 (selanjutnya disebut UUPLH) yang menyatakan bahwa setiap perbuatan
melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang
menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup, mewajibkan penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan untuk membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu.
Lebih lanjut dalam penjelasannya dinyatakan bahwa pembayaran ganti rugi merupakan
realisasi asas yang ada dalam hukum lingkungan hidup yang disebut asas pencemar membayar.
Pertimbangan penerapan asas pencemar membayar untuk penetapan retribusi atau iuran
pengelolaan sampah di masyarakat dapat dilakukan dengan pendekatan bahwa dalam Pasal 1
UUPS yang dimaksud dengan penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses
alam yang menghasilkan timbulan sampah. Orang adalah orang perseorangan, kelompok
orang, dan/atau badan hukum. Terlebih lagi pada Pasal 12 dinyatakan bahwa setiap orang
dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga wajib
mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan. Kemudian
pada Pasal 29 mengatur tentang larangan membuang sampah tidak pada tempat yang telah
ditentukan dan disediakan serta larangan membakar sampah yang tidak sesuai dengan
persyaratan teknis pengelolaan sampah.
Dengan pertimbangan tersebut, maka sudah sewajarnya jika orang yang membuang
sampahnya lebih banyak akan membayar iuran atau retribusi lebih mahal, demikian pula
sebaliknya. Hal ini juga untuk memenuhi asas keadilan, asas kesadaran dan asas kebersamaan
sebagaimana diatur pada Pasal 3 UUPS bahwa pengelolaan sampah diselenggarakan
berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas
nilai ekonomi. Dalam penjelasan UUPS yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah bahwa
dalam pengelolaan sampah, Pemerintah dan pemerintah daerah memberikan kesempatan yang
sama kepada masyarakat dan dunia usaha untuk berperan secara aktif dalam pengelolaan
sampah; yang dimaksud dengan “asas kesadaran” adalah bahwa dalam pengelolaan sampah,
Pemerintah dan pemerintah daerah mendorong setiap orang agar memiliki sikap, kepedulian,
dan kesadaran untuk mengurangi dan menangani sampah yang dihasilkannya; dan yang

-8-
dimaksud dengan “asas kebersamaan” adalah bahwa pengelolaan sampah diselenggarakan
dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Masyarakat termasuk sebagai salah satu
pemangku kepentingan dalam pengelolaan sampah. Pertimbangan yang sama juga telah
diterapkan pada penentuan besaran pembayaran tagihan air maupun listrik. Semakin boros
konsumsi air dan listrik maka tagihan bulanannya juga akan semakin mahal. Asas pencemar
membayar lebih mengedepankan upaya preventif7 dan represif8, sekaligus menjadi
pembelajaran bagi masyarakat untuk bertanggung jawab terhadap sampah yang dihasilkannya.
Jika tanggung jawab pembayaran listrik dan air bisa berjalan menggunakan sistem tersebut,
maka seharusnya hal yang sama juga dapat diterapkan pada retribusi persampahan.
Dengan demikian, muncullah wacana pemerintah daerah melakukan penarikan retribusi
persampahan untuk menambah anggaran. Namun, retribusi sampah ini pun juga memiliki
permasalahan yang sangat komplek. Mulai dari besarannya yang terlalu kecil, biasanya
menjadi satu dengan retribusi keamanan (dengan pembagian yang tidak proporsional)
ditambah lagi dengan ketidakdisiplinan masyarakat dalam melakukan pembayaran, dan tidak
adanya sanksi bagi masyarakat yang tidak membayar retribusi. Menurut Hasiani (2012) dalam
Lestiani (2022) willingness to pay atau kesediaan untuk membayar adalah kesediaan individu
untuk membayar suatu kondisi lingkungan atau penilaian terhadap sumber daya alam dan jasa
dalam rangka memperbaiki kualitas lingkungan9.
Dasar penarikan retribusi itu sendiri juga mengalami beberapa perkembangan yang
cukup dinamis. Dimulai pada tahun 2009 dengan diundangkannya UU Nomor 28 Tahun
2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 130 (selanjutnya disebut UU Pajak dan Retribusi) yang secara tegas menyebutkan
bahwa salah satu jenis retribusi jasa umum adalah retribusi pelayanan
persampahan/kebersihan. Adapun yang dimaksudkan dengan objek retribusi pelayanan
persampahan/kebersihan menurut Pasal 112 UU ini adalah pelayanan persampahan/kebersihan
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, meliputi: 1) pengambilan/pengumpulan
sampah dari sumbernya ke lokasi pembuangan sementara; 2) pengangkutan sampah dari
sumbernya dan/atau lokasi pembuangan sementara ke lokasi pembuangan/pembuangan akhir

7
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), preventif/pre.ven.tif/ memiliki makna: “bersifat
mencegah (supaya jangan terjadi apa-apa): aturan itu bersifat --”. Selengkapnya lihat:
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/preventif
8
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), represif/re.pre.sif memiliki makna: “ bersifat represi
(menekan, mengekang, menahan, atau menindas)” atau makna lain: “bersifat menyembuhkan”. Selengkapnya
lihat: https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/represif
9
Lestiani, K., Dian., R.J., dan Jumiati, 2022, Analisis Kesediaan Membayar (Willingness to Pay)
Masyarakat Kecamatan Sambas terhadap Biaya Retribusi Kebersihan, Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan
Basah, Vol. 10, No. 2, 2022: 164-173, https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmtluntan/article/viewFile/56105/pdf

-9-
sampah; dan 3) penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah. Sayangnya,
peraturan ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku, kemudian diganti oleh UU Nomor 1 Tahun
2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(selanjutnya disebut UU Hubungan Keuangan Daerah). Di sini, retribusi sampah menjadi
bagian dari pelayanan kebersihan dan sebagai salah satu objek retribusi jasa umum.
Sejak saat itu, seolah-olah retribusi persampahan mengalami pergeseran menjadi “ala
kadarnya”. Bersyukur Indonesia kemudian mengeluarkan peraturan tentang penghitungan tarif
retribusi melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2021 tentang Tata Cara
Perhitungan Tarif Retribusi dalam Penyelenggaraan Penanganan Sampah (Permendagri
Retribusi Sampah). Bappenas juga mengeluarkan aplikasi kalkulator penanganan sampah10.
Meskipun tidak dapat secara otomatis digunakan sebagai dasar penetapan retribusi namun
kalkulator ini dapat menjadi salah satu cara untuk membantu pemerintah daerah mendapatkan
gambaran estimasi besaran retribusi sampah, dengan catatan, jika data diisi dengan kondisi riil.
Secara makro, retribusi sampah pada level rumah tangga kelas miskin berkisar antara
Rp 6.747, kelas bawah Rp 9.446, kelas menengah Rp 13.495, kelas atas Rp 24.966/KK/bulan.
Hal ini disampaikan pada webinar “Optimalisasi Pengumpulan Tarif Retribusi Sampah Sesuai
Permendagri No. 7 Tahun 2021” yang diselenggarakan Pokja PPAS Nasional Bappenas Tahun
2021. Atau jika dihitung berdasarkan timbulannya, sesuai dengan Permendagri Retribusi
Sampah, maka retribusi sampah per bulan pada level rumah tangga, per m3 kelas miskin
berkisar antara Rp 43.327, kelas bawah Rp 60.655, kelas menengah Rp 86.654, kelas atas Rp
160.309. Direktur Pendapatan Daerah Kementerian Dalam Negeri, Hendriawan, pada
kesempatan yang sama juga mengungkapkan bahwa bulan Juli ini (2021) ada sekitar 17 daerah
yang sama sekali tidak memiliki pendapatan retribusi sampah11.
Pada tahun 2022, Tito Karnavian (2022)12 juga menyampaikan bahwa: “Berdasarkan
data Kementerian Dalam Negeri, selama kurun waktu 26 tahun ini terdapat beberapa daerah

10
Bappenas, 2023, Kalkulator Pengitungan Penyelenggaran Penanganan Sampah, terakhir diakses pada
tanggal 30 Agustus 2023, artikel selengkapnya lihat melalui https://pprk.bappenas.go.id/aksara/kalkulator-
sampah/
11
Pokja PPAS Nasional, 2021, Retribusi Sampah Jadi Langkah Efektif Daerah Untuk Tingkatkan Layanan
Pengelolaan Sampah, 24 Agustus 2021, disampaikan oleh Anggi Putri Perencana di Direktorat Lingkungan
Hidup, Kementerian PPN/Bappenas dalam webinar Optimalisasi Pengumpulan Tarif Retribusi Sampah Sesuai
Permendagri No. 7 Tahun 2021 pada hari Kamis (19/08/21), terakhir diakses pada 30 Agustus 2023, artikel
selengkapnya dapat dilihat melalui: https://www.nawasis.org/portal/berita/read/retribusi-sampah-jadi-langkah-
efektif-daerah-untuk-tingkatkan-layanan-pengelolaan-sampah/52301
12
Eperda, 2022, Peringatan Hari Otda Tahun 2022, Kemendagri Akui Otonomi Daerah telah Memberikan
Dampak Positif, disampaikan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian pada Peringatan ke-26 Hari Otonomi Daerah
Tahun 2022, 25 April 2022, terakhir dilihat pada 24 Oktober 2023, artikel selengkapnya dapat dilihat melalui
http://eperda.kemendagri.go.id/Berita/Detail_Berita/81235

- 10 -
yang memiliki Pendapatan Asli Daerah (PAD) di bawah 20% dan menggantungkan
keuangannya pada pemerintah pusat melalui Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD),
pasalnya kewenangan telah diberikan kepada daerah, tapi keuangannya masih bergantung
kepada pemerintah pusat”. Kurun waktu 26 tahun dihitung sejak ditetapkannya Hari Lahirnya
Otonomi Daerah pada tanggal 25 April 1996 dengan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun
1996 tentang Hari Otonomi Daerah.
Dengan segala keterbatasan anggaran pemerintah daerah harus berusaha menjalankan
tupoksinya dalam pengelolaan sampah. Pemerintah pusat kemudian melakukan pengawasan
atas kinerja pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota dalam pengelolaan sampah. Hal
ini diatur pada Pasal 63 huruf h Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245 (selanjutnya disebut UUCK),
yaitu: melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan tingkat nasional
dan kebijakan tingkat provinsi; dan pada Pasal 63 huruf i untuk melakukan pembinaan, bantuan
teknis dan pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan. Hal ini
merupakan penegasan Pasal 7 huruf (d) yang menyatakan bahwa dalam penyelenggaraan
pengelolaan sampah, pemerintah mempunyai kewenangan menyelenggarakan koordinasi,
pembinaan, dan pengawasan kinerja pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah.
Lebih lanjut pada Pasal 8 UUPS dijelaskan tentang kewenangan pengelolaan sampah
antara pemerintah provinsi, yaitu: a) menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah
provinsi berdasarkan pada kebijakan pemerintah; b) memfasilitasi kerja sama antar daerah
dalam satu provinsi, kemitraan, dan jejaring dalam pengelolaan sampah; c) menyelenggarakan
koordinasi, pembinaan, dan pengawasan kinerja kabupaten/kota dalam pengelolaan sampah;
dan d) memfasilitasi penyelesaian perselisihan pengelolaan sampah antarkabupaten/antarkota
dalam 1 (satu) provinsi. Wewenang gubernur juga terdapat pada Pasal 379 UU Pemda yang
menyatakan bahwa gubernur sebagai kepala daerah provinsi berkewajiban melaksanakan
pembinaan dan pengawasan terhadap perangkat daerah provinsi.
Adapun wewenang pemerintah kabupaten/kota diatur pada Pasal 9 UUPS untuk: a)
menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah kabupaten/kota berdasarkan pada
kebijakan nasional dan provinsi; b) menyelenggarakan pengelolaan sampah skala
kabupaten/kota sesuai NSPK yang telah ditetapkan oleh pemerintah; c) melakukan pembinaan
dan pengawasan kinerja pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh pihak lain; d)
menetapkan lokasi TPS, TPST dan/atau TPA; e) melakukan pemantauan dan evaluasi secara
berkala setiap 6 bulan selama 20 tahun terhadap TPA dengan sistem pembuangan terbuka yang
telah ditutup menyusun; dan f) menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan sampah

- 11 -
sesuai kewenangannya. Wewenang ini juga tercantum pada Pasal 380 UU Pemda yang
menyatakan bahwa bupati/wali kota sebagai kepala daerah kabupaten/kota berkewajiban
melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap perangkat daerah kabupaten/kota.
Untuk dapat merespon pengawasan kinerja pemerintah daerah dengan baik maka
kepemimpinan dalam pemerintah daerah sangat menentukan. Berdasarkan uraian dalam latar
belakang tentang kompleksitas masalah bidang pengelolaan sampah, maka untuk menjawab
tantangan pengelolaan sampah dan untuk menyikapi ketidakberpihakan kebijakan pemerintah
dalam pengelolaan sampah diperlukan kepemimpinan yang berorientasi pada wawasan
lingkungan guna mewujudkan pembangunan daerah berkelanjutan, yaitu kepemimpinan yang
memahami arti penting lingkungan dan memiliki pandangan luas di bidang lingkungan,
kepemimpinan yang menempatkan trilogi pembangunan pada keseimbangan tertentu untuk
mewujudkan tujuan akhir pembangunan yaitu kesejahteraan masyarakat.
Keberhasilan atau kegagalan suatu daerah menjadi sangat erat kaitannya dengan
kepemimpinan pemerintah daerah. Dalam konteks pengelolaan sampah keberhasilan
kepemimpinan ini dapat dilihat dari keberhasilan suatu daerah mendapatkan penghargaan
Adipura, karena Adipura sudah ditetapkan pemerintah sebagai instrumen pengawasan kinerja
pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah. Sebagai contoh, dapat dilihat dari beberapa
daerah peraih penghargaan Adipura Kencana. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan yang ditetapkan melalui SK Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor 136 Tahun 2023 tentang Penetapan Kabupaten/Kota Penerima Penghargaan Adipura
Tahun 2022, kabupaten/kota peraih penghargaan Adipura Kencana adalah: Kota Surabaya
peraih Adipura Kencana Kategori Kota Metropolitan, Kota Balikpapan peraih Adipura
Kencana Kategori Kota Besar, Kota Bontang peraih Adipura Kencana Kategori Kota Sedang,
Kabupaten Jepara peraih Adipura Kencana Kategori Kota, Kota Bitung peraih Adipura
Kencana Kategori Kota Sedang.
Di samping itu, salah satu contoh kinerja yang sangat baik juga ditunjukkan oleh
Kabupaten Banyumas yang menerima Anugerah Adipura tahun 2022. Jika dibandingkan
dengan kondisi pengelolaan sampah Kabupaten Banyumas sebelumnya yang sangat
memprihatinkan, maka terobosan yang dilakukan Bupati Banyumas patut diacungi jempol
karena mampu memperlihatkan perbaikan kinerja pengelolaan sampah yang sangat drastis
dibandingkan dengan kondisi tahun 2018. Saat itu Kabupaten Banyumas mengalami krisis
pengelolaan sampah karena protes masyarakat terhadap polusi bau, ceceran lindi dari truk
sampah yang mengangkut sampah menuju ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), hingga
mencemari sungai di sekitar. Bahkan, masyarakat memberikan somasi yang akhirnya berhasil

- 12 -
diselesaikan melalui mediasi. Pemerintah Kabupaten Banyumas kemudian membangun sistem
pengelolaan sampah holistik dengan kolaborasi TPA dan optimalisasi pengurangan sampah di
sumber melalui pemberdayaan 29 Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang bertugas
mengelola Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) dan Pusat Daur Ulang (PDU),
sedangkan TPA dikelola oleh UPT DLH Kabupaten Banyumas. Timbulan sampah Kabupaten
Banyumas sebesar 535,23 ton/hari atau sekitar 130 truk sampah, KSM berhasil mengelola
sampah sebanyak 100 truk sampah/hari (98%), sehingga sampah yang masuk ke TPA tinggal
tersisa 30 truk13. Kabupaten Banyumas bekerja sama dengan pabrik semen PT Sarana Bangun
Indonesia (SBI)14 dan mengembangkan aplikasi Salinmas15 dan Jeknyong16.
Sebagai apresiasi, daerah yang mendapatkan penghargaan Adipura dapat mengajukan
permohonan DAK. Tahun 2022 pelaksanaan DAK pengelolaan sampah mengacu kepada
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2022 tentang Petunjuk Operasional Penggunaan Dana Alokasi Khusus Fisik Penugasan Bidang
Lingkungan Hidup dan Bidang Kehutanan Tahun Anggaran 2022. Penentuan bidang dan
lokasi prioritas nasional ditentukan oleh pemerintah pusat sebagaimana terdapat pada Pasal 5,
dengan menu DAK yang telah ditentukan pada Pasal 8, yang meliputi: 1) pembangunan pusat
daur ulang sampah kapasitas 10 (sepuluh) ton/ (per) hari; 2) pembangunan bank sampah induk
kapasitas 3 (tiga) ton/ (per) hari; 3) pembangunan rumah kompos kapasitas 1 (satu) ton/ (per)
hari; 4) penyediaan alat angkut sampah (arm roll), kontainer sampah (arm roll truck), gerobak
pilah dan/atau motor sampah roda 3 (tiga); 5) penyediaan mesin press hidrolik; dan
6) penyediaan mesin pencacah organik. Adapun kriteria teknis kabupaten/kota yang
mendapatkan akses DAK bidang pengelolaan sampah ditetapkan pada Pasal 9 yaitu
kabupaten/kota yang telah menetapkan Peraturan Bupati atau Peraturan Walikota mengenai
Kebijakan dan Strategi Daerah dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga (Jakstrada Pengelolaan Sampah); atau kabupaten/kota pada 15
(lima belas) daerah aliran sungai prioritas, 15 (lima belas) danau prioritas dan sungai tercemar

13
Aplikasi Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional KLHK, terakhir diakses pada 20 Oktober 2023,
https://www.sipsn.menlhk.go.id.
14
Bupati Banyumas, 2023, Profil Pengelolaan Sampah Kabupaten Banyumas 2022, disampaikan pada
kunjungan lapangan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan ke TPA Ble di Kabupaten Banyumas pada
tanggal 8 Januari 2023
15
A. A. Pradana, and T. -. Yuwono, Inovasi Salinmas Sebagai Upaya Responsive Government Kabupaten
Banyumas Dalam Pelayanan Pengelolaan Sampah Berbasis Digital, Journal of Politic and Government Studies,
vol. 12, no. 2, pp. 230-244, Mar. 2023, https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jpgs/article/view/38357
16
Putut Trihusodo. 2023, Cerita Sukses Menangani Sampah dari Banyumas ke Mesir, Jumat, 2 Desember
2022, terakhir diakses 23 Oktober 2023, artikel selengkapnya dapat dilihat melalui:
https://indonesia.go.id/kategori/feature/6710/cerita-sukses-menangani-sampah-dari-banyumas-ke-mesir?lang=1

- 13 -
berat. Pengajuan DAK dilakukan menggunakan aplikasi KRISNA. KRISNA adalah
Kolaborasi Perencanaan dan Informasi Kinerja Anggaran dengan mengintegrasikan sistem dari
tiga kementerian, yakni Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Keuangan, dan
Kementerian PANRB untuk mendukung proses perencanaan, penganggaran, serta pelaporan
informasi kinerja17. Kabupaten/kota yang menerima penghargaan Adipura akan mendapatkan
akses untuk membuka aplikasi KRISNA.
Tiga kota di Indonesia juga menerima penghargaan ASEAN Environmentally
Sustainable City (ESC) yaitu: Kota Balikpapan menerima penghargaan ASEAN
Environmentally Sustainable City (ESC), Kota Surabaya menerima penghargaan Certificate of
Recognition kategori Clean Air Kota Besar dan Kota Bontang menerima penghargaan ASEAN
Environmentally Sustainable City (ESC) berupa Certificate of Recognition kategori Clean
Land Terbersih Kota Kecil 18.
Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga memberikan
penghargaan Nirwasita Tantra kepada Pimpinan DPRD Tingkat Kabupaten, Kota dan Provinsi,
Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota dan Provinsi, serta para Kepala Daerah atas
kepemimpinannya yang berhasil merumuskan dan menerapkan kebijakan, dan/program
kerja sesuai dengan prinsip metodologi pembangunan berkelanjutan guna memperbaiki
kualitas lingkungan hidup di daerahnya. Tiga kepala daerah peraih penghargaan Adipura juga
menerima penghargaan Green Leadership Nirwasita Tantra Tahun 2022, yaitu: Wali Kota
Surabaya, Wali Kota Balikpapan dan Wali Kota Bontang. Dampak ikutan dari kegiatan ini
adalah akses daerah untuk mendapatkan alokasi Dana Insentif Daerah (DID)19. Pada saat
pemberian penghargaan tersebut Menteri LHK Siti Nurbaya juga mengatakan bahwa:

“Green Leadership merupakan kepemimpinan dengan perspektif lingkungan


dengan ciri-ciri pokok, yaitu: semangat, proaktif, penuh inisiatif dan kreatif

17
Humas MenPANRB, 2023, Aplikasi KRISNA Perkuat Akuntabilitas Perencanaan Kinerja Pemerintah,
29 Agustus 2019, terakhir diakses pada Selasa, 24 Oktober 2023, artikel selengkapnya dapat dilihat melalui:
https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/aplikasi-krisna-perkuat-akuntabilitas-perencanaan-kinerja-
pemerintah
18
Siaran Pers KLHK Nomor: SP.360/HUMAS/PP/HMS.3/10/2021 tanggal 21 Oktober 2021, terakhir
diakses 18 Oktober 2023, artikel selengkapnya dapat dilihat melalui: https://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-
pers/6237/tiga-kota-di-indonesia-dinobatkan-sebagai-kota-ramah-lingkunganbersih-di-asia-tenggara.
Sebagaimana dipublikasikan oleh ASEAN Secretariat, 16th ASEAN Ministerial Meeting on the Environment and
the 16th Meeting of the Conference of the Parties to the ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution,
21 Oktober 2022, terakhir diakses 23 Oktober 2023, artikel selengkapnya dapat dilihat melalui:
https://asean.org/16th-asean-ministerial-meeting-on-the-environment-and-the-16th-meeting-of-the-conference-
of-the-parties-to-the-asean-agreement-on-transboundary-haze-pollution/
19
Siaran Pers KLHK Nomor: SP.282/HUMAS/PPIP/HMS.3/08/2023 tanggal 29 Agustus 2023, artikel
selengkapnya dapat dilihat melalui: https://www.menlhk.go.id/news/komitmen-jaga-lingkungan-para-pemimpin-
daerah-diganjar-nirwasita-tantra/

- 14 -
terhadap kepentingan orang banyak dan alam semesta; memiliki visi pada
keseimbangan antara daya topang ekologi dan pembangunan, fisik maupun non
fisik. Kepemimpinan model ini juga mengedepankan kepentingan rakyat dalam hal
akses tiap sumber daya yang ada, dan selanjutnya akan memformulasi kebijakan
ramah lingkungan sekaligus berpihak pada kepentingan rakyat”.

Ada beberapa konsep dasar teori kepemimpinan menurut Robbin and Judge (2015)
yang dikutip pada Azmy, Ahmad (2021)20 yaitu: 1) Teori Sifat Kepemimpinan (Trait theory of
leadership), 2) Teori Perilaku Kepemimpinan (Behavioral theory of leadership), 3) Teori
Kontingensi Kepemimpinan (Contingency theory), 4) Teori Kepemimpinan Karismatik
(Charismatic leadership theory), 5) Teori Kepemimpinan Transaksional (Transactional
Leadership), 6) Teori Kepemimpinan Transformasional (Transformational Leadership).
Sunyoto (2023)21 juga merangkum berbagai teori kepemimpinan, yaitu: 1) Teori
Kepemimpinan Dalam Konsep: Teori Sifat Kepemimpinan (Trait Theory Of Leadership),
Teori Perilaku Kepemimpinan (Behavioral Theory), dan Teori Kontingensi Kepemimpinan
(Contingency Theory), 2) Great Man Theory, 3) Teori Kepemimpinan Sifat, 4) Teori
Kepemimpinan Perilaku, 5) Teori Kepemimpinan Situational, 6), Teori Kepemimpinan
Transformasional, 7) Teori Kepemimpinan Transaksional, 8) Teori Kepemimpinan Laissez-
Faire, 9) Teori Kepemimpinan Berpusat Pelayanan, 10) Teori Kepemimpinan Karismatik, 11)
Contingency Theory.
Di era krisis iklim, mengelola hutan dan lingkungan kian kompleks karena ia
memadukan pelbagai disiplin ilmu untuk mencegah dampak yang multi sektor. Untuk
menghadapi permasalahan pengelolaan hutan dan lingkungan yang komplek dan global maka
22
dibutuhkan pula pola kepemimpinan baru . Hendroyono (2019)23 mengenalkan model
Kepemimpinan Transglobal, yaitu model kepemimpinan yang relevan diterapkan untuk
menghadapi tantangan pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan yang semakin komplek.
Kepemimpinan transglobal adalah:

“Tipe kepemimpinan yang memiliki 6 (enam) kecerdasan intelegensi, meliputi:


IQ, intelegensi moral, intelegensi spiritual, intelegensi bisnis, intelegensi budaya,
serta intelegensi global. Kepemimpinan Transglobal akan efektif dalam
menyelesaikan tantangan karena mengkombinasikan 5 (lima) perilaku

20
Azmy, Ahmad, 2021, Teori dan Dasar Kepemimpinan, CV Mitra Ilmu, Kota Makassar
21
Sunyoto, Danang, 2023, Teori-Teori Kepemimpinan Bidang Psikologi, Manajemen, dan Organisasi,
Cetakan Pertama, ISBN: 978-623-151-541-4, Eureka Media Aksara, Kabupaten Purbalingga
22
Forest Digest, 2023, Kepemimpinan Transglobal Mengelola Hutan, 24 Juni 2022, terakhir diakses pada
Selasa, 24 Oktober 2023, artikel selengkapnya dapat dilihat melalui:
https://www.forestdigest.com/detail/2332/kepemimpinan-transglobal
23
Hendroyono, B., 2019, Kepemimpinan Transglobal Kunci Sukses Pembangunan Kehutanan Masa
Depan, Lembaga Wana Aksara, ISBN: 9786027136571. Jakarta.

- 15 -
kepemimpinan, yaitu: Ketahanan terhadap Ketidakpastian, Konektivitas Tim,
Fleksibilitas Pragmatis, Responsivitas Perspektif, dan Orientasi Bakat. Lanjut
lagi Hendroyono menyampaikan bahwa: “Kepemimpinan Transglobal relevan
dan sejalan dengan spirit Pembangunanan Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(LHK), yang berorientasi pada keberlanjutan dan pencapaian Indonesia Maju24”.

Model kepemimpinan ini cocok untuk diterapkan di sektor-sektor lain agar tidak
terjebak pada menjalankan pemerintahan sebagai bussiness as usual semata. Kepemimpinan
adalah seni pemimpin untuk mempengaruhi pola pikir jajaran di bawahnya, mitra kerja dan
masyarakat. Pemimpin berwawasan lingkungan akan membawa pembangunan daerah di
bawah kepemimpinannya ke arah pembangunan berkelanjutan yang berpihak kepada
lingkungan.
Jika dilihat dari kemunculan pemimpin, menurut Kartono, Kartini., (1998:29) yang
dikutip dalam Pambudi, C.A., (2021) terdapat tiga teori25, yaitu:
1. Teori Genetis menyatakan bahwa pemimpin itu tidak dibuat akan tetapi lahir jadi pemimpin
oleh bakat-bakat alami yang luar biasa sejak lahirnya. Dia ditakdirkan lahir menjadi pemimpin
dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga, yang khusus. Secara filsafat, teori tersebut
menganut pandangan deterministis.
2. Teori Sosial (lawan Teori Genetis) menyatakan bahwa pemimpin itu harus disiapkan,
dididik, dan dibentuk, tidak terlahirkan begitu saja. Setiap orang bisa menjadi pemimpin
melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan sendiri.
3. Teori Ekologis atau Sintetis (muncul sebagai reaksi dari kedua teori tersebut lebih dahulu)
menyatakan bahwa seseorang akan sukses menjadi pemimpin bila sejak lahirnya dia telah
memiliki bakat-bakat kepemimpinan dan bakat-bakat ini sempat dikembangkan melalui
pengalaman dan usaha pendidikan; juga sesuai dengan tuntutan lingkungan/ekologisnya.
Kompleksitas tantangan dalam pengelolaan sampah bisa jadi berbeda-beda di masing-
masing daerah dan sangat dipengaruhi oleh karakteristik daerah maupun karakterisitik
masyarakat, namun pada dasarnya memiliki akar permasalahan yang sama. Meskipun setiap
daerah memiliki karakteristik yang berbeda namun seorang pemimpin diharuskan untuk dapat
memahami karakteritik lingkungan dan masyarakatnya dengan baik, termasuk kultur dan
budaya, untuk dapat menskenariokan pendekatan sosial yang tepat sehingga dapat menjamin

24
Siaran Pers KLHK Nomor: SP.275/HUMAS/PPIP/HMS.3/08/2023 tanggal 24 Agustus 2023, terakhir
diakses 18 Oktober 2023, artikel selengkapnya dapat diihat melalui: https://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-
pers/7333/sekjen-klhk-sampaikan-penerapan-transglobal-leadership-pada-mahasiswa-baru-uns-solo
25
Pambudi, C.A., 2023, Pemimpin dan Kepemimpinan Kita, Jumat, 13 Desember 2014, terakhir diakses
Selasa, 24 Oktober 2023, artikel selengkapnya dapat dilihat melalui:
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/7018/Pemimpin-dan-Kepemimpinan-Kita.html

- 16 -
kelangsungan dan keberhasilan suatu kebijakan atau program daerah. Berdasarkan Penjelasan
atas UU Pemda bahwa setiap daerah sesuai karakter daerahnya akan mempunyai prioritas yang
berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya dalam upaya menyejahterakan masyarakat.
Ini merupakan pendekatan yang bersifat asimetris, artinya walaupun daerah sama-sama
diberikan otonomi yang seluas-luasnya, namun prioritas urusan pemerintahan yang dikerjakan
akan berbeda satu daerah dengan daerah lainnya. Konsekuensi logis dari pendekatan asimetris
tersebut maka daerah akan mempunyai prioritas urusan pemerintahan dan kelembagaan yang
sesuai dengan karakter daerah dan kebutuhan masyarakatnya.
Kepemimpinan berwawasan lingkungan ini dimotori oleh pemimpin yang berwawasan
lingkungan, yaitu kepemimpinan seorang kepala daerah yang mampu menjadi contoh dalam
pengambilan kebijakan, penyusunan program dan penetapan anggaran dengan pertimbangan
aspek lingkungan. Seorang pemimpin harus mampu meyakinkan jajaran perangkat daerah di
bawahnya untuk bersama-sama menjalankan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan, sekaligus pada saat yang sama juga harus mampu mempengaruhi legislatif daerah
untuk mendukung penganggarannya. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus memiliki
kemampuan mempengaruhi yang kuat, jika kepala daerah maka kepada perangkat daerah serta
mitra kerjanya dalam hal ini DPRD atau dewan, agar dalam membuat produk hukum atau
aturan-aturan di daerah akan mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Kepemimpinan
yang berwawasan lingkungan yang kuat juga harus mampu membangkitkan kesadaran kolektif
agar lingkungan menjadi faktor penentu dalam setiap aspek pembangunan.
Dalam menyelesaikan permasalahan persampahan, masyarakat menuntut pemimpin
yang mampu mengatasi permasalahan namun dengan tidak mengesampingkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, utamanya UU Pemda maupun UUPS, serta peraturan-
peraturan lainnya yang mengatur tentang pengelolaan sampah. Pemimpin ini harus mampu
melakukan terobosan dengan menciptakan inovasi kreatif guna menemukan solusi atas
permasalahan pengelolaan sampah. Karena kompleksitas permasalahan dan besarnya tanggung
jawab yang diemban, maka seorang pemimpin juga harus mampu membangun support system
dengan pelibatan seluruh jajaran di bawahnya, mitra kerja dan kesadaran kolektif masyarakat,
untuk menuju ke arah pembangunan berkelanjutan, yang berpihak pada aspek lingkungan,
tidak semata-mata menitikberatkan pada aspek ekonomi dan sosial semata. Perlu komitmen
yang sangat kuat, baik dari kepala daerah beserta jajaran perangkat daerahnya maupun
keberpihakan unsur legislatif, serta didukung oleh partisipasi aktif masyarakat dan dunia usaha
untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan yaitu kesejahteraan
masyarakat.

- 17 -
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Kualitas kepala daerah sangat menentukan performa daerah dalam pengelolaan
sampah. Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan mempengaruhi yang kuat, jika kepala
daerah maka kepada perangkat daerah serta mitra kerjanya dalam hal ini DPRD atau dewan,
agar dalam membuat produk hukum atau aturan-aturan di daerah akan mendukung
pembangunan yang berkelanjutan. Pemimpin juga harus mampu membangun support system
dengan pelibatan seluruh jajaran, mitra kerja dan kesadaran kolektif masyarakat yang
mengarah ke pembangunan berkelanjutan, yang berpihak pada trilogi pembangunan. Green
leadership yang kuat juga harus mampu membangkitkan kesadaran kolektif agar lingkungan
menjadi faktor penentu dalam setiap aspek pembangunan.
Dalam pengelolaan sampah, kepemimpinan yang berwawasan lingkungan sangat
menentukan terciptanya pembangunan yang berkelanjutan, karena dengan kondisi saat ini yang
menempatkan urusan lingkungan hidup, termasuk di dalamnya pengelolaan sampah, sebagai
urusan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar, secara sistem tidak akan maksimal
menjawab tantangan dalam pengelolaan sampah. Menghadapi kondisi ini tetap saja respon
positif yang dibutuhkan dari kepala daerah. Dengan kepemimpinan yang berwawasan
lingkungan akan berani melakukan terobosan terhadap sistem, tanpa menabrak peraturan yang
berlaku, sehingga mampu meyakinkan legislatif dan menciptakan politik anggaran yang
mencukupi kebutuhan pengelolaan sampah. Komitmen dan keberpihakan kepala daerah
terhadap pembangunan yang ramah lingkungan menjadi sangat penting, yaitu pembangunan
yang berpihak kepada aspek lingkungan.

Saran
1. Kepemimpinan berwawasan lingkungan akan menghasilkan pemimpin yang berwawasan
lingkungan untuk menjamin terlaksananya pembangunan berkelanjutan. Untuk itu,
penguasaan substansi lingkungan menjadi syarat mutlak pemimpin.
2. Terhadap urusan lingkungan hidup: 1) di level pemerintah pusat, agar dapat dilakukan
pengkajian ulang terhadap posisi lingkungan hidup dalam UU Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah khususnya Pasal 18 dengan mengubah unsur lingkungan
hidup menjadi urusan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan 2) di level
pemerintah daerah, agar dapat menyiasati kondisi kebijakan yang tidak berpihak pada

- 18 -
pengelolaan sampah, maka pemimpin harus mampu menciptakan terobosan untuk
menghadapi tantangan dalam pengelolaan sampah dengan menciptakan keberpihakan
kebijakan daerah pada pengelolaan sampah, baik dalam hal produk hukum daerah, alokasi
anggaran APBD, dukungan legislatif maupun kesadaran kolektif.

- 19 -
DAFTAR BACAAN

Buku/Makalah:
Azmy, Ahmad., 2021, Teori dan Dasar Kepemimpinan, CV Mitra Ilmu, Kota Makassar
Bupati Banyumas, 2022, Profil Pengelolaan Sampah Kabupaten Banyumas 2022, disampaikan
pada kunjungan lapangan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan ke TPA Ble di
Kabupaten Banyumas pada tanggal 8 Januari 2023
Hendroyono, B., 2019, Kepemimpinan Transglobal Kunci Sukses Pembangunan Kehutanan
Masa Depan, Lembaga Wana Aksara, ISBN: 9786027136571, Jakarta
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2023, SK Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor 136 Tahun 2023 tentang Penetapan Kabupaten/Kota Penerima
Penghargaan Adipura Tahun 2022, Jakarta, 2023
Sunyoto, Danang, 2023, Teori-Teori Kepemimpinan Bidang Psikologi, Manajemen, dan
Organisasi, Cetakan Pertama, ISBN: 978-623-151-541-4, Eureka Media Aksara,
Kabupaten Purbalingga
Waste4Change, 2022, Pandangan Isu Persampahan Indonesia, Disampaikan pada Kunjungan
Kerja Spesifik Komisi IV DPR RI ke Pengelolaan Sampah Waste4Change pada tanggal
26 Agustus 2022

Kamus/KBBI:
Preventif/pre.ven.tif/ memiliki makna: “bersifat mencegah (supaya jangan terjadi apa-apa):
aturan itu bersifat --”. terakhir diakses tanggal 20 Oktober 2023. Selengkapnya:
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/preventif.
Represif/re.pre.sif memiliki makna: “ 1) bersifat represi (menekan, mengekang, menahan, atau
menindas): pengawasan keuangan dilakukan, baik yang bersifat preventif maupun yang
bersifat – “; dan 2) “bersifat menyembuhkan”. terakhir diakses tanggal 20 Oktober 2023.
Selengkapnya: https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/represif.

Jurnal Ilmiah:
A. A. Pradana, and T. -. Yuwono, Inovasi Salinmas Sebagai Upaya Responsive Government
Kabupaten Banyumas Dalam Pelayanan Pengelolaan Sampah Berbasis Digital, Journal
of Politic and Government Studies, vol. 12, no. 2, pp. 230-244, Mar. 2023,
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jpgs/article/view/38357
Lestiani, K., Dian., R.J., dan Jumiati, 2022, Analisis Kesediaan Membayar (Willingness to Pay)
Masyarakat Kecamatan Sambas terhadap Biaya Retribusi Kebersihan, Jurnal Teknologi
Lingkungan Lahan Basah, Vol. 10, No. 2, 2022: 164-173, terakhir diakses 25 Oktober
2023, https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmtluntan/article/viewFile/56105/pdf

Artikel Online / Websites:


Bappenas, 2023, Kalkulator Pengitungan Penyelenggaran Penanganan Sampah, terakhir
diakses pada tanggal 30 Agustus 2023, artikel selengkapnya lihat melalui
https://pprk.bappenas.go.id/aksara/kalkulator-sampah/ Pokja PPAS Nasional,

20
Eperda, 2022, Peringatan Hari Otda Tahun 2022, Kemendagri Akui Otonomi Daerah telah
Memberikan Dampak Positif, disampaikan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian pada
Peringatan ke-26 Hari Otonomi Daerah Tahun 2022, 25 April 2022, terakhir dilihat pada
24 Oktober 2023, artikel selengkapnya dapat dilihat melalui
http://eperda.kemendagri.go.id/Berita/Detail_Berita/81235
Forest Digest, 2023, Kepemimpinan Transglobal Mengelola Hutan, 24 Juni 2022, terakhir
diakses pada Selasa, 24 Oktober 2023, artikel selengkapnya dapat dilihat melalui:
https://www.forestdigest.com/detail/2332/kepemimpinan-transglobal
Humas MenPANRB, 2019, Aplikasi KRISNA Perkuat Akuntabilitas Perencanaan Kinerja
Pemerintah, 29 Agustus 2019, terakhir diakses pada Selasa, 24 Oktober 2023, artikel
selengkapnya dapat dilihat melalui: https://www.menpan.go.id/site/berita-
terkini/aplikasi-krisna-perkuat-akuntabilitas-perencanaan-kinerja-pemerintah
Kementerian Dalam Negeri, 2022, Kemendagri Lakukan Public Expose Atas Kajian
Perhitungan Biaya Penanganan Sampah dan Penerapan Skema Retribusi untuk Kota
Denpasar, 28 September 2022, terakhir diakses Senin, 23 Oktober 2023, artikel
selengkapnya dapat dilihat melalui:
https://bangda.kemendagri.go.id/berita/baca_kontent/854/kemendagri_lakukan_public_
expose_atas_kajian_perhitungan_biaya_penanganan_sampah_dan_penerapan_skema_r
etribusi_untuk_kota_denpasar
Kementerian Komunikasi dan Informasi, 2023, Daftar 38 Provinsi di Indonesia, Sabtu, 26
November 2022, terakhir diakses Senin, 23 Oktober 2023, artikel selengkapnya dapat
dilihat melalui: https://indonesia.go.id/mediapublik/detail disitasi 20 Oktober 2023/1866
Pambudi, C.A., 2023, Pemimpin dan Kepemimpinan Kita, Jumat, 13 Desember 2014, terakhir
diakses Selasa, 24 Oktober 2023, artikel selengkapnya dapat dilihat melalui:
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/7018/Pemimpin-dan-Kepemimpinan-
Kita.html
Pokja PPAS Nasional, 2021, Retribusi Sampah Jadi Langkah Efektif Daerah Untuk Tingkatkan
Layanan Pengelolaan Sampah, 24 Agustus 2021, disampaikan oleh Anggi Putri
Perencana di Direktorat Lingkungan Hidup, Kementerian PPN/Bappenas dalam webinar
Optimalisasi Pengumpulan Tarif Retribusi Sampah Sesuai Permendagri No. 7 Tahun
2021 pada hari Kamis (19/08/21), terakhir diakses pada 30 Agustus 2023, artikel
selengkapnya dapat dilihat melalui:
https://www.nawasis.org/portal/berita/read/retribusi-sampah-jadi-langkah-efektif-
daerah-untuk-tingkatkan-layanan-pengelolaan-sampah/52301
Putri, Anggi, 2021, Retribusi Sampah Jadi Langkah Efektif Daerah Untuk Tingkatkan Layanan
Pengelolaan Sampah, 24 Agustus 2021, disampaikan dalam webinar Optimalisasi
Pengumpulan Tarif Retribusi Sampah Sesuai Permendagri No. 7 Tahun 2021 pada hari
Kamis (19/08/21), terakhir diakses pada 30 Agustus 2023, artikel selengkapnya dapat
dilihat melalui: https://www.nawasis.org/portal/berita/read/retribusi-sampah-jadi-
langkah-efektif-daerah-untuk-tingkatkan-layanan-pengelolaan-sampah/52301
Putut Trihusodo, 2023, Cerita Sukses Menangani Sampah dari Banyumas ke Mesir, Jumat, 2
Desember 2022, terakhir diakses 23 Oktober 2023, artikel selengkapnya dapat dilihat
melalui: https://indonesia.go.id/kategori/feature/6710/cerita-sukses-menangani-sampah-
dari-banyumas-ke-mesir?lang=1
Siaran Pers KLHK Nomor: SP.360/HUMAS/PP/HMS.3/10/2021 tanggal 21 Oktober 2021,
sebagaimana dipublikasikan oleh ASEAN Secretariat, 16th ASEAN Ministerial Meeting

21
on the Environment and the 16th Meeting of the Conference of the Parties to the ASEAN
Agreement on Transboundary Haze Pollution, 21 Oktober 2022, terakhir diakses 23
Oktober 2023, artikel selengkapnya dapat dilihat melalui: https://asean.org/16th-asean-
ministerial-meeting-on-the-environment-and-the-16th-meeting-of-the-conference-of-
the-parties-to-the-asean-agreement-on-transboundary-haze-pollution/
Siaran Pers KLHK Nomor: SP.275/HUMAS/PPIP/HMS.3/08/2023 tanggal 24 Agustus 2023
Siaran Pers KLHK Nomor: SP.282/HUMAS/PPIP/HMS.3/08/2023 tanggal 29 Agustus 2023
Sutana,I.W., 2023, Optimalisasi Pengelolaan Sampah di Indonesia, 28 September 2022,
terakhir diakses Senin, 23 Oktober 2023, artikel selengkapnya dapat dilihat melalui:
https://kpbu.kemenkeu.go.id/read/1114-1275/umum/kajian-opini-publik/optimalisasi-
pengelolaan-sampah-di-indonesia
Wardyah,N.S., 2022, Anggaran Pengelolaan Sampah Daerah Masih Terbatas, Sabtu, 5
November 2022, terakhir diakses pada Senin, 23 Oktober 2023, artikel selengkapnya
dapat dilihat melalui: https://www.antaranews.com/berita/3225189/sekjen-apkasi-sebut-
anggaran-pengelolaan-sampah-daerah-masih-terbatas
Wisanggeni, S.P., M Rosalina, P., dan Krisna, A., 2022, Anggaran Rendah Sampah Melimpah,
20 Mei 2022, terakhir diakses 23 Oktober 2023, artikel selengkapnya dapat dilihat
melalui: https://www.kompas.id/baca/desk/2022/05/19/anggaran-rendah-sampah-
melimpah
https://www.sipsn.menlhk.go.id, Aplikasi Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional
KLHK, terakhir diakses pada 20 Oktober 2023

22

Anda mungkin juga menyukai